NIM : 2108285
Pendidikan Sejarah 3B
1. Satuan pendidikan ( sekolah ) akan diakreditasi, hal hal apa saja yg harus
dipersiapkan agar nilai akreditasi baik / meningkat.
Akreditasi adalah kegiatan penilaian kelayakan program dan/atau satuan pendidikan berdasarkan
kriteria yang telah ditetapkan sebagaimana dinyatakan pada UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1 ayat (22).
Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 2 ayat (1)
menyebutkan bahwa lingkup SNP meliputi:
Komite sekolah adalah badan mandiri yang mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka
meningkatkan mutu, pemerataan, dan efisiensi pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan baik
pada jalur pendidikan pra sekolah, jalur pendidikan sekolah maupun jalur pendidikan luar
sekolah.
Komite sekolah terbangun dari unsur masyarakat yang dapat berasal dari perwakilan orang
tua/wali murid berdasarkan jenjang kelas yang dipilih secara demokratis, tokoh masyarakat,
anggota masyarakat yang mempunyai perhatian untuk peningkatan mutu pendidikan, tokoh
pendidikan, dunia usaha/industri, organisasi profesi tenaga pendidikan/guru, wakil alumni, dan
wakil dari siswa (khusus untuk SLTA).
Di dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pada pasal 54
dikemukakan:
(1) peran serta masyarakat dalam pendidikan meliputi peran serta perorangan, kelompok,
keluarga, organisasi profesi, pengusaha, dan organisasi kemasyarakatan dalam penyelenggaraan
dan pengendalian mutu pelayanan Pendidikan
(2) masyarakat dapat berperan serta sebagai sumber, pelaksana, dan pengguna hasil pendidikan.
Secara lebih spesifik, pada pasal 56 disebutkan bahwa di masyarakat ada dewan pendidikan dan
komite sekolah atau komite madrasah, yang berperan sebagai berikut.
b. Dewan pendidikan sebagai lembaga mandiri dibentuk dan berperan dalam peningkatan
mutu pelayanan pendidikan dengan memberikan pertimbangan,, arahan, dan dukungan
tenaga, sarana prasarana, serta pengawasan pendidikan ditingkat nasional,
provinsi, dan kabupaten/kota yang tidak mempunyai hubungan hierarkis.
Menurut Prayitno (2013:533) Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) merupakan acuan untuk
menetapkan seorang peserta didik/siswa secara minimal memenuhi persyaratan atas materi
pelajaran tertentu.
Permendiknas No.20 Tahun 2007 memberikan acuan penting bahwa, KKM bagi mata pelajaran
yang tidak diujikan dalam UNAS menjadi instrumen untuk mengukur dan menilai kompetensi
puncak siswa, sehingga sekolah dapat menentukan standar nilai yang harus dicapai siswa dan
menentukan lulus atau tidaknya, siswa yang belum mencapai standar nilai dikatakan belum
tuntas (Direktorat Pendidikan Agama Islam, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, 2012: 112)
Menurut Peraturan Pemerintah No. 23 tahun 2016 tentang Standar Penilaian mengenai ketentuan
umum pada Pasal 1 (2016: 2) sebagai berikut :
Ulangan adalah proses yang dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta
didik secara berkelanjutan dalam proses pembelajaran untuk memantau kemajuan dan
perbaikan hasil belajar peserta didik.
Ujian sekolah/madrasah adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengukur pencapaian
kompetensi peserta didik sebagai pengakuan prestasi belajar dan/atau penyelesaian dari
suatu satuan pendidikan.
Kriteria ketuntasan minimal yang selanjutnya disebut kkm adalah kriteria ketuntasan
belajar yang ditentukan oleh satuan pendidikan yang mengacu pada standar kompetensi
kelulusan, dengan mempertimbangkan karakteristik peserta didik, karakteristik mata
pelajaran, dan kondisi satuan pendidikan.
Disini saya mengambil contoh perihal ANALISIS KEBIJAKAN KEPALA SEKOLAH DALAM
PELAKSANAAN KURIKULUM 2013 UNTUK MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN
DI SMAN 8 REJANG LEBONG. Sebuah artikel yang ditulis oleh Fera Yuliana, dan Jumira
Warlizasusi.
