Anda di halaman 1dari 10

Studi Kadar Progesteron pada Serum dan Ekspresi iNOS pada Uterus Tikus

(Rattus norvegicus) Model Kanker Mammae Hasil Induksi DMBA


(Dimethylbenz () Anthrasen)
Study of Progesteron Level in Serum and Expression iNOS in Uterin Rat
(Rattus Norvegicus) Mammary Cancer Model Induced by DMBA
(Dimethylbenz () Anthrasen)
Rizki Annur Ramadhani, Anna Roosdiana dan Dyah Ayu Oktavianie A.Pratama
Program Studi Kedokteran Hewan, Program Kedokteran Hewan,
Universitas Brawijaya
Ramadhani2892@gmail.com
ABSTRAK
Kanker mammae merupakan tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara yang
dapat dipicu oleh agen karsinogenik DMBA (Dymethylbenz () Anthrasen). Senyawa DMBA yang
teraktivasi di hepar dapat membentuk karsinogen aktif dan menyebabkan kerusakan DNA. Induksi
DMBA dapat menyebabkan terjadinya kanker sehingga terjadi peningkatan kadar progesteron pada
serum dan inflamasi sistemik pada organ reproduksi seperti uterus yang ditandai dengan peningkatan
ekspresi iNOS. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui seberapa besar pengaruh induksi DMBA
terhadap ekspresi iNOS pada uterus dan kadar progesteron pada serum. Metode penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah true experimental laboratory dengan menggunakan tikus
(Rattus norvegicus) strain Sprague-dawley betina berusia 10-12 minggu yang terbagi dalam dua
kelompok perlakuan yaitu kontrol negatif dan kontrol positif. Induksi DMBA dinjeksikan secara
intramammary dengan dosis 10 mg/kg BB sebanyak 10 kali setiap 48 jam. Induksi estrogen dengan
dosis 20.000 IU/kg BB secara intramuscular selama 2 kali dalam seminggu. Parameter yang diamati
adalah ekspresi iNOS dengan metode imunohistokimia dan kadar progesteron dengan uji ELISA.
Analisa data dilakukan dengan parametrik uji T dengan = 0,05. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa induksi DMBA dengan dosis 10 mg/kgBB dan estrogen dengan dosis 20.000 IU/kg BB dapat
meningkatkan ekspresi INOS di uterus dan kadar progesteron sebanyak 169,8% (8,15 0,56) dan 180
% (15,15 4,13) berturut-turut.
Kata Kunci : Kanker Mammae, DMBA, iNOS, Hormon Progesteron

ABSTRACT
Mammary cancer is cancer that can be triggered by DMBA (Dymethylbenz () Anthrasen)
carcinogen within the breast tissue. An activated DMBA compound in liver can form an activecarcinogen and causing DNA damage. The induction of DMBA could cause a cancer so that lead to
increase the level of progesterone and systemic inflammation on reproductive organs such as uterus
which characterized by an increasing the expression of iNOS. The purpose of this research is focused
on the influence of DMBA induction against the expression of iNOS on uterus and progesterone
levels on serum. The methodology was true experimental laboratory by using rats (Rattus norvegicus)
which divided into two groups: negative control and positive control. DMBA induction was injected
intramammary with dose of 10 mg/kg of weight for 10 times every 48 hours ratio. Induction of
estrogen with dose of 20,000 IU/kg of weight intramuscularly for twice a week. Observed parameters
were an iNOS expression by using immunohistochemistry method and progesterone levels with
ELISAs test. Data analysis was done by parametric T test with = 0,05. The results showed that
induction of DMBA with dose of 10 mg/kg of weight and estrogen with dose of 20,000 IU/kg of
weight could increase iNOS expression in uterus and proesterone levels 169.8% (8.150.56) and 180
% (15.15 4.13) respectively.
Keywords : Mammary cancer, Rattus Norvegicus, DMBA, iNOS, Progesterone Hormon

peningkatan permeabilitas dan dilatasi


pembuluh darah. Keadaan ini akan
memicu mobilisasi monosit ke bagian
yang mengalami luka sehingga dapat
berdiferensiasi menjadi makrofag. Pada
sistem imun seluler, sel T yang
terstimulasi
oleh
antigen
akan
mengaktivasi makrofag untuk melakukan
proses fagositosis. Menurut Tomer (2003),
makrofag dapat melaksanakan fungsi
efektornya
setelah
diaktivasi
oleh
macrophage activating factors (MAP).
Aktivasi MAP mampu mengkonversikan
molekul reactive oxygen intermediate
(ROI) dan memproduksi nitric oxide(NO).
Kadar estrogen yang tinggi dalam
tubuh akibat penambahan induksi estrogen
sebelum penyuntikan DMBA mampu
menggangu
keseimbangan
hormon
androgen dalam tubuh. Toksisitas DMBA
dalam jaringan dipicu oleh hormon
estrogen. Hormon estrogen yang paling
banyak dalam tubuh adalah estradiol
(Clemos and Gross, 2001). Hal tersebut
mempengaruhi kadar progesteron dalam
serum.
Berdasarkan dari latar belakang di
atas
dilakukan
penelitian
untuk
mengetahui ekspresi dari protein-protein
yang banyak dihasilkan pada sel kanker
terutama ekspresi iNOS (Inducible Nitric
Oxide Synthase) dan kadar progesteron
pada hewan coba tikus (Rattus norvegicus)
yang telah diinduksi DMBA.

