Anda di halaman 1dari 11

Pemanfaatan Teknologi Pipa Cahaya Sebagai Alternatif

Pencahayaan Alami pada Ruang Interior


Gustami Nur Alami
1912266023
Institut Seni Indonesia Yogyakarta
kimkaaaaaixx@gmail.com

Abstrak

Metode pencahayaan alami dengan menggunakan bukaan jendela dan fasad sering di gunakan pada
bangunan. Metode tersebut memungkinkan sinar matahari menembus ke dalam ruang dan menjadi
sumber cahaya interior bangunan. Namun, kualitas cahaya yang diterima terkadang tidak memadai
bahkan kurang optimal. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, sering kali arsitek menggantikan
cahaya alami dengan penerangan buatan (listrik). Hal tersebut mengakibatkan adanya
ketergantungan terhadap penerangan listrik. Berbagai inovasi telah dilakukan untuk memproduksi
lampu alternatif sebagai sumber cahaya. Salah satunya adalah lampu hemat energi dengan beberapa
pengaturan pencahayaan. Kemudian, ada pula teknologi pipa cahaya (Light Pipe). Teknologi ini
memungkinkan optimalisasi pencahayaan dengan cara mendistribusikan cahaya matahari ke dalam
ruangan. Dengan memanfaatkan penerangan dari alam, bangunan yang menggunakan teknologi ini
dapat hemat energi listrik 15 hingga 40 persen dan mengurangi emisi lingkungan. Artikel ini akan
menjelaskan teknologi pipa cahaya yang secara khusus dimaksudkan untuk menjadi referensi bagi
para desainer bangunan komersial untuk menghemat listrik dalam jangka waktu yang panjang.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dari studi literatur,
serta pengolahan data dengan penelitian studi kasus. Sementara itu, hasil penelitian menunjukkan
bahwa tabung cahaya ini kemungkinan akan digunakan secara luas karena dapat menghemat
konsumsi energi listrik hingga 40% dan memiliki banyak keunggulan dibandingkan lampu
konvensional/ listrik.

Kata kunci: Pipa cahaya, Efisiensi energi

Abstract
Natural lighting methods using window openings and facades are often used in buildings. This
method allows sunlight to penetrate into the space and become a source of light for the interior of
the building. However, the quality of the light received is sometimes inadequate or even less than
optimal.To overcome these problems, architects often replace natural light with artificial lighting
(electricity). This results in dependence on electric lighting.Various innovations have been made to
produce alternative lamps as light sources. One of them is an energy-saving lamp with several
lighting settings. Then, there is also light tube technology (Light Pipe). This technology allows
optimization of lighting by distributing sunlight into the room. By utilizing natural lighting, buildings
using this technology can save 15 to 40 percent of electrical energy and reduce environmental
emissions. This article will describe light pipe technology which is specifically intended to be a
reference for commercial building designers to save electricity in the long term. The method used
in this study uses a qualitative approach from the study of literature, as well as data processing with

1
case study research. Meanwhile, the results of the study indicate that this light tube is likely to be
widely used because it can save electricity consumption by up to 40% and has many advantages
over conventional/electric lamps.

Keywords: Light pipe, Energy efficiency

Pendahuluan

Kebutuhan manusia akan energi semakin meningkat setiap tahun seiring dengan kemajuan
teknologi. Hal ini karena semakin banyak diciptakan mesin-mesin yang membutuhkan lebih banyak
energi dan mulai menggantikan pekerjaan-pekerjaan manusia yang manual dan konvensional.
Menurut kementrian ESDM di Indonesia, konsumsi listrik nasional terus mengalami peningkatan.
Pada 2015 konsumsinya baru 910 kilowat jam (kWh) per kapita. Kemudian meningkat menjadi
1.084 kWh/kapita pada 2019. Hal tersebut terjadi karena hampir setiap bangunan menggunakan
pencahayaan buatan seperti lampu.

