Anda di halaman 1dari 5

Nama: Mustikaningtyas N.

P
Nim: 1860210222068
Kelas: TBIN/2A

Tugas
1. Buatlah 5 pertanyaan tentang membaca literal (hal-hal yang tersurat) dari teks diatas
beserta kunci jawabannya!
2. Bandingkan isi teks diatas dengan teks berita lain yang lebih baru (update) tentang
persoalan diatas!. Silahkan dilampirkan teks yang anda peroleh beserta sumber.
3. Menurut anda, apa yang harus anda lakukan oleh parpol, masyarakat, atau pihak terkait
tentang persoalan pada wacana diatas? Apabila mencantumkan data (sebaiknya
dicantumkan sumbernya)
4. Buatlah sebuah puisi berdasarkan isi teks tersebut!

Jawaban

1. Pertanyaan
1. Apa topik dalam teks tersebut?
2. Permasalahan apa yang diangkat dalam teks tersebut?
3. Opini apa yang disampaikan oleh Najmudin Rasul sebagai pengamat politik?
4. Siapa saja tokoh-tokoh yang terlibat dalam wacana tersebut?
5. Kapan opini tersebut disampaikan?
Jawab
a. Kaderisasi dalam partai politik
b. Banyaknya artis tanah air yang terjun dalam dunia perpolitikan
c. Najmudin Rasul beropini bahwa banyaknya artis yang terjun ke ranah politik
merupakan kegagalan dalam kaderisasi partai politik.
d. Once mekel, Denny Cagus, Rano karno, Tamara Geraldine, Reza Artamevia,
Narji, Anisa Bahar dan lain-lain.
e. 14 mei 2023
2.
Pemilu 2024 bertabur caleg artis, pengamat: 'Kemampuan mereka nyanyi, main film, ngelawak,
baik. Tapi kapasitas sebagai legislator kurang'

Pengamat politik menyebut keputusan partai politik mengusung artis sebagai calon
anggota legislatif pada pemilu 2024 masih dilandasi "nafsu untuk mendongkrak jumlah
kursi di parlemen" ketimbang memperkuat kerja-kerja legislasi.
Ini karena bakal caleg dari kalangan selebriti yang sudah populer, kata Lucius Karus, lebih
menjual ketimbang kader sendiri yang tak dikenal.
Selain itu, Lucius menambahkan, kalau merujuk pada penilaian kinerja DPR selama masa sidang
IV tahun 2022-2023 hasilnya buruk lantaran hanya mengesahkan satu RUU.
Akan tetapi peserta pemilu 2024, Partai NasDem menangkis tuduhan itu. Ketua DPP NasDem,
Willy Aditya, mengatakan delapan bacaleg artis yang diusung partainya sudah lama menjadi
kader dan mengikuti sekolah legislasi.

Pemilu legislatif 2024 mendatang juga masih diwarnai calon dari kalangan selebritas.
Partai NasDem, misalnya, mengajukan delapan pesohor dengan latar belakang penyanyi seperti
Annisa Bahar dan Reza Artamevia, pemain sinetron Ali Syakieb dan Nafa Urbach, presenter
Choky Sitohang dan Ramzi, dan tak ketinggalan musisi Didi Riyadi serta Diana Sastra.
Di Kota Bekasi yang merupakan Dapil Jawa Barat VI, papan reklame yang menampilkan
tampang Choky Sitohang berjas biru sambil tersenyum lebar sudah terpampang di jalan-jalan
utama.
Saat menyerahkan berkas calegnya ke KPU pada Kamis (11/05), dia berkata ingin
memperjuangkan isu toleransi yang sudah menjadi perhatian nasional.
Ia juga mengatakan, meskipun cukup dikenal publik tapi tak mudah lolos ke parlemen. Sebab
pada 2019 lalu, dia gagal ke Senayan saat menjadi kader Partai Perindo.
"Di Dapil Jabar VI kami (Partai NasDem) dua kali ikut pemilu, belum dapat kursi di DPR RI.
"Jadi sekarang kami yang ditempatkan di dapil tersebut merasa dengan situasi yang saya lihat di
dalam, belajar dari kesalahan, belajar dari kekurangan itu sehingga pemetaan kami jauh lebih
kuat," ujarnya di kantor KPU seperti dilansir Kompas.com.
Selain NasDem, PDI Perjuangan juga sama. Partai ini mencalonkan 14 publik figur, di antaranya
musisi Once Mekel dan Marcel Siahaan, pelawak Denny Cagur, budayawan Taufik Hidayat
Udjo, pembawa acara Tamara Geraldine, dan penyanyi Sari Koeswoyo.
Ada pula politisi petahana yang juga artis yakni Krisdayanti, Rieke Diah Pitaloka, dan Rano
Karno.
Selebihnya ada Partai Perindo yang menyodorkan setidaknya delapan caleg dari kalangan artis
dan Partai Amanat Nasional sebanyak lima bacaleg.
Yang paling sedikit adalah Partai Keadilan Sejahtera yaitu hanya satu, komedian Narji Cagur.
'Kemampuan anggota DPR dari kalangan artis kurang memadai'
Pengamat politik dari Forum Masyarakat Peduli Parlemen (Formappi), Lucius Karus, berkata
pencalonan para selebritas menjadi anggota legislatif adalah cara mudah partai politik untuk
mendongkrak suara atau kursi di parlemen.
Tren seperti ini sudah berlangsung sejak 2004 atau ketika pemilu langsung diberlakukan.
Di mana kursi anggota DPR yang diperebutkan semakin banyak, sementara persaingan jadi lebih
ketat bersamaan dengan kian bertambahnya partai politik.
Demi meraup kursi atau suara lebih besar, pertimbangan populer jadi modal utama bagi caleg
agar dipilih. Di sinilah akhirnya tuntutan atas kehadiran pesohor makin tinggi, simpul dia.
"Bagi parpol yang punya nafsu besar meraih kursi di DPR untuk bisa lolos syarat ambang batas
parlemen, mengusung orang yang punya potensi dipilih itu akan lebih baik ketimbang
mengangkat kader sendiri tapi menjualnya setengah mati," jelas Lucius Karus kepada BBC News
Indonesia, Jumat (12/05).

