Anda di halaman 1dari 132

PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA MATERI

DRAMA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN ROLE-PLAYING PADA


SISWA KELAS V SDN WINDUSARI 2 KECAMATAN WINDUSARI
KABUPATEN MAGELANG
TAHUN PELAJARAN 2015/2016

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd)

OLEH :

LULUK PURWANTI

NIM 115-12-010

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2016

i
ii
iii
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Musuh yang paling berbahaya di atas dunia ini adalah penakut dan bimbang.
Teman yang paling setia, hanyalah keberanian dan keyakinan yang teguh
(Andrew Jackson)

PERSEMBAHAN
Karya ini penulis persembahkan untuk:
1. Ayahanda (Muntasil) dan Ibunda (Siti Rokhanah) yang telah
membesarkan dan mendidikku dengan penuh kasih sayang dan
pengorbanan baik secara lahir maupun batin dengan iringan do’a restu
sehingga aku bisa seperti sekarang.
2. Kakakku (Ella Faiqoh) dan adik-adikku (M. Farid, M. Niam, dan M.
Naim) terima kasih atas do’a dan motivasi pada penulis.
3. Kepada Bapak Imam Mas Arum, M.Pd selaku pembimbing dan sekaligus
sebagai motivator serta pengarah sampai terselesainya penulisan skripsi
ini.
4. Seluruh bapak ibu dosen yang telah bersedia memberikan ilmu kepadaku
dan terima kasih atas dorongan dan motivasinya.
5. Kawan-kawan seperjuangan angkatan 2012 wabil khusus PGMI yang
telah memberikan kegembiraan, motivasi, dan semangat belajar.
6. Kawan-kawan satu kos (Elyn Nurliana Suryani, Maria Nurul Qoyyimah,
Maria Evi Kiswah, Denny Lupita, dan Ani Safitri) yang senantiasa
memberikan semangat dan motivasinya.
7. Teman spesialku (Bi AlfinTaufiqurrohman) yang selalu mendo’akan,
mendampingi, dan memperingatkan penulis untuk tetap maju dalam
menghadapi setiap masalah dan selalu semangat untuk belajar.
8. Pembaca yang budiman.

v
KATA PENGANTAR

Atas nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, puji dan syukur

senantiasa penulis haturkan kepada Allah SWT. Karena dengan segala limpahan

taufik, hidayah, serta inayah-NYA, sehingga penulis diberi kemudahan dan

kelapangan hati dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga

senantiasa tercurah kepada junjungan Nabi besar kita Muhammad SAW, keluarga,

sahabat, dan pengikut setianya.

Penyusunan skripsi ini bertujuan guna memenuhi persyaratan untuk memperoleh

gelar kesarjanaan dalam ilmu Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

Terselesainya skripsi ini tidaklah semata-mata hasil dari jerih payah penulis sendiri,

melainkan banyak pihak terkait yang telah membantu baik moril maupun spiritual.

Oleh karena itu, penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. Selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

(FTIK) IAIN Salatiga.

3. Ibu Peni Susapti, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah

Ibtidaiyah.

4. Bapak Imam Mas Arum, M.Pd. sebagai dosen pembimbing yang telah tulus,

ikhlas, dan menyempatkan waktunya untuk membimbing penulis dalam

menyelesaikan penulisan skripsi ini.

vi
5. Seluruh dosen dan akademika yang telah membantu terselesainya skripsi ini.

6. Bapak Muntasil dan Ibu tercinta (Siti Rokhanah), teman-teman kos satu

angkatan (Maria Nurul, Maria Evi, dan Elyn Nurliana).

7. Kepala SDN Windusari 2, guru, dan karyawan serta semua siswa-siswi yang

telah berkenan membantu dan memberikan data kepada penulis untuk

menyelesaikan skripsi ini.

8. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah

membantu penulisan skripsi ini.

Semoga amal serta kebaikan yang telah dicurahkan penulis diterima

Allah SWT sebagai amal ibadah dan mendapat balasan yang berlipat ganda.

Demikian kiranya, semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menjadi

wacana ilmu bagi para pembaca. Sebagai manusia biasa penulis menyadari

banyaknya kekurangan, maka kritik dan saran dari para pembaca sangat

penulis harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini.

Salatiga, 9 Agustus2016

Penulis

Luluk Purwanti
NIM. 115-12-010

vii
ABSTRAK
Purwanti, Luluk. 2016. Peningkatan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Materi Drama
Melalui Strategi Pembelajaran Role-Playing Pada Kelas V SDN Windusari 2,
Kecamatan Windusari, Kabupaten Magelang Tahun Pelajaran 2015/2016.
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK). Jurusan Pendidikan Guru
Madrasah Ibtidaiyah (PGMI). Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
Pembimbing: Imam Mas Arum, M.Pd.
Kata Kunci: Hasil Belajar, Bahasa Indonesia, dan Strategi Pembelajaran Role-
Playing.
Pembelajaran Bahasa Indonesia pada umumnya membutuhkan kemampuan
siswa untuk menghafal materi pelajaran, sehingga penggunaan strategi pembelajaran
yang tepat perlu untuk dikembangkan dan dilakukan dengan sebaik mungkin agar
tercapai tujuan dengan maksimal. Namun masih ada guru yang mengajar secara
monoton. Hal ini membuat siswa menjadi bosan dan cenderung pasif dalam
pembelajaran akibatnya hasil belajar Bahasa Indonesia rendah. Masalah utama yang
ingin dijawab dalam penelitian ini adalah: apakah penerapan strategi pembelajaran
Role-playing dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia materi drama pada
siswa kelas V SDN Windusari 2, Kecamatan Windusari, Kabupaten Magelang tahun
pelajaran 2015/2016.
Penelitian tindakan kelas ini menggunakan metode penelitian kuantitatif yang
berupa hasil tes dan metode penelitian kualitatif yang berupa observasi, wawancara,
dan dokumentasi. Penelitian ini dilaksanakan melalui dua siklus yaitu siklus I, dan
siklus II. Tiap siklusnya ada empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan, dan refleksi.
Temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan strategi
pembelajaran Role-playing dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia materi
Drama pada siswa kelas V SDN Windusari 2, Kecamatan Windusri, Kabupaten
Magelang tahun pelajaran 2015/2016. Dapat dilihat dari hasil pembahasan yaitu nilai
rata-rata hasil belajar siswa pada prasiklus sebesar 73,46% menjadi 74,85% pada
siklus I dan meningkat lagi pada siklus II menjadi 89,67%. Jadi dari prasiklus ke
siklus II nilai rata-rata hasil belajar naik sebesar 16,21%. Untuk angka ketuntasan
belajar siswa dari prasiklus ke siklus I atau sebesar 10,71 % dan pada siklus I ke
siklus II atau sebesar 42,86%.

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………..……………………………… i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………………….…………… ii

HALAMAN LEMBAR PENGESAHAN KELULUSAN…………………… iii

HALAMAN KEASLIAN TULISAN……..……………….. …………………. iv

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN……………..……….…….... v

HALAMAN KATA PENGANTAR……………..…………………..………. vi

HALAMAN ABSTRAK…………………………….……………………….. viii

HALAMAN DAFTAR ISI…………………………………………………... ix

HALAMAN DAFTAR TABEL…………………………………………...…. xiii

HALAMAN LAMPIRAN……………………………………………………. xiv

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………. 1

A. Latar Belakang Masalah……………………………………….……... 1

B. Rumusan Masalah……………………………………….…………… 6

C. Tujuan Penelitian…………………………………………………….. 6

D. Hipotesis Penelitian………………………………………………..… 7

E. Manfaat Penelitian…………………………………………………… 7

ix
F. Definisi Operasional…………………………………………….…… 7

G. Metode Penelitian………………………………………………..… 10

1. Rancangan Penelitian………………………………………..… 10

2. Subjek Penelitian………………………………………………. 11

3. Langkah-langkah Penelitian…………………………………….. 11

4. Instrumen Penelitian…………………………………………….. 14

5. Pengumpulan Data………………………………………………. 14

6. Analisis Data…………………………………………………….. 15

H. Sistematika Penulisan……………………………………………….. 16

BAB II KAJIAN PUSTAKA………………………………………………... 18

A. Hasil Belajar………………………………………………………… 18

1. Pengertian Hasil Belajar…………………………………………. 18

2. Ciri-Ciri Belajar………………………………………………….. 20

3. Jenis-jenis Belajar………………………………………………... 21

4. Prinsip-Prinsip Belajar…………………………………………… 23

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar…………………. 23

B. Bahasa Indonesia Materi Drama……………………….…………...... 32

1. Bahasa Indonesia………………………………………………… 32

a. Pengertian Bahasa Indonesia………………………………… 32

b. Aspek Bahasa Indonesia……………………………………... 33

c. Tujuan Bahasa Indonesia…………………………………….. 34

x
d. SK-KD Bahasa Indonesia……………………………………. 34

2. Materi Drama……………………………………………………… 35

C. Strategi Pembelajaran Role-Playing……………………………….… 40

1. Pengertian Role-Playing…………………………………………. 40

2. Alasan Role-Playing digunakan…………………………………. 41

3. Organisasi Role-Playing…………………………………………. 42

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN…………………………………... 47

A. Gambaran Situasi Umum SDN Windusari 2………………………… 47

B. Subjek Penelitian……………………………………………………... 49

C. Pelaksanaan Penelitian……………………………………………..…. 51

D. Kondisi Awal (PraSiklus)……………………………………………. 51

E. Deskripsi Siklus I……………………………………………….…….. 52

F. Deskripsi Siklus II…………………………………………………….. 55

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN…………………...... 59

A. Deskripsi Kondisi Awal (PraSiklus)…………………………….… 59

B. Deskripsi Per Siklus………………………………………………... 62

C. Pembahasan Hasil Penelitian…………………………………….… 73

BAB V PENUTUP…………………………………………………………. 76

A. Kesimpulan…………………………………………………………. 76

xi
B. Saran………………………………………………….……………... 76

LAMPIRAN-LAMPIRAN

xii
DAFTAR TABEL

TABEL 2.1 SK dan KD Bahasa Idonesia Kelas V……………………………... 35

TABEL 3.1 Keadaan guru SDN Windusari 2…………………………………… 48

TABEL 3.2 Keadaan siswa Kelas V SDN Windusari 2………………………… 49

TABEL 4.1 Data Hasil Belajar Pra-siklus………………………………………. 59

TABEL 4.2 Data Hasil Pengamatan Guru Siklus 1…………………………….. 62

TABEL 4.3 Data Hasil Pengamatan Siswa Siklus I……………………………. 64

TABEL 4.4 Data Hasil Tes Formatif Siswa Siklus 1…………………………… 65

TABEL 4.5 Hasil Pengamatan Guru Siklus II………………………………….. 67

TABEL 4.6 Hasil Pengamatan Siswa Siklus II…………………………………. 69

TABEL 4.7 Data Hasil Tes Formatif Siswa Siklus II…………………………… 71

TABEL 4.8 Hasil Ketuntasan Belajar Siklus I…………………………………... 73

TABEL 4.9 Hasil Ketuntasan Belajar Siswa pada Siklus II…………………….. 74

TABEL 4.10 Data Peningkatan Jumlah siswa yang mencapai KKM Per Siklus…. 75

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Daftar Peserta Didik Kelas V SDN Windusari 2……… 80

Lampiran II Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I…… 81

Lampiran III Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II….. 91

Lampiran IV Teks Drama Siklus I……………………………………. 97

Lampiran V Teks Drama Siklus II…………………………………... 101

Lampiran VI Hasil Tes Formatif Siklus I…………………………….. 103

Lampiran VII Hasil Tes Formatif Siklus II …………………………… 105

Lampiran VIII Hasil Wawancara Wali Kelas V………………………... 107

Lampiran IX Surat Ijin Penelitian……………………………………. 108

Lampiran X Surat Keterangan Penelitian………………………….... 109

Lampiran XI Lembar Konsultasi……………………………………… 110

Lampiran XII Laporan SKK …………………………………………… 112

Lampiran XIII Daftar Riwayat Hidup…………………………………... 116

Lampiran XIV Foto-foto…………………………………………………. 117

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa Indonesia adalah kajian mata pelajaran yang membahas tata

bahasa dan merupakan bahasa kedua setelah bahasa ibu. Bahasa Indonesia

telah diajarkan sejak masa anak-anak. Bahasa sendiri bukan sebagai suatu

ilmu tetapi sebagai suatu keterampilan sehingga penggunaan strategi

pembelajaran yang tepat perlu untuk dikembangkan dan dilakukan dengan

sebaik mungkin agar tercapai tujuan dengan maksimal. Didalam mata

pelajaran bahasa Indonesia, ada macam-macam keterampilan yang harus

dikuasai oleh siswa antara lain keterampilan mendengarkan (menyimak),

keterampilan berbicara, keterampilan membaca dan keterampilan menulis.

