Anda di halaman 1dari 140

KEPUTUSAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM

NOMOR: 169/PP.00.00/K1/05/2023

TENTANG
PETUNJUK TEKNIS PENANGANAN PELANGGARAN PEMILIHAN UMUM

KETUA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM,

Menimbang : a. bahwa untuk menciptakan efektivitas dan tertib administrasi


serta untuk menyeragamkan pola dan proses penanganan
pelanggaran pemilihan umum oleh pengawas pemilihan
umum pada penyelenggaraan pemilihan umum, diperlukan
petunjuk teknis pelaksanaan Peraturan Badan Pengawas
Pemilihan Umum Nomor 7 Tahun 2022 tentang Penanganan
Temuan dan Laporan Pelanggaran Pemilihan Umum dan
Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor 8 Tahun
2022 tentang Penyelesaian Pelanggaran Administratif
Pemilihan Umum;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a, perlu menetapkan Keputusan Badan
Pengawas Pemilihan Umum tentang Petunjuk Teknis
Penanganan Pelanggaran Pemilihan Umum.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan


Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017
Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 6109) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022

Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik yang diterbitkan oleh Balai Sertifikasi Elektronik (BSrE), BSSN
tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun
2017 tentang Pemilihan Umum (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2022 Nomor 224, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 6832);
2. Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2018 tentang
Kedudukan, Tugas, Fungsi, Wewenang, Organisasi, dan Tata
Kerja Sekretariat Jenderal Badan Pengawas Pemilihan
Umum, Sekretariat Badan Pengawas Pemilihan Umum
Provinsi, dan Sekretariat Badan Pengawas Pemilihan Umum
Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2018 Nomor 141);
3. Peraturan Badan Pengawas Pemilihan umum Nomor 1 Tahun
2021 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Jenderal
Badan Pengawas Pemilihan Umum, Sekretariat Badan
Pengawas Pemilihan Umum Provinsi, Sekretariat Badan
Pengawas Pemilihan Umum Kabupaten/Kota, dan Sekretariat
Panitia Pengawas Pemilihan Umum Kecamatan (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 411);
4. Peraturan Badan Pengawas Pemilihan umum Nomor 3 Tahun
2022 tentang Tata Kerja dan Pola Hubungan Pengawas
Pemilihan Umum (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2022 Nomor 889);
5. Peraturan Badan Pengawas Pemilihan umum Nomor 7 Tahun
2022 tentang Penanganan Temuan dan Laporan Pelanggaran
Pemilihan Umum (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2022 Nomor 1073);
6. Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor 8 Tahun
2022 tentang Penyelesaian Pelanggaran Administratif
Pemilihan Umum (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2022 Nomor 1074);
7. Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor 3 Tahun
2023 tentang Sentra Penegakan Hukum Terpadu Pemilihan
Umum (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2023 Nomor
292).

Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik yang diterbitkan oleh Balai Sertifikasi Elektronik (BSrE), BSSN
MEMUTUSKAN:

Menetapkan : KEPUTUSAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM


TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENANGANAN
PELANGGARAN PEMILIHAN UMUM

KESATU : Menetapkan Petunjuk Teknis Penanganan Pelanggaran


Pemilihan Umum sebagaimana tercantum dalam Lampiran dan
Sub-Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Keputusan Badan ini.

KELIMA : Keputusan Badan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

ditetapkan di Jakarta,
pada tanggal, 13 Mei 2023
Ketua,

RAHMAT BAGJA

Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik yang diterbitkan oleh Balai Sertifikasi Elektronik (BSrE), BSSN
LAMPIRAN
SURAT KEPUTUSAN BADAN PENGAWAS
PEMILIHAN UMUM
NOMOR: 169/PP.00.00/K1/05/2023
TANGGAL: 13 MEI 2023
TENTANG PENTUNJUK TEKNIS
PENANGANAN PELANGGARAN
PEMILIHAN UMUM

PETUNJUK TEKNIS
PENANGANAN PELANGGARAN PEMILIHAN UMUM

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Bawaslu telah menerbitkan Peraturan Bawaslu Nomor 7 Tahun 2022 tentang


Penanganan Temuan dan Laporan Pelanggaran Pemilihan Umum dan
Peraturan Bawaslu Nomor 8 Tahun 2022 tentang Penyelesaian Pelanggaran
Administratif Pemilihan Umum yang keduanya telah diundangkan pada tanggal
20 Oktober 2022. Peraturan Bawaslu tersebut diterbitkan sebagai pedoman
bagi Pengawas Pemilu dalam melaksanakan tugas dan wewenang penindakan
atas pelanggaran Pemilu.

Mengingat mekanisme penindakan pelanggaran pemilu sangat kompleks


secara teknis, maka untuk memastikan penerapan Peraturan Bawaslu oleh
jajaran Pengawas Pemilu sesuai dengan arah tujuan dibentuknya peraturan,
adanya kesamaan tindakan, serta tertib administrasi, Bawaslu memandang
perlu untuk menyusun dan menerbitkan petunjuk teknis tentang penanganan
pelanggaran pemilihan umum.
B. MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dari petunjuk teknis ini adalah:


1. menyamakan tindakan seluruh jajaran Pengawas Pemilu dalam melakukan
penindakan pelanggaran pemilu agar sesuai dengan arah tujuan
diterbitkannya Peraturan Bawaslu Nomor 7 Tahun 2022 tentang
Penanganan Temuan dan Laporan Pelanggaran Pemilihan Umum dan
Peraturan Bawaslu Nomor 8 Tahun 2022 tentang Penyelesaian
Pelanggaran Administratif Pemilihan Umum.
2. menertibkan administrasi persuratan dan pemberkasan dokumen
penindakan pelanggaran pemilu.

Sedangkan tujuannya adalah terciptanya kepastian hukum dan profesionalitas


jajaran Pengawas Pemilu dalam melakukan penindakan pelanggaran pemilu.

C. RUANG LINGKUP

Ruang lingkup petunjuk teknis ini meliputi:


1. Petunjuk teknis penerapan Peraturan Bawaslu Nomor 7 Tahun 2022
tentang Penanganan Temuan dan Laporan Pelanggaran Pemilihan Umum
yang diatur dalam Bab II tentang Penanganan Temuan dan Laporan
Pelanggaran Pemilihan Umum; dan
2. Petunjuk teknis penerapan Peraturan Bawaslu Nomor 8 Tahun 2022
tentang Penyelesaian Pelanggaran Administratif Pemilihan Umum yang
diatur dalam Bab III tentang Penyelesaian Pelanggaran Administratif
Pemilihan Umum dan Bab IV tentang Penyelesaian Pelanggaran
Administratif Pemilihan Umum yang terjadi secara Terstruktur, Sistematis,
dan Masif.

D. PENGERTIAN UMUM

1. Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut Pemilu adalah sarana


kedaulatan rakyat untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat,
anggota Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden, dan
untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yang
dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam
Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2. Peserta Pemilu adalah partai politik untuk Pemilu anggota DPR, anggota
DPRD Provinsi, anggota DPRD Kabupaten/Kota, perseorangan untuk
Pemilu anggota DPD, dan pasangan calon yang diusulkan oleh partai
politik atau gabungan partai politik untuk Pemilu Presiden dan Wakil
Presiden.
3. Pengawas Pemilu adalah lembaga yang mengawasi Penyelenggaraan
Pemilu yang meliputi Badan Pengawas Pemilu, Badan Pengawas Pemilu
Provinsi, Badan Pengawas Pemilu Kabupaten/Kota, Panitia Pengawas
Pemilu Kecamatan atau nama lain, Panitia Pengawas Pemilu
Kelurahan/Desa, Panitia Pengawas Pemilu Luar Negeri, dan Pengawas
Tempat Pemungutan Suara.
4. Badan Pengawas Pemilu yang selanjutnya disebut Bawaslu adalah
lembaga Penyelenggara Pemilu yang mengawasi Penyelenggaraan
Pemilu di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
5. Badan Pengawas Pemilu Provinsi yang selanjutnya disebut Bawaslu
Provinsi adalah badan yang mengawasi penyelenggaraan Pemilu dan
Pemilihan di wilayah provinsi, termasuk Panitia Pengawas Pemilihan
Provinsi Aceh.
6. Badan Pengawas Pemilu Kabupaten/Kota yang selanjutnya disebut
Bawaslu Kabupaten/Kota adalah badan untuk mengawasi
penyelenggaraan Pemilu dan Pemilihan di wilayah kabupaten/kota,
termasuk Panitia Pengawas Pemilihan Kabupaten/Kota di seluruh wilayah
Provinsi Aceh.
7. Panitia Pengawas Pemilu Kecamatan atau nama lain yang selanjutnya
disebut Panwaslu Kecamatan adalah panitia yang dibentuk oleh Bawaslu
Kabupaten/Kota untuk mengawasi Penyelenggaraan Pemilu di wilayah
kecamatan atau nama lain.
8. Panitia Pengawas Pemilu Kelurahan/Desa atau nama lain yang selanjutnya
disebut Panwaslu Kelurahan/Desa adalah petugas untuk mengawasi
Penyelenggaraan Pemilu di kelurahan/desa atau nama lain.
9. Panitia Pengawas Pemilu Luar Negeri yang selanjutnya disebut Panwaslu
LN adalah pengawas yang dibentuk oleh Bawaslu untuk mengawasi
Penyelenggaraan Pemilu di luar negeri.
10. Pengawas Tempat Pemungutan Suara yang selanjutnya disebut
Pengawas TPS adalah petugas yang dibentuk oleh Panwaslu Kecamatan
untuk membantu Panwaslu Kelurahan/Desa.
11. Komisi Pemilihan Umum yang selanjutnya disingkat KPU adalah lembaga
Penyelenggara Pemilu yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri dalam
melaksanakan Pemilu.
12. Komisi Pemilihan Umum Provinsi yang selanjutnya disebut KPU Provinsi
adalah Penyelenggara Pemilu di provinsi, termasuk Komisi Independen
Pemilu Provinsi Aceh.
13. Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/Kota yang selanjutnya KPU
Kabupaten/Kota adalah penyelenggara Pemilu di kabupaten/kota,
termasuk Komisi Independen Pemilu Kabupaten/Kota di seluruh wilayah
Provinsi Aceh.
14. Panitia Pemilihan Kecamatan yang selanjutnya disingkat PPK adalah
panitia yang dibentuk oleh KPU Kabupaten/Kota untuk melaksanakan
Pemilu di tingkat kecamatan atau nama lain.
15. Panitia Pemungutan Suara yang selanjutnya disingkat PPS adalah panitia
yang dibentuk oleh KPU Kabupaten/Kota untuk melaksanakan Pemilu di
tingkat kelurahan/desa atau nama lain.
16. Panitia Pemilihan Luar Negeri yang selanjutnya disingkat PPLN adalah
panitia yang dibentuk oleh KPU untuk melaksanakan Pemilu di luar negeri.
17. Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara yang selanjutnya disingkat
KPPS adalah kelompok yang dibentuk oleh PPS untuk melaksanakan
pemungutan suara di tempat pemungutan suara.
18. Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara Luar Negeri yang
selanjutnya disingkat KPPSLN adalah kelompok yang dibentuk oleh PPLN
untuk melaksanakan pemungutan suara di tempat pemungutan suara luar
negeri.
19. Temuan adalah dugaan pelanggaran pemilu yang ditemukan dari hasil
pengawasan Pengawas Pemilu pada setiap tahapan penyelenggaraan
Pemilu atau hasil investigasi Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu
Kabupaten/Kota, dan Panwaslu Kecamatan.
20. Laporan adalah dugaan pelanggaran pemilu yang disampaikan secara
resmi kepada Pengawas Pemilu oleh Warga Negara Indonesia yang punya
hak pilih, Peserta Pemilu, dan/atau Pemantau Pemilu.
21. Pelapor adalah pihak yang berhak melaporkan dugaan pelanggaran
Pemilu yang terdiri dari Warga Negara Indonesia yang mempunyai hak
pilih, Pemantau Pemilu, atau Peserta Pemilu.
22. Terlapor adalah pihak yang diduga melakukan pelanggaran pemilu.
23. Penemu adalah Pengawas Pemilu yang menemukan peristiwa dugaan
pelanggaran Pemilu.
24. Pelanggaran Pemilu adalah tindakan yang bertentangan, melanggar, atau
tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan terkait Pemilu.
25. Pelanggaran Kode Etik Penyelenggara Pemilu adalah pelanggaran
terhadap etika Penyelenggara Pemilu yang berdasarkan sumpah dan/atau
janji sebelum menjalankan tugas sebagai Penyelenggara Pemilu.
26. Pelanggaran Administratif Pemilu adalah pelanggaran terhadap tata cara,
prosedur, atau mekanisme yang berkaitan dengan Administratif
pelaksanaan Pemilu dalam setiap tahapan Penyelenggaraan Pemilu.
27. Pelanggaran Administratif Pemilu yang terjadi secara Terstruktur,
Sistematis, dan Masif yang selanjutnya disebut Pelanggaran Administratif
Pemilu TSM adalah perbuatan atau tindakan yang melanggar tata cara,
prosedur, atau mekanisme yang berkaitan dengan administrasi
pelaksanaan Pemilu dalam setiap tahapan penyelenggaraan Pemilu,
dan/atau Pasangan Calon, calon anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi,
DPRD Kabupaten/Kota yang menjanjiikan dan/atau memberikan uang atau
materi lainnya untuk mempengaruhi penyelenggara Pemilu dan/atau
Pemilih yang terjadi secara terstruktur, sistematis, dan masif.
28. Tindak Pidana Pemilu adalah tindak pidana pelanggaran dan/atau
kejahatan terhadap ketentuan tindak pidana Pemilu sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Pemilu.
29. Investigasi Penanganan Pelanggaran Pemilu selanjutnya disebut
Investigasi adalah serangkaian tindakan Pengawas Pemilu untuk mencari,
menemukan, dan mengumpulkan bukti dan fakta guna membuat terang
dugaan pelanggaran Pemilu.
30. Sistem Informasi Penanganan Pelanggaran Pemilu dan Pelaporan yang
selanjutnya disebut SigapLapor adalah sarana teknologi informasi
pelaporan dan penanganan pelanggaran Pemilu.
31. Hari adalah hari kerja.
BAB II
PENANGANAN TEMUAN DAN LAPORAN
PELANGGARAN PEMILIHAN UMUM

A. UMUM

1. Ketentuan mengenai Formulir Model B.1, Formulir Model B.2, Formulir


Model B.3, Formulir Model B.3.1, Formulir Model B.4, Formulir Model
B.5, Formulir Model B.6, Formulir Model B.7, Formulir Model B.8,
Formulir Model B.9, Formulir Model B.10, Formulir Model B.11, Formulir
Model B.12, Formulir Model B.13, Formulir Model B.14, Formulir Model
B.15, Formulir Model B.16, Formulir Model B.17, Formulir Model B.18,
Formulir Model B.19, Formulir Model B.20, dan Formulir Model B.21
dalam pentunjuk teknis ini berpedoman pada lampiran Peraturan
Bawaslu Nomor 7 Tahun 2022 tentang Penanganan Temuan dan
Laporan Pelanggaran Pemilihan Umum.
2. Ketentuan penulisan formulir-formulir sebagaimana dimaksud angka 1
menggunakan jenis huruf Arial ukuran 12 pt.
3. Ketentuan mengenai penghitungan waktu adalah sebagai berikut:
a. Penghitungan waktu terhadap pasal yang menggunakan kata
“sejak” dalam penormaannya.
Contoh:
Laporan disampaikan paling lama 7 (tujuh) hari sejak diketahui
terjadinya dugaan pelanggaran (Pasal 8 ayat 3 Perbawaslu 7/2022).
Apabila A mengetahui kejadian Hari Senin 31 Oktober 2022, pada
jam kerja atau tidak, maka hari itu dihitung sebagai hari pertama.
Sehingga batas waktu laporan bisa disampaikan adalah hari Selasa
8 November 2022.
b. Penghitungan waktu terhadap pasal yang menggunakan kata
“setelah” dalam penormaannya.
Contoh:
Bawaslu menyusun kajian awal paling lama 2 (dua) hari setelah
laporan disampaikan (Pasal 15 ayat 1 Perbawaslu 7/2022). Apabila
A menyampaikan laporan pada hari Senin 31 Oktober 2022, maka
hari pertama adalah hari Selasa 1 November 2022, sehingga batas
waktu menyusun kajian awal adalah hari Rabu 2 November 2022.
c. Penghitungan waktu terhadap pasal yang menggunakan kata
“sebelum” dalam penormaannya.
Contoh:
Surat undangan disampaikan 1 (satu) hari sebelum Klarifikasi (Pasal
29 ayat 2 Perbawaslu 7/2022). Apabila Klarifikasi akan dilakukan
pada hari Rabu 2 November 2022, maka surat undangan harus
sudah disampaikan kepada para pihak pada hari Selasa 1
November 2022.
4. Pemberian nomor terhadap:
a. Penyampaian Laporan;
b. Register Temuan;
c. Register Laporan;
d. Penerusan;
e. Rekomendasi; dan
f. Koreksi,
masing-masing dilakukan secara urut dengan dimulai dengan nomor 001
dan seterusnya yang dibedakan berdasarkan kode (temuan atau
laporan) dan jenis pemilunya, serta mengulang dari nomor urut pertama
jika berganti tahun.
Contoh:
- Nomor penyampaian laporan terkait dengan dugaan pelanggaran
Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD (Contoh:
001/LP/PL/RI/00.00/I/2023) dibedakan dengan Pemilu Presiden dan
Wakil Presiden (Contoh: 001/LP/PP/RI/00.00/I/2023). Apabila
terdapat peristiwa yang tidak dapat dibedakan berdasarkan jenis
pemilunya, maka penomoran menggunakan kode jenis Pemilu
Anggota DPR, DPD, dan DPRD yaitu “PL”.
- Nomor register temuan terkait dengan dugaan pelanggaran Pemilu
Anggota DPR, DPD, dan DPRD (Contoh:
001/Reg/TM/PL/RI/00.00/I/2023) dibedakan dengan Pemilu
Presiden dan Wakil Presiden (Contoh:
001/Reg/TM/PP/RI/00.00/I/2023). Apabila terdapat peristiwa yang
tidak dapat dibedakan berdasarkan jenis pemilunya, maka
penomoran menggunakan kode jenis Pemilu Anggota DPR, DPD,
dan DPRD yaitu “PL”.
- Nomor penerusan Tindak Pidana Pemilu yang bersumber dari
laporan terkait Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD (Contoh:
001/Terus-TPP/LP/PL/RI/00.00/I/2023) dibedakan dengan
penerusan tindak pidana pemilu yang bersumber dari laporan terkait
Pemilu Presiden dan Wakil Presiden (Contoh: 001/Terus-
TPP/LP/PP/RI/00.00/I/2023).

B. PENETAPAN TEMUAN

1. Pengawas Pemilu membuat laporan hasil pengawasan (Formulir Model


A) dan diberi tanggal pada hari yang sama dengan kegiatan
pengawasan.
2. Pengawas Pemilu membuat laporan hasil investigasi setelah selesai
melakukan kegiatan Investigasi.
3. Pengawas Pemilu melakukan rapat pleno untuk menetapkan temuan
terhadap laporan hasil pengawasan atau laporan hasil investigasi atas
sebuah peristiwa yang mengandung dugaan pelanggaran pemilu.
4. Rapat Pleno sebagaimana dimaksud angka 3 dilakukan paling lama 7
(tujuh) hari sejak laporan hasil pengawasan atau laporan hasil
investigasi dibuat.
5. Pelaksanaan Rapat Pleno berpedoman pada Peraturan Bawaslu yang
mengatur tentang Rapat Pleno.
6. Laporan hasil pengawasan dan laporan hasil investigasi dapat
ditetapkan menjadi temuan apabila memenuhi ketentuan sebagai
berikut:
a. memuat identitas Penemu dugaan pelanggaran Pemilu.
b. memuat identitas Pelaku dugaan pelanggaran Pemilu.
c. memuat uraian kejadian yang diduga sebagai pelanggaran Pemilu
secara jelas (uraian dibuat secara kronologis yang isinya dapat
menjelaskan apa, siapa, di mana, kapan, kenapa, dan bagaimana
peristiwa bisa terjadi).
d. ditetapkan dengan tidak melebihi batas waktu 7 hari sejak laporan
hasil pengawasan atau laporan hasil investigasi dibuat.
e. terdapat bukti berupa dokumen yang dapat membuktikan terjadinya
peristiwa dan keterangan saksi minimal 2 (dua) orang yang memiliki
keterkaitan dengan peristiwa yang diduga pelanggaran Pemilu.
7. Dalam hal laporan hasil pengawasan mengandung dugaan
pelanggaran administratif Pemilu, maka selain memenuhi ketentuan
sebagaimana dimaksud pada angka 6, juga harus disertai dengan bukti
adanya saran perbaikan yang pernah disampaikan oleh Pengawas
Pemilu.
8. Dalam hal saran perbaikan sebagaimana dimaksud pada angka 7
disampaikan secara tertulis, maka dibuktikan dengan surat saran
perbaikan yang telah disampaikan.
9. Dalam hal saran perbaikan sebagaimana dimaksud pada angka 7
disampaikan secara lisan, maka saran perbaikan harus tertuang dalam
laporan hasil pengawasan (Formulir Model A).
10. Penemu sebagaimana dimaksud angka 6 huruf a merupakan anggota,
pejabat dan/atau pegawai Pengawas Pemilu yang melakukan
pengawasan/investigasi dan mengetahui secara langsung terjadinya
dugaan pelanggaran pemilu, serta namanya tercantum dalam laporan
hasil pengawasan atau laporan hasil investigasi.
11. Dalam hal laporan hasil pengawasan atau laporan hasil investigasi yang
akan ditetapkan menjadi temuan oleh Bawaslu Provinsi atau Bawaslu
Kabupaten/Kota terkait dengan dugaan pelanggaran administratif
Pemilu yang penyelesaiannya dilakukan oleh Pengawas Pemilu satu
tingkat di atasnya, maka Bawaslu Provinsi atau Bawaslu
Kabupaten/Kota wajib melakukan koordinasi terlebih dahulu dengan
Pengawas Pemilu satu tingkat di atasnya.
12. Koordinasi sebagaimana dimaksud pada angka 11 dapat dilakukan
secara tertulis atau melalui media telekomunikasi.
13. Pengawas Pemilu menuangkan temuan ke dalam Formulir Model B.2.
14. Penuangan temuan ke dalam Formulir Model B.2 sebagaimana
dimaksud pada angka 13 memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. apabila temuan merupakan dugaan pelanggaran administratif
pemilu yang penyelesaiannya dilakukan oleh Pengawas Pemilu satu
tingkat di atasnya, maka:
1) Bawaslu Provinsi atau Bawaslu Kabupaten/Kota menuangkan
temuan ke dalam Formulir Model B.2 tanpa memberikan nomor
register temuan;
2) Bawaslu Provinsi atau Bawaslu Kabupaten/Kota menyampaikan
laporan hasil pengawasan, berita acara pleno, dan Formulir
Model B.2 sebagimana dimaksud angka 1) kepada Pengawas
Pemilu satu tingkat di atasnya paling lama 2 hari setelah
menetapkan temuan dalam rapat pleno;
3) Bawaslu atau Bawaslu Provinsi memberikan nomor register
temuan pada Formulir Model B.2;
b. kolom identitas penemu diisi dengan identitas anggota, pejabat,
dan/atau pegawai Pengawas Pemilu yang melakukan
pengawasan/investigasi dan mengetahui secara langsung terjadinya
dugaan pelanggaran pemilu, serta namanya tercantum dalam
laporan hasil pengawasan atau laporan hasil investigasi;
c. kolom Identitas Terlapor diisi dengan memperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
1) Apabila Terlapor merupakan lembaga penyelenggara pemilu,
maka pengisian Identitas Terlapor diisi dengan semua nama
anggota penyelenggara pemilu atau nama lembaganya, serta
kolom alamat diisi dengan alamat Kantor penyelenggara Pemilu.
Contoh:
Nama : Beni Kurniawan (Anggota KPU Kota Solo)
Alamat : Jl MH Thamrin No.25, Solo
No. Telp/HP : 0271 888444 / 08132116888
atau
Nama : KPU Kota Solo
Alamat : Jl MH Thamrin No.25, Solo
No. Telp/HP : 0271 888444
2) Apabila jumlah Terlapor lebih dari satu orang, maka
pengisiannnya kolom identitas Terlapor diberikan nomor dan
disebutkan satu persatu nama, alamat, dan nomor teleponnya.
Contoh:
1. Nama : Herman Satriyo
Alamat : Jl Lempuyangan, Kota Yogyakarta
No. Telp/HP : 08132116123
2. Nama : Budi Pekerti
Alamat : Jl Adi Suctipto, Kota Surakarta
No. Telp/HP : 08132116444
d. kolom peristiwa yang dilaporkan diisi dengan cara sebagai berikut:
1) Kolom peristiwa diisi dengan satu kalimat pendek yang
merupakan pokok dari temuan. Contoh: Kegiatan pembagian
uang kepada masyarakat dalam kegiatan kampanye.
2) Kolom tempat kejadian diisi dengan nama tempat dan nama
kabupaten/kota. Contoh: Pasar Beringharjo, Kota Yogyakarta.
3) Kolom hari dan tanggal kejadian diisi waktu terjadinya peristiwa.
Contoh: Senin, 6 Februari 2023.
4) Kolom hari dan tanggal diketahui diisi dengan waktu penemu
mengetahui atau menemukan adanya dugaan pelanggaran
pemilu.
e. kolom saksi-saksi diisi dengan nama, alamat, dan nomor telepon
saksi, dengan minimal terdapat 2 (dua) orang.
f. kolom bukti-bukti diisi dengan nama bukti secara jelas serta
jumlahnya.
Contoh:
- Dua amplop putih berisi uang sebanyak Rp. 100.000,- terdiri dari
pecahan 2 lembar uang Rp.50.000,-
- Satu eksemplar Surat Tim Kampanye Nomor: 001/MP/XI/2023
tanggal 25 November 2023
- Satu buah Flashdisk berisi dua video rekaman dengan format
mp4, masing-masing berduari 10 menit 2 detik dan 2 menit 30
detik.
g. kolom uraian kejadian diisi dengan uraian peristiwa yang telah
ditemukan oleh penemu dan ditulis secara kronologis yang
melingkupi apa, siapa, di mana, kapan, kenapa, dan bagaimana
peristiwa itu terjadi, sehingga uraian yang ditulis mudah dibaca dan
dipahami oleh orang lain.
h. kolom tandatangan ditandatangani oleh penemu.

