Modul pelatihan berbasis kompetensi merupakan salah satu media pelatihan yang dapat
digunakan sebagai media transformasi pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja kepada
peserta pelatihan untuk mencapai kompetensi tertentu berdasarkan program pelatihan yang
mengacu kepada Standar Kompetensi .
Modul pelatihan ini berorientasi kepada pelatihan berbasis kompetensi (Competence Based
Training) diformulasikan menjadi tiga materi utama, yaitu materi pelatihan, materi Kerja
dan materi Penilaian yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dalam
penggunaanya sebagai referensi dalam media pelatihan bagi peserta pelatihan dan
instruktur, sehingga pelaksanaan pelatihan dapat dilakukan secara efektif dan efisien.
Untuk memenuhi kebutuhan pelatihan berbasis kompetensi tersebut , maka disusunlah
modul pelatihan berbasis kompetensi dengan judul “Menerapkan Keselamatan, dan
Kesehatan Kerja terkait dengan pekerjaan perencanaan jaringan drainase “.
Kami menyadari bahwa modul yang kami susun ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, kami terbuka terhadap saran dan masukan untuk perbaikan agar tujuan dari
penyusunan modul ini menjadi lebih baik. Demikian yang bisa kami sampaikan, semoga
Tuhan Yang Maha Esa memberikan tuntunan kepada kita dalam melakukan berbagai
upaya perbaikan dalam menunjang proses pelaksanaan pelatihan kompetensi ini.
Tim Penyusun
2
Daftar isi
Kata Pengantar 2
Daftar isi 3
Daftar Tabel 4
Daftar Gambar 5
Unit 1, Menerapkan Keselamatan, Dan Kesehatan Kerja Terkait Dengan
Pekerjaan Perencanaan Jaringan Drainase 6
1 Materi Elemen Kompetensi 1
Mengidentifikasi Peraturan Dan Dokumen Terkait Dengan Perencanaan
Teknis Pekerjaan Jaringan Drainase 7
1.1 Lingkup Pekerjaan K3 Diidentifikasi Berdasarkan Dokumen Kontrak. 8
1.2 Peraturan dan dokumen K3 yang akan digunakan diperiksa sesuai
dengan lingkup pekerjaan. 15
1.3 Daftar/checklist peraturan dan dokumen K3 dibuat sesuai dengan hasil
22
pemeriksaan
2 Materi Elemen Kompetensi 2
Melaksanakan Ketentuan K3 Terkait Perencanaan Teknis Pekerjaan 26
Jaringan Drainase
2.1 Potensi Bahaya Dan Risiko Kecelakaan Kerja Diidentifikasi Berdasarkan
27
Lingkup Pekerjaan
2.2 Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) dan Alat Pengaman Kerja (APK)
29
dilakukan sesuai dengan ketentuan
2.3 Prosedur pencegahan dan penanganan terhadap bahaya dan risiko
kecelakaan kerja serta keadaan darurat diterapkan pada pelaksanaan 37
pekerjaan
3 Materi Elemen Kompetensi 3
Mengevaluasi Pelaksanaan Ketentuan Terkait Perencanaan Teknis 53
Pekerjaan Jaringan Drainase
3.1 Pelaksanaan K3 Di Lingkungan Kerja Diperiksa Sesuai Dengan
54
Peraturan
3.2 Hasil pelaksanaan K3 dibandingkan dengan peraturan dan dokumen yang
60
berlaku
3.3 Hambatan dan permasalahan dalam pelaksanaan K3 diuraikan sesuai
61
dengan hasil pemeriksaan di lapangan
3.4 Kesimpulan hasil evaluasi dibuat sesuai dengan uraian hambatan dan
63
permasalahan
4 Soal Latihan 76
5 Praktikum 78
Daftar Pustaka 80
3
Daftar Tabel
4
Daftar Gambar
5
Menerapkan Keselamatan, Dan Kesehatan Kerja
Terkait Dengan Pekerjaan Perencanaan Jaringan
Drainase (F.422120.001. 01)
6
------------------------------------------
Materi Elemen Kompetensi 1
-------------------------------------------
Mengidentifikasi Peraturan Dan Dokumen Terkait Dengan
Perencanaan Teknis Pekerjaan Jaringan Drainase.
7
1.1. Lingkup Pekerjaan K3 Diidentifikasi Berdasarkan Dokumen Kontrak.
8
4. Mesin dan peralatan yang digunakan.
5. Material yang digunakan seperti material mentah dan produk akhir.
6. Perlindungan yang diperlukan seperti alat pelindung diri.
7. Bahaya yang mungkin menyerang.
8. Tingkat risiko yang terlibat.
9. Work organization termasuk tanggung jawab supervisor dan operator, prosedur
keamanan yang sekarang diperlukan.
10. Pekerjaan spesifik- analisis kegiatan akan memisahkan pekerjaan menjadi
beberapa tahap.
Potensi-potensi risiko dalam setiap pekerjaan dapat diketahui dengan pembahasan
dokumen kontrak seperti RKS. RKS memuat tahapan tahapan pekerjaan yang
didalamnya terdapat alokasi sumber daya, alat dan manusia. Berdasarkan tahapan
pekerjaan dan alokasi sumber daya manusia dan alat, akan bisa di prediksi
kemungkinan risiko yang terjadi, dan bisa memberikan informasi dalam
merencanakan keamanan dan kesehatan kerja (K3).
Form Identifikasi Bahaya seperti pada Tabel 1, digunakan dalam Penilaian dan
Pengendalian Risiko untuk mengidentifikasi semua potensi bahaya K3 yang
terdapat di dalam aktivitas-aktivitas Organisasi/Perusahaan di tempat kerja,
dilanjutkan dengan melakukan penilaian risiko dari potensi bahaya tersebut serta
menentukan langkah-langkah pengendalian bahaya dan risiko K3 tersebut. Hasil
dari form ini kemudian dapat dijadikan dasar perencanaan penerapan dan
pelaksanaan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) di tempat kerja.
9
7. Dampak perubahan organisasi, aktivitas dan material yang digunakan.
8. Dampak perubahan sistem manajemen.
9. Pemenuhan perundangan-undangan dan peraturan yang berlaku.
10. Desain tempat kerja, proses, instalasi, prosedur, struktur organisasi termasuk
penerapannya terhadap kemampuan perorangan.
Identifikasi bahaya meliputi faktor-faktor bahaya di tempat kerja antara lain :
10
Prosedur Identifikasi Bahaya
Tujuan prosedur ini ialah untuk memberi panduan mengenai tata-cara identifikasi
bahaya, penilaian risiko dan pengendalian risiko K3 di lingkungan Perusahaan.
Ruang lingkup prosedur ini berlaku di semua wilayah perusahaan termasuk
cabang. Referensi yang digunakan adalah panduan (manual) Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Perusahaan. Sekretaris P2K3 wajib
melaksanakan prosedur ini secara teliti dan mendalam.
Prosedur
1. Persiapan Data.
b. Kebijakan K3.
e. Prosedur dan Instruksi Kerja serta daftar peralatan kerja dan APD.
11
q. Informasi/masukan dari tenaga kerja ataupun pihak ke tiga di luar
Perusahaan.
2. Identifikasi Bahaya
12
i. Desain tempat kerja, proses, instalasi mesin/peralatan, prosedur
operasional, struktur organisasi termasuk penerapannya terhadap
kemampuan manusia.
3. Penilaian Risiko
Sedang
Ringan
Sangar
Sangat
Berat
Berat
13
Tabel 1. 2 Penilaian frekuensi dan keparahan
Frekuensi Kriteria
Sangat Sering Kemungkinan kejadian 1x dalam 1 minggu
Sering Kemungkinan kejadian 2x dalam 1 bulan
Sedang Kemungkinan kejadian 1x dalam 6 bulan
Jarang Kemungkinan kejadian 1x dalam 1 tahun
Sangat Jarang Kemungkinan kejadian 0x dalam 1 tahun
14
Tabel 1. 3 Contoh tabel identifikasi risiko alat
1.2. Peraturan dan dokumen K3 yang akan digunakan diperiksa sesuai dengan
lingkup pekerjaan.
kriteria :
Manual SMK3 meliputi kebijakan, tujuan, rencana, dan prosedur K3, instruksi
kerja, formulir, caatan dan tanggung jawab serta wewenang tanggung jawab K3
untuk semua tingkatan dalam perusahaan.