Bahasa Indonesia sangat luas dalam kajiannya, sehingga dalam mengkaji

bahasa perlu adanya minat yang besar dan keinginan yang sungguh-sungguh

untuk mempelajarinya. Oleh sebab itu, pembelajaran yang baik sudah menjadi

tanggung jawab untuk pengajar.

Pembelajaran bahasa yang baik akan mendorong hasil belajar siswa

dapat meningkat secara signifikan. Untuk mencapai semua itu, diperlukan

teknik-teknik yang dapat mendorong pencapaian tujuan pendidikan tersebut.

Adanya ketidakmampuan seorang guru dalam penggunaan metode maupun

strategi pembelajaran yang aktif dalam sebuah kegiatan belajar mengajar akan

1
membuat pembelajaran cenderung membosankan yang nanti pada akhirnya

berpengaruh pada hasil belajar siswa menjadi kurang maksimal dan

mengecewakan. Misalnya dalam pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya

materi drama, kurang diminati oleh siswa khususnya di Sekolah Dasar. Dalam

permasalahan ini telah menunjukkan bahwa dalam mata pelajaran bahasa

Indonesia khususnya materi drama masih sering dijadikan mata pelajaran

yang berupa hafalan-hafalan yang bersifat teoritis tanpa adanya suatu praktik

melakukan percakapan maupun dialog.

Materi drama, terutama dalam kegiatan praktiknya masih banyak

siswa yang belum menguasai dan belum bisa untuk memerankan seorang

tokoh dalam suatu percakapan maupun dialog. Drama adalah dialog yang

dipentaskan. Drama tidak sama dengan dialog biasa. Drama adalah salah satu

apresiasi sastra yang isinya tentang hidup dan kehidupan, dan disajikan atau

dipertunjukkan dalam bentuk gerak. Selain itu, drama juga bisa diartikan

sebagai suatu cerita yang dipentaskan diatas panggung (Supriyadi, 2006

dalam buku pembelajaran sastra yang apresiatif dan integrative di SD).

Menurut Sir John Pollock (1958) bahwa drama adalah “a play as a work of

art composed of work spoken, or motion performed, by imagined characters

and having a subject, action, development, climax, and, conclusion”. Dengan

kata lain drama adalah sejumlah karya yang kemudian dipentaskan oleh

sebuah grup teater. Dalam kaitannya dengan drama banyak ahli yang

mengatakan bahwa drama yang baik harus selalu memperlihatkan adanya

2
konflik seperti dikatakan Hudson. Adanya konflik-konflik semacam ini

menjadi jelas bagi kita bahwa drama lazimnya akan memberikan kepada

pembaca maupun penontonnya ”perjalanan” cerita yang diwarnai oleh

konflik-konflik itu.

Berdasarkan survei awal yang dilakukan melalui wawancara dengan

guru dan pengamatan di kelas, masalah pembelajaran bahasa Indonesia

khususnya materi drama masih belum dipahami siswa dan masih banyak

mengalami kendala-kendala dalam kegiatan pelaksanaan pembelajarannya.

Dalam kegiatan belajar mengajar, guru hanya menggunakan metode ceramah

sehingga membuat siswa cenderung jenuh dan mengalami kebosanan yang

pada akhirnya tidak bisa mencapai tujuan pendidikan yang telah diharapkan.

Dan siswa tidak paham mengenai cerita dalam sebuah drama.

Data dokumen yang dimiliki guru, prestasi belajar bahasa Indonesia

masih dibawah KKM. Diduga faktor yang menyebabkan hasil belajar siswa

kurang baik adalah metode yang digunakan oleh guru kurang tepat dan

cenderung membosankan siswa, guru belum bisa membangkitkan semangat

siswa dalam mempelajari materi drama, media yang digunakan untuk latihan

drama masih kurang, seorang guru dalam menerangkan materi masih terlalu

cepat sehingga membuat siswa tidak dapat menguasai materi, strategi yang

digunakan guru juga masih belum tepat.

Salah satu alternatif pembelajaran drama adalah dengan menggunakan

Strategi Pembelajaran Role-Playing. Role-Playing adalah suatu aktivitas

3
pembelajaran yang terencana yang dirancang untuk mencapai tujuan-tujuan

pendidikan yang spesifik. Role-Playing adalah suatu tiruan yang bersifat

drama yang diperankan oleh 2 orang atau lebih dengan tokoh yang berbeda

dalam waktu dan kondisi tertentu. Role-Play dapat membuktikan diri sebagai

suatu media pendidikan yang ampuh, dimana saja terdapat peran-peran yang

dapat didefinisikan dengan jelas, yang memiliki interaksi yang mungkin

dieksplorasi dalam keadaan yang bersifat simulasi (skenario). Hasil dari

interaksi pembuat peran dengan skenario, individu-individu, atau teman lain

dalam kelas, atau kedua-duanya belajar sesuatu tentang seseorang, problem

dan situasi yang spesifik dari bidang studi tersebut (Van Ments, 1994).

Strategi Role-Playing adalah suatu strategi pembelajaran bermain peran yang

diharapkan dapat memberikan hasil yang baik dan positif bagi pembelajaran

bahasa Indonesia materi drama untuk peningkatan hasil belajar siswa Kelas V

SDN Windusari 2, Kecamatan Windusari, Kabupaten Magelang.

Berdasarkan hasil Observasi di SDN Windusari 2, Kecamatan

Windusari, Kabupaten Magelang pada pembelajaran bahasa Indonesia

khususnya materi drama pada kelas V, dalam kegiatan proses pembelajaran

umumnya masih menggunakan metode-metode klasik atau lama seperti

ceramah yang mengakibatkan pembelajaran berjalan tidak efektif dan efisien

sehingga berpengaruh pada hasil belajar siswa kedepannya. Pada

pembelajaran bahasa dengan materi drama, mayoritas siswa belum dapat

memahami dan mengerti berbagai karakter tokoh-tokoh yang ada dalam

4
sebuah dialog atau percakapan. Adapun KKM dari mata pelajaran bahasa

Indonesia materi drama ini adalah 75. Dan pada hasil pembelajaran

sebelumnya, mayoritas siswa masih berada jauh dalam ketuntasan belajar dan

baru mencapai sekitar 35%. Setelah peneliti mengamati kegiatan

pembelajaran bahasa Indonesia materi drama, penulis dapat memaparkan

berbagai permasalahan antara lain : Pemahaman tentang konsep masih

kurang, minat siswa dan penyerapan pada materi drama masih rendah.

Berdasarkan hasil telaah yang dilakukan melalui wawancara dan

pengamatan di kelas, penulis memberikan solusi yaitu dengan melakukan

kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia khususnya materi drama dengan

sebuah strategi pembelajaran Role-Playing yang termuat dalam sebuah judul

penelitian “Peningkatan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Materi Drama

melalui Strategi Pembelajaran Role-Playing Pada Siswa Kelas V SDN

Windusari 2, Kecamatan Windusari, Kabupaten Magelang Tahun Pelajaran

2015/2016”. Dengan digunakannya Strategi pembelajaran Role-Playing ini

tentunya akan memberikan manfaat bagi siswa dan dapat meningkatkan hasil

belajar siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia materi drama. Beberapa

manfaat yang diperoleh antara lain siswa dapat mengembangkan pemahaman

yang empatik, mendorong siswa untuk memanipulasi pengetahuan dalam cara

yang dinamik, menjadikan problem yang abstrak menjadi kongkrit, siswa

mampu mendemonstrasikan integrasi pengetahuannya dengan praktis dan

siswa mampu menerapkan pengetahuan pada pemecahan masalah. Untuk

5
dapat menerapkan strategi pembelajaran Role-Playing ini dengan baik, guru

harus menjelaskan dulu teknik-teknik metode ini dengan jelas kepada siswa

yang akan melaksanakan. Selanjutnya guru harus memilih dan menentukan

topik atau pokok pembahasan yang menyeluruh yang dapat dipraktekkan atau

di dramatisasikan oleh siswa. Melalui kegiatan latihan secara baik dan rutin,

kegiatan pementasan ini akan dapat dilakukan didalam kelas. Dengan cara

seperti ini, hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran Bahasa Indonesia

materi drama dapat meningkat.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian di atas, rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

Apakah penerapan Strategi Pembelajaran Role-Playing dapat meningkatkan

hasil belajar bahasa Indonesia pada siswa Kelas V SDN Windusari 2,

Kecamatan Windusari, Kabupaten Magelang Tahun Pelajaran 2015/ 2016?

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui apakah penerapan Strategi Pembelajaran Role-

Playing dapat meningkatkan hasil belajar siswa Kelas V SDN Windusari 2,

Kecamatan Windusari, Kabupaten Magelang Tahun Pelajaran 2015/2016.

6
D. Hipotesis Penelitian

Penerapan Strategi Pembelajaran Role-Playing dapat meningkatkan hasil

belajar bahasa Indonesia pada siswa Kelas V SDN Windusari 2, Kecamatan

Windusari, Kabupaten Magelang Tahun 2016.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat Teoritik

Sebagai acuan untuk pengembangan kajian ilmu bahasa Indonesia khususnya

dalam materi drama.

Manfaat Praktis

1. Sebagai upaya meningkatkan kualitas pelaksanaan proses kegiatan belajar

mengajar bahasa Indonesia di MI/SD.

2. Sebagai saran bagi guru MI untuk mengembangkan metode dan strategi

pembelajaran bahasa Indonesia yang efektif dan menyenangkan.

F. Definisi Operasional

1. Hasil Belajar

Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam

kompetensi, keterampilan, dan sikap. Menurut Skinner, dikutip Syah

(1999: 89), belajar adalah suatu adaptasi atau penyesuaian tingkah laku

yang bersifat progresif. Morgan dan kawan-kawan (1986), yang

7
menyatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif

tetap dan terjadi sebagai hasil latihan atau pengalaman.

Hasil belajar merupakan hasil nilai yang diperoleh siswa dari hasil

evaluasi setelah kegiatan pembelajaran. Hasil belajar yang utama adalah

pola tingkah laku yang bulat. Hasil-hasil belajar adalah pola-pola

perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi,

abilitas, dan keterampilan.

Ada 2 faktor yang yang mempengaruhi hasil belajar siswa antara lain :

a. Faktor dari Luar Siswa

Kualitas pembelajaran sangat berpengaruh untuk hasil belajar yang

akan dicapai siswa.

b. Faktor dari Dalam Siswa

Menyangkut kemampuan yang dimiliki siswa, motivasi belajar, minat

belajar, sikap, kondisi fisik, dan kondisi psikis.

