Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Fraktur adalah kondisi terjadinya diskontinuitas tulang.1 Menurut Riset

Kesehatan Dasar 2018, prevalensi fraktur yang disebabkan oleh cidera di

Indonesia adalah sekitar 5,5%.2 Dalam proses penyembuhan fraktur, dibutuhkan

keseimbangan antara stabilitas biologis dan biomekanik untuk menghindari

komplikasi selama proses penyembuhan tulang. Komplikasi penyembuhan tulang

terdiri dari, delayed union, nonunion, dan malunion. Delayed union terjadi pada

penyatuan tulang yang berlangsung lama. Nonunion terjadi jika pada bulan ke-9

komponen fraktur gagal menyatu selama 3 bulan. Malunion terjadi jika

penyembuhan fraktur tepat waktu namun terdapat deformitas. Komplikasi

nonunion dapat diatasi dengan penggunaan bone graft untuk mendukung

penyembuhan tulang pada fraktur.3–5

Terapi pada fraktur tulang menggunakan material pengganti disebut bone

graft. Material bone graft harus memiliki tiga sifat dasar, yaitu osteogenik,

osteoinduksi, dan osteokonduksi. Terdapat tiga jenis bone graft, yaitu autograft,

allograft, dan alloplast atau bone substitute.6 Autograft adalah bone graft yang

diambil dari sebagian tubuh individu untuk ditransplantasikan pada bagian tubuh

lainnya di individu tersebut. Sampai saat ini, autograft menjadi standar baku

untuk menangani defek tulang, namun autograft memiliki kekurangan berupa

prosedur operasi tambahan dan keterbatasan jumlah material. Untuk mengatasi


kekurangan dari autograft, diperlukan material sintetik yang memiliki manfaat

serupa, yaitu bone substitute.7

Salah satu biomaterial yang sering digunakan dalam pelaksanaan bone

grafting adalah hidroksiapatit (HA). HA adalah komponen inorganik utama dari

tulang, sekitar 65-70%.8 HA yang sering digunakan untuk bone grafting berasal

dari tulang sapi (HA bovine). Namun, pembuatan HA bovine masih sulit

dilakukan dan harganya relatif mahal, yaitu berkisar pada Rp900.000,00-

Rp1.000.000,00 untuk setiap kemasan yang berisi 9 cm 3.9 Disisi lain, kebutuhan

bone graft dalam negeri semakin meningkat sehingga dibutuhkan bahan dasar

alternatif dalam pembuatan HA, salah satunya adalah cangkang kerang hijau.

Limbah cangkang kerang hijau di Indonesia mencapai 210-140 ton per

hektar setiap tahunnya. HA menyusun sekitar 95,69% dari total berat cangkang

kerang hijau sehingga dapat dihasilkan sekitar 133,97-287,07 ton HA per hektar

setiap tahunnya. Sejauh ini, bahan dasar HA cangkang kerang hijau baru

dimanfaatkan sebagai bahan olahan pangan tinggi kalsium dan bahan campuran

beton.10,11

Cangkang kerang hijau memiliki komposisi kalsium karbonat yang lebih

tinggi dibandingkan bovine. Semakin tinggi komposisi kalsium karbonat, semakin

banyak pula HA yang dapat dihasilkan. Selain itu, tingkat kemurnian yang lebih

tinggi pada cangkang kerang hijau dibandingkan bovine dapat mempercepat

proses penyembuhan tulang.12 Oleh karena itu, pemanfaatan HA cangkang kerang

hijau berpotensi untuk dikembangkan menjadi alternatif bahan dasar bone graft.
Pada penelitian ini diteliti pengaruh pemberian HA cangkang kerang hijau

terhadap skoring radiologi proses bone healing pada defek tulang femur kelinci.

Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk membuktikan efektivitas HA

cangkang kerang hijau sebagai material bone graft dan diharapkan dapat menjadi

sumber ilmu pengetahuan bagi penelitian selanjutnya.