Hasil penelitian penulis melihat bahwa kemampuan kepala sekolah SMAN 8 Rejang Lebong,
sudah baik dalam pelaksanaan kurikulum 2013 terutama dalam peningkatan mutu, ketika
mengambil kebijakan kepala sekolah sebelum pelaksanaannya kepala sekolah merencanakan
terlebih dahulu program yang akan menjadi kegiatan dalam pembelajaran di sekolah, biasanya
sebelum program dilaksanakan kepala sekolah mengadakan koordinasi terlebih dahulu dengan
wakil kepala sekolah, setelah itu barulah di atur pertemuan dengan dewan guru ditambah dengan
anggota administrasi merupakan bagian dari sekolah. Setelah diadakan pertemuan dengan dewan
guru maka tugas dibagi sesuai dengan tupoksi masing-masing untuk dapat dilaksanakan. Dalam
pelaksanaan pembelajaran tidak lupa guru memberikan evaluasi kepada siswa setelah proses
pembelajaran dilakukan, untuk mengetahui sejauh mana daya serap siswa dalam kegiatan
pembelajaran.
Hasil penelitian membuktikan bahwa kebijakan kepala sekolah dalam pelaksanaan kurikulum
2013, telah mengambil kebijakan dalam mengimplementasikan kurikulum 2013 dengan beberapa
kebijakan,
Bimtek
bimtek yang dilakukan biasa dilakukan setiap semester yang membahas masalah teknik dalam
pembelajaran dan sejauh mana pelaksanaan tugas tanggung jawab secara moral didalam
mengajar sesuai kurikulum 2013 dan sesuai prinsip perbaikan kurikulum 2013.
MGMP
Mengembangkan Kreatifitas
dalam pelaksanaan kurikulum 2013 ini kepala sekolah memberikan kesempatan kepada setiap
guru mata pelajaran mengembangkan kreatifitas, guru yang kreatif menjadi kebutuhan utama
dalam penerapan kurikulum 2013, dalam pelaksanaannya guru mempunyai konsep cara
meningkatkan kualitas pembelajaran dengan menciptakan lingkungan kondusif, suasana
pembelajaran demokratis dengan melibatkan peserta didik agar siswa tidak merasa bosan dalam
pembelajaran yang diberikan guru kepada siswa.
Sarana Prasarana
kebijakan kepala sekolah sarana prasarana dalam pengelolaannya untuk pelaksanaan kurikulum
2013 agar dapat berjalan dengan baik, pengembangan sarana dan prasarana di SMAN 8 Rejang
Lebong sesuai standar nasional pendidikan, hasil dari pengembangan sarana prasarana
terwujudnya perbaikan atau pengadaan gedung, laboratorium, dan ruangan-ruangan yang sesuai
dengan kebutuhan.
Menurut saya kebijakan yang dilaksanakan Kepala Sekolah SMAN 8 REJANG LEBONG sudah
sangat baik, namun tentu pada setiap kebijakan selalu ada negatif dan ruang untuk
pengembangan.
Empat kebijakan tersebut sudah cukup bagus, karena dalam kebijakan tersebut sang Kepala
Sekolah memerhatikan seluruh komponen untuk dikembangkan, tidak hanya murid saja, guru
dan sarana prasarana pun ikut diperhatikan.
Terlepas dari perencanaan yang matang dalam pelaksanaanya terdapat beberapa kendala, kendala
yang dihadapi pihak guru yaitu : beberapa mata pelajaran tidak ada guru pengganti yang sesuai
dengan mata pelajaran yang diampu, apabila guru mengajar materi yang menggunakan media
pembelajaran guru kurang menguasainya dan menimbulkan kecanggungan untuk
menggunakannya, beberapa guru ada yang kurang memahami penyusunan RPP sesuai dengan
tuntutan silabus.
Sedangkan kendala dari siswa, beberapa siswa kurang memperhatikan guru dan materi
pembelajaran, ribut didalam kelas, apalagi dalam pergantian jam kadang membuat kelas lain
merasa terganggu. Sulitnya menumbuhkan semangat peserta didik untuk berdiskusi, untuk
memiliki keberanian mengungkapkan pendapat, dan untuk aktif belajar mandiri serta mau
berapresiasi Siswa memiliki latar belakang yang berbeda, sehingga memperoleh kendala yang
bervariasi, beberapa siswa masih ada yang malas dalam belajar dan menyelesaikan tugas-tugas
yang diberikan sulit untuk diajak maju, beberapa siswa tidak mempunyai cita-cita tidak mau
melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi dan belum menyadari pentingnya pendidikan untuk
masa yang akan datang.
Kendala dari Sarana Prasarana, infocus yang dimiliki kurang sehingga dalam waktu bersamaan
tidak dapat menggunakan maka secara bergilir mereka menggunakan, di laboratorium komputer
ada beberapa komputer yang mati secara total sehingga tidak bisa digunakan lagi.
Referensi
Ana, F. Y., & Warlizasusi, J. (2021). Analisis Kebijakan Kepala Sekolah dalam Pelaksanaan
Kurikulum 2013 untuk meningkatkan Mutu Pendidikan di SMAN 8 Rejang Lebong. Al-Idarah:
Jurnal Kependidikan Islam, 11(1), 13-24.