Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi, Vol. 17, No.

2, 2012, halaman 98-103 ISSN : 1410-0177

UJI EFEK SITOTOKSIK EKSTRAK ETANOL AKAR ASAM KANDIS (Garcinia


cowa Roxb.) PADA MENCIT PUTIH BETINA DENGAN METODE MICRONUCLEUS
ASSAY

Fatma Sri Wahyuni, Fitriyani Siregar, Surya Dharma


Fakultas Farmasi Universitas Andalas

ABSTRACT

The cytotoxic effect of ethanolic extract of Garcinia cowa Roxb. roots had been investigated
on female mice using Micronucleus Assay method. Sixty mice were grouped into five:
negative control, positive control, dosage I (extract 30 mg/kgBW), dosage II (extract 100
mg/kgBW), and dosage III (300 mg/kgBW) and then each group were grouped into three
groups based on the duration of treatment. The group of mice were induced by
cyclophosphamide 50 mg/kgBW intraperitoneally. After 30 hours, the treatment groups were
administered the extract orally during 3, 7, and 15 days. After that, mice were sacrificed and
the femur bone marrow was taken. Some of cytotoxic parameters were observed i.e
micronuclei cells and hematocrit level. The percentage of micronuclei (MN) cells was
calculated from the quantity of micronuclei cells of the slides of femur bone marrow by using
microscope. Results confirmed that ethanolic extract of Garcinia cowa Roxb. roots decreased
percentage of micronuclei cells not significantly (P > 0.05). The most lowering of micronuclei
cells was showed by the extract in the dosage of 100 mg/KgBW for 15 days.

Keywords: Garcinia cowa Roxb, micronuclei cell, Micronucleus Assay, Cytotoxic effect

PENDAHULUAN (Likhitwitaya-wuid, Phadungcharoen, &


Krungkrai, 1998).
Tumbuhan Garcinia cowa Roxb Kanker merupakan penyakit yang
atau yang dikenal dengan nama “Asam ditandai dengan pertumbuhan sel
Kandis” merupakan salah satu tumbuhan abnormal yang cenderung menyerang
yang digunakan masyarakat sebagai obat jaringan disekitarnya dan menyebar ke
disentri (India), antipiretik (Thailand), organ tubuh lain yang letaknya jauh
tonikum (Malaysia), laksatif (Thailand), (Corwin, 2000). Kanker terjadi karena
ekspektoran (Thailand), dan antimikroba proliferasi sel tak terkontrol yang terjadi
(Thailand) (Na Pattalung, Thongtheerap- tanpa batas dan tanpa tujuan (Mosby,
arp, Wiriyachitra, & Taylor, 1994; 2001). Oleh karena itu, kanker
Poomipamorn & Kumkong, 1997). merupakan salah satu jenis penyakit
Berdasarkan studi literatur tentang mematikan yang menjadi tantangan bagi
kandungan kimia akar asam kandis, dunia kesehatan. Kanker dapat
diketahui bahwa akar asam kandis disebabkan oleh faktor endogen maupun
mengandung cowaxanthon, cowanin, eksogen. Faktor endogen dapat berupa
cowanol, mangostin, β-mangostin, 1,3,6- faktor genetik, penyakit, dan hormon.
tri-hidroksi-7-metoksi-2,5-bis(3-metil-2- Sedangkan faktor eksogen dapat berasal
butenil) xanton, maclura-xanton, 10-O- dari makanan, rokok, radiasi ultraviolet,
metilmacluraxanton, isocudraniaxanton virus, senyawa-senyawa karsinogenik
B, cowagarci non B, dan stigmasterol seperti polusi udara, zat warna, dan
logam-logam karsinogen (Mosmann,