PENDAHULUAN
Kanker disebut dengan neoplasma
didefinisikan sebagai sebuah masa
jaringan abnormal yang mampu tumbuh
berlebihan tanpa koordinasi dengan
pertumbuhan jaringan normal dan akan
tetap tumbuh secara berlebihan walaupun
stimulus yang menyebabkan perubahannya
berhenti (Wypij et al.,2006).
Kanker mammae merupakan tumor
ganas (malignant) atau tumor tenang
(benign) pada kelenjar mammae (Tilley &
Smith, 2004).
Sel-sel kanker dapat berkembang
karena banyak sebab diantaranya adalah
karena mutasi genetik. Mutasi gen
penyebab kanker bisa disebabkan oleh
paparan radiasi UV dan bahan kimia,
seperti paparan terhadap 7,12 dimetylbenz
() antrasen (DMBA). Senyawa DMBA
bersifat mutagenik, teratogenik,sitotoksik,
karsinogenik,dan imunosupresif (Sutrisno,
2011). Senyawa DMBA juga diketahui
memiliki potensi untuk memicu timbulnya
kanker (Meiyanto., dkk, 2007).
Penelitian yang dilakukan oleh
Cordeiro dan Kaliwal (2011), induksi
seyawa DMBA dilakukan secara intra
mammary subcutaneous dengan dosis 20
mg/kgBB satu minggu sekali selama 4
minggu. Pembuatan hewan model kanker
mammae dengan pemberian senyawa
DMBA secara oral memiliki kekurangan
yaitu membutuhkan waktu yang lama
untuk pembentukan kanker pada hewan
model,
sehingga
penelitian
ini
menggunakan cara injeksi intra mammary
subcutan dengan modifikasi dosis 10
mg/kgBB dengan pemberian selang waktu
48 jam sekali sebnyak 10 kali. Senyawa
DMBA yang diberikan secara subcutan
memiliki kelebihan yang lebih cepat dalam
pembentukan kanker, karena senyawa
DMBA langsung diberikan pada target
organ yaitu mammae tikus sehingga lebih
mempersingkat waktu penelitian.
Kerusakan sel dan adanya benda
asing akan mengaktivasi pelepasan dari
mediator inflamasi yang akan memicu
aktivasi
platelet
sehingga
terjadi

MATERI DAN METODE


Rancangan Penelitian dan Persiapan
Hewan Coba
Penelitian ini bersifat bersifat
eksperimental menggunakan rancangan
penelitian eksperimental di Laboratorium.
Tikus dibagi menjadi 2 kelompok yaitu
kelompok kontrol negatif adalah tikus
sehat yang hanya diberi makan dan
minum, dan kelompok kontrol positif yang
diinduksi DMBA dengan dosis 10 mg/kg
BB selama 10x dan estrogen 20.000 IU/kg
BB selama 5x. Penelitian ini menggunkan
hewan coba berupa tikus putih (Rattus
norvegicus) betina strain sparague dawley
2

berumur 10-12 minggu dengan berat badan


160-200 gram. Penggunaan hewan coba
telah mendapat sertifikat laik etik oleh
Komisi Etik Penelitian Universitas
Brawijaya Nomor189-KEP-UB.

pangkal ekor dengan silet atau gunting


yang steril. Darah ditampung pada tabung
sebanyak 2 ml, kemudian diletakkan
miring 45 dan dibiarkan mengendap pada
suhu kamar, selanjutnya dilakukan
sentrifugasi untuk mendapatkan serum
yang diinginkan.