Menurut Abin Syamsuddin, jenis hasil belajar ada 3 macam antara

lain yaitu :

1) Kognitif, berupa pengamatan atau perseptual, hafalan atau ingatan,

pengertian atau pemahaman, aplikasi atau penggunaan, analisis,

sintesis, dan evaluasi.

2) Afektif, berupa penerimaan, sambutan, penghargaan atau apresiasi,

internalisasi atau pendalaman, dan karakterisasi atau pendalaman.

8
3) Psikomotorik, berupa keterampilan bergerak atau bertindak dan

keterampilan ekspresi verbal dan non verbal.

Pada pembelajaran bahasa dengan materi drama, mayoritas peserta

didik belum dapat memahami dan mengerti berbagai karakter tokoh-tokoh

yang ada dalam sebuah dialog atau percakapan. Hasil pembelajaran

sebelumnya, mayoritas siswa masih berada jauh dalam ketuntasan belajar.

2. Bahasa Indonesia

Menurut Resmini, dkk (2009:35) dalam Ashari (2014: 15) Bahasa

adalah salah satu alat komunikasi manusia, melalui bahasa manusia dapat

saling berkomunikasi satu sama lain untuk bertukar pengalaman guna

meningkatkan intelektualitas masing-masing. Bahasa Indonesia

merupakan sebuah bahasa pergaulan dan bahasa persatuan dalam

masyarakat, bahasa merupakan sebuah alat untuk berkomunikasi baik

secara lisan maupun tertulis yang dapat digunakan di berbagai lembaga

pendidikan.

3. Strategi Pembelajaran Role-Playing

Role-Playing adalah suatu aktivitas pembelajaran yang terencana yang

dirancang untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang spesifik. Role-

Playing adalah suatu tiruan yang bersifat drama yang diperankan oleh 2

orang atau lebih dengan tokoh yang berbeda dalam waktu dan kondisi

tertentu.

9
Role-Play dapat membuktikan diri sebagai suatu media pendidikan

yang ampuh, dimana saja terdapat peran-peran yang dapat didefinisikan

dengan jelas, yang memiliki interaksi yang mungkin dieksplorasi dalam

keadaan yang bersifat simulasi (skenario). Hasil dari interaksi pembuat

peran dengan skenario, individu-individu, atau teman lain dalam kelas,

atau kedua-duanya belajar sesuatu tentang seseorang, problem dan situasi

yang spesifik dari bidang studi tersebut (Van Ments, 1994).

G. Metode Penelitian

1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Penelitian ini

merupakan PTK kolaboratif yaitu peneliti bekerjasama dengan guru di

kelas. Penelitian Tindakan Kelas adalah Penelitian yang mengangkat

masalah-masalah aktual yang dilakukan oleh para guru yang merupakan

pencermatan kegiatan belajar yang berupa tindakan untuk memperbaiki

dan meningkatkan praktik pembelajaran di kelas secara lebih profesional .

Menurut Hopkins (1993) : PTK adalah suatu bentuk kajian yang

bersifat reflektif yang dilakukan oleh pelaku tindakan untuk meningkatkan

kemantapan rasional dari tindakan-tindakannya dalam melaksanakan tugas

dan memperdalam pemahaman terhadap kondisi dalam praktik

pembelajaran.

10
Ada beberapa alasan peneliti menggunakan penelitian tindakan kelas

antara lain :

a. PTK sangat kondusif untuk membuat guru menjadi peka dan tanggap

terhadap dinamika pembelajaran di kelasnya.

b. PTK dapat meningkatkan kinerja guru.

c. Guru mampu memperbaiki proses pembelajaran melalui suatu kajian

yang dalam terhadap apa yang terjadi di kelasnya.

2. Subjek Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan di Kelas

V SD Negeri Windusari 2, Kecamatan Windusari, Kabupaten Magelang

dengan jumlah siswa 28 anak. Jumlah siswa laki-laki adalah 15 anak dan

jumlah siswa perempuan adalah 13 anak pada semester genap tahun

pelajaran 2015/2016. Dan seorang guru yang bernama Bapak Pardimin.

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 3 mei 2016 untuk siklus I, dan pada

tanggal 10 mei 2016 untuk siklus II.

3. Langkah-langkah Penelitian

Langkah-langkah penelitian tindakan kelas menurut Arikunto dkk

(2010:16), menyebutkan bahwa ada beberapa ahli yang mengemukakan

model penelitian tindakan dengan bagan berbeda, namun secara garis

besar terdapat 4 tahapan yang lazim dilalui yaitu (1) perencanaan, (2)

pelaksanaan, (3) Pengamatan, (4) Refleksi

11
Gambar 1.1: Riset Aksi Model John Elliot

a. Perencanaan

Sebelum melakukan penelitian tindakan kelas, dibuat

perencanaan yang berupa persiapan-persiapan yang dibutuhkan dalam

proses belajar pembelajaran di dalam kelas dengan menggunakan

strategi pembelajarn role-playing, diantaranya :

1) Mengumpulkan data yang dibutuhkan dengan cara observasi dan

wawancara

2) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

3) Menyiapkan media yang digunakan dalam pembelajaran

4) Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati aktivitas

pembelajaran siswa

5) Menyiapkan lembar observasi kegiatan guru dalam melaksanakan

pembelajaran

6) Membuat soal evaluasi untuk siswa

12
b. Pelaksanaan

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini disesuaikan dari RPP

yang telah dibuat. Dalam tahap PTK terdapat 2 siklus yang akan

dilaksanakan pada awal bulan Mei tahun 2016. Pada tahap

pelaksanaan meliputi pelaksanaan belajar mengajar dengan

menggunakan strategi pembelajaran role-playing, evaluasi, observasi,

serta refleksi sebagai satu kesatuan proses belajar mengajar.

c. Pengamatan (Observasi)

Observasi bertujuan mengamati atau melihat langsung proses

belajar mengajar, serta mendokumentasikan hasil dari tindakan yang

dilakukan. Peneliti di sini akan mengamati guru untuk mengetahui

kesesuaian pelaksanaan tindakan dengan rencana tindakan yang telah

diterapkan dengan strategi pembelajaran role-playing dan kegiatan

siswa selama proses belajar mengajar untuk memperoleh hasil belajar.

Mengukur indikator ketercapaian, serta menganalisis dampak yang

timbul adanya strategi pembelajaran role-playing.

d. Refleksi

Refleksi adalah kegiatan mengulas hasil dari pelaksanaan dan

pengamatan selama proses belajar mengajar, bagaimanakah

penguasaan materi bahasa Indonesia pada siswa melalui strategi

pembelajaran role-playing ini. Guru dan peneliti dapat merefleksikan

diri mengenai tingkat keberhasilan dengan strategi pembelajaran role-

13
playing di kelas V SDN Windusari 2 dan sebagai patokan untuk

menentukan tindakan tahap siklus berikutnya. Jika pada hasil evaluasi

kurang memuaskan maka peneliti merancang untuk melanjutkan PTK

dengan siklus berikutnya.

4. Instrumen Penelitian

Dalam PTK ini penulis menggunakan beberapa instrumen bahan

pengumpul data berupa :

a. RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)

b. Lembar observasi untuk mengamati aktivitas guru dalam pembelajaran

dengan menggunakan strategi pembelajaran role-playing

c. Lembar observasi untuk mengamati aktivitas siswa dalam

pembelajaran

d. Instrumen wawancara guru untuk mengetahui permasalahan yang ada

pada mata pelajaran bahasa Indonesia materi drama

5. Pengumpulan Data

Data digunakan untuk menjawab masalah-masalah objek penelitian,

dan juga untuk merumuskan, dan menguji hipotesis. Peneliti

mengumpulkan informasi mengenai objek penelitian menggunakan

metode sebagai berikut :

a. Pengamatan atau Observasi

Penulis mengamati langsung maupun tidak langsung untuk

mengetahui sejauh mana adanya peningkatan kompetensi penguasaan

14
materi Bahasa Indonesia dengan adanya strategi pembelajaran role-

playing. Adanya gejala-gejala yang timbul setelah penerapan strategi

pembelajaran role-playing.

b. Wawancara

Penulis mengadakan wawancara terhadap guru mata pelajaran

bahasa Indonesia kelas V guna untuk mengetahui permasalahan yang

ada pada mata pelajaran bahasa Indonesia materi drama.

c. Melakukan Tes

Penulis menggunakan lembar tes yang dikerjakan oleh siswa.

Tes dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana hasil belajar siswa.

6. Analisis Data

Dalam teknik analisis data ini penulis mengolah hasil observasi,

wawancara, dan hasil evaluasi dengan mendiskripsikan kemudian

menganalisis dan menyimpulkannya. Jenis data yang di kumpulkan adalah

sebagai berikut:

Data kuantitatif yang diperoleh dari hasil tes diolah dengan menggunakan

deskripsi persentase. Nilai yang diperoleh siswa sama dengan tingkatan

kompetensi penguasaan materi dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia di

kelas V SDN Windusari 2. Nilai persentase dihitung dengan ketentuan

sebagai berikut (Djamarah, 2006: 225-226):


𝐹
P = 𝑁 𝑥 100

15
Keterangan

P = Nilai dalam Persen

f = frekuensi

N = Jumlah keseluruhan

Pengolahan hasil pada masing-masing siklus pada penelitian ini

menggunakan perhitungan rata-rata untuk mengetahui perubahan rata-rata dari

pra siklus, siklus I, sampai siklus II. Perhitungan rata-rata dihitung

menggunakan rumus (Djamarah, 2005:302)

∑𝑋
𝑀=
𝑁

Keterangan:

M = Mean (Nilai rata-rata)

∑𝑋 = Jumlah nilai total yang diperoleh dari hasil penjumlahan setiap

individu

N = Banyaknya individu

H. Sistematika Penulisan

Bagian muka skripsi yang memuat judul, persetujuan pembimbing,

persyaratan keaslian tulisan, motto, dan persembahan, kata pengantar, abstrak,

daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, dan daftar lampiran.

Bagian isi yang keseluruhan terdiri dari 5 bab dengan uraian sebagai berikut :

Bab I. Pendahuluan

16
Pada bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,

tujuan penelitian, hipotesis penelitian, manfaat penelitian, definisi

operasional, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II. Kajian Pustaka

Pada bab ini penulis mengemukakan landasan teori dari tiap-tiap variabel

penelitian.

Bab III. Pelaksanaan Penelitian

Pada bab ini berisi tentang gambaran umum SDN Windusari 2,

Kecamatan Windusari, Kabupaten Magelang dan pelaksanaan penelitian.

Bab IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Pada bab ini berisi hasil penelitian meliputi diskripsi per siklus dan

pembahasan.

Bab V. Kesimpulan dan Penutup

Pada bab ini terdiri dari kesimpulan dan saran.

17
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Hasil Belajar

1. Pengertian Hasil Belajar

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara etimologis belajar

memiliki arti berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Definisi ini

memiliki pengertian bahwa belajar adalah sebuah kegiatan untuk

mencapai kepandaian atau ilmu.

