Anda di halaman 1dari 13

KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal)

Berdasarkan surat Dirjendikdasmen No.1321/c4/MN/2004 tentang Pengkajian Standar


Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM) atau Kreteria Ketuntasan Minimal (KKM) Kurikulum
2004 dan sesuai dengan pelaksanaan Standar Isi, yang menyangkut masalah Standar Kopetensi
(SK) dan Kopetensi dasar (KD),. maka sesuai dengan petunjuk dari Badan Standar Nasional
Pendidikan (BSNP) tahun 2006, maka dipandang perlu setiap sekolah-sekolah untuk menentukan
Standar Ketuntasan Minimal (KKM)-nya masing-masing sesuai dengan keadaan sekolah dimana
sekolah itu beradaArtinya antara sekolah A dengan sekolah B bisa KKM-nya berbeda satu sama
lainnya.

Dalam penetapam KKM ini masih ada beberapa sekolah atau guru bidang study yang
belum memahaminya. Akibatnya beberapa diantara guru mengalami kesulitan untuk
menetapkam KKM pada Laporan Hasil Belajar Siswa (LHBS) atau dulu kita kenal dengan
Rapor.

Sesuai dengan petunjuk yang ditetapkan oleh BSNP maka ada beberapa rambu-rambu
yang harus diamati sebelum ditetapkan KKM di sekolah. Adapun rambu-rambu yang dimaksud
adalah :

1. KKM ditetapkan pada awal tahun pelajaran.


2. KKM ditetapkan oleh forum MGMP sekolah.
3. KKM dinyatakan dalam bentuk prosentasi berkisar antara 0-100, atau rentang nilai yang
sudah ditetapkan.
4. Kreteria ditetapkan untuk masing-masing indikator idealnya berkisar 75 %
5. Sekolah dapat menetapkan KKM dibawah kreterian ideal ( sesuai kondisi sekolah)
6. Dalam menentukan KKM haruslah dengan mempertimbangkan tingkat kemampuan rata-
rata peserta didik, kompleksitas indikator, serta kemampuan sumber daya pendudkung.
7. KKM dapat dicantumkan dalam LHBS sesuai model yang ditetapkan atau dipilih
sekolah.

Dari berbagai rambu-rambu yang ada itu, selanjutnya melalui kegiatan Musyawarah Guru
Bidang Study (MGMP) maka akan dapat diperoleh berapa KKM dari masing-masing bidang
study.

Ada beberapa kreteria penetapan KKM yang dapat dilaksanakan , diantaranya :

1. Kompleksitas indikator ( kesulitan dan kerumitan)


2. Daya dukung ( sarana dan prasarana yang ada, kemampuan guru, lingkungan, dan
juga masalah biaya)
3. Intake siswa ( masukan kemampuan siswa )

Kemudian dalam menafsirkan KKM dapat pula dilakukan dengan beberapa cara,
dainataranya :

A.Dengan cara memberikan point pada setiap kreteria yang ditetapkan (dalam bentuk %):

1. Kompleksitas: ( tingkat kesulitan / kerumitan )


Kompleksitas tinggi pointnya = 1
Kompleksitas sedang pointnya = 2
Kompleksitas rendah poinya = 3

2. Daya dukung : ( Sarana/ prasarana, kemampuan guru, lingkungan dan biaya)


Daya dukung tinggi pointnya = 3
Daya dukung sedang pointnya = 2
Daya dukung rendah pointnya = 1

3. Intake Siswa : ( masukan kemampuan siswa)


Intake siswa tinggi pointnya = 3
Intake siswa sedang pointnya = 2
Intake siswa rendah poinnya = 1
Contoh :
Jika indikator memiliki kreteria sebagai berikut:
Kompleksitas rendah =3, daya dukung tinggi =3, intake siswa sedang = 2, maka KKM-nya
adalah (3 + 3 + 2) x 100 = 88,89 %
9

B. Dengan menggunakan rentang nilai pada setiap kreteria, yakni :

1. Kompleksitas: ( tingkat kesulitan / kerumitan )


Kompleksitas tinggi rentang nilainya = 50-64
Kompleksitas sedang rentang nilainya = 65-80
Kompleksitas rendah rentang nilainya = 81-100

2. Daya dukung : ( Sarana/ prasarana, kemampuan guru, lingkungan dan biaya)


Daya dukung tinggi rentang nilainya = 81-100
Daya dukung sedang rentang nilainya = 65-80
Daya dukung rendah rentang nilainya = 50-64

3.Intake Siswa : ( masukan kemampuan siswa)


Intake siswa tinggi rentang nilainya = 81-100
Intake siswa sedang rentang nilainya = 65-80
Intake siswa rendah rentang nilainya = 50-64

Jika indikatyor memiliki Kreteria sebagai berikut: kompleksitas sedang, daya dukung
tinggi, dan intake sedang, maka KKM-nya adalah rata-rata setiap unsur dari kreteria yang telah
kita tentukan. ( Dalam menentukan rentang nilai dan menentuikan nilai dari setiap kreteria
perlu kesepakatan dalam forum MGMP).
Contoh:
Kompleksitas sedang =75, daya dukung tinggi= 90, intake sedang = 70 maka KKM-nya adalah
( 75 + 90 +70) = 78,3
3
c. Dengan cara memberikan pertimbangan profesional judgment pada setiap kreteria
untuk menetapkan nilai :

1. Kompleksitas: ( tingkat kesulitan / kerumitan )


Kompleksitas tinggi
Kompleksitas sedang
Kompleksitas rendah

2.Daya dukung : ( Sarana/ prasarana, kemampuan guru, lingkungan dan biaya)


Daaya dukung tinggi
Daya dukung sedang
Daya dukung rendah

3.Intake Siswa : ( masukan kemampuan siswa)


Intake siswa tinggi
Intake siswa sedang
Intake siswa rendah
Contoh :

Jika indikator memiliki kreteria sebagai berikut : kompleksitas rendah, daya dukung tinggi
dan intake siswa sedang, maka dapat dikatakan bahwa dari ketiga komponen diatas hanya satu
komponen saja yang mempengaruhi untuk mencapai ketuntasan masimal 100 yaitu intake
(sedang). Jadi dalam hal ini guru dapat menetapkan kreteria ketuntasan antara 90-80.
( Pedoman penetapa KKM dar BSNP, 20006)

Dalam menafsirkan KKM sebelumnya kita harus mengetahui bagaimana tingkatan-


tingkatan dari komponen seperti kompleksitas, daya dukung, dan intake. Hal ini dimaksudkan
agar guru bidang study melalui MGMP atau pihak sekolah jangan sampai salah dalam
menetapkan KKM, karana bila salah dalam menentukan KKM akan sangat merugikan pada
siswa.

Karena sesuai dengan peraturan apabila sampai mata pelajaran diperoleh anak berada
dibawah KKM ( tidak tuntas ), maka anak tersebut tidak memenuhi syarat untuk naik kelas,
bila samapi minimimal tiga mata pelajaran yang tidak tuntas.. Artinya kompetensi dasar yang
diharapkan pada siswa tersebut tidak tercapai.

Untuk komponen kompleksitas misalnya, kapan kompleksitas ( kesulitan/ kerumitan) itu


dikatakan Tingkat Kompleksitas Tinggi ? yakni bila dalam pelaksanaannya menuntut Sumber
Daya Manusia (SDM), termasuk didalamnya memahami kopetensi yang harus dicapai oleh
siswa, kreatif dan inofatif dalam melaksanakan pembelajaran. Kemudian waktu, diantaranya
waktunya cukup lama, karena perlu penguilangan. Serta Penalaran dan Kecermatan siswa yang
tinggi.

Sedangkan Kemampuan Sumber Daya pendukung, yaitu tenaga pengajar yang


memadai(sesuai dengan latar belakang keahliannya), sarana dan prasdarana pendukung dalam
bidang pendidikan, biaya manajemen, komite sekolah dan stakeholders sekolah.
Terakhir Intake ( tingkat kemampuan rata-rata siswa), untuk memperoleh gambaran intake ini
kita bisa melihat dari berbagai cara, diantaranya dari hasil seleksi penerimaan siswa baru, dari
hasil raport kelas terakhir dari tahun sebelumnya, dari tes seleksi masuk atau psikotes, dan juga
bisa dari ujian nasional pada jenjang sebelumnya.

Setelah KKM diperoleh, maka selanjutnya KKM itu dimasukkan pada Laporan Hasil
Belajar Siswa. Dari KKM inilah kita nantinya akan dapat mengetahui apakah siswa tuntas atau
tidak tuntas dalam pencapaian Kompetensi Dasar serta indikator yang diharapkan.
Kalau nilai yang diperoleh siswa berada dibawah KKM maka diartikan bahwa siswa itu belum
tuntas, dan begitu juga sebaliknya bila nilai siswa berada diatas KKM maka siswa tersebut
dinyatakan tuntas dalam pencapaian kompetensi dasar serta indikator-indikator yang
dilaksanakan oleh guru.

Untuk itu, sebelum melaksanakan penilaian maka terlebih dahulu harus ditetapkan KKM
(Kreteria Ketuntasan Minimal ) terlebih dahulu. Selamat merumuskan penetapan KKM di
sekolah masing-masing. )* (Penulis adalah Wakil Kepala Sekolah pada SMP Negeri 2
Sirandorung/ Konselor Sekolah dan Pemerhati Masalah Pendidikan di Tapteng

Teknik Penilaian
A. Teknik Penilaian

Ada beberapa teknik dan alat penilaian yang dapat digunakan pendidik sebagai sarana
untuk memperoleh informasi tentang keadaan belajar peserta didik. Penggunaan berbagai teknik
dan alat itu harus disesuaikan dengan tujuan penilaian, waktu yang tersedia, sifat tugas yang
dilakukan peserta didik, dan banyaknya/jumlah materi pembelajaran yang sudah disampaikan.

Teknik penilaian adalah metode atau cara penilaian yang dapat digunakan guru untuk
rnendapatkan informasi. Teknik penilaian yang memungkinkan dan dapat dengan mudah
digunakan oleh guru, misalnya: (1) tes (tertulis, lisan, perbuatan), (2) observasi atau pengamatan,
(3) wawancara.

1.   Teknik penilaian melalui tes

a.  Tes tertulis

Tes tertulis adalah tes yang soal-soalnya harus dijawab peserta didik dengan memberikan
jawaban tertulis. Jenis tes tertulis secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu:

1)   tes objektif, misalnya bentuk pilihan panda, jawaban singkat atau isian, benar salah, dan
bentuk menjodohkan;

2)   tes uraian, yang terbagi atas tes uraian objektif (penskorannya dapat dilakukan secara
objektif) dan tes uraian non-objektif (penskorannya sulit dilakukan secara objektif).

b.  Tes lisan

Tes lisan yakni tes yang pelaksanaannya dilakukan dengan mengadakan tanya jawab secara
langsung antara pendidik dan peserta didik. Tes ini memiliki kelebihan dan kelemahan.
Kelebihannya adalah: (1) dapat menilai kemampuan dan tingkat pengetahuan yang dimiliki
peserta didik, sikap, serta kepribadiannya karena dilakukan secara berhadapan langsung; (2) bagi
peserta didik yang kemampuan berpikirnya relatif lambat sehingga sering mengalami kesukaran
dalam memahami pernyataan soal, tes bentuk ini dapat menolong sebab peserta didik dapat
menanyakan langsung kejelasan pertanyaan yang dimaksud; (3) hasil tes dapat langsung
diketahui peserta didik. Kelemahannya adalah (1) subjektivitas pendidik sering mencemari hasil
tes, (2) waktu pelaksanaan yang diperlukan relatif cukup lama.

c.  Tes perbuatan

Tes perbuatan yakni tes yang penugasannya disampaikan dalam bentuk lisan atau tertulis dan
pelaksanaan tugasnya dinyatakan dengan perbuatan atau unjuk kerja. Penilaian tes perbuatan
dilakukan sejak peserta didik melakukan persiapan, melaksanakan tugas, sampai dengan hasil
yang dicapainya. Untuk menilai tes perbuatan pada umumnya diperlukan sebuah format
pengamatan, yang bentuknya dibuat sedemikian rupa agar pendidik dapat menuliskan angka-
angka yang diperolehnya pada tempat yang sudah disediakan. Bentuk formatnya dapat
disesuaikan menurut keperluan. Untuk tes perbuatan yang sifatnya individual, sebaiknya
menggunakan format pengamatan individual. Untuk tes perbuatan yang dilaksanakan secara
kelompok digunakan format tertentu yang sudah disesuaikan untuk keperluan pengamatan
kelompok.

2.   Teknik penilaian melalui observasi atau pengamatan

Observasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan pendidik untuk mendapatkan informasi tentang
peserta didik dengan cara mengamati tingkah laku dan kemampuannya selama kegiatan
observasi berlangsung. Observasi dapat ditujukan kepada peserta didik secara perorangan atau
kelompok. Dalam kegiatan observasi perlu disiapkan format pengamatan. Format pengamatan
dapat berisi: (1) perilaku-perilaku atau kemampuan yang akan dinilai, (2) batas waktu
pengamatan.

3.   Teknik penilaian melalui wawancara

Teknik wawancara pada satu segi mempunyai kesamaan arti dengan tes lisan yang telah
diuraikan di atas. Teknik wawancara ini diperlukan pendidik untuk tujuan mengungkapkan atau
menanyakan lebih lanjut  hal-hal yang kurang jelas informasinya. Teknik wawancara ini dapat
pula digunakan sebagai alat untuk menelusuri kesukaran yang dialami peserta didik tanpa ada
maksud untuk menilai.

Setiap teknik penilaian harus dibuatkan instrumen penilaian yang sesuai. Tabel berikut
menyajikan teknik penilaian dan bentuk instrumen.

Tabel 1. Teknik Penilaian dan Bentuk Instrumen

Teknik Penilaian Bentuk Instrumen


• Tes tertulis • Tes pilihan: pilihan ganda, benar-salah, menjodohkan
dll.

• Tes isian: isian singkat dan uraian


• Tes lisan • Daftar pertanyaan
• Tes praktik (tes kinerja) • Tes identifikasi

• Tes simulasi

• Tes uji petik kinerja


• Penugasan individual atau • Pekerjaan rumah
kelompok
• Projek
• Penilaian portofolio • Lembar penilaian portofolio
• Jurnal • Buku cacatan jurnal
• Penilaian diri • Kuesioner/lembar penilaian diri
• Penilaian antarteman • Lembar penilaian antarteman

Asesmen

Di dalam pendidikan, asesmen seharusnya didasarkan pada pengetahuan kita tentang


belajar dan tentang bagaimana kompetensi berkembang dalam materi pelajaran yang kita
ajarkan. Hal ini merupakan kebutuhan yang sangat jelas untuk membuat suatu asesmen dimana
pendidik dapat mempergunakannya untuk meningkatkan kegiatan pendidikan dan mengawasi
hasil belajar dan mengajaryang kompleks.
Dari beberapa penelitian ditemukan bahwa para guru mengajar untuk memberikan
keterampilan pada siswa untuk belajar dan mempraktekkan bagaimana mengaplikasikan
pengetahuan dan keterampilannya untuk tujuanyang nyata dan jelas. Penilaian kinerja yang
berkisar dari jawaban yang relative pendek sampai pada proyek jangka panjang yang meminta
para siswa untuk memperagakan hasil kerjanya, dan hal ini membutuhkan peran serta pemikiran
tingkat tinggi siswa untuk menyatukan beberapa keterampilanyang berbeda-beda. Dalam suatu
system penilaian yang lengkap, bagaimana-pun seyogyanya terdapat keseimbangan antara
penilaian kinerja yang lebih pendek dan juga lebih panjang. berikut ini beberapa asesmen yang
dapat digunakan untuk melihat keberhasilan KBM yang dilakukan sebagai acuan dalam
membuat kegiatan/program baru dalam rangka mengembangkan keterampilan dan pengetahuan
para siswa dan juga paraguru, juga sebagai bahan petimbangan dalam membuat suatu kebijakan-
kebijakan.

A. Asesmen Otentik

Archbald(1991), mengungkapkan bahwa asesmen otentik berbeda dengan evaluasi dan


penilaian pendidikan yang dilakukan secara tradisional yang mana di dalamnya berfokus pada
kegiatan yang memunculkan kembali informasi seperti mengingat kembali tentang perjanjian-
perjanjian, istilah-istilah, dan rumus-rumus.
Pada asesmen otentik, siswa mengunakan informasi yang masih diingat olehnya untuk
menghasilkan produk yang murni, berperan serta dalam menampilkan kinerja atau melengkapi
proses dalam konteks “dunia nyata”. Siswa belajar bagaimana mengaplikasikan keterampilan
mereka pada tugas-tugas dan rencana-rencana ang asli/otentik.
Adapun focus dari asesmen otentik adalah
1) bagaimana siswa membuat analisis dari bacaan atau kejadian-kejadian di sekitarnya, 2)
kemampuan siswa untuk mengintegrasikan apa yang telah dipelajari,
3) perkembangan kreativitas,
4) kemampuan kerja sama, dan
5) keterampilan mengekspresikan secara lisan.

Beberapa pendekatan dalam asesmen otentik


1) Melakukan pearcobaan-percobaan yang bersifat keilmuan
2) Melakukan penelitian yang bersifat ilmu social
3) Menulis cerita dan berita/laporan
4) Membaca dan mneginterpretasikan literature
5) Memecahkan soal-soal matematika yang dapat diaplikasikan di dunia nyata
Asesmen otentik memanfaatkan contoh-contoh perbuatan/tingkah laku, aktivitas belajar yang
mendorong siswa untuk menggunakan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Ada lima macam
performance sample utama:
a) Performance Assessment

Performance assessment menguji kemampuan siswa untuk menggunakan keterampilannya dalam


berbagai macam otentik konteks, seperti; untuk bekerja sama dalam mengerjakan sebuah proyek
atau kemampuan mengaplikasikan keterampilan dan pengetahuannya tentang konsep dalam
memecahkan soalyang rumit.
Contoh: melakukan percobaan yang bersifat keilmuan selama satu minggu dan menganalisa
hasilnya.
b) Short Investigation

Guru menggunakan pengamatan singkat untuk mengetahui seberapa baik para siswa menguasai
konsep-konsep dan keterampilan dasar. Sebagian besar pengamatan singkat dimulai dengan
stimulus, seperti soal matemaika, gambar politik, peta, atau kutipandari para ahli. Guru meminta
siswa untuk menginerpretasikan, mendeskripsikan, menghitung, merencanakan, atau
memprediksi. Pengamatan dapat berupa pertanyaan-pertanyaan pilihan gandayang tingkatnya
agak sulit, atau menggunakan peta konsep. Tehnik seperti ini dilakukan untuk mengetahui
seberapa bai siswa memahami hubungan-hubungan antar konsep.
c) Open-Response Questions

Pertanyaan dengan jawaban terbuka, seperti pengamatan singkat. Meminta siswa untuk
menggunakan pertanyaan dan dorongan untuk memberikan respon. Respon-respon tersebut
termasuk;
- jawaban pendek/singkat secara tertulis atau pun lisan
- penyelesaian matematika
- menggambar
- diagram, peta, atau grafik
d) Portofolio

Merupakan dokumen selama pembelajaran berlangsung dalam jangka panjang yang akan menjad
bahan pertimbangan untuk kemajuan dan pelajaran siswa tentang harga diri penilaian dirinya
sendiri, editing, dan revisi. Portofoliodari seorang siswa dapat berupa;
- Jurnal dan tulisan refleksi
- Perbaikan oleh teman sebaya
- Karya seni, diagram, peta, dan grafik
- Laporan kelompok
- Catatan dan garis besar tentang siswa
- Konsep-konsep kasar dan tulisan yang telah diperbaiki.
e) Self-Assessment

Menilai diri sendiri menuntut siswa untuk mengevaluasi partisipasi mereka, proses dan hasilnya.
Pertanyaan-pertanyaan evaluasi adalah merupakan peralatan dasardari menilai diri sendiri. Siswa
dapat memberi jawaban berupa lisan atau tulisan
Contoh; Bagian manakah dari proyek ini yang terasa sulit bagimu ?
Apa yang dapat kamu pelajari dari tugas ini ?

A. Bentuk Tagihan
Bentuk tagihan berkaitan erat dengan tujuan, kompetensi dasar, hasil belajar, dan
indikator hasil belajar yang ingin dicapai. Data dalam bentuk formatif dihimpun
menggunakan tes formatif dalam bentuk kuis, pertanyan lisan, ataupun ulangan harian
sepanjang semester. Datanya diolah dan digunakan untuk memperoleh masukan tentang
tingkat keberhasilan pelaksanaan proses pembelajaran. Data penilaian sumatif di himpun
melalui tes sumatif pada akhir semester/akhir tahun. Hasilnya diolah dan digunakan
untuk menentukan keberhasilan belajar peserta didik untuk pelajaran tertentu.
Untuk memperoleh data dan informasi sebagai dasar penentuan tingkat keberhasilan
peserta didik dalam penguasaan kompetensi dasar diperlukan adanya berbagai penilaian.
Setiap jenis penilaian memerlukan seperangkat jenis penilaian.
Seperangkat bentuk tagihan yang dapat digunakan antara lain sebagai berikut:
1. Kuis
Digunakan untuk menanyakan hal-hal yang prinsip dari pelajaran yang lalu secara
singkat, bentuknya isian singkat dan dilakukan 5-10 menit biasanya sebelum pelajaran
dimulai. Hal ini dilakukan agar peserta didik mempunyai pemahaman yang cukup
mengenai pelajaran yang diterima, sekaligus juga untuk membangun hubungan antara
pelajaran yang lalu dengan yang akan dipelajari (apersepsi).
2. Pertanyaan lisan
Digunakan untuk mengungkap penguasaan peserta didik tentang pemahaman mengenai
fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang berkaitan dengan disiplin ilmu yang dipelajari.
3. Ulangan harian dan ulangan blok (formatif)
Dilakukan secara periodik pada akhir pengembangan kopetensi, untuk menganggap
penguasaan kognitif peserta didik sekaligus untuk menilai keberhasilan penggunaan
berbagai perangkat pendukung pembelajaran.
Pada ulangan harian dilaksanakan setelah mempelajari satu kompetensi dasar sedangkan
ulangan blok gabungan beberapa kopetensi dasar.
4. Tugas individu
Dilakukan secara periodik untuk diselesaikan oleh setiap peserta didik dan dapat berupa
tugas di kelas atau di rumah. Tugas individu dipakai untuk mengungkap kemampuan
teoritis dan praktis penguasaan hasil belajar dalam penggunaan media, stategi dan rosedur
tertentu.
5. Tugas kelompok
Digunakan untuk menilai kemampuan kerja kelompok dalam upaya memecahkan
masalah, sekaligus juga untuk membagun sikap kebersamaan pada diri peserta didik.
Tugas kelompok ini akan lebih baik kalau diarahkan pada penyelesaian mengenai hal-hal
yang bersifat empirik dan kausatik.
6. Ulangan semester (sumaitf tes)
Digunakan untuk menilai penguasaan kompetensi pada akhir program semester.
Kompetensi yang diujikan berdasarkan kisi-kisi yang mencerminkan kompetensi dasar,
hasil dasar, dan indikator pencapaian hasil belajar yang dikembangkan dalam semester
yang bersangkutan.
7. Ujian akhir
Untuk mengetahui ketuntasan peserta didik dalam menguasai materi pada suatu bidang
studi tertentu. Pemilihan kompetensi ujian harus mengacu pada komptensi dasar,
berkelanjutan, memiliki nilai aplikatif, atau dibutuhkan untuk belajar pada bidang lain
yang relevan.
8. Responsi atau ujian praktik
Digunakan untuk mata kuliah yang ada kegiatan praktiknya.
B. Teknik Penilaian
Ada beberapa teknk atau cara dalam penilaian berbasis kelas, yakni:
1. Penilaian Tes Tertulis (Peper and Pencil Test)
Penilaian tes tertulis sangat efektifuntuk mengukr kemampuan penguasaan materi
(kognitif).
Tes tertulis secara umum ada 2 macam :
· Tes obyektif : pilihan ganda (multiple choise), Benar-Salah (True-false), menjodohkan
(Matcing), isian singkat (short answer), melengkapi (completion).
· Tes uraian (esai) : uraian terbatas atau terstruktur dan uraian bebas.
Langkah langkah konstruksi tes
Konstruksi dan pengembanngan tes dimaksudkan untuk memperoleh tes valid sehingga
hasil ukur dapat mencerminkan secara tepat hasil belajar atau prestasi yang dicapai
peserta tes setelah selesai mengikuti proses pembelajaran.
Langkah langkah konstruksi tes yang ditempuh adalah sebagai berikt:
1) Menetapkan tujuan tes
a) Evaluasi belajar pada akhir program (harian, semesteran, kelulusan)
b) Seleksi, misalnya ujian saringan masuk ke sekolah lebih lanjut
c) Diagnosis kesulitan belajar (tes diagnostik)
Untuk evaluasi bersifat akhir diperlukan tes yang terdiri atas butir-butir yang mudah
sampai yang sukar, tes samacam ini merupakan Master Test.
2) Analisa kurikulum/Analisis Kompetensi
Analisis kurikulum bertujuan untuk menentukan bobot setiap standar kompetensi dan
kompetensi dasar sebagai acuan dalam menentukan jumlah item atau butir soal baik soal
obyektif maupun soal bentuk uraian pada setiap materi pokok.
3) Membuat kisi-kisi
Kisi-kisi adalah suatu format atau matriks yang membuat criteria tentang soal-soal yang
diperlukan oleh suat tes atau ujian. Kisi-kisi atau blueprint atau tabel of specification
bermanfaat untuk menjamin sampel soal yang baik, dalam arti mencakup semua
kompetensi secara proporsional.
kriteria kisi-kisi yang baik:
a) Dapat mewakili isi kurikulum secara tepat
b) Komponennya banyak dan rinci
c) Komponennya jelas dan mudah dipahami
d) Dapat disusun soalnya

Kriteria pemilihan bahan ajar/ materi esensial pad kisi-kisi


a) Urgensi
b) Kontinuitas
c) Relevansi
d) Keterpakaian
4) Penulisan indikator
Indikator harus mencerminkan tingkah laku peserta didik oleh karena itu, harus
dirumuskan secara operasional, dan secara teknis menggunakan kata-kata operasional.
Kriteria indicator yang baik:
a) Membuat ciri-ciri kompetensi dasar yang hendak diukur
b) Memuat satu kata kerja operasional (KKO) yang dapat diukur kecuali soal uraian
c) Berkaitan erat dengan indicator kompetensi
d) Dapat dibuat soalnya
5) Penulisan soal
Beberapa petunjuk yang harus di perhatikan dalam membuat butir-butir soal, yaitu:
a. Soal dibuat harus valid dalam arti mampu mengukur tercapai tidaknya indicator
kompetensi yang dirumuskan
b. Soal yang dibuat harus dapat dikerjakan dengan menggunakan satu kemampuan
spesifik, tanpa dipengaruhi oleh kemampuan lain yang tidak relevan.
c. Soal yang dibuat harus terlebih dahulu dikerjakan/ diselesaikan dengan langkah-
langkah lengkap sebelum digunakan pada tes yang sesungguhnya.
d. Hindari sejauh mungkin kesalahan ketik.
e. Tahapan sejak awal aspek kemampuan yang harus diukur untuk setiap soal yang
dibuat.
f. Berikan petunjuk mengerjakan soal secara lengkap dan lengkap untuk setiap bentuk
soal dalam suatu tes.

6) Reproduksi soal
Tes yang dibuat diperbanyak dalam jumlah yang cukup menurut jumlah sampel uji coba
atau jumlah peserta yang akan mengerjakan tes tersebut dalam suatu kegiatan uji coba
tes.
7) Uji coba tes
Res yang diproduksi atau diperbanyak itu diujicobakan pada sejumlah sampel yang telah
ditentukan.
8) Analisis Hasil Uji Coba
Berdasarkan data hasil uji coba dilakukan analisis meliputi validitas butir tingkat
kesukaran, dan fungsi pengecoh. Soal yang tidak valid akan di drop dan soal yang valid
akan ditetapkan atau dirakit menjadi tes yang valid.
9) Revisi Soal
Soal-soal yang valid berdasar kriteria validitas empirik dikonfirmasikan dengan kisi-kisi.
10) Merakit soal menjadi tes
Soal soal yang valid dan telah mencerminkan semua pokok bahasan saerta aspek
kemampuanyang hendak diukur dapat dirakir menjadi sebuah tes yang valid.

Dalam tes tertulis dapat digunakan beberapa bentuj butir soal, yaitu
a. Tes bentuk (objective test), yang terdiri dari butir
(1) Soal pilihan ganda (multiple choice)
Soal pilihan ganda adalah bentuk tes yang mempunyai satu jawaban yang benar atau
paling tepat.
(2) Benar-Salah (true-false)
Adalah bentuk tes yang soal-soalnya berupa pernyataan. Sebagian pernyataan itu
merupakan pernyataan yang benar dan sebagian lagi merupakan pernyataan yang salah.

(3) Jawaban singkat (short answer)


Merupakan soal yang menghendaki jawaban dalam bentuk kata, bilangan, kalimat atau
symbol dan jawabannya hanya dapat dinilai benar atau salah.
(4) Melengkapi (completion)
Item completion terdiri dari suatu statmentatau kalimat yang belum sempurna , peserta
didik disuruh melengkapi statemen atau kalimat tersebut dengan satu atau beberapa
perkataan pada titik titik yang disediakan.
(5) Menjodohkan (matching)
Bentuk soal menjodohkan terdiri atas dua kelompok pernyataan yang parallel. Kedua
kelompok pernyataan ini berada dalam satu kesatuan. Kelompok sebelah kiri merupakan
bagian yang berisi soal-soal yang harus diisi jawabannya.
b. Tes bentuk uraian (essay test) yang terdiri dari:
1) Tes uraian bebas (free essay)
Tes uraian ini jawaban pesert didik tidak dibatasi, bergantung pada pandangan peserta
didik itu sendiri.
2) Tes uraian terbatas/ berstruktur
Ts bentuk ini pertanyaan telah diarahkan kepada hal-hal tertentu atau ada pembatasan
tertentu. Bias dari segi ruang lingkup, sudut pandang menjawabnya, indicator-
indikatornya.

2. Penilaian tugas (Project)


Penilaian proyek adalah penilaian pada kemampuan melakukan “inquiry” yang dapat
memberikan informasi tentang kemampuan peserta didik mengaplikasikan penetahuan
dalam merencanakan, mengorganisasikan, bekerja sama, mengidentifikasi,
mengumpulkan informasi, menganalisis dan mengintepretasikan serta
mengkomunikasikan temuannya dalam bentuk laporn tulisan.

Anda mungkin juga menyukai