Induksi Dosis DMBA dan estrogen


Penentuan dosis DMBA mengacu
pada hasil modifikasi penelitian Cordeiro
dan Kaliwal (2011)
yaitu dengan
menimbang DMBA sesuai dosis yang
sudah disesuaikan dengan berat badan
tikus, dosis yang digunakan adalah 10
mg/kg BB. DMBA kemudian dilarutkan
dalam normal saline (NS) serta minyak
biji bunga matahari (MBBM) dengan
perbandingan 1:3 (modifikasi Pugalendhi
et al., 2011). Injeksi DMBA diberikan
melalui injeksi subkutan ke dalam sisi-sisi
mammae yang tepat (intra mammae) pada
kelompok kontrol positif sebanyak 3x
dalam seminggu.
Sebelum
dilakukan
induksi
DMBA, dilakukan induksi estrogen pada
kelompok tikus kontrol positif . Induksi
estrogen dengan dosis 20.000 IU/kg BB
untuk 0,2 ml per ekor selama 2x per
minggu secara intramusculus.

Pengukuran Kadar Progesteron dengan


Uji ELISA
Pengujian ELISA dilakukan 1x
dalam penelitian ini. Pengujian dilakukan
setelah hewan coba diberi perlakuan
induksi DMBA. Sampel serum yang diuji
adalah kontrol negatif, dan kontrol positif.
Pengambilan Organ Uterus
Pengambilan organ uterus tikus
dilakukan pada hari ke 28. Langkah
pertama tikus dimasukan dalam wadah
yang berisi kloroform. Setelah itu tikus
diletakkan posisi terlentang dan dilakukan
insisi pada bagian abdomen, kemudian
organ uterus diambil. Organ uterus dicuci
dengan NaCl fisiologis 0,9% dan
selanjutnya uterus dimasukkan dalam PFA
4%.
Pembuatan preparat histopatologi
Proses
pembuatan
preparat
histopatologi terdiri dari fiksasi, dehidrasi
dan infiltrasi penjernihan, infiltrasi
paraffin, embedding, sectioning dan
penempelan di gelas objek (Muntiha,
2001).

Pengamatan tikus pasca induksi DMBA


Tikus yang sudah diinduksi DMBA
ditimbang berat badannya dan dilakukan
palpasi pada daerah mammae setiap setiap
minggu hingga setelah 10x induksi selesai.
Palpasi dilakukan untuk mengetahui
perkembangan
kanker
sampai
terbentuknya nodul pada mammae tikus.
Palpasi pada daerah mammaedilakukan
setiap satu minggu sekali (Hamid dan
Meiyanto, 2009).

Pewarnaan Imunohistokimia untuk melihat


Ekspresi iNOS
Preparat uterus direndam ke dalam
xylol I, xylol II, ethanol absolut 1, ethanol
absolut 2, ethanol 90%, ethanol 80%,
ethanol 70%, ethanol 30% dan aquades
selama (5 menit). Preparat dicuci dengan
PBS pH 7,4 (3x5 menit). Unmusking
dalam buffer sitrat pH 6 dan edta pH 8
(10-20 menit) suhu suhu 9C dan cuci
dengan akuades. Jaringan ditetesi 3%
H2O2 (10 menit) lalu dicuci dengan PBS
pH 7,4 (3x5 menit) dan diblok dengan
susu skim 1% dalam PBS 30 menit suhu

Pengambilan sampel darah


Pengambilan darah dilakukan 2
kali, yaitu sebelum dan setelah pemberian
perlakuan. Pengambilan sampel darah
diambil melalui vena coxygeal. Tikus
dimasukkan dalam selongsong yang sesuai
ukurannya tubuh tikus.
Ekor tikus
dijulurkan keluar dan vena lateralis pada
ekor di incis (dipotong) 0,2 2 cm dari
3

ruang. Jaringan dicuci dengan PBS pH 7,4


selama (3x5 menit). Jaringan diinkubasi
dengan antibodi primer dalam susu skim
1% dalam pbs-tween suhu 4C (24 jam).
Slide dicuci dengan PBS pH 7,4 (3x
menit). Inkubasi dengan antibodi sekunder
goat anti-rabbit berlabel biotin dengan
suhu ruang (1 jam). Dicuci dengan PBS
pH 7,4 (3x5 menit). Ditetesi dengan SAHRP dalam suhu ruang (45 menit) dan
dicuci dengan PBS pH 7,4 (3x5 menit).
Ditetesi
dengan
DAB
(Diamano
Benzidine) dalam suhu ruang (30 menit)
dan dicuci dengan PBS pH 7,4 (3x5
menit). Counterstaning dengan Mayer
Hematoxylen (10 menit) lalu direndam
dalam air kran (10 menit). Slide dicuci
dengan akuades dan dikeringkan kurang
lebih satu malam. Dibilas dengan aquades
dan dikeringkan. Mounting slide dengan
entelan lalu keringkan dalam suhu ruang
dan ditutup dengan cover glass (Hayat,
2005).

