TUGAS 1
-Mengapa ada pepatah yang berbunyi “buah jatuh tidak jauh dari pohonnya” dana apa hubungannya
dengan keluarga?
-Apakah gaya asuh overprotektif dianjurkan untuk mengasuh anak?
-Apa yang terjadi jika pada usia lebih dari 15 tahun anak masih takut untuk bersikap mandiri?
-Ada 4 Jenis Gaya Parenting, Gaya Otoriter, Berwibawa, Permisif, dan Terlalu Protektif.
-Pada Usia 0-5 tahun anak diperbolehkan melakukan apa saja.
-Anak harus diberi semangat untuk memahami dan menghormati persaannya sendiri
-Orangtua di Amerika cenderung bersifat netral sedangkan orang tua jepang cenderung memberikan
contoh lewat media elektronik
-Jangan suka memarahi anak depan umum dan ajarlah anak hal yang baik agar tidak mempermalukan
dirinya.
- Secara sederhana gaya asuh otoriter adalah gaya asuh di mana orangtua memaksakan kehendaknya
Gaya asuh orangtua berwibawa adalah gaya asuh di mana orangtua menjadi panutan yang teladan,
memberikan batasan yang cermat untuk putra-putrinya, dan memberikan pujian untuk upaya yang
telah Gaya asuh permisif adalah gaya asuh di mana orangtua tidak memberikan batasan kepada
anakanaknya, Memercayakan putra-putrinya untuk melakukan apa yang ia inginkan, cenderung tidak
mengintervensi Gaya asuh overprotektif adalah gaya asuh di mana orangtua sangat melindungi putra-
putrinya dari karena adanya harapan orangtua agar putra-putrinya dapat lulus masuk ke sekolah atau
kampus yang ala orangtua di Jepang yang dapat kita lihat sebagai hal yang positif? 1. Hubungan antara
orang tua dan anak yang sangat dekat Ibu dan anak memiliki hubungan yang sangat dekat. Tidak jarang
dapat dilihat bahwa ibu menggendong anaknya sambil melakukan kegiatan rumah seperti Pada usia
antara 0-5 tahun, anak diperbolehkan melakukan apa saja. Yang dimaksud diperbolehkan melakukan
apa saja adalah membiarkan anak berksplorasi dengan kegiatan yang ia lakukan.
Namun orangtua tetap menstimulus dengan hal yang positif dan menjadi role model yang baik. Pada
usia 0-5 tahun, anak juga diajak untuk bersosialisasi dengan keluarga dan kerabat sehingga dapat Studi
di Amerika dan Jepang pernah dilakukan untuk mengetahui bagaimana orangtua mengasuh Orangtua di
Amerika cenderung bersifat netral dan menunjukan anak cara untuk membuat suatu piramida, sesudah
itu membiarkan anaknya untuk membuat piramida dengan apa yang telah Sedangkan orangtua Jepang
cenderung mentransmisikan apa yang ia lakukan kepada anaknya, anak mulai diajari untuk melakukan
kegiatan seperti membersihkan rumah, belajar untuk disiplin, dan melakukan apa yang dilakukan oleh
orangtua. Fase ini mengajari anak-anak untuk dapat berkontribusi melakukan cara-cara yang telah
dilakukan Fase ini orangtua memberikan batasan yang jelas mengenai hak dan kewajiban, apa yang
boleh dilakukan atau tidak. Oleh karena itu kegiatan pendidikan moral di sekolah juga mulai diajarkan
tidak hanya sebagai mata pelajaran dan diselipkan di mata pelajaran lain, tetapi juga anak diberikan
ruang untuk melakukan Kegiatan sekolah dan rumah yang bersifat rutin, meskipun terkesan monoton
merupakan cara Jepang 3.
Orang tua dan anak adalah setara Setelah anak berusia 15 tahun, orang tua mulai memberikan ruang
untuk anak dapat lebih mandiri Hubungan tidak hanya sebagai orangtua dan anak, tetapi juga sebagai
teman dan setara. didukung untuk menjadi pribadi yang mandiri, dapat berpikir dan menentukan
pilihan dan lebih bersifat Fase ini untuk mempersiapkan anak melakukan kegiatan keterampilan bagi
dirinya sendiri dan keluarga independen dan dipersiapkan untuk dapat siap menjadi orang dewasa.
Selain mengajari dan mempersiapkan anak untuk dapat hidup di komunitas sosial masyarakat yang lebih
luas, anak juga diberikan semangat untuk dapat memahami dan menghormati perasaanya sendiri.
Orangtua mengajarkan anaknya untuk melakukan hal yang tidak mempermalukannya.
