Anda di halaman 1dari 5

ACARA 3

ENDAPAN HIDROTERMAL
3.1 Pendahuluan

Endapan mineral hidrotermal dibentuk oleh sirkulasi fluida panas (sekitar 50° sampai
>500°C) yang meluluh, tertransportasi dan kemudian mengendapkan mineralnya sebagai
respon perubahan kondisi fisika-kimia. Endapan mineral biasanya terbentuk pada zona
pelepasan, apakah ini berupa saluran tunggal, atau serangkaian channelways, atau jaringan
rekahan kecil yang halus. Jadi, lokasi pengendapan mineral hidrotermal dapat berupa
patahan, jaringan rekahan dan zona geser (Pirajno, 2009).

Guilbert dan Park (1986) mengemukakan alterasi merupakan perubahan di dalam


komposisi mineralogi suatu batuan (terutama secara fisik dan kimia), khususnya diakibatkan
oleh aksi dari larutan hidrotermal. Alterasi hidrotermal merupakan konversi dari gabungan
beberapa mineral Interaksi antara larutan hidrotermal dengan batuan yang dilewati akan
menyebabkan terubahnya mineral-mineral penyusun batuan samping dan membentuk mineral
alterasi

Larutan hidrotermal adalah larutan panas dengan suhu 50 sampai 500°C yang berasal dari
sisa cairan magma dari dalam bumi yang bergerak ke atas dan kaya akan komponen-
komponen (kation dan anion) pembentuk mineral bijih dan terbentuk pada tekanan yang
relatif tinggi (Bateman, 1950; Pirajno, 2009). Larutan sisa magma ini mampu mengubah
mineral yang telah ada sebelumnya dan membentuk mineral-mineral tertentu. Secara umum,
cairan sisa kristalisasi magma tersebut bersifat silika yang kaya alumina, alkali, dan alkali
tanah yang mengandung air dan unsur-unsur volatil. Larutan hidrotermal terbentuk pada
bagian akhir dari siklus pembekuan magma dan umumnya terakumulasi pada litologi dengan
permeabilitas tinggi atau pada zona lemah

Alterasi hidrothermal adalah perubahan komposisi mineral dari suatu batuan akibat
adanya interaksi antara larutan hidrotermal dengan batuan tersebut. Proses alterasi akan
menyebabkan terubahnya mineral primer menjadi mineral sekunder yang kemudian disebut
dengan mineral yang teralterasi (alteration minerals). Alterasi hidrotermal merupakan proses
yang kompleks karena terjadi perubahan secara mineralogi, kimia dan tekstur oleh akibat
adanya interaksi larutan hidrotermal dengan batuan samping (wall rock) yang dilaluinya
pada kondisi fisika-kimia tertentu (Pirajno, 1992)
Pembentukan endapan mineral jenis hidrotermal, mineral-mineralnya terbentuk secara berurutan
(paragenesa). Mineral gangue diendapkan terlebih dahulu, kemudian diikuti oleh mineral oksida dan
yang paling akhir mengkristal mineral sulfida. (Sukandarrumidi, 2007).

Gambar 3.1 Sistem Hidrotermal

3.2 Faktor Pembentuk Alterasi hidrotermal


1. Temperatur dan tekanan pada saat reaksi berlangsung
2. Sifat kimia larutan hidrotermal (pH)
3. Konsentrasi larutan hidrotermal
4. Komposisi batuan samping
5. Durasi aktivitas hidrotermal
6. Permeabilitas