Ada beberapa pengertian belajar menurut para ahli, antara lain :

a. Menurut Hilgrad dan Bower (dalam Baharuddin, 2008: 13), belajar (to

learn) memiliki arti: 1) to gain knowledge, comprehension, or mastery

of through experience or study; 2) to fix in mind or memory;

memorize; 3) to acquire through experience; 4) to become in forme of

to find out. Menurut definisi tersebut, belajar mempunyai arti

memperoleh pengetahuan atau menguasai pengetahuan melalui

pengalaman, mengingat, menguasai pengalaman, dan mendapatkan

informasi atau menemukan. Dengan demikian, belajar memiliki arti

dasar adanya aktivitas atau kegiatan dan penguasaan tentang sesuatu.

b. Menurut Cronbach (dalam Baharuddin, 2008: 13), “Learning is shown

by change in behavior as result of experience”. Belajar yang terbaik

18
adalah melalui pengalaman. Dengan pengalaman tersebut pelajar

menggunakan seluruh panca indranya.

c. Menurut Spears (dalam Baharuddin, 2008: 13), “Learning is to

observe, to read, to imitate,to try something themselves, to listen, to

follow direction”.

d. Menurut Morgan dan kawan-kawan (dalam Baharuddin, 2008: 14)

menyatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif

tetap dan terjadi sebagai hasil latihan atau pengalaman. Pernyataan

Morgan dan kawan-kawan senada dengan apa yang dikemukakan para

ahli yang menyatakan bahwa belajar merupakan proses yang dapat

menyebabkan perubahan-perubahan tingkah laku disebabkan adanya

reaksi terhadap suatu situasi tertentu atau adanya proses internal yang

terjadi di dalam diri seseorang.

e. Menurut Woolfook (dalam Baharuddin, 2008: 14), “Learning occurs

when experience causes a relatively permanent change in an

individual’s knowledge or behavior”. Disengaja atau tidak, perubahan

yang terjadi melalui proses belajar ini bisa saja kearah yang lebih baik

atau malah sebaliknya, kearah yang salah. Yang jelas kualitas belajar

seseorang ditentukan oleh pengalamn-pengalaman yang diperolehnya

saat berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.

19
Para ahli pendidikan memandang bahwa belajar adalah proses

perubahan manusia ke arah tujuan yang lebih baik dan bermanfaat bagi

dirinya maupun orang lain.

Dari uraian di atas, hasil belajar merupakan hasil nilai yang diperoleh

siswa dari hasil evaluasi setelah kegiatan pembelajaran. Hasil belajar yang

utama adalah pola tingkah laku yang bulat. Hasil-hasil belajar adalah pola-

pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi,

abilitas, dan keterampilan.

2. Ciri-ciri Belajar

Dari beberapa pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan adanya

beberapa ciri belajar, yaitu:

a. Belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku (change

behavior). Ini berarti, bahwa hasil dari belajar hanya dapat diamati

dari tingkah laku, yaitu adanya perubahan tingkah laku dari tidak tahu

menjadi tahu, dari tidak terampil menjadi terampil. Tanpa mengamati

tingkah laku hasil belajar, kita tidak akan mengetahui ada tidaknya

hasil belajar.

b. Perubahan perilaku relatif permanen. Ini berarti, bahawa perubahan

tingkah laku yang terjadi karena belajar untuk waktu tertentuakan tetap

atau tidak berubah-ubah. Tetapi, perubahan tingkah laku tersebut tidak

akan terpancang seumur hidup.

20
c. Perubahan tingkah laku tidak harus segera dapat diamati pada saat

proses belajar sedang berlangsung, perubahan perilaku tersebut

bersifat potensial.

d. Perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan atau pengalaman.

e. Pengalaman atau latihan itu dapat member penguatan. Sesuatu yang

memperkuat itu akan memberikan semangat atau dorongan untuk

mengubah tingkah laku.

3. Jenis-jenis Belajar

a. Klasifikasi Engkoswara

Menurut Engkoswara (dalam Tabrani Rusyan, 1989: 10), tujuan

proses belajar dinyatakan dalam bentuk perilaku yang secara

sistematis digolongkan sebagai berikut:

1) Perilaku kognitif, yaitu perilaku yang menyangkut masalah

pengetahuan, informasi, dan masalah kecakapan intelektual.

Pengelompokkan secara kognitif ini melalui 6 tingkat kegiatan

secara intelektual:

a) Pengetahuan siap yang dapat segera muncul bila diperlukan.

b) Komprehensif dalam penafsiran informasi.

c) Mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh.

d) Menganalisis dalam arti menguraikan pengetahuan yang

diperoleh ke dalam berbagai bagian.

21
e) Mengadakan sintesis antara berbagai pengetahuan untuk

menghasilkan suatu konsepsi atau pengetahuan baru.

f) Mengadakan evaluasi terhadap pengetahuan yang diperoleh

dengan menggunakan berbagai kriteria.

2) Perilaku afektif yang berupa sikap, nilai-nilai, dan apersepsi.

Perilaku afektif ini terdiri atas 5 tingkat:

a) Penerimaan, yaitu tingkat penarikan perhatian.

b) Respons, yaitu keinginan untuk mereaksi.

c) Penilaian untuk posisi tertentu.

d) Mengorganisasi dengan mengambil penyesuaian dari berbagai

alternatif yang ada.

e) Mengemukakan suatu pandangan atau pengambilan keputusan

sebagai integrasi dari suatu kepercayaan, ide, dan sikap

seseorang.

3) Perilaku psikomotor, terutama kelincahan tangan dan

koordinasinya. Perilaku ini dapat melalui 4 tingkatan :

a) Gerakan anggota badan seperti gerakan bahu dan kaki.

b) Gerakan yang benar-benar terkoordinasi secara rapi misalnya

antara gerak tangan dengan jari-jari tangan.

c) Komunikasi tanpa verbal, misalnya berupa ekspresi muka.

d) Perilaku berbahasa dalam arti peningkatan perilaku secara

halus, misalnya perilaku lemah lembut.

22
4. Prinsip-Prinsip Belajar

Menurut Soekamto dan Winataputra (dalam Baharuddin, 2008: 16),

ada beberapa prinsip-pinsip belajar antara lain:

a. Apapun yang dipelajari siswa, dialah yang harus belajar, bukan orang

lain. Untuk itu, siswa yang harus bertindak aktif.

b. Setiap siswa belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya.

c. Siswa akan dapat belajar dengan baik bila mendapat penguatan

langsung pada setiap langkah yang dilakukan selama proses belajar.

d. Penguasaan yang sempurna dari setiap langkah yang dilakukan siswa

akan membuat proses belajar lebih berarti.

e. Motivasi belajar siswa akan lebih meningkat apabila ia diberi

tanggung jawab dan kepercayaan penuh atas belajarnya.

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

dibedakan atas 2 kategori, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Kedua

faktor tesebut saling mempengaruhi dalam proses belajar individu

sehingga menentukan kualitas hasil belajar

a. Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam

individu dan dapat mempengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor

internal ini meliputi faktor fisiologis dan faktor psikologis.

23
1) Faktor Fisiologis

Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan

dengan kondisi fisik individu. Faktor-faktor ini dibedakan menjadi

dua macam yaitu:

a) Keadaan tonus jasmani

Keadaan tonus jasmani pada umumnya sangat memengaruhi

aktivitas belajar seseorang. Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan

memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar individu.

Oleh karena keadaan tonus jasmani sangat memengaruhi proses

belajar, maka perlu ada usaha untuk menjaga kesehatan jasmani,

seperti menjaga pola makan yang sehat dengan memerhatikan

nutrisi yang masuk ke dalam tubuh, rajin berolahraga agar tubuh

selalu bugar dan sehat, serta istirahat yang cukup dan sehat.

b) Fungsi jasmani/fisiologis

Selama proses belajar berlangsung, peran fungsi fisiologi pada

tubuh manusia sangat memengaruhi hasil belajar, terutama

pancaindra. Pancaindra yang berfungsi dengan baik akan

mempermudah aktivitas belajar dengan baik pula. Dalam proses

belajar, pancaindra merupakan pintu masuk bagi segala informasi

yang diterima dan ditangkap oleh manusia, sehingga manusia dapat

mengenal dunia luar. Pancaindra yang memiliki peran besar dalam

24
aktivitas belajar adalah mata dan telinga. Oleh karena itu, baik guru

maupun siswa perlu menjaga pancaindra dengan baik, baik secara

preventif maupun kuratif, dengan menyediakan sarana belajar yang

memenuhi persyaratan, memeriksakan kesehatan fungsi mata dan

telinga secara periodik, dan mengonsumsi makan yang bergizi.

2) Faktor Psikologis

Faktor-faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang

yang dapat mempengaruhi proses belajar. Beberapa faktor

psikologis yang utama mempengaruhi proses belajar adalah

kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap, dan bakat.

a) Kecerdasan atau inteligensi siswa

Pada umunya kecerdasan diartikan sebagai kemampuan

psiko-fisik dalam mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri

dengan lingkungan melalui cara yang tepat.Dengan demikian,

kecerdasan bukan hanya berkaitan dengan kualitas otak saja,

tetapi juga organ-organ tubuh yang lain.

Kecerdasan merupakan faktor psikologis yang paling

penting dalam proses belajar siswa, karena itu menentukan

kualitas belajar siswa. Sebagai faktor psikologis yang penting

dalam mencapai kesuksesan belajar, maka pengetahuan dan

pemahaman tentang kecerdasan perlu dimiliki oleh setiap calon

25
guru atau guru profesional, sehingga mereka dapat memahami

tingkat kecerdasan siswanya.

b) Motivasi

Motivasi adalah salah satu faktor yang memengaruhi

keefektifan kegiatan belajar siswa. Motivasilah yang

mendorong siswa ingin melakukan kegiatan belajar. Para

ahli psikologi mendefinisikan motivasi sebagai proses di

dalam diri individu yang aktif, mendorong, memberikan

arah, dan menjaga perilaku setiap saat (Baharuddin, 2008:

22).

Dari sudut sumbernya , motivasi dibagi menjadi dua,

yaitu: Motivasi Intrinsik adalah semua faktor yang berasal

dari dalam individu dan memberikan dorongan untuk

melakukan sesuatu. Dalam proses belajar, motivasi intrinsik

memiliki pengaruh yang lebih efektif karena motifasi

intrinsik relatif lebih lama dan tidak tergantung pada

motivasi dari luar. Motivasi ekstrinsik adalah faktor yang

dating dari luar diri individu tetapi memberi pengaruh

terhadap kemauan untuk belajar. Seperti pujian, peraturan,

tata tertib, teladan guru, orangtua, dan lain sebagainya.

Kurangnya respons dari lingkungan secara positif akan

memengaruhi semangat belajar seseorang menjadi rendah.

26
c) Minat

Secara sederhana, minat berarti kecenderungan

dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar

terhadap sesuatu. Lepas dari kepopulerannya, minat

sama halnya dengan kecerdasan dan motivasi, karena

memberi pengaruh terhadap aktivitas belajar, karena

jika seseorang tidak memiliki minat untuk belajar, ia

akan tidak bersemangat atau bahkan tidak mau belajar.

Oleh karena itu, dalam konteks belajar di kelas, seorang

guru perlu membangkitkan minat siswa agar tertarik

terhadap materi pelajaran yang akan dipelajarinya.

Untuk membangkitkan minat belajar siswa tersebut,

banyak cara yang bisa dilakukan antara lain: Membuat

materi yang akan dipelajari semenarik mungkin dan

tidak membosankan, baik dari bentuk buku materi,

desain pembelajaran yang membebaskan siswa untuk

mengeksplor apa yang dipelajari, melibatkan seluruh

domain belajar siswa (kognitif, afektif, psikomotorik)

sehingga siswa menjadi aktif, maupun performansi

guru dalam mengajar. Pemilihan jurusan atau bidang

studi. Dalam hal ini, alangkah baiknya jika jurusan atau

27
bidang studi dipilih sendiri oleh siswa sesuai dengan

minatnya.

d) Sikap

Dalam proses belajar, sikap individu dapat

memengaruhi keberhasilan proses belajarnya. Sikap

adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa

kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan

cara yang relatif tetap terhadap objek, orang, peristiwa

dan sebagainya baik secara positif maupun negatif

(Baharuddin, 2008: 25).

