Anda di halaman 1dari 19

RUANG LINGKUP HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

DALAM HUKUM PUBLIK

(Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Administrasi Negara )


Dosen pengampu : Dr.H.Khairuddin, M.H

DISUSUN OLEH :

Kelompok 2

CAMELIA ALEN SKY 2221020036

DENI NURRIZKY 2221020046

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA


FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN
LAMPUNG TAHUN AJARAN 2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Ruang Lingkup Hukum Administrasi Negara dalam Hukum Publik”.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
mata kuliah Hukum Administrasi Negara. Kami mengucapkan terima kasih kepada
Bapak Dr.H.Khairuddin, M.H selaku Dosen Hukum Administrasi Negarayang
telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Bandar lampung, 31 Maret 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................1
C. Tujuan..........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................3
A. Pengertian Hukum Administrasi Negara.....................................................3
B. Hubungan Administrasi Negara dengan Cabang Ilmu Hukum Lainnya.....5
C. Sumber-sumber Hukum Administrasi Negara...........................................10
D. Fungsi Hukum Administrasi Negara.........................................................14
Kesimpulan........................................................................................................15
Daftar Pustaka

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam cabang ilmu hukum, ada beberapa istilah yang digunakan untuk
menyebut Hukum Administrasi Negara. Misalnya ada yang menggunakan
istilah Hukum Tata Pemerintahan, dan ada juga yang menggunakan istilah
Hukum Tata Usaha Negara. Meskipun dalam ruang penyebutan istilah yang
berbeda, namun dalam perkembangan selanjutnya pemakaian istilah untuk
bidang ilmu hukum ini diganti lagi menjadi istilah Hukum Administrasi
Negara, setelah sebelumnya sempat menggunakan istilah Hukum Tata
Pemerintahan pada tahun 1972 atas dasar Surat Keputusan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan pada tanggal 30 Desember 1972 Nomor 198/U/1972 tentang
pedoman kurikulum minimal.

Hukum Administrasi Negara ini menguji hubungan hukum istimewa


yang diadakan dan yang memungkinkan para pejabat administrasi Negara
melakukan tugas istimewa mereka (definisi Logemann). Administrasi Negara
diberi tugas mengatur kepentingan umum, misalnya kesehatan masyarakat,
pengajaran, dan lain-lain. Agar alat-alat perlengkapan Negara, dalam hal ini
organ Administrasi Negara dapat menjalankan tugas menyelenggarakan
kesejahteraan umum secara baik, maka Administrasi Negara memerlukan
kemerdekaan untuk bertindak atas inisiatif sendiri terutama dalam
menyelesaikan masalah-masalah penting yang timbul dengan sekonyong-
konyong, yang peraturan penyelesaiannya belum ada, atau belum dibuat oleh
badan legislatif. Kemerdekaan tersebut disebut Freies Ermessen.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian hukum administrasi negara?
2. Bagaimana hubungan HAN dengan cabang ilmu hukum lainnya?
3. Apa saja sumber-sumber hukum administrasi negara?
4. Apa saja fungsi hukum administrasi negara?

1
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui dan memahami hukum administrasi negara.
2. Untuk mengetahui dan memahami hubungan HAN dengan cabang ilmu
hukum lainnya.
3. Untuk mengetahui dan memahami sumber-sumber hukum administrasi
negara.
4. Untuk mengetahui dan memahami fungsi hukum administrasi negara.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hukum Administrasi Negara