setelah induksi pertama kali, dengan


adanya benjolan pada daerah mammae
tikus perlakuan dengan bentukan padat,
dan keras. Pada hari ke 28 nodul semakin
membesar, mengeras dan tidak dapat
digerakkan.
Induksi DMBA secara subkutan
pada mammae tikus dapat menyebabkan
DMBA langsung menuju target organnya
yaitu mammae. Zat DMBA yang masuk ke
dalam tubuh mampu dimetabolisme oleh
tubuh setelah 48 jam, sehingga pada
penelitian ini induksi DMBA dilakukan
setiap 48 jam sekali agar DMBA yang
terdapat dalam tubuh tetap stabil dan
mampu menginisiasi kanker dengan waktu
yang lebih cepat (Kuhl, 2013). Menurut
Khasanah (2013) adanya benjolan pada
daerah mammae yang sudah mengeras dan
tidak beraturan menunjukkan terjadinya
kanker mammae. Nodul terbentuk akibat
dari sel yang mengalami perkembangan
yang berlebih (proliferasi) sehingga
berbentuk massa padat (Wongso dan
Iswahyudi, 2013). Terjadinya (Gambar 1)
proliferasi dapat dilihat berdasarkan
gambar histopatologi duktus mammae
yang didapatkan. Gambar A menunjukkan
gambar histopatologi duktus normal, sel
epitel kuboid selapisnya tidak mengalami
proliferasi.
Sedangkan
Gambar
B
menunjukkan gambar histopatologi duktus
yang mengalami proliferasi, ditunjukkan
dengan sel epitel selapis kuboid yang
mengalami proliferasi.

Pengamatan Ekspresi iNOS


Perhitungan
persentase
area
ekspresi iNOS diamati menggunakan
mikroskop olympus dengan perbesaran
400x sebanyak lima lapang pandang dan di
analisa menggunakan software Axio
Vision.
Analisa Data
Data yang diperoleh dari penelitian
ini adalah data kuantitatif yang kemudian
dianalisa menggunakan independent T test
dengan =0,05.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pemeriksaan nodul kanker
Pemeriksaan nodul pada jaringan
mammae adalah metode yang digunakan
untuk mengetahui keberhasilan pembuatan
hewan
model
kanker
mammae.
Pemeriksaan nodul dilakukan dengan cara
melakukan palpasi pada daerah mammae
setiap seminggu sekali (Hamid dan
Meiyanto, 2009). Pada penelitian ini nodul
kanker pertama muncul pada hari ke 14

Gambar 1. Gambar Histopatologi Duktus Mammae (Perbesaran 400x)


Ket : A= Duktus mammae normal dan B = duktus mammae yang mengalami proliferasi

Terbentuknya
nodul
pada
penelitian ini digunakan sebagai penanda
keberhasilan awal pembentukan kanker
mammae, dan selanjutnya dapat dilakukan
pemeriksaan terhadap kadar progesteron
dalam serum dan ekspresi iNOS pada
uterus
guna
mengetahui
pengaruh
terjadinya kanker mammae akibat induksi
DMBA.

Pengaruh induksi DMBA terhadap


kadar progesteron pada serum tikus model
kanker
mammae
dapat
diketahui
menggunakan metode ELISA. Nilai kadar
progesteron dari masing-masing perlakuan
dihitung rata-ratanya untuk mengetahui
besarnya peningkatan yang terjadi. Ratarata progesteron pada kelompok positif
lebih besar daripada kelompok negatif
dimana menunjukkan peningkatan sebesar
180% (Tabel 1).

Pengaruh Induksi DMBA Terhadap


Kadar Progesteron Pada Serum Tikus
Model Kaker Mammae

Tabel 1. Kadar Progesteron Serum Tikus Kontrol Negatif dan Tikus Perlakuan yang
diinduksi DMBA
Kelompok perlakuan

Rata-rata kadar progesteron SD

Peningkatan (%)

A. Kontrol Negatif

5,47 0,87

B. Perlakuan

15,15 4,13

180

kadar
progesteron
sebagai
tanda
keberhasilan
terbentuknya
kanker
mammae.
Progesteron berperan di dalam
organ reproduksi termasuk kelenjar
mammae
dan
endometrium
serta
peningkatan suhu tubuh manusia. Organ
target progesteron yang lain adalah uterus,
dimana progesteron dalam kondisi normal
membantu implantasi ovum. Progesteron
pada mammae memiliki peran dalam
proliferasi sel-sel alveolar, membesar dan

