Anda di halaman 1dari 6

Rizky Ramdani Lestaluhu

Ramdani Lestaluhu
Informasi pribadi
Nama lengkap Rizky Ramdani Lestaluhu
Tanggal lahir 5 November 1991 (umur 22)
Tempat lahir Tulehu, Salahutu, Indonesia
Tinggi 1.66 m (5 ft 5 in)
Posisi bermain Penyerang
Informasi klub
Klub saat ini Persija Jakarta
Nomor 7
Karier junior
2007-2009 Persija Jakarta U-21
Karier senior*
Tahun Tim Tampil (Gol)
2007–2012 Persija Jakarta 60 (5)
2012–2013 Sriwijaya 25 (7)
2014– Persija Jakarta 15 (8)
Tim nasional‡
2005 Indonesia U-17
2007 Indonesia U-19
2008 Indonesia U-21
2011- Indonesia U-23 18 (4)
2014- Indonesia 1 (0)
* Penampilan dan gol di klub senior hanya dihitung dari liga
domestik dan akurat per 12 Juni 2014.

‡ Penampilan dan gol di tim nasional


akurat per 15 Mei 2014

Rizky Ramdani Lestaluhu atau biasanya dipanggil Dani (lahir di Tulehu, Salahutu, Maluku
Tengah, 5 November 1991; umur 22 tahun) merupakan seorang pemain sepak bola
berkebangsaan Indonesia. Dia kini bermain untuk klub Persija Jakarta dan untuk timnas
Indonesia U-23.

Rizki Ramdani Lestaluhu merupakan pemain Persija Jakarta. Dia lahir di Tulehu pada 5
November 1991. Dia memperkuat klub ibukota sejak musim 2007/2008. Gelandang dengan
kecepatan berlari yang disegani lawan ini memecahkan rekor sebagai pemain profesional
termuda dalam sejarah liga Indonesia pada saat debut pertama kalinya di usia 15 tahun (tahun
2007).

Meski jam terbangnya di lapangan hijau masih belum tinggi, namun banyak pihak yang
memprediksi karir Dani di dunia sepak bola akan cemerlang. Dani senang dengan
pencapaiannya saat ini. Terlebih dia menjadi idola baru Macan Kemayoran Persija Jakarta.

Selain itu Dani juga pernah bermain untuk Timnas Indonesia U-19. Tidak hanya itu, dia juga
pernah bergabung di Timnas U-17, sehingga kemampuannya cukup terasah.

Kiprah pria yang mengidolakan klub asal Spanyol, Barcelona, ini di sepak bola nasional
boleh terbilang tak berliku. Segalanya, seperti diungkapkannya, berjalan begitu saja. Dimulai
pada saat ia 'ditemukan' oleh Iwan Setiawan, mantan pelatih timnas U-17, yang melihat
permainannya ketika memperkuat PPLP Ambon dalam suatu turnamen antar-PPLP. Iwan pun
mengaku langsung tertarik begitu melihat permainan Dani. Pada tahun 2013, anak ke delapan
dari delapan bersaudara ini resmi menjadi pemain yang menempati posisi sebagai gelandang
bernomor punggung tujuh di klub sepakbola asal Palembang, Sriwijaya FC.

Dari berbagai pengalamannya itu, wajar jika pelatih Riedl akhirnya memanggilnya kembali
untuk memperkuat Timnas U-23, persiapan Pra Olimpiade 2012 dan SEA Games 2011.
Biodata

 Panggilan: Dani
 Hobi: Main Gim
 Tinggi/berat: 166 cm/54 kg
 Orang tua: Abdul Latif Lestaluhu dan Sehat Ohorella
 Makanan favorit: Soto
 Pemain favorit: Pablo Aimar

Karier
Karier klub

 Persija Jakarta
 Sriwijaya FC
 Arsenal FC
 Real Madrid

Karier timnas

 Indonesia U-17
 Indonesia U-19
 Indonesia U-21
 Indonesia U-23

Gol internasional
Rizki Ramdani Lestaluhu: Gol Internasional U-23

Gol Waktu Stadion Lawan Skor Hasil Kompetisi


Stadion Utama Gelora
7 November Kamboja Pesta Olahraga Negara-
1 Bung Karno, Jakarta, 6–0 6–0
2011 U-23 Negara Asia Tenggara 2011
Indonesia
Stadion Utama Gelora
21 November Laos U-
2 Bung Karno, Jakarta, 1–0 3–0 Piala MNC 2013
2013 23
Indonesia
30 March Stadion Manahan, Sri Lanka
3 5–0 5–0 Persahabatan
2014 Surakarta, Indonesia U-23
Stadion Hougang, Singapura
4 2 April 2014 1–1 1–2 Persahabatan
Hougang, Singapore U-23