Hukum Administrasi Negara adalah rangkaian aturan-aturan hukum yang
harus diperhatikan oleh alat-alat perlengkapan Negara di dalam menjalankan
tugasnya. Terhadap perumusan ini banyak diajukan keberatan-keberatan. Perlu
diketahui bahwa Negara adalah suatu pengertian yang abstrak dan berwujud
suatu bada hukum. Maka sudah barang tentu perbuatan-perbuatan hukum yang
dilakukan alat-alat perlengkapan Negara sebagai organ suatu badan hukum
sangat heterogen, tidak hanya perbuatan-perbuatan dalam hukum publik saja,
akan tetapi juga melakukan perbuatan-perbuatan dalam hukum perdata, hukum
dagang, dan sebagainya. Hukum Administrasi Negara diartikan sebagai
rangkaian-rangkaian aturan-aturan hukum yang mengatur cara bagaimana alat-
alat perlengkapan Negara menjalankan tugasnya.1
Selain itu, ada beberapa pula pendapat lain tentang pengetian Hukum
Administrasi Negara ini yang dikemukakan para sarjana, yaitu sebagai berikut.

1. Menurut Nur Yanto, SH., MH Hukum Administrasi Negara adalah


keseluruhan peraturan yang mengatur tentang aparatur pemerintah dalam
melakukan berbagai aktivitas atau tugas-tugas Negara, guna mencapai
tujuan yang telah ditentukan.2

2. Sjachran Basah, Hukum Administrasi Negara adalah seperangkat


peraturan yang memungkinkan administrasi negara menjalankan
fungsinya, yang sekaligus juga melindungi warga terhadap sikap tindak
administrasi negara, dan melindungi administrasi ncgara itu sendiri.

3. E. Utrecht, HAN sebagai menguji hubungan hukum istimcwa yang


diadakan akan memungkinkan para pejabat (ambtsdrager) administrasi
negara melakukan tugas mereka yang khusus. Lebih lanjut Utrecht
menyebutkan bahwa HAN adalah hukum yang mengatur sebagian
1
A. Telaah Kepustakaan Daliyo, J.B., Pengantar Hukum Indonesia, (Jakarta: prenhallindo, 2001)
hal 20
2
Nur Yanto Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia, (Jakarta: Mitra Wacana Media,
2015), hal 15

3
lapangan pekerjaan administrasi Negara. Bagian lain diatur oleh hukum
tata Negara (hokum negara dalam arti sempit), Hukurn Private dan
sebagainya.

Seiring dengan perkembangan tugas-tugas pemerintahan, khususnya


dalam ajaran welfare state, yang memberikan kewenangan yang luas kepada
administrasi negara termasuk kewenangan dalam bidang legislasi, maka
peraturan-peraturan hukum dalam Hukum Administrasi Negara di samping
dibuat oleh lembaga legislatif, juga ada peraturan-peraturan yang dibuat secara
mandiri oleh administrasi negara. Dengan demikian, pertanyaan yang diajukan
di atas, dapat diberikan jawaban bahwa Hukum Administrasi Negara adalah
hukum dan peraturan-peraturan yang berkenaan dengan pemerintah dalam arti
sempit atau administrasi negara, peraturan-peraturan tersebut dibentuk oleh
lembaga legislatifuntuk mengatur tindakan pemerintahan dalam hubungannya
dengan Warga negara, dan scbagian peraturan-peraturan itu dibentuk pula oleh
administrasi negara. Dengan kalimat singkat, Hukum Administrasi Negara
adalah hukum untuk (voor) mengatur pemerintah atau penyelenggaraan
pemerintahan, sebagian dibuat atau berasal dari (van) pemerintah, dan hukum
itu digunakan dalam mengatur hubungan dengan pemerintah atau untuk
memengaruhi terhadap (tegen) tindakan pemerintah; "Recht voor, van, en tegen
het overheidsbestuur". Sejalan dengan pemberian wewenang kepada
pemerintah untuk menata, mengatur, dan memberikan pelayanan kehidupan
warga negara, pembentukan peraturan-peraturan oleh administrasi negara atau
pemerintah merupakan sesuatu yang tak dapat dihindari dalam
penyelenggaraan negara dan pemerintahan dalam suatu negara hukum yang
modern, dengan alasan-alasan teoretik dan praktik yang akan disebutkan
kemudian.3
Dari beberapa uraian tentang pengertian Hukum Administrasi Negara di
atas dapat dikesimpulan bahwa Hukum Administrasi Negara adalah peraturan-
peraturan yang berkenaan dengan bagaimana struktur bekerjanya lembaga-
lembaga atau alat-alat administrasi Negara dalam memenuhi tugas, fungsi,
wewenang dan hubungan dengan lembaga atau alat perlengkapan Negara yang
3
Ridwan, Hukum Administrasi Negara Edisi Revisi. (Jakarta: PT Raja Grafindo Perseda, 2016)
hal 38.