Nilai kadar progesteron yang diperoleh


kemudian
dilakukan
analisa
hasil
menggunakan uji T tidak berpasangan
menggunakan softwere SPSS dilihat dari
nilai Sig yang tercantum pada hasil uji T
tidak berpasangan. Nilai Sig (2tailed)
diketahui sebesar 0, 00 dimana 0,05.
Nilai Sig (2tailed) 0,05 secara statistik
menunjukkan bahwa ada perbedaan nyata
yang signifikan antara kedua kelompok
pada 0,05. Artinya bahwa induksi
DMBA mempengaruhi pada peningkatan
5

berpengaruh pada proses sekresi air susu


(Anwar, 2005).
Kadar hormon progesteron pada
kelompok kontrol positif memiliki kadar
yang tinggi dibandingkan dengan kontrol
negatif. Kanker mammae dipengaruhi oleh
aktivitas
paparan
estrogen
yang
mengakibatkan proliferasi sel yang tidak
terkontrol (Cahyanti, 2008). Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Pratiniyata
(2015) bahwa estrogen ikut berperan
dalam metabolisme DMBA dan diproduksi
lebih banyak selama proses karsinogenesis
pada kanker mammae.
Pasca
induksi
DMBA
menyebabkan kadar estrogen dalam darah
meningkat, hal tersebut menunjukkan
adanya aktivitas dari estrogen endogen
terutama estradiol yang dihasilkan oleh sel
theca ovarium. Estradiol akan menjadi
ligan dari receptor estrogen (RE) dan
substrat enzim cytochrome P-450 sehingga
kebutuhan estrogen menjadi tinggi dalam
tubuh. Dalam penyerapan sebagai ligand
dan substrat, estrogen merangsang
proliferasi sel dan ekspresi gen melalui RE
dan menyebabkan kerusakan DNA melalui
oksidasi cincin aromatik A yang
menghasilkan metabolit oksidasi berupa
catechol estrogen. Ikatan antara DNA
dengan catechol estrogen membentuk
DNA adduct dan menyebabkan terjadinya
kanker mammae (Mueller et al., 2002)
Peningkatan
estrogen
akan
berpengaruh
terhadap
Gonadotropin
Releasing Hormone (GnRH) untuk
mensekresikan
hormon
progesteron
menjadi berlebih akibat adanya aksi
mekanisme hormon. Estrogen yang tinggi
tersebut mempengaruhi kelenjar pituitari,
sehingga
kelenjar
pituitari
akan
menstimulasi sintesis prolaktin (Scully, et
al.,1997). Prolaktin akan menginduksi
ovarium untuk memproduksi progesteron,
sehingga produksi progesteron menjadi
meningkat (Brisken and OMallley, 2010).

Progesteron mampu menginduksi


ductal side-branching pada kelenjar
mammae dan lobu alveolo genesis pada sel
epitelial mammae. Selain itu estrogen
berperan dalam proliferasi mammae
normal
melalui
aktivasi
reseptor
progesteron. Progesteron merangsang
mitosis epitel mammae. Progesteron
berperan penting pada pengaturan
viabilitas sel granulosa maupun sel luteal
dan diketahui menghambat proses
apoptosis (Anderson, 2002)
Progesteron berperan sebagai
aktivator lintasan tumorgenesis pada sel
mammae yang diinduksi karsinogen.
Estrogen yang tinggi akibat paparan
DMBA mempengaruhi kesetimbangan
hormon dalam tubuh, sehingga tubuh
mensintesis hormon progesteron. Estrogen
mengaktivasi ekspresi hormon progesteron
pada sel epitel. Estradiol dalam tubuh
mampu meregulasi transkripsi RE, selain
itu juga mampu menginduksi transkripsi
progesteron receptor (RP) untuk memacu
pertumbuhan sel dan berinteraksi dengan
esrogen receptor (RE) serta menstimulasi
reseptor estrogen untuk memacu terjadinya
mitosis.
Pada penelitian ini terbukti terjadinya
kanker mammae yang ditandai dengan
peningkatan kadar hormon progesteron
yang lebih tinggi pada kelompok kontrol
positif, sehingga dapat dimungkinkan
sudah terbentuknya kanker mammae oleh
induksi DMBA sebagai zat karsinogenik.
Pengaruh induksi DMBA terhadap
ekspresi iNOS (Inducible Nitric Oxide
Synthase)Pada Uterus Tikus Model
Kaker Mammae
Hasil ekspresi iNOS (Inducible
Nitric Oxide Synthase) pada uterus tikus
model kanker mammae kelompok kontrol
negatif dan kelompok kontrol positif
diamati dengan metode imunohistokimia
(Gambar 2).

