Anda di halaman 1dari 25

ANALISIS KORELASI

( Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah statistik pendidikan)


Dosen pengampu : Siti Ulfa Nabila, M.Mat

DISUSUN OLEH :

Kelompok : 10

Anggi Dwi Lestari 2111050172


Clarysa Devira 2111050174
Andri Gunawan 2111050171

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
TAHUN AJARAN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat
pada waktunya. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Statistik
pendidikan. Makalah ini membahas mengenai “Analisis Korelasi”. Kami
mengucapkan banyak terimah kasih kepada bapak dosen atas segala arahan dan
bimbingan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Penulis berharap makalah ini dapat memberi manfaat kepada pembaca dan
utamanya kepada penulis sendiri. Penulis menyadari, bahwa masih banyak
kesalahan dan kekurangan pada makalah ini. Hal ini Karena keterbatasan
kemampuan dari penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun dari semua pihak guna penyempurnaan makalah ini.

Bandar lampung, 20 Februari 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................1
C. Tujuan..........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................3
A. Pengertian Korelasi......................................................................................3
B. Arah Korelasi...............................................................................................3
C. Peta Korelasi................................................................................................4
D. Angka Korelasi............................................................................................8
E. Teknik Analisis Korelasi ............................................................................9
F. Langkah-langkah Teknik Korelasi............................................................17
G. Rancangan Teknik Korelasi.......................................................................18
BAB III PENUTUP..........................................................................................21
Kesimpulan........................................................................................................21
Daftar Pustaka

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Banyak analisis statistika bertujuan untuk mengetahui apakah ada
hubungan antara dua atau lebih peubah. Bila hubungan demikian ini dapat
dinyatakan dalam bentuk rumus matematik, maka kita akan dapat
menggunakannya untuk keperluan peramalan.
Kata “ Korelasi” berasal dari bahasa inggris yaitu “ Correlation” yang
dalam bahasa Indonesia artinnya hubungan atau saling hubung atau hubungan
timbale balik. Dalam dunia statistik pendidikan korelasi adalah hubungan antara
dua variable atau lebih yang sifatnnya kuantitatif. Lambang yang digunakan
korelasi adalah rxy artinnya korelasi antara variable X dan variable Y. Nilai
korelasi berkisar antara 0 (nol) sampai dengan 1.00 artinya nilai korelasi paling
rendah adalah nol dan paling tinggi adalah 1.00.
Hubungan antara variable itu jika ditilik dari segi arahnya, dapat
dibedakan menjadi dua macam yaitu hubungan yang sifatnya satu arah dan
hubungan yang sifatnya berlawanan arah. Hubungan yang sifatnya searah diberi
nama korelasi positif, sedangkan yang berlawanan arah disebut korelasi
negative. Disebut korelasi positif, jika dua variable (atau lebih) yang berkolerasi
berjalan parallel, artinya bahwa hubungan antara dua variable (atau lebih) itu
menunjukan arah yang sama. Jadi apabila variable X mengalami kenaikan atau
pertambahan akan diikuti pula dengan kenaikan atau pertambahan, akan diikuti
pula dengan kenaikan atau pertambahan pada variable Y atau sebaliknya,
penurunan dan pengurangan pada variable X akan akan diikuti pula dengan
penurunan dan pengurangan pada variable Y.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari korelasi ?
2. Bagaimana arah, peta dan angka analisis korelasi?
3. Bagaimana teknik-teknik korelasi?
4. Bagaimana langkah - langkah teknik analisis korelasi?
5. Bagaimana rancangan teknik analisis korelasi?

C. Tujuan Masalah
1. Menjelaskan pengertian dari korelasi ?
2. Menjelaskan arah, peta dan angka analisis korelasi?
3. Menjelaskan teknik-teknik korelasi?
4. Menjelaskan langkah - langkah teknik analisis korelasi?
5. Menjelaskan rancangan teknik analisis korelasi