Sikap siswa dalam belajar dapat dipengaruhi

oleh perasaan senang atau tidak senang pada performan

guru, pelajaran, atau lingkungan sekitarnya. Dan untuk

mengantisipasi munculnya sikap yang negatif dalam

belajar, guru sebaiknya berusaha untuk menjadi guru

yang profesional dan bertanggung jawab terhadap

profesi yang dipilihnya. Dengan profesionalitas seorang

guru akan berusaha memberikan yang terbaik bagi

siswanya, berusaha mengembangkan kepribadian

sebagai seorang guru yang empatik, sabar, dan tulus

kepada muridnya, berusaha untuk menyajikan pelajaran

yang diampunya dengan baik dan menarik sehingga

28
membuat siswa dapat mengikuti pelajaran dengan

senang dan tidak menjemukan, meyakinkan siswa

bahwa bidang studi yang dipelajari bermanfaat bagi diri

siswa.

e) Bakat

Secara umum, bakat didefinisikan sebagai

kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk

mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang

(Syah, 2003). Berkaitan dengan belajar, Slavin (1994)

mendefinisikan bakat sebagai kemampuan umum yang

dimiliki seseorang siswa untuk belajar. Dengan

demikian, bakat adalah kemampuan seseorang yang

menjadi salah satu komponen yang diperlukan dalam

proses belajar seseorang. Apabila bakat seseorang

sesuai dengan bidang yang sedang dipelajarinya, maka

bakat itu akan mendukung proses belajarnya sehingga

kemungkinan besar ia akan berhasil.

Pada dasarnya, setiap orang mempunyai bakat atau

potensi untuk mencapai prestasi belajar sesuai dengan

kemampuannya masing-masing. Karena itu, bakat juga

diartikan sebagai kemampuan dasar individu untuk

melakukan tugas tertentu tanpa tergantung upaya

29
pendidikan dan latihan. Individu yang telah memiliki

bakat tertentu akan lebih mudah menyerap segala

informasi yang berhubungan dengan bakat yang

dimilikinya.

Karena belajar juga dipengaruhi oleh potensi yang

dimiliki setiap individu, maka para pendidik, orangtua,

dan guru perlu memerhatikan dan memahami bakat

yang dimiliki oleh anaknya atau peserta didiknya antara

lain dengan mendukung, ikut mengembangkan, dan

tidak memaksa anak untuk memilih jurusan yang tidak

sesuai dengan bakatnya.

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari luar

individu dan dapat memepengaruhi hasil belajar individu. Dalam hal

ini, Syah (2003) menjelaskan bahawa faktor-faktor eksternal yang

mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu

faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial.

1) Lingkungan sosial

a) Lingkungan sosial sekolah, seperti guru, administrasi, dan teman-

teman sekelas dapat mempengaruhi proses belajar seorang siswa.

Hubungan yang harmonis antara ketiganya dapat menjadi motivasi

bagi siswa untuk belajar lebih baik di sekolah. Perilaku yang

30
simpatik dan dapat menjadi teladan seorang guru atau administrasi

dapat menjadi pendorong bagi siswa untuk belajar.

b) Lingkungan sosial masyarakat. Kondisi lingkungan masyarakat

tempat tinggal siswa akan mempengaruhi belajar siswa.

Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran, dan anak

terlantar juga dapat mempengaruhi aktivitas belajar siswa, paling

tidak siswa kesulitan ketika memerlukan teman belajar, diskusi,

atau meminjam alat-alat belajar yang kebetulan belum dimilikinya.

c) Lingkungan sosial keluarga. Lingkungan ini sangat memengaruhi

kegiatan belajar. Ketegangan keluarga, sifat-sifat orangtua,

demografi keluarga (letak rumah), pengelolaan keluarga, semuanya

dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar siswa. Hubungan

antara keluarga, orangtua, anak, kakak, atau adik yang harmonis

akan membantu siswa melakukan aktivitas belajar dengan baik.

2) Lingkungan nonsosial

a) Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar, tidak panas

dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silau atau kuat, atau tidak

terlalu lemah atau gelap, suasana yang sejuk dan tenang.

Lingkungan alamiah tersebut merupakan faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi aktivitas belajar siswa. Sebaliknya, bila kondisi

lingkungan alam tidak mendukung, maka proses belajar siswa akan

terhambat.

31
b) Faktor instrumental, yaitu perangkat belajar yang dapat

digolongkan dua macam. Pertama , hardware, seperti gedung

sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar, lapangan olahraga dan

sebagainya. Kedua, software, seperti kurikulum sekolah, peraturan-

peraturan sekolah, buku panduan, silabi, dan lain sebagainya.

c) Faktor materi pelajaran. Faktor ini hendaknya disesuaikan dengan

usia perkembangan siswa, begitu juga dengan metode mengajar

guru, disesuaikan dengan kondisi perkembangan siswa.Karena itu,

agar gurudapat memberikan kontribusi yang positif terhadap

aktivitas belajar siswa, maka guru harus menguasai materi pelajaran

dan berbagai metode mengajar yang dapat diterapkan sesuai dengan

kondisi siswa.

B. Bahasa Indonesia Materi Drama

1. Bahasa Indonesia

a. Pengertian Bahasa Indonesia

Menurut Resmini, dkk (2009:35) dalam Ashari (2014: 15)

Bahasa adalah salah satu alat komunikasi manusia, melalui bahasa

manusia dapat saling berkomunikasi satu sama lain untuk bertukar

pengalaman guna meningkatkan intelektualitas masing-masing.

Bahasa Indonesia merupakan sebuah bahasa pergaulan dan bahasa

persatuan dalam masyarakat, bahasa merupakan sebuah alat untuk

32
berkomunikasi baik secara lisan maupun tertulis yang dapat digunakan

di berbagai lembaga pendidikan.

b. Aspek Bahasa Indonesia

Sesuai dengan kurikulum KTSP, pembelajaran bahasa Indonesia

pada jenjang SD/MI mencakup komponen kemampuan berbahasa dan

kemampuan bersastra meliputi 4 aspek:

1) Mendengarkan: mendengarkan bunyi, suara, bunyi bahasa, lagu,

kaset, pesan, penjelasan, laporan ceramah, narasumber, dialog atau

percakapan, perintah, pengumuman, mendengarkan hasil karya

sastra (dongeng, cerita anak, cerita rakyat, cerita binatang, puisi,

syair lagu, pantun, dan menonton drama), berita, petunjuk, dan

pengumuman.

2) Berbicara: mengungkapkan perasaan, gagasan, menyampaikan

sambutan, dialog, pesan, pengalaman, bercerita tentang berbagai

topik, menceritakan gambar, pengalaman, peristiwa, tokoh,

kegemaran, tata tertib, petunjuk, laporan, berekspresi tentang

sastra, mendongeng, puisi, syair lagu, berpantun, drama anak.

3) Membaca: membaca permulaan, membaca huruf, suku kata, kata,

kalimat, berbagai teks bacaan sederhana, membaca lanjut,

membaca denah, petunjuk, tata tertib, pengumuman, kamus,

ensiklopedia, berbagai teks iptek, cerita rakyat, dongeng, drama,

33
dan lainnya. Diarahkan pada kegemaran menumbuhkembangkan

budaya membaca.

4) Menulis: menulis permulaan, sejalan dengan materi bacaan

permulaan.

5) Menulis Lanjut: menulis karangan naratif, nonnaratif, dengan

memperhatikan penggunaan ejaan dan tanda baca. Dalam menulis

diarahkan agar menumbuhkembangkan kompetensi menulis.

c. Tujuan Bahasa Indonesia

Tujuan dan fungsi pembelajaran Bahasa Indonesia adalah

merupakan alat penting untuk mencapai tujuan Pendidikan Nasional

antara lain (www.sekolahdasar.net/2012/04/tujuan-dan-fungsi-

pembelajaran-bahasa.html?m=1 di akses tanggal 28 juli 2016):

1) Menanamkan, memupuk, dan mengembangkan perasaan satu nusa,

satu bangsa, dan satu bahasa.

2) Memupuk dan mengembangkan kecakapan berbahasa Indonesia

lisan dan tulisan

3) Memupuk dan mengembangkan kecakapan berfikir dinamis,

rasional, dan praktis.)

d. SK-KD Bahasa Indonesia

Dalam Silabus kelas V Bahasa Indonesia SD/MI Departemen

Pendidikan Nasional terdapat standar kompetensi untuk mata pelajaran

Bahasa Indonesia. Standar kompetensi yaitu kompetensi yang harus

34
dikuasai oleh siswa setelah melalui proses pembelajaran. Kompetensi

dasar adalah kemampuan minimal pada tiap mata pelajaran yang harus

dicapai siswa. Standar kompetensi dan kompetensi dasar bahasa

Indonesia untuk kelas V SD/MI adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Bahasa Indonesia

Kelas V Tahun Pelajaran 2015/2016

No SK KD

1. 6. Mengungkapkan pikiran 6.1 Mengomentari persoalan


dan perasaan secara lisan faktual disertai alasan yang
dalam diskusi dan bermain mendukung dengan
drama memperhatikan pilihan late
dan santun berbahasa
6.2 Memerankan tokoh drama
dengan lafal, intonasi, dan
ekspresi yang tepat

2. Materi Drama

Drama adalah dialog yang dipentaskan. Drama adalah pertunjukan dan

adanya lakon yang dibawakan dalam pertunjukan itu.Atau lakon itu

sendiri yang karena strukturnya disebut drama (Brahim dalam Sutawijaya

dan Rumini, 1996). Pengertian tersebut jelas menandakan bahwa drama

35
berarti pertunjukan. Memang dalam kesusastraan, drama diartikan sebagai

naskah.

Drama sebagai naskah dekat sekali dengan fiksi (Damono, 1983).Pada

drama terdapat unsur alur, tema, latar, penokohan, dan konflik.

Perbedaannya dalam drama terdapat:

a. Wawancang dan kramagung

Wawancang merupakan percakapan, sedangkan kramagung

merupakan perintah atau petunjuk untuk berbuat (biasanya ditulis

dalam tanda kurung).

b. Babak dan adegan

Berdasar kepada pengertian tersebut sebetulnya drama ditulis bukan

untuk dibaca melainkan untuk diperankan. Namun, untuk dapat

memerankan para tokoh, tentunya harus melalui proses membaca.

Kegiatan membaca drama akan melibatkan unsur-unsur drama, yakni

alur, penokohan, dialog, tema, konflik, klimaks, bentuk, dan gaya.

Selanjutnya bahasan akan berkenaan dengan masalah unsur-unsur

drama. Unsur yang dimaksud adalah:

1) Alur adalah struktur gerak yang terdapat dalam fiksi atau drama.

(Sajiman: 1990) mengatakan bahwa alur adalah rangkaian

peristiwa yang direka dan dijadikan dengan saksama sehingga

menggerakkan jalan cerita melalui rumitan kearah klimaks atau

penyelesaian.

36
2) Penokohan dalam akan tampak jelas dalam dialog. Untuk menjadi

dramawan yang baik, maka dramawan harus dapat memotret para

pelaku dengan jelas dan tepat.

3) Dialog harus mencerminkan segala yang terjadi selama permainan,

selama pementasan harus mencerminkan pikiran dan perasaan para

tokoh yang berperan. Bahkan supaya menarik dramawan harus

dapat berbuat lebih banyak dan lebih baik. Selain itu, dialog harus

bernilai lebih jika dibandingkan dengan percakapan sehari-hari.

Drama tidak sama dengan dialog biasa. Dalam drama tuntutan tingkah

laku pemain disertakan atau ditulis dengan tulisan yang ada di dalam kurung.

Langkah-langkah mementaskan drama sebagai berikut :

a) Menentukan atau menyiapkan teks drama

b) Menentukan pemain yang akan memerankan tokoh.

Beberapa hal yang harus diperhatikan pada saat membaca dialog dalam

naskah drama :

1. Lafal

Pelafalan atau pengucapan harus jelas.

2. Intonasi

Intonasi disebut juga lagu kalimat. Dalam membacakan dialog,

intonasi harus tepat. Misalnya, untuk menyampaikan pertanyaan, nada

akhir harus naik.