Hingga saat ini, sumber utama penerangan di dalam gedung adalah sinar matahari. Pencahayaan
sangat penting dalam interior, karena kualitas spasial interior hanya dapat dirasakan dan dilihat
dengan jelas dengan bantuan pencahayaan. Pencahayaan mempengaruhi estetika dan kenyamanan
ruang. Selain itu, pencahayaan merupakan kebutuhan fungsional untuk kegiatan di dalam ruangan.
Setelah ditemukannya pencahayaan buatan yang menggunakan sumber energi listrik secara efisien
dan ekonomis pada pertengahan abad ke-20, cahaya alami telah menggantikan fungsinya sebagai
sumber cahaya untuk penerangan dalam ruangan pada bangunan.

Penggunaan lampu sebagai penerangan dalam ruang interior adalah hal yang paling umum dilakukan
desainer. Hal tersebut dimaksdukan untuk memastikan aktivitas ringan di dalam ruangan dapat
berjalan dengan lancar. Namnun disamping itu, terlalu banyak menggunakan lampu dapat
menyebabkan efek samping. Penggunaan lampu menjadi semakin tidak efisien dan boros. Di hampir
setiap negara, sekitar 25% energi listrik yang dihasilkan cenderung digunakan untuk penerangan
(Soydan Y&T dalam Gin: 2002).

Menurut Thakkar (V.2013) konsumsi energi listrik dalam skala tertentu dapat mempengaruhi
meningkatnya kandungan karbon dalam lingkungan (Thakkar, V.2013). Hal ini tentunya buruk
untuk iklim lingkungan sekitar dan efisiensi dalam penggunaan energi, karena kedua faktor ini
bertentangan dengan prinsip konsep sustainable design.

Diperlukan energi alternatif untuk mengurangi konsumsi daya. Saat ini banyak energi alternatif yang
berkaitan dengan kelistrikan, seperti penggunaan sel surya dalam aplikasi penerangan ruang,
penggunaan lampu LED (Light Emitting Diode), serta penggunaan jendela sebagai penerangan
alami pada siang hari. Namun, solusi ini tidak dapat secara signifikan mengurangi konsumsi daya.

Ketika sumber daya energi terbatas, upaya penghematan energi seperti meningkatkan efisiensi
pencahayaan bangunan menjadi sangat penting. Tren saat ini adalah menggunakan sinar matahari
sebagai sumber pencahayaan. Meskipun sumber cahaya matahari sebagai sumber penerangan
memiliki aspek akumulasi panas sebagai efek yang menyertainya (Fay: 2002).

2
Bentuk inovasi untuk mengatasi penghematan energi listrik Optimalisasi cahaya alami, yaitu
Menggunakan teknologi fluoresensi (cahaya pipa). Tabung cahaya ini lebih efisien untuk bangunan.
Dibandingkan dengan pencahayaan Tradisional dalam bidang tabungan Energi listrik bangunan. Ya
Perbandingan dengan tabung cahaya Lampu tradisional, tabung ini Banyak manfaat yang didapat
dari mereka Selain menghemat penggunaan energi listrik Dapat menciptakan lingkungan sekitar
Sehat karena karbon yang dihasilkan Bangunan akan berkurang. Dari sekian banyak keuntungan
yang ditawarkan oleh Dengan teknologi ini, tabung cahaya ini diharapkan dapat: Digunakan untuk
tujuan selain bangunan Diharapkan bersifat komersial Digunakan untuk bangunan Profesi.

Pipa cahaya adalah contoh sistem pengangkutan cahaya dengan permukaan interior yang sangat
reflektif yang digunakan untuk mentransfer cahaya alami dari matahari dan langit dari eksterior
bangunan ke ruang interiornya. Sebuah pipa terdiri dari kolektor cahaya di ujung luar, bagian
transportasi ringan, dan distributor cahaya di ujung dalam. Kolektor cahaya dapat ditempatkan di
tingkat atap atau fasad bangunan atau terletak di fasad bangunan. Untuk bangunan baru, pipa lampu
yang dipasang di atap dapat dirancang untuk memberikan penerangan pada lantai atas. Untuk
bangunan yang ada, pipa ringan yang dipasang di atap di mana pipa akan diperpanjang melalui
beberapa lantai atas mungkin memiliki aplikasi yang terbatas, tetapi pipa yang dipasang di fasad
mungkin masih layak untuk diterapkan. Hasil yang disajikan dalam makalah ini menunjukkan
bahwa potensi pipa ringan untuk bangunan komersial layak dan ekonomis.

