Anda di halaman 1dari 6

Tulang menunjukan reaksi terhadap tiap kelainan fisik, kimiawi, gangguan gizi, metabolisme,

endokrin, serta pada kelainan yang berhubungan dengan lingkungan dan keturunan (Gunawan,
2012). Adapun kelainan proses skeletal berupa(Gunawan, 2012):
1) Not ossified (NO), yaitu tidak terjadi penulangan. Contoh:

(Mishra, S.R. et al, 2003)


2) Partially ossified (PO), yaitu penulangan sebagian, tulang tumbuh tidak normal, hanya
sebagian saja. Contoh:

Sebuah kerangka janin dengan cacat calvaria dari kelompok eksperimen II,
diperlakukan dengan 50 mg / kg / hari gabapentin. Cacat signifikan calvaria terlihat jelas
pada tulang frontal dan parietal, yang tampak tumpang tindih dan cacat pada
pembentukan tulang-tulang. Terjadi penulangan sebagian di tulang Metakarpus dan

metatarsal. Pusat osifikasi primer pada tulang-tulang ini dan falang tidak muncul.
Kepadatan tulang kompak lengan dan kaki menurun dan calvaria juga menunjukkan
penulangan yang tidak sempurna (Afshar et al, 2009).
3) Cleaved (C), yaitu terjadi pembelahan tulang yang secara normal seharusnya tidak
terjadi. Contoh:

Pandangan ventral tengkorak tikus janin dari GD 19, diwarnai dengan alizarin
biru alcian merah-S. A) tulang palatine normal. B) langit-langit sumbing (panah) dalam
kasus diobati (20 mg / kg Cyclophosphamide, diperlakukan GD 10). Pa: palatine
(Mahabady et al, 2012).
4) Dumbbell-Shaped (DS), yaitu terjadi pertumbuhan tulang dengan bentuk dumbbell,
ujung-ujung tulang jauh lebih besar daripada bagian tengah tulang.
5) Asymmetrically-Shaped (AS), yaitu tulang tumbuh tidak simetris. Contoh:

(Setyawati, 2009)

6) Rudimentary (R), pertumbuhan tulang hanya berupa titik/garis saja, tidak bisa
membentuk tulang yang utuh. (Gunawan, 2012)

Ekor terbentuk rudimenter


(Mishra, S.R. et al, 2003)

Beberapa bentuk malformasi skeletal lain pada pengamatan embrio Mus musculus:
1. Kelainan bentuk costae dan sternum

Sejumlah fetus dengan kelainan bentuk costae berupa costae fusi serta adanya jembatan
costae ditemukan pada fetus percobaan ekstrak buah nanas muda kelompok dosis 80%, dan
costae dengan struktur tulang bergelombang ditemukan pada fetus kelompok dosis 20% (Gambar
2.b-c) (Setyawati et al, 2011).

Kelainan costae diduga dimulai sejak awal pembentukan blastema vertebrae. Fusi costae
mungkin disebabkan arah pertumbuhan tonjolan bakal costae dari vertebrae tidak beraturan dan
di beberapa tempat jarak antara rusuk yang berurutan sangat dekat. Costaecostae yang
berdekatan, ketika tumbuh memanjang, ada yang cenderung saling bersinggungan. Saat
osifikasi, costae-costae yang bersinggungan diosifikasi bersama sehingga akhirnya terjadi fusi.
Menurut Theiler (1988) dalam Yantrio et al. (2002), malformasi penulangan dapat disebabkan
karena gangguan pada somit, chorda dorsalis, dan diferensiasi skelerotom. Malformasi vertebrae
yang utama terletak pada gangguan proses segmentasi. Penggabungan dan kelainan
pembentukan vertebrae yang disebabkan karena gangguan somit terjadi pada awal
perkembangan.

Sterna janin dari GD 19, diwarnai dengan alizarin red-S alician blue. A: Kontrol. Dinding
sternum bersama-sama dengan unsur-unsur sternum dan kosta terpisah. B dan C: kelompok
eksperimen yang dicekoki dengan 20 mg / kg Cyclophosphamide pada hari ke-10. Teramati fusi
sternebra (B, C), hemisternebra (C) dan bentuk unusal prosesus xifoideus (Mahabady et al,
2012).
2. Kelainan vertebrae

Tampak dorsal kolom vertebral embrio Mus musculus hari ke-19, diwarnai dengan alizarin
red-S- alcian blue. A) normal. B) Spina bifida (panah) dengan pencekokan 20 mg / kg
Cyclophosphamide hingga embrio usia 10 hari (Mahabady et al, 2012).

Sebuah kerangka janin dengan scoliosis dari kelompok eksperimen II, diperlakukan dengan
50 mg / kg / hari gabapentin, yang telah diwarnai dengan Alizarin red S-Alcian blue (Afshar et
al, 2009).
3. Hipoplasia Mandibula

Sebuah kerangka janin dengan hipoplasia mandibula (panah hitam) dari kelompok
eksperimen II, diperlakukan dengan 50 mg / kg / hari gabapentin, yang telah diwarnai dengan
Alizarin biru SAlcian merah (Afshar et al, 2009).

DAFTAR PUSTAKA
Mishra, S.R., Sahai, A., Srivastava, A.K., Agrawal, A.K., Singh, P.J., dan Mishra, R.K. 2003.
Skeletal Anomalies In Fetal Alcohol Syndrome: A Study On Developing Mice Embryos.
Journal Anatomy Vol. 52(1): 51-54
Afshar, Mohammad, M. Hassanzadeh-Taheri, Seyed-Adel Moallem, dan Azadeh Tamizi. 2009.
Teratogenic effects of gabapentin on the skeletal system of Balb/C mice fetuses.
Neurosciences Vol. 14 (3): 239-244
Setyawati, Iriani dan Yulihastuti, Dwi Ariani. 2011. Penampilan Reproduksi dan Perkembangan
Skeleton Fetus Mencit Setelah Pemberian Ekstrak Buah Nanas Muda. Jurnal Veteriner Vol.
12 No. 3: 192-199
Mahabady, Khaksary. Varzi, H. Najafzadeh dan Bakhtiari E.2012. The Teratogenicity of
Cyclophosphamide on Skeletal System and Neural Tube of Fetal Mice. World Applied
Sciences Journal 16 (6): 831-834
Gunawan A., 2012. Uji Toksisitas Khas Ekstrak Air Herba Eupatorium Riparium Reg. Pada
Tikus Bunting Galur Sprague-Dawley, Tinjauan Terhadap sistem Skeletal Janin. Skripsi,
Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Setyawati, Iriani. 2009. Morfologi Fetus Mencit (Mus musculus L.) Setelah Pemberian Ekstrak
Daun Sambiloto (Andrographis paniculata Nees. Jurnal Biologi Vol 12 (2): 41-44

Anda mungkin juga menyukai