A
Q

Gambar 2. Ekspresi INOS pada uterus tikus (Perbesaran 400x)


Ket : A= Uterus tikus kontrol negatif dan B = uterus tikus
perlakuan (pasca induksi DMBA 10 mg/kg BB dan estrogen 20.000 IU/kg BB), (
ekspresi iNOS

)=

Ekspresi INOS tampak berwarna


tersebut mengekspresikan antigen iNOS.
coklat yang muncul karena pewarnaan
Pada Gambar tampak ekspresi iNOS
imunohistokimia. Warna coklat muncul
kelompok
kontrol
negatif
dengan
karena
pada
proses
pewarnaan
intensitas lebih rendah dari kelompok
imunohistokimia antigen iNOS pada
perlakuan. Hasil ekspresi iNOS diperoleh
jaringan uterus berikatan dengan antibodi
dari data kuantitatif dengan perhitungan
primer yaitu antirabbit iNOS dan
rata-rata presentase dari 5 lapang pandang
dilakukan penambahan substrat berupa
dengan perbesaran 400x dan hasilnya
kromogen (Diamano benzidine). Warna
dianalisa menggunakan software Axio
coklat menandakan bahwa pada jaringan
vision.
Tabel 2. Presentase area Ekspresi iNOS pada uterus tikus
Kelompok perlakuan

Rata-rata kadar progesteron SD

Peningkatan (%)

A. Kontrol Negatif

3,02 0,63

B. Perlakuan

8,15 0,56

169,8

Tikus yang diinduksi DMBA


menunjukkan peningkatan ekspresi iNOS.
Berdasarkan Tabel 2 terdapat peningkatan
ekspresi iNOS pada kelompok perlakuan
dibanding dengan kelompok tikus kontrol
negatif. Ekspresi iNOS pada kelompok
kontrol negatif menunjukkan hasil ekspresi
yang rendah apabila dibandingkan dengan
kelompok perlakuan. iNOS dalam keadaan
normal akan diekspresikan dalam jumlah
sedikit oleh makrofag pada uterus.Pada
sistem imun seluler, sel T yang
terstimulasi
oleh
antigen
akan

mengaktivasi makrofag untuk melakukan


proses fagositosis (Tomer, 2003). Nilai
ekspresi iNOS pada kelompok kontrol
negatif digunakan sebagai standar untuk
menentukan adanya perubahan, baik
peningkatan atau penurunan yang terjadi
karena pengaruh perlakuan. Hasil analisa
menggunakan uji T tidak berpasangan
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan (P<0,05) antara kelompok
kontrol negatif dan kelompok perlakuan.
Nitric oxide (NO) merupakan
radikal bebas yang dibentuk dari asam
7

amino L-arginin oleh Nitric Oxide


Synthase (NOS). Nitric Oxide Synthase
(NOS) pada manusia (dan tikus)
mempunyai tiga macam bentuk, yaitu: 1)
Neuron Nitric Oxide (nNOS atau NOS-1)
yang ditemukan pada sel saraf berperan
sebagai
neuromodulator
atau
neuromediator, 2) Endothelial Nitric Oxide
(eNOS atau NOS-3) yang ditemukan pada
sel endotel pembuluh darah berfungsi
mempertahankan tekanan pembuluh darah
tetap rendah dan mencegah perlekatan
leukosit serta platelet ke dinding pembuluh
darah, dan 3) Inducible Nitric Oxide
Synthase (iNOS atau NOS-2) yang
ditemukan pada makrofag. NO dikatalase
oleh iNOS ini banyak terdapat pada
kondisi inflamasi. Makrofag merupakan
mediator imunitas seluler. Makrofag
merupakan sel inflamatorik yang berperan
pada respon imun akut bersama neutrofil
(Soesilo, 2012).
Hasil induksi DMBA pada tikus
secara
subcutan
pada
mammae
menyebabkan DMBA diubah menjadi
bentuk yang reaktif oleh enzim sitokrom
P-450 menjadi ultimate carsinogen berupa
senyawa
epoksida
dihidrol
yang
merupakan metabolit aktif dari DMBA
(Rowland, et al., 2001). Metabolit aktif
DMBA ini dapat membentuk DNA adduct
dengan menginduksi reactive oxygen
spesies (ROS) (Weimer, et.,al 2000).
Reactive oxygen species (ROS) dapat
menyebabkan inflamasi sistemik pada
uterus karena ROS mudah terbawa oleh
aliran darah ke seluruh tubuh. Peningkatan
ROS sangat berbahaya karena memiliki
sifat reaktifitas yang tinggi. Keberadaan
ROS yang tinggi dan antioksidan dalam
tubuh yang tidak seimbang menyebabkan
terjadinya stress oksidatif (Fiqriyana,
2010).
Kejadian kanker mammae mampu
meningkatkan ROS di dalam tubuh. ROS
menjadi sangat reaktif dan memerlukan
oksigen yang cukup banyak untuk
perlawanan terhadap sel-sel kanker, proses
tersebut disebut dengan respiratory burst.
Makrofag
yang
teraktivasi
akan