Menurut penilaian Lucius, anggota legislatif dari kalangan selebritas yang duduk di DPR selama
ini "tidak cukup menonjol dalam mengemukakan gagasannya di parlemen".
Bahkan, ia menyebut, pemantauan secara menyeluruh terhadap kinerja DPR sepanjang 2019-
2023 memprihatinkan.
Pada 2022 misalnya, DPR cuma mengesahkan tiga Undang-Undang dari target 40 RUU yang
masuk prolegnas prioritas DPR Tahun 2022.
Lalu pada Masa Sidang IV tahun 2022-2023 DPR hanya menuntaskan satu UU prioritas yakni
RUU Landas Kontinen.
Itu mengapa bagi dia, publik sebetulnya dirugikan dengan kehadiran caleg artis. Sebab nyatanya
kemampuan mereka sebagai politisi atau yang berkaitan dengan kerja legislasi disebut "kurang
memadai".
"Jadi tidak bisa dikatakan ada dampak positif yang mereka bisa tunjukkan di parlemen setelah
menjadi anggota DPR."
"Kemampuan mereka di nyanyi, main film, ngelawak, baik. Tapi kapasitas sebagai seorang
politisi atau legislator, mungkin kurang memadai. Karena menjadi anggota legislatif tidak
instan."

Apa tanggapan parpol?


Ketua DPP NasDem, Willy Aditya, menampik tuduhan bahwa partai politik hanya mencari jalan
pintas dengan merekrut artis sebagai calon anggota legislatif.
Kata Aditya, bacaleg artis yang diusung partainya bukan orang baru di NasDem.
Dia mencontohkan penyanyi dangdut Annisa Bahar yang sebelumnya pernah mau dicalonkan
sebagai calon bupati di Jawa Timur.
"Annisa Bahar itu sudah enam tahun jadi kader. Jadi publik figur yang masuk ke NasDem sudah
dari awal. Bukan ujug-ujug," sanggah Willy Aditya.

Willy juga menegaskan, para artis tersebut secara sadar mendaftarkan diri ke NasDem alias tanpa
bujukan.
Saat menjadi kader, mereka pun dibekali pendidikan lewat sekolah politik serta mengikuti
aktivitas kepartaian, kata Willy.
Di pembinaan itulah, kader NasDem diminta untuk fokus pada satu isu yang akan mereka bawa
ketika maju sebagai bacaleg.
"Jadi bukan cuma nongkrong atau mejeng."
Untuk penyaringan bacaleg 2024, sambungnya, NasDem menerapkan sejumlah tahapan. Mulai
dari seleksi sebanyak tiga tingkatan, kemudian survei, dan menilai tingkat keterpilihan atau
popularitas.
Di pemilu tahun ini, Ketua Umum Partai NasDem, Surya Paloh, menargetkan partainya
memperoleh 100 kursi DPR RI.
Pada pemilu sebelumnya, partai ini hanya mendapat 59 kursi.
Perolehan itu menempatkan NasDem di urutan keempat setelah PDI Perjuangan, Golkar, dan
Gerindra.

Sumber: https://www.bbc.com/indonesia/articles/c51lqn7ndllo
Perbandingan: Pada teks berita yang kedua lebih banyak opini dan tanggapan dari para tokoh
politisi. Selain itu banyaknya public figure yang terjun juga menambah dinamika yang terjadi
dalam wacana kaderisasi parpol tersebut. Pada teks yang kedua berita lebih dominan pada
banyaknya parpol yang beropini.

3. Sekjen PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto, mengungkapkan bahwa jumlah para selebritas
yang dicalonkan pada pileg 2024 telah melewati pendidikan kaderisasi partai secara berjenjang.
Dia berkata, dari total 580 caleg, sebanyak 380 caleg perempuan atau 33%. Adapun dari
kalangan akademisi sebanyak 73 orang, dan dari TNI/Polri purnawirawan ada 17 orang. Parpol
harus lebih menyaring para calon politisi yang nantinya akan memimpin instansi kedepannya.
Sedangkan masyarakat harus benar-benar bijak dalam menentukan pilihannya dalam pemilu
2024 nanti guna menentukan kemajuan daerah-daerah yang akan dipimpin para politisi tersebut.

4.
Dibalik Gedung nan Mewah
Karya: Mustikaningtyas N.P

Dibalik Gedung itu berjejer kursi rapi


Namun tanpa asumsi
Dibalik gedung itu terduduk insan berdasi
Namun tanpa intervensi
Kulihat Sedan dan Alphard Nampak menawan
Namun pojok Gedung terlihat pengemis kelaparan
Politisi tengah menari
Namun rakyat tak diurusi
Politisi tengah bersandar
Namun rakyat tengah terlantar
Dibalik Gedung itu………
Dimana janji-janjimu….

Anda mungkin juga menyukai