98
Fatma S., et al. J. Sains Tek. Far., 17(2), 2012

1983; Behrman, Kliegman & Arvin, etanol 70 %. Ekstrak yang diperoleh


2000). kemudian dikarakterisasi.
Pengobatan kanker secara medis
dilakukan dengan terapi pembedahan, Pembuatan sediaan uji
radiasi, kemo Sediaan uji yang digunakan
terapi,imunoterapi/bioterapi (Corwin, berbentuk suspensi ekstrak akar “Asam
2000). Obat antikanker yang digunakan Kandis ” yang dibuat dengan
diharapkan dapat mematikan sel kanker menggunakan NaCMC 0,5%.
tanpa merusak sel jaringan normal,
namun sampai sekarang belum Persiapan hewan percobaan
ditemukan obat yang memenuhi kriteria Hewan percobaan yang
tersebut (Salmon & Sartorelli, 1997). digunakan adalah mencit putih (Mus
Penggunaan obat-obat anti kanker dapat musculus) betina galur DYY yang
menimbulkan efek samping yang besar, berumur 2 - 3 bulan sebanyak 60 ekor
diantaranya timbulnya reaksi yang dengan berat badan 20 – 30 gram.
merugikan pada sel-sel yang normal
mengalami pertumbuhan dengan cepat
seperti darah dan rambut (Kee & Hayes,
Pembuatan serum darah anak sapi
1993). Oleh karena itulah penelitian
terhadap obat kanker ini terus dilakukan Serum diperoleh dari darah anak sapi
dan tumbuhan menjadi alternatif untuk yang berumur sekitar 16 bulan. Darah
pengobatan kanker yang ideal karena segar diambil dengan jarum injeksi
efek samping yang ditimbulkan lebih melalui vena leher.
kecil daripada senyawa sintetis Pengujian efek sitotoksik
(Kardiman, 2003).
Hewan percobaan dikelompokkan dalam
Pada penelitian ini dilakukan
5 kelompok, terdiri dari 3 kelompok
pengujian efek anti kanker dari ekstrak
dosis dan 2 kelompok kontrol. Masing-
etanol akar “Asam Kandis” secara in vivo
masing kelompok dibagi lagi dalam 3
dengan metode Micronucleus Assay.
kelompok berdasarkan lama pemberian
Penginduksi pembentuk- an sel
sediaan uji. Lama pemberian sediaan uji
mikronuklei mencit digunakan
untuk masing-masing kelompok adalah 3,
siklofosfamida dengan dosis 50 mg/kg .
7, dan 15 hari. Untuk semua kelompok
kecuali kontrol negatif, hewan diinduksi
METODELOGI PENELITIAN
dengan siklofosfamida 50 mg/KgBB
pada hari ke-0. Setelah 30 jam, hewan
Persiapan hewan percobaan
diberikan sediaan uji berdasarkan
`Hewan yang digunakan adalah mencit
kelompok masing-masing. Perlakuan
putih (Mus musculus) betina galur DYY
masing-masing kelompok adalah sebagai
yang berumur 2 - 3 bulan sebanyak 60
berikut:
ekor dengan berat badan 20 – 30 gram.
1. Kelompok I : Kelompok kontrol
Sebelum digunakan hewan diaklimatisasi
negatif yang diberi larutan NaCMC
selama satu minggu.
0,5% secara oral setiap hari. Untuk 3
mencit pertama diberikan larutan
Ekstraksi dan karakterisasi ekstrak
NaCMC 0,5% selama 3 hari dan pada
Akar kering asam kandis sebanyak 700 g
hari ke-4 dikorbankan. 3 mencit
diekstraksi dengan cara maserasi dengan
kedua diberikan larutan NaCMC