melakukan respiratory burst melalui


konversi molekul oksigen menjadi reactive
oxygen
intermediate
(ROI)
dan
memproduksi nitric oxide (NO). Inducible
nitric oxide synthaze (iNOS) muncul
karena reaksi inflamasi akibat makrofag
yang teraktivasi oleh antigen. Semakin
banyak nitric oxide (NO) yang diproduksi,
maka semakin meningkat pula ekspresi
INOS dalam mengkatalis produksi NO
(Soesilo, 2012).
Kerusakan sel akan mengaktivasi
pelepasan dari mediator inflamasi yang
akan memicu aktivasi dari platelet
sehingga terjadi peningkatan permeabilitas
dan dilatasi pembuluh darah. Keadaan ini
akan memicu mobilisasi monosit ke bagian
yang mengalami luka sehingga dapat
berdiferensiasi menjadi makrofag (Boyer,
et al., 2000). Menurut Tomer (2003),
makrofag dapat melaksanakan fungsi
efektornya
setelah
diaktivasi
oleh
macrophage activating factors (MAP).
Aktivasi MAP mampu mengkonversikan
molekul reactive oxygen intermediate
(ROI) dan memproduksi nitric oxide(NO)
(Tomer, 2003).
Aktivasi makrofag menghasilkan
iNOS untuk pembunuhan patogen intrasel.
Makrofag mencit yang mengaktifasi
sitokin IFN, TNF, IL-1, dan IL-2 dengan
bantuan INOS akan terinduksi untuk
membentuk NO dari prekursor Larginin,dimana sitokin akan menstimulasi
terjadinya inflamasi sistemik pada uterus
(Mantovani, et al., 2008). Ekspresi dari
iNOS dapat teramati melalui pewarnaan
imunohistokimia dengan banyaknya warna
coklat pada kelompok perlakuan yang
menunjukkan uterus mengalami kerusakan
karena induksi DMBA.
KESIMPULAN
1. Induksi
7,12-dimetilbenz
()
antrasen (DMBA) dengan dosis 10
mg/kg BB secara subcutan pada
mammae tikus (Rattus norvegicus)
dapat
meningkatkan
kadar
progesteron dalam serum tikus

secara signifikan hingga 180%


dibandingkan pada tikus kontrol.
2. Induksi
7,12-dimetilbenz
()
antrasen (DMBA) dengan dosis 10
mg/kg BB secara subcutan pada
mammae tikus (Rattus norvegicus)
dapat
meningkatkan
ekspresi
Inducible Nitric Oxide (iNOS)
dalam
serum
tikus
secara
signifikan
hingga
169%
dibandingkan pada tikus kontrol.

epithelial-mesnchymal transitions.
Biochem Pharmacol. 60:1091-1099.
Cahyanti, R.D. 2008. Bcl-2 Dan Indeks
Apoptosis
Pada
Hiperplasia
Endometrium Non-Atipik Simpleks
Dan Kompleks [Tesis]. Program
Pasca Sarjana Magister Ilmu
Biomedik Dan Program Pendidikan
Dokter
Spesialis
I
Obstetri
Ginekologi. Universitas Diponegoro
Clemons, M. And Gross, P., 2001.
Estrogen And The Risk of Breast
Cancer. N. Engl. J. Med. 344(4).
276-285.
Cordeiro M.C and Kaliwal B.B. 2011.
Antioxidant Activity of Bark Extract
of Bridelia Retusa Spreng on DMBA
Induced Mammary Carsinogenesis
in Female Sparague Dawley Rats.
Journal of pharmacogonosy. 2: 1420
Fiqriyana MA. 2010. Pengaruh Pemberian
Ekstrak Euchema Spinom Terhadap
Kadar Glukosa dalam Darah dan
Aktivitas Superoksida Dismutase
(SOD) Pada Tikus Terpapar Multiple
Low Doses Streptozotocin (MLDSTZ) [Skripsi]. Malang: Fakultas
Matematika dan Ilmu pengetahuan
Alam Universitas Brawijaya
Khasanah, S.T. 2013. Karsinoma mammae
stadium IV dengan tanda-tanda
dyspnoe dan paraplegi ekstremitas
inferior. Medula. 1(2).
Kuhl R. 2013. Consideration for Use of
Dimethylbenzantracene (DMBA).
Madison: Environment, Health,
and
Safety
Department
of
University of Wisconsin.
Mantovani, A., Allavena, P., Sica, A.,
Balkwill F. 2008. Cancer Related
Inflammation. Nature. 454 : 436-444
Meiyanto, E., Sri,T., Sri, S., Retno M.,
Sugiyanto. 2007. Penghambatan
Karsinogenesis Kanker Payudara
Tikus Terinduksi DMBA pada Fase
Post Inisiasi oleh Ekstrak Etanolik
Daun Gynura Procumbens (Lour),
Merr. Mjalah Farmasi Indonesia,
18(4), 169-175, 200