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Korelasi
Kata korelasi berasal dari bahasa inggris correlation. Dalam bahasa
indonesia sering diterjemahkan dengan hubungan atau saling hubungan atau
hubungan timbal balik. Dalam ilmu statistik istilah korelasi diberi pengertian
sebagai hubungan antardua variabel atau lebih. Selain itu, Korelasi juga dapat
diartikan sebagai salah satu teknik statistik yang digunakan untuk untuk mencari
hubungan antara dua variabel atau lebih yang sifatnya kuantitatif. Korelasi
merupakan teknik analisis yang termasuk dalam salah satu teknik pengukuran
asosiasi / hubungan (measures of association).
Korelasi adalah istilah statistic yang menyatakan derajat hubungan linear
antara dua variable atau lebih, yang ditemukan oleh Karl Pearson pada awal
1900 oleh itu terkenal dengan sebutan korelasi pearson product moment (PPM)
Korelasi adalah salah satu teknik analisis statistic yang paling banyak digunakan
oleh para peneliti, karena peneliti pada umumnya tertarik terhadap peristiwa-
peristiwa yang terjadi dan mencoba untuk menghubungkannya. Misalnnya kita
ingin menghubungkan antara tinggi badan dan berat badan, antara umur dengan
tekanan darahnya, antara motivasi dengan prestasi belajar atau bekerja dan
seterusnya. Hubungan antara dua variable didalam teknik korelasi bukanlah
dalam arti hubungan sebab akibat melainkan hanya hubungan searah saja.

B. Arah Korelasi
Hubungan antara variable itu jika ditilik dari segi arahnya, dapat
dibedakan menjadi dua macam yaitu hubungan yang sifatnya satu arah dan
hubungan yang sifatnya berlawanan arah. Hubungan yang sifatnya searah diberi
nama korelasi positif, sedangkan yang berlawanan arah disebut korelasi
negative. Disebut korelasi positif, jika dua variable (atau lebih) yang berkolerasi
berjalan parallel, artinya bahwa hubungan antara dua variable (atau lebih) itu
menunjukan arah yang sama. Jadi apabila variable X mengalami kenaikan atau
pertambahan akan diikuti pula dengan kenaikan atau pertambahan, akan diikuti

3
pula dengan kenaikan atau pertambahan pada variable Y atau sebaliknya,
penurunan dan pengurangan pada variable X akan akan diikuti pula dengan
penurunan dan pengurangan pada variable Y.
Contoh: Makin meningkatnya kesadaran hokum dikalangan masyarakat
dikuti dengan makin menurunnya angka kejahatan atau angka pelanggaran.
Makin giatnya orang berlatih makin sedikit pula kesalahan yang diperbuat oleh
seseorang, makin meningkatnya jumlah aseptor keluarga berencana diikuti
dengan makin menurunnya angka kelahiran atau sebaliknya, dalam dunia
pendidikan misalnya, makin kurang dihayati dan diamalkannya ajaran agama
islam oleh para remaja akan diikuti oleh makin meningkatnya frekuensi
kenakalan remaja atau sebaliknya.
Teknik korelasi merupakan teknik analisis yang melihat kecenderungan
pola dalam satu variabel berdasarkan kecenderungan pola dalam variabel yang
lain. Maksudnya, ketika satu variabel memiliki kecenderungan untuk naik maka
kita melihat kecenderungan dalam variabel yang lain apakah juga naik atau
turun atau tidak menentu. Jika kecenderungan dalam satu variabel selalu diikuti
oleh kecenderungan dalam variabel lain, kita dapat mengatakan bahwa kedua
variabel ini memiliki hubungan atau korelasi.

C. Peta Korelasi
Arah hubungan variabel yang kita cari korelasinya, dapat kita amati melalui
sebuah peta atau diagram yang dikenal dengan nama Peta Korelasi. Menurut
Sudijono (1987), Ciri yang terkandung pada peta korelasi itu adalah:
1. Jika korelasi antara variabel X dan variabel Y merupakan korelasi positif
maksimal, atau korelasi positif tertinggi, atau korelasi positif sempurna,
maka pencarian titik yang terdapat pada peta korelasi apabila dihubungkan
antara satu dengan yang lain, akan membentuk satu buah garis lurus yang
condong ke arah kanan.

4
Diagram Korelasi Positif Maksimal
2. Jika korelasi antara variabel X dan variabel Y merupakan korelasi negatif
maksimal atau korelasi negatif tertinggi atau korelasi negatif sempurna
maka pencaran titik yang terdapat pada peta korelasi akan membentuk satu
garis lurus dengan yang condong ke arah kiri.

Diagram Korelasi Negatif Maksimal


3. Jika korelasi antara variabel X dan variabel Y termasuk korelasi positif yang
tinggi atau kuat, maka pencaran titik yang terdapat pada peta korelasi sedikit
atau beberapa mulai menjauhi garis lurus, yaitu titik-titik tersebut terpencar
atau berada di sekitar garis lurus tersebut dengan kecondongan ke arah
kanan.

5
Diagram Korelasi Positif Tinggi
4. Jika korelasi antara variabel X dan variabel Y termasuk korelasi negatif
yang tinggi atau kuat, maka pencaran titik yang terdapat pada peta korelasi
itu sedikit menjauhi garis lurus dengan kecondongan ke arah kiri.

Diagram Korelasi Negatif Tinggi


5. Korelasi positif atau korelasi negatif yang menunjukkan korelasi yang
rendah atau kecil, maka pencaran titik yang terdapat pada peta korelasi akan
semakin jauh tersebar atau menjauhi dari garis lurus

6
Diagram Korelasi Positif Lemah

Diagram Korelasi negatif Lemah

7
D. Angka Korelasi
Sejauh mana tinggi-rendah, kuat-lemah, atau besar-kecilnya suatu
korelasi dapat diketahui dengan melihat angka korelasi hasil perhitungan yang
dinamakan Angka Indeks Korelasi atau Koefisien Korelasi. Angka Indeks
Korelasi adalah suatu angka yang dapat dijadikan petunjuk untuk mengetahui
seberapa besar kekuatan korelasi di antara variabel yang sedang dikorelasikan.
Angka indeks korelasi biasanya diberi lambang dengan huruf tertentu.
Misalnya rxy sebagai lambang koefisien korelasi pada teknik korelasi Product
Moment. Lambang (Rho) sebagai simbol koefisien korelasi pada teknik korelasi
Tata Jenjang. Lambang (Phi) sebagai simbol koefisien korelasi Phi untuk
variabel diskirt murni, Lambang C atau KK sebagai koefisien korelasi pada
teknik korelasi Kontigensi, dan lain – lain.
Besarnya angka indeks korelasi berkisar antara – 1,00 sampai dengan
1,00. Hasil korelasi yang sempurna sebesar - 1,00 dan 1,00. Bila tidak ada
korelasi maka angka indeks korelasi menunjukkan angka 0. Apabila hasil
perhitungan korelasi lebih dari ± 1,00, maka hal ini menunjukkan telah terjadi
kesalahan dalam perhitungan. Untuk memudahkan melakukan interpretasi,
mengenai kekuatan hubungan antara dua variabel, penulis memberikan kriteria
sebagai berikut.(Sarwono : 2006)
0 : tidak ada korelasi antara dua variabel
0 – 0,25 : korelasi sangat lemah
0,25 – 0,5 : korelasi cukup
0,5 – 0,75 : korelasi kuat
0,75 – 0,99 : korelasi sangat kuat
1 : korelasi sempurna
Bila angka indeks korelasi bertanda minus (-) berarti korelasi tersebut
mempunyai arah korelasi negatif. Tanda – yang terdapat di depan angka indeks
korelasi tidak dapat diartikan bahwa korelasi antara variabel itu besarnya kurang
dari nol, karena angka indeks korelasi yang paling kecil adalah nol. Bila angka
indeks korelasi diberi tanda plus (+) atau tidak diberi tanda apapun menunjukkan
arah korelasi tersebut adalah korelasi positif. Hal yang perlu diingat bahwa tanda
+ dan – di depan angka indeks korelasi itu bukanlah tanda aritmatika.

8
Hubungan antara dua variabel dapat dinyatakan dalam dua fungsi yaitu
fungsi matematis dan fungsi statistic. Dalam fungsi matematis, bila terjadi
perubahan pada suatu variabel selalu diikuti perubahan pada variabel lainnya.
Variabel Y adalah fungsi variabel X (Y = f (X)). Fungsi matematis
menggambarkan korelasi sempurna. Bila nilai variabel X diketahui maka nilai
variabel Y dapat ditentukan dengan pasti dan berlaku universal. Korelasi dalam
fungsi statistik menggambarkan korelasi yang tidak sempurna. Nilai variabel Y
diperkirakan bila nilai variabel X diketahui dan tidak berlaku universal.
Hubungan dalam fungsi statistik adalah suatu kecenderungan yang tidak berlaku
bagi setiap individu dalam kelompok, berlaku bagi sebagian besar kelompok.
Hubungan antara kedua variabel yang berkorelasi tidak boleh langsung
disimpulkan adanya hubungan kausal. Sifat hubungan tersebut bukan hubungan
sebab akibat di antara kedua variabel tersebut. Variabel X bukan penyebab dari
variabel Y atau variabel Y belum dapat diartikan sebagai akibat dari variabel X.
Angka indeks korelasi yang diperoleh dari proses perhitungan itu bersifat relatif,
yaitu angka yang fungsinya melambangkan indeks hubungan antar variabel yang
dicari korelasinya. Jadi, angka indeks korelasi itu bukanlah angka yang bersifat
eksak atau angka yang merupakan ukuran pada skala linier yang memiliki unit-
unit yang sama besar. Misalkan angka indeks korelasi antara variabel X dan
variabel Y sebesar 0,80 (rxy = 0,80), dan angka indeks korelasi antara variabel
Y dan variabel Z sebesar 0,20 (ryz = 0,20). Hal ini tidak dapat dikatakan bahwa
rxy sebesar 4 kali ryz.

