Anda di halaman 1dari 16

TELAAH AKAD MUSYARAKAH MUTANAQISAH PADA PERBANKAN

SYARIAH

Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah:


Fiqh Muamalah Maliyah
Dosen Pengampu:
Dr. Setiawan Bin Lahuri, M.A & Dr. Imam Kamaludin, Lc., M. Hum

Disusun Oleh:
Erika Rishan Adillah
432022837015

PASCASARJANA HUKUM EKONOMI SYARIAH


UNIVERSITAS DARUSSALAM GONTOR
2022 M/1444 H
TELAAH AKAD MUSYARAKAH MUTANAQISAH PADA PERBANKAN
SYARIAH
Erika Rishan Adillah
Universitas Darussalam Gontor
Email: rishanerika@gmail.com
Abstarck
Perkembangan pada bank syariah menuntut produk-produk yang
disediakan juga harus sesuai dengan kubutuhan masyarakat pada zaman sekarang.
Hal tersebut mamacu bank syariah untuk membuat inovasi baru, sehingga
terbentuklah multi akad. Salah satu bentuk dalam multi akad adalah musyarakah
mutanaqisah dengan akad asasinya syirkah dan ijarah. Pada praktek program
MMQ di perbankan terdapat gap fenomenologis antara idealita dan realita antara
harapan dan kenyataan atau antara dassollen dengan dassein sehingga perlu
dicarikan solusinya Metode penelitian ini menggunakan library research. Dengan
data bahan primer dan bahan sekunder, seperti laman web, artikel, jurnal,
dokumen, kamus-kamus, koran dan majalah. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa musyarakah mutanaqishah memiliki banyak keunggulan dan kecanggihan.
Namun sayangnya, mayoritas bank-bank syariah belum menerapkan akad ini.
Apalagi bank-bank pembangunan daerah dan BPRS di daerah belum memahami
praktik musyarakah mutanaqishah ini dan apabila ada yang sudah memahami,
tetapi belum dipraktikkan sebagai produk perbankan syariah.

LATAR BELAKANG
Bank syariah merupakan lembaga keuangan yang menghimpun dana dari
masyarakat surplus dana kepada masyarakat defisit dana yang melarang adanya
MAGRIB (maisir, gharar, haram, riba dan bathil). Petumbuhan perbankan
syariah terus meningkat mengikuti perkembangan zaman. Dsalah satunya dapat
dilihat dari model transaksi yang berlaku pada produk-produknya. Semua
transaksi perbankan diawali dengan akad yang sudah disepakati oleh kedua belah
pihak. Prinsip “antarodin” sangat diutamakan untuk menjadga hubungan baik
dengan nasabah dan menghaindari adanya salah satu pihak yang dirugikan.
Menciptakan produk-produk perbankan syariah merupakan upaya untuk
meningkatkan perbankan syariah. Produk yang kompetitif akan menyebabkan
minat masyarakat dalam menggunakan perbankan syariah lebih meningkat.1 Yaitu
dengan adanya multi akad. Multi dalam bahasa Indonesia pertama berarti banyak;
lebih dari satu; lebih dari dua, yang kedua berlipat ganda2. Maka dari itu multi
akad dalam bahasa Indonesia berarti akad ganda atau akad banyak, lebih dari satu.
Sedangkan menurut istilah fikih, kata multi akad merupakan terjemahan dari
kata arab yaitu al-„uqud al-murakabbah yang berarti akad (rangkap). Sedangkat
kata al-murakkabah (murakkab) secara terminology berarti al-jam’u, yakni
penghimpunan atau pengumpulan.3 Dan secara terminology ‘aqd berarti
mengadaan perjanjian atau ikatan yang mengakibatkan munculnya kewajiban.
Musyarakah Mutanaqisah (MMQ) (diminishing partnership) menjadi salah
satu produk multi akad yang inovatif dalam perbankan syariah dengan akad asasi
musyarakah. Musyarakah atau Syarikah atau Syirkah secara bahasa berarti “al-
ikhtilath” (percampuran), maksudnya pencampuran harta beberapa pihak
sehingga sulit untuk dibedakan.4 Pencampuran ini dilakukan dalam kerangka
kegiatan bisnis yang berbentuk kerjasama kemitraan (partnership.)5
Sedangkan menurut Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (KHES), Syirkah
merupakan kerjasama antara dua orang atau lebih, dalam hal permodalan,
keterampilan, kepercayaan dalam suatu usaha tertentu dengan pembagian
keuntungan berdasarkan nisbah. Berdasarkan pengertian Musyarakah di atas
Musyarakah adalah kerjasama antara dua orang atau lebih dalam suatu usaha
tertentu di mana para pihak masing-masing memberikan konstribusi dana secara
bersama-sama dalam keuntungan dan kerugian ditentukan sesuai perjanjian yang
telah di sepakati.
Menurut fatwa Dewan Syari‟ah Nasional (DSN) Majelis Ulama Indonesia
Nomor 73/DSN-MUI/XI/2008 tentang musyarakah mutanaqisah dinyatakan