4
lain serta hubungan dengan masyarakat sebagai warga Negara.

B. Hubungan HAN dengan Cabang Ilmu Hukum Lainnya

1. Hukum Administrasi Negara dengan Hukum Tata Negara

Baron de Gerando adalah seorang ilmuwan Perancis yang pertama


kali mempekenalkan ilmu hukum administrasi Negara sebagai ilmu hukum
yang tumbuh langsung berdasarkan keputusan-keputusan alat
perlengkapan Negara berdasarkan praktik kenegaraan sehari-hari. 4
Maksudnya, keputusan raja dalam menyelesaikan sengketa antara pejabat
dengan rakyat merupakan kaidah Hukum Administrasi Negara.Mr. W.F.
Prins menyatakan bahwa Hukum Administrasi Negara merupakan
aanhangsel (embel-embel atau tambahan) dari hukum tata negara.
Sementara Mr. Dr. Romeyn menyatakan bahwa Hukum Tata Negara
menyinggung dasar-dasar dari pada negara dan Hukum Administrasi
Negara adalah mengenai pelaksanaan tekniknya.

Pendapat Romeyn ini dapat diartikan bahwa Hukum Administrasi


Negara adalah sejenis hukum yang melaksanakan apa yang telah
ditentukan oleh Hukum Tata Negara, dan sejalan dengan teori Dwi Praja
dari Donner, maka Hukum Tata Negara itu menetapkan tugas
(taakstelling) sedangkan Hukum Administrasi Negara itu melaksanakan
apa yang telah ditentukan oleh Hukum Tata Negara (taakverwezenlijking).

Menurut Van Vollenhoven, secara teoretis Hukum Tata Negara


adalah keseluruhan peraturan hukum yang membentuk alat perlengkapan
Negara dan menentukan kewenangan alat-alat perlengkapan Negara
tersebut, sedangkan Hukum Administrasi Negara adalah keseluruhan
ketentuan yang mengikat alat-alat perlengkapan Negara, baik tinggi
maupun rendah ketika alat-alat itu akan menggunakan kewenangan
ketatanegaraan.

Pada pihak yang satu terdapatlah hukum tata negara sebagai suatu
kelompok peraturan hukum yang mengadakan badan-badan kenegaraan,
4
Ahmad Sukardja, Hukum Tata Negara dan Administrasi Negara, (Jakarta:Sinar Grafika,2012)
hal.7

5
yang memberi wewenang kepada badan-badan itu, yang membagi
pekerjaan pemerintah serta memberi bagian-bagian itu kepada masing-
masing badan tersebut yang tinggi maupun yang rendah. Hukum Tata
Negara menurut Oppenheim yaitu memperhatikan negara dalam keadaan
tidak bergerak (staat in rust).

Pada pihak lain terdapat Hukum Administrasi negara sebagai suatu


kelompok ketentuan-ketentuan yang mengikat badan-badan yang tinggi
maupun rendah bila badan-badan itu menggunakan wewenangnya yang
telah diberi kepadanya oleh hukum tata negara itu. Hukum Administrasi
negara itu menurut Oppenheim memperhatikan negara dalam keadaan
bergerak (staat in beweging).

Tidak ada pemisahan tegas antara hukum tata Negara dan hukum
administrasi. Terhadap hukum tata Negara, hukum administrasi
merupakan perpanjangan dari hukum tata Negara. Hukum administrasi
melengkapi hukum tata Negara, disamping sebagai hukum instrumental
(instrumenteel recht) juga menetapkan perlindungan hukum terhadap
keputusan – keputusan penguasa.