SARAN
Perlu dilakukan penelitian induksi
DMBA lebih lanjut dengan dosis yang
berbeda untuk mengetahui dosis yang
paling optimal dalam pembuatan hewan
coba kanker mammae. Selain itu perlu
dilakukan observasi lebih lanjut terkait
dengan dampak induksi DMBA dalam
pembuatan hewan model kanker mammae
terhadap
uterus,
apakah
mampu
menyebabkan kanker atau hanya inflamasi.
UCAPAN TERIMAKASIH
Peneliti mengucapkan terima kasih
kepada analis dan staf Laboratorium
Biokimia
Fakultas
MIPA
dan
Laboratorium
Farmakologi
Fakultas
Kedokteran Universitas Brawijaya yang
telah membantu dalam penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson,E. 2002. The Role of Oestrogen
and Progesterone Receptors In
Human Mammary Development and
Tumorigenesis. Breast Cancer Res .
4:197-201
Ariesta, R.L. 2011. Aktifitas Superoksida
Dismute
(SOD),
Kadar
Malondialdehid (MDA), Ekspresi
INOS dan Gambaran Histopatologi
Jaringan Pankreas Tikus Diabetes
Melitus tipe I yang Mendapat Terapi
Ekstrak Temu Giring [M.Sc. Thesis].
Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan
Alam
Universitas
Brawijaya. Malang
Boyer, B., A.M. Valles and N. Edme.
2000. Induction and regulation of
9

Mueller, S.O., James A.C., Page H.M, and


Kenneth S.K. 2002. Mammary
Gland Development in Adult Mice
Requires Epithelial and Stromal
Estrogen Receptor . Endocrinology
143(6):2357-2365
Naciff J.M., M.L. Jump, S.M. Torontali,
G.J. Carr, J.P. Tiesman, G.J.
Overmann J. Gary, and G.P.
Daston. 2002. Gene Expression
Profile Induced by 17-Ethynyl
Estradiol, Bisphenol A, and
Genistein in the Developing
Female Reproductive System of
the Rat. Oxford Journal of Toxicol
Science.Vol.68(1):184-99.
OMalley B, Brisken C. 2010. Hormone
Action in The Mammary Gland.Cold
Spring Harbor Laboratory Press.
http://cshperspective.cshlp.org/ [11
June 2015].
Pratiniyata S. 2015. Pengaruh Induksi
DMBA
(7,12Dimethylbenz(a)anthracene)
Multiple Low Dose (MLD) Terhadap
Kadar Estrogen dan Ekspresi ICAM1 (Intercellular Adhesion Molecule1) pada Jaringan Mammae Tikus
(Rattus
norvegicus)
[skripsi].
Malang:
Fakultas
Kedokteran
Hewan Universitas Brawijaya
Pugalendhi P, S. Manoharan, K. Suresh,
N. Baskaran. 2011. Genistein and
Daidzein, in Combination, Protect
Cellular Integrity During 7,12Dimethybenz[a]antrance (DMBA)
Induced Mammary Carcinoogenesis
in Sparague-Dawley Rats. Afr J
Tradit Complement Altern Med.
8(2):91-97.
Rowlands, J.C., L. He, R. Hakkak., M.J.J.
Ronis., and T.M. Badger. 2001.
Soy
and
Whey
Proteins
Downregulate
DMBA-Induced
Liver and Mammary Gland CYP1
Expression in Female Rats. Journal
of Nutrition. 131 : 3281-3287.
Tilley LP dan Smith FW. 2004. The 5Minute
Veterinary
Consult.

Philadelphia: Lippincott Williams


and Wilkins.
Weimer,T.L., Reddy, A.P., Harttig, U.,
Alexander, D., Stamm, S.C., Miller,
M., Baird, W., Hendricks, J., and
Bailey, G., 2000. Influence of
Naphthoflavone
on
7,12Dimethylbenz[a]anthracene
Metabolism, DNA Adduction, and
Tumorigenicity in Rainbow Trout.
Toxicological Sciences. 57 : 217-228
Wongso, H dan Iswahyudi. 2013. Induksi
Kanker Pada Tikus Putih Sprague
Dawley sebagai Hewan Model
Dalam Penelitian Radiofarmaka.
Prosiding Seminar Sains dan
Teknologi Nuklir. Bandung.
Wypij J, Fan TM, Lorimier LP. 2006.
Malignant
Mammary
Tumors:
Biologic
Behavior,
Prognostic
Factors, and Therapeutic Approach
in
Cats.
http//www.VeterinaryMedicineDVM
360.com. [28 September 2008].

10

Anda mungkin juga menyukai