Anda di halaman 1dari 4

LEARNING JOURNAL

Nama Mahasiswa : Hana Rihab Radhiyah


NIM : 2002112706
Mata Kuliah : Audit Internal
Materi : Risiko
Pertemuan Ke- :8

A. Pokok Pikiran
Risiko Audit dan Komponennya
Risiko audit terdiri atas dua tingkatan-tingkat laporan keuangan dan saldo akun (atau tingkat
kelompok transaksi). Pada tingkat laporan keuangan, risiko audit adalah risiko bahwa auditor
mungkin secara tidak sengaja gagal memodifikasi dengan layak pendapatnya atas laporan
keuangan yang salah saji secara material. Seorang auditor diharapkan untuk merencanakan audit
sehingga risiko audit dibatasi pada apa yang dipertimbangkan auditor sebagai tingkat yang
rendah. Dalam menentukan risiko audit pada tingkat laporan keuangan, standar audit (AU 316)
menyatakan bahwa seorang auditor harus mempertimbangkan karakterisitik manajemen,
karakteristik operasi dan industri, dan karakteristik penugasan. Faktor-faktor yang disebutkan
berikut ini bisa menunjukkan situasi yang meningkatkan risiko audit:

Karakteristik Manajemen

 Kebijakan manajemen didominasi hanya oleh satu orang.


 Manajemen memiliki perilaku yang sangat agresif terhadap pelaporan keuangan.
 Perputaran manajemen tinggi.
 Manajemen sangat berlebihan dalam menekankan pencapaian proyeksi laba.
 Manajemen memiliki reputasi yang buruk dalam komunitas bisnis

Karakteristik Operasi dan Industri

 Profitabilitas entitas dibandingkan dengan industrinya ternyata tidak memadai


 Hasil-hasil operasi entitas sensitive terhadap factor-faktor ekonomi
 Entitas berada pada industri yang menurun
 Organisasi entitas bersifat desentralistis tanpa pengawasan aktivitas yang memadai.
 Entitas diragukan kelangsungan hidupnya

Karakteristik Penugasan

 Terdapat banyak perdebatan dan/atau masalah-masalah akuntansi yang sulit.


 Terdapat transaksi-transaksi atau saldo-saldo yang signifikan yang sulit diaudit
 Terdapat transaksi dengan pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa dalam jumlah
yang signifikan dan tidak biasa.

Risiko Bawaan adalah kerentanan suatu asersi atas terjadinya salah saji yang material, dengan
mengasumsikan bahwa tidak ada kebijakan atau prosedur struktur kontrol internal terkait yang
ditetapkan.

Risiko Kontrol adalah risiko bahwa salah saji material yang bisa terjadi pada suatu asersi tidak
dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh struktur, kebijakan, atau prosedur kontrol
internal suatu entitas.

Risiko Deteksi adalah risiko bahwa auditor tidak dapat mendeteksi salah saji material yang
terdapat pada suatu asersi. Risiko deteksi dapat terjadi karena seorang auditor memutuskan tidak
memeriksa 100 persen saldo atau transaksi atau karena ketidakpastian lainnya.

SAS memberikan rumus berikut ini :

Risiko Audit = Risiko Bawaan x Risiko Kontrol x Risiko Deteksi

Manajemen Risiko

Berdasarkan ISO 31000:2009, proses manajemen risiko merupakan bagian yang penting dari
manajemen risiko karena merupakan penerapan atas prinsip dan kerangka kerja manajemen
risiko yang telah dibangun. Adapun proses manajemen risiko terdiri atas tiga proses utama, yaitu
penetapan konteks, penilaian risiko, dan penanganan risiko.

Penetapan konteks manajemen risiko bertujuan untuk mengidentifikasi serta mengungkapkan


sasaran organisasi, lingkungan dimana sasaran hendak dicapai, stakeholders yang
berkepentingan, dan keberagaman kriteria risiko. Proses kedua adalah penilaian risiko meliputi
tahapan identifikasi risiko yang bertujuan untuk mengidentifikasi risiko-risiko yang dapat
memengaruhi pencapaian sasaran organisasi. Proses ketiga dalam proses manajemen risiko
adalah penanganan risiko yang berupa perencanaan atas mitigasi risiko-risiko untuk
mendapatkan alternatif solusinya sehingga penanganan risiko dapat diterapkan secara efektif dan
efisien.

Pada akhirnya, ketiga proses tersebut disertai dengan dua proses pendukung lainnya yaitu
komunikasi dan konsultasi, untuk menjamin tersedianya dukungan yang memadai dari setiap
kegiatan manajamen risiko, dan menjadikan setiap kegiatan mencapai sasarannya dengan tepat.

B. Contoh Kasus

Inspektur Utama BRIN: Auditor sebagai Pengawal Manajemen Risiko di Lingkungan BRIN

https://www.brin.go.id/news/110403/inspektur-utama-brin-auditor-sebagai-pengawal-
manajemen-risiko-di-lingkungan-brin

Penerapan manajemen risiko di sektor publik, sebagai salah satu produk pemerintah, tentunya
bukan tanpa hambatan. Terdapat tantangan dalam penerapan manajemen risiko di sektor publik,
yaitu komitmen untuk melaksanakan tone of the top yang merupakan hal terpenting bagi
kehidupan organisasi, untuk menuntun dan mengarahkan organisasi tersebut dalam mencapai
tujuannya.

Fenomena yang terjadi, adalah adanya pemimpin yang jadi contoh tidak baik. Beberapa
pimpinan birokrasi, menjadi penghuni hotel prodeo, karena korupsi. Fenomena tersebut
menunjukkan, belum terciptanya budaya risiko dari pelaku, maupun lingkungan yang tidak
berani saling menegur, termasuk menegur pimpinan,

Manajemen risiko di BRIN hanya dua, yaitu di organisasi Riset (OR) untuk para periset, dan
dukungan manajemen di lingkungan Sekretariat Utama (Settama). Pada lingkungan OR, aktivitas
risetnya harus lolos klirens etik. Apabila tidak ada  klirens etik, risikonya cukup besar. Para
Kepala OR hal itu perlu diperhatikan, bahwa setiap riset yang akan dilakukan harus lolos klirens
etik.

Risiko terbesarnya, yaitu integritas. Jika integritas bagus, risikonya diminimalisasi, sebaliknya
kalau integritasnya kurang bagus, risikonya semakin tinggi. Kita sangat bersyukur, bahwa saat
ini kita memiliki dukungan, yang mengarahkan budaya terintegritas itu menjadi fokusnya. Kita
diarahkan untuk berintegritas, dan Auditor harus paling berintegritas. (Solusi)

Anda mungkin juga menyukai