E. Teknik Analisis Korelasi


Teknik analisis korelasi ialah teknik analisis statistik mengenai hubungan
antardua variabel atau lebih. Teknik analisis korelasional memiliki tiga macam
tujuan, yaitu :
1. Ingin mencari bukti (berlandasan pada data yang ada), apakah memang
benar antara variabel yang satu dan variabel yang lain terdapat hubungan
atau korelasi.

9
2. Ingin menjawab pertanyaan apakah hubungan antar variabel itu ( jika
memang ada ubungannya ) termasuk hubungan yang kuat, cukupan, ataukah
lemah.
3. Ingin memperoleh kejelasan dan kepastian ( secara matematik ) apakah
hubungan antar variabel itu merupakan hubungan yang berarti atau
menyakinkan ( signifikan ) ataukah hubungan yang tidak berarti atau tidk
meyakinkan.
Teknik analisis korelasional dapat dibedakan menjadi dua golongan
yaitu teknik analisis korelasional bivariat dan teknik analisis korelasional
multivariat. Teknik Analisis Koresional Bivariat ialah teknik analisis
korelasi yang mendasarkan diri pada dua buah variabel. Contoh : Korelasi
antara prestasi belajar dalam bidang studi Agama Islam (Variabel X) dan
sikap keagaman siswa (Variabel Y). Teknik Analisis Koresional Multivariat
ialah teknik analisis korelasi yang mendasarkan diri pada lebih dari dua
variabel. Contoh : Korelasi antara sikap Keagaman Siswa (Variabel X1)
dengan Suasana Keagaman di lingkungan Keluarga (Variabel X2),
Lingkungan Keagamaan Siswa di Masyarakat (Variabel X3), Tingkat
Pengetahuan Agama Orang Tua Siswa (Variabel X4, dan Prestasi Belajar
Siswa dalam bidang studi Agama Islam (Variabel X5).
Terdapat 10 macam teknik perhitungan korelasi yang termasuk
dalam teknik analisis korelasional bivariat yaitu :
1. Teknik Korelasional Produk Momen (Product Moment Correlation)
Korelasi Product Moment merupakan salah satu teknik korelasi
yang sering digunakan untuk mencari korelasi antar dua variable.
Korelasi Product Moment dikembangkan oleh Karl Pearson yang
kemudian teknik ini dinamakan dengan teknik korelasi pearson, disebut
juga Korelasi Product Moment karena koefisien korelasinya didapatkan
dengan mengalihkan antara moment-moment variable yang
dikorelasikan.
Rumus :
N ∑ XY −( ∑ X ) (∑Y )
r xy =
√ N ∑ X 2−( ∑ X 2 )¿ ¿

10
Dimana : : r xy = angka indeks korelasi antara variabel X dan variabel Y
N = number of cases
∑ XY =¿jumlah hasil perkalian antara skor x dan skor y
∑ X = jumlah seluruh skor x
∑ Y = jumlah seluruh skor y

2. Teknik Korelasional Tata Jenjang (Rank Different Correlation atau


Rank Order Correlation)
Teknik korelasi data jenjang dalam dunia statistik dikenal sebagi
teknik analisis korelasional yang paling sederhana jika dibandingkan
dengan teknik analisis korelasional lainnya. Variabel yang sedang kita
selidiki korelasinya, kita ukur berdasarkan perbedaan urutan kedudukan
skornya, jadi bukan didasarkan pada skor hasil pengukuran yang
sebenarnya. Dengan kata lain, datanya adalah data ordinal/data
jenjang/data urutan. Teknik analisis korelasional tata jejang ini dapat
efektif digunakan apabila subjek yang dijadikan sampel dalam
penelitian lebih dari 9 tetapi kurang dari 30, dengan kata lain (N) antara
10 – 29. Karena itu apabila N sama dengan/lebih dari 30, sebaiknya
jangan digunakan teknik korelasi ini. Berikut rumus Korelasi Tata
Jenjang:

R n2−1
e=¿ √ M R +
2 ¿
12

Dimana : Re=¿¿ urutan kedudukan


M R = mean dari urutan kedudukan skor kembar
n = banyaknya skor yang kembar

3. Teknik korelasional Koefisien Phi (Phi Coeffisient Correlation)


Teknik korelasi phi adalah salah satu teknik analisis korelasional
yang dipergunakan apabila data yang dikorelasikan adalah data yang
benar – benar dikotomik ( terpisah atau dipisahkan secara tajam )
dengan istilah lain ; variabel yang dikorelasikan itu adalah variabel
diskrit murni ; misalnya : laki – laki – perempuan, hidup – mati, lulus –

11
tidak lulus, menjadi pengurus organisasi – tidak menjadi pengurus
organisasi mengikuti bimbingan tes – tidak mengikuti bimbingan tes,
dan seterusnya. Apabila variabelnya bukan merupakan variabel diskrit,
maka variabel tersebut terlebih dahulu harus diubah menjadi variabel
diskrit.

Lambangya
Besar kecil, kuat lemahnya, atau tingi rendahnya, korelasi antar dua
variabel yang kita selidiki korelasinya, pada teknik korelasi phi ini,
ditunjukkan oleh besar kecilnya angka indeks korelasi yang
dilambangkan dengan huruf φ ( phi ) yang besarnya berkisar antara 0,00
samapai dengan + 1,00.
(ad−bc)
Rumus pertama : φ=
√( a+b ) ( a+ c ) ( b+ d )(c+ d)
Rumus ini kita pergunakan apabila dalam menghitung atau
mencari φ kita mendasarkan diri pada frekuensi dari masing – masing
sel yang terdapat dalam tabel kerja (tabel perhitungan).
αδ −βγ
Rumus kedua : φ=
√( p ) ( q ) ( p ) (q ' )
'

Rumus ini kita pergunakan apabila dalam menghitung φ kita


mendasarkan diri pada nilai proporsinya.


2
Rumus ketiga : χ
φ=
N

Rumus ini kita pergunakan apabila dalam mencari φ kita


terlebih dahulu menghitung kai kuadrat ( χ 2 ¿; kai kuadrat itu diperoleh
dengan rumus :
2
χ =∑¿ ¿ dengan : f 0= frekuensi yang diperoleh dalam penelitian
f t = frekuensi secara teoritik

4. Teknik Korelasional Kontingensi (Contingency Coefficient Correlation)

12
Teknik korelasi koefisien kontingensi adalah salah satu teknik
analisis korelasional bivariat, yang dua buah variabel yang
dikorelasikan adalah berbentuk kategori atau merupakan gejala ordinal.
Misalnya : tingkat pendidikan, tinggi, menengah, rendah : pemahaman
terhadap ajaran Agama Islam: baik, cukup, kurang, dan sebagainya.
Lambangnya dengan huruf C atau KK ( singkatan dari koefisien
kontingensi).
Rumusnya
χ2
∁=
χ2 + N
2
χ dapat diperoleh dengan menggunakan rumus : 2
χ =∑ ¿ ¿

5. Teknik Korelasional Poin Biserial (Point Biserial Correlation)


Teknik korelasi point biserial ( point biserial correlation ) adalah
salah satu teknik analisis korelasional bivariat yang biasa dipergunakan
untuk mencari korelasi antara dua variabel : Variabel 1 berbentuk
variabel kontinum ( misalnya : skor hasil tes ) sedangkan Variabel 2
berbentuk variabel diskrit murni ( misalnya betul atau salahnyacalon
dalam menjawab butir – butir soal tes ).
Teknik analisis koresional poin biseral ini juga dapat
dipergunakan untuk menguji validity item (validitas soal) yang telah
diajukan dalam tes, dimana skor hasil tes untuk tiap butir soal
dikorelasikan dengan skor hasil tes secara totalitas. Angka indeks
korelasi yang menunjukan keeratan hubungan antara variabel yang satu
dengan variabel yang lain, pada teknik korelasi ini dilambangkan
dengan : r pbi

Rumusnya

r pbi =
M p−M t
S Dt √ p
q

Dimana :
r pbi = angka indeks korelasi poin biseral

13
M p = mean skor yang dicapai oleh peserta tes yang menjawab betul,
yang sedang dicari korelasinya dengan tes secara keseluruhan.
M t = mean skor total, yang berhasil dicapai oleh seluruh peserta tes.
S D t = deviasi standar total (dari skor total)
P = proporsi peserta tes yang menjawab betul terhadap butir soal yang
sedang dicari korelasinya dengan tes secara keseluruhan.