37
3. Jeda

Jeda disebut juga perhentian. Dalam membaca, penempatan jeda harus

tepat. Jika salah menempatkan jeda, maksud kalimat akan salah.

4. Volume Suara

Suara harus dapat diterima pendengar dengan jelas. Namun, tidak

perlu terlalu keras.

5. Mimik dan anggota gerak tubuh

Mimik merupakan ekspresi wajah ketika sedang berbicara. Mimik dan

gerak anggota tubuh misalnya, tangan, bahu, dan kepala sangat membantu

dalam berdialog. Dialog akan lebih hidup jika disampaikan dengan penuh

ekspresi disertai gerak yang wajar, sesuai dengan makna kaliamat yang

akan disampaiakan.

Beberapa langkah yang harus diperhatikan dalam memerankan tokoh drama :

1. Membaca dialog dalam naskah drama

Dalam membaca dialog tersebut diperlukan penghayatan watak atau

karakter tokoh. Kamu juga harus memahami seluruh isi naskah.

2. Akting

Akting adalah gerakan-gerakan yang dilakukan pemain sebagai wujud

penghayatan atas peran yang dilakukan. Akting harus sesuai dengan watak

tokoh yang diperankan dan suasana (latar).

38
3. Blocking atau penguasaan panggung

Blocking adalah perpindahan dari tempat yang satu ketempat yang lain

agar penampilan tidak monoton atau menjemukan.

Berbeda dengan bentuk lain, drama ditulis pengarang bukan untuk

dibaca, tetapi untuk dipertunjukkan. Drama memiliki unsur plot dan

karakter serta pendayagunaan bahasa seperti kalau halnya karya fiksi.

Selain itu drama baru lengkap fungsinya kalu dipertunjukkan oleh para

aktor Semua peristiwa atau kejadian dalam drama hanya dapat

disampaikan oleh pengarangnya melalui dialog dan keterangan pendek.

Dalam drama pengalaman yang diungkapkan oleh pengarang dapat

langsung diterima oleh seluruh indra penontonnya. Penonton dapat diajak

pengarangnya seolah-olah benar-benar merasakan semua peristiwa yang

disampaikan, walaupun hanya di atas panggung dan didasarkan pada

naskah yang diatur. Drama tergolong genre sastra karena ditulis dengan

bahasa yang memikat dan mengesankan.

Kegiatan pembelajaran drama yang bersifat ekspresif dapat ditempuh

langkah-langkah sebagai berikut:

1. Siswa diberi naskah drama yang baik untuk dibaca. Lazimnya, disertai

dengan beberapa petunjuk yang berkenaan dengan segala hal harus

diperhatikan ketika siswa melakukan pembacaan naskah. Misalnya, siapa

para pelaku dalam drama itu, di mana dan kapan terjadinya peristiwa

dalam drama itu, peristiwa apa yang digambarkan dalam drama itu, apa

39
yang menyebabkan suatu peristiwa terjadi, dan bagaimana watak setiap

pelaku.

2. Siswa diajak berdiskusi. Tahap ini adalah tahap yang penting untuk

meningkatkan kepekaan historis anak. Diskusi ini dapat dilingkup dalam

jenis-jenis pertanyaan yang berkaitan dengan directanalogy, yaitu tentang

keterlibatan individu dengan individu atau benda. Misalnya, dengan

pertanyaan “Bagaimana bila kamu mengalami peristiwa yang dialami

tokoh itu?” kemudian dengan jelas pertanyaan yang berkaitan dengan

personal analogy, yaitu untuk membandingkan konsep sederhana,

misalnya dengan pertanyaan “Bagaimana bila kamu sendiri sebagai tokoh

tersebut?”. Dan tahap terakhir diskusi berkaitan dengan compressed

conflict atau konflik keadaan sebagai kegiatan mempertentangkan

pandangan yang berbeda untuk memberikan wawasan yang luas terhadap

suatu objek, misalnya melalui pertanyan “Apa yang akan kamu perbuat

bila akhirnya tokoh tersebut mengalami kegagalan?”. Kemudian siswa

dapat mementaskannya di depan kelas. Tentunya pementasan ini sesuai

dengan penghayatan yang telah diperoleh siswa.

C. Strategi Pembelajaran Role-Playing

1. Pengertian Role-Playing

Role-Playing adalah suatu aktivitas pembelajaran terencana yang

dirancang untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang spesifik. Role-

40
Playing adalah suatu tiruan yang bersifat drama yang diperankan oleh 2

orang atau lebih dengan tokoh yang berbeda dalam waktu dan kondisi

tertentu.Role-play berdasar pada 3 aspek utama dari pengalaman peran

dalam kehidupan sehari-hari :

a. Mengambil peran (Role-taking), yaitu tekanan ekspektasi-ekspetasi

sosial terhadap pemegang peran.

b. Membuat peran (Role-making), yaitu kemampuan pemegang peran

untuk berubah (Role-negotiation), secara dramatis dari satu peran ke

peran yang lain dan menciptakan serta memodifikasi peran sewaktu-

waktu diperlukan (Roberts, 1991).

c. Tawar menawar peran yaitu tingkat dimana peran-peran

dinegoisasikan dengan pemegang peran yang lain dalam parameter

dan hambatan interaksi sosial.

2. Alasan Role-Playing digunakan

Role-Play dapat membuktikan diri sebagai suatu media pendidikan

yang ampuh, dimana saja terdapat peran-peran yang dapat didefinisikan

dengan jelas, yang memiliki interaksi yang mungkin dieksplorasi dalam

keadaan yang bersifat simulasi (skenario). Hasil dari interaksi pembuat

peran dengan skenario, individu-individu, atau teman lain dalam kelas,

atau kedua-duanya belajar sesuatu tentang seseorang, problem dan situasi

yang spesifik dari bidang studi tersebut (Van Ments, 1994).

41
3. Organisasi Role-Playing

Sebagian besar role-play cenderung dibagi pada tiga fase yang berbeda

yaitu:

a. Perencanaan dan persiapan

Perencanaan yang hati-hati adalah kunci sukses dalam role-play.

Berikut ini adalah daftar beberapa hal yang harus dipertimbangkan oleh

guru sebelum masuk kelas dan memulai role-play (COIC 1985) :

1) Mengenal peserta didik

Ada beberapa pertimbangan antara lain jumlah peserta didik,

apa yang diketahui peserta didik tentang materi, pengalaman terdahulu

tentang role-play, kelompok umur, latar belakang peserta, minat dan

kemampuan serta kemampuan peserta didik untuk berkolaborasi.

2) Menentukan tujuan pembelajaran

Sewaktu-waktu ada tujuan yang tentatif, atau berbeda dengan

tujuan yang telah dicanangkan, akan tetapi tujuan yang ditulis masih

tetap diperlukan agar memiliki fokus kerja yang jelas dan tujuan-

tujuan tersebut harus eksplisit bagi peserta didik sejak awal.

3) Kapan menggunakan role-play

Role-play adalah media pembelajaran aktif, maka sangat

penting bahwa problem atau fokus yang akan dikerjakan membawa

pada eksplorasi yang bersifat praktis.

42
4) Pendekatan role-play

Ada 3 pendekatan yang umum terdapat dalam role-play :

a) Role-Play Sederhana (simple role-play)

Role-play tipe ini membutuhkan sedikit persiapan dan cocok

untuk satu sesi umum yang berisi metode mengajar lainnya. Suatu

ciri pokok dari pendekatan ini bahwa semua pasangan peserta

didik akan mengerjakan tugasnya dalam waktu yang sama.

b) Role-play (sebagai) latihan (role-play exercises)

Role-play tipe ini merupakan role-play berbasis keterampilan

dan menuntut suatu persiapan. Peserta akan membutuhkan sejumlah

informasi atau latar belakang faktual sebelum memasuki role-

play.Tipe ini biasanya melibatkan pendekatan “bagaimana caranya”

(how to).Peserta membutuhkan sejumlah waktu untuk membayangkan

dirinya ke dalam situasi tersebut.

c) Role-play yang diperpanjang (extended role-play)

Di sini peserta membutuhkan baik briefing tentang problem

atau skenario serta briefing tentang peran mereka sendiri.Peserta didik

mungkin mengandaikan peran komunitas dan atau peran professional.

Waktu pelaksanaan yang sesungguhnya dari sesi role-play yang

diperpanjang ini dapat berkisar dari satu jam sampai sehari penuh atau

lebih lama lagi.

43
5) Mengidentifikasi skenario

Pilihan skenario akan tergantung pada minat, fokus materi,

serta pengalaman guru dan peserta didik.

6) Menempatkan peran

Pilihan peran akan tergantung pada problem yang akan

disoroti.

7) Pengajar berpartisipasi sebagai pemeran dan atau mengamati saja

Guru harus membuat keputusan apakah ia akan mengandaikan

suatu peran tertentu (hanya partisipan), mengatur jalannya pemeran

(hanya pengamat), dan mengamati atau kombinasi dari dua pendekatan

tadi.

8) Mempertimbangkan hambatan yang bersifat fisik

Piranti yang bersifat fisik antara lain : apakah ruangan cukup

luas, apakah kusi dan mejanya bisa dipindah dan lain sebagainya.

Semua harus dipertimbangkan dan dicari jalan untuk mengatasinya.

9) Merencanakan waktu yang baik

Role-play bisa berlangsung antara 5 menit untuk yang

sederhana sampai satu hari atau lebih. Akibatnya semuanya menuntut

jumlah waktu untuk persiapan yang berbeda. Dianjurkan bahwa

pengalokasian waktu bagi diskusi pendahuluan, pemeranan, dan

refleksi adalah 1 : 2 : 3.

44
10) Mengumpulkan sumber informasi yang relevan

Setelah memutuskan tujuan sesi role-play, guru dan pesrta

didik mungkin perlu meneliti informasi-informasi yang dapat

membawa mereka pada problem yang dibahas serta memberi

kontribusi pada skenario yang telah digariskan.

b. Interaksi

Berikut ini adalah langkah-langkah mengimplementasikan

rencana ke dalam aksi :

1) Membangun aturan dasar

2) Mengeksplisitkan tujuan pembelajaran

3) Membuat langkah-langkah yang jelas

4) Mengurangi ketakutan tampil di depan public

5) Menggambarkan skenario atau situasi

6) Mengalokasikan peran

7) Memberi informasi yang cukup

8) Menjelaskan peran pengajar dalam role-play

9) Memulai role-play secara bertahap

10) Menghentikan role-play dan memulai kembali jika perlu

11) Bertindak sebagai pengatur waktu

c. Refleksi dan evaluasi

Tahap yang terakhir ini dalam proses role-play sering

dinamakan “debriefing” mengikuti istilah yang biasa digunakan

45
dalam militer (Van Ments, 1994). 6 langkah sederhana dalam

refleksi atau evaluasi adalah sebagai berikut:

1. Membawa peserta didik keluar dari peran yang dimainkannya.

2. Meminta peserta didik secara individual mengekspresikan

pengalaman belajarnya.

3. Mengkonsolidasikan ide-ide.

4. Memfasilitasi suatu analisis kelompok.

5. Memberi kesempatan untuk melakukan evaluasi.

6. Menyusun agenda untuk masa depan.

46
BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Gambaran Situasi Umum SDN Windusari 2

1. Lokasi Penelitian

Tempat Penelitian : SDN Windusari 2

Alamat Penelitian : Jl. Lettu Subandi No.3 Windusari Magelang

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Materi Pokok : Bermain Drama

Kelas/Semester : V/II

2. Visi dan Misi SDN Windusari 2

Visi :

Terdepan dalam prestasi dan teladan dalam akhlak mulia.