Orangtua memilih menunggu situasi dan tempat yang lebih privasi untuk menasehatinya. untuk dapat
memiliki sikap empati dan saling menghormati orang lain. Orangtua di Jepang tidak menggangap gaya
asuh mereka menjadi gaya asuh yang terbaik. meskipun terjadi pergeseran dan perubahan, gaya asuh
orangtua di Jepang yang menyayangi putraputrinya Setelah membaca sedikit stereotip gaya asuh
orangtua di Jepang, dapat dipahami bahwa gaya asuhnya.
-Jawaban:
1) Artinya, sifat anak itu tidak jauh berbeda dengan orang tuanya.
2) Menurut saya, dalam mendidik anak seharusnya tidak menggunakan pola asuh overprotektif karena
dapat berpengaruh pada kesehatan mental anak kedepannya, dan juga segala bakat dan argumen yang
ingin di sampaikan anak juga terhambat dan tidak dapat tersalurkan.
3)Menurut saya, Anak harus dibiarkan untuk mandiri sejak berumur 15 tahun ke atas, karena pada saat
itu anak sedang mencari jati dirinya untuk berusaha memilih dunia nya sendiri. Dengan di awasi segala
kegiatannya dan memberi tahu mana yang harus dilakukan dan tidak boleh di lakukan, apabila anak
manja sampai usia 15 tahun ke atas anak akan susah dalam bersosialisasi dan tumbuh kembangnya
tidak bagus.
5. - Hasil perhitungan Padang Lamun
-Paragraf 21 yaitu, Nilai ini adalah 4% dari rata-rata cadangan karbon (jumlah cadangan karbon atas
dan bawah permukaan = 1,15 ton karbon).
-Kesimpulan:
Sewindu Riset Pesisir,Data Karbon Biru Padang Lamun Indonesia Tercapai
PADANG lamun merupakan ekosistem laut dangkal yang didominasi oleh tumbuhan lamun,yaitu
tumbuhan berbunga yang telah beradaptasi dengan air asin.Laut Indonesia tercatat memiliki 13
spesies lamun dari 60 spesies yang tercatat di dunia.
Tidak seperti ekosistem terumbu karang dan mangrove,padang lamun mendapat perhatian yang
relatif minim.Namun demikian,hasil riset di seluruh dunia menyatakan berbagai nilai penting dari
padang lamun terutama karena layanan ekosistemnya.
Layanan ekosistem yang dimaksud misalnya sebagai tempat pemijahan dan pembesaran berbagai
spesies ikan,penyaring material tersuspensi pada air laut,sumber makanan mamalia laut dugong,dan
layanan karbon biru untuk mitigasi perubahan iklim.
Istilah karbon biru digunakan untuk karbon yang diserap,disimpan dan dilepaskan kembali oleh
ekosistem vegetasi laut .Karbon biru menjadi layanan ekosistem yang penting terutama karena terkait
aksi mitigasi perubahan iklim melalui penurunan emisi karbon.
Target penurunan emisi karbon Sesuai dengan inisiatif Pembangunan Rendah Karbon ,Indonesia
memiliki target penurunan emisi karbon sebesar 29%relatif terhadap business as usual sampai tahun
2030.
Target penurunan emisi ini salah satunya harus disumbangkan oleh sektor laut dan perikanan,dengan
terlebih dahulu menentukan beberapa prasyarat.Prasyarat minimal antara lain penentuan faktor
emisi alih lahan ekosistem pesisir,catatan perubahan luas area,dan neraca karbon ekosistem vegetasi
pesisir termasuk padang lamun.
Ketika pertama kali isu karbon biru mendapat perhatian peneliti Indonesia satu dekade
terakhir,langkah awal yang dilakukan adalah melakukan riset mengenai cadangan dan serapan karbon
ekosistem pesisir.Pengembangan metode riset di Indonesia dilakukan dengan mengacu pada
perkembangan terakhir riset karbon biru di dunia.
Namun demikian,berbagai panduan dan metode riset umumnya menitikberatkan pada sampling
lapangan dan analisis laboratorium dengan sarana yang canggih dan maju.Kendala ini menjadi salah
satu tantangan di Indonesia,terutama karena tidak banyak peneliti yang mendapatkan kesempatan
melakukan riset karbon biru dengan sarana memadai.
Sementara itu,wilayah cakupan nasional Indonesia sangat luas,apalagi jika ditargetkan untuk
memperoleh data yang representatif secara nasional untuk data faktor emisi dan neraca karbon yang
diperlukan dalam perhitungan penurunan emisi karbon pada konteks PRK.