6. Teknik Korelasinal Biserial (Biserial Correlation)


Korelasi biserial merupakan alat yang paling sering digunakan
dalam dunia pendidikan, dimana korelasi ini melihat hubungan antara
skor atau hasil jawaban pada masing-masing item pertanyaan yang
diberikan dalam tes.Korelasi biserial efektif diberikan pada tipe tes
multiple choice atau pilihan berganda tetapi bisa juga untuk tipe tes
lainnya.Hasilnya para pendidik dapat mengetahui karaktristik siswa
dalam memberikan jawaban terhadap soal tes yang kita berikan.
Korelasi biserial dapat digunakan untuk melihat fenomena dalam
pola jawaban siswa, seringkali pengajar dihadapkan pada kenyataan
bahwa siswa tertentu akanmemberikan jawaban yang benar terhadap
pertanyaan yang sulit dan sebaliknya pada pertanyaan mudah ia akan
memberikan jawaban yang salah.
Seperti halnya pada pengujian korelasi tentunya kita mengenal
istilah koefisien korelasi dan nilai signifikansi atau p-value. Prinsipnya
sama saja, pada korelasi biserial nilai koefisien yang besar dan positif
akan mengindikasikan bahwa siswa dapat menjawab dengan baik item
pertanyaan tersebut, sebaliknya poin biserial yang kecil
mengindikasikan bahwa item pertanyaan tidak dapat dijawab dengan
baik oleh siswa.

7. Teknik Korelasional Kendall Tau (Kendall’s Tau Correlation)

14
Korelasi Kendall Tau merupakan statistik nonparametrik.
Korelasi ini digunakan pada data sama seperti data yang digunakan
pada korelasi spearman yaitu sekurang-kurangnya data ordinal. Simbol
yang biasa digunakan pada ukuran populasinya adalah (tau) dan ukuran
sampelnya adalah T .
Rumusnya :
Formula T adalah sebagai berikut:
2S
T=
N ( N−1)
dimana:
S adalah total skor seluruhnya (grand total), yang merupakan jumlah
skor urutan kewajaran pasangan data pada salah satu variabel. Jika
urutan ranking wajar diberi skor +1, jika urutan ranking tdk wajar diberi
skor –1.N adalah banyaknya pasangan ranking.

8. Teknik Korelasional Rasio (Correlation Ratio)


Interval/Rasio
 Product Momen
 Korelasi Parsial
 Korelasi Ganda

9. Teknik The Widespread Correlation


Sering terjadi dalam penelitian yang membutuhkan pengamatan seperti
cenderung memberikan nilai rata-rata dari pada menilai sangat baik atau
sangat buruk.Sehingga digunakan teknik the widespread correlation.
Dengan Rumus :

R ser =
∑ {( ¿−Ot ) (M )}
SD tot ∑[¿−Ot
P ]
Dimana
R ser = Koefisien korelasi serial
Or = Ordinat yang lebih rendah

15
Ot = Ordinat yang lebih tinggi
M = Mean
SD tot = Standar deviasi total
P = Proposi dalam golongan

10. Teknik Korelasional Tetrakorik (Tetrachoric Correlation)


Teknik korelasi tetrakorik digunakan apabila dua variabel yang
dikorelasikan sama-sama merupakan variabel dikotomi.Bedanya, pada
korelasi tetrakorik data bersifat dikotomi buatan, sedangkan pada
korelasi phi data bersifat dikotomi murni.Mula-mula datanya
merupakan data kontenum yang sebenarnya dikelompokkan menjadi
dua kelompok yaitu:
 Subjek yang menguasai materi
 Subjek yang tidak menuasai materi
dengan rumus sebagai berikut :
a. Mencari nilai phi dengan rumus :
ad−bc
i. Ø =
(a+ b)(c +d )(b+d )
b. Menentukan besarnya korelasi tetrakorik dengan rumus :
i. rt : Sinus (Ø 90º)
c. Menentukan korelasi dan menguji korelasi tetrakorik dengan rumus
:
i. r = korelasi tetrakorik x faktor koreksi x faktor koreksi
d. Tes signifikan dari koreksi tetrakorik digunakan teknik Chi kuadrat
diperoleh dari rumus X² = ز .N dengan derajat bebas (db) = 1.
Rumus chi kuadrat :
N ( ad−bc ) 2
i. X² =
(a+ b)(c +d )(b+d )
Keterangan :
X² : Chi kuadrat
N : Jumlah Sampel
A,b,c,d : Frekuensi tiap-tiap sampel tabel 2 x 2