Misi :

a. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara aktif, kreatif,

efektif, dan menyenangkan sehingga seluruh siswa dapat berkembang

secara optimal sesuai dengan bakat dan potensinya.

b. Membimbing siswa untuk melaksanakan ajaran agama di sekolah,

rumah, dan di lingkungan masyarakat serta membentuk setiap siswa

untuk mengenali potensi dirinya sehingga dapat dikembangkan secara

optimal.

47
c. Menumbuhkembangkan semangat “keunggulan” untuk meraih prestasi

secara intensif pada seluruh warga sekolah.

d. Menerapkan manajemen partisipasi dengan melibatkan seluruh warga

sekolah dan komite serta stake holder.

e. Meningkatkan disiplin warga sekolah dan menumbuhkembangkan

semangat rasa cinta bangsa dan negara.

f. Mengembangkan jiwa seni dan budaya serta kesetiakawanan.

g. Menumbuhkembangkan rasa cinta kebersihan, keindahan, keamanan,

kesehatan, kekeluargaan, kesopanan, kejujuran, kebersamaan, dan

suasana demokratis.

3. Keadaan Guru SDN Windusari 2

Guru SDN Windusari 2 berjumlah 14 orang. Tenaga pengajarnya

mencukupi tetapi masih ada dari beberapa guru yang masih menempuh

pendidikan dalam bangku kuliah. Untuk lebih jelasnya mengenai data

guru SDN Windusari 2 dapat dilihat pada tabel 3.1

Tabel 3.1 Keadaan guru SDN Windusari 2

NO NAMA L/P Ijazah Jabatan

1. Budi Sutaryanti, S.Pd P S1 B.INDONESIA Kepala Sekolah

2. Pardimin, S.Pd.SD L S1 PGSD Guru Kelas V

3. Endang S, S.Pd.SD P S1 PGSD Guru Kelas I

4. Susilowati, S.Pd.SD P S1 PGSD Guru Kelas III

48
5. Budi Sutrisno, S.Pd L S1 PENJASOR Guru Mapel PJOK

6. Sarwono, S.Ma.Pd L D2 PGSD Guru Kelas VI

7. Yulia M P, S.Pd.SD P S1 PGSD Guru Kelas IV

8. Aminatuz Z, S.Pd.SD P S1 PGSD Guru Kelas II

9. Erlin Widiyanti P SMK Perkantoran Guru Mapel B.Inggris

10. Sri Lestari, S.Pd P S1 PGSD Pengadministrasi Umum

11. Triyadi L SMA Penjaga Sekolah

12. Suratun P MAN Penjaga Sekolah

B. Subjek Penelitian

Siswa kelas V SDN Windusari 2 berjumlah 28 anak. Terdiri dari 15

laki-laki dan 13 perempuan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.2.

Tabel 3.2 keadaan siswa Kelas V SDN Windusari 2

NO NAMA L/P

1. Irbad M. Rauf L

2. Nita Wulandari P

3. Satrio Tangguh. W L

4. Adi Galih M L

5. Ani Nisfu Laili P

6. Eko Saputro L

7. Latifah Putri P

49
8. Abid Oktaf B L

9. Ahmad Mahfudz L

10. Arbi Fatih AF L

11. Aviaha Mulyahi P

12. Azka Al Fatih L

13. Duwi Anisa P

14. Farkhatul M P

15. Ferry Ariq L

16. Ida Sri Rahayu P

17. Jihan Adzroo P

18. Jihan Zaqiyah P

19. M. Daffa Rays L

20. M. Wahyu Aji L

21. Mufida Noor P

22. Selvi Noviyanti P

23. Shokhihu Zuha P

24. Yoga Widiantoro L

25. Amru Yaminga L

26. Latifah Elvina P

27. Deka Rendi Arta L

28. Hafidz Tri P L

50
C. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia

Semester 2 tahun pelajaran 2015/2016. Penelitian dilaksanakan dua kali

tahapan yaitu dua kali siklus. Penelitian tersebut menggunakan jam mata

pelajaran bahasa Indonesia sesuai dengan jadwal pelajaran bahasa Indonesia

kelas V SDN Windusari 2.

Waktu Pelaksanaan :

1. Kegiatan Siklus I, tanggal 3 mei 2016

2. Kegiatan Siklus II, tanggal 10 mei 2016

D. Kondisi Awal (Pra Siklus)

Dari hasil penelitian pra siklus yang diambil dari nilai harian siswa,

masih terdapat beberapa siswa yang kesulitan dalam pembelajaran Bahasa

Indonesia khususnya pada materi drama. Dari 28 siswa di kelas V ada 10

siswa yang memenuhi standar kriteria minimal (KKM), sedangkan hampir

sebagian yang tidak memenuhi standar kriteria minimal. Artinya siswa masih

mengalami kesulitan dalam pembelajaran, sehingga perlu untuk memperbaiki

keadaan tersebut.

Guru masih harus meningkatkan pembelajaran agar semua siswa

mendapat hasil nilai yang memuaskan. Guru harus bisa membuat siswa

nyaman dalam pembelajaran karena itu mempengaruhi hasil belajar mereka,

guru juga harus mampu meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi

drama. Dengan siswa mudah memahami materi, siswa akan mendapat hasil

51
nilai yang baik. Hasil belajar siswa ini belum mencapai KKM, maka harus

memerlukan perbaikan pada siklus I.

E. Deskripsi Siklus I

Setelah melakukan observasi pada tahap siklus pertama, masih

diperlukan perbaikan pembelajaran pada siswa. Pada tahap ini proses

perbaikan pembelajaran pada siklus 1 sebagai berikut :

1. Perencanaan

Pada tahap ini, peneliti melakukan tahap penentuan materi pada kelas

V semester 2, yaitu mata pelajaran bahasa Indonesia materi bermain

drama. Peneliti membuat rencana pembelajaran (RPP) agar siswa dapat

memahami pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran

role-playing. Setelah membuat perencanaan pembelajaran, peneliti

membuat rencana penilaian formatif agar mengetahui hasil belajar siswa.

2. Pelaksanaan

a. Kegiatan awal (5 menit)

1) Guru membuka pelajaran dengan salam dan berdoa

2) Guru mengisi daftar hadir siswa

3) Guru menanyakan kabar tentang keadaan siswa

4) Guru meminta siswa untuk merapikan tempat duduk

5) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

b. Kegiatan inti (60 menit)

1) Guru menjelaskan tentang pengertian drama

52
2) Siswa bertanya pada guru langkah-langkah pementasan drama

yang baik dan benar

3) Guru memberikan contoh cara berdialog yang sesuai dengan lafal,

intonasi, dan ekspresi yang tepat

4) Siswa membaca teks drama yang telah diberikan guru

5) Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok

6) Guru meminta siswa untuk berdiskusi mengenai perannya dalam

drama yang akan dipentaskan

7) Siswa diminta untuk memerankan tokoh dalam drama bersama

kelompoknya di depan kelas dengan membaca naskah, dan siswa

lainnya memperhatikan.

8) Siswa bertanya pada guru tentang hal-hal yang belum diketahui

9) Guru memberikan soal evaluasi

10) Guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran

c. Kegiatan Penutup (5 menit)

1) Menanyakan apa yang telah dilakukan hari ini

2) Mengomentari hal-hal apa yang telah terjadi dalam proses kegiatan

pembelajaran hari ini.

3) Menutup pelajaran dan berdo’a bersama.

Di akhir proses pembelajaran guru memberikan tes formatif kepada

siswa guna mengetahui bagaimana hasil belajar siswa.

53
3. Observasi

Selama pembelajaran berlangsung dilakukan observasi untuk

mengukur sejauh mana pembelajaran dengan menggunakan strategi

pembelajaran role-playing dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

Observasi yang dilakukan pada penelitian ini yang dilakukan peneliti

yaitu mengamati bagaimana para siswa memerankan peranan yang

dilakukannya. Pada saat pembelajaran diamati pula mengenai beberapa siswa

yang mampu mengerjakan latihan, juga mengenai hasil evaluasi yang

dilakukan. Selain observasi yang dilakukan pada siswa juga diadakan

observasi atau pengamatan pada guru mengenai bagaimana kemampuan guru

dalam melaksanakan pembelajaran dengan strategi pembelajaran role-playing.

4. Refleksi

Setelah melakukan proses perencanaan, pengamatan, dan pelaksanaan

pada siklus 1 maka peneliti melakukan refleksi. Adapun hasil refleksi pada

siklus 1 adalah sebagai berikut:

a. Hal yang mendukung

1. Soal yang diberikan guru sudah jelas

2. Pembelajaran bermain drama berjalan dengan lancar

3. Siswa mengerjakan soal dengan tenang dan tepat

b. Hal yang menghambat

Guru:

1. Penguasaan strategi pembelajarannya masih kurang

54
2. Guru masih belum bisa memberikan kesempatan untuk siswa mencatat

materi dan teks dramanya terlalu panjang

3. Guru belum sepenuhnya memberi motivasi pada siswa

Siswa:

1. Tanggapan siswa terhadap apersepsi guru masih kurang

2. Antusias dan keikutsertaan siswa dalam pembekalan materi masih

kurang

3. Strategi pembelajaran yang diterapkan guru kurang maksimal

4. Siswa tidak mendapatkan motivasi diakhir pembelajaran

c. Pemecahan masalah

Dalam proses pembelajaran, peneliti menemukan bahwa guru belum

menguasai penggunaan strategi pembelajaran. Untuk mengatasi

permasalahan tersebut, peneliti bersama guru melakukan diskusi untuk

menjelaskan kembali penggunaan strategi pembelajaran role-playing.

Selain itu, guru perlu latihan untuk bisa mengkondisikan kelas agar siswa

termotivasi dan semangat dalam mengikuti pembelajaran.

F. Deskripsi Siklus II

1. Perencanaan

a. Guru menentukan sub pokok bahasan.

b. Merancang rencana pembelajaran.

c. Merancang kegiatan pembelajaran.

d. Merancang soal-soal untuk mengetahui hasil belajar siswa.

55
e. Menyiapkan lembar observasi untuk pengamatan guru, untuk

mengetahui perumpamaan dan pengamatan.

f. Menyiapkan lembar observasi untuk siswa, untuk mengetahui

perubahan dan pengembangan.

2. Pelaksanaan

a. Kegiatan awal (5 menit)

1) Guru membuka pelajaran dengan salam dan berdoa

2) Guru mengisi daftar hadir siswa

3) Guru menanyakan kabar tentang keadaan siswa

4) Guru meminta siswa untuk merapikan tempat duduk

5) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

b. Kegiatan Inti (60 menit)

1) Guru menjelaskan tentang unsur-unsur dalam drama

2) Guru memberikan teks drama

3) Siswa membaca dan memahami teks yang diberikan

4) Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok

5) Guru meminta siswa untuk berdiskusi tentang drama yang akan

dipentaskan

6) Siswa diminta untuk memerankan tokoh dalam drama bersama

kelompoknya di depan kelas tanpa membawa naskah, dan siswa

lainnya memperhatikan

7) Siswa bertanya pada guru tentang hal-hal yang belum diketahui

56
8) Guru memberikan soal evaluasi

9) Guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran

c. Kegiatan Penutup (5 menit)

1) Menanyakan apa yang telah dilakukan hari ini

2) Mengomentari hal-hal apa yang telah terjadi dalam proses kegiatan

pembelajaran hari ini.

3) Menutup pelajaran dan berdo’a bersama.

3. Observasi

Selama pembelajaran berlangsung dilakukan observasi untuk

mengukur sejauh mana pembelajaran dengan menggunakan strategi

pembelajaran role-playing dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

Observasi yang dilakukan pada penelitian ini yang dilakukan peneliti

yaitu mengamati bagaimana para siswa memerankan peranan yang

dilakukannya. Pada saat pembelajaran diamati pula mengenai beberapa

siswa yang mampu mengerjakan latihan, juga mengenai hasil evaluasi

yang dilakukan. Selain observasi yang dilakukan pada siswa juga

diadakan observasi atau pengamatan pada guru mengenai bagaimana

kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan strategi

pembelajaran role-playing.