Metode

Tahap awal pengumpulan data dilakukan melalui penelitian kepustakaan tentang bangunan yang
sudah menerapkan teknologi pipa cahaya. Kemudian dilakukan pengumpulan data dengan cara
membandingkan efisiensi dan efektifitas energi dari teknologi ini pada bangunan. Selanjutnya
teknologi ini akan dibandingkan dengan lampu konvensional yang biasa digunakan setiap bangunan
dan menjelaskan cara untuk memaksimalkan kerja dari teknologi ini. Cara ini digunakan untuk
mendapatkan Ikhtisar manfaat pipa cahaya untuk bangunan. Data yang didapat dari studi literatur
ini kemudian akan dikompulasi lalu dianalisis sampai menghasilkan sebuah kesimpulan.

Pembahasan

Cahaya

Cahaya didefinisikan sebagai bagian dari spektrum elektromagnetik yang sensitif bagi penglihatan
mata kita. Kekuatan cahaya yang dikeluarkan oleh sumber cahaya diukur dalam lumen. Dapat
dikatakan bahwa jumlah cahaya yang dikeluarkan oleh sumber cahaya ke segala arah diindikasikan
dalam nilai lumen. Namun lumen tidak menjelaskan bagaimana distribusi cahaya dikeluarkan. Dua
buah sumber cahaya dengan jumlah cahaya (lumen) yang sama tapi pola distribusinya berbeda akan
berbeda pula intensitas cahayanya. Kuat sinar, diukur dalam candela, mendeskripsikan intensitas
pancaran cahaya ke arah manapun. Jumlah lumen dari sumber cahaya akan memperjelas objek

3
jatuhnya cahaya. Illuminance adalah jumlah lumen yang jatuh pada setiap square foot (ft2) sebuah
permukaan. Satuan dari iluminasi adalah footcandle.

Kemudian, Luminance. Luminance adalah jumlah cahaya yang direfleksikan oleh permukaan benda
sampai ke mata. Luminance sebuah benda adalah fungsi dari: iluminasi; nilai geometri dari
pengamat dalam hubungannya dengan sumber cahaya; spekularitas, atau refleksi seperti cermin, dari
sebuah benda; dan warna atau refelksi dari benda tersebut. (Norbert Lechner, 2007). Aspek lain
dalam pencahayaan adalah pemantulan/pemancaran, dan warna. Cahaya yang jatuh ke sebuah benda
dapat di pancarkan, diserap, ataupun dipantulkan.

Faktor pemantulan (RF/Reflectance Factor) menunjuk seberapa banyak cahaya yang jatuh kesebuah
benda dan dipantulkan. Permukaan berwarna putih memiliki RF sekitar 0,85 atau 85%, sementara
permukaan berwarna hitam hanya memliki RF sebesar 0,05 atau 5%. Nilai RF tidak memprediksi
bagaimana cahaya dipantulkan, tetapi seberapa besar nilainya. Permukaan yang sangat halus, seperti
cermin, menghasilkan pantulan yang sudut datangnya sama dengan sudut pantul. Permukaan 72
yang sangat datar atau matte akan menyebar cahaya dan menghasilkan pantulan yang menyebar.
Kebanyakan material akan memantulkan cahaya dengan spekular dan menyebar. (Norbert Lechner,
2007).