Riset karbon biru padang lamun menemukan momentumnya sekitar awal tahun 2013 lalu,ketika
dimulainya riset untuk menentukan neraca karbon,di samping inventarisasi dan riset ekologis
ekosistem.
Namun,terkendala oleh sarana laboratorium dan akses lapangan,wilayah Indonesia yang luas tidak
cukup terwakili.Tercatat hanya ada sembilan lokasi di Indonesia yang telah diteliti dalam rangka riset
karbon biru.Tentunya sebaran wilayah ini masih jauh dari cukup.
Meskipun demikian,terdapat data dan informasi terkait padang lamun di sekitar 19 lokasi di
Indonesia yang diperoleh dari program COREMAP-CTI.
Termotivasi oleh inisiatif PRK,pada tahun 2018 peneliti dari berbagai lembaga tergerak untuk saling
berbagi data dan informasi terkait riset karbon biru.Data lengkap neraca karbon padang lamun dari
sembilan lokasi kemudian dikombinasikan dengan data dari 19 lokasi lainnya.
Model statistik yaitu Robust Linear Mixed Models digunakan untuk menentukan korelasi antar
parameter padang lamun terkait neraca karbon,yaitu biomassa,kepadatan,persentase
tutupan,cadangan karbon,dan serapan karbon.Hanya ada 13 lokasi yang cukup lengkap untuk
digunakan datanya dalam penentuan formula model.
Hasil kerja tim peneliti tersebut akhirnya dapat dipublikasikan dalam majalah ilmiah
internasional,Ocean Science Journal pada tahun 2020.
Hasilnya,perhitungan neraca karbon padang lamun di Indonesia dapat dilakukan dengan
memanfaatkan formula yang telah dikembangkan.Data dasar terkait padang lamun yang banyak
tersedia di lembaga penelitian daerah dan universitas dapat dikonversi ke nilai neraca karbon dengan
formula yang tersedia pada publikasi ilmiah tersebut.
Hasil riset tersebut juga dapat memperkirakan total cadangan karbon yang tersimpan di ekosistem
padang lamun Indonesia yaitu sekitar 1.005 kilo ton karbon dengan potensi penyerapan karbon
sebesar 7,4 mega ton karbon per tahun.Rata-rata cadangan karbon lamun di Indonesia tercatat
maksimum sebesar 0,36 dan 0,79 ton karbon per hektar,masing-masing untuk cadangan karbon atas
dan bawah permukaan.
Seagrass Carbon Converter ,faktor emisi karbon,dan PRK Sebagai tindak lanjut agar hasil riset dapat
dengan mudah dipakai oleh pemangku kepentingan,maka dikembangkanlah sebuah aplikasi berbasis
web,yaitu Seagrass Carbon Converter .
SCC dibuat dengan mengacu pada formula untuk mengkonversi nilai biomas,kepadatan dan
persentase tutupan lamun menjadi nilai cadangan dan serapan karbon.
SCC diharapkan menjadi alternatif yang memudahkan bagi praktisi di daerah dalam hal pelaporan
potensi neraca karbon biru ekosistem padang lamun.Pelaporan-pelaporan semacam ini biasanya
secara rutin diminta oleh sekretariat PRK untuk dipantau dan dievaluasi dalam kaitannya target
penurunan emisi karbon.
Berdasarkan nilai rata-rata cadangan karbon padang lamun nasional,maka kita bisa menentukan
faktor emisi aktivitas antropogenik alih guna lahan padang lamun yaitu sebesar 0,05 ton karbon.Nilai
ini adalah 4% dari rata-rata cadangan karbon .
Konstanta 4% berdasarkan hasil riset sebelumnya bahwa,setiap hektar padang lamun akan mulai
melepas karbon ke udara secara bertahap sebesar 4% per tahun dari total cadangan karbon
tersimpan,dimulai sejak terjadinya kerusakan atau alih guna lahan.
SCC dalam konteks penentuan faktor emisi dan pelaporan PRK,dapat dimanfaatkan berbasis data
lokal sesuai dengan luasan area,kepadatan,biomassa maupun persentase tutupan padang lamun.
Sehingga faktor emisi juga dapat ditentukan dan disesuaikan dengan kondisi riil di daerah dimana
padang lamun berada.
Hal ini cukup relevan dengan fakta bahwa kondisi padang lamun akan berbeda di satu tempat dengan
tempat lainnya mengikuti skala mikro atau meso ekosistem.Artinya,dengan demikian SCC dapat
memenuhi target Tier 2 dalam konteks aksi mitigasi perubahan iklim.Dr.
Penelitian Oseanografi - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia .