LTM Etkum QBD 2
LTM Etkum QBD 2
NIM : 202270004
Kelompok : 4 (empat)
NIP : 198908302015041003
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PAPUA
2023
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN 03
BAB II PEMBAHASAN 04
2.3 Kasus I (Autonomi) 06
DAFTAR PUSTAKA 15
BAB I
2
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Sebagai mahasiswa mampu menjelaskan aturan hukum bioetik autonomi dan justice
BAB II
3
PEMBAHASAN
Otonomi (Autonomy) berasal dari bahasa Yunani ”autos” yang berarti sendiri dan ”nomos”
yang berarti peraturan atau pemerintahan atau hukum. Seseorang yang dibatasi otonominya
adalah seseorang yang dikendalikan oleh orang lain atau seseorang yang tidak mampu
bertindak sesuai dengan hasrat dan rencananya. Terdapat berbagai pendapat tentang
penerapan prinsip otonomi. Meskipun demikian, secara umum ada beberapa cara menerapkan
prinsip otonomi, khususnya dalam praktik kedokteran.
Hal penting dalam menerapkan prinsip otonomi adalah menilai kompetensi pasien. Para
pakar meyakini belum ada satu definisi kompetensi pasien yang dapat diterima semua pihak,
sehingga begitu banyak defnisi tentang kompetensi pasien. Salah satu definisi kompetensi
pasien yang dapat diterima adalah ”kemampuan untuk melaksanakan atau perform suatu
tugas atau perintah”.
4
2.2 Pengertian Justice
Prinsip Justice diterjemahkan sebagai menegakan keadilan atau kesamaan hak kepada setiap
orang (pasien). Definisi lainnya adalah memperlakukan orang lain secara adil, layak dan tepat
sesuai dengan haknya. Situasi yang adil adalah seseorang mendapatkan mendapatkan manfaat
atau beban sesuai dengan hak atau kondisinya. Situasi yang tidak adil adalah tindakan yang
salah atau lalai berupa meniadakan manfaat kepada seseorang yang memiliki hak atau
pembagian beban yang tidak sama. Prinsip justice lahir dari sebuah kesadaran bahwa jumlah
benda dan jasa (pelayanan) itu terbatas, sedangkan yang memerlukan seringkali melabihi
batasan tersebut. Prinsip justice kemudian diperlukan dalam pengambilan keputusan tersebut.
5
Pak Didit bekerja sebagai apoteker di Apotek ”Obat Murah”. Hari itu ia melayani seorang
pasien yang datang membawa resep dari dokter ahli penyakit dalam. Pasien meminta Pak
Didit untuk menghitung terlebih dahulu biaya yang harus ia keluarkan untuk menebus
keseluruhan obat. Setelah memberikan hitungan, pak Didit menanyakan apakah pasien akan
menebus keseluruhan obatnya. Ia menjelaskan pada pasien bahwa seluruh obat yang diberikan
adalah obat paten dan bukan obat generik. Pasien kemudian menanyakan berapa biaya yang
perlu ia bayarkan apabila membeli obat generik. Ia juga menanyakan perbedaan dan
persamaan obat paten dengan generik. Setelah memberitahukan hasil penghitungan dan
menjelaskan persamaan dan perbedaan obat paten dan generik, Pak Didit menanyakan pada
pasien, obat jenis apa yang ingin ditebus oleh pasien.
7
tentang biaya, perbedaan dan
persamaan dari ke dua obat
tersebut.
11. Sabar menunggu keputusan yang Pada kasus ini apoteker tersebut
akan diambil pasien pada kasus non tidak langsung memberikan obat
emergensi yang sudah ada pada resep dokter
tetapi pada kasus ini apoteker
dengan sabar menjelaskan biaya
serta perbedaan dan persamaan
dari ke dua obat tersebut dan
memberikan pasien membuat
keputusan sendiri untuk menebus
obat jenis apa.
8
12. Tidak berbohong ke pasien Pada kasus ini apoteker tersebut
meskipun demi kebaikan pasien tidak berbohong kepada pasien
tentang obat yang di tebusnya
melainkan apoteker tersebut
menjelaskan kembali obat tersebut
dan mempertimbangkan dengan
jenis lainnya.
9
Drg. Adi adalah dokter gigi umum yang berpraktek di daerah Elit di Menteng.
Pasiennya banyak dan sebagian besar dari kalangan menengah keatas, pasien-
pasienny banyak namun teratur karena dilayani sesuai urutan. Ketika sedang
memeriksa pasiennya, tiba-tiba datang seorang ibu bersama anaknya, Tino yang
jatuh sehingga giginya patah dan gusinya berdarah. Petugas loket melaporkan
kondisi tersebut pada drg. Adi. Atas petunjuk drg Adi petugas diminta untuk
menginformasikan kondisi tersebut pada pasien yang lain sebelum ibu tersebut
dilayani. Pasien yang tengah menunggu tersebut menyetujuinya. Setelah dirawat
dokter memberi obat yang menurut drg Adi bisa dibeli di apotik mana saja.
10
sesuai urutan.
11
Atas petunjuk drg Adi petugas
meminta persetujuan kondisi
tersebut pada pasien yang lain
sebelum ibu tersebut dilayani.
12
14. Tidak memberi beban berat secara Pasiennya banyak dan sebagian
tidak merata tanpa alasan sah/tepat besar dari kalangan menengah
keatas, pasien-pasienny banyak
namun teratur karena dilayani
sesuai urutan
BAB III
PENUTUP
13
3.1 Kesimpulan
Autonomy dan justice dalam konteks kesehatan adalah dua konsep penting yang
saling terkait dan saling memperkuat satu sama lain. Autonomy memungkinkan
pasien untuk mengambil keputusan tentang perawatan kesehatan mereka, sementara
justice memastikan bahwa semua orang memiliki akses yang setara terhadap layanan
kesehatan dan bahwa perawatan kesehatan diberikan secara adil dan setara tanpa
diskriminasi
DAFTAR PUSTAKA
14
1. Haryati, Tutik Sri, et all, 2019, Manajemen Risiko Bagi Manajer Keperawatan
Dalam Meningkatkan Mutu dan Keselamatan Pasien, Rajawali Pers, Depok
15