1
Miti Yarmunida, Musyarakah Mutanaqishah Pada Perbankan Syariah Di Indonesia:
Pendekatan Maqasid Syariah, Jurnal Baabu Al-Ilmi Vol. 5 No. 2 Oktober 2020, P. 216
2
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi 2, (Jakrta: Balai Pustaka, 1996)
P. 671
3
Al-Tahanawi, Kasysyaf Ishthilahat Al-Funun, (Beirut: Dar Shadir, T), J.2, Hal 534
4
Rahmat Syafei, Fiqh Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), p 183. 2
5
Mardani, Hukum Bisnis Syariah, Cetakan 1, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2014), P
142.
bahwa pembiayaan musyarakah memiliki keunggulan dalam kebersamaan dan
keadilan, baik dalam berbagai keuntungan maupun resiko kerugian sehingga bisa
menjadi alternatif dalam proses kepemilikan asset (barang) atau modal.6
Kepemilikan asset (barang) atau modal dapat dilakukan dengan cara melakukan
akad musyarakah mutanaqisah. Landasannya adalah QS. 38:24, QS.5:1, Hadits
Nabi yang diterima oleh Abu Hurairah riwayat Abu Daud, hadits nabi yang
diterima oleh Amr bin Auf al-Muzani riwayat Tirmidzi, hasil Ijtihad Ulama
sebagaimana disebut oleh dalam kaidah fiqih “Al-Ashlu fi-l mu’amalati al-ibahah
illa an yadulla dalilun ‘ala tahrimihi”7
Musyarakah Mutanaqisah dalam tataran realitas lapangan: Secara normatif,
MMQ adalah program yang amat baik tetapi dalam tataran realitas justru tidak
menggembirakan. Dengan demikian dalam hal program MMQ terdapat gap
fenomenologis antara idealita dan realita antara harapan dan kenyataan atau antara
dassollen dengan dassein sehingga perlu dicarikan solusinya. Itulah alasan penting
mengapa penulis mengambil judul ini untuk diteliti secara ilmiah tanpa muatan
emosi.

METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah library research
dengan pendekatan kualitatif yang terdiri dari data primer, sekunder dan tersiser.
Pengumpulan data dilakukan melalui literature pustaka. Manakala data tersiernya
adalah dari bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan
hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti laman web, artikel, jurnal,
dokumen, kamus-kamus, koran dan majalah. Data dianalisis dengan metode
deskriptif normative dan analisis sintesis. Dengan memaparkan terlebih dahulu
data-data mengenai teori-teori tentang konsep Musyarakah Mutanaqisah, serta
hukumnya menurut islam dan prakteknya dalam perbankan syariah kemudian
dianalisis dalam bentuk narasi.

6
Mui, Himpunan Fatwa Dewan Syari’ah Nasional Mui, Jilid 2, (Jakarta: DSN -MUI
Berkerjasama dengan Bank Syari‟ah, 2010), P. 209-219.
7
Ibnu Qudamah, Al-Mughni, Juz V, (Beirut: Dar hadist, 1995.), P. 3
PEMBAHASAN DAN DISKUSI
Pengertian Musyarakah Mutanaqisah
Musyarakah/sirkah adalah persekutuan yang makannya percampuran. Para
ulama fiqh mendefinisikannya sebagai akad antara dua sekutu dalam modal
keuntungan.8 Menurut ayafi‟I antonion syirkah atau musyarakah berarti akad
kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk usaha tertentu.9
Musyarakah terbagi menjadi 2 jenis, musyarakah permanen dan
penurunan. Musyarakah permanen adalah musyarakah dengan ketentuan bagian
dana detiap mitra ditentukan sesuai akad dan jumlha tetap hingga akhir masa
akad. Sedangkan musyarakah menurun adalah musyarakah dengan ketentuan
bagian dana salah satu mitra akan dialihkan secara bertahap kepada mitra lainnya
sehingga bagian dananya menjadi pemilik penuh usaha tersebut. 10
Menurut fatwa DSN MUI no. 73 tahun 2008, diberlakukanya akad
musyarakah turunan dari musyarakah adalah musyarakah mutanaqisah.11
Musyarakah mutanqisah bisa diartikan sebagai suatu akad kerjasama antara dua
pihak atau lebih pada suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak
memberikan kontribusinya dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko
akan ditangggung bersama sesuai dengan kesepakatan dan porsi kontribusi dana.12
Musyarakah mutanaqisah merupakan bentuk kerjasama dua pihak atau
lebih dalam kepemilikan suatu asset, yang mana ketika akad ini telah berlangsung
asset salah satu kongsi dari keduanya akan berpindah ke tangan kongsin yang
satunya, dengan perpindahan dilakukan melalui mekanisme pembayaran secara
bertahap. Bentuk akad ini berakhir dengan pengalihan hak salah satu pihak kepada
pihak lain.
Berdasarkan PBI no. 10/16/PBI/2008 tentang pelaksaan prinsip syariah
dalam kegiatan penghimpunan dana dan penyaluran dana serta pelayanan jasa