Memasukkan cahaya alami ke dalam bangunan dapat di optimalkan dengan memperhatikan


orientasi bangunan, bentuk bangunan, cara memasukkan dan cara mendistribusikan cahaya. Dalam
pendistribusian cahaya alami ke dalam bangunan dikenal beberapa cara yaitu:

1. Menggunakan pipa cahaya (light pipe), atau sering juga disebut tabung cahaya.
2. Menggunakan heliostat. Heliostat merupakan sebuah alat yang berperan mengumpulkan
dan memantulkan cahaya matahari ke bidang lain untuk ditujukan ke suatu arah tertentu.
3. Kombinasi heliostat dan pipa cahaya. Kemampuan heliostat dalam menerima cahaya serta
pipa cahaya dalam mendistribusikan cahaya ke dalam kerap dikombinasikan untuk
mendapatkan cahaya alami yang optimal.
4. Lubang atau cerobong (shaft) cahaya. Dengan permukaan modern, sangat memantul, dan
specular, yang menyerap kurang dari 5 persen pada setiap pemantulan, dimungkinkan
untuk memancarkan cahaya sadalam satu lantai dengan lubang cahaya yang kecil.
5. Tubular Skylight. Saluran melingkar seperti tube tersedia secara komersial dengan
pemantulan permukaan dalam yang tinggi memancarkan 50 persen cahaya ruang luar
melalui lantai atas. Jumlah cahayanya tergantung dari diameternya, dan yang tersedia
dalam variasi ukuran 8 sampai 24 inci.

Dalam membuat akses cahaya alami ke dalam bangunan, perlu diperhatikan material-material yang
digunakan, menyangkut sifat dan karakter bahan dalam memantulkan, membiaskan, dan
meneruskan cahaya. Besarnya kwantitas cahaya dari terang langit yang masuk dalam ruangan
melalui suatu bukaan tergantung pada tiga komponen, yaitu Sky Component (CS), External
Reflecting Component (ERC), dan Internal Reflecting Component (IRC). Jumlah keseluruhan
komponen sinar terang tersebut, dikatakan sebagai factor siang hari (DF = Daylight Factor) yang
dinyatakan dalam prosentasi (%).

DF = SC + ERC + IRC

Selanjutnya besarnya kuat pencahayaan dalam ruangan (dalam satuan lux) adalah merupakan
prosentase DF terhadap besarnya terang langit siang hari (dalam satuan lux) yang sedang terjadi,
atau dapat dinyatakan sabagai berikut, (Szokolay, 1980):

4
DF = Ei/Eo x 100 %

Dimana:

Ei = Kuat pencahayaan di ruang dalam (lux)

Eo = Kuat pencahayaan di ruang luar (lux)

DF = Daylight Factor / Faktor cahaya siang hari (%)

Gambar 1. Komponen-komponen pencahayaan alami, Sumber : Szokolay, (1980)

5
Pipa Cahaya

Pipa cahaya merupakan sebuah inovasi teknologi dalam pengoptimalisasikan pencahayaan dengan
cara mendistribusikan cahaya matahari ke dalam ruangan. Dengan memanfaatkan penerangan dari
alam, bangunan yang menggunakan teknologi ini dapat hemat energi listrik 15 hingga 40 persen dan
mengurangi emisi lingkungan. Sistem kerja dari pipa cahaya ini menyalurkan cahaya matahari ke
dalam bangunan tanpa menghasilkan panas yang ekstrim (Tregenza, P. 2013).

Proses Kerja Pada Pipa Cahaya

Sistem pipa cahaya ini terdiri dari kolektor, tabung cahaya dan diffuser. Seperti yang ditunjukkan
gambar 2.

Gambar 2. Komponen pipa cahaya, Sumber : Shete A.N.Vaibhaw D.K. 2017

6
Kolektor biasanya terletak di atas atap yang berbentuk kubah jernih yang berfungsi untuk menerima
sinar matahari dari berbagai arah. Tabung cahaya berfungsi sebagai pendistribusi cahaya dari luar
ke dalam ruangan. Tabung cahaya ini mengarah lurus dari atas ke bawah agar sinar yang dipantulkan
bekerja lebih baik. Dalam studi yang pernah dilakukan bahwa penggunaan banyak siku

atau tekukan pada tabung bisa menghilangkan 8% cahaya setiap siku. Bagian dalam pipa cahaya
terbuat dari bahan yang sangat reflektif, seperti lembaran aluminium dengan pantulan sekitar 95-
99%. Refleksi efisiensi yang tinggi adalah prinsip dalam sistem pipa cahaya.