99
Fatma S., et al. J. Sains Tek. Far., 17(2), 2012

0,5% selama 7 hari dan pada hari ke- Hasil penetapan hematokrit dibaca
8 dikorbankan. 3 mencit sisanya dengan memperhatikan tinggi kolom
diberikan larutan NaCMC 0,5% (Gandasoebrata, 2001).
selama 15 hari dan pada hari ke-16 Pembuatan preparat apusan sumsum
dikorbankan. tulang femur
2. Kelompok II : Kelompok kontrol 1. Suspensi sumsum tulang femur
positif yang diinduksi dengan dioleskan pada kaca objek, lalu
siklofosfamida dosis 50 mg/KgBB dikering anginkan.
pada hari ke-0. Setelah 30 jam, diberi 2. Setelah kering, kaca objek yang telah
larutan NaCMC 0,5% secara oral diolesi suspensi sumsum tulang femur
setiap hari dan dikorbankan pada hari direndam dalam metanol selama 10
ke-4, hari ke-8 dan hari ke-16. menit.
3. Kelompok III, IV, dan V : Kelompok 3. Kemudian kaca objek direndam
uji yang diinduksi dengan dalam 50 ml larutan May-Gruenwald
siklofosfamida dosis 50 mg/KgBB selama 3 menit.
pada hari ke-0. Setelah 30 jam, diberi 4. Kemudian kaca objek direndam
sediaan uji dengan dosis (30, 100 dan dalam 100 ml larutan May-
300) mg/KgBB secara oral setiap hari Gruenwald-buffer phospat (1:1 v/v)
dan dikorbankan pada hari ke-4, hari selama 2 menit. Kaca objek lalu
ke-8 dan hari ke-16. dicuci dengan buffer phospat.
Setelah hewan percobaan 5. Setelah kering, kaca objek direndam
dibunuh, darahnya ditampung untuk dalam 70 ml larutan Giemsa-buffer
penetapan nilai hematokrit, kemudian phospat (1:10 v/v) selama 15 – 20
dilakukan pembedahan dan diambil menit. Kemudian kaca objek dicuci
sumsum tulang femurnya. Sumsum dengan buffer phospat dan
tulang ini kemudian dimasukkan ke dilanjutkan dengan aquadest.
dalam campuran serum darah sapi 6. Setelah kering, kaca objek direndam
dengan buffer phospat (1:1 v/v), lalu dalam etanol 95% selama 45 detik
dikocok, dibiarkan selama 30 detik dan dan terakhir direndam dalam xylol
disentrifus selama 5 menit dengan selama 3 menit. Setelah itu
kecepatan 2000 rpm. Sumsum dibuang dikeringkan dan diamati di bawah
dan peletnya disuspensikan ke dalam 0,5 mikroskop dengan perbesaran 10 x 40
ml serum darah sapi-buffer phospat (1:1 dengan bantuan minyak immersi.
v/v ). 7. Penghitungan jumlah sel mikronuklei
pada kaca objek yang dihitung
Penetapan nilai hematokrit
sebanyak 5 kali pada tempat yang
1. Bilas tabung reaksi yang berskala 1
berbeda. Sel mikronuklei berwarna
cc dengan Na sitrat 3,8%.
ungu gelap sedangkan sel normal
2. Masukkan darah ke dalam tabung
berwarna ungu terang. Setelah itu,
reaksi yang telah dibilas, darah
tentukan persentase jumlah sel
dicampur hingga homogen.
mikronukleinya.
3. Tabung yang telah berisi darah
disentrifus selama 30 menit pada Analisa data
kecepatan 2000 rpm. Dari data hasil penelitian pada parameter
persentase jumlah sel mikronuklei dan
persentase hematokrit dianalisa secara

100
Fatma S., et al. J. Sains Tek. Far., 17(2), 2012

statistik dengan uji ANOVA dua arah. ke-4 adalah 40,56%, hari ke-8 adalah
Jika hasil data bermakna maka 43,22%, dan hari ke-16 adalah 48%.
dilanjutkan dengan uji Duncan New
Multiple Range Test. Hasil foto-foto
mikroskopis jumlah mikronuklei
merupakan data kualitatif (Bolton, 1978)

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil
1.Persentase jumlah sel mikronuklei pada
preparat sumsum tulang femur mencit
kelompok kontrol positif pada hari ke-4 Gambar 1. Foto pemeriksaan preparat apusan
adalah 70,57%, hari ke-8 adalah 76,20%, sumsum tulang femur mencit kelompok kontrol
positif setelah 15 hari penginduksian perbesaran
dan hari ke-16 sebesar 78,87%.
10 x 40
Kelompok kontrol negatif yang tidak
diinduksi dengan siklofosfamidaa,
persentase jumlah sel mikronukleinya
pada hari ke-4 adalah 19,56%, hari ke-8
adalah 25%, dan hari ke-16 sebesar B
A
16,44%. Kelompok yang diberi dosis 30
mg/KgBB pada hari ke-4 adalah 23,14%,
hari ke-8 adalah 25,65% dan hari ke-16
adalah 17,17%. Kelompok dosis 100 A
mg/KgBB pada hari ke-4 adalah 21,04%, B
hari ke-8 adalah 25,62%, dan hari ke-16 Gambar 2. Foto pemeriksaan preparat
adalah 16,50%. Kelompok dosis 300 apusan sumsum tulang femur mencit kelompok
dosis II (100 mg/kg BB) setelah 15 hari
mg/KgBB pada hari ke-4 adalah 21,43%, penginduksian perbesaran 10 x 40
hari ke-8 adalah 28,11%, dan hari ke-16
adalah 18,89%. Keterangan :
2.Nilai hematokrit rata-rata mencit putih A= Sel Mikronuklei
betina kelompok kontrol positif pada hari B= Sel Normal
ke-4 adalah 30,55%, hari ke-8 adalah
PEMBAHASAN
31,11%, dan hari ke-16 sebesar 44,44%.
Berdasarkan hasil tersebut,
Kelompok kontrol negatif yang tidak
terlihat bahwa telah terjadi penurunan
diinduksi dengan siklofosfamidaa, nilai
jumlah sel mikronuklei pada kelompok
hematokritnya pada hari ke-4 adalah
hewan percobaan yang diberi ekstrak
45,55%, hari ke-8 adalah 46,67%, dan
akar “Asam Kandis” dibandingkan
hari ke-16 sebesar 53,11%. Kelompok
dengan kontrol positif, dimana penurunan
yang diberi dosis 30 mg/KgBB pada hari
ini sebanding dengan kenaikan tingkat
ke-4 adalah 40,56%, hari ke-8 adalah
dosis. Namun, pada dosis 300 mg/kgBB
38,33% dan hari ke-16 adalah 41,89%.
terjadi peningkatan persentase sel
Kelompok dosis 100 mg/KgBB pada hari
mikronuklei dari hewan percobaan
ke-4 adalah 47,22%, hari ke-8 adalah
dibandingkan dengan dosis sebelumnya.
48,89%, dan hari ke-16 adalah 50,22%.
Seperti halnya siklofosfamid pada dosis
Kelompok dosis 300 mg/KgBB pada hari