8
Sayyid Sabiq, Fiqhus Sunnah, Terj,(Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2011) Jilid 5, Cet Ke-3,
P. 305
9
Muhammad Syafi‟i Antonion, Bank Syariah Teori Dan Praktek (Jakarta: Tazkia
Institute Dan Gema Insani Press, 2011), P. 89
10
Sutono, Implikasi Akad Musyarakah Mutanaqisah Perbankan Syari‟ah (Studi Peluang
dan Resiko di Bank Mu‟amalat Surabaya), Al-Iqtishad: Jurnal Pemikiran Dan Penelitian Ekonomi
Islam, Vol. 8, No. 2, 2 Juli 2020, P. 4
11
https://dsnmui.co.go.id
12
Dwi Suwikyono, Pengantar Akuntansi Syariah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), P.
103
bank syariah, musyarakah merupakan transaksi penamaan dana dan dua atau lebih
pemilik dana dan barang untuk menjalankan usaha tertentu sesuai syariah dengan
pembagian hasil usaha antara kedua belah pihak berdasarkan proporsi modal
masing-masing.13 Lalu, berdasarkan pasal 1 angka 25 UU, yang dimaksud dengan
pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan ini
diantara lain berupa transaksi bagi hasil dalam bentuk maudharabah atau
musyarakah.14
Lebih jauh lagi MMQ menurut PSAK -106 adalah Musyarakat dengan
ketentuan bagian dana salah satu mitra akan dialihkan secara berharap kepada
mitra lainnya sehingga bagian dananya akan menurun pada akhir masa akad mitra
lain tersebut akan menjadi pemilik penuh usaha tersebut.
Historical akad musyarakah mutanaqishah merupakan hasil kreasi ulama
dan pengusaha yang memadukan nilai musyarakah yang terdapat dalam syariah
dan kebutuhan instrument bisnis yang berkembang demikian cepat. Akad ini
mulai dirumuskan dan diperkenalkan oleh ulama pada abad XX M (tepatnya tahun
1997) yang dibahas oleh majma‟ al-fiqh. Ulama mengindentifikasi musyarakah
mutanaqishah guna mengethaui asal-usulnya secara pasti.15
Rukun dan syarat
rukun dan syaratnya tercipta musyarakah mutanaqisah:16
a. Para pihak (al-„aqidain)
Dalam MMQ, para pihak juga harus disebut syarik atau pihak yang
melakukan akad syirkah (musyarakah).17 adapun syarat khusunya yaitu
para pihak dalam keadaan dewasa dan mampu melaksanakan perjanjian,
sebab ini adalah perjanjian dalam skala besar.
b. Pernyataan kehendak (shigatul’-uqud)

13
Wangsawidjaja Z, Pembiayan Bank Syariah (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama), P.
249
14
Nur Melinda Lestari, Sistem Pembiayaan Bank Syariah (Jakarta: Grafindo Books
Media), P. 145
15
Dadin Solihin, Abin Suarsa, Bentuk Pembiayaan Musyarakah Mutanaqishah Di
Lembaga Keuangan Syariah, Jimea, Jurnal Ilmiah MEA (Manajemen, Ekonomi, & Akuntansi),
Vol. 3, No. 1, 2019, P. 139
16
Syamsul Anwar, Hukum Perjajian Syariah: Studi Tentang Teori Akad Dalam Fikih
Muamalat, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), P. 96
17
DSN-MUI No. 73/DSN MUIXI/2008 Tentang Musyarakah Mutanaqisah
Secara khusus, pernyataan kehendak MMQ disyaratkan
18
menemukan kesepakatan yang intinya adalah:
1. Pihak pertama rela menjual seluruhnya hishshah-nya (porsi) kepada
pihak kedua;
2. Pihak kedua sanggup membeli seluruh hishshah dari pihak pertama.
c. Objek akad (mahall al’aqd)
Dalam kegiatan usaha MMQ, objek akad dapat disebutkan dengan asset.
Demikian syarat khusus yang harus dipenuhi berkaitan objek MMQ:19
1. Rincian kriteria dan spesifikasi harus jelas;
2. Waktu kesediaan harus dinyatakan dan disepakati
d. Tujuan akad (maudhu’ ‘al-aqd)
Merupakan dasar perikatan para pihak sekaligus sumber kekuatan
mengikat bagi tindakan hukum bersangkutan. Demikian syarat khusus
rukun dari akad MMQ:20
1. Kesepakatan untuk membeli modal yang dilakukan secara angsur;
2. Kesepakatan untuk melakukan prestasi tertentu karena harta yang
dijadikan modal dalam syirkah harus mengahsilkan keuntungan;
3. Kesepakatan untuk memindahkan kepemilikan modal
Aspek Hukum Musyarakah Mutanaqishah
Akad musyarakah (kemitraan) dan ijarah (sewa) menjadi sandaran hukum
islam pada pembiayaan musyarakah mutanaqishah. Dikarenakan di dalam akad
musyarakah musyarakah mutanaqishah terdapat unsur syirkah dan unsur ijarah.
Dalil hukum musyarakah adalah: qur‟an surat Shad ayat 24:21