Gambar 3. Skema pipa cahaya, Sumber : Shete, A.N.Vaibhav D.K. 2017

Diffuser terletak di bawah tabung cahaya dan dipasang di plafond yang berfungsi sebagai
menyebarkan cahaya matahari yang di transfer dari atap ke dalam ruangan.

Gambar 4. Diffuser dalam ruangan, Sumber : interiordesign.net, 2021

Permasalahan Awal Pipa Cahaya

Terdapat beberapa permasalahan awal pada pemasangan pipa cahaya ini untuk bangunan baru,
yaitu:(Shete A.N, Vaibhav D.K. 2017)

1. Biaya awal yang tinggi Biaya pemasangan pipa cahaya ini lebih mahal dibandingkan
ddengan pemasangan sistem listrik dan jendela, karena implementasi teknologi canggih
yang akan dipasangkan. Namun sistem pipa cahaya ini akan ringan biaya kedepannya.
2. Pemeliharaan Agar kualitas cahaya yang masuk kedalam bangunan terjaga, diperlukan
pemeliharaan pada sistem pipa cahaya. Kotoran dan debu dapat mengurangi efisiensi sitem,
karena itu perlunyapembersihan yang teratur serta pergantian komponen yang distorsi optik
atau rusak.
3. Kesadaran dari setiap pengguna Menurut studi yang dilakukan oleh Carter D.J. 2014
mengenai Perkembangan Sistem Tubular Siang Hari bahwa manusia menjadi faktor
terpenting dalam penentu penerapan teknologi yang luas. Tidak cukup untuk meyakinkan
dengan menghemat tagihan listrik tapi diberikan informasi tentang manfaat untuk

7
lingkungan dampak kesejahteraan dan penigkatan produktivitas yang dapat menigkatkan
kesadaran dari pengguna akan sistem ini.

Manfaat pengurangan biaya energi

Telah disebutkan bahwa, pada tahun 2000, 53,5 juta ton setara minyak dikaitkan dengan penerangan
dan peralatan listrik dalam situasi domestik dan dalam gabungan industri. Ini adalah jumlah yang
sangat besar bila dianggap, khususnya di industri, sejumlah besar pekerjaan dilakukan pada siang
hari. Sangat sering, penerangan listrik diperlukan karena desain bangunan yang buruk dan
penggunaan penerangan listrik jelas akan menghasilkan panas.

Studi telah memperkirakan bahwa peningkatan AC adalah 10-20% sebagai akibat dari perolehan
panas ini. Hal ini meningkatkan biaya energi lebih jauh. Jelas, panas yang dihasilkan oleh alat
penerangan listrik akan bervariasi tergantung pada efisiensinya. Watt bohlam merupakan indikasi
dari panas yang dihasilkan tetapi bohlam yang berbeda memiliki lumen yang berbeda terhadap rasio
watt (eMcacies). Desain bangunan yang lebih efektif menggunakan jendela, atrium, dan wajah
menghadap ke selatan untuk memaksimalkan tingkat cahaya matahari yang masuk ke area tersebut.
Namun, ada sisi negatifnya. Pada hari-hari cerah, tingkat silau dan peningkatan panas yang terkait
dengan jendela dan atrium dapat menjadi masalah. Pada hari-hari seperti itu, AC umumnya akan
digunakan untuk menurunkan suhu dan masalah yang sama dihasilkan. Sebaliknya, pada hari yang
dingin akan terjadi kehilangan panas dalam jumlah besar sehingga meningkatkan energi yang
digunakan untuk memanaskan suatu area.

Keuntungan panas dan masalah silau yang terkait dengan pipa ringan secara signifikan lebih sedikit
dibandingkan (terutama untuk pipa panjang yang lebih besar). Demikian pula, kehilangan panas di
malam hari dan di bulan-bulan musim dingin akan jauh lebih sedikit daripada di jendela karena luas
penampang pipa akan relatif kecil. Sementara pipa ringan tidak selalu menjadi alternatif untuk
jendela, pipa masih merupakan kemungkinan untuk memotong tagihan energi, misalnya, sebuah
kantor di mana biaya energi bisa tinggi dari AC dan penerangan listrik saja.