C. PENERIMAAN LAPORAN

1. Pengawas Pemilu menyediakan ruang penerimaan laporan di kantor


masing-masing, serta menunjuk Petugas Penerima Laporan.
2. Ruang penerimaan laporan sebagaimana dimaksud angka 1 sedapat
mungkin memiliki sarana dan prasarana sebagai berikut:
a. meja dan kursi penerimaan laporan;
b. alat tulis kantor;
c. perangkat komputer;
d. mesin pencetak;
e. mesin pendingin ruangan;
f. buku penyampaian laporan;
g. buku register laporan;
h. buku Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017, Peraturan Bawaslu
Nomor 7 Tahun 2022, dan Peraturan Bawaslu Nomor 8 Tahun 2022
serta lampirannya dalam bentuk cetak dan/atau dokumen elektronik;
dan
i. buku petunjuk teknis penanganan pelanggaran pemilu dalam bentuk
cetak dan/atau dokumen elektronik.
3. Petugas Penerima Laporan menerima kedatangan Pelapor di ruang
penerimaan laporan pada jam kerja sebagai berikut:
a. mulai pukul 08.00 sampai dengan pukul 16.00 waktu setempat untuk
hari Senin sampai dengan Kamis; dan
b. mulai pukul 08.00 sampai dengan pukul 16.30 waktu setempat untuk
hari Jumat.
kecuali untuk laporan yang disampaikan pada tahapan masa tenang
serta hari pemungutan dan penghitungan suara yang dapat
dilaksanakan dalam waktu 1x24 (satu kali dua puluh empat) jam.
4. Petugas Penerima Laporan mengajukan pertanyaan kepada Pelapor
untuk memastikan:
a. peristiwa yang akan dilaporkan dapat diketahui secara rinci dan
jelas.
b. peristiwa yang akan dilaporkan bukan merupakan sengketa proses
pemilu.
5. Apabila peristiwa yang akan dilaporkan oleh Pelapor merupakan
Sengketa Proses Pemilu dikarenakan persoalan yang disampaikan
terjadi akibat diterbitkannya dokumen Berita Acara atau Keputusan
KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota, maka Petugas
Penerima Laporan menyampaikan kepada Pelapor untuk
menggunakan mekanisme pengajuan permohonan sengketa proses
Pemilu.
6. Setelah peristiwa yang akan dilaporkan oleh Pelapor telah diketahui
secara rinci dan jelas, serta bukan merupakan sengketa proses Pemilu,
Petugas Penerima Laporan menuangkan laporan ke Formulir Laporan
(Formulir Model B.1).
7. Penuangan laporan ke dalam Formulir Model B.1 sebagaimana
dimaksud angka 6 memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. nomor formulir dikosongkan dan akan diisi dengan nomor register
laporan apabila laporan telah dinyatakan memenuhi syarat formal
dan materiel;
Keterangan: ketentuan ini mengoreksi keterangan yang
menyebutkan “diberi nomor penyampaian laporan” yang terdapat
dalam Lampiran Formulir Model B.1 Perbawaslu 7/2022.
b. kolom Identitas Pelapor diisi dengan memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
1) nama, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, serta alamat Pelapor
ditulis secara benar dengan merujuk pada KTP Elektronik atau
surat keterangan kependudukan lain.
2) apabila jumlah Pelapor lebih dari satu orang, maka pengisian
kolom identitas Pelapor diberikan nomor dan disebutkan satu
persatu identitasnya.
Contoh:
1. Nama : Herman Satriyo
TTL : Sleman, 1 Februari 1990
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Pekerjaan : Wiraswasta
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Jl Lempuyangan, Kota Yogyakarta
No. Telp/HP : 08132116123
E-mail : herman_satriyo@gmail.com
2. Nama : Widiastuti
TTL : Jakarta, 20 Oktober 1987
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Guru
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Jl Gatot Subroto, Jakarta Utara
No. Telp/HP : 08882116727
E-mail :-
3) apabila Pelapor merupakan perwakilan dari Pemantau Pemilu,
maka pada bagian bawah setelah kolom identitas Pelapor
diberikan keterangan: “dalam hal ini berdasarkan surat tugas
nomor: … tanggal … mewakili …(nama Pemantau Pemilu)...
yang terakreditasi di Bawaslu dengan Sertifikat Nomor: ...”
Contoh:
Nama : Widiastuti
TTL : Jakarta, 20 Oktober 1987
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Guru
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Jl Gatot Subroto, Jakarta Utara
No. Telp/HP : 08882116727
E-mail :-
dalam hal ini berdasarkan surat tugas nomor: 02/FPM/II/2023
tanggal 6 Februari 2023 mewakili Forum Pemerhati Pemilu yang
terakreditasi sebagai Pemantau Pemilu di Bawaslu dengan
Sertifikat Nomor: 12/Bawaslu/VII/2022”
4) apabila yang menyampaikan laporan adalah kuasa hukum dari
Pelapor, maka Identitas Pelapor tetap diisi dengan nama, tempat
dan tanggal lahir, pekerjaan, serta alamat Pelapor prinsipal dan
pada bagian bawah setelah kolom identitas Pelapor diberikan
keterangan: “dalam hal ini ... berdasarkan surat kuasa tanggal …
diwakili oleh …(nama dan alamat penerima kuasa)”
Contoh:
Nama : Herman Satriyo
TTL : Sleman, 1 Februari 1990
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Pekerjaan : Wiraswasta
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Jl Lempuyangan, Kota Yogyakarta
No. Telp/HP : 08132116123
E-mail : herman_satriyo@gmail.com
dalam hal ini berdasarkan surat kuasa tanggal 30 Januari 2023,
diwakili oleh Albert Hasibuan, yang berlamat di Kantor Hukum
Albert Hasiuan and Partner, jalan Panglima Polem No.15, Jakarta
Pusat.
c. kolom Identitas Terlapor diisi dengan memperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
1) apabila Terlapor merupakan lembaga penyelenggara pemilu,
maka pengisian Identitas Terlapor diisi dengan semua nama
anggota penyelenggara pemilu atau nama lembaganya, serta
kolom alamat diisi dengan alamat Kantor penyelenggara Pemilu.
Contoh:
Nama : Beni Kurniawan (Anggota KPU Kota Solo)
Alamat : Jl MH Thamrin No.25, Solo
No. Telp/HP : 0271 888444 / 08132116888
atau
Nama : KPU Kota Solo
Alamat : Jl MH Thamrin No.25, Solo
No. Telp/HP : 0271 888444
2) apabila jumlah Terlapor lebih dari satu orang, maka
pengisiannnya kolom identitas Terlapor diberikan nomor dan
disebutkan satu persatu nama, alamat, dan nomor teleponnya.
Contoh:
1. Nama : Herman Satriyo
Alamat : Jl Lempuyangan, Kota Yogyakarta
No. Telp/HP : 08132116123
2. Nama : Budi Pekerti
Alamat : Jl Adi Suctipto, Kota Surakarta
No. Telp/HP : 08132116444
d. kolom peristiwa yang dilaporkan diisi dengan cara sebagai berikut:
1) kolom peristiwa diisi dengan satu kalimat pendek yang
merupakan pokok dari laporan. Contoh: Kegiatan pembagian
uang kepada masyarakat dalam kegiatan kampanye.
2) kolom tempat kejadian diisi dengan nama tempat dan nama
kabupaten/kota. Contoh: Pasar Beringharjo, Kota Yogyakarta.
3) kolom hari dan tanggal kejadian diisi waktu terjadinya peristiwa.
Contoh: Senin, 6 Februari 2023.
4) kolom hari dan tanggal diketahui diisi dengan waktu pelapor
mengetahui peristiwa yang dilaporkan.
e. kolom saksi-saksi diisi apabila pelapor sudah memiliki saksi, apabila
belum ada, maka kolom dapat dikosongkan.
f. kolom bukti-bukti diisi dengan nama bukti secara jelas serta
jumlahnya.
Contoh:
- Dua amplop putih berisi uang sebanyak Rp. 100.000,- terdiri dari
pecahan 2 lembar uang Rp.50.000,-
- Satu eksemplar Surat Tim Kampanye Nomor: 001/MP/XI/2023
tanggal 25 November 2023
- Satu buah Flashdisk berisi dua video rekaman dengan format
mp4, masing-masing berduari 10 menit 2 detik dan 2 menit 30
detik.
g. kolom uraian kejadian diisi dengan uraian peristiwa yang telah
didengar oleh Petugas Penerima Laporan dari Pelapor dan ditulis
secara kronologis yang melingkupi apa, di mana, kapan, kenapa,
dan bagaimana peristiwa itu terjadi, sehingga uraian yang ditulis
mudah dibaca dan dipahami oleh orang lain.
8. Petugas Penerima Laporan meminta kepada Pelapor untuk
menyerahkan dokumen sebagai berikut:
a. fotokopi kartu tanda penduduk elektronik (KTP Elektronik) atau surat
keterangan kependudukan lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan milik Pelapor; dan
b. bukti.
9. Petugas Penerima Laporan memastikan dokumen sebagaimana
dimaksud angka 8 diterima dengan ketentuan sebagai berikut:
No Jenis Dokumen Jumlah
1. fotokopi KTP Elektronik atau Surat 3 (tiga) rangkap
Keterangan
2. bukti dalam bentuk surat 3 (tiga) rangkap
3. bukti dalam bentuk dokumen disimpan dalam media
elektronik penyimpanan
4. surat kuasa (dalam hal Pelapor 3 (tiga) rangkap terdiri dari 1
memberikan kuasa kepada pihak (satu) rangkap asli dan 2
lain). Kuasa dapat berasal dari (dua) rangkap fotokopi
profesi advokat atau bukan
advokat.
5. fotokopi bukti akreditasi Pemantau 3 (tiga) rangkap
Pemilu (dalam hal Pelapor
merupakan Pemantau Pemilu)
6. Surat Tugas dari lembaga 3 (tiga) rangkap terdiri dari 1
Pemantau Pemilu (dalam hal (satu) rangkap asli dan 2
Pelapor merupakan pengurus atau (dua) rangkap fotokopi
anggota dari lembaga Pemantau
Pemilu)
7. fotokopi SK KPU tentang 3 (tiga) rangkap
Penetapan Peserta Pemilu (dalam
hal Pelapor mengatasnamakan
Peserta Pemilu)
8. fotokopi SK Pengurus Partai Politik 3 (tiga) rangkap
(dalam hal Pelapor
mengatasnamakan Partai Politik
Peserta Pemilu)
10. Petugas Penerima Laporan mencetak Formulir Model B.1.
11. Petugas Penerima Laporan membuat dan mencetak Tanda Bukti
Penyampaian Laporan (Formulir Model B.3) sebanyak 2 (dua) rangkap.
12. Petugas Penerima Laporan dan Pelapor membubuhkan tanda tangan
pada Formulir Model B.1 dan Formulir Model B.3.
13. Petugas Penerima Laporan membubuhi cap stempel pada Formulir
Model B.1 dan Formulir Model B.3.
14. Petugas Penerima Laporan menyerahkan 1 (satu) rangkap Formulir
Model B.3 kepada Pelapor pada hari yang sama setelah ditandatangani
dan dibubuhi cap stempel.
15. Petugas Penerima Laporan mencatatkan penyampaian laporan ke
dalam buku penyampaian laporan sesuai dengan sublampiran I.
16. Petugas Penerima Laporan memberi informasi kepada Pelapor bahwa
selanjutnya laporan yang disampaikan akan dilakukan kajian awal
paling lama 2 (dua) hari setelah laporan disampaikan.
E. PENYUSUNAN KAJIAN AWAL

1. Pengawas Pemilu menyusun Kajian Awal terhadap Laporan dengan


menggunakan Formulir Model B.7.
2. Penyusunan kajian awal memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. nomor kajian awal sama dengan nomor penyampaian laporan;
b. kolom nama, alamat, dan pekerjaan diisi sama dengan keterangan
identitas Pelapor pada formulir laporan;
c. kolom uraian peristiwa dugaan pelanggaran yang dilaporkan diisi
dengan uraian kejadian yang tercantum dalam formulir laporan;
d. kolom syarat formal menganalisis kedudukan hukum pelapor,
identitas terlapor, dan batas waktu penyampaian laporan;
e. kolom syarat materiel menganalisis waktu dan tempat dugaan
pelanggaran pemilu, ada atau tidaknya dugaan pelanggaran pemilu
berdasarkan uraian kejadian serta jenis dugaan pelanggaran pemilu,
serta bukti-bukti yang disampaikan oleh Pelapor. Apabila
berdasarkan analisis tidak ditemukan adanya dugaan pelanggaran
pemilu, maka laporan dinyatakan tidak memenuhi syarat materiel.
f. apabila laporan akan dilimpahkan, diminta diambilalih, dicabut, atau
dihentikan karena telah diselesaikan oleh pengawas pemilu, maka
dibuatkan kolom baru setelah kolom syarat materiel.
g. kolom kesimpulan berisi:
1) laporan memenuhi syarat formal dan materiel;
2) laporan tidak memenuhi syarat formal dan/atau materiel; atau
3) laporan dicabut oleh Pelapor atau telah diselesaikan pada
Pengawas Pemilu di tingkatan tertentu.
h. kolom rekomendasi berisi:
1) laporan diregistrasi dan ditindaklanjuti dengan penanganan
pelanggaran;
2) laporan diregistrasi dan ditindaklanjuti dengan ketentuan
Peraturan Bawaslu yang mengatur Penyelesaian Pelanggaran
Administratif Pemilu;
3) laporan dilimpahkan kepada Bawaslu Provinsi/Bawaslu
Kabupaten/Kota/Panwaslu Kecamatan/Panwaslu LN;
4) mengajukan permintaan pengambilalihan laporan kepada
Bawaslu/Bawaslu Provinsi/Bawaslu Kabupaten/Kota;
5) laporan tidak diregistrasi karena laporan dicabut oleh Pelapor
atau telah diselesaikan pada Pengawas Pemilu di tingkatan
tertentu;
6) laporan tidak diregistrasi karena penyampaian Laporan melewati
batas waktu yang ditentukan; atau
7) memberi kesempatan kepada Pelapor untuk melengkapi syarat
formal dan/atau materiel diterima yaitu berupa: ...(disebutkan
secara spesifik hal-hal yang perlu dilengkapi oleh Pelapor)...
paling lambat 2 (dua) hari setelah disampaikannya
pemberitahuan untuk melengkapi.
3. Kajian Awal sebagaimana dimaksud angka 1 diputuskan oleh
Pengawas Pemilu melalui rapat pleno.
4. Hasil rapat pleno terhadap Kajian Awal sebaimana dimaksud angka 3
dapat berupa kesimpulan:
a. laporan memenuhi syarat formal dan materiel;
b. laporan tidak memenuhi syarat formal dan/atau materiel; atau
c. laporan dicabut oleh Pelapor atau telah diselesaikan pada
Pengawas Pemilu di tingkatan tertentu.
5. Apabila rapat pleno menyimpulkan laporan memenuhi syarat formal dan
materiel sebagaimana dimaksud angka 4 huruf a dan merupakan
dugaan pelanggaran administratif pemilu, Pengawas Pemilu
menindaklanjuti laporan dengan tindakan sebagai berikut:
a. apabila laporan diterima oleh Panwaslu Kecamatan atau Panwaslu
LN maka laporan diregister dan ditindaklanjuti dengan berpedoman
pada ketentuan Peraturan Bawaslu yang mengatur Penanganan
Temuan dan Laporan Pelanggaran Pemilihan Umum;
b. apabila laporan diterima oleh Bawaslu, Bawaslu Provinsi, atau
Bawaslu Kabupaten/Kota maka laporan diregister dan ditindaklanjuti
dengan berpedoman pada ketentuan Peraturan Bawaslu yang
mengatur Penyelesaian Pelanggaran Administratif Pemilihan
Umum.
6. Apabila rapat pleno menyimpulkan laporan memenuhi syarat formal dan
materiel sebagaimana dimaksud angka 4 huruf a dan merupakan
dugaan pelanggaran administratif pemilu TSM, Pengawas Pemilu
menindaklanjuti laporan dengan tindakan sebagai berikut:
a. apabila laporan diterima oleh Bawaslu maka laporan diregister dan
ditindaklanjuti dengan berpedoman pada ketentuan Peraturan
Bawaslu yang mengatur Penyelesaian Pelanggaran Administratif
Pemilihan Umum.
b. apabila laporan diterima oleh Bawaslu Provinsi atau Bawaslu
Kabupaten/Kota, maka Bawaslu Provinsi atau Bawaslu
Kabupaten/Kota mengajukan permintaan pengambilalihan laporan
kepada Bawaslu untuk diregister dan ditindaklanjuti dengan
berpedoman pada ketentuan Peraturan Bawaslu yang mengatur
Penyelesaian Pelanggaran Administratif Pemilihan Umum.
7. Apabila rapat pleno menyimpulkan laporan memenuhi syarat formal dan
materiel sebagaimana dimaksud angka 4 huruf a dan merupakan
dugaan pelanggaran kode etik penyelenggara pemilu, Pengawas
Pemilu menindaklanjuti laporan dengan tindakan sebagai berikut:
a. apabila dugaan pelanggaran kode etik penyelenggara pemilu
dilakukan oleh Anggota KPU, KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota,
Bawaslu, Bawaslu Provinsi, atau Bawaslu Kabupaten/Kota, maka
laporan diregister dan ditindaklanjuti oleh Bawaslu, Bawaslu
Provinsi, atau Bawaslu Kabupaten/Kota dengan berpedoman pada
ketentuan Peraturan Bawaslu yang mengatur Penanganan Temuan
dan Laporan Pelanggaran Pemilihan Umum;
b. apabila dugaan pelanggaran kode etik penyelenggara pemilu
dilakukan oleh Anggota PPK, PPS, dan KPPS, maka laporan
diregister dan ditindaklanjuti oleh Pengawas Pemilu dengan
berpedoman pada ketentuan Peraturan Bawaslu yang mengatur
Penanganan Temuan dan Laporan Pelanggaran Pemilihan Umum;
c. apabila dugaan pelanggaran kode etik penyelenggara pemilu
dilakukan oleh Anggota Panwaslu Kecamatan, Panwaslu
Kelurahan/Desa, atau Pengawas TPS maka laporan diregister dan
ditindaklanjuti oleh Bawaslu Kabupaten/Kota dengan berpedoman
pada ketentuan Peraturan Bawaslu yang mengatur Penanganan
Temuan dan Laporan Pelanggaran Pemilihan Umum.
d. apabila dugaan pelanggaran kode etik penyelenggara pemilu
dilakukan oleh Anggota PPLN atau KPPSLN maka laporan diregister
dan ditindaklanjuti oleh Bawaslu atau Panwaslu LN dengan
berpedoman pada ketentuan Peraturan Bawaslu yang mengatur
Penanganan Temuan dan Laporan Pelanggaran Pemilihan Umum.
8. Apabila rapat pleno menyimpulkan laporan memenuhi syarat formal dan
materiel sebagaimana dimaksud angka 4 huruf a dan merupakan
dugaan tindak pidana pemilu, Pengawas Pemilu menindaklanjuti
laporan dengan tindakan sebagai berikut:
a. apabila laporan diterima oleh Panwaslu Kecamatan, maka Panwaslu
Kecamatan mengajukan permintaan pengambilalihan laporan
kepada Bawaslu Kabupaten/Kota untuk diregister dan ditindaklanjuti
dengan berpedoman pada ketentuan Peraturan Bawaslu yang
mengatur Penanganan Temuan dan Laporan Pelanggaran
Pemilihan Umum dan Peraturan Bawaslu yang mengatur Sentra
Penegakan Hukum Terpadu.
b. apabila laporan diterima oleh Panwaslu LN, maka Panwaslu LN
mengajukan permintaan pengambilalihan laporan kepada Bawaslu
untuk diregister dan ditindaklanjuti dengan berpedoman pada
ketentuan Peraturan Bawaslu yang mengatur Penanganan Temuan
dan Laporan Pelanggaran Pemilihan Umum dan Peraturan Bawaslu
yang mengatur Sentra Penegakan Hukum Terpadu.
c. apabila laporan diterima oleh Bawaslu, Bawaslu Provinsi, atau
Bawaslu Kabupaten/Kota maka laporan diregister dan ditindaklanjuti
dengan berpedoman pada ketentuan Peraturan Bawaslu yang
mengatur Penanganan Temuan dan Laporan Pelanggaran
Pemilihan Umum dan Peraturan Bawaslu yang mengatur Sentra
Penegakan Hukum Terpadu.
9. Apabila rapat pleno menyimpulkan laporan tidak memenuhi syarat
formal dan/materiel sebagaimana dimaksud angka 4 huruf b, Pengawas
Pemilu menindaklanjuti laporan dengan tindakan sebagai berikut:
a. tidak meregistrasi laporan dengan alasan penyampaian laporan
tidak memenuhi syarat formal karena melewati batas waktu yang
ditentukan;
b. tidak meregistrasi laporan dengan alasan laporan tidak memenuhi
syarat materiel karena tidak terdapat dugaan pelanggaran Pemilu,
materi laporannya tidak dapat dilengkapi/diperbaiki oleh Pelapor,
dan Pengawas Pemilu tidak berwenang memeriksa materi yang
dilaporkan.
c. memberi kesempatan kepada Pelapor untuk melengkapi syarat
formal dan/atau materiel;
d. apabila laporan mengandung dugaan pelanggaran peraturan
perundang-undangan lain, maka laporan diteruskan kepada instansi
yang berwenang.
10. Apabila rapat pleno menyimpulkan laporan telah dicabut atau telah
diselesaikan oleh Pengawas Pemilu di tingkatan tertentu sebagaimana
dimaksud pada angka 4 huruf c Pengawas Pemilu menghentikan
laporan dengan tidak meregistrasi laporan dan menerbitkan
Pemberitahuan Status Laporan (Formulir Model B.18) paling lama 1
(satu) hari setelah kajian awal selesai.
11. Penghentian laporan dengan alasan telah diselesaikan oleh Pengawas
Pemilu sebagaimana dimaksud pada angka 10 mempertimbangkan hal-
hal sebagai berikut:
a. pelapornya orang yang sama atau berbeda tetapi pokok laporan
yang disampaikan pada dasarnya sama dengan laporan yang telah
diselesaikan oleh Pengawas Pemilu;
b. tidak ada bukti baru yang kedudukannya dapat mengubah keadaan
hukum terhadap pokok laporan yang telah diselesaikan oleh
Pengawas Pemilu;
c. terlapornya sama dengan laporan yang telah diselesaikan oleh
Pengawas Pemilu; dan
d. laporan yang telah diselesaikan oleh Pengawas Pemilu dibuktikan
dengan adanya Status Laporan atau Putusan.
12. Kajian awal yang sudah diputuskan dalam rapat pleno ditandatangani
oleh Ketua Bawaslu, Ketua Bawaslu Provinsi, Ketua Bawaslu
Kabupaten/Kota, Ketua Panwaslu Kecamatan, atau Ketua Panwaslu LN
dan dibubuhi cap stempel.

F. PERBAIKAN LAPORAN

1. Apabila berdasarkan kajian awal Pengawas Pemilu memberi


kesempatan kepada Pelapor untuk melengkapi syarat formal
dan/material, Pengawas Pemilu memberitahukan kepada Pelapor paling
lama 1 (hari) setelah kajian awal selesai untuk melengkapi laporan.
2. Pemberitahuan sebagaimana dimaksud angka 1 disampaikan dengan
menggunakan Surat Pemberitahuan Kelengkapan laporan sesuai
dengan sublampiran II.
3. Pemberitahuan sebagaimana dimaksud angka 1 disampaikan secara
langsung, melalui SigapLapor, atau media telekomunikasi kepada
Pelapor.
4. Pelapor dapat melengkapi syarat formal dan/atau syarat materiel
Laporan paling lama 2 (dua) hari setelah menerima pemberitahuan
sebagaimana dimaksud angka 2.
5. Apabila sampai dengan batas waktu sebagaimana dimaksud angka 4
Pelapor tidak melengkapi laporan, Pengawas Pemilu tidak meregistrasi
laporan dan menerbitkan Pemberitahuan Status Laporan (Formulir
Model B.18) paling lama 1 (satu) hari setelah batas waktu perbaikan
selesai.
6. Apabila dalam rentang waktu 2 (dua) hari sebagaimana dimaksud angka
3 Pelapor memperbaiki uraian kejadian laporan, Petugas Penerima
Laporan membuat dan mencetak Formulir Laporan Perbaikan sesuai
dengan sublampiran III.
Keterangan: Pelapor tidak bisa mengubah atau menambahkan jumlah
Terlapor.
7. Petugas Penerima Laporan dan Pelapor menandatangani Formulir
Laporan Perbaikan sebagaimana dimaksud angka 6.
8. Petugas Penerima Laporan membubuhi cap stempel pada Formulir
Laporan Perbaikan.
9. Apabila dalam rentang waktu 2 (dua) hari sebagaimana dimaksud angka
3 Pelapor menambah bukti, Petugas Penerima laporan membuat dan
mencetak Tanda Bukti Perbaikan Laporan (Formulir Model B.3.1)
10. Petugas Penerima Laporan dan Pelapor menandatangani Formulir
Model B.3.1.
11. Petugas Penerima Laporan membubuhi cap stempel pada Formulir
Model B.3.1.
12. Setelah Pelapor memperbaiki uraian kejadian sebagaImana dimaksud
pada angka 6 dan/atau menambah bukti sebagaimana dimaksud angka
9, Pengawas Pemilu pada hari yang sama melakukan rapat pleno untuk
menilai keterpenuhan syarat formal dan material.
13. Apabila rapat pleno sebagaimana dimaksud pada angka 12
menyimpulkan laporan memenuhi syarat formal dan materiel, Pengawas
Pemilu menindaklanjuti laporan dengan tindakan sebagai berikut:
a. meregistrasi dan menindaklanjuti laporan dengan berpedoman pada
Peraturan Bawaslu yang mengatur Penanganan Temuan dan
Laporan Pelanggaran Pemilihan Umum;
b. meregistrasi dan menindaklanjuti laporan dengan berpedoman pada
ketentuan Peraturan Bawaslu yang mengatur Penyelesaian
Pelanggaran Administratif Pemilihan Umum apabila laporan yang
diterima oleh Bawaslu, Bawaslu Provinsi, atau Bawaslu
Kabupaten/Kota mengandung dugaan pelanggaran administratif
Pemilu.
c. melimpahkan kepada Pengawas Pemilu di bawahnya sesuai dengan
lokasi peristiwa terjadinya dugaan pelanggaran pemilu; atau
d. mengajukan permintaan pengambilalihan laporan kepada
Pengawas Pemilu satu tingkat di atasnya dalam hal terdapat
keadaan tertentu.
14. Apabila rapat pleno sebagaimana dimaksud angka 12 menyimpulkan
laporan belum memenuhi syarat formal dan/atau materiel, Pengawas
Pemilu tidak meregistrasi laporan dan menerbitkan Pemberitahuan
Status Laporan (Formulir Model B.18) paling lama 1 (satu) hari setelah
dilakukan rapat pleno.

G. PELIMPAHAN DAN PENGAMBILALIHAN LAPORAN

G.1. PELIMPAHAN LAPORAN


1. Bawaslu dapat melimpahkan laporan yang telah memenuhi syarat
formal dan materiel kepada Bawaslu Provinsi, Bawaslu
Kabupaten/Kota melalui Bawaslu Provinsi, atau Panwaslu LN.
2. Bawaslu Provinsi dapat melimpahkan laporan yang telah
memenuhi syarat formal dan materiel kepada Bawaslu
Kabupaten/Kota.
3. Bawaslu Kabupaten/Kota dapat melimpahkan laporan yang telah
memenuhi syarat formal dan materiel kepada Panwaslu
Kecamatan.
4. Pelimpahan sebagaimana dimaksud pada angka 1, angka 2, dan
angka 3 diputuskan dalam rapat pleno yang dilakukan pada hari
yang sama saat pembahasan kajian awal atau Pelapor melakukan
perbaikan laporan.
5. Pengawas Pemilu melakukan koordinasi dengan Pengawas
Pemilu di tingkat bawahnya yang akan menerima pelimpahan
laporan sebelum pelimpahan laporan dilaksanakan.
6. Pelimpahan laporan disampaikan dengan menggunakan Formulir
Model B.5 disertai dengan dokumen:
a. Formulir Model B.1;
b. Formulir Model B.3;
c. Formulir Model B.3.1 (jika ada);
d. Formulir Model B.7; dan
e. bukti-bukti;
7. Pelimpahan laporan dapat disampaikan melalui surat elektronik
dengan melampirkan:
a. hasil pindai Formulir Model B.1;
b. hasil pindai Formulir Model B.3;
c. hasil pindai Formulir Model B.3.1 (jika ada);
d. hasil pindai Formulir Model B.7;
e. hasil pindai bukti berupa surat; dan
f. bukti berupa dokumen elektronik.
8. Pelimpahan laporan melalui surat elektronik sebagaimana
dimaksud pada angka 7 disampaikan paling lama 1 (satu) hari
setelah kajian awal selesai atau perbaikan laporan.
9. Apabila pelimpahan disampaikan melalui surat elektronik, maka
dokumen fisik laporan harus disampaikan oleh Pengawas Pemilu
kepada Pengawas Pemilu yang menerima pelimpahan paling lama
3 (tiga) hari setelah pelimpahan melalui surat elektronik dilakukan.
10. Pelimpahan laporan diberitahukan kepada Pelapor melalui
tembusan Formulir Model B.5.
11. Laporan yang dilimpahkan diregistrasi dan ditangani oleh
Pengawas Pemilu yang menerima pelimpahan Laporan pada hari
yang sama saat menerima pelimpahan.

G.2. PENGAMBILALIHAN LAPORAN


1. Dalam keadaan tertentu Bawaslu, Bawaslu Provinsi, atau Bawaslu
Kabupaten/Kota dapat mengambilalih Laporan dari Pengawas
Pemilu 1 (satu) tingkat di bawahnya.
2. Keadaan tertentu sebagaimana dimaksud pada angka 1 dapat
berupa:
a. tempat dan kejadian dugaan Pelanggaran Pemilu terjadi di
wilayah lintas daerah provinsi, lintas daerah kabupaten/kota,
lintas kecamatan, lintas kelurahan/desa, dan/atau nama
lainnya;
b. Ketua atau Anggota Bawaslu Provinsi, Ketua atau Anggota
Bawaslu Kabupaten/Kota, Ketua atau Anggota Panwaslu
Kecamatan, atau Ketua atau Anggota Panwaslu LN
dinonaktifkan, diberhentikan sementara, atau diberhentikan
tetap dari jabatannya;
c. Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota, Panwaslu
Kecamatan, atau Panwaslu LN tidak dapat menjalankan tugas,
wewenang, dan kewajiban;
d. keterbatasan sarana dan prasarana dalam menangani dugaan
pelanggaran bagi Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota,
Panwaslu Kecamatan, atau Panwaslu LN;
e. Ketua atau Anggota Bawaslu Provinsi, Ketua atau Anggota
Bawaslu Kabupaten/Kota, Ketua atau Anggota Panwaslu
Kecamatan, atau Ketua atau Anggota Panwaslu LN setempat
sebagai Terlapor dalam Laporan.
f. Peristiwa yang dilaporkan menjadi perhatian publik; dan/atau
g. Peristiwa yang dilaporkan berpotensi menimbulkan konflik
kepentingan bagi Pengawas Pemilu.
3. Pengambilalihan laporan dilakukan berdasarkan:
a. permintaan pengambilalihan dari Pengawas Pemilu 1 (satu)
tingkat di bawah; atau
b. inisiatif dari Pengawas Pemilu 1 (satu) tingkat di atas.
4. Pengambilalihan laporan berdasarkan permintaan dari Pengawas
Pemilu satu tingkat di bawah dilakukan dengan cara Pengawas
Pemilu menyampaikan surat permintaan pengambilalihan (Formulir
Model B.6) kepada Pengawas Pemilu satu tingkat di atasnya.
5. Pengawas Pemilu melakukan koordinasi kepada Pengawas Pemilu
satu tingkat di atasnya sebelum menyampaikan surat permintaan
pengambalialihan.
6. Apabila Pengawas Pemilu satu tingkat di atasnya tidak dapat
melakukan pengambilalihan laporan karena seluruh anggotanya
diberhentikan, maka pengambilalihan dapat dilakukan oleh
Pengawas Pemilu dua tingkat di atasnya.
7. Pengawas Pemilu yang menerima permintaan pengambilalihan
laporan melakukan rapat pleno untuk memutuskan
pengambilalihan paling lama 1 (satu) hari setelah menerima surat
permintaan pengambilalihan.
8. Keputusan rapat pleno sebagaimana dimaksud angka 7
disampaikan secara lisan oleh Pengawas Pemilu kepada
Pengawas Pemilu yang mengajukan permintaan pengambilalihan
pada hari yang sama.
9. Pengambilalihan laporan berdasarkan inisiatif dari Pengawas
Pemilu satu tingkat di atasnya dilakukan setelah Pengawas Pemilu
menerima informasi adanya laporan yang diterima oleh Pengawas
Pemilu di tingkat bawahnya, melakukan koordinasi, dan melakukan
rapat pleno untuk mengambilalih laporan.
10. Pengawas Pemilu menyampaikan dokumen laporan kepada
Pengawas Pemilu satu tingkat di atasnya 1 (satu) hari setelah
menerima keputusan rapat pleno sebagaimana dimaksud angka 7
dan angka 9.
11. Dokumen laporan sebagaimana dimaksud angka 10 meliputi:
a. Formulir Model B.1;
b. Formulir Model B.3;
c. Formulir Model B.3.1 (jika ada);
d. Formulir Model B.7; dan
e. bukti-bukti.
12. Penyampaian dokumen laporan sebagaimana dimaksud angka 11
dapat disampaikan melalui surat elektronik dengan melampirkan:
a. hasil pindai Formulir Model B.1;
b. hasil pindai Formulir Model B.3;
c. hasil pindai Formulir Model B.3.1 (jika ada);
d. hasil pindai Formulir Model B.7;
e. hasil pindai bukti berupa surat; dan
f. bukti berupa dokumen elektronik
13. Apabila penyampaian dokumen laporan dilakukan melalui surat
elektronik, maka dokumen fisik laporan harus disampaikan oleh
Pengawas Pemilu kepada Pengawas Pemilu yang mengambilalih
paling lama 3 (tiga) hari setelah penyampaian dokumen laporan
melalui surat elektronik.