Biografi Muhammad Yamin


Menteri Penerangan Indonesia ke-14Masa jabatan
6 Maret 1962 – 13 November 1963
Presiden Soekarno
Didahului oleh Maladi
Digantikan oleh Roeslan Abdulgani
Menteri Pendidikan Nasional Indonesia ke-8
Masa jabatan
30 Juli 1953 – 12 Agustus 1955
Presiden Soekarno
Didahului oleh Bahder Djohan
Digantikan oleh R.M. Suwandi
Menteri Kehakiman Republik Indonesia ke-6
Masa jabatan
27 April 1951 – 3 April 1952
Presiden Soekarno
Didahului oleh Wongsonegoro
Digantikan oleh Lukman Wiriadinata
Informasi pribadi
24 Agustus 1903
Lahir Sawahlunto, Sumatera Barat,
Hindia Belanda
17 Oktober 1962 (umur 59)
Meninggal
Jakarta, Indonesia
Kebangsaan Indonesia
Agama Islam

Mr. Prof. Mohammad Yamin, S.H. (lahir di Talawi, Sawahlunto, Sumatera Barat, 24
Agustus 1903 – meninggal di Jakarta, 17 Oktober 1962 pada umur 59 tahun) adalah
sastrawan, sejarawan, budayawan, politikus, dan ahli hukum yang telah dihormati sebagai
pahlawan nasional Indonesia. Ia merupakan salah satu perintis puisi modern Indonesia dan
pelopor Sumpah Pemuda sekaligus "pencipta imaji keindonesiaan" yang mempengaruhi
sejarah persatuan Indonesia.

Muhammad Yamin dilahirkan di Sawahlunto, Sumatera Barat, pada tanggal 23 Agustus


1903. Ia menikah dengan Raden Ajeng Sundari Mertoatmadjo. Salah seorang anaknya yang
dikenal, yaitu Rahadijan Yamin. Ia meninggal dunia pada tanggal 17 Oktober 1962 di
Jakarta. Di zaman penjajahan, Yamin termasuk segelintir orang yang beruntung karena dapat
menikmati pendidikan menengah dan tinggi. Lewat pendidikan itulah, Yamin sempat
menyerap kesusastraan asing, khususnya kesusastraan Belanda.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa tradisi sastra Belanda diserap Yamin sebagai
seorang intelektual sehingga ia tidak menyerap mentah-mentah apa yang didapatnya itu. Dia
menerima konsep sastra Barat, dan memadukannya dengan gagasan budaya yang nasionalis.

Pendidikan yang sempat diterima Yamin, antara lain, Hollands inlands School (HIS) di
Palembang, tercatat sebagai peserta kursus pada Lembaga Pendidikan Peternakan dan
Pertanian di Cisarua, Bogor, Algemene Middelbare School (AMS) ‘Sekolah Menengah
Umum’ di Yogya, dan HIS di Jakarta. Yamin menempuh pendidikan di AMS setelah
menyelesaikan sekolahnya di Bogor yang dijalaninya selama lima tahun. Studi di AMS
Yogya sebetulnya merupakan persiapan Yamin untuk mempelajari kesusastraan Timur di
Leiden. Di AMS, ia mempelajari bahasa Yunani, bahasa Latin, bahasa Kaei, dan sejarah
purbakala. Dalam waktu tiga tahun saja ia berhasil menguasai keempat mata pelajaran
tersebut, suatu prestasi yang jarang dicapai oleh otak manusia biasa. Dalam mempelajari
bahasa Yunani, Yamin banyak mendapat bantuan dari pastor-pastor di Seminari Yogya,
sedangkan dalam bahasa Latin ia dibantu Prof. H. Kraemer dan Ds. Backer.

Setamat AMS Yogya, Yamin bersiap-siap berangkat ke Leiden. Akan tetapi, sebelum sempat
berangkat sebuah telegram dari Sawahlunto mengabarkan bahwa ayahnya meninggal dunia.
Karena itu, kandaslah cita-cita Yamin untuk belajar di Eropa sebab uang peninggalan
ayahnya hanya cukup untuk belajar lima tahun di sana. Padahal, belajar kesusastraan Timur
membutuhkan waktu tujuh tahun. Dengan hati masgul Yamin melanjutkan kuliah di Recht
Hogeschool (RHS) di Jakarta dan berhasil mendapatkan gelar Meester in de Rechten ‘Sarjana
Hukum’ pada tahun 1932.

Sebelum tamat dari pendidikan tinggi, Yamin telah aktif berkecimpung dalam perjuangan
kemerdekaan. Berbagai organisaasi yang berdiri dalam rangka mencapai Indonesia merdeka
yang pernah dipimpin Yamin, antara lain, adalah, Yong Sumatramen Bond ‘Organisasi
Pemuda Sumatera’ (1926–1928). Dalam Kongres Pemuda II (28 Oktober 1928) secara
bersama disepakati penggunaan bahasa Indonesia. Organisasi lain adalah Partindo (1932–
1938).