Yang menjadi sulit adalah ketika membicarakan distribusi


kewenangan dari pejabat administrasi negara, karena ketika kita
menganalisis yang akan bertemu dengan teori steufen bau des recht nya
Hans Kelsen mau tidak mau kita akan melihat tata urutan perUUan mulai
dari Norma dasar (grundnorm) yg merupakan norma tertinggi sampai
kepada norma yang paling bawah dengan melakukan analisis sinkronisasi
vertikal. Ketika membicarakan hal itu semuanya akan menjadi abu-abu
antar HAN dengan HTN. Akan tetapi mudahnya kita lihat saja kalau ujung
tombaknya HTN adalah Konstitusi, sementara Ujung tombaknya HAN
adalah kewenangan.

Ketika kita berbicara kewenangan kita akan membicarakan kedua


konsep HAN yaitu HAN HETERONOM (bersumber pada UUD, Tap
MPR, dan UU, yakni hukum yang mengatur seluk beluk organisasi dan
fungsi administrasi negara) dan HAN OTONOM (adalah hukum

6
operasional yang dicipta oleh Pemerintah dan Administrasi Negara
sendiri). Ketika melihat kedua definisi tersebut maka dapat disimpulkan
kalau HAN OTONOM sebagai pengopersionalisasian kewenangan
bersumber pada HAN HETERONOM.

HTN bisa dikatakan sebagai dasar dai HAN namun pada


penyelenggaraan pemerintahan HAN akan lebih luas daripada HTN karena
HAN yang mempunyai kewenangan dalam pelaksanaan pemerintahan
akan mempunyai kebijakan-kebijakan lain, beschiking dan freis ermesen
yang akan digunakan untuk menjalankan pemerintahan sesuai dengan
amanat perUUan dan sesuai dengan asas-asas pemerintahan. Terkadang
tindakan pejabat administrasi negara secara sepihak diperlukan ketika
keadaan mendesak dan perUUan belum ada yang mengatur akan hal itu.

2. Hukum Administrasi Negara dengan Hukum Pidana

Romeyn berpendapat bahwa hukum Pidana dapat dipandang sebagai


bahan pembantu atau “hulprecht” bagi hukum tata pemerintahan, karena
penetapan sanksi pidana merupakan satu sarana untuk menegakkan hukum
tata pemerintahan, dan sebaliknya peraturan-peraturan hukum di dalam
perundang-undangan administratif dapat dimasukkan dalam lingkungan
hukum Pidana. Sedangkan E. Utrecht mengatakan bahwa Hukum Pidana
memberi sanksi istimewa baik atas pelanggaran kaidah hukum privat,
maupun atas pelanggaran kaidah hukum publik yang telah ada.

Hukum administrasi materiil terletak diantara hukum privat dan


hukum pidana. Hukum administrasi dapat dikatakan sebagai “hukum
antara”. Sebagai contoh Izin Bangunan. Dalam memberikan izin penguasa
memperhatikan segi-segi keamanan dari bangunan yang direncanakan.
Dalam hal demikian, pemerintah menentukan syarat-syarat keamanan.
Disamping itu bagi yang tidak mematuhi ketentuan-ketentuan tentang izin
bangunan dapat ditegakkan sanksi pidana. W.F. Prins mengemukakan
bahwa “hampir setiap peraturan berdasarkan hukum administrasi diakhiri
in cauda venenum dengan sejumlah ketentuan pidana (in cauda venenum

7
secara harfiah berarti ada racun di ekor/buntut).