H. INFORMASI AWAL

1. Informasi awal mengenai dugaan pelanggaran Pemilu terdiri dari:


a. informasi lisan yang disampaikan secara langsung atau melalui
saluran telepon resmi ke Sekretariat Jenderal Bawaslu, Sekretariat
Bawaslu Provinsi, Sekretariat Bawaslu Kabupaten/Kota, Sekretariat
Panwaslu Kecamatan, atau Sekretariat Panwaslu LN;
b. informasi tulisan yang disampaikan melalui surat elektronik resmi
atau melalui jasa ekspedisi ke Sekretariat Jenderal Bawaslu,
Sekretariat Bawaslu Provinsi, Sekretariat Bawaslu Kabupaten/Kota,
Sekretariat Panwaslu Kecamatan, atau Sekretariat Panwaslu LN;
c. informasi dugaan Pelanggaran Pemilu yang berasal dari Laporan
yang tidak diregistrasi karena dinyatakan tidak memenuhi syarat
formal tetapi memenuhi syarat materiel; atau
d. informasi dugaan Pelanggaran Pemilu yang berasal dari Laporan
yang dicabut oleh Pelapor.
2. Pengawas Pemilu mencatat informasi awal sebagaimana dimaksud
angka 1 huruf a dan huruf b ke dalam Formulir Model B.8 paling lama 1
(satu) hari setelah penyampaian informasi diterima.
3. Pengawas Pemilu mencatat informasi awal sebagaimana dimaksud
angka 1 huruf c dan huruf d ke dalam Formulir Model B.8 paling lama 1
(satu) hari setelah Kajian Awal selesai.
4. Pengawas Pemilu melakukan rapat pleno untuk memutuskan
ditindaklanjuti atau tidak ditindaklanjutinya informasi awal dengan
tindakan penelusuran.
5. Rapat pleno sebagaimana dimaksud angka 4 dilakukan paling lama 3
(tiga) hari setelah informasi awal dicatat ke dalam Formullir Model B.8.
6. Apabila rapat pleno memutuskan informasi awal ditindaklanjuti dengan
tindakan penelusuran, maka penelusuran dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan dalam Peraturan Bawaslu yang mengatur mengenai
pengawasan Pemilu.
7. Penelusuran dapat dilakukan oleh Pengawas Pemilu yang memutuskan
dalam rapat pleno atau Pengawas Pemilu di bawahnya melalui instruksi
secara tertulis.
8. Apabila rapat pleno memutuskan informasi awal tidak ditindaklanjuti,
maka Pengawas Pemilu melakukan pemberkasan.

I. REGISTRASI TEMUAN DAN LAPORAN

I.1. REGISTRASI TEMUAN


1. Pengawas Pemilu melakukan registrasi terhadap temuan paling
lama 2 (dua) hari setelah rapat pleno.
2. Apabila temuan merupakan dugaan pelanggaran administratif
Pemilu yang penyelesaiannya dilaksanakan oleh Pengawas Pemilu
satu tingkat di atasnya, maka yang melakukan registrasi adalah
Pengawas Pemilu yang memeriksa dan memutus temuan dugaan
pelanggaran administratif Pemilu.
3. Pengawas Pemilu melakukan registrasi temuan dengan cara
sebagai berikut:
a. mencatat temuan dalam buku register temuan sesuai dengan
sublampiran IV; dan
b. memberikan nomor temuan pada Formulir Model B.2.
4. Apabila dalam satu temuan mengandung dugaan pelanggaran
administratif Pemilu yang penyelesaiannya dilakukan oleh
Pengawas Pemilu satu tingkat di atasnya dan jenis dugaan
pelanggaran pemilu lain, maka Pengawas Pemilu melakukan
registrasi dengan cara sebagai berikut:
a. menggandakan Formulir Model B.2 sebanyak 2 (dua) rangkap;
b. Pengawas Pemilu yang akan memeriksa dan memutus temuan
dugaan pelanggaran administratif Pemilu mencatat temuan
dalam buku register temuan dugaan pelanggaran administratif
Pemilu, memberikan nomor registrasi pada Formulir Model B.2
(rangkap kesatu) sesuai dengan format dalam Formulir Model
ADM.NRL (lampiran Perbawaslu 8/2022), serta membuat berita
acara sesuai dengan Formulir Model ADM.BA-REG.
c. Pengawas Pemilu mencatatkan temuan dugaan pelanggaran
Pemilu selain dugaan pelanggaran administratif Pemilu ke
dalam buku register temuan dan memberikan nomor temuan
pada Formulir Model B.2 (rangkap kedua) sesuai dengan format
penomoran (lampiran Perbawaslu 7/2022).
Keterangan: sehingga akan terdapat dua Formullir Model B.2
dengan nomor register temuan yang berbeda namun isinya sama.

I.2. REGISTRASI LAPORAN


1. Pengawas Pemilu melakukan registrasi terhadap laporan paling
lama 1 (satu) hari setelah laporan dinyatakan memenuhi syarat
formal dan materiel melalui kajian awal atau setelah perbaikan
laporan.
2. Pengawas Pemilu melakukan registrasi laporan dengan cara
sebagai berikut:
a. mencatat laporan dalam buku register laporan sesuai dengan
sublampiran V; dan
b. memberikan nomor laporan pada Formulir Model B.1.
3. Apabila dalam satu laporan mengandung dugaan pelanggaran
administratif Pemilu yang penyelesaiannya dilakukan melalui
pemeriksaan terbuka dan jenis dugaan pelanggaran pemilu lain,
maka Pengawas Pemilu melakukan registrasi dengan cara sebagai
berikut:
a. menggandakan Formulir Model B.1 sebanyak 2 (dua) rangkap;
b. Pengawas Pemilu mencatat laporan dugaan pelanggaran
administratif dalam buku register laporan dugaan pelanggaran
administratif Pemilu, memberikan nomor registrasi pada
Formulir Model B.1 (rangkap kesatu) sesuai dengan format
dalam Formulir Model ADM.NRL (lampiran Perbawaslu 8/2022),
serta membuat berita acara sesuai dengan Formulir Model
ADM.BA-REG.
c. Pengawas Pemilu mencatatkan laporan dugaan pelanggaran
Pemilu selain dugaan pelanggaran administratif Pemilu ke
dalam buku register laporan dan memberikan nomor laporan
pada Formulir Model B.1 (rangkap kedua) sesuai dengan format
penomoran (lampiran Perbawaslu 7/2022).
Keterangan: sehingga akan terdapat dua Formullir Model B.1
dengan nomor register laporan yang berbeda namun isinya sama.

J. KLARIFIKASI

J.1. PEMBENTUKAN TIM KLARIFIKASI


1. Pengawas Pemilu membentuk Tim Klarifikasi yang terdiri dari:
a. Ketua dan/atau Anggota Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu
Kabupaten/Kota, Panwaslu Kecamatan, atau Panwaslu LN; dan
b. pejabat dan/atau pegawai pada Sekretariat Jenderal Bawaslu,
Sekretariat Bawaslu Provinsi, Sekretariat Bawaslu
Kabupaten/Kota, Sekretariat Panwaslu Kecamatan, atau
Sekretariat Panwaslu LN.
2. Tim klarifikasi sebagaimana dimaksud angka 1 ditetapkan dengan
keputusan Ketua Bawaslu, Ketua Bawaslu Provinsi, Ketua Bawaslu
Kabupaten/Kota, Ketua Panwaslu Kecamatan, atau Ketua Panwaslu
LN sesuai dengan tingkatannya.
3. Keputusan sebagaimana dimaksud angka 2 dibuat sesuai dengan
sublampiran VI.
4. Tim Klarifikasi dibentuk untuk setiap temuan atau laporan atau dalam
periode tertentu.

J.2. PERSIAPAN KLARIFIKASI TATAP MUKA


1. Pengawas Pemilu menentukan pihak-pihak yang akan diklarifikasi
dan menyusun jadwal klarifikasi.
2. Pengawas Pemilu membuat surat undangan klarifikasi sesuai
dengan Formulir Model B.9 disertai informasi mengenai pokok
temuan/laporan.
3. Surat undangan sebagaimana dimaksud angka 2 disampaikan
secara langsung, melalui SigapLapor, atau media telekomunikasi
kepada Pelapor, Terlapor, Saksi, dan/atau Ahli paling lambat 1 (satu)
hari sebelum klarifikasi dilaksanakan.
4. Pengawas Pemilu memastikan surat undangan klarifikasi telah
diterima oleh pihak yang akan diklarifikasi dengan cara sebagai
berikut:
a. apabila surat undangan disampaikan secara langsung maka
diterbitkan surat tanda terima yang ditandatangani oleh pihak
yang akan diklarifikasi, keluarganya, atau pegawai di tempat
kerja pihak yang akan diklariifkasi yang menerima surat
undangan; dan/atau
b. apabila surat undangan disampaikan melalui media
telekomunikasi dalam bentuk dokumen elektronik, maka
dibuktikan dengan tangkapan layarm dari percakapan.
5. Pengawas Pemilu menyediakan ruang klarifikasi yang sedapat
mungkin memiliki sarana dan prasarana sebagai berikut:
a. meja dan kursi;
b. alat tulis kantor;
c. perangkat komputer;
d. mesin pencetak dan pemindai;
e. mesin pendingin ruangan; dan
f. alat perekam.
6. Ruang klarifikasi sebagaimana dimaksud angka 5 merupakan
ruangan yang tertutup.
7. Apabila tidak tersedia ruang klarifikasi yang tertutup, dapat
disediakan ruang klarifikasi di tempat lain yang terhindar dari arus
keluar-masuk orang.
8. Pengawas Pemilu menyiapkan barang bukti dan dokumen temuan
atau laporan serta daftar pertanyaan yang akan diajukan kepada
pihak yang akan dimintai keterangan.

J.3. PELAKSANAAN KLARIFIKASI TATAP MUKA


1. Pengawas Pemilu menerima pihak yang akan diklarifikasi (Pelapor,
Saksi, Terlapor, atau Ahli) di dalam ruangan Klarifikasi.
2. Pengawas Pemilu memperkenalkan diri kepada pihak yang akan
diklarifikasi.
3. Pengawas Pemilu meminta kepada pihak yang akan diklarifikasi
untuk memperkenalkan diri dan menunjukan kartu/surat identitas.
4. Apabila Pelapor, Saksi, atau Terlapor didampingi oleh kuasa hukum,
Pengawas Pemilu meminta surat kuasa kepada pihak kuasa hukum.
5. Kuasa hukum sebagaimana dimaksud angka 4 dapat berasal dari
profesi advokat atau bukan advokat.
6. Pengawas Pemilu menjelaskan tata cara klarifikasi kepada pihak
yang akan diklarifikasi sebelum klarifikasi dilaksanakan.
7. Pengawas Pemilu menanyakan kesediaan Pelapor, Saksi, atau
Terlapor untuk diambil sumpah/janji. Apabila Pelapor, Saksi, atau
Terlapor bersedia diambil sumpah/janji, Pengawas Pemilu membuat
Berita Acara Sumpah/Janji (Formulir Model B.10) disertai dengan
materai.
8. Pengawas Pemilu meminta kepada Pelapor, Saksi, atau Terlapor
untuk menandatangani Formulir Model B.10.
9. Pengawas Pemilu meminta daftar riwayat hidup Ahli dan/atau surat
tugas dari instansi pendidikan asal.
10. Pengawas Pemilu menanyakan kesediaan Ahli untuk diambil
sumpah/janji. Apabila Ahli bersedia diambil sumpah/janji, Pengawas
Pemilu membuat Berita Acara Sumpah/Janji Ahli (Formulir Model
B.11) disertai dengan materai.
11. Pengawas Pemilu meminta kepada Ahli untuk menandatangani
Formulir Model B.11.
12. Apabila Pelapor, Saksi, Terlapor, atau Ahli tidak bersedia diambil
sumpah/janji, Pengawas Pemilu melanjutkan proses klarifikasi tanpa
pengambilan sumpah/janji.
13. Pengawas Pemilu melakukan klarifikasi dengan cara:
a. melakukan tanya jawab kepada Pelapor, Terlapor, Saksi, atau
Ahli;
b. mencatat proses klarifikasi ke dalam Berita Acara Klarifikasi
(Formulir Model B.12);
c. membacakan atau meminta kepada Pelapor, Terlapor, Saksi,
atau Ahli membacakan hasil Berita Acara Klarifikasi;
d. mencetak Berita Acara Klarifikasi sebanyak 1 (satu) rangkap;
e. membubuhkan paraf dan menandatangani berita acara
klarifikasi;
f. meminta kepada Pelapor, Saksi, Terlapor, atau Ahli untuk
membubuhkan paraf dan menandatangani berita acara
klarifikasi.
14. Dalam hal Pelapor, Terlapor, Saksi, atau Ahli tidak bersedia untuk
menandatangani berita acara klarifikasi sebagaimana dimaksud
angka 13 huruf f Pengawas Pemilu menyatakan ketidakbersediaan
dalam berita acara klarifikasi.

J.4. PERSIAPAN KLARIFIKASI DARING


1. Pengawas Pemilu menentukan pihak-pihak yang akan diklarifikasi
dan menyusun jadwal klarifikasi.
2. Pengawas Pemilu menyediakan tautan ruang virtual pada aplikasi
yang memilki fungsi perekaman sesuai jadwal klarifikasi yang sudah
ditetapkan.
3. Pengawas Pemilu membuat surat undangan klarifikasi sesuai
dengan Formulir Model B.9 yang di dalamnya berisi tautan ruang
virtual.
4. Surat undangan sebagaimana dimaksud angka 3 disampaikan
secara langsung, melalui SigapLapor, atau media telekomunikasi
kepada Pelapor, Terlapor, Saksi, atau Ahli paling lambat 1 (satu) hari
sebelum klarifikasi dilaksanakan.
5. Pengawas Pemilu memastikan surat undangan klarifikasi telah
diterima oleh pihak yang akan diklarifikasi dengan cara sebagai
berikut:
a. apabila surat undangan disampaikan secara langsung maka
diterbitkan surat tanda terima yang ditandatangani oleh pihak
yang akan diklarifikasi, keluarganya, atau pegawai di tempat
kerja pihak yang akan diklariifkasi yang menerima surat
undangan; dan/atau
b. apabila surat undangan disampaikan melalui media
telekomunikasi dalam dokumen elektronik, maka dibuktikan
dengan tangkapan layar dari percakapan.
6. Pengawas Pemilu menyediakan ruang klarifikasi yang sedapat
mungkin memiliki sarana dan prasarana sebagai berikut:
a. meja dan kursi;
b. alat tulis kantor;
c. jaringan internet;
d. perangkat komputer yang memiliki fitur kamera;
e. mesin pencetak dan pemindai;
f. mesin pendingin ruangan.
7. Ruang klarifikasi sebagaimana dimaksud angka 6 merupakan
ruangan yang tertutup.
8. Apabila tidak tersedia ruang klarifikasi yang tertutup, dapat
disediakan ruang klarifikasi di tempat lain yang terhindar dari arus
keluar-masuk orang.
9. Pengawas Pemilu menyiapkan barang bukti dan dokumen temuan
atau laporan serta daftar pertanyaan yang akan diajukan kepada
pihak yang akan dimintai keterangan.
10. Apabila pihak-pihak yang akan diklarifikasi menginginkan klarifikasi
daring dilaksanakan di kantor Pengawas Pemilu terdekat, maka
Pengawas Pemilu terdekat menyediakan ruang klarifikasi yang
sedapat mungkin memiliki sarana dan prasarana sebagai berikut:
a. meja dan kursi;
b. jaringan internet;
c. perangkat komputer yang memiliki fitur kamera;
d. mesin pendingin ruangan.
11. Apabila pihak-pihak yang akan diklarifikasi menginginkan klarifikasi
daring dilaksanakan di tempat yang bukan kantor Pengawas Pemilu
terdekat, maka Pengawas Pemilu terdekat dapat mendampingi.

J.5. PELAKSANAAN KLARIFIKASI DARING


1. Pengawas Pemilu membuka ruang virtual pada aplikasi yang sudah
ditentukan 30 (tiga puluh) menit sebelum jadwal klarifikasi.
2. Pengawas Pemilu memastikan tidak ada masalah teknis pada
aplikasi yang digunakan.
3. Pengawas Pemilu memastikan pihak yang akan diklarifikasi sudah
masuk atau telah hadir dalam ruang virtual.
4. Pengawas Pemilu memperkenalkan diri kepada pihak yang akan
diklarifikasi.
5. Pengawas Pemilu meminta kepada pihak yang akan diklarifikasi
untuk memperkenalkan diri.
6. Pengawas Pemilu menjelaskan tata cara klarifikasi kepada pihak
yang akan diklarifikasi sebelum klarifikasi dilaksanakan.
7. Apabila pihak yang akan diklarifikasi tidak bersedia untuk direkam,
maka klarifikasi secara daring tidak bisa dilaksanakan. Sebaliknya,
apabila pihak yang akan diklarifikasi bersedia untuk direkam, maka
Pengawas Pemilu memulai perekaman.
8. Pengawas Pemilu memastikan identitas pihak yang akan diklarifikasi
sudah benar.
9. Pengawas Pemilu menanyakan kesediaan Pelapor, Saksi, Terlapor,
atau Ahli untuk diambil sumpah/janji sebelum diklarifikasi.
10. Apabila Pelapor, Saksi, Terlapor, atau Ahli bersedia diambil
sumpah/janji, Pengawas Pemilu membacakan lafaz sumpah/janji
yang kemudian diikuti oleh Pelapor, Terlapor, Saksi, atau Ahli.
11. Apabila Pelapor, Saksi, Terlapor, atau Ahli tidak bersedia diambil
sumpah/janji, Pengawas Pemilu melanjutkan proses klarifikasi tanpa
pengambilan sumpah/janji.
12. Pengawas Pemilu melakukan klarifikasi dengan cara:
a. melakukan tanya jawab kepada Pelapor, Terlapor, Saksi, atau
Ahli;
b. mencatat proses klarifikasi ke dalam Berita Acara Klarifikasi
(Formulir Model B.12);
c. membacakan atau meminta kepada Pelapor, Terlapor, Saksi,
atau Ahli membacakan hasil Berita Acara Klarifikasi;
d. mencetak berita acara klarifikasi sebanyak 1 (satu) rangkap;
e. membubuhkan paraf dan menandatangani berita acara
klarifikasi.

K. PENYUSUNAN KAJIAN

1. Pengawas Pemilu menyusun Kajian dugaan pelanggaran dengan


menggunakan Formulir Model B.13.
2. Penyusunan kajian dugaan pelanggaran memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
a. nomor kajian diisi dengan nomor register temuan atau laporan;
b. kolom kasus posisi diisi dengan satu atau dua kalimat yang dapat
menggambarkan persoalan hukum yang dikaji.
contoh:
Pada kegiatan kampanye pemilu yang dilakukan oleh Pasangan
Calon A dan B, pada hari Senin, 4 Desember 2023, di lapangan
kridosono, Kota Yogyakarta, terjadi pembagian bahan kampanye
disertai uang sebesar 50 ribu oleh D;
c. kolom data diisi sesuai dengan keterangan yang ada dalam formulir
temuan atau laporan. Untuk bukti-bukti dapat juga dicantumkan
bukti-bukti tambahan yang diperoleh dalam proses penanganan
pelanggaran;
d. kolom kajian diisi dengan dasar hukum serta fakta dan analisis.
Fakta dan analisis berisi keterangan-keterangan hasil klarifikasi,
uraian kronologis fakta berdasarkan kesesuaian keterangan dan
bukti, serta analisa hukum keterpenuhan unsur-unsur pelanggaran
Pemilu;
e. kolom kesimpulan berisi:
1) temuan/laporan terbukti sebagai Pelanggaran Kode Etik
Penyelenggara Pemilu, Pelanggaran Administratif Pemilu,
dan/atau Tindak Pidana Pemilu;
2) temuan/laporan tidak terbukti sebagai Pelanggaran Kode Etik
Penyelenggara Pemilu, Pelanggaran Administratif Pemilu,
dan/atau Tindak Pidana Pemilu; dan/atau
3) temuan/laporan mengandung dugaan pelanggaran peraturan
perundang-undangan lainnya;
f. kolom rekomendasi berisi tindaklanjut yang isinya
merekomendasikan, meneruskan, atau menerbitkan keputusan.
3. Kajian dugaan pelanggaran sebagaimana dimaksud angka 1 diputuskan
oleh Pengawas Pemilu melalui rapat pleno.
4. Kajian dugaan pelanggaran sebagaimana dimaksud angka 1 bersifat
rahasia selama belum diputuskan dalam rapat pleno Pengawas Pemilu.
5. Hasil rapat pleno terhadap kajian dugaan pelanggaran sebagaimana
dimaksud angka 2 dapat berupa kesimpulan:
a. Temuan/Laporan terbukti sebagai Pelanggaran Kode Etik
Penyelenggara Pemilu, Pelanggaran Administratif Pemilu, dan/atau
Tindak Pidana Pemilu;
b. Temuan/Laporan tidak terbukti sebagai Pelanggaran Kode Etik
Penyelenggara Pemilu, Pelanggaran Administratif Pemilu, dan/atau
Tindak Pidana Pemilu; dan/atau
c. Temuan/Laporan mengandung dugaan pelanggaran peraturan
perundang-undangan lainnya.
6. Apabila rapat pleno menyimpulkan temuan/laporan terbukti sebagai
Pelanggaran Kode Etik Penyelenggara Pemilu, Pelanggaran
Administratif Pemilu, dan/atau Tindak Pidana Pemilu sebagaimana
dimaksud angka 5 huruf a dan/atau mengandung dugaan pelanggaran
peraturan perundang-undangan lainnya sebagaimana dimaksud angka
5 huruf c, Pengawas Pemilu meneruskan atau merekomendasikan
temuan/laporan kepada instansi yang berwenang untuk ditindaklanjuti
sesuai dengan perundang-undangan.
7. Apabila rapat pleno menyimpulkan temuan/laporan tidak terbukti
sebagai pelanggaran/tindak pidana pemilu sebagaimana dimaksud
angka 5 huruf b, Pengawas Pemilu menghentikan penanganan atas
temuan/laporan.
8. Kajian dugaan pelanggaran yang sudah diputuskan dalam rapat pleno
ditandatangani oleh Ketua Bawaslu, Ketua Bawaslu Provinsi, Ketua
Bawaslu Kabupaten/Kota, Ketua Panwaslu Kecamatan, atau Ketua
Panwaslu LN dan dibubuhi cap stempel.

L. TINDAKLANJUT PENANGANAN PELANGGARAN

L.1. PEMBERKASAN
1. Pengawas Pemilu melakukan pemberkasan terhadap dokumen
temuan/laporan.
2. Pemberkasan sebagaimana dimaksud angka 1 dilakukan terhadap:
a. laporan yang dihentikan setelah kajian awal atau setelah
perbaikan laporan; atau
b. temuan/laporan yang telah dilakukan penanganan.
3. Pemberkasan terhadap laporan yang dihentikan setelah kajian awal
sebagaimana dimaksud angka 2 huruf a dilakukan dengan cara
mengumpulkan dan menyatukan dokumen laporan yang terdiri dari:
a. Formulir Model B.1;
b. Formulir Model B.3;
c. Formulir Model B.3.1;
d. Formulir Model B.4 (jika ada);
e. Formulir Model B.7;
f. Formulir Model B.18; dan
g. Berita Acara Pleno.
ke dalam satu folder dan melakukan pemindaian terhadap seluruh
dokumen laporan tersebut.
4. Pemberkasan terhadap laporan yang telah dilakukan penanganan
sebagaimana dimaksud angka 2 huruf b dilakukan dengan cara
mengumpulkan dan menyatukan dokumen temuan/laporan yang
terdiri dari:
a. Formulir Model B.1/B.2;
b. Formulir Model B.3 (untuk laporan);
c. Formulir Model B.3.1 (untuk laporan);
d. Formulir Model B.5 (jika ada);
e. Formulir Model B.6 (jika ada);
f. Formulir Model B.7;
g. Formulir Model B.9;
h. Formulir Model B.10 (jika ada);
i. Formulir Model B.11 (jika ada);
j. Formulir Model B.12 (jika ada);
k. Formulir Model B.13;
l. Formulir Model B.14, Model B.15, Model B.16, dan/atau Model
B.17;
m. Formulir Model B.18; dan
n. Berita Acara Pleno.
ke dalam satu folder dan melakukan pemindaian terhadap seluruh
dokumen laporan tersebut.

L.2. PENERUSAN
1. Bawaslu, Bawaslu Provinsi, atau Bawaslu Kabupaten/Kota
meneruskan temuan/laporan apabila rapat pleno menyatakan
sebagai tindak pidana pemilu kepada Penyidik Kepolisian Negara
Republik Indonesia yang tergabung dalam Sentra Penegakan
Hukum Terpadu.
2. Penerusan temuan/laporan sebagaimana dimaksud angka 1
dilakukan paling lama 1x24 (satu kali dua puluh empat) jam sejak
Bawaslu, Bawaslu Provinsi, atau Bawaslu Kabupaten/Kota
menyatakan temuan/laporan sebagai tindak pidana pemilu dalam
rapat pleno.
3. Penerusan temuan/laporan sebagaimana dimaksud angka 1
menggunakan Formulir Model B.16 yang ditandatangani oleh Ketua
Bawaslu, Ketua Bawaslu Provinsi, atau Ketua Bawaslu
Kabupaten/Kota dan dibubuhi cap stempel.
4. Penerusan temuan/laporan sebagaimana dimaksud angka 1 disertai
dengan dokumen-dokumen temuan/laporan serta bukti-bukti.

L.3. REKOMENDASI
1. Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Bawaslu Kabupaten/Kota
merekomendasikan temuan/laporan kepada Dewan Kehormatan
Penyelenggara Pemilu apabila rapat pleno menyatakan sebagai
pelanggaran kode etik penyelenggara Pemilu yang dilakukan oleh
Anggota KPU, Anggota KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota,
Anggota Bawaslu, Anggota Bawaslu Provinsi, atau Anggota
Bawaslu Kabupaten/Kota.
2. Bawaslu Kabupaten/Kota merekomendasikan temuan/laporan
kepada KPU Kabupaten/Kota apabila rapat pleno menyatakan
sebagai pelanggaran kode etik penyelenggara pemilu yang
dilakukan oleh PPK, PPS, atau KPPS.
3. Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Panwaslu Kecamatan
merekomendasikan temuan/laporan kepada KPU Kabupaten/Kota
melalui Bawaslu Kabupaten/Kota apabila rapat pleno menyatakan
sebagai pelanggaran kode etik penyelenggara pemilu yang
dilakukan oleh PPK, PPS, atau KPPS.
4. Panwaslu Luar Negeri merekomendasikan temuan/laporan kepada
KPU melalui Bawaslu apabila rapat pleno menyatakan sebagai
pelanggaran kode etik penyelenggara pemilu yang dilakukan oleh
PPLN atau KPPSLN.
5. Rekomendasi sebagaimana dimaksud angka 1 dan angka 2
disampaikan dengan menggunakan Formulir Model B.14 yang
ditandatangani oleh Ketua Bawaslu, Ketua Bawaslu Provinsi, Ketua
Bawaslu Kabupaten/Kota dan dibubuhi cap stempel.
6. Rekomendasi sebagaimana dimaksud angka 3 disampaikan dengan
menggunakan Surat Rekomendasi Pelanggaran Kode Etik
PPK/PPS/KPPS sesuai dengan sublampiran VII yang
ditandatangani oleh Ketua Bawaslu, Ketua Bawaslu Provinsi, Ketua
Panwaslu Kecamatan dan dibubuhi cap stempel.
7. Rekomendasi sebagaimana dimaksud angka 4 disampaikan dengan
menggunakan Surat Rekomendasi Pelanggaran Kode Etik
PPLN/KPPSLN sesuai dengan sublampiran VIII yang ditandatangani
oleh Ketua Panwaslu LN dan dibubuhi cap stempel.
8. Rekomendasi sebagaimana dimaksud angka 1, angka 2, angka 3,
dan angka 4 disampaikan paling lama 3 (tiga) hari setelah rapat
pleno yang menyatakan temuan/laporan sebagai pelanggaran kode
etik penyelenggara pemilu.
9. Panwaslu Kecamatan merekomendasikan temuan/laporan kepada
Bawaslu Kabupaten/Kota untuk diteruskan kepada KPU
Kabupaten/Kota apabila rapat pleno menyatakan sebagai
pelanggaran administratif Pemilu.
10. Rekomendasi sebagaimana dimaksud angka 9 disampaikan dengan
menggunakan Formulir Model B.15 yang ditandatangani oleh Ketua
Panwaslu Kecamatan dan dibubuhi cap stempel.
11. Rekomendasi sebagaimana dimaksud angka 9 disampaikan paling
lama 3 (tiga) hari setelah rapat pleno Panwaslu Kecamatan
menyatakan temuan/laporan sebagai pelanggaran administratif
Pemilu.
12. Panwaslu LN merekomendasikan temuan/laporan kepada PPLN
apabila rapat pleno menyatakan sebagai pelanggaran administratif
Pemilu.
13. Rekomendasi sebagaimana dimaksud angka 12 disampaikan
dengan menggunakan Surat Rekomendasi Pelanggaran
Administratif Pemilu oleh PPLN/KPPSLN sesuai dengan
sublampiran IX yang ditandatangani oleh Ketua Panwaslu LN dan
dibubuhi cap stempel.
14. Rekomendasi sebagaimana dimaksud angka 12 disampaikan paling
lama 3 (tiga) hari setelah rapat pleno Panwaslu LN menyatakan
temuan/laporan sebagai pelanggaran administratif Pemilu.
15. Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota, Panwaslu
Kecamatan atau Panwaslu LN merekomendasikan temuan/laporan
kepada instansi yang berwenang apabila temuan/laporan
mengandung dugaan pelanggaran peraturan perundang-undangan
lainnya.
16. Rekomendasi sebagaimana dimaksud angka 15 disampaikan
dengan mengunakan Formulir Model B.17 yang ditandatangani oleh
Ketua Bawaslu, Ketua Bawaslu Provinsi, Ketua Bawaslu
Kabupaten/Kota, Ketua Panwaslu Kecamatan, atau Ketua Panwaslu
LN dan dibubuhi cap stempel.
17. Rekomendasi sebagaimana dimaksud angka 15 disampaikan paling
lama 3 (tiga) hari setelah rapat pleno Bawaslu, Bawaslu Provinsi,
Bawaslu Kabupaten/Kota, Panwaslu Kecamatan, atau Panwaslu LN
yang menyatakan temuan/laporan mengandung dugaan
pelanggaran peraturan perundang-undangan lainnya.
18. Penyampaian rekomendasi disertai dengan dokumen-dokumen
temuan/laporan serta bukti-bukti.