‫ض ُه ْم‬ ِ ِ ۤ ْ ‫اجو واِن َكثِي را ِمن‬ ِ ِ ‫ال لََق ْد ظَلَمك بِسؤ ِال نَعجتِ ِ ى‬
ُ ‫اْلُلَطَاء لَيَ ْبغ ْي بَ ْع‬ َ ّ ً ْ َ ‫ك اٰل ن َع‬
َ َ ْ َُ َ َ َ َ‫ق‬
ِ ِ ِ ‫ع ىلى ب عض اِّل ال ِذين اىمن وا وع ِملُوا ى‬
ْ َ‫الصل ىحت َوقَلْيل ما ُى ْم َوظَن َداو ُد اََّنَا فَتَ ىنّوُ ف‬
‫استَغْ َفَر‬ ّ َ َ ْ َُ َ ْ َْ َ
‫ب‬ ِ
َ ‫َربو َو َخر َراك ًعا واَ َن‬
18
Maulana Hasanudin, Jaih Mubarak, Perkembangan Musyarakah, (Jakarta: Kencana,
2012), P. 60
19
Tobibatussadah, Telaah Kritsi Akad Musyarakah Mutanaqisah, NIZHAM, Vol. 06, No.
02 Juli-Desember 2018, P. 5
20
Maulana Hasanudin, P. 62
21
Q.S Shad ayat: 24
Artinya: Dia (Dawud) berkata, “Sungguh, dia telah berbuat zalim
kepadamu dengan meminta kambingmu itu untuk (ditambahkan) kepada
kambingnya. Memang banyak di antara orang-orang yang bersekutu itu berbuat
zalim kepada yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan
kebajikan; dan hanya sedikitlah mereka yang begitu.” Dan Dawud menduga
bahwa Kami mengujinya; maka dia memohon ampunan kepada Tuhannya lalu
menyungkur sujud dan bertobat. Juga dalam surat lainnya Allah berfirman dalam
Q.S Al-maidah ayat 1:22

‫ت لَ ُك ْم ََبِْي َمةُ ْاّلَنْ َع ِام اِّل َما يُْت ىلى َعلَْي ُك ْم َغْي َر‬ ِ ِ ِ
ْ ‫ىاٰيَيُّ َها الذيْ َن اى َمنُ ْاوا اَْوفُ ْوا ِِبلْ ُع ُق ْود اُحل‬
‫اّللَ ََْي ُك ُم َما يُِريْ ُد‬ ِ ِ ِِ
ّ‫ُُملّى الصْيد َواَنْتُ ْم ُح ُرم ان ى‬
Wahai orang-orang yang beriman! Penuhilah janji-janji. Hewan ternak
dihalalkan bagimu, kecuali yang akan disebutkan kepadamu, dengan tidak
menghalalkan berburu ketika kamu sedang berihram (haji atau umrah).
Dalil hukum ijarah dalam al-qur‟an terdapat pada surat al-Zukruf ayat
23
32:
ۙ
‫ك ََْن ُن قَ َس ْمنَا بَْي نَ ُه ْم معِْي َشتَ ُه ْم ِِف ا ْْلَىيوةِ الدُّنْيَا َوَرفَ ْعنَا‬
َ ِّ‫ت َرب‬ ِ
َ َ‫ُى ْم يَ ْقس ُم ْو َن َر ْْح‬
‫ك َخْي ر ِِّما ََْي َمعُ ْو َن‬
َ ِّ‫ت َرب‬
ُ َ‫ضا ُس ْخ ِراٰي َوَر ْْح‬
ً ‫ض ُه ْم بَ ْع‬
ِ ِ
ُ ‫ض ُه ْم فَ ْو َق بَ ْعض َد َر ىجت لّيَ تخ َذ بَ ْع‬
َ ‫بَ ْع‬
“Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kamilah yang
menentukan penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah
meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar
sebagian mereka dapat memanfaatkan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu
lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan”. Dan surat Al-baqarah ayat 233:24

‫اعةَ َو َعلَى الْ َم ْولُْوِد‬ ِ ِ ِ َ‫ْي َك ِامل‬ ِ ِ


َ‫ض‬ ْ ِ ْ َ‫ت يُْرض ْع َن اَْوَّل َد ُىن َح ْول‬
َ ‫ْي ل َم ْن اََر َاد اَ ْن يُّتم الر‬ ُ ‫َوالْ ىول ىد‬
ۤ ِ
‫ضار َوالِ َدة بَِولَ ِد َىا َوَّل‬ َ ُ‫ف نَ ْفس اّل ُو ْس َع َها َّل ت‬
ِ ِ
ُ ‫لَو ِرْزقُ ُهن َوك ْس َوتُ ُهن ِِبلْ َم ْع ُرْوف َّل تُ َكل‬

22
Q.S Al-maidah ayat 1
23
Q.S al-Zukruf ayat 32
24
Q.S Al-baqarah ayat 233
‫ص ًاّل َع ْن تَ َراض ِّمْن ُه َما َوتَ َش ُاور فَ َل‬ ِ ِ ِ‫ث ِمثْل ىذل‬ ِ ‫لو بِولَ ِده وعلَى الْوا ِر‬
َ ‫ك فَا ْن اََر َادا ف‬ َ ُ َ ََ َ ‫َم ْولُْود‬

‫اح َعلَْي ُك ْم اِ َذا َسل ْمتُ ْم ما اىتَْي تُ ْم‬ ِ ِ ِ


َ َ‫َعلَْيه َما َوا ْن اََرْد ُّّْت اَ ْن تَ ْستَ ْرض ُعْاوا اَْوَّل َد ُك ْم فَ َل ُجن‬ ‫اح‬
َ َ‫ُجن‬
‫صْي ر‬ ِ
ِ ‫ف وات ُقوا ىاّلل و ْاعلَماوا اَن ىاّلل ِِبَا تَعملُو َن ب‬ ِ
َ ْ َ ْ َّ ْ ُ َ َّ َ ‫ِبلْ َم ْع ُرْو‬
Dan ibu-ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh,
bagi yang ingin menyusui secara sempurna. Dan kewajiban ayah menanggung
nafkah dan pakaian mereka dengan cara yang patut. Seseorang tidak dibebani
lebih dari kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita karena anaknya dan
jangan pula seorang ayah (menderita) karena anaknya. Ahli waris pun
(berkewajiban) seperti itu pula. Apabila keduanya ingin menyapih dengan
persetujuan dan permusyawaratan antara keduanya, maka tidak ada dosa atas
keduanya. Dan jika kamu ingin menyusukan anakmu kepada orang lain, maka
tidak ada dosa bagimu memberikan pembayaran dengan cara yang patut.
Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang
kamu kerjakan.
Selain dasar dalam hukum al-qur‟an, juga terdapat beberapa Hadist nabi
yang diriwayatkan Tirmidzi dari „Amr Bin Auf: “perdamaian dapat dilakukan di
anatara kaum muslimin kecuali perdamaian yang mengaharamkan yang halal atau
mengahalalkan yang haram; dan kaum muslimin terkait dengan syarat-syarat
mereka kecuali syarat yang mengaharamkan yang halal atau menghalalkan yang
haram”. Kaidah fiqh: “pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan
kecuali ada dalil yang mengaharamkanya. 25

Telaah Akad Musyarakah Mutanaqisah dalam Perbankan Syariah


Dalam teori ekonomi, hukum kontrak-yang biasa disebut akad dalam
industry keuangan syariah, merupakan sebuah pijakan yang sangat penting dalam
mengatur pertukaran ekonomi pasar. Sebagian besar hukum kontrak
menampakkan sikap konsisten dengan efesiensi ekonomi. Pertemuan hukum