3. Hukum Administrasi Negara dengan Hukum Perdata

Menurut Paul Scholten sebagaimana dikutip oleh Victor Situmorang


bahwa Hukum Administrasi Negara itu merupakan hukum khusus hukum
tentang organisasi negara dan hukum perdata sebagai hukum umum.
Pandangan ini mempunyai dua asas yaitu pertama, negara dan badan
hukum publik lainnya dapat menggunakan peraturan-peraturan dari hukum
perdata, seperti peraturan-peraturan dari hukum perjanjian. Kedua, adalah
asas Lex Specialis derogaat Lex generalis, artinya bahwa hukum khusus
mengesampingkan hukum umum, yaitu bahwa apabila suatu peristiwa
hukum diatur baik oleh Hukum Administrasi Negara maupun oleh hukum
Perdata, maka peristiwa itu diselesaikan berdasarkan Hukum Administrasi
negara sebagai hukum khusus, tidak diselesaikan berdasarkan hukum
perdata sebagai hukum umum.

Oleh karena itu terjadinya hubungan antara Hukum Administrasi Negara


dengan Hukum Perdata apabila:

a. Saat atau waktu terjadinya adopsi atau pengangkatan kaidah hukum


perdata menjadi kaidah hukum Administrasi Negara

b. Badan Administrasi negara melakukan perbuatan-perbuatan yang


dikuasasi oleh hukum perdata

c. Suatu kasus dikuasai oleh hukum perdata dan hukum administrasi


negara maka kasus itu diselesaikan berdasarkan ketentuan-ketentuan
Hukum Administrasi Negara.

4. Hukum Administrasi Negara dengan Ilmu Administrasi Negara

Sebagaimana istilah administrasi, administrasi negara juga


mempunyai berbagai macam pengertian dan makna. Dimock dan Dimock,
menyatakan bahwa sebagai suatu studi, administrasi negara membahas
setiap aspek kegiatan pemerintah yang dimaksudkan untuk melaksanakan

8
hukum dan memberikan pengaruh pada kebijakan publik (public policy);
sebagai suatu proses, administrasi negara adalah seluruh langkah-langkah
yang diambil dalam penyelesaian pekerjaan; dan sebagai suatu bidang
kemampuan, administrasi negara mengorganisasikan dan mengarahkan
semua aktivitas yang dikerjakan orang-orang dalam lembaga-lembaga
publik. Kegiatan administrasi negra tidak dapat dipisahkan dari kegiatan
politik pemerintah, dengan kata lain kegiatan-kegiatan administrasi negara
bukanlah hanya melaksanakan keputusan-keputusan politik pemerintah
saja, melainkan juga mempersiapkan segala sesuatu guna penentuan
kebijaksanaan pemerintah, dan juga menentukan keputusan-keputusan
politik.

5. Sistematika Hukum Administrasi Negara

Dalam sistematika Ilmu Hukum, Hukum Administrasi Negara


termasuk dalam hukum publik dan merupakan bagian dari pada hukum
Tata Negara. Dilihat dari sejarahnya sebelum abad 19 Hukum
Administrasi Negara menyatu dengan Hukum Tata Negara dan baru
setelah abad ke 19 Hukum Administrasi Negara berdiri sendiri sebagai
suatu disiplin ilmu hukum tersendiri. Pada pertengahan abad 20 Hukum
Administrasi Negara berkembang dengan pesat sebagai akibat tuntutan
timbulnya Negara hukum modern ( welfarestate ) yang mengutamakan
kesejahteraan rakyat. Hukum Administrasi Negara sebagai suatu disiplin
ilmiah tersendiri dapat dilihat dalam teori Residu dari Van Vallen Hoven
yang membagi seluruh materi hukum itu secara terperinsi sebagai berikut :

a. Hukum Tata Negara (materiil)

1) Pemerintahan

2) Peradilan

3) Kepolisian

b. Hukum Perdata ( materiil)

c. Hukum Pidana (materiil)