101
Fatma S., et al. J. Sains Tek. Far., 17(2), 2012

2-8 mg/kgBB digunakan sebagai mikronuklei berfluktuatif pada waktu


antikanker. Namun, pada dosis tinggi pemberian 3 hari dan 7 hari. Jumlah sel
yaitu dosis tunggal 50 mg/kgBB dapat mikronuklei pada 7 hari pemberian lebih
menyebabkan kanker. Ekstrak akar asam besar daripada jumlah pada 3 hari
kandis ini dapat diberikan pada dosis pemberian. Hal ini terjadi diduga karena
30–100 mg/kgBB, sedangkan pada dosis pembentukan sel mikronuklei pada
300 mg/kgBB menyebabkan terjadinya sumsum tulang mencapai laju optimal
peningkatan jumlah sel mikronuklei pada waktu sekitar 7 hari. Siklofosfamida
dibandingkan dosis sebelumnya namun aktif sebagai penginduksi kanker dalam
masih dibawah jumlah sel mikronuklei bentuk metabolitnya, sehingga besar atau
pada kontrol positif. Hal ini disebabkan, kecilnya efek induksi kanker sangat
penggunaan antioksidan dengan dosis dipengaruhi oleh proses metabolismenya
tinggi pada hewan percobaan dapat di hati yang terkait dengan jumlah
menyebabkan terjadinya metabolitnya yang mencapai sirkulasi
ketidakseimbangan antara oksidan dan sistemik (Ganiswara dan Nafrialdi,
antioksidan dalam tubuh yang akan 1995).
menimbulkan kerusakan oksidatif dan Aktivitas sitotoksik berupa
berdampak terhadap perkembangan penurunan jumlah sel mikronuklei ini
beberapa penyakit diantaranya adalah diduga disebabkan oleh kandungan
kanker (Bagiana & Mahasucipta, 2005). metabolit sekunder yang ada pada akar
Penurunan terbesar persentase jumlah sel “Asam Kandis”, yaitu xanton dan
mikronuklei dibandingkan terhadap fenolik. Hal ini menunjukkan bahwa
kontrol positif diperoleh pada dosis 100 kemungkinan besar aktivitas sitotoksik
mg/kg BB selama 15 hari pemberian dari ekstrak akar “Asam Kandis” ini
ekstrak, yaitu sebesar 79,08 %. berhubungan dengan aktivitasnya sebagai
antioksidan.
Dari hasil nilai hematokrit jika
Terhadap Kontrol Positif
% Sel MN Dibandingkan