1.2 Rumusan Masalah

Bedasarkan uraian latar belakang tersebut, dapat dirumuskan permasalahan

sebagai berikut: “Bagaimana pengaruh hidroksiapatit cangkang kerang hijau

terhadap skoring radiologi bone healing pada defek tulang femur kelinci?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah menilai pengaruh hidroksiapatit cangkang

kerang hijau terhadap skoring radiologi bone healing pada defek tulang femur

kelinci.

1.3.2 Tujuan Khusus

1) Menganalisis pengaruh hidroksiapatit cangkang kerang hijau terhadap

skoring kalus pada defek tulang femur kelinci.

2) Menganalisis pengaruh hidroksiapatit cangkang kerang hijau terhadap

skoring fracture line pada defek tulang femur kelinci.

3) Menganalisis pengaruh hidroksiapatit cangkang kerang hijau terhadap

skoring bone remodeling pada defek tulang femur kelinci.


1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Penelitian Bagi Ilmu Pengetahuan

Memberikan pemahaman mengenai pengaruh hidroksiapatit cangkang

kerang hijau terhadap skoring radiologi bone healing pada defek tulang femur

kelinci.

1.4.2 Manfaat Penelitian Bagi Penelitian Selanjutnya

Memberikan pengetahuan serta menjadi patokan penelitian lanjutan yang

berkaitan dengan hidroksiapatit cangkang kerang hijau terhadap skoring radiologi

bone healing pada defek tulang femur kelinci.

1.4.3 Manfaat Penelitian Bagi Masyarakat

Meningkatkan pengetahuan masyarakat terkait pengaruh hidroksiapatit

cangkang kerang hijau terhadap skoring radiologi bone healing pada defek tulang

femur kelinci.
1.5 Keaslian Penelitian

Tabel 1. Keaslian Penelitian


No. Judul Penelitian Metode penelitian Hasil penelitian
1. Khotib J, Lasandara Eksperimental Pengamatan histologi femur
CSC, Samirah S, kelinci menunjukkan perbedaan
Budiatin AS. Post-test only signifikan jumlah osteoklas,
Acceleration of Bone control group design osteoblas dan osteosit pada
Fracture Healing through ketiga kelompok. Kadar BALP
the Use of Natural juga menunjukkan perbedaan
Bovine Hydroxyapatite bermakna implan BHA atau
Implant on Bone Defect BHA-GEN dibanding tanpa
Animal Model. Folia implan pada hari ke-14 (p =
Medica Indones. 0,0361). Berdasarkan hasil
2019;55(3):176.13 rontgen terjadi penyatuan femur
lebih baik pada BHA atau BHA-
GEN dibandingkan kontrol.
2. Wirata IW, Purbantoro Eksperimental Pengamatan radiologi femur
SD, Sudimartini LM, kelinci menunjukkan perbedaan
Gunawan IWNF. Post-test only signifikan pada mineralized bone
Radiographic Evaluation control group design graft jika dibandingkan dengan
of Rabbit Femur demineralized bone graft pada
Implanted Bali Cattle minggu ke-2 dan ke-4 (P < 0,05).
Bone Graft. J Vet. Namun pada minggu ke-4 dan
2018;19(3):439–45.14 ke-6 tidak terdapat perbedaan
signifikan pada kedua kelompok.
3 Chen YJ, et al. Eksperimental Pengamatan histologi terdapat
Evaluation of New perbedaan signifikan formasi
Biphasic Calcium Post-test only tulang baru pada BiceraTM
Phosphate Bone control group design dibandingkan TriositeTM (p ≥
Substitute: Rabbit Femur 0.05). Pemeriksaan rontgen
Defect Model and terdapat penyatuan tulang yang
Preliminary Clinical baik pada kedua bone substitute.
Results. J Med Biol Eng.
2017;37(1):85–93.15

Penulis tidak menemukan kesamaan pada penelitian sebelumnya dengan

sampel cangkang kerang hijau sebagai bone graft. Sejauh ini, cangkang kerang

hijau baru dimanfaatkan sebagai bahan olahan tinggi kalsium dan campuran

beton.10,11

Anda mungkin juga menyukai