Manfaat lingkungan

Setelah pengurangan biaya energi, pengurangan penggunaan energi jelas bermanfaat bagi
lingkungan. Masalah yang terkait dengan menghadirkan energi terbarukan sebagai cara yang layak
untuk mengurangi emisi yang terkait dengan bahan bakar fosil telah disorot di Perjanjian Kyoto dan
KTT Bumi Johannesburg baru-baru ini (di mana keengganan pemerintah untuk mengadopsi energi
terbarukan sebagai bentuk utama produksi energi tampak jelas. ), jelas bahwa, sementara masih
mencoba menggunakan bahan bakar yang "lebih bersih", planet ini perlu benar-benar
mengkonsumsi lebih sedikit energi.

Lagi pula, siang hari benar-benar gratis dan karenanya harus dimanfaatkan untuk semua kebutuhan
pencahayaan jika memungkinkan. Pipa ringan dapat menjadi cara yang efektif untuk melakukan hal
ini, dengan keuntungan tambahan bahwa pipa tersebut dapat dipasang kembali ke dalam bangunan
dengan sedikit kesulitan. Dalam hal manfaat bagi lingkungan kerja, studi telah menyarankan bahwa
peningkatan tingkat cahaya matahari di ruang kelas dapat meningkatkan perhatian dan benar-benar
mempengaruhi hasil ujian secara positif. Masalah gangguan afektif musiman (SAD) juga telah

8
dikaitkan dengan pencahayaan yang tidak cukup di ruang kerja/hidup. Ada proses biologis dalam
tubuh kita yang mengandalkan sinar matahari.

Bagian otak yang mengoordinasikan fungsi tubuh (misalnya sirkulasi, pernapasan, dan pengaturan
panas) adalah hipotalamus dan cahaya masuk ke sini melalui mata. Hipotalamus secara langsung
merangsang dan mengatur sistem saraf otonom kita, yang pada gilirannya mengatur sekresi hormon
kelenjar pituitari dan sistem endokrin lainnya. Sistem endokrin mengatur proses fisik dan kimia
metabolisme manusia dan berbagai tingkat reaksi kimia di setiap sel kita. Bagian dari sistem
endokrin yang merespon cahaya adalah kelenjar pineal. Kelenjar ini membantu kita menentukan
antara siang dan malam dan mengatur bioritme harian kita dan tingkat fungsi tubuh lainnya
(terutama yang berkaitan dengan tidur). Ketika kita berada di lingkungan yang terang, kelenjar
pineal memproduksi melatonin secara berlebihan, yang membuat kita merasa lesu. Oleh karena itu,
hanya dengan menerima cahaya matahari, tubuh kita dapat beradaptasi dengan lingkungan tertentu.

Penerapan teknologi tabung cahaya pada bangunan

1. Atap Bangunan
Penerapan teknologi ini yang paling umum di letakkan pada atap bangunan, karena pipa
cahaya ini mampu dengan maksimal menangkap cahaya matahari dari berbagai arah.Pada
bangunan komersil umumnya banyak yang menggunakan lampu konvensional sebagai
penerangan utamanya pada setiap aktivitas. (Srisamranrungruang T, Kyosuke H.2019)

Gambar 5. Pemasangan pipa cahaya di atap, Sumber; Yohannes, I, dkk,2020

Terlihat pada gambar 5 perletakan pipa cahaya di atap pada bangunan berfungsi agar
memaksimalkan menangkap jumlah cahaya pada siang hari dari berbagai arah. Dan suhu
pada ruangan tidak menjadi sangat panas karena pipa cahaya ini hanya meneruskan cahaya
siang hari masuk keruangan dan menyaring panas matahari yang masuk
(Srisamranrungruang T, Kyosuke H.2019).