dibandingkan terhadap kontrol positif,


100 dosis 30
mg/KgBB nilai hematokrit mencit betina meningkat
sebanding dengan peningkatan dosis dan
50 lama waktu pemberian ekstrak. Dengan
dosis 100
mg/KgBB demikian dapat diketahui bahwa ekstrak
0 akar “Asam Kandis” dapat meningkatkan
3 7 15
dosis 300 nilai hematokrit mencit putih betina.
hari hari hari mg/KgBB Peningkatan nilai hematokrit ini diduga
Lama Perlakuan karena ekstrak “Asam Kandis” bekerja
memperbaiki fungsi sel induk primordial
pada sumsum tulang sehingga dapat
Gambar 3. Grafik hubungan persentase perubahan
jumlah sel mikronuklei terhadap kontrol positif
menghasilkan sel-sel darah secara
dengan waktu pada mencit putih betina normal, termasuk sel eritrosit.
Dari hasil penelitian diketahui
Turunnya persentase penurunan bahwa ekstrak etanol akar “Asam
jumlah sel mikronuklei pada waktu Kandis” potensial untuk digunakan
pemberian sediaan selama 7 hari sebagai antikanker, dimana aktivitasnya
dibandingkan waktu pemberian selama 3 dapat dilihat dengan penurunan jumlah
hari menunjukkan bahwa jumlah sel sel mikronuklei mencit putih betina yang

102
Fatma S., et al. J. Sains Tek. Far., 17(2), 2012

sudah diinduksi kanker setelah pemberian Kardiman, A. (2003). Tanaman Obat


ekstrak dibandingkan terhadap kontrol Penggempur Kanker. Jakarta: PT.
positif. Agro Media Pustaka.
Kee, J.L., dan Hayes, E.R. (1993).
KESIMPULAN Farmakologi : Pendekatan Proses
Keperawatan. Penerjemah : P.
Ekstrak etanol akar asam kandis pada Anugerah. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
dosis 30 dan 100 mg/kgBB mempunyai
aktivitas sitotoksik. Aktivitas sitotoksik Likhitwitayawuid, K., Phadungcharoen, T.,
terbaik dari penelitian ini ditunjukkan and Krungkrai, J. (1998).
oleh pemberian ekstrak pada dosis 100 “Antimalarial xanthones from
mg/KgBB selama 15 hari. Garcinia cowa”. Planta Med 64: 70–
72.
DAFTAR PUSTAKA Mosby. (2001). Aplikasi Klinis Patofisiologi
: Pemeriksaan dan Manajemen.
(Edisi 2). Penerjemah : Y. Kuncara.
Bagiana, A., dan Mahasucipta, A. (2005). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
Peran Antioksidan Untuk Mencegah EGC.
Beberapa Kelainan Jaringan Tubuh.
Majalah Kedokteran Indonesia. Mosmann, T. (1983). "Rapid colorimetric
Volume 55 (6), 456. assay for cellular growth and
survival: application to proliferation
Bolton, S. (1978). “Statistic” in Gennaro, and cytotoxicity assays," Journal of
A.R., Remington’s Pharmaceutical Immunological Methods, 65:55-63.
Science. (18th ed.). Singapura :
Singapore United Press. Na Pattalung, P., Thongtheeraparp, W.,
Wiriyachitra, P., and Taylor, W.C.
Busk, L., Sjostrom, B., Ahlborg, U.G. (1994). Xanthones of Garcinia cowa.
(1984). “Effect of Vitamin A on Planta Med. 60, 365–368.
Cyclophospamida Mutagenicity In
vitro (Ames Test) and in vivo Poomipamorn, S., and Kumkong, A. (1997).
(Mouse Micronucleus Test)”, Fd. Edible Multipurpose Tree Species.
Chem, Toxic, 22. FaungFa Printing (in Thai),
Bangkok, p. 486.
Corwin, E.J. (2000). Buku Saku
Patofisiologi. (Edisi 3). Penerjemah: Salmon, S.E., dan Sartorelli, A.C. (1997).
N. Budi Subekti. Jakarta : Penerbit ”Kemoterapi Kanker” in Katzung, B.
Buku Kedokteran EGC. G., Farmakologi Dasar dan Klinik.
(Edisi VI). Penerjemah : Staf Dosen
Gandasoebrata, R. (2001). Penuntun Farmakologi Fakultas Kedokteran
Laboratorium Klinik. Jakarta: PT. Universitas Sriwijaya. Jakarta:
Dian Rakyat. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Ganiswara, S., dan Nafrialdi. (1995). Thompon, E.B. (1985). Drug Bioscreening :
“Antikanker dan Immunosupresan” Fundamental of Drug Evaluation
dalam Ganiswara, S., Farmakologi Techniques in Pharmacology. New
dan Terapi. (Edisi 4). Jakarta: Bagian York: Graceway Publishing
Farmakologi FK UI. Company Inc.

103
Fatma S., et al. J. Sains Tek. Far., 17(2), 2012

104

Anda mungkin juga menyukai