25
Sutono, Implikasi Akad Musyarakah Mutanaqisah Perbankan Syari‟ah (Studi Peluang
dan Resiko di Bank Mu‟amalat Surabaya), Al-Iqtishod: Jurnal Pemikiran Dan Penelitian Ekonomi
Islam, vol. 8, no.2 , 2020. P. 7
dengan hukum ekonomi ini menenukan paradigma bahwa kontrak secara umum
haruslah efisien bagi pihak pelaku bisnis.26 Dampak dari paradigma tersebut
menimbulkan doktrin perizinan bagi para pihak untuk menulis kontrak mereka
sendiri dalam keadan normal.27
Dalam perkembangannya di Indonesia, khususnya untuk bidang
muamalah. Teori lama dalam fatwa telah direformasikan kekuatanya. Fatwa
muamalah yang diterbitkan DSN-MUI telah dipositivasi oleh UU no. 21 Tahun
2008 tentang perbankan syariah pada pasal 26 yang menyebutkan bahwa semua
kagiatan usaha produk dan jasa syariah wajib untuk tunduk pada prinsip syariah
yang telah difatwakan oleh MUI.28
MMQ dapat diaplikasikan sebagai produk pembiayaan perbankan syariah
berdasarkan prinsip syirkah inan dimana porsi modal (hishah) salah satu mitra
(syarik) yaitu bank, berkurang disebabkan oleh pembelian atau pengalihan
komersial secara bertahap (naqlu hishshah bil „iwadh mutanaqishah) kepada mitra
(syarik) yang lain yaitu nasabah.29 Struktur produk berbasis akad MMQ dibuat
secara multi akad (hybrid) yang selain akad musyarakah terdiri atas akad iajarah
(leasing), ijarah mawsufah fi zimmah (advance/forwad lease), bai almusawamah
(penjualan) ataupun akad istisna‟ (manufaktur).30
Produk MMQ pada perbankan syariah di Indonesia dapat diaplikasikan
dalam bentuk pembiayaan yang bersifat produk maupun konsumtif. Jenis
pembiayaan ini dapat diaplikasikan pada pembiayaan kendaraan, maupun
pembiayaan property atau rumah. MMQ dalam implementasinya pada perbankan
syariah Indonesia diperuntukan pada pembiayaan pembelian property baru (ready
stock), property lama (second) atau property baru indent, take-over dan
refinancing.31
Adapun besaran kepemilikan dapat ditentukan sesuia dengan sejumlah
modal atau dana yang disertakan dalam kontrak kerjasa tersebut. Selanjutnya
26
Tobibatussaadah, P. 6
27
Priyono, Zaenuddin Islamil, Teori Ekonomi (Surabaya: Zifatama, 2016), P. 56
28
Pasal 26 UU No. 21 Tahun 2008, Tentang Perbankan Syariah
29
Nuhbatul Basyariah, Analisis Implementasi Pembiayaan Musyarakah Mutanaqishah
Pada Perbankan Syariah Di Indonesia, Muqtashid, Vol. 9, No. 2, 2018, P. 124
30
Mulya E. Siregar And Ahmad Buchori, “Standar Produk Buku 1: Musyarakah Buku 2:
Musyarakah Mutanaqishah” (2016), P. 298
31
Miti Yarmunida, Musyarakah Mutanaqishah Pada Perbankan Syariah Di Indonesia:
Pendekatan Maqasid Syariah, Jurnal Baabu Al-Ilmi Volume 5 No. 2 Oktober 2020, P. 221
nasabah bakan membenyar (mengangsur) sejumlah modal /dana yang dimiliki
oleh bank syariah. Perpindahan kepemilikan dari porsi bank syariah kepada
nasabah seiring dengan bertambanhya modal nasabah dari pertambahan angsuran
yang dilakukan nasabah. Dengan kata lain, penurunan porsi kepemilikan bnak
syariah terhadap baranng atau benda berkurang secara proporsional sesuai dengan
besarnya angsuran. Hingga angsuran berakhir kepemilikan suatu barang atau
benda tersebut sepenuhnya menjadi milik nasabah.32
Asset tersebut dapat diijarahkan kepada syarik atau pihak lain. Apabila
asset musyarakah menjadi obyek ijarah, maka syarik (nasabah) dapat menyewa
asset tersebut dengan nilai ujrah yang disepakati. Keuntungan yang diproleh dari
ujrah tersebut dibagi sesuai dengan nisbah yang telah disepakati dalam akad,
sedangkan karugian harus berdasarkan proporsi kepemilikan. Nisbah keuntungan
dapat mengikuti perubahan proporsi kepemilikian sesuai kesepakatan para syarik.
Pembiayaan MMQ yang diberikan oleh Bank Umum Syariah (BUS) atau
Unit Usaha Syariah (UUS) atau Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) bersifat
kerjasama dalam bentuk jumlah modal menurun (diminishing musharakah).
Dalam akad MMQ ini bagian modal BUS/UUS/BPRS akan dijual secara bertahap
kepada nasabah (atau pihak lain) sehingga bagian modal BUS/UUS/BPRS akan
menurun dari masa ke masa dan pada akhir masa akad, BUS/UUS/BPRS tidak
lagi memiliki modal dan nasabah akan berjanji membeli seluruh porsi (hishshah)
BUS/UUS/BPRS sehingga nasabah menjadi pemilik atas keseluruhan aset
tersebut. Struktur produk akad MMQ dibuat dengan multiakad (hybrid). Selain
akad musyarakah, ada akad ijarah (leasing), ijarah mawsufah fi zimmah (advance/
forward lease), bai al musawamah (penjualan) ataupun akad istisna (manufaktur).
Isu-isu implementasi akad MMQ di perbankan syariah di Indonesia
No Isu Syariah Isu Legal Isu Operasional
1 Prinsip “dua akad Perbedaana aturan fiqh Maslah independensi
dalam satu dangan hukum positif harga ketika musyarakah
barang” ketika Indonesia terkait pencatatan disertai pengalihan
akad sewa dan beli sertifikat kepemilikan kepemilikan