9
1) Hukum Pemerintahan

2) Hukum Peradilan

3) Peradilan Tata Negara

4) Hukum Acara Perdata

5) Hukum Acara Pidana


6) Hukum Peradilan Tata Usaha Negara

C. Sumber-Sumber Hukum Administrasi Negara

Sumber hukum pada umumnya, dapat dibedakan menjadi dua yaitu:

1. Sumber hukum material, yaitu sumber hukum yang turut menentukan isi
kaidah hukum. Sumber hukum material ini berasal dari peristiwa-peristiwa
dalam pergaulan masyarakat dari peristiwa-peristiwa itu dapat
mempengaruhi bahkan menentukan sikap manusia. Peristiwa-peristiwa
tersebut diberi penilaian oleh masyarakat dan penilaian itu akan menjadi
petunjuk hidup yang diterima masyarakat dan diberi perlindungan oleh
pemerintah

2. Sumber hukum formal yaitu sumber hukum yang sudah diberi bentuk
tertentu. Agar berlaku umum, suatu kaidah harus diberi bentuk sehingga
pemerintah dapat mempertahankannya. Penilaian dan penghargaan
manusia terhadap petunjuk hidup itu dipositifkan sehingga akhirnya
dijadikan hukum positif.

Sumber hukum formal hukum administrasi negara menurut Utrectht adalah:

1. Undang-undang (hukum administrasi negara tertulis).

Undang-undang yang dimaksudkan sebagai sumber hukum formil


HAN adalah Undang-undang dalam arti materiil atau UU dalam arti yang
luas. Buys menyatakan bahwa yang dimaksud dengan UU dalam arti
materiil adalah setiap keputusan pemerintah yang berdasarkan materinya
mengikat langsung setiap penduduk pada suatu daerah. Dengan demikian
yang dimaksud dengan UU dalam arti materiil adalah semua peraturan
perundang-undangan dari tingkat yang tinggi sampai tingkat yang rendah

10
yang isinya mengikat setiap penduduk. Di Indonesia yang dimaksudkan
dengan UU dalam arti materiil atau UU dalam arti yang luas meliputi
semua peraturan perundang-undangan yang tertuang dalam TAP MPRS
No.XX/MPRS/1966 sebagaimana telah disempurnakan dengan TAP MPR
No.II Tahun 2000 mengenai Sumber Hukum dan Tata Urutan Peraturan
Perundang-Undangan, yaitu :

a. UUD 1945

b. Ketetapan MPR;

c. UU;

d. Peraturan Pemerintah pengganti UU (Perpu);

e. Peraturan Pemerintah;

f. Keputusan Presiden;

g. Peraturan Daerah;

h. Dan peraturan-peraturan pelaksanaan lainnya.

Mengenai perundang-undangan ini, pemerintah mengeluarkan UU


No.10 Tahun 2004 yang mengatur tentang tata urutan perundang-
undangan di Indonesia. Adapun yang dimaksudkan dengan UU dalam arti
sempit atau UU dalam arti fomil adalah setiap keputusan pemerintah yang
merupakan UU disebabkan oleh cara terjadinya, jadi dilihat dari segi
bentuk. Di Indonesia yang dimaksudkandengan UU dalam arti formil
adalah semua keputusan pemerintah yang ditetapkan oleh presiden dengan
persetujuan wakil-wakil rakyat.

2. Praktek administrasi negara (hukum administrasi negara yang merupakan


kebiasaan).

Alat Administrasi Negara mempunyai tugas melaksanakan apa yang


menjadi tujuan Undang-undang dan menyelenggarakan kepentingan
umum. Di dalam rangka melaksanakan tugasnya alat Administrasi Negara
menghasilkan atau mengeluarkan keputusan-keputusan/ketetapan-
ketetapan guna menyelesaikan suatu masalah konkrit yang terjadi
berdasarkan peraturan hukum (Undang-undang dalam arti yang luas atau

11
Undang-undang dalam arti materiil) yang abstrak sifatnya. Keputusan-
keputusan alat Administrasi Negara ini sering dikenal dengan istilah
beschikking atau UU Peradilan Tata Usaha Negara menyebutnya dengan
istilah Keputusan Tata Usaha Negara. Di dalam mengeluarkan keputusan-
keputusan/ketetapan-ketetapan inilah timbul praktek administrasi negara
yang melahirkan Hukum Administrasi Negara kebiasaan atau HAN yang
tidak tertulis.