16
F. Langkah-langkah Teknik Analisis Korelasi
Pada dasarnya, penelitian korelasi baik relasional, prediktif, maupun
multivariat, melibatkan perhitungan korelasii antara variabel yang kompleks
(variabel kriteria) dengan variabel lain yang dianggap mempuyai hubungan
(variabel prediktor). Untuk menguji hubungan tersebut, langkah-langkah yang
ditempuh sama meski detail masing-masing langkah untuk keduanya berbeda,
terutama dalam pengumpulan dan analisis data.
1. Penentuan masalah
Sebagaimana dalam setiap penelitian, langkah awal yang harus
dilakukan peneliti adalahmenentukan masalah penelitian yang akan menjadi
fokus studinya. Dalam penelitian korelasional, masalah yang dipilih harus
mempunyai nilai yang berarti dalam pola perilaku fenomena yang kompleks
yang memrlukan pemahaman.Disamping itu, variabel yang dimasukkan
dalam penelitian harus didasarkan pada pertimbangan, baik secara teoritis
maupun nalar, bahwa variabel tersebut mempunyai hubungan tertentu.Hal
ini biasanya dapat diperoleh berdasarkan hasil penelitian yang terdahulu
atau terdahulu.
2. Penentuan subyek
Subyek yang dilibatkan dalam penelitian ini harus dapat diukur
dalam variabel-variabel yang menjadi fokus penelitian.Subyek tersebut
harus relatif homogen dalam faktor-faktor di luar variabel yang diteliti yang
mungkin dapat mempengaruhi variabel terikat.Bila subyek yang dilibatkan
mempunyai perbedaan yang berarti dalam faktor-faktor tersebut, korelasi
antar variabel yang diteliti menjadi kabur. Untuk mengurangi heterogenitas
tersebut, peneliti dapat mengklasifikasikan subyek menjadi beberapa
kelompok berdasarkan tingkat faktor tertentu dan, kemudian menguji
hubungan antar variabel penelitian untuk masing-masing kelompok.
3. Pengumpulan data
Berbagai jenis instrumen dapat digunakan untuk mengukur dan
mengumpulkan data masing-masing variabel, seperti angket, tes, pedoman
interview dan pedoman observasi, tentunya disesuaikan dengan

17
kebutuhan.Data yang dikumpulkan dengan instrumen-instrumen tersebut
harus dalam bentuk angka. Dalam penelitian relasional, pengukuran variabel
dapat dilakukan dalam waktu yang relatif sama.
4. Analisis data
Pada dasarnya, analisis dalam penelitian korelasional dilakukan
dengan cara mengkorelasikan hasil pengukuran suatu variabel dengan hasil
pengukuran variabel lain. Dalam penelitian relasional, teknik korelasi
bivariat, sesuai dengan jenis datanya, digunakan untuk menghitung tingkat
hubungan antara vaiabel yang satu dngan yang lain.
Namun demikian, dapat pula digunakan analisis korelasi biasa bila hanya
melibatkan dua variabel.Bila melibatkan lebih dari dua variabel, misalnya untuk
menentukan apakah dua variabel prediktor atau lebih dapat digunakan untuk
memprediksi variabel kriteria lebih baik daripada bila digunakan secara sendiri-
sendiri, teknik analisis regresi ganda, multiple regresion atau analisis kanonik
dapat digunakan.Hasil analisis tersebut biasanya dilaporkan dalam bentuk nilai
koefisien korelasi atau koefisien regresi serta tingkat signifikansinya, disamping
proporsi variansi yang disumbangkan oleh variabel bebas terhadap variabel
terikat.

G. Rancangan Teknik Analisis Korelasi


Teknik analisi korelasional mempunyai berbagai jenis rancangan, yaitu:
1. Korelasi Bivariat
Rancangan teknik analisis penelitian korelasi bivariat adalah suatu
rancangan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan hubungan
antara dua variabel.Hubungan antara dua variabel diukur.Hubungan tersebut
mempunyai tingkatan dan arah. Tingkat hubungan (bagaimana kuatnya
hubungan) biasanya diungkapkan dalam angka antar -1,00 dan +1,00, yang
dinamakan foefisien korelasi. Korelasi zero (0) mengindikasikan tidak ada
hubungan. Koefisien korelasi yang bergerak ke arah -1,00 atau +1,00,
merupakan korelasi sempurna pada kedua ekstrem. Arah hubungan
diindikasikan olh simbol “-“ dan “+”. Suatu korelasi negatif berarti bahwa
semakin tinggi skor pada suatu variabel, semakin rendah pula skor pada