L.4. PENERBITAN KEPUTUSAN


1. Bawaslu Kabupaten/Kota memberikan sanksi administratif kepada
Panwaslu Kecamatan, Panwaslu Kelurahan/Desa, dan/atau
Pengawas TPS apabila terbukti melakukan Pelanggaran Kode Etik
Penyelenggara Pemilu.
2. Sanksi administratif sebagaimana dimaksud angka 1 berupa:
a. peringatan; atau
b. pemberhentian tetap.
3. Bawaslu Kabupaten/Kota merehabilitasi Panwaslu Kecamatan,
Panwaslu Kelurahan/Desa, dan/atau Pengawas TPS apabila tidak
terbukti melakukan Pelanggaran Kode Etik Penyelenggara Pemilu.
4. Pemberian sanksi atau rehabilitasi diputuskan dalam rapat pleno
Bawaslu Kabupaten/Kota dan dituangkan dalam keputusan Ketua
Bawaslu Kabupaten/Kota sesuai dengan sublampiran X.
5. Dalam hal Panwaslu Kecamatan, Panwaslu Kelurahan/Desa,
dan/atau Pengawas TPS dijatuhkan sanksi berupa peringatan
sebagaimana dimaksud angka 2 huruf a ditindaklanjuti sesuai
dengan ketentuan yang diatur dalam Peraturan Bawaslu mengenai
pembinaan Pengawas Pemilu.

L.5. PENGHENTIAN TEMUAN/LAPORAN


1. Pengawas Pemilu menghentikan temuan/laporan apabila rapat pleno
menyatakan tidak terbukti sebagai Pelanggaran Kode Etik
Penyelenggara Pemilu, Pelanggaran Administratif Pemilu, dan/atau
Tindak Pidana Pemilu, serta tidak terdapat dugaan pelanggaran
peraturan perundang-undangan lainnya.
2. Penghentian temuan/laporan dilakukan dengan menerbitkan status
temuan atau laporan.

M. STATUS TEMUAN DAN LAPORAN

1. Pengawas Pemilu membuat status temuan/laporan (Formulir Model


B.18) paling lama 1 (satu) hari setelah:
a. Rapat pleno kajian awal;
b. Rapat Pleno perbaikan laporan; atau
c. Rapat pleno kajian.
2. Pembuatan Formulir Model B.18 sebagaimana dimaksud pada angka 1
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. kolom ‘Nama Pengawas Pemilu/Pelapor/Terlapor” diisi dengan
nama Penemu/Pelapor dan nama Terlapor;
b. kolom ‘Nomor Temuan/Laporan” diisi dengan Nomor Register
Temuan/Laporan;
c. kolom “Status Temuan/Laporan” diisi dengan keterangan:
1) “tidak diregister” apabila laporan tidak memenuhi syarat formal
dan/atau materiel, laporan tidak memenuhi syarat formal karena
penyampaian laporan melebihi batas waktu (daluarsa), laporan
dicabut sebelum diregister, serta laporan telah ditangani dan
diselesaikan oleh jajaran Pengawas Pemilu.
2) “ditindaklanjuti” apabila temuan/laporan dinyatakan sebagai
pelanggaran pemilu dan/atau mengandung dugaan pelanggaran
peraturan perundang-undangan lain serta
diteruskan/direkomendasikan ke instansi yang berwenang atau
diterbitkan keputusan oleh Bawaslu Kabupaten/Kota.
3) “tidak ditindaklanjuti” apabila temuan/laporan dinyatakan bukan
pelanggaran pemilu dan/atau tidak mengandung dugaan
pelanggaran peraturan perundang-undangan lain.
d. Kolom “Instansi Tujuan/Alasan” diisi nama Instansi tujuan apabila
temuan/laporan ditindaklanjuti atau diisi alasan apabila
temuan/laporan tidak diregister atau tidak ditindaklanjuti.
3. Status temuan/laporan sebagaimana dimaksud angka 1 ditandatangani
oleh Ketua Bawaslu, Ketua Bawaslu Provinsi, Ketua Bawaslu
Kabupaten/Kota, Ketua Panwaslu Kecamatan, atau Ketua Panwaslu LN
dan dibubuhi cap stempel.
4. Status temuan/laporan diumumkan pada papan pengumuman di kantor
Pengawas Pemilu pada hari yang sama dengan ditandatanganinya
status temuan/laporan oleh Ketua Bawaslu, Ketua Bawaslu Provinsi,
Ketua Bawaslu Kabupaten/Kota, Ketua Panwaslu Kecamatan, atau
Ketua Panwaslu LN.
5. Pengawas Pemilu menyampaikan status laporan kepada Pelapor pada
hari yang sama dengan diumumkannya status laporan pada papan
pengumuman.
6. Penyampaian status laporan kepada Pelapor dapat dilakukan melalui
surat resmi, SigapLapor, atau media telekomunikasi.
N. PENERIMAAN PERMINTAAN KOREKSI

1. Bawaslu dapat melakukan koreksi terhadap rekomendasi atas Temuan


atau Laporan yang ditangani oleh Bawaslu Provinsi atau Bawaslu
Kabupaten/Kota.
2. Bawaslu Provinsi dapat melakukan koreksi terhadap rekomendasi atas
Temuan atau Laporan yang ditangani oleh Bawaslu Kabupaten/Kota
setelah mendapatkan pertimbangan dari Bawaslu.
3. Rekomendasi sebagaimana dimaksud angka 1 dan angka 2 meliputi:
a. rekomendasi atas Pelanggaran Kode Etik Penyelenggara Pemilu
yang dilakukan oleh anggota KPU, KPU Provinsi, KPU
Kabupaten/Kota, Bawaslu, Bawaslu Provinsi, atau Bawaslu
Kabupaten/Kota; atau
b. rekomendasi atas dugaan pelanggaran peraturan perundang-
undangan lain.
4. Bawaslu dan Bawaslu Provinsi menyediakan ruang penerimaan koreksi
di kantor masing-masing, serta menunjuk Petugas Penerima.
5. Ruang penerimaan koreksi sebagaimana dimaksud angka 4 sedapat
mungkin memiliki sarana dan prasarana sebagai berikut:
a. meja dan kursi penerimaan permintaan koreksi;
b. alat tulis kantor;
c. perangkat komputer;
d. mesin pencetak dan pemindai;
e. mesin pendingin ruangan;
f. buku register permintaan koreksi;
g. buku Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017, Peraturan Bawaslu
Nomor 7 Tahun 2022, dan Peraturan Bawaslu Nomor 8 Tahun 2022
serta lampirannya dalam bentuk cetak dan/atau dokumen elektronik;
h. buku petunjuk teknis penanganan pelanggaran pemilu dalam bentuk
cetak dan/atau dokumen elektronik.
6. Pelapor atau Terlapor menyampaikan permintaan koreksi paling lama 3
(tiga) Hari setelah rekomendasi dugaan pelanggaran dikeluarkan oleh
Bawaslu Provinsi atau Bawaslu Kabupaten/Kota.
7. Petugas Penerima menerima kedatangan Pelapor atau Terlapor yang
akan menyampaikan permintaan koreksi di ruang penerimaan koreksi
pada jam kerja sebagai berikut:
a. mulai pukul 08.00 sampai dengan pukul 16.00 waktu setempat untuk
hari Senin sampai dengan Kamis; dan
b. mulai pukul 08.00 sampai dengan pukul 16.30 waktu setempat untuk
hari Jumat.
8. Sebelum menerima permintaan koreksi, Petugas Penerima
memberikan informasi terkait dengan tata cara dan persyaratan
permintaan koreksi kepada Pelapor atau Terlapor.
9. Petugas Penerima meminta kepada Pelapor atau Terlapor untuk
menyerahkan dokumen sebagai berikut:
a. Surat permintaan koreksi yang dibuat secara tertulis sesuai dengan
Formulir Model B.19.
b. surat kuasa jika Pelapor atau Terlapor diwakilkan oleh kuasa hukum.
10. Petugas Penerima memastikan dokumen sebagaimana dimaksud
angka 9 diterima dengan ketentuan sebagai berikut:
No Jenis Dokumen Jumlah
1. Surat permintaan koreksi (Formulir 2 (dua) rangkap terdiri dari
Model B.19) satu rangkap asli dan satu
rangkap fotokopi
2. surat kuasa (dalam hal Pelapor 2 (dua) rangkap terdiri dari
memberikan kuasa kepada pihak satu rangkap asli dan satu
lain) rangkap fotokopi
11. Petugas Penerima membuat dan mencetak Tanda Bukti Permintaan
Koreksi sesuai dengan sublampiran XI sebanyak 2 (dua) rangkap.
12. Petugas Penerima dan Pelapor/Terlapor membubuhkan tanda tangan
pada Tanda Bukti Permintaan Koreksi.
13. Petugas Penerima membubuhi cap stempel pada Tanda Bukti
Permintaan Koreksi.
14. Petugas Penerima menyerahkan 1 (satu) rangkap Tanda Bukti
Permintaan Koreksi kepada Pelapor/Terlapor pada hari yang sama
setelah ditandatangani dan dibubuhi cap stempel.
15. Petugas Penerima mencatat permintaan koreksi dalam buku register
permintaan koreksi sesuai dengan sublampiran XII.
16. Dalam hal setelah rekomendasi sebagaimana dimaksud pada angka 3
disampaikan Bawaslu Provinsi atau Bawaslu Kabupaten/Kota kepada
instansi yang berwenang kemudian terdapat permintaan koreksi atas
rekomendasi tersebut, maka Bawaslu atau Bawaslu Provinsi yang
menerima permintaan koreksi menyampaikan surat kepada instansi
yang menerima rekomendasi untuk memberitahukan bahwa terdapat
permintaan atas rekomendasi.

O. PEMERIKSAAN KOREKSI

1. Bawaslu melakukan pemeriksaan terhadap dokumen permintaan


koreksi dan dokumen penanganan pelanggaran atas rekomendasi
temuan atau laporan Bawaslu Provinsi atau Bawaslu Kabupaten/Kota
paling lambat 7 (tujuh) hari setelah diterbitkan Tanda Bukti Permintaan
Koreksi oleh Bawaslu.
2. Bawaslu Provinsi melakukan pemeriksaan terhadap dokumen
permintaan koreksi dan dokumen penanganan pelanggaran atas
rekomendasi temuan atau laporan Bawaslu Kabupaten/Kota paling
lambat 7 (tujuh) hari setelah diterbitkan Tanda Bukti Permintaan Koreksi
oleh Bawaslu Provinsi.
3. Hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud angka 1 dan angka 2
dituangkan dalam berita acara hasil pemeriksaan koreksi (Formulir
Model B.20) dan diputuskan dalam Rapat Pleno Bawaslu atau Bawaslu
Provinsi.
4. Penyusunan berita acara hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud
angka 3 dengan ketentuan sebagai berikut:
a. kertas ukuran F4 (21x33 cm);
b. berat kertas 80 gram;
c. margin (atas 3 cm, bawah 2 cm, kiri 3 cm, dan kanan 2 cm);
d. jenis huruf Arial ukuran 12 pt,
e. spasi 1.5;
f. penomoran halaman di bawah-tengah halaman;
5. Hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud angka 3 dapat berupa:
a. menguatkan rekomendasi temuan atau laporan Bawaslu Provinsi
atau Bawaslu Kabupaten/Kota; atau
b. mengoreksi rekomendasi temuan atau laporan Bawaslu Provinsi
atau Bawaslu Kabupaten/kota dan mengeluarkan surat rekomendasi
yang baru.
6. Berita acara hasil pemeriksaan koreksi sebagaimana dimaksud angka
3 ditandatangani oleh Ketua dan Anggota Bawaslu atau Bawaslu
Provinsi.
7. Bawaslu Provinsi sebelum melaksanakan rapat pleno terhadap hasil
pemeriksaan koreksi sebagaimana dimaksud angka 3, terlebih dahulu
meminta pertimbangan kepada Bawaslu secara tertulis.
8. Bawaslu setelah menerima permintaan pertimbangan sebagaimana
dimaksud angka 7, melakukan rapat pleno dan menjawab secara tertulis
permintaan pertimbangan oleh Bawaslu Provinsi.
9. Penyampaian surat permintaan pertimbangan sebagaimana dimaksud
angka 7 dan surat jawaban sebagaimana dimaksud angka 8 dapat
disampaikan melalui media telekomunikasi.

P. STATUS HASIL PEMERIKSAAN KOREKSI

1. Bawaslu atau Bawaslu Provinsi membuat status hasil pemeriksaan


permintaan koreksi sesuai dengan Formulir Model B.21.
2. Status hasil pemeriksaan permintaan koreksi sebagaimana dimaksud
angka 1 ditandatangani oleh Ketua Bawaslu atau Ketua Bawaslu
Provinsi dan dibubuhi cap stempel.
3. Status hasil pemeriksaan permintaan koreksi diumumkan pada papan
pengumuman di Sekretariat Jenderal Bawaslu atau Sekretariat Bawaslu
Provinsi dan disampaikan kepada pelapor atau terlapor pada hari yang
sama dengan diumumkannya status hasil pemeriksaan permintaan
koreksi.
4. Penyampaian status hasil pemeriksaan permintaan koreksi kepada
pelapor atau terlapor sebagaimana dimaksud angka 3 dilakukan melalui
surat resmi, SigapLapor, atau melalui media telekomunikasi.
5. Selain diumumkan sebagaimana dimaksud angka 3, status hasil
pemeriksaan dapat diumumkan melalui laman resmi Bawaslu atau
Bawaslu Provinsi.

Q. PENGAWASAN TINDAK LANJUT REKOMENDASI/PENERUSAN

1. Pengawas Pemilu melakukan pengawasan terhadap tindak lanjut


rekomendasi/penerusan temuan/laporan yang telah disampaikan
kepada instansi yang berwenang.
2. Pengawasan sebagaimana dimaksud angka 1 dilakukan untuk
memastikan:
a. adanya tindakan lanjutan dari instansi yang berwenang atas
temuan/laporan yang telah direkomendasikan/diteruskan.
b. mendapatkan informasi perkembangan tindak lanjut yang telah
dilakukan oleh instansi yang berwenang.
c. mendapatkan dokumen hasil tindak lanjut dari instansi yang
berwenang.
3. Pengawas Pemilu dalam melakukan pengawasan terhadap tindak lanjut
rekomendasi/penerusan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. melakukan komunikasi secara langsung atau melalui media
telekomunikasi dengan narahubung pada instansi yang berwenang;
b. menyampaikan surat tertulis yang ditujukan kepada pimpinan pada
instansi yang berwenang; atau
c. tindakan atau media lain yang disediakan oleh instansi yang
berwenang.
4. Pengawasan sebagaimana dimaksud angka 1 dilakukan paling cepat 7
(tujuh) hari setelah rekomendasi/penerusan disampaikan kepada
instansi yang berwenang.
R. SIGAPLAPOR

1. Proses penanganan pelanggaran yang dilakukan oleh Pengawas Pemilu


sebagaimana dimaksud pada huruf B sampai dengan huruf Q
dimasukkan ke dalam SigapLapor.
2. Penggunaan SigapLapor sebagaimana dimaksud angka 1 berpedoman
pada Petunjuk Teknis tentang tata cara penggunaan Sistem Informasi
Penanganan Pelanggaran Pemilu dan Pelaporan.
BAB III
PENYELESAIAN PELANGGARAN ADMINISTRATIF PEMILIHAN UMUM

A. UMUM

1. Ketentuan mengenai Formulir Model ADM.NRL, Formulir Model


ADM.BA-REG, Formulir Model ADM.SPS, Formulir Model
ADM.JAWABAN, Formulir Model ADM.BA-SP, Formulir Model
ADM.RISALAH, Formulir Model ADM.BA-SUMPAH/JANJI, Formulir
Model ADM.BA-PST, Formulir Model ADM.PUTUSAN, Formulir Model
ADM.STATUS, Formulir Model ADM.KOREKSI, Formulir Model
ADM.TT-KOREKSI, Formulir Model ADM.BA-REG-KOREKSI, Formulir
Model ADM.SP-KOREKSI, Formulir Model ADM.JAWABAN-KOREKSI,
Formulir Model ADM.PUTUSAN-KOREKSI, Formulir Model ADM.STL-
KOREKSI, dan Formulir Model ADM.ACARA CEPAT dalam pentunjuk
teknis ini berpedoman pada lampiran Peraturan Bawaslu Nomor 8
Tahun 2022 tentang Penyelesaian Pelanggaran Administratif Pemilihan
Umum.
2. Ketentuan penulisan formulir-formulir sebagaimana dimaksud angka 1
menggunakan jenis huruf Arial ukuran 12 pt.
3. Ketentuan mengenai penghitungan waktu adalah sebagai berikut:
Contoh:
Bawaslu, Bawaslu Provinsi, atau Bawaslu Kabupaten/Kota memutus
Temuan atau Laporan dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu paling
lama 14 (empat belas) Hari setelah Temuan atau Laporan diregistrasi
(Pasal 36 ayat (1) Perbawaslu 8/2022). Apabila Bawaslu meregister
laporan hari Selasa tanggal 31 Januari 2023, maka batas waktu
Bawaslu untuk memutus adalah hari Senin tanggal 20 Februari 2023.
4. Pemberian nomor terhadap:
a. Register Temuan;
b. Register Laporan; dan
c. Koreksi
masing-masing dilakukan secara urut dengan dimulai dengan nomor
001 dan seterusnya yang dibedakan berdasarkan kode (temuan atau
laporan) dan jenis pemilunya, serta mengulang dari nomor urut pertama
jika berganti tahun.
Contoh:
- Nomor register laporan terkait dengan dugaan pelanggaran
Administratif Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD (Contoh:
001/LP/ADM.PL/BWSL/00.00/I/2023) dibedakan dengan Pemilu
Presiden dan Wakil Presiden (Contoh:
001/LP/ADM.PP/BWSL/00.00/I/2023). Apabila terdapat peristiwa
yang tidak dapat dibedakan berdasarkan jenis pemilunya (seperti
pelanggaran administrasi terkait seleksi penyelenggara pemilu),
maka penomoran menggunakan kode jenis Pemilu Anggota DPR,
DPD, dan DPRD yaitu “PL”.
- Nomor register temuan terkait dengan dugaan pelanggaran
Administratif Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD (Contoh:
001/TM/ADM.PL/BWSL.PROV/00.10/I/2023) dibedakan dengan
Pemilu Presiden dan Wakil Presiden (Contoh:
001/TM/ADM.PP/BWSL.PROV/00.10/I/2023). Apabila terdapat
peristiwa yang tidak dapat dibedakan berdasarkan jenis pemilunya
(seperti pelanggaran administrasi terkait seleksi penyelenggara
pemilu), maka penomoran menggunakan kode jenis Pemilu Anggota
DPR, DPD, dan DPRD yaitu “PL”.

B. REGISTRASI TEMUAN DAN LAPORAN

B.1. REGISTRASI TEMUAN


1. Bawaslu atau Bawaslu Provinsi melakukan registrasi terhadap
temuan paling lama 2 (dua) hari setelah rapat pleno Pengawas
Pemilu satu tingkat di bawahnya yang bertindak sebagai Penemu.
2. Dalam hal Bawaslu Provinsi tidak dapat menjalankan tugas,
Bawaslu melakukan registrasi terhadap temuan paling lama 2 (dua)
hari setelah rapat pleno Bawaslu Kabupaten/Kota yang bertindak
sebagai Penemu.
3. Bawaslu atau Bawaslu Provinsi melakukan registrasi temuan
dengan cara sebagai berikut:
a. mencatat temuan dalam buku register temuan dugaan
pelanggaran administratif Pemilu sesuai dengan sublampiran
IV;
b. memberikan nomor temuan pada Formulir Model B.2 sesuai
dengan format pada Formulir Model ADM.NRL; dan
c. menerbitkan berita acara sesuai dengan Formulir Model
ADM.BA-REG dan ditandatangani oleh Petugas yang
meregistrasi.
Keterangan:
- contoh nomor temuan yang penemunya adalah Bawaslu
Provinsi DKI Jakarta yang diregistrasi oleh Bawaslu pada bulan
Januari 2023 terkait dengan dugaan pelanggaran administratif
Pemilu untuk Pemilu Anggota DPR, DPD, atau DPRD adalah
sebagai berikut Nomor: 001/TM/ADM.PL/BWSL/00.00/I/2023.
- nomor urut temuan dibedakan dengan nomor urut laporan, juga
dibedakan sesuai dengan jenis pemilunya.
- nomor urut kembali dari awal ketika berganti tahun.
- dalam hal temuan mengandung dugaan pelanggaran
administratif Pemilu yang penyelesaiannya dilakukan melalui
pemeriksaan terbuka dan jenis dugaan pelanggaran pemilu lain,
maka Formulir Model B.2 yang diberikan nomor temuan adalah
salah satu formulilr yang sudah digandakan.

B.2. REGISTRASI LAPORAN


1. Bawaslu, Bawaslu Provinsi, atau Bawaslu Kabupaten/Kota
melakukan registrasi terhadap laporan paling lama 1 (satu) hari
setelah laporan dinyatakan memenuhi syarat formal dan material
melalui kajian awal atau setelah perbaikan laporan.
2. Bawaslu, Bawaslu Provinsi, atau Bawaslu Kabupaten/Kota
melakukan registrasi laporan dengan cara sebagai berikut:
a. mencatat laporan dalam buku register laporan dugaan
pelanggaran administratif Pemilu sesuai dengan sublampiran
V;
b. memberikan nomor laporan pada Formulir Model B.1 sesuai
dengan format pada Formulir Model ADM.NRL; dan
c. menerbitkan berita acara sesuai dengan Formulir Model
ADM.BA-REG dan ditandatangani oleh Petugas yang
meregistrasi.
Keterangan:
- contoh nomor laporan yang diregistrasi oleh Bawaslu Provinsi
Sumatera Barat pada bulan November 2023 terkait dengan
dugaan pelanggaran administratif Pemilu untuk Pemilu Presiden
dan Wakil Presiden adalah sebagai berikut Nomor:
001/LP/ADM.PP/BWSL.PROV/03.00/XI/2023.
- nomor urut laporan dibedakan dengan nomor urut temuan, juga
dibedakan sesuai dengan jenis pemilunya.
- nomor urut kembali dari awal ketika berganti tahun.
- dalam hal laporan mengandung dugaan pelanggaran
administratif Pemilu yang penyelesaiannya dilakukan melalui
pemeriksaan terbuka dan jenis dugaan pelanggaran pemilu lain,
maka Formulir Model B.1 yang diberikan nomor temuan adalah
salah satu formulilr yang sudah digandakan.

C. PENETAPAN MAJELIS PEMERIKSA, SEKRETARIS PEMERIKSA,


ASISTEN PEMERIKSA, DAN PERISALAH

1. Ketua Bawaslu, Ketua Bawaslu Provinsi, atau Ketua Bawaslu


Kabupaten/Kota menerbitkan surat keputusan tentang penetapan
Majelis Pemeriksa, Sekretaris Pemeriksa, Asisten Pemeriksa, dan
Perisalah pada hari yang sama dengan diregistrasinya temuan/laporan
dugaan pelanggaran administratif Pemilu.
2. Surat Keputusan sebagaimana dimaksud angka 1 dibuat sesuai dengan
sublampiran XIII.
3. Surat Keputusan sebagaimana dimaksud angka 1 dapat berlaku untuk
satu temuan/laporan atau dalam periode tertentu.

D. SIDANG PEMERIKSAAN

D.1. PERSIAPAN SIDANG PEMERIKSAAN


1. Bawaslu, Bawaslu Provinsi, atau Bawaslu Kabupaten/Kota
menyusun jadwal sidang pemeriksaan.
2. Bawaslu, Bawaslu Provinsi, atau Bawaslu Kabupaten/Kota
membuat surat pemberitahuan dan panggilan sidang pemeriksaan
sesuai dengan Formulir Model ADM.SPS yang ditandatangani oleh
Ketua Bawaslu, Ketua Bawaslu Provinsi, atau Ketua Bawaslu
Kabupaten/Kota.
3. Bawaslu, Bawaslu Provinsi, atau Bawaslu Kabupaten/Kota
menyampaikan surat pemberitahuan sebagaimana dimaksud
angka 2 kepada Pelapor/Penemu dan Terlapor paling lambat 1
(satu) hari sebelum jadwal sidang pemeriksaan pertama.
4. Surat pemberitahuan sebagaimana dimaksud angka 3 yang
disampaikan kepada Pelapor/Penemu dan Terlapor disertai
dengan formulir Laporan atau Temuan dugaan Pelanggaran
Administratif Pemilu yang telah diregistrasi.
5. Surat Pemberitahuan sebagaimana dimaksud angka 3
disampaikan secara langsung atau melalui media telekomunikasi.
6. Bawaslu memastikan surat pemberitahuan sebagaimana dimaksud
angka 3 telah diterima oleh Pelapor/Penemu dan Terlapor dengan
cara sebagai berikut:
a. apabila surat pemberitahuan disampaikan secara langsung
maka diterbitkan surat tanda terima yang ditandatangani oleh
pihak yang menerima surat; dan/atau
b. apabila surat pemberitahuan disampaikan melalui media
telekomunikasi dalam bentuk dokumen elektronik, maka
dibuktikan dengan tangkapan layar dari percakapan.
7. Dalam hal Pelapor/Penemu dan/atau Terlapor tidak hadir pada
sidang pemeriksaan pertama, Bawaslu, Bawaslu Provinsi, atau
Bawaslu Kabupaten/Kota menyampaikan pemberitahuan kedua
kepada Pelapor/Penemu dan/atau Terlapor untuk hadir pada
sidang pemeriksaan berikutnya.
8. Ketidakhadiran Pelapor/Penemu dan/atau Terlapor sebagaimana
dimaksud angka 6 dinyatakan oleh Majelis Pemeriksa dalam
sidang pemeriksaan. Selanjutnya Majelis Pemeriksa menetapkan
jadwal sidang berikutnya dan Bawaslu, Bawaslu Provinsi, atau
Bawaslu Kabupaten/Kota menyampaikan pemberitahuan kedua
kepada pihak yang tidak hadir paling lambat 1 (satu) hari sebelum
jadwal sidang yang sudah ditentukan oleh Majelis Pemeriksa.
9. Dalam hal setelah diberitahukan sebanyak 2 (dua) kali berturut-
turut, Pelapor/penemu tidak hadir, Bawaslu, Bawaslu Provinsi, atau
Bawaslu Kabupaten/Kota tetap melanjutkan pemeriksaan dengan
agenda jawaban Terlapor.
10. Dalam hal setelah diberitahukan sebanyak 2 (dua) kali berturut-
turut, Terlapor tidak hadir, Bawaslu, Bawaslu Provinsi, atau
Bawaslu Kabupaten/Kota tetap melanjutkan pemeriksaan dengan
agenda pembacaan Temuan atau Laporan.
11. Dalam hal setelah diberitahukan sebanyak 2 (dua) kali berturut-
turut, Pelapor/penemu dan Terlapor tetap tidak hadir, Bawaslu,
Bawaslu Provinsi, atau Bawaslu Kabupaten/Kota tetap melanjutkan
sidang pemeriksaan dengan agenda pembacaan putusan.
12. Pembacaan putusan sebagaimana dimaksud angka 10, dilakukan
setelah Majelis Pemeriksa melakukan pemeriksaan dokumen
temuan atau laporan.
13. Bawaslu, Bawaslu Provinsi, atau Bawaslu Kabupaten/Kota
menyiapkan ruang sidang dengan tataruang sebagai berikut:
14. Ruang sidang sebagaimana dimaksud angka 12 bertempat di
Kantor Bawaslu, Kantor Bawaslu Provinsi, Kantor Bawaslu
Kabupaten/Kota, atau tempat lain yang ditentukan.
15. Ruang sidang sebagaimana dimaksud angka 12 sedapat mungkin
memiliki sarana dan prasarana sebagai berikut:
a. meja dan kursi untuk Majelis Pemeriksa yang posisinya lebih
tinggi 30 cm dari meja dan kursi untuk Pelapor/Penemu, atau
Terlapor. Meja ditutupi kain berwarna hijau;
b. meja dan kursi untuk Pelapor/Penemu yang terletak di sisi
kanan depan Majelis Pemeriksa;
c. meja dan kursi untuk Terlapor yang terletak di sisi kiri depan
Majelis Pemeriksa;
d. meja dan kursi untuk Sekretaris Pemeriksa dan Perisalah yang
letaknya menyesuaikan dengan kondisi ruangan yang tersedia,
namun sedapat mungkin untuk Sekretaris Pemeriksa terletak
di samping kiri Majelis Pemeriksa, sedangkan Perisalah
terletak di samping kanan Majelis Pemeriksa;
e. kursi untuk Asisten Pemeriksa yang letaknya menyesuaikan
dengan kondisi ruangan yang tersedia, namun sedapat
mungkin berada di belakang atau dekat dengan Majelis
Pemeriksa:
f. Latar belakang bertulisakan nama lembaga atau spanduk
dengan tulisan “SIDANG PEMERIKSAAN PELANGGARAN
ADMINISTRATIF PEMILIHAN UMUM” yang diletakkan pada
dinding belakang Majelis Pemeriksa;
g. kursi untuk saksi, ahli, dan/atau pengunjung sidang;
h. papan nama bertuliskan “MAJELIS PEMERIKSA”,
“PELAPOR”, “PENEMU” “TERLAPOR”, “SEKRETARIS
PEMERIKSA”, “ASISTEN PEMERIKSA”, dan “PERISALAH”;
i. bendera Merah-Putih
j. pataka Bawaslu
k. lambang negara
l. palu sidang
m. kitab suci
n. pembatas pengunjung
o. pengeras suara;
p. komputer;
q. mesin pencetak kertas dan pemindai;
r. alat perekam audio dan/atau video;
s. alat tulis kantor;
t. perlengkapan lain sesuai dengan kebutuhan.