32
Siti Kholijah, Akad Murakkab Dalam Produk Keuangan Syariah, Jurnal Baabu Al-Ilmi
Ekonomi Dan Perbankan Syariah, Vol. 5, No. 1, 2020, P. 113
disepakatai dalam
waktu yang sama
2 Muncul ta‟lluq Lemahnya posisi hukum bank cenderung serta
(connecting aqad) bank syariah tidak dapat merta mengeksekusi
jika ijarah menggunakan surat agunan disebabkan
diterapkan pada pengakuan hutang maupun nasabah gagal memenuhi
akad kedua setelah hak tanggunga (APHT) atas kewajiban sewa tanpa
musyarakah pengalihan kepemilikan persetujuan dari nasabah
dikondisikan
3 Obyek/ barang Fatwa DSN dan PBI atau Pelimpahan semua
musyarakah SEBI belum cukup lengkap kewajiban pembayaran
mutanaqishah mengatur subtansi perjanjian atas biaya yang muncul
dijadikan agunan perbankan syariah yang kepada nasabah telah
diperlukana oleh notaris menyimpang dari standar
maupun bank syariah. AAOFI dan fatwa DSN-
MUI No.
73/DSNMUI/XI/2008
4 Obyek sewa Kewajijban nasabah membeli Belum terdapat standar
belum tangible keseluruhan objek ketika akuntansi khusus terkait
ketika akad event of default telah MMQ
dilakukan menyimpan dari prinsip
profit loss sharing
musyarakah
Keberlanjutan Beberapa klausal perjanjian Kewajiban nasabah
pembiayaan masih mengacu secara penuh melakukan pembayaran
apabila dilakukan konsep perbankan bagi hasil sesuai jadwal
perjualan share konvensional angsuran, pada pelunasan
oleh nasabah dipercepat mirip
kepada bank dan mekanisme di bank
sebaliknya konvensional
Biaya
maintenance dan
suransi asset
sepenuhnya
dibebankan
kepada nasabah
Sumber: Basyariah, 2018
Melalui literature review berbagai sumber berupa ketentuan fatwa syariah
standar syariah, peraturan perundang-perundang, standar operasional dan praktik
di bank syariah, serta hasil riset atau publikasi yang relevan akan menghasilkan
evaluasi atas implementasi MMQ bank syariah sebagaimana uraian berikut:
keberadaan dari isu prinsip “dua akad dalam satu barang” disampaikan sendiri
oleh OJK sebagai regulator terkait, bahwa implementasi akad MMQ adalah
dengan hybrid contract. Terjadi perbedaan pendapat antara ulama kontemporer
memandang masalah akad murakkabah dalam implementasi akad MMQ,
meskipun mayoritas ulama kontemporer membolehkan penggabungan dua kad
dalam satu kontak dengan syarat masing-masing akad yang dibolehkan menurut
suyara‟, menjadikan akad MMQ pada posisi mengarah pada subhat. 33
Selanjutnya, isu munculnya ta’alluq (keterkaitan, connecting aqad) jika
ijarah yang diterapkan pada akad kedua setelah musyarakah dikondisikian
(ta‟alluq). Implementasi akad MMQ pada perbankan terjadi jika kedua syarat akad
pertama, sehingga akad ini membawa konsekuensi bahwa syirkah tidak dapat
dilaksanan jika ijarah tidak disepakati. Hal itu artinya akad yang satu menjadi
syarat terjadinya akad pertama menjadi tantangan bank syariah saat ini. 34
Terdapat isu perbedaan aturan fiqh dengan hukum hukum positif Indonesia
terkait pencatatan sertifikat kepemilikan. Aturan fiqh cenderung memudahkan
dalam pencatatan hak kepemilikan dalam suatu akad kerjasama ketika telah
terpenuhi rukun dan syarat akadnya. Maka cukuplah dicatat di hadapan para
aqidain dan disaksikan oleh dua orang saksi. Beda dengan pencatatan sertifikat
kepemilikan menurut hukum positif. Meskipun semua rukun syarat telah
terpenuhi tetap harus di catatkan melalui Badan Pertanahan Nasional. Selanjutnya
adalah isu lemahnya posisi hukum bank syariah yang tidak dapat menggunakan

33
Nuhbatul Basyariah. P. 129
34
Nuhbatul Basyariah. P. 130
surat pengakuan hutang, maupun meletakan hak tanggungan (APHT) atas
pengalihan kepemilikan. Tentu saja harus seperti itu karena perjanjian ini adalah
perjanjian kerjasama kepemilikan atas suatu obyek maka tidak bisa disamakan
dengan hutang karena akad ini memiliki konsep yang beda dengan hutang/qard.
Selanjutnya isu independensi harga ketika pembiayaan musyarakah yang
disertai pengalihan kepemilikan. Ketika akad disepakati dengan harga yang terjadi
pada jangka waktu tertentu hingga sampai pada waktu pengalihan kepemilikan
umumnya telah terjadi kenaikan harga pasar atas properti yang disepakati di awal.
Ini menjadikan harga ketika pembiayaan dan saat pengalihan kepemilikan bersifat
terikat dan tidak independen.
Lalu, isu bank cenderung langsung mengeksekusi agunan disebabkan
nasabah gagal memenuhi kewajiban sewa tanpa persetujuan dari nasabah.
Menjadi masalah memang ketika kesepakatan awal adalah kerjasama kepemilikan
bersama atas barang, dengan janji akan adanya perpindahan kepemilikan dengan
jual beli oleh salah satu syarik, namun ketika nasabah/syarik tidak mampu/gagal
memenuhi kewajiban, tepatnya kesepakatan barang/properti akad yang sekaligus
dijadikan agunan langsung dieksekusi. Hal ini menunjukkan adanya
ketidaksetaraan dalam status kepemilikan barang.
Sehingga, dapat terpaparkan bahwa masalah yang terjadi adalah,
ketidaksesuaian dengan praktek pembiayan yang syar‟i menjadikan masyarakat
enggan untuk mengambil pembiayaan dengan akad tersebut. Sehingga menjadi
wajar jika jumlah pembiayaan dengan akad MMQ, sejak pertama kali
diluncurkan, justru semakin menurun jumlahnya, bahkan beberapa kantor cabang
bank syariah sudah tidak lagi menggunakan akad tersebut.

KESIMPULAN
Musyarakah Mutanaqishah (MMQ) adalah akad yang sophisticated
(canggih), Karena dapat digunakan untuk berbagai macam keperluan dan produk
perbankan syariah, seperti refinancing, working capital, take over, gabungan take
over dan top up (refinancing), pengalihan hutang dari bank syariah ke bank
syariah, resrukturisai pembiyaan (konversi akad), capital expenditure (investasi),
reimbursement, pembiayan konsumtif untuk KPRS, dan sebagainya.
Meskipun musyarakah mutanaqishah memiliki banyak keunggulan dan
kecanggihan. Namun sayangnya, mayoritas bank-bank syariah belum menerapkan
akad ini. Apalagi bank-bank pembangunan daerah dan BPRS di daerah belum
memahami praktik musyarakah mutanaqishah ini dan apabila ada yang sudah
memahami, tetapi belum dipraktikkan sebagai produk perbankan syariah.
MMQ yang sudah diterapkan dibanyak negara serta 8 tahun di Indonesia.
Seharusnya juga bisa diterapkan oleh bank-bank syariah di Indonesia, agar bank-
bank syariah bisa lebih kompetitif dan diminati masyarakat. Juga agar bank
syariah lebih kaya dengan produk yang dibutuhkan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur‟an Al-Karim
Al-Tahanawi, Kasysyaf Ishthilahat Al-Funun, Beirut: Dar Shadir.
Antonion, Muhammad Syafi‟i (2011). Bank Syariah Teori Dan Praktek (Jakarta:
Tazkia Institute dan Gema Insani Press
Anwar, Syamsul (2007). Hukum Perjajian Syariah: Studi Tentang Teori Akad
Dalam Fikih Muamalat, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Basyariah, Nuhbatul (2018). Analisis Implementasi Pembiayaan Musyarakah
Mutanaqishah Pada Perbankan Syariah di Indonesia, Muqtashid, Vol. 9, No.
2.
DSN-MUI No. 73/DSN MUIXI/2008 Tentang Musyarakah Mutanaqisah
Hasanudin, Maulana Jaih Mubarak, (2012). Perkembangan Musyarakah, Jakarta:
Kencana.
https://dsnmui.co.go.id
Ibnu Qudamah, (1995). Al-Mughni, Juz V, Beirut: Dar hadist.
Kholijah, Siti. (2020). Akad Murakkab Dalam Produk Keuangan Syariah, Jurnal
Baabu Al-Ilmi Ekonomi Dan Perbankan Syariah, Vol. 5, No. 1
Mardani, (2014). Hukum Bisnis Syariah, Cetakan 1, Jakarta: Prenadamedia
Group.
MUI, (2010). Himpunan Fatwa Dewan Syari’ah Nasional Mui, Jilid 2, Jakarta:
DSN -MUI Berkerjasama Dengan Bank Syari‟ah.
Nur Melinda Lestari, Sistem Pembiayaan Bank Syariah, Jakarta: Grafindo Books
Media.Rahmat (2011). Fiqh Muamalah, Pustaka Setia, Bandung.
Priyono, (2016), Zaenuddin Islamil, Teori Ekonomi, Surabaya: Zifatama.
Pasal 26 UU No. 21 Tahun 2008, Tentang Perbankan Syariah Sabiq, Sayyid
(2011) Fiqhus Sunnah, Terj, Jakarta: Pena Pundi Aksara, Jilid 5, Cet Ke-3
Siregar, Mulya E. And Ahmad Buchori, (2016). “Standar Produk Buku 1:
Musyarakah Buku 2: Musyarakah Mutanaqishah”
Sutono, (2020). Implikasi Akad Musyarakah Mutanaqisah Perbankan Syari‟ah
(Studi Peluang dan Resiko di Bank Mu‟amalat Surabaya), Al-Iqtishad:
Jurnal Pemikiran Dan Penelitian Ekonomi Islam, Vol. 8, No. 2.
Suwikyono, Dwi (2010). Pengantar Akuntansi Syariah, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Solihin, Dadin Abin Suarsa, (2019) Bentuk Pembiayaan Musyarakah
Mutanaqishah Di Lembaga Keuangan Syariah, Jimea, Jurnal Ilmiah MEA
(Manajemen, Ekonomi, & Akuntansi), Vol. 3, No. 1.
Tim Penyusun, (1996). Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi 2, (Jakrta: Balai
Pustaka
Tobibatussadah, (2018). Telaah Kritsi Akad Musyarakah Mutanaqisah, NIZHAM,
Vol. 06, No. 02.
Wangsawidjaja Z, Pembiayan Bank Syariah, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Yarmunida, Miti. (2020). Musyarakah Mutanaqishah Pada Perbankan Syariah Di
Indonesia: Pendekatan Maqasid Syariah, Jurnal Baabu Al-Ilmi Volume 5
No. 2.

Anda mungkin juga menyukai