18
variabel lain atau sebaliknya. Korelasi positif mengindikasikan bahwa
semakin tinggi skor pada suatu variabel, semakin tinggi pula skor pada
variabel lain atau sebaliknya.
2. Regresi dan Prediksi
Jika terdapat korelasi antara dua variabel dan kita mengetahui skor
pada salah satu variabel, skor pada variabel kedua dapat
diprediksikan.Regresi merujuk pada seberapa baik kita dapat membuat
prediksi ini. Sebagaimana pendekatan koefisien korelasi baik -1,00 maupun
+1,00, prediksi kita dapat lebih baik.
3. Regresi Jamak (Multiple Regresion)
Regresi jamak merupakan perluasan regresi dan prediksi sederhana
dengan penambahan beberapa variabel.Kombinasi beberapa variabel ini
memberikan lebih banyak kekuatan kepada kita untuk membuat prediksi
yang akurat.Apa yang kita prediksikan disebut variabel kriteria (criterion
variable). Apa yang kita gunakan untuk membuat prediksi, variabel-variabel
yang sudah diketahui disebut variabel prediktor (predictor variables).
4. Analisis Faktor
Prosedur statistik ini mengidentifikasi pola variabel yang
ada.Sejumlah besar variabel dikorelasikan dan terdapatnya antarkorelasi
yang tinggi mengindikasikan suatu faktor penting yang umum.
5. Rancangan korelasional yang digunakan untuk menarik kesimpulan kausal
Terdapat dua rancangan yang dapat digunakan untuk membuat
pernyataan-pernyataan tentang sebab dan akibat menggunakan metode
korelasional.Rancangan tersebut adalah rancangan analisis jalur (path
analysis design) dan rancangan panel lintas-akhir (cross-lagged panel
design). Analisis jalur digunakan untuk menentukan mana dari sejumlah
jalur yang menghubungkan satu variabel dengan variabel
lainnya.Sedangkan desain panel lintas akhir mengukur dua variabel pada
dua titik sekaligus.

19
6. Analisis sistem (System Analysis)
Desain ini melibatkan penggunaan prosedur matematik yang
kompleks/rumit untuk menentukan proses dinamik, seperti perubahan
sepanjang waktu, jerat umpan balik serta unsur dan aliran hubungan.

20
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Korelasi merupakan hubungan antara dua kejadian dimana kejadian yang
satu dapat mempengaruhi eksistensi kejadian yang lain.
Adapun tujuannya adalah mengolah data hasil dari penelitian korelasional
untuk menguji ada tidaknya hubungan itu dan mengungkapkan seberapa besar
kekuatan hubungan antarvariabel yang dimaksud .
Terdapat 10 macam teknik perhitungan korelasi yang termasuk dalam teknik
analisis korelasional bivariat yaitu :
1. Teknik Korelasional Produk Momen (Product Moment Correlation)
2. Teknik Korelasional Tata Jenjang (Rank Different Correlation atau Rank
Order Correlation)
3. Teknik korelasional Koefisien Phi (Phi Coeffisient Correlation)
4. Teknik Korelasional Kontingensi (Contingency Coefficient Correlation)
5. Teknik Korelasional Poin Biserial (Point Biserial Correlation)
6. Teknik Korelasinal Biserial (Biserial Correlation)
7. Teknik Korelasional Kendall Tau (Kendall’s Tau Correlation)
8. Teknik Korelasional Rasio (Correlation Ratio)
9. Teknik The Widespread Correlation
10. Teknik Korelasional Tetrakorik (Tetrachoric Correlation

B. Saran
Demikian makalah ini penulis buat, jika terdapat kesalahan dalam
penulis maupun penyampaiannya penulis mengharapkan kritikan dan saran
dari pembaca. Atas kritikan dan saran dari pembaca penulis ucapkan terima
kasih.

21
DAFTAR PUSTAKA

Hasan, Iqbal.2006. Analisis Data Penelitian Statistik . Jakarta: Bumi Aksara

Sudijono, A. (2004). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.

Sutrisno Hadi. (1987). Statistik. Jilid II. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM.

Sudjana. 2002. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Usman, H. 2006. Pengantar Statistika. Jakarta: Bumi Aksara

Anda mungkin juga menyukai