2. Fasad Bangunan

Teknologi ini dapat juga dipasangkan pada fasad bangunan, akan tetapi hasil yang diterima
kurang memuaskan dikarenakan sinar matahari yang ditangkap pipa cahaya ini hanya satu
sisi dari bangunan tersebut. Dengan kata lain pipa cahaya ini menjadi kurang efektif dalam
fungsinya (Srisamranrungruang T, Kyosuke H.2019).

9
Gambar 6. Pemasangan pipa cahaya pada fasad bangunan, Sumber : archsd.gov.hk, 2021

Terlihat pada gambar 6 perletakan pipa tidak hanya berada di atap bangunan, melainkan bisa
juga dipasang pada fasad bangunan. Namun pada penelitian sebelumnya mengenai
perletakan pipa cahaya ini di fasad bangunan dinilai kurang efisien karena hanya menangkap
sinar matahari dari sebelah bangunan saja (Srisamranrungruang T, Kyosuke H.2019).

Simpulan

Pipa cahaya terdiri dari 3 bagian, yaitu kolektor, pipa transfer dan diffuser. Sistem kerja dari pipa
cahaya ini, yaitu dengan cara meneruskan sinar matahari dari luar bangunan ke dalam bangunan
dengan cara sinar matahari yang ditangkap oleh kolektor lalu di kirim kediffuser melalui pipa
transfer yang mana material-material dari pipa transfer ini bersifat memantulkan sinar hingga 98%.

Dengan menggunakan teknologi pipa cahaya ini, energi pada bangunan dapat hemat energi dari 15%
hingga 20% dalam jangka panjang dibandingkan menggunakan lampu konvensional. Dapat
menghemat energi mencapai hingga 20%, jika perletakan pipa cahaya berada di atap bangunan
karena dengan meletakkan di atap bangunan pipa cahaya mampu dengan maksimal memanfaatkan
sinar matahari dari berbagai arah.

Beberapa dampak positif dan negatif penggunaan pipa cahaya dibandingkan lampu konvensional
pada bangunan, diantaranya :
1. Pipa cahaya sudah mudah untuk didapatkan, namun pemasangannya harus orang yang
berkemampuan khusus untuk memasangnya, sedangkan lampu konvensional sangat mudah
didapat dan mudah pada pemasangannya.
2. Biaya pipa cahaya pada awal pemasangan relatif mahal, sedangkan biaya lampu konvensional
relatif murah.
3. Energi listrik yang digunakan pada bangunan menjadi lebih murah dalam kurun waktu yang
lama, karena pada siang hari menggunakan teknologi pipa cahaya sehingga pengeluaran biaya
bangunan untuk listrik lebih hemat 15 hingga 40 persen, sedangkan pada lampu konvensional
akan memakan energi listrik yang besar dalam kurun waktu yang lama.

Dengan keunggulan yang ditawarkan oleh sistem pipa cahaya, bahwa teknologi ini memiliki potensi
untuk digunakan secara luas oleh bangunan komersil di Indonesia.



10
Daftar Pustaka

Anasiru, M. M. (2020). Pencahayaan Alami Pada Bangunan Berkoridor Tengah Dengan


Menggunakan Sistem Pencahayaan Tabung Horizontal.

Latifah, N. (2015). Fisika Bangunan 1,. Jakarta: Griya Kreasi.

Rofi, W. D. (2020). Pemilihan Teknologi Pipa Cahaya Sebagai Alternatif Pencahayaan Siang
Hari Pada Bangunan Komersil . Agora, Jurnal Arsitektur, 77-84.

Sharma, L. D. (2018). Performance Evaluation Of A Top Lighting Light-Pipe In Buildings And


Estimating Energy Saving Potential. Schemantic Scholar, 33.

Shete, A. D. (2017). Light Pipe - A Sustainable Daylightining System For Building. International
Journal Of Engineering Trends And Technology, 46.

Thakkar, V. (2013). Experimental Study Of Tubular Skylight And Comparison With Artificial
Lighting Of Standard Ratings. Schemantic Scholar, 54.

Yohannes, I. D. (2017). Mirror Lightpipes : Daylighting Performance In Real Buildings.


Shematic Solat, 69.

11

Anda mungkin juga menyukai