D.2. PELAKSANAAN SIDANG PEMERIKSAAN


1. Sebelum sidang dimulai Sekretaris Pemeriksa memastikan:
a. kesiapan ruang sidang dan kehadiran Pelapor/Penemu,
Terlapor, Saksi, dan/atau Ahli yang dihadirkan oleh para pihak;
b. daftar hadir para pihak dan meminta kepada para pihak untuk
mengisi dan menandatangani daftar hadir tersebut;
c. dokumen laporan/temuan diletakkan pada meja Majelis
Pemeriksa;
d. kesiapan tenaga keamanan Bawaslu, Bawaslu Provinisi,
Bawaslu Kab/kota dalam ruang sidang.
2. Setelah memastikan hal-hal sebagaimana dimaksud angka 1,
Sekretaris Pemeriksa berkoordinasi dengan Majelis Pemeriksa
untuk memulai sidang.
3. Majelis Pemeriksa menunggu di ruang transit sebelum memasuki
ruang sidang.
4. Sekretaris Pemeriksa membacakan tata tertib sidang sesuai
dengan sublampiran XIV di hadapan para pihak dan pengunjung.
5. Setelah pembacaan tata tertib selesai, Sekretaris Pemeriksa
meminta kepada yang hadir dalam ruang sidang untuk berdiri,
kemudian mempersilakan Majelis Pemeriksa memasuki ruang
sidang.
6. Setelah Majelis Pemeriksa memasuki ruang sidang dan duduk di
kursi Majelis, Sekretaris Pemeriksa meminta kepada yang hadir
dalam ruang sidang untuk duduk kembali.
7. Pemeriksaan dilaksanakan dalam sidang yang terbuka untuk
umum dan dilaksanakan oleh Majelis Pemeriksa paling sedikit 2
(dua) orang.
8. Dalam hal Ketua Bawaslu, Ketua Bawaslu Provinsi, atau Ketua
Bawaslu Kabupaten/Kota hadir dalam sidang pemeriksaan, maka
sidang dipimpin oleh Ketua Bawaslu, Ketua Bawaslu Provinsi, atau
Ketua Bawaslu Kabupaten/Kota selaku Majelis Pemeriksa dan
Pimpinan Sidang.
9. Dalam hal Ketua Bawaslu, Ketua Bawaslu Provinsi, atau Ketua
Bawaslu Kabupaten/Kota berhalangan hadir dalam sidang
pemeriksaan, maka sidang dipimpin oleh salah satu Anggota
Bawaslu, Anggota Bawaslu Provinsi, atau Anggota Bawaslu
Kabupaten/Kota yang hadir selaku Majelis Pemeriksa dan
Pimpinan Sidang.
10. Pimpinan Sidang membuka sidang dengan terlebih dahulu
menyampaikan salam pembuka, hari dan tanggal pelaksanaan
sidang, nomor register laporan/temuan, serta agenda sidang
pemeriksaan.
11. Pimpinan Sidang mengetuk palu dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. Ketuk palu 3 kali untuk membuka dan menutup sidang
pemeriksaan;
b. Ketuk palu 1 kali untuk menskors dan mencabut skors pada
hari yang sama, pengesahan bukti yang diserahkan para pihak,
dan setelah selesai membaca amar putusan;
c. Ketuk palu 4 kali secara berturut-turut untuk memberi
peringatan kepada para pihak dan pengunjung sidang
pemeriksaan yang melanggar tata tertib sidang.
12. Pimpinan Sidang memperkenalkan Majelis Pemeriksa dan
memberikan kesempatan kepada para pihak untuk
memperkenalkan diri.
13. Pimpinan Sidang memastikan kesesuaian antara identitas para
pihak serta surat kuasa para pihak yang hadir dalam sidang.
14. Pimpinan Sidang dapat memberikan peringatan kepada pihak-
pihak yang mengganggu ketertiban dan kelancaran proses sidang,
serta memerintahkan petugas pengamanan untuk mengeluarkan
pihak-pihak yang mengganggu ketertiban dan kelancaran proses
sidang setelah diberikan peringatan sebanyak dua kali.
15. Pimpinan Sidang memerintahkan para pihak untuk hadir pada
sidang berikutnya yang merupakan pemberitahuan dan panggilan
resmi.
16. Sekretaris Pemeriksa meminta kepada yang hadir dalam ruang
sidang untuk berdiri saat Majelis Pemeriksa akan meninggalkan
ruang sidang dan mempersilakan untuk duduk kembali setelah
Majelis Pemeriksa meninggalkan ruang sidang.
17. Sekretaris Pemeriksa membuat Berita Acara Sidang Pemeriksaan
sesuai dengan Formulir Model ADM.BA-SP pada setiap agenda
sidang.
18. Asisten Pemeriksa menyiapkan kebutuhan Majelis Pemeriksa
dalam proses sidang terkait dengan substansi laporan/temuan
yang sedang diperiksa seperti daftar pertanyaan kepada
Pelapor/Penemu, Terlapor, Saksi, Ahli, Pihak Terkait, dan/atau
Lembaga Terkait atau materi-materi lainnya yang dibutuhkan.
19. Perisalah mencatat dan merekam semua percakapan yang terjadi
dalam Sidang Pemeriksaan dan menuangkannya ke dalam
Formulir Model ADM.RISALAH.

D.3. TAHAPAN SIDANG PEMERIKSAAN


1. Tahapan sidang pemeriksaan meliputi:
a. pembacaan Laporan dari Pelapor atau Temuan dari penemu;
b. jawaban Terlapor;
c. pembuktian;
d. kesimpulan; dan
e. pembacaan putusan.
2. Tahapan sidang pembacaan Laporan dari pelapor atau Temuan
dari Penemu sebagaimana dimaksud angka 1 huruf a dilakukan
dengan cara sebagai berikut:
a. Pimpinan Sidang memastikan bahwa Laporan/Temuan yang
akan dibacakan pada sidang sesuai dengan laporan/Temuan
yang telah disampaikan sebelumnya;
b. Dalam hal sebelum laporan/temuan dibacakan oleh
Pelapor/Penemu terdapat perbaikan materi laporan/temuan,
Pimpinan Sidang memberi kesempatan sebanyak 1 (satu) kali
kepada Pelapor/Penemu untuk memperbaiki laporan/temuan
dengan menemui Petugas Penerima Laporan/Temuan untuk
dibuatkan Formulir Laporan/Temuan Perbaikan;
c. Perbaikan materi laporan/temuan sebagaimana dimaksud
huruf b dilakukan hanya untuk menambah atau mengurangi
uraian laporan/temuan namun tidak mengubak pokok materi
laporan/temuan;
d. Dalam hal terdapat perbaikan materi laporan/temuan
sebagaimana dimaksud huruf c, Pimpinan Sidang menutup
sidang dan menjadwalkan sidang berikutnya dengan agenda
pembacaan laporan/temuan;
e. Formulir Laporan/Temuan perbaikan disampaikan kepada
Terlapor pada sidang berikutnya;
f. Pelapor/Penemu membacakan laporan/temuan dalam sidang
pemeriksaan;
g. Dalam hal setelah laporan/temuan dibacakan terdapat
kekeliruan penulisan yang tidak mengubah pokok materi
laporan/temuan, Pelapor/Penemu dalam melakukan perbaikan
dengan cara:
1) mencoret penulisan yang keliru;
2) menuliskan kata/kalimat yang benar; dan
3) memberikan paraf pada kata/kalimat baru tersebut,
di hadapan Majelis Pemeriksa dan Terlapor.
3. Tahapan sidang jawaban Terlapor sebagaimana dimaksud angka
1 huruf b dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Pimpinan Sidang meminta kepada Terlapor untuk
menyampaikan jawaban secara tertulis sesuai dengan Formulir
Model ADM.JAWABAN sebanyak 3 (tiga) rangkap dalam
bentuk cetak dan dokumen digital dengan format word yang
disimpan dalam media penyimpanan;
b. Jawaban Terlapor disampaikan paling lama pada sidang
berikutnya setelah sidang pembacaan laporan/temuan oleh
Pelapor/Penemu;
c. Dalam hal sebelum jawaban dibacakan oleh Terlapor terdapat
perbaikan materi jawaban, Pimpinan Sidang memberi
kesempatan sebanyak 1 (satu) kali kepada Terlapor untuk
memperbaiki Jawaban;
d. Perbaikan materi jawaban sebagaimana dimaksud huruf c
dilakukan hanya untuk menambah atau mengurangi uraian
jawaban;
e. Dalam hal terdapat perbaikan materi jawaban sebagaimana
dimaksud huruf d, Pimpinan Sidang menutup sidang dan
menjadwalkan sidang berikutnya dengan agenda pembacaan
jawaban;
f. Terlapor membacakan jawaban dalam sidang pemeriksaan;
g. Dalam hal setelah jawaban dibacakan terdapat kekeliruan
penulisan yang tidak mengubah pokok materi jawaban,
Terlapor dalam melakukan perbaikan dengan cara:
1) mencoret penulisan yang keliru;
2) menuliskan kata/kalimat yang benar; dan
3) memberikan paraf pada kata/kalimat baru tersebut,
di hadapan Majelis Pemeriksa dan Pelapor/Penemu.
4. Tahapan sidang pembuktian sebagaimana dimaksud angka 1 huruf
c dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Majelis Pemeriksa memeriksa barang bukti berupa surat atau
tulisan, serta dokumen elektronik dengan cara:
1) mempersilakan para pihak dengan dibantu oleh Sekretaris
Pemeriksa untuk mengonfirmasi bukti yang telah
diserahkan sebelumnya melalui Petugas Penerima
Laporan/Temuan atau Sekretaris Pemeriksa ke hadapan
Majelis Pemeriksa;
2) mencocokan atau memastikan kesesuaian bukti dengan
daftar bukti yang dibuat sesuai dengan sublampiran XV ;
3) mengesahkan bukti dengan mengetuk palu 1 (satu) kali;
4) dalam hal pemeriksaan dilakukan tanpa kehadiran salah
satu pihak, maka pengesahan bukti dapat dilakukan oleh
Majelis Pemeriksa dengan hanya dihadiri oleh pihak yang
hadir dalam sidang pemeriksaan;
5) dalam hal pemeriksaan dilakukan tanpa kehadiran
Pelapor/Penemu dan Terlapor, maka pengesahan bukti
dapat dilakukan oleh Majelis Pemeriksa tanpa kehadiran
Pelapor/Penemu dan Terlapor dalam sidang pemeriksaan.
b. Majelis Pemeriksa memberi kesempatan kepada para pihak
untuk mengajukan dan menghadirkan saksi dan/atau ahli
dalam sidang pemeriksaan.
c. Majelis Pemeriksa memberi kesempatan pertama kepada
Pelapor/Penemu untuk mengajukan dan menghadirkan saksi
dan/atau ahli, setelah itu Majelis Pemeriksa memberi
kesempatan kepada Terlapor untuk mengajukan dan
menghadirkan saksi dan/atau ahli.
d. Majelis Pemeriksa melakukan pemeriksaan terhadap saksi
dan/atau ahli dengan cara:
1) memeriksa identitas saksi dan/atau ahli yang diajukan para
pihak;
2) memandu saksi dan/atau ahli sesuai dengan agamanya
untuk diambil sumpah atau janji sebelum memberikan
keterangan;
3) meminta saksi dan/atau ahli menandatangani berita acara
pengambilan sumpah;
4) memberi kesempatan kepada para pihak untuk
mengajukan pertanyaan-pertanyaan sesuai dengan
kapasitas saksi dan/atau ahli;
5) mengajukan pertanyaan kepada saksi dan/atau ahli;
6) meminta keterangan ahli dalam bentuk tertulis.
e. Majelis Pemeriksa dapat menghadirkan lembaga terkait untuk
memberi keterangan secara tertulis atau lisan sesuai dengan
kedudukan, tugas, fungsi, dan kewenangannya.
f. Kehadiran lembaga terkait sebagaimana dimaksud huruf e
disertai dengan surat tugas dari pimpinan atau atasan di
lembaga yang bersangkutan.
g. Tata cara pemeriksaan sebagaimana dimaksud huruf d angka
1), angka 4), angka 5), dan angka 6) secara mutatis mutandis
berlaku juga untuk pemeriksaan lembaga terkait.
h. Majelis Pemeriksa dapat menghadirkan pihak terkait yang
berkepentingan langsung terhadap laporan/temuan untuk
memberi keterangan secara tertulis atau lisan.
i. Tata cara pemeriksaan sebagaimana dimaksud huruf d angka
1), angka 2), angka 3), angka 4), dan angka 5) secara mutatis
mutandis berlaku juga untuk pemeriksaan pihak terkait.
j. Majelis Pemerika dapat melakukan pemeriksaan setempat
dalam hal terdapat alat bukti yang tidak dapat dihadirkan dalam
sidang pemeriksaan.
k. Alat bukti sebagaimana dimaksud huruf j hanya terbatas pada
alat bukti berupa surat atau tulisan dan dokumen elektronik.
l. Pemeriksaan setempat sebagaimana dimakud huruf j
dilakukan dengan cara:
1) majelis pemeriksa memberitahukan dan mengundang
Pelapor/Penemu dan Terlapor dalam sidang pemeriksaan
untuk hadir dalam pemeriksaan setempat.
2) dalam hal Pelapor/Penemu dan/atau Terlapor tidak hadir
dalam pemeriksaan setempat, Majelis Pemeriksa
melakukan pemeriksaan setempat tanpa dihadiri oleh
Pelapor/Penemu dan/atau Terlapor.
3) hasil pemeriksaan setempat dituangkan ke dalam berita
acara hasil pemeriksaan setempat sesuai dengan Formulir
Model ADM.BA-PST.
5. Tahapan sidang kesimpulan sebagaimana dimaksud angka 1 huruf
d dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Setelah pembuktian selesai, Majelis Pemeriksa memberi
kesempatan kepada Pelapor/Penemu dan Terlapor untuk
menyampaikan kesimpulan secara lisan atau tertulis.
b. Kesimpulan secara lisan dapat disampaikan pada hari yang
sama saat dilakukannya sidang pembuktian, di mana
penyampaian kesimpulan dilakukan setelah proses
pembuktian selesai.
c. Kesimpulan secara tertulis dapat disampaikan pada sidang
pemeriksaan atau diserahkan kepada Sekretaris Pemeriksa di
luar sidang pemeriksaan pada waktu yang telah ditentukan
oleh Majelis Pemeriksa.
6. Tahapan sidang pembacaan putusan sebagaimana dimaksud
angka 1 huruf e dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Majelis Pemeriksa membacakan putusan paling lama 14 hari
setelah laporan/temuan diregistrasi.
b. Majelis Pemeriksa membacakan putusan dalam sidang yang
terbuka untuk umum dan dilaksanakan oleh Majelis Pemeriksa
paling sedikit 2 (dua) orang.
c. Dalam hal Ketua Bawaslu, Ketua Bawaslu Provinsi, atau Ketua
Bawaslu Kabupaten/Kota hadir dalam sidang pemeriksaan,
maka sidang dipimpin oleh Ketua Bawaslu, Ketua Bawaslu
Provinsi, atau Ketua Bawaslu Kabupaten/Kota selaku Majelis
Pemeriksa dan Pimpinan Sidang.
d. Dalam hal Ketua Bawaslu, Ketua Bawaslu Provinsi, atau Ketua
Bawaslu Kabupaten/Kota berhalangan hadir dalam sidang
pemeriksaan, maka sidang dipimpin oleh salah satu Anggota
Bawaslu, Anggota Bawaslu Provinsi, atau Anggota Bawaslu
Kabupaten/Kota yang hadir selaku Majelis Pemeriksa dan
Pimpinan Sidang.
e. Ketua dan Anggota Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Bawaslu
Kabupaten/Kota selaku Majelis Pemeriksa tidak diperbolehkan
menyampaikan pendapat berbeda atas hasil pemeriksaan
laporan/temuan pada sidang pembacaan putusan.

E. PENYUSUNAN PUTUSAN

1. Sebelum penyusunan putusan, Sekretaris Pemeriksa menyiapkan


dokumen laporan/temuan paling sedikit sebagai berikut:
a. Formulir Laporan/Temuan (Formulir Model B.1/B.2, Formulir
Laporan/Temuan Perbaikan);
b. Jawaban Terlapor (Formulir Model ADM.JAWABAN);
c. Bukti dan Daftar Bukti dari Pelapor/Penemu dan Terlapor;
d. Keterangan tertulis ahli (jika ada);
e. Berita Acara Sidang Pemeriksaan (Formulir Model ADM.BA-SP);
f. Risalah Sidang Pemeriksaan (Formulir Model ADM.RISALAH);
g. Rekaman audio dan/atau video sidang pemeriksaan;
h. Kesimpulan tertulis Pelapor/Penemu atau Terlapor.
2. Majelis Pemeriksa menyusun putusan dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. dibuat sesuai dengan Formulir Model ADM.PUTUSAN;
b. kertas ukuran F4 (21x33 cm);
c. berat kertas 80 gram;
d. margin (atas 3 cm, bawah 2 cm, kiri 3 cm, dan kanan 2 cm);
e. jenis huruf Arial ukuran 12 pt,
f. spasi 1.5;
g. penomoran halaman di bawah-kanan halaman menggunakan jenis
huruf Arial ukuran 10 pt dengan contoh format sebagai berikut:
Putusan Nomor: 001/LP/ADM.PL/BWSL/00.00/I/2023
Halaman 1 dari 50
h. halaman pertama menggunakan logo lambang negara (garuda
pancasila) berwarna emas untuk Bawaslu dan berwarna hitam
putih untuk Bawaslu Provinsi dan Bawaslu Kabupaten/Kota.
3. Penyusunan putusan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. nomor putusan menggunakan nomor yang sama dengan nomor
register temuan atau laporan;
b. setelah identitas pelapor, ditulis keterangan “selanjutnya disebut
Pelapor”;
contoh:
Nama : Jaka Sembung
Tempat, Tanggal Lahir : Jayapura, 15 Oktober 1980
Kewarganegaraan : Indonesia
Pekerjaan : Pengusaha
Alamat : Jl Entrop No.2, Jayapura
Selanjutnya disebut sebagai PELAPOR
atau
Nama : Jaka Sembung
Tempat, Tanggal Lahir : Jayapura, 15 Oktober 1980
Kewarganegaraan : Indonesia
Pekerjaan : Pengusaha
Alamat : Jl Entrop No.2, Jayapura
melalui kuasa hukumnya Hendrawan, advokat yang beramalat di
Kantor Hukum Hendrawan and Partners di Jalan Salemba No.33,
Jakarta Pusat.
Selanjutnya disebut sebagai PELAPOR
c. apabila pelapor lebih dari satu orang, maka setelah masing-masing
identitas pelapor ditulis keterangan “selanjutnya disebut Pelapor I”
dan seterusnya, serta setelah semua identitas pelapor disebutkan
ditulis keterangan “untuk selanjutnya secara Bersama-sama
disebut Para Pelapor”;
contoh:
Nama : Jaka Sembung
Tempat, Tanggal Lahir : Jayapura, 15 Oktober 1980
Kewarganegaraan : Indonesia
Pekerjaan : Pengusaha
Alamat : Jl Entrop No.2, Jayapura
Selanjutnya disebut PELAPOR I
dan
Nama : Wira Sableng
Tempat, Tanggal Lahir : Aceh, 2 Januari 1982
Kewarganegaraan : Indonesia
Pekerjaan : Guru
Alamat : Jl Teuku Umar No.10, Banda Aceh
Selanjutnya disebut PELAPOR II
Selanjutnya secara bersama-sama disebut PARA PELAPOR
d. setelah identitas terlapor ditulis keterangan “selanjutnya disebut
Telapor”;
contoh:
Komisi Pemilihan Umum Kota Jakarta Tengah, berlamat di Jalan
Pengeran Diponegoro, No.18, Jakarta Tengah. Selanjutnya disebut
TERLAPOR
atau
Beni, Dina, Herman, Wati, dan Joko, masing-masing berkedudukan
sebagai Ketua dan Anggota Komisi Pemilihan Umum Kota Jakarta
Tengah, berlamat di Jalan Pengeran Diponegoro, No.18, Jakarta
Tengah. Selanjutnya disebut TERLAPOR.
atau
Gundala Putra Petir, Calon Anggota DPRD Kota Jakarta Tengah
dari Partai A untuk Daerah Pemilihan Jakarta Tengah I, beralamat
di Jakarta Tengah. Selanjutnya disebut TERLAPOR
e. apabila Terlapor lebih dari satu orang, maka setelah masing-
masing identitas pelapor ditulis keterangan “selanjutnya disebut
Terlapor I” dan seterusnya, serta setelah semua identitas Terlapor
disebutkan ditulis keterangan “selanjutnya secara bersama-sama
disebut Para Terlapor”;
Contoh:
Gundala Putra Petir, Calon Anggota DPRD Kota Jakarta Tengah
dari Partai A untuk Daerah Pemilihan Jakarta Tengah I, beralamat
di Jakarta Tengah. Selanjutnya disebut TERLAPOR I
dan
Sri Asih, Calon Anggota DPRD Kota Jakarta Tengah dari Partai A
untuk Daerah Pemilihan Jakarta Tengah I, beralamat di Jakarta
Tengah. Selanjutnya disebut TERLAPOR II
Selanjutnya secara bersama-sama disebut PARA TERLAPOR
f. menuangkan hasil pemeriksaan dengan sistematika sebagai
berikut:
1) Uraian Temuan Penemu/Laporan Pelapor
Berisi uraian temuan yang ada di dalam Formulir Model B.2
atau uraian laporan yang ada di dalam Formulir Model B.1.
apabila ada keterangan Penemu/Pelapor yang disampaikan
langsung di dalam sidang pemeriksaan yang keterangannya
tidak tercantum dalam temuan/laporan, maka dituangkan
setelah uraian temuan/laporan dengan memberi keterangan
bahwa keterangan Penemu/Pelapor disampaikan dalam
sidang pemeriksaan.
Contoh:
1. Uraian Laporan Pelapor
Pada tanggal 2 Agustus 2023, di Kantor KPU Kota Jakarta
Tengah, KPU Kota Jakarta Tengah telah menolak
pendaftaran Bakal Calon Anggota DPRD yang diajukan
oleh Partai B.
Alasan penolakan tersebut dikarenakan sudah melewati
batas waktu yang ditentukan. Padahal LO Partai B telah
datang lebih awal dan mengisi daftar hadir, tetapi tidak
langsung dilayani dan harus menunggu lama.
dst……
Bahwa Pelapor menyampaikan keterangan dalam sidang
pemeriksaan tanggal 20 Agustus 2023. adapun keterangan
yang disampaikan adalah sebagai berikut:
- Agus, LO Partai B, telah datang ke Kantor KPU Kota
Jakarta Tengah, pada tanggal 2 Agustus 2023, pukul
20.15 WIB dan ditemui oleh Bapak Agung, petugas
Helpdesk KPU Kota Jakarta tengah.
- dst…
2) Bukti-Bukti Penemu/Pelapor
berisi daftar bukti-bukti yang diajukan oleh Penemu/Pelapor
yang dituangkan dalam bentuk tabel berisi kolom kode bukti
dan jenis bukti.
3) Keterangan Saksi/Ahli yang diajukan Penemu/Pelapor
berisi keterangan Saksi/Ahli yang disampaikan dalam sidang
pemeriksaan dan/atau keterangan tertulis Ahli yang
disampaikan dalam sidang pemeriksaan.
4) Uraian Jawaban Terlapor
berisi uraian jawaban terlapor yang ada di dalam Formulir
Model ADM.JAWABAN. apabila ada keterangan Terlapor yang
disampaikan langsung di dalam sidang pemeriksaan yang
keterangannya tidak tercantum dalam jawaban, maka
dituangkan setelah uraian jawaban dengan memberi
keterangan bahwa keterangan Terlapor disampaikan dalam
sidang pemeriksaan (sama seperti contoh keterangan Pelapor
di atas).
5) Bukti-Bukti Terlapor
berisi daftar bukti-bukti yang diajukan oleh Terlapor yang
dituangkan dalam bentuk tabel berisi kolom kode bukti dan
jenis bukti.
6) Keterangan Saksi/Ahli yang diajukan Terlapor
berisi keterangan Saksi/Ahli yang disampaikan dalam sidang
pemeriksaan dan/atau keterangan tertulis Ahli yang
disampaikan dalam sidang pemeriksaan.
7) Keterangan Lembaga Terkait (jika ada)
berisi keterangan Lembaga Terkait yang disampaikan dalam
sidang pemeriksaan, baik secara lisan maupun tertulis.
8) Keterangan Pihak Terkait (jika ada)
berisi keterangan Pihak Terkait yang disampaikan dalam
sidang pemeriksaan, baik secara lisan maupun tertulis.
9) Laporan Hasil Investigasi (jika ada)
berisi keterangan laporan hasil investigasi pengawas pemilu
yang disampaikan secara tertulis dalam sidang pemeriksaan.
10) Pertimbangan Majelis Pemeriksa
berisi fakta-fakta yang terungkap dalam sidang pemeriksaan
(berisi uraian fakta-fakta hukum atau peristiwa yang benar-
benar terjadi karena dapat dibuktikan dalam sidang
pemeriksaan), serta penilaian dan pendapat Majelis Pemeriksa
(berisi analisa terhadap fakta hukum dengan mengkaitkannya
dengan norma hukum dan/atau teori-teori hukum).
4. Majelis Pemeriksa dalam menyusun putusan dapat dibantu oleh
Sekretaris Pemeriksa dan Asisten Pemeriksa.
5. Putusan yang telah disusun oleh Majelis Pemeriksa diputuskan dalam
Rapat Pleno oleh Ketua dan Anggota Bawaslu, Bawaslu Provinsi, atau
Bawaslu Kabupaten/Kota.
6. Ketua dan Anggota Bawaslu, Bawaslu Provinsi, atau Bawaslu
Kabupaten/Kota yang menghadiri rapat pleno menandatangani
putusan.
7. Putusan diserahkan kepada Sekretaris Pemeriksa.
8. Sekretaris Pemeriksa menandatangani putusan.
9. Sekretaris Pemeriksa menyiapkan salinan putusan yang merupakan
hasil cetak sesuai dengan Putusan asli yang telah disahkan oleh
Pejabat di lingkungan Bawaslu, Bawaslu Provinsi atau Bawaslu
Kabupaten/Kota yang membidangi penanganan pelanggaran.
10. Salinan Putusan yang dikeluarkan memenuhi ketentuan sebagai
berikut:
a. memberikan tanda tulisan “SALINAN” dalam kotak berwarna merah
di kanan atas halaman pertama;
Contoh:

b. membubuhi cap stempel pengesahan salinan pada setiap lembar


salinan di kiri tengah halaman;
c. membubuhi paraf pada cap stempel pengesahan di setiap lembar
salinan di kiri tengah halaman;
Contoh:

d. mengisi kolom tanda tangan pimpinan/majelis dan sekretaris


musyawarah dengan frasa “ttd”; dan
e. menandatangani dan membubuhi cap stempel sekretariat
pernyataan pengesahan pada halaman akhir putusan.
Contoh:
F. PENYAMPAIAN DAN PENGUMUMAN SALINAN PUTUSAN

1. Sekretaris Pemeriksa menyampaikan Salinan putusan kepada


Pelapor/Penemu dan Terlapor paling lama 1 (satu) hari setelah putusan
dibacakan.
2. Sekretaris Pemeriksa membuat dan mencetak tanda bukti penyerahan
salinan putusan sesuai dengan sublampiran XVI.
3. Tanda terima penyerahan salinan putusan dibuat sebanyak 3 (tiga)
rangkap, terdiri dari 1 (satu) rangkap untuk Pelapor/Penemu, 1 (satu)
rangkap untuk Terlapor, dan 1 (satu) rangkap untuk arsip.
4. Sekretaris Pemeriksa, Pelapor/Penemu, dan Terlapor menandatangani
tanda terima penyerahan salinan putusan.
5. Sekretaris Pemeriksa membubuhi cap stempel pada tanda terima
penyerahan salinan putusan.
6. Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Bawaslu Kabupaten/Kota membuat
Status Temuan/Laporan sesuai dengan Formulir Model ADM.STATUS
dan ditandatangani oleh Ketua Bawaslu, Ketua Bawaslu Provini, atau
Ketua Bawaslu Kabupaten/Kota.
7. Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Bawaslu Kabupaten/Kota memuat
Salinan putusan dan Status Temuan/Laporan ke dalam laman resmi
Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Bawaslu Kabupaten/Kota paling lama
2 (dua) hari setelah putusan dibacakan.
G. PEMERIKSAAN DENGAN ACARA CEPAT

1. Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota, atau Panwaslu


LN berwenang menyelesaikan Pelanggaran Administratif Pemilu
melalui pemeriksaan acara cepat.
2. Pelanggaran administrasi pemilu sebagaimana dimaksud angka 1
merupakan pelanggaran terkait tata cara, prosedur, atau mekanisme
yang pembuktianya tidak rumit dan diperlukan penyelesaian dengan
cara cepat.
3. Pelanggaran administrasi pemilu sebagaimana dimaksud angka 2
terjadi pada tahapan pelaksanaan kampanye pemilu, rekapitulasi hasil
penghitungan suara peserta pemilu, serta pemungutan dan
penghitungan suara di TPS Luar Negeri.
4. Pemeriksaan acara cepat dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. dalam hal dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu berasal dari
Temuan maka Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu
Kabupaten/Kota, atau Panwaslu LN, sebagai penemu mencatatkan
hasil pengawasannya dan meminta keterangan Terlapor;
b. dalam hal dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu berasal dari
Laporan maka Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu
Kabupaten/Kota, atau Panwaslu LN, meminta keterangan Pelapor
dan Terlapor;
c. menguraikan peristiwa dan analisa hukum; dan
d. memutus.
5. Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota, atau Panwaslu
LN menuangkan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud angka 4
sebagai putusan dalam Formulir Model ADM.ACARA CEPAT.
6. Penyusunan putusan sebagaimana dimaksud angka 5 memperhatikan
hal-hal sebagai berikut:
a. nomor putusan pemeriksan cepat menggunakan format
penomoran yang diatur dalam Formulir Model ADM.NRL;
contoh:
Nomor: 001/TM.AC/ADM.PL/BWSL.KAB/34.13/XII/2023.
Penomoran Temuan dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu
yang diperiksa dengan acara cepat oleh Bawaslu Kabupaten
Pegunungan Arfak pada tanggal 1 Desember 2023 terkit dengan
Pemilu Anggota DPR.
b. kolom identitas penemu diisi dengan identitas pengawas pemilu
yang berada di lokasi terjadinya peristiwa dugaan pelanggaran.
Sementara identitas Pelapor diisi identitas seseorang yang
pertama kali mengatahui adanya dugaan pelanggaran dan
menyampaikan informasi kepada Pengawas Pemilu di lokasi
terjadinya peristiwa dugaan pelanggaran.
c. kolom identitas terlapor diisi dengan identitas lembaga atau orang
yang diduga melakukan pelanggaran adminnistratif pemilu.
d. kolom uraian peristiwa dan analisa hukum berisi uraian peristiwa
secara singkat mencakup informasi berdasarkan hasil pengawasan
atau penyampaian Laporan, tanggapan Terlapor, serta analisa
hukum.
e. amar putusan berisi amar yang menyatakan Terlapor terbukti
melakukan pelanggaran administratif pemilu serta sanksi
administratif yang diberikan.
contoh:
MEMUTUSKAN
3. Menyatakan KPU Kota Jakarta Tengah terbukti melakukan
pelanggaran administratif Pemilu karena tidak menindaklanjuti
keberatan Bawaslu Kota Jakarta Tengah atas selisih suara
rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara di Kecamatan
A.
4. Memerintahkan KPU Kota Jakarta Tengah untuk melakukan
pencocokan selisih suara dengan DA.1 Plano.
7. Putusan sebagaimana dimaksud angka 5 ditetapkan dalam rapat
pleno.
8. Rapat pleno sebagaimana dimaksud angka 7 dapat dilakukan melalui
media komunikasi dalam hal terjadi keadaan penting dan
membutuhkan keputusan segara dengen ketentuan:
a. perlu dikeluarkan keputusan yang bersifat segera dalam jangka
waktu kurang dari 24 (dua puluh empat) jam; dan
b. jumlah anggota tidak memenuhi syarat sah pelaksanaan Rapat
Pleno.
9. Putusan sebagaimana dimaksud angka 5 ditandatangani oleh anggota
Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota, atau Panwaslu
LN yang melakukan penyelesaian di tempat kejadian.
10. Putusan dibuat dalam 3 (tiga) rangkap dan diserahkan masing-masing
1 (satu) rangkap untuk Pelapor, 1 (satu) rangkap untuk Terlapor, dan 1
(satu) rangkap untuk arsip.
11. Penyelesaian dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu melalui
pemeriksaan acara cepat dilakukan oleh Bawaslu, Bawaslu Provinsi,
Bawaslu Kabupaten/Kota atau Panwaslu LN pada hari yang sama saat
terjadinya Pelanggaran Pemilu.

H. PENERIMAAN PERMINTAAN KOREKSI

1. Bawaslu berwenang melakukan koreksi terhadap putusan Bawaslu


Provinsi atau Bawaslu Kabupaten/Kota.
2. Pelapor/Penemu dan/atau Terlapor atau melalui kuasa yang
mewakilinya dapat mengajukan permintaan koreksi kepada Bawaslu
atas putusan Bawaslu Provinsi atau Bawaslu Kabupaten/Kota kecuali
terhadap putusan pemeriksaan acara cepat.
3. Permintaan koreksi disampaikan kepada Bawaslu secara langsung
sesuai dengan Formulir Model ADM.KOREKSI.
4. Permintaan koreksi disampaikan paling lama 3 (tiga) hari setelah
putusan dibacakan.
5. Bawaslu menyediakan ruang penerimaan koreksi serta menunjuk
Petugas Penerima.
6. Ruang penerimaan koreksi sebagaimana dimaksud angka 5 paling
sedikit terdiri dari:
a. meja dan kursi penerimaan permintaan koreksi;
b. alat tulis kantor;
c. perangkat komputer;
d. mesin pencetak dan pemindai;
e. mesin pendingin ruangan;
f. buku register permintaan koreksi;
g. buku Peraturan Bawaslu Nomor 7 Tahun 2022 dan Peraturan
Bawaslu Nomor 8 Tahun 2022 serta lampirannya dalam bentuk
cetakan dan/atau dokumen elektronik; dan
h. buku petunjuk teknis penanganan pelanggaran pemilu dalam bentuk
cetak dan/atau dokumen elektronik.
7. Petugas Penerima menerima kedatangan Pelapor/Penemu atau
Terlapor atau melalui kuasanya yang akan menyampaikan permintaan
koreksi di ruang penerimaan koreksi pada jam kerja sebagai berikut:
a. mulai pukul 08.00 sampai dengan pukul 16.00 waktu setempat untuk
hari Senin sampai dengan Kamis; dan
b. mulai pukul 08.00 sampai dengan pukul 16.30 waktu setempat untuk
hari Jumat.
8. Sebelum menerima permintaan koreksi, Petugas Penerima
memberikan informasi terkait dengan tata cara dan persyaratan
permintaan koreksi kepada Pelapor/Penemu atau Terlapor.
9. Petugas Penerima meminta kepada Pelapor/Penemu atau Terlapor
untuk menyerahkan dokumen sebagai berikut:
a. Surat permintaan koreksi yang dibuat secara tertulis sesuai dengan
Formulir Model ADM.KOREKSI.
b. surat kuasa jika Pelapor/Penemu atau Terlapor diwakilkan oleh
kuasa hukum.
10. Petugas Penerima memastikan dokumen sebagaimana dimaksud
angka 9 diterima dengan ketentuan sebagai berikut:
No Jenis Dokumen Jumlah
1. Surat permintaan koreksi (Formulir 2 (dua) rangkap terdiri dari
Model ADM.KOREKSI) satu rangkap asli dan satu
rangkap fotokopi
2. surat kuasa (dalam hal 2 (dua) rangkap terdiri dari
Pelapor/Penemu atau Terlapor satu rangkap asli dan satu
memberikan kuasa kepada pihak rangkap fotokopi
lain)
11. Petugas Penerima membuat dan mencetak Tanda Terima Permintaan
Koreksi sesuai dengan Formulir Model ADM.TT-KOREKSI sebanyak 2
(dua) rangkap.
12. Petugas Penerima dan Pelapor/Penemu atau Terlapor membubuhkan
tanda tangan pada Tanda Terima Permintaan Koreksi.
13. Petugas Penerima membubuhi cap stempel pada Tanda Terima
Permintaan Koreksi.
14. Petugas Penerima menyerahkan 1 (satu) rangkap Tanda Terima
Permintaan Koreksi kepada Pelapor/Penemu atau Terlapor pada hari
yang sama setelah ditandatangani dan dibubuhi cap stempel.
15. Petugas Penerima melakukan registrasi permintaan koreksi dengan
cara sebagai berikut:
a. mencatat permintaan koreksi dalam buku register permintaan
koreksi sesuai dengan sublampiran XVII;
b. memberikan nomor permintaan koreksi sesuai dengan Formulir
Model ADM.NRL; dan
c. menerbitkan berita acara sesuai dengan Formulir Model ADM.BA-
REG.KOREKSI.
16. Dalam hal terdapat permintaan koreksi, pelaksanaan putusan Bawaslu
Provinsi atau Bawaslu Kabupaten/Kota yang diajukan permintaan
koreksi ditunda sampai diterbitkannya putusan koreksi oleh Bawaslu.
17. Penundaan pelaksanaan putusan Bawaslu Provinsi atau Bawaslu
Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud angka 16 hanya terbatas pada
putusan Bawaslu Provinsi atau Bawaslu Kabupaten/Kota yang amar
putusannya memerintahkan kepada KPU, KPU Provinsi, atau KPU
Kabupaten/Kota untuk melakukan perbaikan administrasi terhadap tata
cara, prosedur, atau mekanisme sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
18. Bawaslu menyampaikan surat kepada KPU, KPU Provinsi, atau KPU
Kabupaten/Kota untuk menginformasikan adanya upaya permintaan
koreksi atas putusan Bawaslu Provinsi atau Bawaslu Kabupaten/Kota
dan meminta menunda pelaksanaan putusan sebagaimana dimaksud
angka 16.

I. PEMERIKSAAN KOREKSI

1. Bawaslu menyampaikan surat pemberitahuan kepada pihak lainnya


(Pelapor/Penemu atau Terlapor) menggunakan Formulir Model
ADM.SP-KOREKSI paling lama 1 (satu) hari setelah permintaan koreksi
diregister.
2. Pemberitahuan berisi permintaan kepada pihak lainnya untuk membuat
dan menyampaikan jawaban atas permintaan koreksi.
3. Pemberitahuan disertai salinan permintaan koreksi (Formulir Model
ADM.KOREKSI).
4. Pemberitahuan disampaikan secara langsung atau melalui media
telekomunikasi.
5. Bawaslu memastikan surat pemberitahuan sebagaimana dimaksud
angka 1 telah diterima oleh pihak lain dengan cara sebagai berikut:
a. apabila surat pemberitahuan disampaikan secara langsung maka
diterbitkan surat tanda terima yang ditandatangani oleh pihak yang
menerima surat; dan/atau
b. apabila surat pemberitahuan disampaikan melalui media
telekomunikasi dalam bentuk dokumen elektronik, maka dibuktikan
dengan tangkapan layar dari percakapan.
6. Pihak lain sebagaimana dimaksud angka 1 menyampaikan jawaban
sebanyak 1 (satu) rangkap sesuai dengan Formulir Model
ADM.JAWABAN-KOREKSI.
7. Jawaban sebagaimana dimaksud angka 6 disampaikan kepada
Bawaslu paling lambat 2 (dua) hari setelah Pelapor/Penemu atau
Terlapor menerima pemberitahuan.
8. Penyampaian jawaban sebagaimana dimaksud angka 7 dapat
disampaikan secara langsung atau melalui media telekomunikasi ke
Bawaslu.
9. Setelah menerima jawaban koreksi, Bawaslu menerbitkan Tanda
Terima Jawaban Koreksi sesuai dengan sublampiran XVIII dan
menyampaikannya kepada Pelapor/Penemu atau Terlapor.
10. Bawaslu melakukan pemeriksaan terhadap dokumen permintaan
koreksi paling lambat 7 (tujuh) Hari setelah permintaan koreksi
diregister.
11. Hasil pemeriksaan permintaan koreksi disusun dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. dibuat sesuai dengan Formulir Model ADM.PUTUSAN-KOREKSI;
b. kertas ukuran F4 (21x33 cm);
c. berat kertas 80 gram;
d. margin (atas 3 cm, bawah 2 cm, kiri 3 cm, dan kanan 2 cm);
e. jenis huruf Arial ukuran 12 pt,
f. spasi 1.5;
g. penomoran halaman di bawah-kanan halaman menggunakan jenis
huruf Arial ukuran 10 pt dengan contoh format sebagai berikut:
Putusan Nomor: 001/KS/ADM.PL/BWSL/00.00/II/2023
Halaman 1 dari 50
h. halaman pertama menggunakan logo lambang negara (garuda
pancasila) berwarna emas.
12. Putusan koreksi dapat berupa:
a. menerima permintaan koreksi;
b. menolak permintaan koreksi; atau
c. permintaan koreksi tidak dapat diterima.
13. Putusan koreksi diputuskan dalam rapat pleno Ketua dan Anggota
Bawaslu.
14. Putusan koreksi dibubuhi paraf pada setiap halaman dan
ditandatangani oleh Ketua dan Anggota Bawaslu.

J. PENYAMPAIAN DAN PENGUMUMAN PUTUSAN KOREKSI

1. Bawaslu menyiapkan salinan putusan koreksi yang merupakan hasil


cetak sesuai dengan Putusan asli yang telah disahkan oleh Pejabat di
lingkungan Bawaslu yang membidangi penanganan pelanggaran.
2. Salinan putusan koreksi yang dikeluarkan memenuhi ketentuan sebagai
berikut:
a. memberikan tanda tulisan “SALINAN” dalam kotak berwarna merah
di kanan atas halaman pertama;
Contoh:

b. membubuhi cap stempel pengesahan salinan pada setiap lembar


salinan di kiri tengah halaman;
c. memberikan paraf pada cap stempel pengesahan di setiap lembar
salinan di kiri tengah halaman;
Contoh:

d. mengisi kolom tanda tangan Ketua dan Anggota Bawaslu dengan


frasa “ttd”; dan
e. menandatangani dan membubuhi cap stempel sekretariat
pernyataan pengesahan pada halaman akhir putusan.
Contoh:
3. Bawaslu menyampaikan salinan putusan koreksi kepada
Pelapor/Penemu atau Terlapor melalui Bawaslu Provinsi atau Bawaslu
Kabupaten/Kota.
4. Bawaslu membuat status permintaan koreksi sesuai dengan Formulir
Model ADM.STL-KOREKSI yang ditandatangani oleh Ketua Bawaslu.
5. Bawaslu mengumumkan salinan putusan koreksi dan status permintaan
koreksi pada laman resmi Bawaslu.

K. PENGAWASAN TINDAK LANJUT PUTUSAN

1. Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota, dan/atau


Panwaslu LN melakukan pengawasan terhadap tindak lanjut putusan
yang amarnya menyatakan Terlapor terbukti secara sah dan
meyakinkan melakukan pelanggaran administratif Pemilu.
2. Pengawasan sebagaimana dimaksud angka 1 dilakukan untuk
memastikan:
a. adanya tindakan lanjut putusan.
b. mendapatkan informasi perkembangan tindak lanjut putusan.
c. mendapatkan dokumen hasil tindak lanjut putusan.
3. Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota, dan/atau
Panwaslu LN dalam melakukan pengawasan terhadap tindak lanjut
putusan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. melakukan komunikasi secara langsung atau melalui media
telekomunikasi dengan narahubung pada KPU, KPU Provinsi, KPU
Kabupaten/Kota, PPLN, atau lembaga peradilan;
b. menyampaikan surat tertulis yang ditujukan kepada pimpinan pada
KPU, KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota, PPLN, atau lembaga
peradilan; atau
c. tindakan atau media lain yang disediakan oleh KPU, KPU Provinsi,
KPU Kabupaten/Kota, PPLN, atau lembaga peradilan.
4. Pengawasan sebagaimana dimaksud angka 1 dilakukan paling cepat 3
(tiga) hari setelah putusan dibacakan atau putusan koreksi diterbitkan.

L. SIGAPLAPOR

1. Proses penyelesaian pelanggaran administratif Pemilu yang dilakukan


oleh Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota, atau
Panwaslu LN sebagaimana dimaksud pada huruf B sampai dengan
huruf K dimasukkan ke dalam SigapLapor.
2. Penggunaan SigapLapor sebagaimana dimaksud angka 1
berpedoman pada Petunjuk Teknis tentang Tata Cara Penggunaan
Sistem Informasi Penanganan Pelanggaran Pemilu dan Pelaporan.
BAB IV
PENYELESAIAN PELANGGARAN ADMINISTRATIF PEMILIHAN UMUM YANG
TERJADI SECARA TERSTRUKTUR, SISTEMATIS, DAN MASIF

A. UMUM

1. Ketentuan mengenai Formulir Model ADM.NRL, Formulir Model ADM.BA-


REG, Formulir Model ADM.SPS, Formulir Model ADM.JAWABAN,
Formulir Model ADM.BA-SP, Formulir Model ADM.RISALAH, Formulir
Model ADM.BA-SUMPAH/JANJI, Formulir Model ADM.BA-PST, Formulir
Model ADM.PUTUSAN, Formulir Model ADM.STATUS, Formulir Model
ADM.KOREKSI, Formulir Model ADM.TT-KOREKSI, Formulir Model
ADM.BA-REG-KOREKSI, Formulir Model ADM.SP-KOREKSI, Formulir
Model ADM.JAWABAN-KOREKSI, Formulir Model ADM.PUTUSAN-
KOREKSI, Formulir Model ADM.STL-KOREKSI, dan Formulir Model
ADM.ACARA CEPAT dalam pentunjuk teknis ini berpedoman pada
lampiran Peraturan Bawaslu Nomor 8 Tahun 2022 tentang Penyelesaian
Pelanggaran Administratif Pemilihan Umum.
2. Ketentuan penulisan formulir-formulir sebagaimana dimaksud angka 1
menggunakan jenis huruf Arial ukuran 12 pt.
3. Pemberian nomor terhadap:
a. Register Temuan; dan
b. Register Laporan; dan
masing-masing dilakukan secara urut dengan dimulai dengan nomor 001
dan seterusnya yang dibedakan berdasarkan kode (temuan atau laporan)
dan jenis pemilunya, serta mengulang dari nomor urut pertama jika
berganti tahun.
Contoh:
- Nomor register laporan terkait dengan dugaan pelanggaran
Administratif Pemilu TSM Anggota DPR, DPD, dan DPRD (Contoh:
001/LP/ADM.TSM.PL/BWSL/00.00/I/2023) dibedakan dengan dugaan
pelanggaran Administratif Pemilu TSM Presiden dan Wakil Presiden
(Contoh: 001/LP/ADM.TSM.PP/BWSL/00.00/I/2023).
- Nomor register temuan terkait dengan dugaan pelanggaran
Administratif Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD (Contoh:
001/TM/ADM.TSM.PL/BWSL/00.00/I/2023) dibedakan dengan
dugaan pelanggaran Administratif Pemilu TSM Presiden dan Wakil
Presiden (Contoh: 001/TM/ADM.TSM.PP/BWSL/00.10/I/2023).

B. REGISTRASI TEMUAN DAN LAPORAN

1.1. REGISTRASI TEMUAN


1. Bawaslu melakukan registrasi terhadap temuan paling lama 2 (dua)
hari setelah rapat pleno Pengawas Pemilu yang bertindak sebagai
Penemu.
2. Bawaslu melakukan registrasi temuan dengan cara sebagai berikut:
a. mencatat temuan dalam buku register temuan dugaan
pelanggaran administratif Pemilu TSM sesuai dengan
sublampiran IV;
b. memberikan nomor temuan pada Formulir Model B.2 sesuai
dengan format pada Formulir Model ADM.NRL; dan
c. menerbitkan berita acara sesuai dengan Formulir Model
ADM.BA-REG dan ditandatangani oleh Petugas yang
meregistrasi.
Keterangan:
- contoh nomor register temuan dugaan pelanggaran administratif
Pemilu TSM untuk Pemilu Anggota DPR, DPD, atau DPRD yang
yang temuannya ditetapkan pada tanggal 1 Februari 2024 adalah
sebagai berikut Nomor:
001/TM/ADM.TSM.PL/BWSL/00.00/II/2024.
- contoh nomor register temuan dugaan pelanggaran administratif
Pemilu TSM untuk Pemilu Presiden dan Wakil Presiden yang
temuannya ditetapkan pada tanggal 1 Februari 2024 adalah
sebagai berikut Nomor:
001/TM/ADM.TSM.PP/BWSL/00.00/II/2024.
- nomor urut temuan dibedakan sesuai dengan jenis pemilunya.
1.2. REGISTRASI LAPORAN
1. Bawaslu melakukan registrasi terhadap laporan paling lama 1 (satu)
hari setelah laporan dinyatakan memenuhi syarat formal dan
material melalui kajian awal atau setelah perbaikan laporan.
2. Bawaslu melakukan registrasi laporan dengan cara sebagai berikut:
a. mencatat laporan dalam buku register laporan dugaan
pelanggaran administratif Pemilu TSM sesuai dengan
sublampiran V;
b. memberikan nomor laporan pada Formulir Model B.1 sesuai
dengan format pada Formulir Model ADM.NRL; dan
c. menerbitkan berita acara sesuai dengan Formulir Model
ADM.BA-REG dan ditandatangani oleh Petugas yang
meregistrasi.
Keterangan:
- contoh nomor register laporan dugaan pelanggaran administratif
Pemilu TSM untuk Pemilu Anggota DPR, DPD, atau DPRD yang
dilaporkan pada tanggal 14 Februari 2024 adalah sebagai berikut
Nomor: 001/LP/ADM.TSM.PL/BWSL/00.00/II/2024.
- contoh nomor register laporan dugaan pelanggaran administratif
Pemilu TSM untuk Pemilu Presiden dan Wakil Presiden yang
dilaporkan pada tanggal 14 Februari 2024 adalah sebagai berikut
Nomor: 001/LP/ADM.TSM.PP/BWSL/00.00/II/2024.
- nomor urut laporan dibedakan sesuai dengan jenis pemilunya.

C. PENETAPAN MAJELIS PEMERIKSA, SEKRETARIS PEMERIKSA,


ASISTEN PEMERIKSA, DAN PERISALAH

1. Ketua Bawaslu menerbitkan surat keputusan tentang penetapan Majelis


Pemeriksa, Sekretaris Pemeriksa, Asisten Pemeriksa, dan Perisalah pada
hari yang sama dengan diregistrasinya temuan/laporan dugaan
pelanggaran administratif Pemilu TSM.
2. Surat Keputusan sebagaimana dimaksud angka 1 dibuat sesuai dengan
sublampiran XIII.
3. Surat Keputusan sebagaimana dimaksud angka 1 dibuat untuk setiap
temuan/laporan.
4. Dalam hal dugaan pelanggaran administratif Pemilu TSM dilakukan oleh
calon anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi dan/atau DPRD
Kabupaten/Kota, Bawaslu dapat membentuk Majelis Pemeriksa di
Bawaslu Provinsi yang terdiri dari:
a. Ketua Bawaslu sebagai Ketua merangkap Anggota Majelis Pemeriksa;
b. Anggota Bawaslu sebagai Anggota Majelis Pemeriksa; dan
c. Ketua dan Anggota Bawaslu Provinsi sebagai Anggota Majelis
Pemeriksa.
5. Majelis Pemeriksa sebagaimana dimaksud angka 4 dapat dibantu oleh
Sekretaris Pemeriksa yang berasal dari Pejabat Sekretariat Bawaslu
Provinsi.
6. Majelis Pemeriksa sebagaimana dimaksud angka 4 dapat dibantu oleh
Asisten Pemeriksa dan Perisalah yang berasal dari Pegawai Sekretariat
Bawaslu Provinsi.

D. SIDANG PEMERIKSAAN

D.1. PERSIAPAN SIDANG PEMERIKSAAN


1. Bawaslu menyusun jadwal sidang pemeriksaan.
2. Bawaslu membuat surat pemberitahuan dan panggilan sidang
pemeriksaan sesuai dengan Formulir Model ADM.SPS yang
ditandatangani oleh Ketua Bawaslu.
3. Bawaslu menyampaikan surat pemberitahuan sebagaimana
dimaksud angka 2 kepada Pelapor/Penemu dan Terlapor paling
lambat 1 (satu) hari sebelum jadwal sidang pemeriksaan pertama.
4. Surat pemberitahuan sebagaimana dimaksud angka 3 yang
disampaikan kepada Pelapor/Penemu dan Terlapor disertai dengan
formulir Laporan atau Temuan dugaan Pelanggaran Administratif
Pemilu TSM yang telah diregistrasi.
5. Surat Pemberitahuan sebagaimana dimaksud angka 3 disampaikan
secara langsung atau melalui media telekomunikasi.
6. Bawaslu memastikan surat pemberitahuan sebagaimana dimaksud
angka 3 telah diterima oleh Pelapor/Penemu dan Terlapor dengan
cara sebagai berikut:
a. apabila surat pemberitahuan disampaikan secara langsung maka
diterbitkan surat tanda terima yang ditandatangani oleh pihak
yang menerima surat; dan/atau
b. apabila surat pemberitahuan disampaikan melalui media
telekomunikasi dalam bentuk dokumen elektronik, maka
dibuktikan dengan tangkapan layar dari percakapan.
7. Dalam hal Pelapor/Penemu dan/atau Terlapor tidak hadir pada sidang
pemeriksaan pertama, Bawaslu pemberitahuan kedua kepada
Pelapor/penemu dan/atau Terlapor untuk hadir pada sidang
pemeriksaan berikutnya.
8. Ketidakhadiran Pelapor/Penemu dan/atau Terlapor sebagaimana
dimaksud angka 7 dinyatakan oleh Majelis Pemeriksa dalam sidang
pemeriksaan. Selanjutnya Majelis Pemeriksa menetapkan jadwal
sidang berikutnya dan Bawaslu menyampaikan pemberitahuan kedua
kepada pihak yang tidak hadir paling lambat 1 (satu) hari sebelum
jadwal sidang yang sudah ditentukan oleh Majelis Pemeriksa.
9. Dalam hal setelah diberitahukan sebanyak 2 (dua) kali berturut-turut,
Pelapor/penemu tidak hadir, Bawaslu melanjutkan pemeriksaan
dengan agenda jawaban Terlapor.
10. Dalam hal setelah diberitahukan sebanyak 2 (dua) kali berturut-turut,
Terlapor tidak hadir, Bawaslu tetap melanjutkan pemeriksaan dengan
agenda pembacaan Temuan atau Laporan.
11. Dalam hal setelah diberitahukan sebanyak 2 (dua) kali berturut-turut,
Pelapor/penemu dan Terlapor tetap tidak hadir, Bawaslu tetap
melanjutkan sidang pemeriksaan dengan agenda pembacaan
putusan.
12. Pembacaan putusan sebagaimana dimaksud angka 11, dilakukan
setelah Majelis Pemeriksa melakukan pemeriksaan dokumen laporan
atau temuan.
13. Bawaslu menyiapkan ruang sidang dengan tataruang sebagai berikut:
14. Ruang sidang sebagaimana dimaksud angka 13 bertempat di Kantor
Bawaslu, Kantor Bawaslu Provinsi, atau tempat lain yang ditentukan.
15. Ruang sidang sebagaimana dimaksud angka 13 paling sedikit
memiliki sarana dan prasarana sebagai berikut:
a. meja dan kursi untuk Majelis Pemeriksa yang posisinya lebih
tinggi 30 cm dari meja dan kursi untuk Pelapor/Penemu, atau
Terlapor. Meja ditutupi kain berwarna hijau;
b. meja dan kursi untuk Pelapor/Penemu yang terletak di sisi kanan
depan Majelis Pemeriksa;
c. meja dan kursi untuk Terlapor yang terletak di sisi kiri depan
Majelis Pemeriksa;
d. meja dan kursi untuk Sekretaris Pemeriksa dan Perisalah yang
letaknya menyesuaikan dengan kondisi ruangan yang tersedia,
namun sedapat mungkin untuk Sekretaris Pemeriksa terletak di
samping kiri Majelis Pemeriksa, sedangkan Perisalah terletak di
samping kanan Majelis Pemeriksa;
e. kursi untuk Asisten Pemeriksa yang letaknya menyesuaikan
dengan kondisi ruangan yang tersedia, namun sedapat mungkin
berada di belakang atau dekat dengan Majelis Pemeriksa:
f. Latar belakang bertuliskan “BADAN PENGAWAS PEMILIHAN
UMUM REPUBLIK INDONESIA” nama lembaga atau spanduk
dengan tulisan “SIDANG PEMERIKSAAN PELANGGARAN
ADMINISTRATIF PEMILIHAN UMUM YANG TERJADI SECARA
TERSTRUKTUR, SISTEMATIS, MASIF” yang diletakkan pada
dinding di belakang Majelis Pemeriksa;
g. kursi untuk saksi, ahli, dan/atau pengunjung sidang;
h. papan nama bertuliskan “MAJELIS PEMERIKSA”, “PELAPOR”,
“PENEMU” “TERLAPOR”, “SEKRETARIS PEMERIKSA”,
“ASISTEN PEMERIKSA”, dan “PERISALAH”;
i. bendera Merah-Putih
j. pataka Bawaslu
k. lambang negara
l. palu sidang
m. kitab suci
n. pembatas pengunjung
o. pengeras suara;
p. komputer;
q. mesin pencetak kertas dan pemindai;
r. alat perekam audio dan/atau video;
s. alat tulis kantor;
t. perlengkapan lain sesuai dengan kebutuhan.