Pada tahun 1938—1942 Yamin tercatat sebagai anggota Pertindo, merangkap sebagai
anggotaVolksraad ‘Dewan Perwakilan Rakyat’. Setelah kemerdekaan Indonesia terwujud,
jabatan-jabatan yang pernah dipangku Yamin dalam pemerintahan, antara lain, adalah
Menteri Kehakiman (1951), Menteri Pengajaran, Pendidikan dan Kebudayaan (1953–1955),
Ketua Dewan Perancang Nasional (1962), dan Ketua Dewan Pengawas IKBN Antara (1961–
1962).

Dari riwayat pendidikannya dan dari keterlibatannya dalam organisasi politik maupun
perjuangan kemerdekaan, tampaklah bahwa Yamin termasuk seorang yang berwawasan luas.
Walaupun pendidikannya pendidikan Barat, ia tidak pernah menerima mentah-mentah apa
yang diperolehnya itu sehingga ia tidak menjadi kebarat-baratan. Ia tetap membawakan
nasionalisme dan rasa cinta tanah air dalam karya-karyanya. Barangkali halini merupakan
pengaruh lingkungan keluarganya karena ayah ibu Yamin adalah keturunan kepala adat di
Minangkabau. Ketika kecil pun, Yamin oleh orang tuanya diberi pendidikan adat dan agama
hingga tahun 1914. Dengan demikian, dapat dipahami apabila Yamin tidak terhanyut begitu
saja oleh hal-hal yang pernah diterimanya, baik itu berupa karya-karya sastra Barat yang
pernah dinikmatinya maupun sistem pendidikan Barat yang pernah dialaminya.

Umar Junus dalam bukunya Perkembangan Puisi Indonesia dan Melayu Modern (1981)
menyatakan bahwa puisi Yamin terasa masih berkisah, bahkan bentul-betul terasa sebagai
sebuah kisah. Dengan demikian, puisi Yamin memang dekat sekali dengan syair yang
memang merupakan puisi untuk mengisahkan sesuatu.”Puisi Yamin itu dapat dirasakan
sebagai syair dalam bentuk yang bukan syair”, demikian Umar Junus. Karena itu, sajak-sajak
Yamin dapat dikatakan lebih merupakan suatu pembaruan syair daripada suatu bentuk puisi
baru. Akan tetapi, pada puisi Yamin seringkali bagian pertamanya merupakan lukisan alam,
yang membawa pembaca kepada suasana pantun sehingga puisi Yamin tidak dapat dianggap
sebagai syair baru begitu saja. Umar Junus menduga bahwa dalam penulisan sajak-sajaknya,
Yamin menggunakan pantun, syair, dan puisi Barat sebagai sumber. Perpaduan ketiga bentuk
itu adalah hal umum terjadi terjadi pada awal perkembangan puisi modern di Indonesia.

Jika Umar Junus melihat adanya kedekatan untuk soneta yang dipergunakan Yamin dengan
bentuk pantun dan syair, sebetulnya hal itu tidak dapat dipisahkan dari tradisi sastra yang
melingkungi Yamin pada waktu masih amat dipengaruhi pantun dan syair. Soneta yang
dikenal Yamin melalui kesusastraan Belanda ternyata hanya menyentuh Yamin pada segi isi
dan semangatnya saja. Karena itu, Junus menangkap kesan berkisah dari sajak-sajak Yamin
itu terpancar sifat melankolik, yang kebetulan merupakan sifat dan pembawaan soneta. Sifat
soneta yang melankolik dan kecenderungan berkisah yang terdapat didalamnya tidak berbeda
jauh dengan yang terdapat dalam pantun dan syair. Dua hal yang disebut terakhir, yakni sifat
melankolik dan kecenderungan berkisah, kebetulan sesuai untuk gejolak perasaan Yamin
pada masa remajanya. Karena itu, soneta yang baru saja dikenal Yamin dan yang kemudian
digunakannya sebagai bentuk pengungkapan estetiknyha mengesankan bukan bentuk soneta
yang murni.

Keith Robert Foulcher (1974) dalam

disertasinyha mengemukakan bahwa konsepsi Yamin tentang soneta dipengaruhi sastra


Belanda dan tradisi kesusastraan Melayu. Karena itu, soneta Yamin bukanlah suatu adopsi
bentuk eropa dalam keseluruhan kompleksitas strukturalnya, tetapi lebih merupakan suatu
pengungkapan yang visual, sesuatu yang bersifat permukaan saja dari soneta Belanda, yang
masih memiliki ekspresi puitis yang khas Melayu

Anda mungkin juga menyukai