Anda di halaman 1dari 1

Saya adalah seorang kutu buku, saya memiliki sahabat pena yang bernama

Tika. Ia menjadi bunga desa di desanya, namun sayangnya karena julukan


tersebut ia menjadi seorang yang besar kepala.banyak laki-laki buaya darat
dan bermata keranjang yang mendekatinya.Tika memiliki seorang ayah yang
berprofesi sebagai lintah darat , dalam menjalani profesinya, ayah Tika tebal
muka dan tidak peduli terhadap keadaan orang lain.Akibatnya ia menajadi
buah bibir di desanya.
Padahal buah hatinya sering mengingatkan bahwa tindakannya itu tidak
benar, Tika juga menyarankan agar mencari pekerjaan lain yang halal, tetapi
ia tidak menghiraukan dan justru bersikap ringan tangan terhadap putrinya.
Meskipun sering dikasari oleh ayahnya, Tika tetap menyikapinya dengan
kepala dingin. Ayah Tika juga mempunyai hobi bermain judi, ia sering menjadi
kuda hitam dalam permainan tersebut. Dan pada suatu hari ia di razia oleh
kepolisian, akibatnya ia di adili di meja hijau.
Sementara itu, ketika ayah Tika dipenjara, tak ada lagi yang mencarikan
nafkah. Terpaksa ibu tika harus banting tulang. Ibu Tika membuka usaha
warung makan, namun tak lama kemudian usahanya itu gulung tikar
disebabkan karena modal yang terbatas dan sepinya pelanggan.
Akhirnya Tika harus bekerja keras agar bisa mencukupi kebutuhannya,
beruntung Tika memiliki bakat sebagai penulis. Ia mengandalkan bakatnya
untuk mendapatkan uang, ia juga sering mengikuti kompetisi menulis, berkat
tulisannya yang memukau banyak orang, ia mendadak menjadi seorang yang
naik daun. Meski terkenal, ia tetap rendah hati.
Bahkan ia tidak malu mengakui ayahnya yang memiliki catatan hitam. Dan
sayangnya, walaupun ayah Tika pernah mendekam di penjara, ia tidak kapok
dan sering mengulangi kesalahannya. Dan meskipun sering diingatkan oleh
Tika, ayahnya masih saja kepala batu. Walau begitu, Tika sangat menyayangi
ayahnya.

Anda mungkin juga menyukai