3.3 Endapan Hidrotermal Berdasarkan Tipe & Model Endapan;


1. Endapan Epitermal
2. Endapan Porfiri
3. Endapan Skarn
4. VMS
5. SEDEX
3.4 Zonasi Alterasi

Tabel 3.1 Diagram Hubungan Suhu dan pH

1. Propilitik
Dicirikan oleh kehadiran klorit disertai dengan beberapa mineral epidot, illit/serisit,
kalsit, albit, dan anhidrit. Terbentuk pada temperatur 200°-300°C pada pH mendekati
netral, dengan salinitas beragam, umumnya pada daerah yang mempunyai permeabilitas
rendah. Terdapat empat kecenderungan himpunan mineral yang hadir pada tipe
propilitik, yaitu klorit-kalsit-kaolinit, klorit-kalsittalk, klorit-epidot-kalsit, kloritepidot.
2. Propilitik dalam (inner propilitik)
Zona alterasi pada sistem epitermal sulfidasi rendah yaitu fluida kaya klorida, pH
mendekati netral umumnya menunjukkan zona alterasi seperti pada sistem porfir. Zona
propilitik dalam untuk zona pada bagian yang bertemperatur tinggi yaitu >300°C
dicirikan oleh kehadiran epidot, aktinolit, klorit, dan ilit.
3. Argilik
Pada tipe argilik terdapat dua kemungkinan himpunan mineral, yaitu muskovit-
kaolinitmonmorilonit dan muskovit-klorit monmorilonit. Himpunan mineral pada tipe
argilik terbentuk pada temperatur 100°-300°C (Pirajno, 1992; dalam Corbett dan Leach,
1996), fluida asam-netral, dan salinitas rendah.
4. Argilik lanjut (advanced argilic) Sedangkan untuk sistem epitermal sulfidasi tinggi yaitu
fluida kaya asam sulfat, zona advanced argilic yang dicirikan oleh kehadiran himpunan
mineral pirofilit-diasporandalusit-kuarsa-turmalin-enargitluzonit untuk temperatur tinggi
yaitu 250°-350°C, atau himpunan mineral kaolinit-alunit-kalsedon-kuarsa-pirit untuk
temperatur rendah yaitu
5. Potasik
Zona alterasi ini dicirikan oleh mineral ubahan berupa biotit sekunder, K-Feldspar,
kuarsa, serisit dan magnetit. Pembentukan biotit sekunder ini dapat terbentuk akibat
reaksi antara mineral mafik terutama hornblende dengan larutan hidrotermal yang
kemudian menghasilkan biotit, feldspar maupun piroksen. Selain itu tipe alterasi ini
dicirikan oleh melimpahnya himpunan muskovitbiotit-alkali felspar-magnetit. Anhidrit
sering hadir sebagai asesori serta sejumlah kecil albit, dan titanit (sphene) atau rutil
kadang terbentuk. Alterasi potasik terbentuk pada daerah yang dekat batuan beku intrusif
yang terkait, fluida yang panas lebih dari 300°C, salinitas tinggi, dan dengan karakter
magmatik yang kuat. Selain biotisasi tersebut mineral klorit muncul sebagai penciri zona
ubahan potasik ini. Klorit merupakan mineral ubahan dari mineral mafik terutama
piroksen, hornblende maupun biotit, hal ini dapat dilihat bentuk awal dari mineral
piroksen terlihat jelas mineral piroksen tersebut telah mengalami ubahan menjadi klorit.
Alterasi potasik terbentuk pada daerah yang dekat dengan batuan beku intrusif porfiri,
fluida yang panas (>300°C), salinitas tinggi, dan dengan karakter magmatik yang kuat.
Alterasi ini diakibatkan oleh penambahan unsur potasium (K) pada proses metasomatis
dan disertai dengan banyak atau sedikitnya unsur kalsium dan sodium di dalam batuan
yang kaya akan mineral aluminosilikat. Mineralisasi yang umumnya dijumpai pada
zona ubahan potasik ini terbentuk menyebar tempat mineral tersebut merupakan mineral-
mineral sulfida yang terdiri atas pirit maupun kalkopirit dengan rasio yang relatif sama
6. Filik
Zona alterasi ini biasanya terletak pada bagian luar dari zona potasik. Batas zona alterasi
ini berbentuk circular yang mengelilingi zona potasik yang berkembang pada intrusi.
Zona ini dicirikan oleh kumpulan mineral serisit dan kuarsa sebagai mineral utama
dengan mineral pirit yang melimpah serta sejumlah anhidrit. Mineral serisit terbentuk
pada proses hidrogen metasomatis yang merupakan dasar dari alterasi serisit yang
menyebabkan mineral feldspar yang stabil menjadi rusak dan teralterasi menjadi serisit
dengan penambahan unsur H+ , menjadi mineral phylosilikat atau kuarsa. Zona ini
tersusun oleh himpunan mineral kuarsa-serisit-pirit, yang umumnya tidak terdapat
mineral-mineral lempung atau alkali feldspar. Namun, beberapa dijumpai sedikit
anhidrit, klorit, kalsit, dan rutil. Terbentuk pada temperatur sedangtinggi yaitu 230°C-
400°C, fluida asam-netral, salinitas beragam, pada zona permeabel, dan pada batas
dengan urat.

Tabel 3.2 Tipe Tipe Alterasi Berdasarkan Himpunan Mineral (Guiltbert & Park)

Anda mungkin juga menyukai