D.2. PELAKSANAAN SIDANG PEMERIKSAAN


1. Sebelum sidang dimulai Sekretaris Pemeriksa memastikan:
a. kesiapan ruang sidang dan kehadiran Pelapor/Penemu, Terlapor,
Saksi, dan/atau Ahli yang dihadirkan oleh para pihak;
b. daftar hadir para pihak dan meminta kepada para pihak untuk
mengisi dan menandatangani daftar hadir tersebut;
c. dokumen laporan/temuan diletakkan pada meja Majelis
Pemeriksa;
d. kesiapan tenaga keamanan Bawaslu atau Bawaslu Provinsi
dalam ruang sidang.
2. Setelah memastikan hal-hal sebagaimana dimaksud angka 1,
Sekretaris Pemeriksa berkoordinasi dengan Majelis Pemeriksa untuk
memulai sidang.
3. Majelis Pemeriksa menunggu di ruang transit sebelum memasuki
ruang sidang.
4. Sekretaris Pemeriksa membacakan tata tertib sidang sesuai dengan
sublampiran XIV di hadapan para pihak dan pengunjung.
5. Setelah pembacaan tata tertib selesai, Sekretaris Pemeriksa meminta
kepada yang hadir dalam ruang sidang untuk berdiri, kemudian
mempersilakan Majelis Pemeriksa memasuki ruang sidang.
6. Setelah Majelis Pemeriksa memasuki ruang sidang dan duduk di kursi
Majelis, Sekretaris Pemeriksa meminta kepada yang hadir dalam
ruang sidang untuk duduk kembali.
7. Pemeriksaan dilaksanakan dalam sidang yang terbuka untuk umum
dan dilaksanakan oleh Majelis Pemeriksa paling sedikit 2 (dua) orang.
8. Dalam hal Ketua Bawaslu hadir dalam sidang pemeriksaan, maka
sidang dipimpin oleh Ketua Bawaslu selaku Majelis Pemeriksa dan
Pimpinan Sidang.
9. Dalam hal Ketua Bawaslu berhalangan hadir dalam sidang
pemeriksaan, maka sidang dipimpin oleh salah satu Anggota Bawaslu
yang hadir selaku Majelis Pemeriksa dan Pimpinan Sidang.
10. Pimpinan Sidang membuka sidang dengan terlebih dahulu
menyampaikan salam pembuka, hari dan tanggal pelaksanaan
sidang, nomor register laporan/temuan, serta agenda sidang
pemeriksaan.
11. Pimpinan Sidang mengetuk palu dengen ketentuan sebagai berikut:
a. Ketuk palu 3 kali untuk membuka dan menutup sidang
pemeriksaan;
b. Ketuk palu 1 kali untuk menskors dan mencabut skors pada hari
yang sama, pengesahan bukti yang diserahkan para pihak, dan
setelah selesai membaca amar putusan;
c. Ketuk palu 4 kali secara berturut-turut untuk memberi peringatan
kepada para pihak dan pengunjung sidang pemeriksaan yang
melanggar tata tertib sidang.
12. Pimpinan Sidang memperkenalkan Majelis Pemeriksa dan
memberikan kesempatan kepada para pihak untuk memperkenalkan
diri.
13. Pimpinan Sidang memastikan kesesuaian antara identitas para pihak
serta surat kuasa para pihak yang hadir dalam sidang.
14. Pimpinan Sidang dapat memberikan peringatan kepada pihak-pihak
yang mengganggu ketertiban dan kelancaran proses sidang, serta
memerintahkan petugas pengamanan untuk mengeluarkan pihak-
pihak yang mengganggu ketertiban dan kelancaran proses sidang
setelah diberikan peringatan sebanyak dua kali.
15. Pimpinan Sidang memerintahkan para pihak untuk hadir pada sidang
berikutnya yang merupakan pemberitahuan dan panggilan resmi.
16. Sekretaris Pemeriksa meminta meminta kepada yang hadir dalam
ruang sidang untuk berdiri saat Majelis Pemeriksa akan meninggalkan
ruang sidang dan mempersilakan untuk duduk kembali setelah
Majelis Pemeriksa meninggalkan ruang sidang.
17. Sekretaris Pemeriksa membuat Berita Acara Sidang Pemeriksaan
sesuai dengan Formulir Model ADM.BA-SP pada setiap agenda
sidang.
18. Asisten Pemeriksa menyiapkan kebutuhan Majelis Pemeriksa dalam
proses sidang terkait dengan substansi laporan/temuan yang sedang
diperiksa seperti daftar pertanyaan kepada Pelapor/Penemu,
Terlapor, Saksi, Ahli, Pihak Terkait, dan/atau Lembaga Terkait atau
materi-materi lainnya yang dibutuhkan.
19. Perisalah mencatat dan merekam semua percakapan yang terjadi
dalam Sidang Pemeriksaan dan menuangkannya ke dalam Formulir
Model ADM.RISALAH.

D.3. TAHAPAN SIDANG PEMERIKSAAN


1. Tahapan sidang pemeriksaan meliputi:
a. pembacaan Laporan dari Pelapor atau Temuan dari penemu;
b. jawaban Terlapor;
c. pembuktian;
d. kesimpulan; dan
e. pembacaan putusan.
2. Tahapan sidang pembacaan Laporan dari pelapor atau Temuan dari
Penemu sebagaimana dimaksud angka 1 huruf a dilakukan dengan
cara sebagai berikut:
a. Pimpinan Sidang memastikan bahwa Laporan/Temuan yang
akan dibacakan pada sidang sesuai dengan laporan/Temuan
yang telah disampaikan sebelumnya;
b. Dalam hal sebelum laporan/temuan dibacakan oleh
Pelapor/Penemu terdapat perbaikan materi laporan/temuan,
Pimpinan Sidang memberi kesempatan sebanyak 1 (satu) kali
kepada Pelapor/Penemu untuk memperbaiki laporan/temuan
dengan menemui Petugas Penerima Laporan/Temuan untuk
dibuatkan Formulir Laporan/Temuan Perbaikan;
c. Perbaikan materi laporan/temuan sebagaimana dimaksud huruf b
dilakukan hanya untuk menambah atau mengurangi uraian
laporan/temuan namun tidak mengubah pokok materi
laporan/temuan;
d. Dalam hal terdapat perbaikan materi laporan/temuan
sebagaimana dimaksud huruf c, Pimpinan Sidang menutup
sidang dan menjadwalkan sidang berikutnya dengan agenda
pembacaan laporan/temuan;
e. Formulir Laporan/Temuan perbaikan disampaikan kepada
Terlapor pada sidang berikutnya;
f. Pelapor/Penemu membacakan laporan/temuan dalam sidang
pemeriksaan;
g. Dalam hal setelah laporan/temuan dibacakan terdapat kekeliruan
penulisan yang tidak mengubah pokok materi laporan/temuan,
Pelapor/Penemu dalam melakukan perbaikan dengan cara:
1) mencoret penulisan yang keliru;
2) menuliskan kata/kalimat yang benar; dan
3) memberikan paraf pada kata/kalimat baru tersebut,
di hadapan Majelis Pemeriksa dan Terlapor.
3. Tahapan sidang jawaban Terlapor sebagaimana dimaksud angka 1
huruf b dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Pimpinan Sidang meminta kepada Terlapor untuk menyampaikan
jawaban secara tertulis sesuai dengan Formulir Model
ADM.JAWABAN sebanyak 3 (tiga) rangkap dalam bentuk cetak
dan dokumen digital dengan format word yang disimpan dalam
media penyimpanan;
b. Jawaban Terlapor disampaikan paling lama pada sidang
berikutnya setelah sidang pembacaan laporan/temuan oleh
Pelapor/Penemu;
c. Dalam hal sebelum jawaban dibacakan oleh Terlapor terdapat
perbaikan materi jawaban, Pimpinan Sidang memberi
kesempatan sebanyak 1 (satu) kali kepada Terlapor untuk
memperbaiki Jawaban;
d. Perbaikan jawaban sebagaimana dimaksud huruf c dilakukan
hanya untuk menambah atau mengurangi uraian jawaban;
e. Dalam hal terdapat perbaikan jawaban sebagaimana dimaksud
huruf c, Pimpinan Sidang menutup sidang dan menjadwalkan
sidang berikutnya dengan agenda pembacaan jawaban;
f. Terlapor membacakan jawaban dalam sidang pemeriksaan;
g. Dalam hal setelah jawaban dibacakan terdapat kekeliruan
penulisan yang tidak mengubah pokok materi jawaban, Terlapor
dalam melakukan perbaikan dengan cara:
1) mencoret penulisan yang keliru;
2) menuliskan kata/kalimat yang benar; dan
3) memberikan paraf pada kata/kalimat baru tersebut,
di hadapan Mejelis Pemeriksa dan Pelapor/Penemu.
4. Tahapan sidang pembuktian sebagaimana dimaksud angka 1 huruf c
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Majelis Pemeriksa memeriksa barang bukti berupa surat atau
tulisan, serta dokumen elektronik dengan cara:
1) mempersilakan para pihak dengan dibantu oleh Sekretaris
Pemeriksa untuk mengonfirmasi bukti yang telah diserahkan
sebelumnya melalui Petugas Penerima Laporan/Temuan
atau Sekretaris Pemeriksa ke hadapan Majelis Pemeriksa;
2) mencocokan atau memastikan kesesuaian bukti dengan
daftar bukti yang dibuat sesuai dengan sublampiran XV;
3) mengesahkan bukti dengan mengetuk palu 1 (satu) kali;
4) dalam hal pemeriksaan dilakukan tanpa kehadiran salah satu
pihak, maka pengesahan bukti dapat dilakukan oleh Majelis
Pemeriksa dengan hanya dihadiri oleh pihak yang hadir
dalam sidang pemeriksaan;
5) dalam hal pemeriksaan dilakukan tanpa kehadiran
Pelapor/Penemu dan Terlapor, maka pengesahan bukti dapat
dilakukan oleh Majelis Pemeriksa tanpa kehadiran
Pelapor/Penemu dan Terlapor dalam sidang pemeriksaan.
b. Majelis Pemeriksa memberi kesempatan kepada para pihak
untuk mengajukan dan menghadirkan saksi dan/atau ahli dalam
sidang pemeriksaan.
c. Majelis Pemeriksa memberi kesempatan pertama kepada
Pelapor/Penemu untuk mengajukan dan menghadirkan saksi
dan/atau ahli, setelah itu Majelis Pemeriksa memberi kesempatan
kepada Terlapor untuk mengajukan dan menghadirkan saksi
dan/atau ahli.
d. Majelis Pemeriksa melakukan pemeriksaan terhadap saksi
dan/atau ahli dengan cara:
1) memeriksa identitas saksi dan/atau ahli yang diajukan para
pihak;
2) memandu saksi dan/atau ahli sesuai dengan agamanya
untuk diambil sumpah atau janji sebelum memberikan
keterangan;
3) meminta saksi dan/atau ahli menandatangani berita acara
pengambilan sumpah;
4) memberi kesempatan kepada para pihak untuk mengajukan
pertanyaan-pertanyaan sesuai dengan kapasitas saksi
dan/atau ahli;
5) mengajukan pertanyaan kepada saksi dan/atau ahli;
6) meminta keterangan ahli dalam bentuk tertulis.
e. Majelis Pemeriksa dapat menghadirkan lembaga terkait untuk
memberi keterangan secara tertulis atau lisan sesuai dengan
kedudukan, tugas, fungsi, dan kewenangannya.
f. Kehadiran lembaga terkait sebagaimana dimaksud huruf e
disertai dengan surat tugas dari pimpinan atau atasan di lembaga
yang bersangkutan.
g. Tata cara pemeriksaan sebagaimana dimaksud huruf d angka 1),
angka 4), angka 5), dan angka 6) secara mutatis mutandis berlaku
juga untuk pemeriksaan Lembaga terkait.
h. Majelis Pemeriksa dapat menghadirkan pihak terkait yang
berkepentingan langsung terhadap laporan/temuan untuk
memberi keterangan secara tertulis atau lisan.
i. Tata cara pemeriksaan sebagaimana dimaksud huruf d angka 1),
angka 2), angka 3), angka 4), dan angka 5) secara mutatis
mutandis berlaku juga untuk pemeriksaan pihak terkait.
j. Majelis Pemerika dapat melakukan pemeriksaan setempat dalam
hal terdapat alat bukti yang tidak dapat dihadirkan dalam sidang
pemeriksaan.
k. Alat bukti sebagaimana dimaksud huruf j hanya terbatas pada alat
bukti surat atau tulisan dan dokumen elektronik.
l. Pemeriksaan setempat sebagaimana dimakud huruf j dilakukan
dengan cara:
1) majelis pemeriksa memberitahukan dan mengundang
Pelapor/penemu dan Terlapor dalam sidang pemeriksaan
untuk hadir dalam pemeriksaan setempat.
2) dalam hal Pelapor/penemu dan/atau Terlapor tidak hadir
dalam pemeriksaan setempat, Majelis Pemeriksa melakukan
pemeriksaan setempat tanpa dihadiri oleh Pelapor/penemu
dan/atau Terlapor.
3) hasil pemeriksaan setempat dituangkan ke dalam berita
acara hasil pemeriksaan setempat sesuai dengan Formulir
Model ADM.BA-PST.
5. Tahapan sidang kesimpulan sebagaimana dimaksud angka 1 huruf d
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Setelah pembuktian selesai, Majelis Pemeriksa memberi
kesempatan kepada Pelapor/Penemu dan Terlapor untuk
menyampaikan kesimpulan secara lisan atau tertulis.
b. Kesimpulan secara lisan dapat disampaikan pada hari yang sama
saat dilakukannya sidang pembuktian, di mana penyampaian
kesimpulan disampaikan setelah proses pembuktian selesai.
c. Kesimpulan secara secara tertulis dapat disampaikan pada
sidang pemeriksaan atau diserahkan kepada Sekretaris
Pemeriksa di luar sidang pemeriksaan pada waktu yang telah
ditentukan oleh Majelis Pemeriksa.
6. Tahapan sidang pembacaan putusan sebagaimana dimaksud angka
1 huruf e dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Sidang pembacaan putusan dilaksanakan di Kantor Bawaslu
dengan Majelis Pemeriksa yang terdiri dari Ketua dan Anggota
Bawaslu.
b. Majelis Pemeriksa membacakan putusan paling lama 14 hari
setelah laporan/temuan diregistrasi.
c. Majelis Pemeriksa membacakan putusan dalam sidang yang
terbuka untuk umum dan dilaksanakan oleh Majelis Pemeriksa
paling sedikit 2 (dua) orang.
d. Dalam hal Ketua Bawaslu hadir dalam sidang pemeriksaan, maka
sidang dipimpin oleh Ketua Bawaslu selaku Majelis Pemeriksa
dan Pimpinan Sidang.
e. Dalam hal Ketua Bawaslu berhalangan hadir dalam sidang
pemeriksaan, maka sidang dipimpin oleh salah satu Anggota
Bawaslu yang hadir selaku Majelis Pemeriksa dan Pimpinan
Sidang.
f. Ketua dan Anggota Bawaslu tidak diperbolehkan menyampaikan
pendapat berbeda atas hasil pemeriksaan laporan/temuan pada
sidang pembacaan putusan.
E. PENYUSUNAN PUTUSAN

1. Sebelum penyusunan putusan, Sekretaris Pemeriksa menyiapkan


dokumen laporan/temuan paling sedikit sebagai berikut:
a. Formulir Laporan/Temuan (Formulir Model B.1/B.2);
b. Jawaban Terlapor (Formulir Model ADM.JAWABAN);
c. Bukti dan Daftar Bukti dari Pelapor/Penemu dan Terlapor;
d. Keterangan tertulis ahli (jika ada);
e. Berita Acara Sidang Pemeriksaan (Formulir Model ADM.BA-SP);
f. Risalah Sidang Pemeriksaan (Formulir Model ADM.RISALAH);
g. Rekaman audio dan/atau video sidang pemeriksaan;
h. Kesimpulan tertulis Pelapor/Penemu atau Terlapor.
2. Majelis Pemeriksa menyusun putusan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. dibuat sesuai dengan Formulir Model ADM.PUTUSAN;
b. kertas ukuran F4 (21x33 cm);
c. berat kertas 80 gram;
d. margin (atas 3 cm, bawah 2 cm, kiri 3 cm, dan kanan 2 cm);
e. jenis huruf Arial ukuran 12 pt,
f. spasi 1.5;
i. penomoran halaman di bawah-kanan halaman menggunakan jenis
huruf Arial ukuran 10 pt dengan contoh format sebagai berikut:
Putusan Nomor: 001/LP/ADM.TSM.PL/BWSL/00.00/II/2024
Halaman 1 dari 50
g. halaman pertama menggunakan logo lambang negara (garuda
pancasila) berwarna emas.
3. Penyusunan putusan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. nomor putusan menggunakan nomor yang sama dengan nomor
register temuan atau laporan;
b. setelah identitas pelapor, ditulis keterangan “selanjutnya disebut
Pelapor”;
contoh:
Nama : Jaka Sembung
Tempat, Tanggal Lahir : Jayapura, 15 Oktober 1980
Kewarganegaraan : Indonesia
Pekerjaan : Pengusaha
Alamat : Jl Entrop No.2, Jayapura
Selanjutnya disebut sebagai PELAPOR
atau
Nama : Jaka Sembung
Tempat, Tanggal Lahir : Jayapura, 15 Oktober 1980
Kewarganegaraan : Indonesia
Pekerjaan : Pengusaha
Alamat : Jl Entrop No.2, Jayapura
melalui kuasa hukumnya Hendrawan, advokat yang beramalat di
Kantor Hukum Hendrawan and Partners di Jalan Salemba No.33,
Jakarta Pusat.
Selanjutnya disebut sebagai PELAPOR
c. apabila pelapor lebih dari satu orang, maka setelah masing-masing
identitas pelapor ditulis keterangan “selanjutnya disebut Pelapor I”
dan seterusnya, serta setelah semua identitas pelapor disebutkan
ditulis keterangan “selanjutnya secara Bersama-sama disebut Para
Pelapor”;
contoh:
Nama : Jaka Sembung
Tempat, Tanggal Lahir : Jayapura, 15 Oktober 1980
Kewarganegaraan : Indonesia
Pekerjaan : Pengusaha
Alamat : Jl Entrop No.2, Jayapura
Selanjutnya disebut PELAPOR I
dan
Nama : Wira Sableng
Tempat, Tanggal Lahir : Aceh, 2 Januari 1982
Kewarganegaraan : Indonesia
Pekerjaan : Guru
Alamat : Jl Teuku Umar No.10, Banda Aceh
Selanjutnya disebut PELAPOR II
Selanjutnya secara bersama-sama disebut PARA PELAPOR
d. setelah identitas terlapor ditulis keterangan “selanjutnya disebut
Telapor”;
contoh:
Gundala Putra Petir, Calon Anggota DPRD Kota Jakarta Tengah dari
Partai A untuk Daerah Pemilihan Jakarta Tengah I, beralamat di
Jakarta Tengah. Selanjutnya disebut TERLAPOR
e. apabila Terlapor lebih dari satu orang, maka setelah masing-masing
identitas pelapor ditulis keterangan “selanjutnya disebut Terlapor I”
dan seterusnya, serta setelah semua identitas Terlapor disebutkan
ditulis keterangan “selanjutnya secara bersama-sama disebut Para
Terlapor”;
Contoh:
Gundala Putra Petir, Calon Anggota DPRD Kota Jakarta Tengah dari
Partai A untuk Daerah Pemilihan Jakarta Tengah I, beralamat di
Jakarta Tengah. Selanjutnya disebut TERLAPOR I
dan
Sri Asih, Calon Anggota DPRD Kota Jakarta Tengah dari Partai A
untuk Daerah Pemilihan Jakarta Tengah I, beralamat di Jakarta
Tengah. Selanjutnya disebut TERLAPOR II
Selanjutnya secara bersama-sama disebut PARA TERLAPOR
f. menuangkan hasil pemeriksaan dengan sistematika sebagai berikut:
1) Uraian Temuan Penemu/Laporan Pelapor
Berisi uraian temuan yang ada di dalam Formulir Model B.2 atau
uraian laporan yang ada di dalam Formulir Model B.1. apabila ada
keterangan Penemu/Pelapor yang disampaikan langsung di
dalam sidang pemeriksaan yang keterangannya tidak tercantum
dalam temuan/laporan, maka dituangkan setelah uraian
temuan/laporan dengan memberi keterangan bahwa keterangan
Penemu/Pelapor disampaikan dalam sidang pemeriksaan.
Contoh:
1. Uraian Laporan Pelapor
Pada rentang waktu sejak tanggal 28 November 2023 sampai
dengan 13 Februari 2024, Terlapor telah melakukan
perbuatan menjanjikan atau memberikan uang atau materi
lainnya kepada pemilih. adapaun rincian perbuatan tersebut
adalah sebagai berikut:
a. …..
b. …..
c. dst……
Untuk itu Pelapor meminta kepada Bawaslu untuk
memberikan sanksi pembatalan kepada Terlapor.
Bahwa Pelapor menyampaikan keterangan dalam sidang
pemeriksaan tanggal 20 Februari 2024. adapun keterangan
yang disampaikan adalah sebagai berikut:
- …….
- dst…
2) Bukti-Bukti Penemu/Pelapor
berisi daftar bukti-bukti yang diajukan oleh Penemu/Pelapor yang
dituangkan dalam bentuk tabel berisi kolom kode bukti dan jenis
bukti.
3) Keterangan Saksi/Ahli yang diajukan Penemu/Pelapor
berisi keterangan Saksi/Ahli yang disampaikan dalam sidang
pemeriksaan dan/atau keterangan tertulis Ahli yang disampaikan
dalam sidang pemeriksaan.
4) Uraian Jawaban Terlapor
berisi uraian jawaban terlapor yang ada di dalam Formulir Model
ADM.JAWABAN. apabila ada keterangan Terlapor yang
disampaikan langsung di dalam sidang pemeriksaan yang
keterangannya tidak tercantum dalam jawaban, maka dituangkan
setelah uraian jawaban dengan memberi keterangan bahwa
keterangan Terlapor disampaikan dalam sidang pemeriksaan
(sama seperti contoh keterangan Pelapor di atas).
5) Bukti-Bukti Terlapor
berisi daftar bukti-bukti yang diajukan oleh Terlapor yang
dituangkan dalam bentuk tabel berisi kolom kode bukti dan jenis
bukti.
6) Keterangan Saksi/Ahli yang diajukan Terlapor
berisi keterangan Saksi/Ahli yang disampaikan dalam sidang
pemeriksaan dan/atau keterangan tertulis Ahli yang disampaikan
dalam sidang pemeriksaan.
7) Keterangan Lembaga Terkait (jika ada)
berisi keterangan Lembaga Terkait yang disampaikan dalam
sidang pemeriksaan, baik secara lisan maupun tertulis.
8) Keterangan Pihak Terkait (jika ada)
berisi keterangan Pihak Terkait yang disampaikan dalam sidang
pemeriksaan, baik secara lisan maupun tertulis.
9) Laporan Hasil Investigasi (jika ada)
berisi keterangan laporan hasil investigasi pengawas pemilu yang
disampaikan secara tertulis dalam sidang pemeriksaan.
10) Pertimbangan Majelis Pemeriksa
berisi fakta-fakta yang terungkap dalam sidang pemeriksaan
(berisi uraian fakta-fakta hukum atau peristiwa yang benar-benar
terjadi karena dapat dibuktikan dalam sidang pemeriksaan), serta
penilaian dan pendapat Majelis Pemeriksa (berisi analisa
terhadap fakta hukum dengan mengkaitkannya dengan norma
hukum dan/atau teori-teori hukum).
4. Majelis Pemeriksa dalam menyusun putusan dapat dibantu oleh
Sekretaris Pemeriksa dan Asisten Pemeriksa.
5. Putusan yang telah disusun oleh Majelis Pemeriksa diputuskan dalam
Rapat Pleno oleh Ketua dan Anggota Bawaslu.
6. Ketua dan Anggota Bawaslu yang menghadiri rapat pleno
menandatangani putusan.
7. Putusan diserahkan kepada Sekretaris Pemeriksa.
8. Sekretaris Pemeriksa menandatangani putusan.
9. Sekretaris Pemeriksa menyiapkan salinan putusan yang merupakan hasil
cetak sesuai dengan Putusan asli yang telah disahkan oleh Pejabat di
lingkungan Bawaslu yang membidangi penanganan pelanggaran.
10. Salinan Putusan yang dikeluarkan memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a. memberikan tanda tulisan “SALINAN” dalam kotak berwarna merah
di kanan atas halaman pertama;
Contoh:

b. membubuhi cap stempel pengesahan salinan pada setiap lembar


salinan di kiri tengah halaman;
c. memberikan paraf pada cap stempel pengesahan di setiap lembar
salinan di kiri tengah halaman;
Contoh:

d. mengisi kolom tanda tangan pimpinan/majelis dan sekretaris


musyawarah dengan frasa “ttd”; dan
e. menandatangani dan membubuhi cap stempel sekretariat pernyataan
pengesahan pada halaman akhir putusan.
Contoh:

F. PENYAMPAIAN DAN PENGUMUMAN SALINAN PUTUSAN

1. Sekretaris Pemeriksa menyampaikan Salinan putusan kepada


Pelapor/Penemu dan Terlapor paling lama 1 (satu) hari setelah putusan
dibacakan.
2. Sekretaris Pemeriksa membuat dan mencetak tanda bukti penyerahan
salinan putusan sesuai dengan sublampiran XVI.
3. Tanda terima penyerahan salinan putusan dibuat sebanyak 3 (tiga)
rangkap, terdiri dari 1 (satu) rangkap untuk Pelapor/Penemu, 1 (satu)
rangkap untuk Terlapor, dan 1 (satu) rangkap untuk arsip.
4. Sekretaris Pemeriksa, Pelapor/Penemu, dan Terlapor menandatangani
tanda terima penyerahan salinan putusan.
5. Sekretaris Pemeriksa membubuhi cap stempel pada tanda terima
penyerahan salinan putusan.
6. Bawaslu Status Temuan/Laporan sesuai dengan Formulir Model
ADM.STATUS dan ditandatangani oleh Ketua Bawaslu.
7. Bawaslu memuat salinan putusan dan Status Temuan/Laporan ke dalam
laman resmi Bawaslu paling lama 2 (dua) hari setelah putusan dibacakan.

G. PENGAWASAN TINDAK LANJUT PUTUSAN

1. Bawaslu melakukan pengawasan terhadap tindak lanjut putusan yang


amarnya menyatakan Terlapor terbukti secara sah dan meyakinkan
melakukan pelanggaran administratif Pemilu TSM.
2. Pengawasan sebagaimana dimaksud angka 1 dilakukan untuk
memastikan:
a. adanya tindakan lanjut putusan.
b. mendapatkan informasi perkembangan tindak lanjut putusan.
c. mendapatkan dokumen hasil tindak lanjut putusan.
3. Bawaslu dalam melakukan pengawasan terhadap tindak lanjut putusan
dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. melakukan komunikasi secara langsung atau melalui media
telekomunikasi dengan narahubung pada KPU atau lembaga
peradilan;
b. menyampaikan surat tertulis yang ditujukan kepada pimpinan pada
KPU atau lembaga peradilan; atau
c. tindakan atau media lain yang disediakan oleh KPU atau lembaga
peradilan.
4. Pengawasan sebagaimana dimaksud angka 1 dilakukan paling cepat 3
(tiga) hari setelah putusan dibacakan.
H. SIGAPLAPOR

1. Proses penyelesaian pelanggaran administratif Pemilu TSM yang


dilakukan oleh Bawaslu sebagaimana dimaksud pada huruf B sampai
dengan huruf G dimasukkan ke dalam SigapLapor.
2. Penggunaan SigapLapor sebagaimana dimaksud angka 1 berpedoman
pada Petunjuk Teknis tentang Tata Cara Penggunaan Sistem Informasi
Penanganan Pelanggaran Pemilu dan Pelaporan.
BAB V
PENUTUP

Demikian petunjuk teknis ini dibuat agar menjadi pedoman bagi seluruh jajaran
Pengawas Pemilu dalam melakukan tugas dan wewenang penindakan
pelanggaran pemilu.

ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 13 Mei 2023
Ketua,

RAHMAT BAGJA
SUBLAMPIRAN
PETUNJUK TEKNIS PENANGANAN
PELANGGARAN PEMILIHAN UMUM
SUBLAMPIRAN I
FORMAT BUKU PENYAMPAIAN LAPORAN

Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD


Nomor Tanggal
Nama Nama
No Penyampaian Penyampaian Pokok Laporan**
Pelapor Terlapor
Laporan* Laporan

*Contoh penomoran: 001/LP/PL/RI/00.00/II/2023


**diisi secara singkat laporan yang disampaikan

Pemilu Presiden dan Wakil Presiden


Nomor Tanggal
Nama Nama
No Penyampaian Penyampaian Pokok Laporan**
Pelapor Terlapor
Laporan* Laporan

*Contoh penomoran: 001/LP/PP/RI/00.00/II/2023


**diisi secara singkat laporan yang disampaikan
SUBLAMPIRAN II
SURAT PEMBERITAHUAN KELENGKAPAN LAPORAN

KOP PENGAWAS PEMILU

Nomor : …………………*
Hal : Pemberitahuan Kelengkapan Laporan

Kepada Yth.
……………………
di -
…………………….

Berdasarkan kajian awal terhadap Laporan saudara nomor ……… tanggal …….,
Bawaslu/Bawaslu Provinsi/Bawaslu Kabupaten/kota/Panwas Kecamatan/Panwaslu
LN** menyatakan laporan saudara belum memenuhi syarat formal dan/atau materiel.
Untuk itu saudara diberi kesempatan untuk memperbaiki laporan dengan melengkapi
kekurangan laporan sebagai berikut:
1. ……..
2. …….
3. dst

Kekurangan tersebut disampaikan kepada Bawaslu/Bawaslu Provinsi/Bawaslu


Kabupaten/kota/Panwas Kecamatan/Panwaslu LN** paling lama 2 (dua) hari setelah
pemberitahuan ini diterima.