Sebagai sumber hukum formil, sering terjadi praktek administrasi


negara berdiri sendiri di samping Undang-undang sebagai sumber hukum
formil HAN.Bahkan tidak jarang terjadi praktek administrasi negara ini
dapat mengesampingkan peraturan perundang-undangan yang telah ada.
Hal ini terutama terjadi pada suatu negara yang sedang berkembang dan
membangun seperti Indonesia, karena sangat dibutuhkan suatu gerak cepat
dan lincah dari alat Administrasi Negara untuk mensukseskan tujuan
pembangunan. Dengan demikian akhirnya tindakan atau praktek alat
Administrasi Negara terdahulu itu dijadikan sumber hukum bagi tindakan
alat Administrasi Negara yang lain. Namun perlu diketahui bahwa
keputusan alat Administrasi terdahulu (praktek administrasi negara) yang
dapat dijadikan sumber hukum formil HAN adalah keputusan yang sudah
mempunyai kekuatan hukum yang tetap.

3. Yurisprudensi adalah ajaran hukum melalui peradilan.

Dimaksudkan dengan yurisprudensi ini adalah suatu keputusan


hakim atau keputusan suatu badan peradilan yang sudah mempunyai
kekuatan hukum yang tetap. Yurisprudensi sebagai sumber hukum ini
berkaitan dengan prinsip bahwa hakim tidak boleh menolak mengadili
perkara yang diajukan kepadanya dengan alasan belum ada peraturan
perundang-undangan yang mengatur perkara tersebut, sehingga seorang
hakim harus melihat juga nilai-nilai yang ada dalam masyarakat dan
keputusan hakim yang terdahulu, apabila ia bertugas menyelesaikan
permasalahan yang belum da peraturan perundangundangannya.

4. Dokrin atau Pendapat para ahli hukum administrasi negara.

12
Alasan mengapa doktrin dapat dipakai sebagai sumber hukum formil
HAN, adalah karena doktrin/pendapat para ahli tersebut dapat melahirkan
teori-teori baru dalam lapangan HAN, yang kemudian dapat mendorong
atau menimbulkan kaidah-kaidah HAN. Sebagai contoh ajaran functionare
de fait,yaitu suatu ajaran yang menyatakan dianggap sah keputusan-
keputusan yang dihasilkan atau dikeluarkan oleh seorang alat Administrasi
Negara yang sebetulnya secara yuridis formil kewenangannya untuk
mengeluarkan atau menrbitkan keputusan-keputusan dianggap tidak sah.
Doktrin sebagai sumber hukum formil HAN, berlainan dengan sumber-
sumber hukum yang lain karena doktrin ini diakui sebagai sumber hukum
formil HAN memerlukan waktu yang lama dan proses yang panjang.
Undang-undang begitu diundangkan (sudah mengikat umum),
langsung dapat dipakai sebagai sumber hukum. Yurisprudensi begitu
mempunyai kekuatan hukum yang tetap langsung bisa menjadi sumber
hukum. Begitu juga kebiasaan/praktek administrasi negara, setelah
mempunyai kekuatan hukum yang tetap langsung bisa dipakai sebagai
sumber hukum. Akan tetapi doktrin atau pendapat para ahli HAN, baru
dapat dipakai sebagai sumber hukum HAN apabila doktrin tersebut sudah
diakui oleh umum.

Hukum administrasi negara belum dikodifikasi sebagaimana hukum perdata,


hukum pidana maupun hukum dagang karena:

1. Peraturan-peraturan dalam bidang administrasi negara lebih cepat berubah


bila dibandingkan dengan hukum perdata, hukum pidana dan hukum
dagang, bahkan perubahan itu kadang-kadang secara mendadak.