Terdapat manual khusus yang berkaitan dengan produk, proses, atau tempat
kerja tertentu
Manual SMK3 mudah didapat oleh semua personil dalam perusahaan sesuai
kebutuhan
Dari ketiga Kriteria di atas menjelaskan terkait Manual yang harus dibuat
perusahaan sebagai acuan untuk dapat membuat Dokumentasi SMK3. Yang
dimaksud dengan Manual SMK3 terdiri dari 4 Level yang terdiri dari Manual,
Prosedur, Instruksi Kerja dan Formulir Kerja / Checklist, seperti pada Gambar 1. 2
15
Gambar 1. 2 Manual SMPK3
16
Gambar 1. 3 Hirarki pengendalian risiko
17
a. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas atau
ahli keselamatan kerja.
b. Memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan.
c. Memenuhi dan menaati semua syarat-syarat keselamatan dan kesehatan yang
diwajibkan.
d. Meminta pada pengurus agar dilaksanakan semua syarat keselamatan dan
kesehatan yang diwajibkan.
e. Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan ketika syarat keselamatan dan
kesehatan kerja serta alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan diragukan
olehnya, kecuali dalam hal-hal khusus ditentukan lain oleh pegawai
pengawas dalam batas-batas yang masih dapat dipertanggung jawabkan.
2. Undang-undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
Pasal 86 Ayat (3): Perlindungan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat
(2) dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
18
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2012 mengenai
Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
B. Aman (Safe)
Aman adalah suatu kondisi sumber bahaya telah teridentifikasi dan telah
dikendalikan ke tingkat yang lebih memadai. Tujuan Safety adalah
mengamankan suatu sistem kegiatan atau pekerjaan mulai dari input, proses
maupun output. Kegiatan yang dimaksud bisa berupa kegiatan produksi di
dalam industri maupun di luar industri seperti sektor publik dan lain-lain. Di
samping itu diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan karyawan.
Prosedur identifikasi
1. Identifikasi Peraturan Perundang-undangan K3.
19
g. Daftar bejana tekan dan pesawat uap yang digunakan.
h. Daftar alat berat yang digunakan.
i. Daftar bahan baku (material) yang digunakan.
j. Daftar sampah, limbah dan emisi yang dihasilkan.
k. Daftar bahan kimia yang digunakan.
l. Daftar produk yang dihasilkan.
m. Laporan-laporan Insiden.
20
Sekretaris P2K3 mencatat hasil analisa di atas di formulir identifikasi
peraturan perundang-undangan dan persyaratan K3 lainnya
(P/FRM/K3/002). Dokumen terkait Formulir Identifikasi Peraturan
Perundang-Undangan Dan Persyaratan K3. Lampiran Formulir Identifikasi
Peraturan Perundang-Undangan Dan Persyaratan lain K3, Tabel 1. 4.
21
1.3. Daftar/checklist peraturan dan dokumen K3 dibuat sesuai dengan hasil
pemeriksaan.
22
Daftar Dokumen K3
23
Tabel 1. 6 adalah tabel daftar dokumen induk K3. Diharapkan dengan formulir
ini, petugas K3 dapat dengan lebih mudah mengidentifikasi serta mengelola
dokumen-dokumen apa saja yang digunakan dalam penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
24
ris K3-002
P2K
3
2. P/IK/K3 01/02/ Instruksi Kerja Penggunaan 0 - Sek Ketua Sekretar Lemari Tidak
/002 2013 Hidran reta P2K3 is P2K3 Dokumen terbatas
ris K3-002
P2K
3
D. Formulir/Laporan/Catatan/Rekaman K3 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Tingkat IV)
1. P/FRM/ 01/02/ Daftar Dokumen Induk Dokumen 0 - Sek Ketua Sekretar Pintu Tidak
K3/000 2013 K3 reta P2K3 is P2K3 Lemari terbatas
ris Dokumen
P2K K3
3
2. P/FRM/ 01/02/ Identifikasi Bahaya, Penilaian 0 - Sek Ketua Sekretar Order Tidak Dokumen
K3/001 2013 dan Pengendalian Risiko K3 reta P2K3 is P2K3 Dokumen terbatas Periode Jan
ris K3-001 2010 – Des
P2K 2012 sudah
3 dimusnahka
n
3. P/FRM/ 01/02/ Tindak Lanjut Penerapan K3 0 - Sek Ketua Sekretar Order Minima
K3/002 2013 reta P2K3 is P2K3 Dokumen l3
ris K3-002 Tahun
P2K
3
4. P/FRM/ 01/02/ Identifikasi Perundang-undangan 0 - Sek Ketua Sekretar Order Tidak
K3/003 2013 dan Persyaratan K3 Lainnya reta P2K3 is P2K3 Dokumen terbatas
ris K3-003
P2K
3
5. P/FRM/ 01/02/ Identifikasi Pelatihan K3 0 - Sek Ketua Sekretar Order Tidak
K3/004 2013 reta P2K3 is P2K3 Dokumen terbatas
ris K3-003
P2K
3
6. P/FRM/ 01/02/ Daftar Hadir Pelatihan K3 0 - Sek Ketua Sekretar Order Minima
K3/005 2013 reta P2K3 is P2K3 Dokumen l3
ris K3-003 Tahun
P2K
3
7. P/FRM/ 01/02/ Partisipasi dan Konsultasi K3 0 - Sek Ketua Sekretar Order Minima
K3/006 2013 reta P2K3 is P2K3 Dokumen l3
ris K3-003 Tahun
P2K
3
25
-------------------------------------------
Materi Elemen Kompetensi 2
-------------------------------------------
Melaksanakan Ketentuan K3 Terkait Perencanaan Teknis Pekerjaan
Jaringan Drainase.
2.1 Potensi bahaya dan risiko kecelakaan kerja diidentifikasi berdasarkan lingkup
pekerjaan.
2.2 Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) dan Alat Pengaman Kerja (APK)
dilakukan sesuai dengan ketentuan.
2.3 Prosedur pencegahan dan penanganan terhadap bahaya dan risiko kecelakaan
kerja serta keadaan darurat diterapkan pada pelaksanaan pekerjaan.
26
2.1 Potensi Bahaya Dan Risiko Kecelakaan Kerja Diidentifikasi Berdasarkan
Lingkup Pekerjaan.
Identifikasi bahaya
Longsor
Terpeleset
Terbentur alat excavator
Tergilas excavator
Kecelakaan akibat alat excavator terguling
Kecelakaan akibat dump truck terperosok
Kejatuhan benda /materi
Pengendalian
27
Peringatan dengan pengeras suara
c. Plesteran 1 : 2
Identifikasi
Longsor pada saat pembuatan dinding penahan tanah
Terpeleset
Kejatuhan material
Terpukul alat pukul
Terluka alat pembesian
Pengendalian Risiko
Memasang rambu peringatan K3 & safety line
Penyediaan APD, rompi, safety shoes, dll
Pengawasan penggunaan APD dan lingkungan kerja /safety patroli
Melakukan safety talk setiap minggu/setiap pekerja baru bekerja di proyek
d. Pekerjaan Tanah
Urugan Pasir untuk Selokan Drainase dan Pasangan Batu.
Identifikasi Jenis Bahaya Dan Risiko
Kejatuhan material
Tertusuk
Terkena alat gali
Pengendalian Risiko
Memasang rambu peringatan K3 & safety line
Penyediaan APD, rompi, safety shoes, dll
Pengawasan penggunaan APD dan lingkungan kerja /safety patrol.
Melakukan safety talk setiap minggu/setiap pekerja baru bekerja di proyek
Peringatan dengan pengeras suara
e. Urugan Kembali untuk Selokan Drainase dan Pasangan Batuan
Identifikasi Jenis Bahaya Dan Risiko
Kejatuhan material
Tertusuk
Terkena Alat Gali
Pengendalian Risiko
Memasang rambu peringatan K3 & safety line
Penyediaan APD, rompi, safety shoes, dll
28
Pengawasan penggunaan APD dan lingkungan kerja /safety patrol
Melakukan safety talk setiap minggu/setiap pekerja baru bekerja di proyek
Peringatan dengan pengeras suara
2.2 Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) dan Alat Pengaman Kerja (APK)
dilakukan sesuai dengan ketentuan.
Tujuan dari pemakaian alat pelindung kepala adalah untuk mencegah rambut
pekerja terjerat oleh mesin yang berputar, melindungi kepala dari bahaya terbentur
oleh benda tajam atau keras yang dapat menyebabkan luka gores, potong atau
tusuk, bahaya kejatuhan benda-benda atau terpukul oleh benda-benda yang
melayang atau meluncur di udara, panas radiasi, api dan percikan bahan-bahan
kimia korosif. Topi pengaman dapat dibuat dari berbagai bahan, misalnya bahan
plastik (Bakelite), serat gelas (fiberglass), dan lain-lain. Topi pengaman yang
dibuat dari Bakelite mempunyai beberapa keuntungan yaitu ringan, tahan terhadap
benturan atau pukulan benda-benda keras dan tidak menyalurkan listrik (isolator
electricity). Topi yang dibuat dari bahan campuran serat gelas dan plastik sangat
tahan terhadap asam atau basa kuat. Alat pelindung kepala, menurut bentuknya,
dapat dibedakan menjadi beberapa jenis.
b. Hood, berfungsi untuk melindungi kepala dari bahaya-bahaya bahan kimia, api,
dan panas radiasi yang tinggi. Hood terbuat dari bahan yang tidak mempunyai
29
celah atau lubang, biasanya terbuat dari asbes, kulit, wool, katun yang dicampuri
alumunium dan lain-lain.
c. Tutup kepala (hair cap), berfungsi untuk melindungi kepala dari kotoran debu
dan melindungi rambut dari bahaya terjerat oleh mesin-mesin yang berputar.
Biasanya terbuat dari bahan katun atau bahan lain yang mudah dicuci.
30
Untuk melindungi mata dari radiasi elektromagnetik yang tidak mengion (infra
merah, ultraviolet), lensa dari kacamata pengaman/goggles dilapisi dengan oksida
dari kobal dan diberi warna biru atau hijau yang selain untuk melindungi mata dari
bahaya radiasi tetapi juga untuk mengurangi kesilauan. Kemampuan filter untuk
menyerap panjang gelombang tertentu tergantung dari kepadatannya
(opticaldensity) dan jenis bahan kimia yang dipergunakan untuk membuat lensa
tersebut. Untuk melindungi mata dari bahaya radiasi yang mengion (sinar X),
b. Tutup telinga (ear muff), Alat pelindung telinga ini terdiri dari 2 buah tutup
telinga dan sebuah headband. Isi dari tutup telinga dapat berupa cairan atau busa
yang berfungsi untuk menyerap suara dengan frekuensi tinggi. Jika digunakan
dalam jangka waktu yang lama, efektivitasnya dapat menurun karena bantalannya
menjadi keras dan mengerut sebagai akibat reaksi bantalan dengan minyak dan
keringat yang terdapat pada permukaan kulit.
31
Gambar 2. 4 Ear Muff
Alat Pelindung Tangan
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan alat pelindung tangan
adalah:
a. Bahaya yang mungkin terjadi, apakah berbentuk bahan-bahan kimia korosif,
bendabenda panas, panas, dingin atau tajam atau kasar.
b. Daya tahannya terhadap bahan-bahan kimia.
c. Kepekaan yang diperlukan dalam melakukan pekerjaan.
d. Bagian tangan yang harus dilindungi.
32
a. Sepatu pengaman yang digunakan untuk pengecoran baja terbuat dari bahan
kulit yang dilapisi logam krom atau asbes.
b. Sepatu khusus yang digunakan untuk bahaya peledakan. Sepatu ini tidak boleh
ada paku-paku yang dapat menimbulkan percikan bunga api.
c. Sepatu karet anti elektrostatik untuk melindungi pekerja dari bahaya listrik.
d. Sepatu pengaman untuk pekerja bangunan. Sepatu ini ujungnya dilapisi baja
untuk melindungi jari kaki.
Alat PelindungTubuh
Pakaian tenaga kerja pria yang bekerja melayani mesin seharusnya berlengan
pendek, tidak longgar pada dada atau punggung, tidak terdapat lipatan-lipatan.
Pakaian kerja wanita sebaiknya memakai celana panjang, tutup kepala dan tidak
memakai perhiasan. Berikut ini
33
adalah contoh pakaian pelindung seperti wearpack.
Rompi Nyala
Rompi nyala merupakan rompi yang menggunakan bahan yang dapat menyala jika
terkena cahaya. Sangat bermanfaat jika digunakan pada kondisi gelap atau malam
hari karena dapat bercahaya dengan cara memantulkan dari sumber cahaya sehingga
pekerja yang menggunakan rompi ini dapat dengan mudah ditemukan.
34
Gambar 2. 10 Pelampung
Jas Hujan
Jas hujan merupakan salah satu alat pelindung tubuh dari air. Banyak pengendara
motor baik di kota maupun di pedalaman yang menggunakan jas hujan atau ponco
agar tidak terkena hujan. Disamping itu jas hujan juga berfungsi untuk menghalau
angin yang masuk ke dalam tubuh sehingga pekerja yang menggunakan jas hujan
akan terlindungi.
35
mampu melindungi diri dari risiko keselamatan dan kesehatan kerja tidak
dikategorikan ke dalam APD.
a. Pelindung tubuh
Alat pelindung tubuh dikenakan pada keadaan berikut ini:
1. Bekerja diluar ruangan dan atau dengan cuaca yang tidak kondusif.
2. Bekerja di lingkungan dengan temperatur ekstrem.
3. Bekerja di jalan raya yang memerlukan kemudahan penglihatan oleh
lingkungan sekitar.
4. Aktivitas yang memungkinkan kontaminasi dengan bahan kimia.
5. Pemadam kebakaran
6. Mengelas atau memotong benda dengan alat mekanis.
b. Pelindung kepala
Alat pelindung kepala digunakan pada keadaan berikut ini.
1. Pekerjaan pada tangga, di bawah maupun di dekatnya.
2. Pekerjaan konstruksi bangunan tinggi dan besar.
3. Bekerja di saluran dan terowongan.
4. Aktivitas transportasi dengan risiko kejatuhan benda.
5. Aktivitas dengan bahaya dari benda tergantung.
c. Pelindung mata dan wajah
Beberapa aktivitas yang berisiko berikut memerlukan alat pelindung wajah dan
mata, antara lain:
1. Bekerja dengan alat berpenggerak yang menyebabkan potongan, partikel atau
material abrasif terlempar.
2. Bekerja dengan alat genggam yang menyebabkan potongan dan partikel
terlempar.
3. Bekerja dengan bahan kimia yang dapat menyebabkan luka dan iritasi.
4. Bekerja pada peleburan logam.
5. Pengelasan dengan intensitas tinggi atau radiasi optis lainnya.
6. Menggunakan gas atau uap bertekanan.
d. Pelindung pendengaran
Alat pelindung telinga digunakan pada keadaan dengan suara ekstrem yang
berpotensi mengakibatkan kerusakan gendang telinga. Intensitas suara dan frekuensi
yang tinggi di tempat kerja dapat menyebabkan hilangnya pendengaran. Namun,
36
perlu diperhatikan bahwa pemakaian alat pelindung pendengaran tersebut tidak
boleh menghambat pemakai untuk mendengar suara peringatan.
e. Pelindung telapak tangan dan lengan
Beberapa aktivitas yang membahayakan berikut memerlukan alat pelindung telapak
tangan dan lengan, antara lain:
1. Aktivitas di luar ruangan yang bersuhu ekstrem atau material abrasif.
Keterampilan dan kelincahan tangan dapat terganggu pada suhu dingin. Sarung
tangan mampu melindungi telapak tangan dari tanah yang terkontaminasi bahan
kimia.
2. Bekerja dengan mesin yang bergetar terutama dalam keadaan dingin.
3. Memindahkan barang yang memiliki tepian tajam, kerusakan kemasan, ataupun
temperatur ekstrem.
Pihak Perusahaan melakukan Prosedur Bekerja dengan aman dan tertib dengan
cara
37
Salah satu cara ialah diadakannya pelatihan tentang K3 bagi seluruh teanga
kerja karena pelatihan dapat meningkatkan kepedulian terhadap K3 bagi
setiap tenaga kerja dan mengimplementasikannya ( Menerapkannya ) ketika
menjalankan tugas ditempat kerja masing – masing.
1. Waktu
2. Perencanaan atau Program kerja
3. Anggaran / Biaya
38
4. Mekanisme Kerja
5. Hierarki Kesepakatan
6. Hasil Kesepakatan
7. Etika dan Estetika ( Keindahan )
8. Lingkungan Kerja dan Lingkungan Hidup
Dengan melaksanakan K3, baik oleh tenaga kerja maupun pihak pengusaha /
pengelola, maka akan tercipta suasana kerja yang kondusif. Tenaga Kerja
bertindak dan berperilaku disiplin, sedangkan pihak pengusaha atau
perusahaan bertindak mengawasi dan mencegah timbulnya penyebab
kecelakaan kerja
Longsor
Terpeleset
Terbentur alat excavator
Tergilas excavator
Kecelakaan akibat alat excavator terguling
Kecelakaan akibat dump truck terperosok
Kejatuhan benda /materi
Pengendalian kecelakaan
Alat dan operator harus sesuai dengan persyaratan
Memasang rambu peringatan K3 & safety line
Penyediaan APD, rompi, safety shoes, dll
Pengawasan penggunaan APD dan lingkungan kerja /safety patrol
Melakukan safety talk setiap minggu/setiap pekerja baru bekerja di
proyek
Peringatan dengan pengeras suara
b. Pasangan Batu dengan Mortar
39
Identifikasi bahaya dan kecelakaan pada pekerjaan pasangan batu dan
mortar antara lain
Longsor
Kejatuhan benda/ material
terpeleset
Pengendalian bahaya dan kecelakaan pada pekerjaan pasangan batu dan
mortar
Memasang rambu peringatan K3 & safety line
Penyediaan APD, rompi, safety shoes, dll
Pengawasan penggunaan APD dan lingkungan kerja /safety patrol
Melakukan safety talk setiap minggu/setiap pekerja baru bekerja di
proyek
Peringatan dengan pengeras suara
c. Plesteran 1 : 2
Identifikasi bahaya dan kecelakaan pada pekerjaan plesteran
Longsor pada saat pembuatan dinding penahan tanah
Terpeleset
Kejatuhan material
Terpukul alat pukul
Terluka alat pembesian
Pengendalian bahaya dan kecelakaan pada pekerjaan plesteran
Memasang rambu peringatan K3 & safety line
Penyediaan APD, rompi, safety shoes, dll
Pengawasan penggunaan APD dan lingkungan kerja /safety patrol
Melakukan safety talk setiap minggu/setiap pekerja baru bekerja di
proyek
d. Pekerjaan Tanah dan Urugan Pasir untuk Selokan Drainase dan
Pasangan Batu.
Identifikasi jenis bahaya dan risiko pekerjaan tanah dan urugan pasir untuk
selokan drainase dan pasangan batu
Kejatuhan material
Tertusuk
Terkena alat gali
40
Pengendalian risiko pekerjaan tanah dan urugan pasir untuk selokan
drainase
Memasang rambu peringatan K3 & safety line
Penyediaan APD, rompi, safety shoes, dll
Pengawasan penggunaan APD dan lingkungan kerja /safety patrol.
Melakukan safety talk setiap minggu/setiap pekerja baru bekerja di
proyek
Peringatan dengan pengeras suara
e. Urugan Kembali untuk Selokan Drainase dan Pasangan Batuan
Identifikasi Jenis Bahaya Dan Risiko
Kejatuhan material
Tertusuk
Terkena Alat Gali
Pengendalian Risiko
Memasang rambu peringatan K3 & safety line
Penyediaan APD, rompi, safety shoes, dll
Pengawasan penggunaan APD dan lingkungan kerja /safety patrol
Melakukan safety talk setiap minggu/setiap pekerja baru bekerja di
proyek.
Peringatan dengan pengeras suara
f. Prosedur Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
b. Menghindari Pendarahan
41
a. Pelajari apa yang tidak boleh dilakukan, tidak ditolong lebih baik
daripada pertolongan yang salah
b. Pelajari dengan benar apa yang harus dilakukan, melakukan dengan
segera bila hidupnya terancam
c. Kirimkan kepada ahli P3K dan kepada dokter dengan segera setiap
terjadi kecelakaan gawat
C. Jenis Kecelakaan Pada Waktu Kerja
a. pendarahan,
b. kejutan ( shock ),
c. keracunan,
g. sengatan listrik.
Pendarahan hidung
c. Pijit, atau mintalah korban untuk memijit cuping hidungnya keras – keras
42
b. Perlihatkan semua luka
c. Tutup dan tekanlah luka dengan tangan atau pencet tepi luka bersama –
sama agar menutup, jika sempat tutuplah luka dengan sapu tangan, atau
kain yang bersih sebelum ditekan
g. Bahan yang dipakai untuk menekan pendarahan terbuat dari bahan kayu,
atau logam. Cara seperti ini dapat pula digunakan untuk menolong korban
yang patah tulang.
Kejutan
c. Longgarkan baju.
Keracunan
43
b. Lakukan seperti merawat shock.
a. Penanganan terbaik luka bakar adalah denggan mengucurkan air dingin dan
bersih kebagian yang terbakar.
b. Jangan menarik,atau menyobek baju dari luka bakarnya.
c. Jangan mencoba memindah benda-benda yang menempel pada kulit yang
terbakar.
d. Lakukan perawatan seperti menangani kejutan(shock).
e. Tutuplah luka bakar dengan bahan-bahan steeril seperti perban
kering,handuk ataukertas,jika ada.
f. Jangan sentuh bagian luka bakar yang menggelembung, atau bagian otot-
otot yang terbakar.
Luka mata:
44
2. Bimbinglah korban untuk perawatan
3. Jangan menyentuh mata
Setiap luka meskipun ringan harus diobati dan dicatat kejadiannya.Setiap luka
akan berakibat infeksi dan membusuk jika tidak segera diobati.
Luka memar yang berat memerlukan perawatan medis segera jangan ditunda.
45
Cara Membebaskan Korban Dari Aliran Listrik
Dorong atau tarik korban dengan bahan-bahan yang tidak menghantar arus
listrik (tidak konduktif) agar terbebas dari sengatan listrik. Hendaknya
seseorang selalu mengetahui letak dan daerah pelayanan setiap tombol listrik
didaerah kerja masing-masing.
Untuk tegangan rendah (240 v,atau kurang), bila aliran listrik tidak dapat
segera dimatikan,gunakan benda yang tidak konduktif, dan kering untuk
melepaskan korban (jangan gunakan logam atau benda-benda yang basah).
Untuk tegangan tinggi(650 v,atau lebih) Dan aliran listrik tidak dapat segera
dimatikan jangan mendekat dalam radius 1,5 m. Gunakan tongkat yang
panjangnya lebih dari 1,5 m terbut dari material yang tidak konduktif dan
kering, untuk melepas korban.
Catatan :
46
Ingat bahwa korban karena listrik, badannya juga berarus listrik, karena itu
jangan sekali-sekali memegang tubuh korban, baju yang melekat atau
sepatunya,tanpa sarung pelindung tangan.
a. Korban dalam bahaya akan terkena api, kejatuhan benda, karena aliran
listrik atau penyebab yang lain.
b. Letak korban menyulitkan pemberian pertolongan dasar, misalnya untuk :
3) Penghentian pendarahan
Penyadaran kembali akan lebih besar hasilnya, jika dimulai dalam selang waktu
satu menit setelah pernafasan terhenti, jangan ditunda usaha penyadaran
kembali tersebut.
Jika korban tidak sadar, darah/muntahan di mulut, gigi yang lepas, pecahan gigi
dapat masuk ke saluran pernafasan dan menyumbat. Jika korban terlentang
lidah dapat turun dan menyumbat saluran pernafasan, demikian juga bila leher
47
korban tertekuk. Penanganan yang benar pada korban yang tidak sadarkan diri,
dapat mencegah tersumbatnya pernafasan yang bisa menyebabkan kematian.
Penyadaran Kembali
Urut –urutan dan cara menangani korban pada setiap terjadi kecelakaan.
a. Ubah posisi korban pelan-pelan dan hati-hati ke posisi coma seperti berikut
c. Ubah posisi tangan dan paha pada sisi badan yang lain agar tegak lurus
terhadap badan.
Pada posisi ini, lidah akan terdorong kemuka, dan membu ka saluran
pernafasan. Darah dan muntahan akan keluar dari mulut, kemudian usaplah
dengan tangan atau sapu tangan untuk membuang muntahan atau pecahan gigi
yang keluar.
48
Catatan :
Nafas yang berisik adalah tanda bahaya bahwa saluran pernafasan agak
tersumbat, cepat lakukan pembersihan jangan sekali-kali memberi bantalan di
bawah kepala pada korban yang tidak sadarkan diri.
2. ini harus dilakukan pert ama kali, untuk menjamin tersedianya cukup
oksigen dalam darah.
e. Jika pupil tidak berkontraksi ketika diberi sinar, ini menunjukkan bahwa
otak sudak kekurangan oksigen.
Jika denyut nadi masih ada, lanjutkan EAR, jika denyut tidak ada, lakukan
pertolongan darurat pemompaan ke rongga jantung. Ini disebut pertolongan
gabungan EAR dengan pemompaan.
Ada dua cara yng harus dilaksanakan bersama – sama. Jika pernafasan korban
berhenti dan denyut jantung tidak ada. Metode tersebut adalah :
Lakukan pada korban yang tidak bisa bernafas tetapi denyut nadinya masih
baik. Ada hal penting yang dilakukan untuk pertolongan ini, yaitu :
a. Tindakan cepat
49
b. Pembersihan saluran pernafasan
Prosedur :
Catatan :
Pada saat meniup dada akan naik, ini menunjukkan bahwa udara masuk ke
paru–paru. Jika dada tidak naik berarti saluran pernafasan masih tersumbat bila
terjadi demikian miringkan kepalanya lebih kebelakang dan naikkan dagunya
lebih atas, periksa kembali apakah mulut dan tenggorokannya bersih.
Perhatikanlah bahwa tidak ada udara yang lolos pada pertolongan mulut ke
mulut. Jika anda tidak bisa dengan cara initutuplsh mulutnya dan letakkan
mulut anda pada hidungnya, dan tiup keras-keras.
a. Lepaskan mulutnya dan biarkan udara keluar dari dada korban. Untuk orang
dewasa, lakukan 12 kali tiap menit yang berarti 2 kali tiupan tiap 15 detik.
b. Ulangi, tiuplah mulut/ hidungnya keras-keras dan lepaskan sampai korban
bernafas sendiri, atau sampai dokter datang.
c. Putar posisi korban ke posisi koma, segera setelah ia bernafas, sebab
muntahan sering terjadi pada saat ini. Mutlak mengusahakan bahwa tidak
ada yang masuk ke saluran pernafasan. Jika orban berhenti bernafas lagi,
ulani pertolongan pernafasannya.
Kedua cara ini harus dipakai apabila korban tidak bernafas dan nadinya tidak
berdenyut :
50
b. Pastikan bahwa korban terlentang pada permukaan yang keras
Cara :
j. hati-hati, harap tidak menekan tulang rusuk paling bawah. Pastikan bahwa
tekanan dilakukan pada arah tegak lurus ke bawah untuk mencapai efek
maksimal.
Pertolongan ini bergantung pula pada jumlah orang yang menanganinya, satu
atau dua orang pada uraian berikut :
Hal ini dikenal dengan metode 2 : 15, yang berarti penolongan secara
bergantian melakukan tindakan sebagai berikut :
51
Rangkaian tersebut dilakukan penuh 4 kali permenit.
b. Hentikan satu detik dan saat berhenti, penolong kedua memberikan satu kali
tiupan udara yang ada dalam paru-paru.
Jika denyut jantung belum kembali, lanjutkan pertolongan. Jika denyut mulai
muncul, hentikan penekanan jantung, tetapi denyutnya diperiksa terus, jika
perlu EAR harus dilanjutkan sampai korban bernafas kembali.
52
-------------------------------------------
Materi Elemen Kompetensi 3
-------------------------------------------
3.2 Hasil pelaksanaan K3 dibandingkan dengan peraturan dan dokumen yang berlaku
3.3 Hambatan dan permasalahan dalam pelaksanaan K3 diuraikan sesuai dengan hasil
pemeriksaan di lapangan
3.4 Kesimpulan hasil evaluasi dibuat sesuai dengan uraian hambatan dan permasalahan
53
3.1. Pelaksanaan K3 Di Lingkungan Kerja Diperiksa Sesuai Dengan Peraturan.
Dokumen terkait
Formulir Identifikasi Peraturan Perundang-Undangan Dan Persyaratan K3
Lainnya.
Lampiran
Formulir Identifikasi Peraturan Perundang-Undangan Dan Persyaratan K3
Lainnya.
55
Tabel 3. 1 Contoh Formulir identifikasi peraturan perundang-undangan dan
persyaratan K3 lainnya (P/FRM/K3/002).
56
aspek K3, walaupun peraturan tersebut pada umumnya hanya diterapkan di fasilitas
sarana pelayanan kesehatan. Selain Depnaker, departemen lain juga mengeluarkan
peraturan yang menyangkut aspek K3 berkaitan dengan tugas pokok dan fungsi
Departemen tersebut, misalnya peraturan tentang ketentuan keselamatan kerja
terhadap radiasi.
Mengingat kompleksnya asal undang-undang dan peraturan K3, maka secara umum
dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1. Undang-undang (UU)
Undang-undang yang mengatur tentang K3 adalah undang-undang tentang
pekerja, keselamatan kerja dan kesehatan. Undang-undang ini menjelaskan
tentang apa yang dimaksud dengan tempat kerja, kewajiban pimpinan tempat
kerja, hak dan kewajiban pekerja.
2. Peraturan Pemerintah (PP)
Peraturan pemerintah yang mengatur tentang aspek K3 adalah Peraturan
Pemerintah tentang keselamatan kerja terhadap radiasi dan izin pemakaian zat
radioaktif dan atau sumber radiasi lainnya serta pengangkutan zat radioaktif.
3. Keputusan Presiden (Kepres)
Keputusan presiden yang mengatur aspek K3 adalah Keputusan Presiden
tentang penyakit yang timbul karena hubungan kerja.
4. Peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh Departemen Tenaga Kerja
(Kepmenaker).
Peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh Depnaker di rumah sakit pada
umumnya menyangkut tentang syarat-syarat keselamatan kerja misalnya
syarat-syarat K3 dalam pemakaian lift, listrik, pemasangan alat pemadan api
ringan (APAR), Konstruksi bangunan, instalasi penyalur petir dan lain-lain.
Undang-undang RI No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
Undang-undang ini mengatur tentang:
Kewajiban pengurus (pimpinan tempat kerja)
Kewajiban dan hak pekerja
Kewenangan Menteri Tenaga Kerja untuk membentuk Panitia Pembina
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) guna mengembangkan kerja sama,
saling pengertian dan partisipasi aktif dari pengusaha atau pengurus dan
57
pekerja di tempat-tempat kerja, dalam rangka melancarkan usaha berproduksi
dan meningkatkan produktivitas kerja.
Ancaman pidana atas pelanggaran peraturan ini dengan hukuman kurungan
selama-lamanya 3 (tiga) bulan atau denda setinggi-tingginya Rp.100.000,
(seratus ribu rupiah).
Kewajiban pengurus (pimpinan tempat kerja)
Kewajiban memenuhi syarat-syarat keselamatan kerja yang meliputi :
1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan
2. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran
3. Mencegah dan mengurangi bahaya ledakan
4. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran
atau kejadian lain yang berbahaya
5. Memberi pertolongan pada kecelakaan
6. Menyediakan alat-alat perlindungan diri (APD) untuk pekerja
7. Mencegah dan mengendalikan timbulnya atau menyebar luasnya bahaya akibat
suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar
atau radiasi, suara dan getaran
8. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik psikis,
keracunan, infeksi atau penularan
9. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai
10. Menyelenggarakan suhu dan kelembaban udara yang baik
11. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup
12. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban
13. Menciptakan keserasian antara pekerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses
kerja
14. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman atau
barang
15. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan
16. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan
penyimpanan barang
17. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya
18. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang
berbahaya agar kecelakaan tidak menjadi bertambah tinggi.
58
19. Kewajiban melakukan pemeriksaan kesehatan badan, kondisi mental dan
kemampuan fisik pekerja yang baru diterima bekerja maupun yang akan
dipindahkan ke tempat kerja baru sesuai dengan sifat-sifat pekerjaan yang
diberikan kepada pekerja, serta pemeriksaan kesehatan secara berkala.
20. Kewajiban menunjukan dan menjelaskan kepada setiap pekerja baru tentang :
Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya yang dapat timbul di tempat kerjanya.
21. Pengaman dan perlindungan alat-alat yang ada dalam area tempat kerjanya
22. Alat-alat perlindungan diri bagi pekerja yang bersangkutan
23. Cara-cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan pekerjaannya.
24. Kewajiban melaporkan setiap kecelakaan kerja yang terjadi di tempat kerja.
25. Kewajiban menempatkan semua syarat keselamatan kerja yang diwajibkan
pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca oleh pekerja.
26. Kewajiban memasang semua gambar keselamatan kerja yang diharuskan dan
semua bahan pembinaan lainnya pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan
dibaca.
27. Kewajiban menyediakan alat perlindungan diri secara cuma-cuma disertai
petunjuk-petunjuk yang diperlukan pada pekerja dan juga bagi setiap
orang yang memasuki tempat kerja tersebut.
Kewajiban dan hak pekerja
1. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pengawas atau ahli
keselamatan kerja.
2. Memakai APD dengan tepat dan benar
3. Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja
yang diwajibkan
4. Meminta kepada pimpinan agar dilaksanakan semua syarat keselamatan dan
kesehatan kerja yang diwajibkan
5. Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan dimana syarat keselamatan dan
kesehatan kerja serta alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan diragukan
olehnya kecuali dalam hal-hal khusus ditentukan lain oleh pengawas, dalam
batas yang masih dapat dipertanggungjawabkan.
59
3.2. Hasil pelaksanaan K3 dibandingkan dengan peraturan dan dokumen yang
berlaku
Prosedur Pemeriksaan dan Pengendalian
Prosedur pemeriksaan dan pengendalian disini maksudnya adalah suatu tata cara
yang mengatur bagaimana melaksanakan pemeriksaan atas pelaksanaan penerapan
K3, adakah terdapat kesesuian dengan standar yang telah ditetapkan dan bilamana
terdapat ketidaksesuaian atau penyimpangan dalam pelaksanaan tentunya harus
dilaksanakan perbaikan menuju ke standar yang telah ditetapkan, atau melakukan
pencegahan pada suatu kondisi yang akan mengarah terjadinya insiden/ kecelakaan
kerja, hal-hal yang menyangkut perbaikan dan pencegahan inilah yang dinamakan
dengan pengendalian.
60
Prosedur Pengendalian
Pengendalian disini maksudnya adalah memantau dan mengukur pencapaian
kinerja K3, yang meliputi proses K3 didasarkan dengan adanya :
a. Kinerja masing-masing proses kegiatan, dan
b. Sasaran
Pengukuran (Evaluasi) dan peningkatan Kinerja K3 Pengukuran adalah
pengukuran kinerja dilakukan didasarkan pada ketentuan yang telah ditetapkan
sebelumnya berupa parameter kinerja, cara penilaian, dan pengukurannya.
Misalnya mengukur :
1. Tingkat pemahaman pengetahuan dan partisipasi pekerja dalam kegiatan K3,
termasuk partisipasi pengunjung, tamu, sub kontraktor, vendor, mitra kerja,
dan lain-lain, yang terkait pelaksanaan kerja konstruksi di lapangan.
2. Statistik angka insiden/ kecelakaan, tingkat keparahan, dan frekuensi insiden
ataupun kecelakaan.
3. Jumlah jam kerja hilang.
3.3. Hambatan dan permasalahan dalam pelakasanan K3 diuraikan sesuai dengan
hasil pemeriksaan di lapangan
a. Investigasi Insiden, Ketidaksesuaian, Tindakan Perbaikan dan Tindakan
Pencegahan.
Investigasi Insiden.
Perusahaan melaksanakan investigasi insiden untuk mencegah terulangnya
kembali kejadian insiden di kemudain hari serta untuk mengidentifikasi
peluang untuk peningkatan K3 di tempat kerja.
Investigasi kecelakaan dilaksanakan dengan pendekatan metode untuk
menyelidiki akar penyebab terjadinya suatu insiden. Sekretaris Panitia
Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja berkewajiban untuk melaksanakan
investigasi insiden sesuai jadwal yang telah ditetapkan oleh pimpinan
perusahaan (Manajemen Puncak ataupun Direktur) menggunakan
pendekatan/metode yang diketahui untuk mengetahui akar penyebab terjadinya
suatu insiden.
Seluruh hasil insiden didokumentasikan (termasuk gambar, foto, video serta
media lain yang berkaitan dengan terjadinya inside) dan dipelihara oleh
Sekretaris Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Hasil
investigasi insiden dikomunikasikan kepada seluruh personil Perusahaan
61
menyangkut tindakan perbaikan dan tindakan pencegahan yang diperlukan
(dibutuhkan) di tempat kerja menjadi tempat kerja yang lebih aman bagi semua
personil Perusahaan.
Dokumen Terkait : P/SOP/K3/010 - Prosedur Investigasi Insiden/Kecelakaan
Kerja.
62
f. Tidak terdapatnya tindakan terhadap tetap tingginya tingkat
kejadian kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (PAK).
g. Penyimpangan prosedur K3.
h. Penggunaan bahan/material/alat/proses baru tanpa
melaksanakan penilaian risiko K3 terlebih dahulu.
c. Pertimbangan dalam menyusun tindakan perbaikan dan pencegahan
dapat memperhatikan hasil-hasil sebagai berikut :
Pelatihan (simulasi/pengujian) prosedur tanggap darurat.
1. Investigasi insiden.
2. Audit internal dan audit eksternal.
3. Penilaian kesesuaian peraturan perundang-undangan dan persyaratan
lainnya yang berkaitan dengan risiko K3 secara berkala.
4. Pemantauan kinerja K3.
5. Aktivitas perawatan dan perbaikan fasilitas/alat/mesin kerja.
6. Partisipasi dan konsultasi tenaga kerja di tempat kerja.
7. Penilaian lain-lain.
Perusahaan juga menjamin bahwa :
1. Tindakan Perbaikan dan Tindakan Pencegahan disusun melalui
penilaian risiko K3 terlebih dahulu sebelum penerapan perubahan-
perubahan pengendalian/bahan/manajemen/alat/mesin, dsb.
2. Penerapan keseluruhan tindakan perbaikan dan pencegahan.
3. Pendokumentasian dan komunikasi hasil-hasil tindakan perbaikan dan
pencegahan.
4. Adanya tindak lanjut untuk meninjau keefektifan terhadap tindakan
perbaikan dan tindakan pencegahan yang daimbil.
Dokumen Terkait : P/SOP/K3/011 - Prosedur Identifikasi Ketidaksesuaian,
Tindakan Perbaikan dan Tindakan Pencegahan.
3.4. Kesimpulan hasil evaluasi dibuat sesuai dengan uraian hambatan dan
permasalahan
a. Pengendalian Catatan, Rekaman dan Laporan.
Seluruh catatan, rekaman dan laporan K3 dipelihara untuk menunjukkan
keefektifan penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Perusahaan dan pengelolaan risiko-risiko K3 di tempat kerja. Pengendalian
catatan, rekaman dan laporan K3 mencakup antara lain :
63
1. Laporan penilaian penyesuaian terhadap peraturan perundang-undangan
dan persyaratan lainnya yang berkaitan dengan risiko K3 di tempat kerja.
2. Identifikasi bahaya, penilaian risiko dan pengendalian risiko.
3. Laporan pemantauan kinerja K3 (tindak lanjut penerapan K3).
4. Laporan perawatan dan kalibrasi alat-alat pengukuran kinerja K3.
5. Laporan tindakan perbaikan dan tindakan pencegahan.
6. Laporan inspeksi K3.
7. Laporan pelatihan dan kompetensi K3 tenaga kerja.
8. Laporan audit Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
9. Laporan partisipasi dan konsultasi tenaga kerja.
10. Laporan insiden.
11. Laporan tindak lanjut insiden.
12. Laporan pertemuan K3.
13. Laporan pemeriksaan kesehatan tenaga kerja.
14. Laporan perawatan APD (Alat Pelindung Diri).
15. Laporan pelatihan (simulasi/pengujian) tanggap darurat.
16. Laporan Tinjauan Manajemen.
Pengendalian catatan, rekaman dan laporan K3 meliputi identifikasi,
penyimpanan, keamanan (perlindungan), pencarian, masa simpan dan
pemusnahannya.
Pengendalian catatan, rekaman dan laporan K3 dilaksanakan oleh Sekretaris
Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Dokumen Terkait : P/SOP/K3/006 - Prosedur Pengendalian Dokumen K3.
b. Audit Internal
Audit digunakan untuk untuk meninjau dan menilai kinerja dan efektivitas
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Perusahaan. Audit
internal dilaksanakan oleh Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja
untuk mengetahui bilamana Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja telah diterapkan dan dipelihara secara tepat.
64
suatu fungsi atau bagian mana saja yang memerlukan perhatian manajemen
Peusahaan terkait risiko K3 dan Kebijakan K3 Perusahaan.
Pelaksanaan audit internal mencakup seluruh area dan aktivitas dalam ruang
lingkup penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Perusahaan. Frekuensi dan cakupan audit internal juga berkaitan dengan
kegagalan penerapan beberapa elemen dalam Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja, ketersedian data kinerja penerapan sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja, hasil tinjauan manajemen dan perubahan-
perubahan dalam manajemen Perusahaan. Pelaksanaan audit internal secara
umum dilaksanakan minimal satu kali dalam kurun waktu satu tahun dari audit
internal sebelumnya.
1. Pembukaan audit.
a. Menentukan tujuan, ruang lingkup dan kriteria audit.
b. Pemilihan auditor dan timnya untuk tujuan objektivitas dan
kenetralan audit.
c. Menentukan metode audit.
d. Konfirmasi jadwal audit dengan peserta audit ataupun pihak lain
yang menjadi bagian dari audit.
2. Pemilihan petugas auditor.
a. Auditor harus independen, objektif dan netral.
b. Auditor tidak diperkenankan melaksanakan audit terhadap
pekerjaan/tugasnya sendiri.
65
c. Auditor harus mengerti benar tugasnya dan berkompeten
melaksanakan audit.
d. Auditor harus mengerti mengenai Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Perusahaan.
e. Auditor harus mengerti mengenai peraturan perundang-undangan
dan peraturan lainnya yang berkaitan dengan Penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan Kerja di tempat kerja.
f. Auditor harus memiliki pengetahuan mengenai kriteria audit beserta
aktivitas-aktivitas di dalamnya untuk dapat menilai kinerja K3 dan
menentukan kekurangan-kekurangan di dalamnya.
3. Meninjau dokumen dan persiapan audit.
a. Dokumen yang ditinjau meliputi :
Struktur Organisasi dalam Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
Kebijakan K3 Perusahaan.
Target dan Program-Program K3.
Prosedur audit internal Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Perusahaan.
Prosedur dan Instruksi Kerja K3.
Identifikasi bahaya, penilaian risiko dan pengendalian risiko K3.
Daftar peraturan perundang-undangan dan peraturan lain yang
berkaitan dengan penerapan K3 di tempat kerja.
Laporan insiden, tindakan perbaikan dan pencegahan.
b. Persiapan audit internal meliputi hal-hal sebagai berikut antara lain :
Tujuan audit.
Kriteria audit.
Metodologi audit.
Cakupan maupun lokasi/area audit.
Jadwal audit.
Peran dan tanggung jawab peserta/anggota audit internal.
4. Pelaksanaan audit.
a. Tata cara berkomunikasi dalam audit internal.
b. Pengumpulan dan verifikasi informasi.
66
c. Menyusun temuan audit dan kesimpulannya.
d. Mengomunikasikan kepada peserta audit mengenai :
Rencana pelaksanaan audit.
Perkembangan pelaksanaan audit.
Permasalahan-permasalahan dalam audit.
Kesimpulan pelaksanaan audit.
5. Persiapan dan komunikasi laporan audit.
a. Tujuan dan cakupan audit.
b. Informasi mengenai perencanaan audit (anggota audit internal,
jadwal audit internal serta area-area/lokasi-lokasi audit internal)
c. Identifikasi referensi dokumen dan kriteria audit lainnya yang
digunakan pada pelaksanaan audit internal.
d. Detail temuan ketidaksesuaian.
e. Keterangan-keterangan lain yang berkaitan dengan Penerapan
Sistem Manajemen Keselamatan Kerja Perusahaan :
Konfirmasi penyusunan perencanaan penerapan K3 di tempat
kerja.
Penerapan dan pemeliharaan.
Pencapaian Kebijakan dan Target K3 Perusahaan.
f. Komunikasi kepada semua pihak mengenai hasil audit internal
termasuk kepada pihak ke tiga yang berhubungan dengan
Perusahaan untuk dapat mengetahui tindakan perbaikan yang
diperlukan.
6. Penutupan audit dan tindak lanjut audit.
a. Menyusun pemantauan tindak lanjut audit internal.
b. Penyusunan jadwal penyelesaian tindak lanjut audit internal.
Dokumen Terkait : P/SOP/K3/012 - Prosedur Audit Internal K3.
c. Tinjauan Manajemen
67
1. Kesesuaian Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja terhadap
operasional dan aktivitas Perusahaan.
2. Kecukupan pemenuhan penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja terhadap Kebijakan K3 Perusahaan.
3. Keefektifan penyelesaian tindakan perbaikan dan tindakan pencegahan serta
hasil-hasil lain yang dicita-citakan.
68
d. Monthly safety report / Laporan Keselamatan Kerja Bulanan
Bagaimana anda menunjukkan pencapaian keselamatan kerja apa saja yang telah
anda lakukan dalam setiap bulan, jika anda seorang yang diberi tanggung jawab
mengawasi keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja?
Disebut kriteria lagging atau ketertinggalan karena data yang disajikan adalah
data jumlah atau statistik kecelakaan yang berarti program keselamatan kerja
yang berjalan belum maksimal apabila masih terdapat rekaman atau record
kecelakaan kerja yang tinggi. Sedangkan disebut kriteria leading atau
kepemimpinan karena berisi rekaman atau record program-program implementasi
usaha manajemen untuk mengurangi tingkat kecelakaan kerja ditempat kerja.
Mengapa Monthly safety report atau laporan bulanan keselamatan kerja ini
menjadi amat sangat penting untuk dibuat dan dilaporkan, alasannya sebagai
berikut:
69
1. Persyaratan regulasi undang-undang dan peraturan pemerintah:
Pada OHSAS 18001 Tahun 2007 pada sub-elemen 4.4.1 bahwa laporan
kinerja K3 dipresentasikan kepada Pimpinan Manajemen dan pada sub-
elemen 4.5.1 performance measurement and monitoring yakni mewajibkan
untuk dilakukan pengukuran dan monitor kinerja K3.
70
senantiasa dicatat dan diperbaruhi datanya terkait kecelakaan adalah Jumlah
kecelakaan berdasarkan klasifikasi kecelakaan yakni kecelakaan fatal,
kerusakan properti atau peralatan, cidera membutuhkan pertolongan pertama
(first aid), cidera membutuhkan perawatan medis (medical treatment), cidera
kehilangan hari kerja (lost time injury), tumpahan bahan berbahaya atau
beracun ke lingkungan.
Incident Severity Rate (SR) = Jumlah hari kerja absen x 1.000.000 / Jumlah
Jam Kerja Seluruh Karyawan
Hari kerja absen / tidak masuk kerja akibat kecelakaan di tempat kerja.
Perhitungan kehilangan dimulai tidak kembali ke tempat kerja dalam waktu
24 jam.
Pengukuran kekerapan insiden atau incident rate dapat juga dilakukan dengan
OSHA 200 forms dengan rumus : IR = N x 200.000 / T
Formulir lampiran diatas akan lebih bermakna atau terlihat progressnya apabila di
masukkan dalam bentuk statistik dengan membandingkan laporan dari bulan ke
bulan dalam period setahun. Dalam hal pelaporan ini anda harus membuat bagan
atau proses otorisasi bahwa laporan bulanan ini telah resmi diketahui oleh
pimpinan perusahaan hingga disimpan oleh bagian dokumen kontrol.
72
Tabel 3. 2 Contoh Formulir Laporan Keselamatan Kerja Bulanan / Monthly Safety
Report
73
Gambar 3. 1 Bagan Alir Otorisasi Laporan Keselamatan Kerja Bulanan
Dengan kecanggihan teknologi komputer dan internet, data ini dapat dibuat menjadi
database yang berkelanjutan dan saling berketerkaitan dari bulan ke bulan dan tahun ke
tahun untuk tujuan peningkatan upaya keselamatan kerja berkelanjutan.
74
4. Soal Latihan
75
A. jalan raya
B. pemadam kebakaran
C. kantor/office
D. Ruangan dengan temperatur ekstirm
8) Berikut ini merupakan syarat tempat penyimpanan respirator kecuali
A. kering
B. berdebu
C. tidak terkena sinar matahari langsung
D. bersih
Soal Esay
76
5. Praktikum
a. Peralatan dan perlengkapan
Peralatan
Alat Pelindung Diri (APD)
Alat Pengaman Kerja (APK)
P3K
Perlengkapan
Bendera
Spanduk
Rambu-rambu K3
c. Peraturan-peraturan yang diperlukan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan,
dan Kesehatan Kerja, dan perubahannya
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2012 tentang
Penerapan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja, dan
perubahannya
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor 09/PRT/M/2008
tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum, dan perubahannya.
77
Kunci Jawaban pilihan ganda
1. Alat pelindung telinga digunakan pada keadaan dengan suara ekstrem yang
berpotensi mengakibatkan kerusakan gendang telinga. Intensitas suara dan
frekuensi yang tinggi di tempat kerja dapat menyebabkan hilangnya pendengaran.
2. Berdasarkan bentuknya alat pelindung kepala dibagi menjadi 3 yaitu topi
pengaman, hood, dan tutup kepala.
3. Pelindung mata berfungsi untuk melindungi mata dari percikan korosif, radiasi,
gelombang elektromagnetik dan benturan/pukulan benda-benda keras atau tajam.
Alat ini juga untuk mencegah masuknya debu-debu kedalam mata serta mencegah
iritasi mata akibat pemaparan gas atau uap.
78
4. Alat pelindung pernafasan dibagi menjadi respirator murni seperti chemical
respiratoe, mechanical filter respirator dan respirator penyedia udara seperti air line
respirator, hosemask dan self-contained breathing apparatus (SCBA).
5. Pekerjaan dengan risiko tertumbuk material, terkena sengatan listrik, dan pekerjaan
memindahkan material dengan risiko terpeleset atau terjatuh.
6. Alat Pelindung Diri (APD) harus dirawat dengan baik dan teratur agar tahan lama
karena APD akan digunakan secara terus menerus di lingkungan kerja. Di samping
untuk menjaga juga kesehatan pemakai selanjutnya dari pemakai sebelumnya
bilamana memiliki penyakit.
7. Alat Pelindung Diri (APD) ialah kelengkapan wajib yang digunakan saat bekerja
sesuai dengan bahaya dan risiko kerja untuk menjaga keselamatan tenaga kerja itu
sendiri maupun orang lain di tempat kerja. APD berfungsi untuk melindungi
keselamatan dan kesehatan tenaga kerja dari potensi bahaya dan risiko kerja.
8. Kacamata pelindung dibersihkan dengan cara diseka dengan kain lembut/tissue,
bila permukaan buram dapat dibasuh dengan air dan bila perlu ditambahkan sabun
lunak. Simpan di tempat bersih dan kering.
9. Rompi nyala merupakan rompi yang menggunakan bahan yang dapat menyala jika
terkena cahaya. Sangat bermanfaat jika digunakan pada kondisi gelap atau malam
hari karena dapat bercahaya dengan cara memantulkan dari sumber cahaya
sehingga pekerja yang menggunakan rompi ini dapat dengan mudah ditemukan.
10. Menurut bentuknya sarung tangan diklasifikasikan menjadi sarung tangan biasa,
sarung tangan yang dilapisi logam, dan sarung tangan yang keempat jari
pemakainya dibungkus jadi satu kecuali ibu jari.
79
Daftar Pustaka
1. Sucipto, Cecep Dani. 2014. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Yogyakarta: Gosyen
Publishing.
2. Drs. Buntarto, M.Pd. 2015. Panduan Praktis Keselamatan & Kesehatan Kerja untuk
Industri. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
3. Peraturan Pemerintah No.50 Tahun 2012 mengenai Penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
4. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor 05/PRT/M/2014
tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum.
5. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja.
6. Undang-undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
7. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 mengenai Kesehatan.
8. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 05 Tahun 1996 mengenai Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
9. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 04 Tahun 1967 mengenai Panitia Pembina
Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Tata Cara Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja
10. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 03/MEN/98 tentang Tata Cara Pelaporan dan
Pemeriksaan Kecelakaan.
11. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 12/PRT/M/2014 Tentang Penyelenggaraan
Sistem Drainase Perkotaan
80