Demikian pemberitahuan ini disampaikan.

…………….., ………………………..***

Bawaslu/Bawaslu Provinsi/Bawaslu
Kabupaten/kota/Panwaslu Kecamatan/Panwaslu LN*
Ketua

CAP

……………………………………………….

Keterangan:
* diisi dengan nomor surat keluar
** pilih salah satu
*** diisi tempat, tanggal, bulan, tahun
SUBLAMPIRAN III
FORMULIR LAPORAN PERBAIKAN

KOP PENGAWAS PEMILU

FORMULIR LAPORAN PERBAIKAN


Nomor: …..........................*

1. Identitas Pelapor:
a. Nama : .............................................
b. Tempat/Tgl Lahir : .............................................
c. Jenis Kelamin : .............................................
d. Pekerjaan : .............................................
e. Kewarganegaraan : .............................................
f. Alamat : .............................................
g. No.Telp/HP : .............................................
h. E-Mail*** : .............................................

2. Identitas Terlapor
a. Nama : ............................................
b. Alamat** : ............................................
c. No.Telp/HP*** : ............................................

3. Peristiwa yang dilaporkan:


a. Peristiwa : ..............................................
b. Tempat Kejadian : ..............................................
c. Hari dan Tanggal Kejadian : ..............................................
d. Hari dan Tanggal diketahui : ..............................................

4. Saksi –saksi:***
1) Nama : .............................................
Alamat : .............................................
No.Telp/Hp : .............................................

2) Nama :..............................................
Alamat :..............................................
No.Telp/Hp :..............................................

5. Bukti-Bukti:
a. .........................................................................................................
b. .........................................................................................................
c. dst

6. Uraian kejadian:
(diuraikan secara kronologis peristiwa apa yang dianggap sebagai dugaan
pelanggaran pemilu, di mana, kapan, dan bagaimana peristiwa tersebut
terjadi)
Dilaporkan di :
Hari dan Tanggal**** :
Pukul**** :

Saya menyatakan bahwa isi laporan ini adalah yang sebenar-benarnya dan saya
bersedia mempertanggungjawabkannya di hadapan hukum.

Penerima Laporan Pelapor

CAP
………………….. ………………………

Keterangan:
* diberi nomor penyampaian laporan yang sama dengan formulir laporan
** jika alamat tempat tinggal Terlapor tidak lengkap/tidak diketahui, cukup
disebutkan dusun/desa/kelurahan
*** tidak wajib diisi
**** diisi dengan waktu saat pelapor memperbaiki laporan
SUBLAMPIRAN IV
FORMAT BUKU REGISTER TEMUAN

Temuan Dugaan Pelanggaran Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD


Nomor Register Tanggal Nama Nama Pokok Temuan**
No
Temuan* Registrasi Penemu Terlapor

*contoh penomoran: 001/Reg/TM/PL/RI/00.00/II/2023


**diisi secara singkat temuan peristiwa dugaan pelanggaran pemilu

Temuan Dugaan Pelanggaran Pemilu Presiden dan Wakil Presiden


Nomor Register Tanggal Nama Nama Pokok Temuan**
No
Temuan* Registrasi Penemu Terlapor

*contoh penomoran: 001/Reg/TM/PP/RI/00.00/II/2023


**diisi secara singkat temuan peristiwa dugaan pelanggaran pemilu

Temuan Dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD
Nomor Register Tanggal Nama Nama Pokok Temuan**
No
Temuan* Registrasi Penemu Terlapor

*contoh penomoran: 001/TM/ADM.PL/BWSL/00.00/II/2023


**diisi secara singkat temuan peristiwa dugaan pelanggaran administratif pemilu

Temuan Dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu Presiden dan Wakil Presiden


Nomor Register Tanggal Nama Nama Pokok Temuan**
No
Temuan* Registrasi Penemu Terlapor

*contoh penomoran: 001/TM/ADM.PP/BWSL/00.00/II/2023


**diisi secara singkat temuan peristiwa dugaan pelanggaran administratif pemilu

Temuan Dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu TSM


Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD*
Nomor Register Tanggal Nama Nama Pokok Temuan***
No
Temuan** Registrasi Penemu Terlapor

*buku register hanya digunakan oleh di Bawaslu RI


**contoh penomoran: 001/TM/ADM.TSM.PL/BWSL/00.00/II/2024
***diisi secara singkat temuan peristiwa dugaan pelanggaran pemilu TSM

Temuan Dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu TSM


Pemilu Presiden dan Wakil Presiden*
Nomor Register Tanggal Nama Nama Pokok Temuan***
No
Temuan** Registrasi Penemu Terlapor

*buku register hanya digunakan oleh di Bawaslu RI


**contoh penomoran: 001/TM/ADM.TSM.PP/BWSL/00.00/II/2024
***diisi secara singkat temuan peristiwa dugaan pelanggaran pemilu TSM
SUBLAMPIRAN V
FORMAT BUKU REGISTER LAPORAN

Laporan Dugaan Pelanggaran Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD


Nomor Register Tanggal Nama Nama Pokok Laporan**
No
Laporan* Registrasi Pelapor Terlapor

*contoh penomoran: 001/Reg/LP/PL/RI/00.00/II/2023


**diisi secara singkat laporan peristiwa dugaan pelanggaran pemilu

Laporan Dugaan Pelanggaran Pemilu Presiden dan Wakil Presiden


Nomor Register Tanggal Nama Nama Pokok Laporan**
No
Laporan* Registrasi Pelapor Terlapor

*contoh penomoran: 001/Reg/LP/PP/RI/00.00/II/2023


**diisi secara singkat laporan peristiwa dugaan pelanggaran pemilu

Laporan Dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD
Nomor Register Tanggal Nama Nama Pokok Laporan**
No
Laporan* Registrasi Pelapor Terlapor

*contoh penomoran: 001/LP/ADM.PL/BWSL/00.00/II/2023


**diisi secara singkat laporan peristiwa dugaan pelanggaran administratif pemilu

Laporan Dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu Presiden dan Wakil Presiden


Nomor Register Tanggal Nama Nama Pokok Laporan**
No
Laporan* Registrasi Pelapor Terlapor

*contoh penomoran: 001/LP/ADM.PP/BWSL/00.00/II/2023


**diisi secara singkat laporan peristiwa dugaan pelanggaran administratif pemilu

Laporan Dugaan Pelanggaran Administratif TSM


Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD*
Nomor Register Tanggal Nama Nama Pokok Laporan***
No
Laporan** Registrasi Pelapor Terlapor

*buku register hanya digunakan oleh Bawaslu RI


**contoh penomoran: 001/LP/ADM.TSM.PL/BWSL/00.00/II/2024
***diisi secara singkat laporan peristiwa dugaan pelanggaran administratif pemilu TSM

Laporan Dugaan Pelanggaran Administratif TSM


Pemilu Presiden dan Wakil Presiden*
Nomor Register Tanggal Nama Nama Pokok Laporan***
No
Laporan** Registrasi Pelapor Terlapor

*buku register hanya digunakan oleh Bawaslu RI


**contoh penomoran: 001/LP/ADM.TSM.PP/BWSL/00.00/II/2024
***diisi secara singkat laporan peristiwa dugaan pelanggaran administratif pemilu TSM
SUBLAMPIRAN VI
KEPUTUSAN PEMBENTUKAN TIM KLARIFIKASI

LAMBANG GARUDA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM


REPUBLIK INDONESIA*

KEPUTUSAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM*

NOMOR: ……………….

TENTANG

PEMBENTUKAN TIM KLARIFIKASI DALAM PENANGANAN TEMUAN DAN


LAPORAN PELANGGARAN PEMILIHAN UMUM PADA PEMILIHAN UMUM TAHUN
2024

KETUA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM*,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka melakukan kajian atas temuan/laporan


pelanggaran pemilihan umum, Badan Pengawas Pemilihan
Umum* dalam melakukan klarifikasi;
b. bahwa untuk melakukan klarifikasi sebagaimana dimaksud
dalam huruf a, perlu dibentuk Tim Klarifikasi;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan huruf b, perlu ditetapkan Keputusan Badan
Pengawas Pemilihan Umum* tentang Pembentukan Tim
Klarifikasi.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan


Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017
Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 6109) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022
tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017
tentang Pemilihan Umum (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2022 Nomor 224, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 6832);
2. Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor 7 Tahun
2022 tentang Penanganan Temuan dan Laporan Pelanggaran
Pemilihan Umum (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2022 Nomor 1073).

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : KEPUTUSAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM*


TENTANG PEMBENTUKAN TIM KLARIFIKASI DALAM
PENANGANAN TEMUAN DAN LAPORAN PELANGGARAN
PEMILIHAN UMUM PADA PEMILIHAN UMUM TAHUN 2024

KESATU : Membentuk Tim Klarifikasi dalam penanganan temuan dan laporan


pelanggaran pemilihan umum pada Pemilihan Umum Tahun 2024.
KEDUA : Tim Klarifikasi sebagaimana dimaksud pada Diktum Kesatu
bertugas:
1. menetapkan pihak-pihak yang akan diklarifikasi dan menyusun
jadwal klarifikasi;
2. membuat surat undangan klarifikasi dan menyampaikan
kepada pihak yang akan diklarifikasi;
3. menyediakan tautan ruang virtual apabila klarifikasi dilakukan
secara daring;
4. menyiapkan ruang klarifikasi;
5. menyiapkan daftar pertanyaan;
6. melaksanakan klarifikasi;
7. kegiatan-kegiatan lain yang mendukung pelaksanaan
klarifikasi.
KETIGA : Dalam melaksanakan tugas Tim Klarifikasi bertanggungjawab
kepada Ketua Badan Pengawas Pemilihan Umum*;
KEEMPAT : Susunan Tim Klarifikasi tercantum dalam lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahakan dari Keputusan ini.
KELIMA : Segala biaya yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan
Keputusan ini dibebankan pada Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran (DIPA) Bawaslu Tahun Anggaran 2023.
KEENAM : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan
ketentuan apabila terdapat kekeliruan dikemudian hari akan
diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

ditetapkan di ………..
pada tanggal ……, ………….., ……..**
BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM*
KETUA

……………………..

Keterangan:
*sesuaikan dengan tingkatan lembaga
**diisi tanggal, bulan, dan tahun
Lampiran
Keputusan Badan Pengawas Pemilihan Umum
tentang Pembentukan Tim Klarifikasi dalam
Penanganan Temuan dan Laporan Pelanggaran
Pemilihan Umum pada Pemilihan Umum Tahun
2024
Nomor : …….
Tanggal : …….

SUSUNAN TIM KLARIFIKASI DALAM PENANGANAN TEMUAN DAN LAPORAN


PELANGGARAN PEMILIHAN UMUM PADA PEMILIHAN UMUM TAHUN 2024

NO NAMA JABATAN
SUBLAMPIRAN VII
REKOMENDASI PELANGGARAN KODE ETIK PPK/PPS/KPPS

KOP PENGAWAS PEMILU

Nomor : ……………………
Hal : Rekomendasi Pelanggaran Kode Etik Penyelenggara Pemilu

Kepada Yth.
Ketua Bawaslu Kabupaten/Kota ……….
di -
…………………….

1. Dasar:
a. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum;
b. Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor 7 Tahun 2022 tentang
Penanganan Temuan dan Laporan Pelanggaran Pemilihan Umum.
2. Bawaslu/Bawaslu Provinsi/Panwaslu Kecamatan*, …… terhadap dugaan
pelanggaran pemilu sebagaimana dimaksud dalam Temuan/Laporan Nomor:
……………**(terlampir) menyatakan sebagai dugaan pelanggaran kode etik
Penyelenggara Pemilu yang dilakukan oleh anggota PPK, PPS dan/atau KPPS,
untuk selanjutnya merekomendasikan kepada KPU Kabupaten/Kota melalui
Bawaslu Kabupaten/Kota untuk ditindaklanjuti sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

Demikian atas perhatiannya diucapkan terimakasih.

………………, ……………………………***

Bawaslu/Bawaslu Provinsi/Panwaslu Kecamatan*


Ketua

CAP

………………………………………………

Keterangan:
* diisi sesuai nama lembaga
** diisi dengan nomor register temuan atau laporan
*** diisi tempat, tanggal, bulan, dan tahun
SUBLAMPIRAN VIII
REKOMENDASI PELANGGARAN KODE ETIK PPLN/KPPSLN

KOP PENGAWAS PEMILU

Nomor : ……………………
Hal : Rekomendasi Pelanggaran Kode Etik Penyelenggara Pemilu

Kepada Yth.
Ketua Badan Pengawas Pemilihan Umum
Republik Indonesia
di -
…………………….

1. Dasar:
a. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum;
b. Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor 7 Tahun 2022 tentang
Penanganan Temuan dan Laporan Pelanggaran Pemilihan Umum.
2. Panwaslu LN …… terhadap dugaan pelanggaran pemilu sebagaimana dimaksud
dalam Temuan/Laporan Nomor: ……………**(terlampir) menyatakan sebagai
dugaan pelanggaran kode etik Penyelenggara Pemilu yang dilakukan oleh
anggota PPLN dan/atau KPPSLN, untuk selanjutnya merekomendasikan kepada
KPU melalui Bawaslu untuk ditindaklanjuti sesuai peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

Demikian atas perhatiannya diucapkan terimakasih.

………………, ……………………………***

Panwaslu LN*
Ketua

CAP

………………………………………………

Keterangan:
* diisi sesuai nama lembaga
** diisi dengan nomor register temuan atau laporan
*** diisi tempat, tanggal, bulan, dan tahun
SUBLAMPIRAN IX
REKOMENDASI PELANGGARAN ADMINITRATIF PEMILU OLEH PPLN/KPPSLN

KOP PENGAWAS PEMILU

Nomor : ……………………
Hal : Rekomendasi Pelanggaran Kode Etik Penyelenggara Pemilu

Kepada Yth.
Ketua PPLN
di -
…………………….

1. Dasar:
c. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum;
d. Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor 7 Tahun 2022 tentang
Penanganan Temuan dan Laporan Pelanggaran Pemilihan Umum.
2. Panwaslu LN …… terhadap dugaan pelanggaran pemilu sebagaimana dimaksud
dalam Temuan/Laporan Nomor: ……………**(terlampir) menyatakan sebagai
dugaan pelanggaran administratif Pemilu, selanjutnya merekomendasikan kepada
PPLN untuk ditindaklanjuti sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Demikian atas perhatiannya diucapkan terimakasih.

………………, ……………………………***

Panwaslu LN*
Ketua

CAP

………………………………………………

Keterangan:
* diisi sesuai nama lembaga
** diisi dengan nomor register temuan atau laporan
*** diisi tempat, tanggal, bulan, dan tahun
SUBLAMPIRAN X
KEPUTUSAN PELANGGARAN KODE ETIK
PANWASLU KECAMATAN/PANWASLU KELURAHAN/DESA/PENGAWAS TPS

LAMBANG GARUDA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM


KABUPATEN/KOTA*

KEPUTUSAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM


KABUPATEN/KOTA*

NOMOR: ……………….

TENTANG

PEMBERIAN SANKSI ATAS PELANGGARAN KODE ETIK/REHABILITASI**

KETUA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM*,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka menindaklanjuti rapat pleno kajian atas


Temuan/Laporan Nomor: ….,;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a, perlu ditetapkan Keputusan Badan Pengawas
Pemilihan Umum Kabupaten/Kota* tentang Pemberian Sanksi
atas Pelanggaran Kode Etik/Rehabilitasi**

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan


Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017
Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 6109) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022
tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun
2017 tentang Pemilihan Umum (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2022 Nomor 224, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 6832);
2. Peraturan Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilihan
Umum Nomor 2 Tahun 2017 tentang Kode Etik dan Pedoman
Penyelenggara Pemilihan Umum (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2017 Nomor 1338);
3. Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor 7 Tahun
2022 tentang Penanganan Temuan dan Laporan Pelanggaran
Pemilihan Umum (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2022 Nomor 1073).

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : KEPUTUSAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM
KABUPATEN/KOTA* TENTANG PEMBERIAN SANKSI ATAS
PELANGGARAN KODE ETIK/REHABILITASI**

KESATU : Memberikan sanksi administratif berupa


peringatan/pemberhentian tetap** kepada Anggota Panwaslu
Kecamatan/Panwaslu Kelurahan/Desa/Pengawas TPS** atas
nama ……
atau
Merehabilitasi nama baik Anggota Panwaslu Kecamatan/Panwaslu
Kelurahan/Desa/Pengawas TPS** atas nama ……
KEDUA : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

ditetapkan di ………..
pada tanggal ……, ………….., ……..***
BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM
KABUPATEN/KOTA*
KETUA

……………………..

Keterangan:
*sesuaikan dengan nama Kabupaten/Kota
**pilih salah satu
***diisi tanggal, bulan, dan tahun
SUBLAMPIRAN XI
TANDA BUKTI PERMINTAAN KOREKSI

KOP PENGAWAS PEMILU

TANDA BUKTI PERMINTAAN KOREKSI


NOMOR:.....................................*

Telah diterima dari


Nama : ……………………………………………………..
Tempat Tanggal Lahir : ……………………………………………………..
Alamat : ……………………………………………………..
No.Telp/HP : ……………………………………………………..
Hari dan Tanggal : ……………………………………………………..
Waktu : ……………………………………………………..

yang berkedudukan sebagai Pelapor/Terlapor dalam Laporan/Temuan nomor:


……….. dan mengajukan permintaan koreksi atas rekomendasi Bawaslu
Provinsi/Bawaslu Kabupaten/Kota** kepada Bawaslu/Bawaslu Provinsi**
dengan menyerahkan dokumen sebagai berikut:

No Bentuk Dokumen Jumlah

…………….., ……………………...***

Diterima oleh,

CAP
Penerima Permintaan Koreksi Yang Mengajukan Permintaan Koreksi

Keterangan:
* diberi nomor koreksi
** pilih salah satu
** diisi tempat, tanggal, bulan dan tahun
SUBLAMPIRAN XII
FORMAT BUKU REGISTER PERMINTAAN KOREKSI REKOMENDASI

Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD


Nomor
Nama dan Kedudukan
Nomor Register Tanggal Laporan/Temuan yang
No Yang mengajukan
Koreksi* Registrasi diterbitkan
permintaan koreksi**
Rekomendasi***

*contoh penomoran: 001/K/LP/PL/RI/00.00/XII/2022


**diisi nama dan kedudukan pihak yang mengajukan permintaan koreksi dalam laporan/temuan.
***diisi nomor laporan/temuan Bawaslu Provini/Bawaslu Kabupaten/Kota

Pemilu Presiden dan Wakil Presiden


Nomor
Nama dan Kedudukan
Nomor Register Tanggal Laporan/Temuan yang
No Yang mengajukan
Koreksi* Registrasi diterbitkan
permintaan koreksi**
Rekomendasi***

*contoh penomoran: 001/K/LP/PP/RI/00.00/XII/2022


**diisi nama dan kedudukan pihak yang mengajukan permintaan koreksi dalam laporan/temuan.
***diisi nomor laporan/temuan Bawaslu Provini/Bawaslu Kabupaten/Kota
SUBLAMPIRAN XIII
KEPUTUSAN PEMBENTUKAN MAJELIS PEMERIKSA, SEKRETARIS
PEMERIKSA, ASISTEN PEMERIKSA, DAN PERISALAH

LAMBANG GARUDA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM


REPUBLIK INDONESIA*

KEPUTUSAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM*

NOMOR: …………………………..

TENTANG

PEMBENTUKAN MAJELIS PEMERIKSA, SEKRETARIS PEMERIKSA, ASISTEN


PEMERIKSA, DAN PERISALAH DALAM LAPORAN/TEMUAN NOMOR ……

KETUA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM*,

Menimbang : a. bahwa Badan Pengawas Pemilihan Umum* telah menerima


dan meregister laporan/temuan nomor: ………. pada tanggal
……..;
b. bahwa dalam rangka pemeriksaan laporan/temuan nomor:
…….. perlu dibentuk Majelis Pemeriksa, Sekretaris Pemeriksa,
Asisten Pemeriksa, dan Perisalah;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan huruf b, perlu ditetapkan Keputusan Badan
Pengawas Pemilihan Umum* tentang Pembentukan Majelis
Pemeriksa, Sekretaris Pemeriksa, Asisten Pemeriksa, dan
Perisalah.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan


Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017
Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 6109) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022
tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017
tentang Pemilihan Umum (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2022 Nomor 224, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 6832);
2. Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor 7 Tahun
2022 tentang Penanganan Temuan dan Laporan Pelanggaran
Pemilihan Umum (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2022 Nomor 1073).
3. Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor 8 Tahun
2022 tentang Penyelesaian Pelanggaran Administratif
Pemilihan Umum (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2022 Nomor 1074).

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : KEPUTUSAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM*


TENTANG PEMBENTUKAN MAJELIS PEMERIKSA,
SEKRETARIS PEMERIKSA, ASISTEN PEMERIKSA, DAN
PERISALAH DALAM LAPORAN/TEMUAN NOMOR ……

KESATU : Membentuk Majellis Pemeriksa, Sekretaris Pemeriksa, Asisten


Pemeriksa, dan Perisalah dalam Laporan/Temuan Nomor: ……
KEDUA : Dalam melaksanakan tugas Majellis Pemeriksa, Sekretaris
Pemeriksa, Asisten Pemeriksa, dan Perisalah bertanggungjawab
kepada Ketua Badan Pengawas Pemilihan Umum*;
KETIGA : Susunan Majelis Pemeriksa, Sekretaris Pemeriksa, Asisten
Pemeriksa, dan Perisalah dalam Laporan/Temuan Nomor: ……..
tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahakan dari Keputusan ini.
KEEMPAT : Segala biaya yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan
Keputusan ini dibebankan pada Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran (DIPA) Bawaslu Tahun Anggaran 2023
KELIMA : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan
ketentuan apabila terdapat kekeliruan dikemudian hari akan
diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

ditetapkan di ………..
pada tanggal ……, ………….., ……..**
BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM*
KETUA

……………………..

Keterangan:
*sesuaikan dengan tingkatan lembaga
**diisi tanggal, bulan, dan tahun
Lampiran
Keputusan Badan Pengawas Pemilihan Umum
tentang Pembentukan Majelis Pemeriksa,
Sekretaris Pemeriksa, Asisten Pemeriksa, dan
Perisalah
Nomor : …….
Tanggal : …….

SUSUNAN MAJELIS PEMERIKSA, SEKRETARIS PEMERIKSA, ASISTEN


PEMERIKSA, DAN PERISALAH DALAM LAPORAN/TEMUAN NOMOR ……

NO NAMA JABATAN KEDUDUKAN


1 Ketua Bawaslu Ketua Majelis Pemeriksa
2 Anggota Bawaslu Anggota Majelis Pemeriksa
3 Anggota Bawaslu Anggota Majelis Pemeriksa
4 Anggota Bawaslu Anggota Majelis Pemeriksa
5 Anggota Bawaslu Anggota Majelis Pemeriksa
6 Sekretaris Pemeriksa
7 Asisten Pemeriksa
8 Perisalah

Keterangan:
- Jumlah Majelis Pemeriksa menyesuaikan dengan jumlah anggota
Bawaslu/Bawaslu Provinsi/Bawaslu Kabupaten/Kota.
- Dalam hal temuan/laporan terkait dengan dugaan pelanggaran administratif pemilu
TSM, maka Majelis Pemeriksa terdiri dari Ketua dan Anggota Bawaslu. Dalam hal
dugaan pelanggaran administratif Pemilu TSM dilakukan oleh calon anggota DPR,
DPD, dan DPRD, Bawaslu dapat melibatkan Ketua dan Anggota Bawaslu Provinsi
menjadi Majelis Pemeriksa, namun Ketua Majelisnya adalah Ketua Bawaslu.
- Jumlah Sekretaris Pemeriksa, Asisten Pemeriksa, dan Perisalah bisa lebih dari
satu orang.
SUBLAMPIRAN XIV
TATA TERTIB SIDANG PEMERIKSAAN

TATA TERTIB SIDANG PEMERIKSAAN

1. Pelapor, Terlapor, Kuasa Hukum, Saksi, Ahli, dan pengunjung sidang pemeriksaan
wajib mengenakan pakaian rapi dan sopan, serta menjaga ketertiban dan
ketenangan.
2. Pelapor, Terlapor, Kuasa Hukum, Saksi, Ahli, dan Pengunjung sidang pemeriksaan
dilarang:
a. membawa senjata dan/atau benda-benda lain yang dapat membahayakan atau
mengganggu jalannya sidang pemeriksaan;
b. membuat gaduh, berlalu-lalang, bersorak-sorai, dan bertepuk tangan di dalam
ruang sidang pemeriksaan selama sidang pemeriksaan berlangsung;
c. mengaktifkan alat komunikasi selama sidang pemeriksaan berlangsung;
d. membawa peralatan demonstrasi masuk ke ruang sidang pemeriksaan;
e. merusak dan/atau mengganggu fungsi sarana, prasarana, dan/atau
perlengkapan sidang pemeriksaan lainnya;
f. makan dan minum di ruang sidang selama sidang pemeriksaan berlangsung;
g. menghina Majelis Pemeriksa, Pelapor, Terlapor, Kuasa Hukum, Saksi, dan
Ahli;
h. memberikan dukungan, komentar, saran, tanggapan, atau mengajukan
keberatan atas keterangan yang diberikan oleh saksi atau ahli selama sidang
pemeriksaan berlangsung;
i. melakukan perbuatan atau tingkah laku yang dapat mengganggu sidang
pemeriksaan atau merendahkan kehormatan dan martabat Majelis pemeriksa;
j. memberikan ungkapan atau pernyataan di dalam sidang pemeriksaan yang
isinya berupa ancaman terhadap independensi Majelis Pemeriksa dalam
memutus Laporan.
4. Pelapor, Terlapor, Kuasa Hukum, Para Pihak, Saksi, Ahli, dan pengunjung Sidang
Pemeriksaan wajib:
a. menempati tempat duduk yang telah disediakan dengan menerapkan protokol
Kesehatan, duduk tertib dan sopan selama sidang pemeriksaan;
b. mengenakan tanda pengenal yang diberikan;
c. menunjukkan sikap hormat kepada Majelis Pemeriksa.
5. Pelapor, Terlapor, Kuasa Hukum, Saksi, dan Ahli menyampaikan keterangannya
setelah diberikan kesempatan oleh Majelis pemeriksa.
6. Pelapor, Terlapor, Kuasa Hukum, Saksi, dan Ahli menyerahkan alat bukti atau
berkas perkara lainnya dalam sidang pemeriksaan kepada Majelis pemeriksa
melalui Sekretaris pemeriksa petugas sidang pemeriksa yang ditugaskan untuk itu.
7. Dalam hal Pelapor, Terlapor, Kuasa Hukum, Saksi, Ahli dan pengunjung sidang
pemeriksaan yang melanggar tata tertib maka:
a. Diperingatkan oleh Majelis Pemeriksa, dan
b. Apabila mengulangi perbuatan yang sudah diperingatkan oleh Majelis
Pemeriksa, maka Majelis Pemeriksa dapat memerintahkan kepada petugas
keamanan untuk mengeluarkan Pelapor, Terlapor, Kuasa Hukum, Saksi, Ahli
dan pengunjung dari ruangan sidang pemeriksaan.
SUBLAMPIRAN XV
DAFTAR KODE BUKTI

NO* KODE BUKTI** JENIS BUKTI***

Keterangan:
*diisi nomor urut
**diisi dengan kode bukti “P-1, P-2, dst” untuk bukti Pelapor atau kode bukti “T-1, T-
2, dst untuk bukti Terlapor.
***diisi nama jenis dokumen yang dijadikan bukti
SUBLAMPIRAN XVI
TANDA BUKTI PENYERAHAN SALINAN PUTUSAN

KOP PENGAWAS PEMILU

Telah diserahkan salinan putusan Bawaslu/Bawaslu Provinsi/Bawaslu


Kabupaten/Kota* Nomor: …………. tanggal ……….

…………., ………………………**

Yang Menyerahkan Yang menerima

……………………….. ………………………..

Keterangan:
*sesuaikan dengan nama lembaga
**diisi tempat, tanggal, bulan, dan tahun
SUBLAMPIRAN XVII
FORMAT BUKU REGISTER PERMINTAAN KOREKSI PUTUSAN

Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD


Nama dan Kedudukan
Nomor Register Tanggal Nomor Putusan yang
No Yang mengajukan
Koreksi* Registrasi diajukan koreksi***
permintaan koreksi**

*contoh penomoran: 001/KS/ADM.PL/RI/00.00/II/2024


**diisi nama dan kedudukan pihak yang mengajukan permintaan koreksi dalam laporan/temuan.
***diisi nomor putusan Bawaslu Provini/Bawaslu Kabupaten/Kota

Pemilu Presiden dan Wakil Presiden


Nama dan Kedudukan
Nomor Register Tanggal Nomor Putusan yang
No Yang mengajukan
Koreksi* Registrasi diajukan koreksi***
permintaan koreksi**

*contoh penomoran: 001/KS/ADM.PP/RI/00.00/II/2024


**diisi nama dan kedudukan pihak yang mengajukan permintaan koreksi dalam laporan/temuan.
***diisi nomor putusan Bawaslu Provini/Bawaslu Kabupaten/Kota
SUBLAMPIRAN XVIII
TANDA TERIMA JAWABAN KOREKSI

KOP PENGAWAS PEMILU

Telah diterima Jawaban Koreksi dari Penemu/Pelapor/Terlapor atas nama …….. atas
Permintaan Koreksi Nomor: ……….

…………., ………………………*

Yang Menyerahkan** Yang menerima

……………………….. ………………………..

Keterangan:
*diisi tempat, tanggal, bulan, dan tahun
**nama yang menyerahkan ditulis, namun tandatangan dikosongkan apabila
penyampaian jawaban dilakukan melalui media telekomunikasi

ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 13 Mei 2023
Ketua,

RAHMAT BAGJA

Anda mungkin juga menyukai