2. Pembentukan hukum administrasi negara tidak berada dalam satu tangan,


melainkan banyak pejabat administrasi negara yang dapat membuat
peraturan. Contoh: Di Indonesia, selain presiden dan DPR yang berwenang
membuat UU, masih terdapat lagi lembaga/pejabat ekskutif yang dapat
membuat peraturan perundang-undangan yang lain, misalnya:
a. Menteri mengeluarkan surat keputusan, intruksi dan lain-lain.
b. Gubernur mengeluarkan peraturan daerah.
c. Dirjen mengeluarkan surat keputusan dan lain-lain.

13
D. Fungsi Hukum Administrasi Negara
1. Menjamin Kepastian Hukum
Menjamin kepastian hukum yang menyangkut masalah bentuk dari
hukum.
2. Menjamin Keadilan Hukum
Keadilan hukum yang dimaksud adalah keadilan yang telah ditentukan
oleh undang-undang dan peraturan tertulis.
3. Hukum Administrasi Berfungsi Sebagai Pedoman dan Ukuran
Pedoman artinya sebagai petunjuk arah dari perilaku manusia yaitu
perilaku yang baik dan benar, ukuran maksudnya untuk menilai apakah
pelaksanaan tersebut telah dilaksanakan dengan benar atau tidak

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hukum Administrasi Negara adalah suatu runtutan hukum yang


mengandung aturan tentang hubungan warga dengan badan hukum yang
berada pada suatu Negara, sehingga menimbulkan suatu pergerakan yang
menyebabkan Negara tersebut berfungsi.

Adapun sumber-sumber dari Hukum Administrasi Negara adalah sumber


hukum materil dan sumber hukum formil. Sedangkan asas-asas yang berlaku
pada Hukum Administrasi Negara meliputi asas kepastian hukum, asas
keseimbangan, asas kesamaan dalam mengambil keputusan, asas bertindak
cermat, asas motivasi, asas larangan mencampur adukan kewenangan, asas
permainan yang layak/asas perlakuan yang jujur, asas keadilan atau
kewajaran.

Hubungan Hukum Tata Negara dengan Hukum Administrasi Negara


sangatlah erat dan tidak dapat terpisahkan antara satu dan yang lainnya.
Sebagai bagian dari Hukum Tata Negara, Hukum Administrasi Negara
merupakan hukum yang menyebabkan suatu badan-badan hukum yang
dibentuk dalam Hukum Tata Negara itu dapat berfungsi. Jika Hukum Tata
Negara dikatakan sebagai “Negara dalam keadaan diam”, maka Hukum
Adminstrasi Negara merupakan “Negara dalam keadaan bergerak”.

B. Saran

Demikian makalah ini penulis buat, jika terdapat kesalahan dalam


penulis maupun penyampaiannya penulis mengharapkan kritikan dan saran
dari pembaca. Atas kritikan dan saran dari pembaca penulis ucapkan terima
kasih.

15
DAFTAR PUSTAKA

A. Telaah Kepustakaan Daliyo, J.B. 2001 Pengantar Hukum Indonesia. Jakarta:


prenhallindo.

Hadisoeprapto, Hartono. 2000. Pengantar Tata Hukum Indonesia. Yogyakarta: Liberty


Yogyakarta, Cet. IV.

Ridwan. 2016. Hukum Administrasi Negara Edisi Revisi. Jakarta: PT RajaGrafindo


Perseda.

Soetami, A. Siti. 2001. Pengantar Tata Hukum Indonesia. Bandung: PT Refika


Aditama.

Sukardja, Ahmad. 2012. Hukum Tata Negara dan Administrasi Negara. Jakarta:Sinar
Grafika.

Yanto, nur. 2015. Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia. Jakarta: Mitra
Wacana Media.

Anda mungkin juga menyukai