Anda di halaman 1dari 3

1.

Perubahan anatomi dan fisiologi tulang pada lansia


a. Komposisi Tulang
Unsur yang membentuk tulang terdiri dari mineral anorganik (65%), matriks
organik (35%), selosteoblas, osteoklas, osteosit dan air. Komponen matriks
tulang korteks dan trabekula tersusun atas matriks organik dan anorganik.
Komponen anorganik merupakan 65% dari seluruh masa tulang sedangkan
komponen organik sekitar 20 % dan air 10%. Kolagen tulang merupakan
komponen terbesar yang membentuk dan memungkinkan tulang menahan
regangan, sedangkan anorganik atau mineral berfungsi menahan beban
tekanan (Blackwell, 2009).
b. Siklus Remodelling Tulang
Siklus remodeling tulang dimulai dengan perekrutan sel-sel prekursor
osteoklas. Sel-sel ini berdiferensiasi menjadi osteoklas ketika mereka
menerima sinyal dari osteoblas. Osteoklas yang matur kemudian mensintesis
enzim proteolitik yang mencerna matriks kolagen. Resopsi tulang ini adalah
tahap pertama dari siklus renovasi. Fase yang panjang ini diatur oleh
apoptosis osteoklas. Fase selanjutnya dari siklus remodeling preosteoblas
ditarik dari stem sel mesenkimal dalam sumsum tulang. Osteoblas matur
mensintesis matriks tulang, terutama kolagen tipe I dan mengatur mineralisasi
tulang yang baru terbentuk. Beberapa osteoblas matur mungkin terjebak
dalam mineralisasi tulang dan menjadi osteosit (Thomas, 2012).

Gambar 1. Proses Remodelling Tulang


Tulang mengandung sel-sel yang terspesialisasi tersebar luas yang
memproduksi dan mensekresikan matriks ekstrasel padat dan
fibrosa.karakteristik tulang kompakta, keras dan kaku, disebabkan oleh
adanya anyaman kolagen padat didalam matriks ekstrasel. Secara struktural,
anyaman kolagen ini diperkuat oleh mineral kalsium fosfat. Tulang
merupakan bahan yang sangat halus dan lentur jika tidak terjadi mineralisasi
garam-garam kalsium pada kolagen dan bahan matriks. Serabut-serabut
kolagen di dalam tulang kompakta memilki sedikitelastisitas dan demikian
cocok untuk menahan kekuatan tensil atau regangan. Sebaliknya, kalsium
fosfat baik untuk menahan kekuatan-kekuatan kompresi. Interaksi kedua
bahan ini memberikan kemampuan yang unik bagi tulang untuk menahan
kekuatan-kekuatan dari berbagai arah. Bagian luar (korteks) tulang sangat
padat untuk menahan kekuatan tinggi yang dihasilkan oleh tarikan dan
aktivitas penopang beban otot skelet (Sugawara, 2002).
Disamping penampakan tulang seperti benda mati (inert), jaringan tersebut
secara fisiologis sangat dinamik, oleh karena itu tulang kaya pasokan darah.
Osteosit secara konstan berdiferensiasi menjadi osteoblast aktif yang
memproduksi tulang baru. Secara simultan, osteoklast berperan sebagai
makrofag dan mereabsorpsi tulang yang tidak diperlukan dan yang
berlebihan. Hasil akhir proses sintesis dan reabsorpsi yang konstan ini ialah
perubahan bentuk, densitas, dan kemampuan tulang menopang beban. Proses
dinamik ini memungkinkan tulang melakukan remodeling dan
menyembuhkan dirinya sendiri dalam merespon stres mekanis dan trauma. Di
samping sebagai jaringan reaktif, tulang dapat mempengaruhi bentuk
geometris untuk menahan kekuatan yang ditimbulkan oleh kontraksi otot dan
gravitasi (Sugawara, 2002).
c. Perubahan Anatomi dan Fisiologi Tulang pada Lansia
Tulang mengalami perubahan-perubahan struktural dan fungsional
seiring dengan peningkatan umur pada lanjut usia. Pada lansia dijumpai
proses kehilangan massa tulang dan kandungan kalsium tubuh, serta
perlambatan remodeling dari tulang. Massa tulang akan mencapai puncak
pada pertengahan usia dua puluhan (dibawah usia 30 tahun). Penurunan
massa tulang lebih dipercepat pada wanita pasca menopause. Sama halnya
dengan sistem otot, proses penurunan massa tulang ini sebagai disebabkan
oleh faktor usia dan disuse (Wilk, 20014).
Dengan bertambahannya usia, perusakan dan pembentukan tulang
melambat. Hal ini terjadi karena penurunan hormon estrogen pada wanita,
vitamin D, dan beberapa hormon lain. Tulang-tulang trabekular menjadi lebih
berongga, mikroarsitekur berubah dan sering patah baik akibat benturan
ringan maupun spotan. Implikasi dari hal ini adalah peningkatan terjadinya
resiko osteoporosis dan fraktur (Hartono, 2004).

DAFTAR PUSTAKA

Blackwell. Biomarkers of Bone Turnover. Int J Clin Pract CME 2009; 63(1): 19-26.

Hartono M. 2004. Mencegah dan Mengobati Osteoporosis. Jakarta : Puspa Swara.

Sugawara J., Miyachi M, Moreau KL, Dineno FA, DeSouza CA, Tanaka H. Age-related
reduction in appendicular skeletal muscle mass : association with habitual aerobic
exercise status. Clin Physiol Funct Imaging, 2002; 22:169-72.

Thomas SDC. Bone Turnover Markers. Aust Prescr 2012; 35: 156-158.

Wilk A, Sajjan S, Modi A. Post-fracture pharmacotherapy for women with osteoporotic


fracture : analysis of a managed care population in the USA. OsteoporosInt. 2014;
25(12).

Anda mungkin juga menyukai