57
4. Refleksi

Refleksi pada siklus II dilaksanakan segera setelah tahap pelaksanaan

tindakan dan observasi selesai. Refleksi pembelajaran pada siklus II

berdasarkan data diperoleh pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus II

dengan menggunakan strategi pembelajaran role-playing sudah

mengalami beberapa peningkatan, hal ini terlihat dari perhatian siswa

terhadap pembelajaran bahasa Indonesia meningkat, pemahaman siswa

terhadap materi pembelajaran bahasa Indonesia semakin baik, dan hasil

evaluasi siklus II lebih baik dari siklus pertama. Dilihat dari hasil

observasi, terbukti dengan strategi pembelajaran role-playing bisa

meningkatkan hasil belajar siswa sehingga hasil pembelajaran ini dapat

dijadikan acuan untuk pembelajaran materi bahasa Indonesia yang akan

datang.

58
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Kondisi Awal (Pra Siklus)

Dalam pengelolaan pembelajaran di Kelas V SDN Windusari 2,

kecamatan Windusari, kabupaten Magelang, guru umumnya menggunakan

metode ceramah dan penugasan. Guru sebagai penyampai materi sedangkan

siswa hanya sebagai pendengar yang selesai mendengar siswa hanya

mengerjakan latihan.

Dari hasil penelitian pra siklus yang diambil dari nilai harian siswa,

masih terdapat beberapa siswa yang kesulitan dalam pembelajaran Bahasa

Indonesia khususnya pada materi drama. Dari 28 siswa di kelas V ada 10

siswa yang memenuhi standar kriteria minimal (KKM), sedangkan hampir

sebagian yang tidak memenuhi standar kriteria minimal. Artinya siswa masih

mengalami kesulitan dalam pembelajaran, sehingga perlu untuk memperbaiki

keadaan tersebut.Berikut data hasil dari penelitian pada kondisi awal atau pra

siklus.

Tabel 4.1 Data Hasil Belajar Pra-siklus

No Nama Nilai Pra- Tuntas Belum

Siklus Tuntas

1. Irbad M. Rauf 80 √

59
2. Nita Wulandari 66 √

3. Satrio Tangguh. W 86 √

4. Adi Galih M 60 √

5. Ani Nisfu Laili 73 √

6. Eko Saputro 80 √

7. Latifah Putri 66 √

8. Abid Oktaf B 73 √

9. Ahmad Mahfudz 73 √

10. Arbi Fatih AF 60 √

11. Aviaha Mulyahi 86 √

12. Azka Al Fatih 54 √

13. Duwi Anisa 86 √

14. Farkhatul M 66 √

15. Ferry Ariq 93 √

16. Ida Sri Rahayu 86 √

17. Jihan Adzroo 73 √

18. Jihan Zaqiyah 66 √

19. M. Daffa Rays 54 √

20. M. Wahyu Aji 73 √

21. Mufida Noor 86 √

22. Selvi Noviyanti 80 √

60
23. Shokhihu Zuha 66 √

24. Yoga Widiantoro 73 √

25. Amru Yaminga 66 √

26. Latifah Elvina 86 √

27. Deka Rendi Arta 73 √

28. Hafidz Tri P 73 √

Jumlah 2.057

Nilai rata-rata 73,46

Persentase 10 siswa 18 siswa

(35,71) (64,28)

Dari data tersebut dapat disimpulkan peserta didik yang tuntas KKM

75 sebanyak 10 anak. Data tersebut dapat dilihat bahwa nilai rata-rata

kelas peserta didik adalah 73,46. Nilai tersebut menunjukkan bahwa

secara klasikal nilai bahasa Indonesia mereka belum memiliki kriteria

ketuntasan. Ketuntasan individu masih rendah hanya 10 peserta didik atau

35,71% yang sudah tuntas dan lainnya masih mendapatkan nilai di bawah

ketuntasan minimum. Sehingga setelah tahap pra siklus ini akan dilakukan

perbaikan pada siklus I. Pada siklus I dilakukan untuk mengetahui hasil

dari pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran role-

61
playing, apabila belum ditemukan hasil yang sesuai harapan maka akan

dilakukan pada siklus berikutnya.

B. Deskripsi Per Siklus

1. Siklus 1

Siklus pertama dilaksanakan pada tanggal 3 mei 2016 di kelas V

dengan jumlah 28 siswa. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada

rencana pembelajaran yang telah disiapkan. Dengan nilai patokan

menggunakan nilai Ketuntasan Kriteria Minimal (KKM) kelas V pada

mata pelajaran Bahasa Indonesia yaitu 75.

Adapun hasil Observasi yang dilakukan

a. Hasil Pengamatan Guru Siklus 1

Tabel 4.2 Data Hasil Pengamatan Guru Siklus 1

No Perilaku guru yang diamati Kemunculan Komentar

Ada Tidak

1. Kegiatan salam, berdoa, mengabsen √ Sudah bagus

siswa, persiapan peralatan mengajar.

2. Pemberian apersepsi sebelum √ Sudah runtut

mengadakan kegiatan belajar mengajar

3. Pemberian motivasi/semangat belajar √ Bagus

62
4. Pengembangan dan pengorganisasian √ Sangat

materi pelajaran lengkap

5. Penggunaan metode yang diterapkan √ ditingkatkan

6. Pembekalan materi sebelum siswa √ Cukup jelas

mengerjakan latihan

7. Perintah / instruksi yang jelas dalam √ Jelas

pemberian latihan

8. Merangkum materi pelajaran bersama √ Cukup

siswa

9. Keruntutan dalam proses langkah- √ Runtut

langkah pembelajaran

10 Kesesuaian waktu proses pembelajaran √ Sesuai

Pemberian tes evaluasi

11. Pembahasan hasil evaluasi √ Baik

12. Menutup pembelajaran dengan √ Baik

13. pemberian motivasi di akhir kegiatan √ Kurang

belajar mengajar

63
b. Hasil Pengamatan Siswa Siklus 1

Tabel 4.3 Data Hasil Pengamatan Siswa Siklus I

No Perilaku siswa yang diamati ada Tidak Komentar

1. Keikutsertaan siswa dalam berdo’a, √ Semua siswa

menjawab absan guru melaksanakan

2. Tanggapan siswa terhadap apersepsi √ Kurang

dari guru

3. Pengaruh pemberian motivasi/semangat √ Perlu

belajar sebelum pembelajaran ditingkatkan

4. Pengaruh siswa pada metode yang √ Cukup

diterapkan guru

5. Antusias dan keikutsertaan siswa dalam √ Siswa kurang

pembekalan materi semangat

6. Antusias siswa ketika bermain peran √ Antusias

7. Siswa merasa terbimbing saat √ Ditingkatkan

pengerjaan latihan

8. Keikutsertaan siswa dalam pembahasan √ Ditingkatkan

latihan

9. Siswa diikutkan dalam pemberian √ Cukup

rangkuman

10. Keikutsertaan siswa dalam mengikuti √ Cukup lancar

64
tiap-tiap langkah pembelajaran

11. Kesesuaian waktu proses pembelajaran √ Sesuai

12. Siswa mendapatkan soal tes evaluasi √ Cukup Baik

13. Siswa mendapatkan motivasi di akhir √ Sebaiknya

kegiatan belajar mengajar diberi motivasi

Refleksi terhadap proses pembelajaran siklus 1 adalah sebagai berikut:

1. Guru perlu mengembangkan metode pembelajarannya.

2. Guru belum jelas dalam menyampaikan materi.

3. Guru belum memberikan motivasi pada siswa

4. Siswa kurang antusias dalam pembelajaran

5. Siswa belum sepenuhnya disertakan dalam pemberian rangkuman

c. Data Hasil Tes Formatif Siswa Siklus 1

Tabel 4.4 Data Hasil Tes Formatif Siswa Siklus 1

No Nama Nilai Siklus 1 Tuntas Belum

Tuntas

1. Irbad M. Rauf 80 √

2. Nita Wulandari 66 √

3. Satrio Tangguh. W 86 √

4. Adi Galih M 66 √

65
5. Ani Nisfu Laili 73 √

6. Eko Saputro 80 √

7. Latifah Putri 73 √

8. Abid Oktaf B 66 √

9. Ahmad Mahfudz 60 √

10. Arbi Fatih AF 66 √

11. Aviaha Mulyahi 86 √

12. Azka Al Fatih 66 √

13. Duwi Anisa 86 √

14. Farkhatul M 80 √

15. Ferry Ariq 93 √

16. Ida Sri Rahayu 86 √

17. Jihan Adzroo 66 √

18. Jihan Zaqiyah 80 √

19. M. Daffa Rays 66 √

20. M. Wahyu Aji 80 √

21. Mufida Noor 86 √

22. Selvi Noviyanti 80 √

23. Shokhihu Zuha 73 √

24. Yoga Widiantoro 60 √

25. Amru Yaminga 73 √

66
26. Latifah Elvina 86 √

27. Deka Rendi Arta 73 √

28. Hafidz Tri P 60 √

Jumlah 2.096

Nilai rata-rata 74,85

Persentase 13 siswa 15 siswa

(46,42%) (53,57%)

2. Siklus II

Siklus II dilaksanakan pada tanggal 10 mei 2016 di kelas V dengan jumlah

28 siswa.

a. Hasil Pengamatan guru siklus II

Tabel 4.5. Hasil Pengamatan guru siklus II

No Perilaku guru yang diamati Kemunculan Komentar

Ada Tidak

1. Kegiatan salam, berdoa, mengabsen siswa, √ Suara guru

persiapan peralatan mengajar. bisa didengar

2. Pemberian apersepsi sebelum mengadakan √ Menarik siswa

kegiatan belajar mengajar

3. Pemberian motivasi/semangat belajar √ Bagus

67
sebelum memulai pembelajaran

4. Pengembangan dan pengorganisasian √ Runtut

materi pelajaran

5. Penggunaan metode yang diterapkan √ Tepat

6. Pembekalan materi sebelum siswa √ Bagus

mengerjakan latihan

7. Perintah / instruksi yang jelas dalam √ Perlu

pemberian latihan diperjelas

8. Merangkum materi pelajaran bersama √ Bagus

siswa

9. Keruntutan dalam proses langkah-langkah √ Sudah sesuai

pembelajaran

10. Kesesuaian waktu proses pembelajaran √ Sesuai

11. Pemberian tes evaluasi √ Bagus

12. Pembahasan hasil evaluasi √ Bagus

13. Menutup pembelajaran dengan pemberian √ Baik

motivasi di akhir kegiatan belajar mengajar

68
b. Hasil Pengamatan siswa siklus II

Tabel 4.6 Hasil Pengamatan siswa siklus II

No Perilaku siswa yang diamati Ada Tidak Komentar

1. Keikutsertaan siswa dalam berdo’a, √ Siswa sangat

menjawab absen guru aktif

2. Tanggapan siswa terhadap apersepsi dari √ Siswa antusias

guru

3. Pengaruh pemberian motivasi/semangat √ Siswa

belajar sebelum pembelajaran termotivasi

4. Pengaruh siswa pada metode yang √ Cukup bagus

diterapkan guru

5. Antusias dan keikutsertaan siswa dalam √ Siswa antusias

pembekalan materi

6. Antusias siswa ketika bermain peran √ Bagus

7. Siswa merasa terbimbing saat pengerjaan √ Cukup

latihan

8. Keikutsertaan siswa dalam pembahasan √ Cukup bagus

latihan

9. Siswa diikutkan dalam pemberian √ Baik

rangkuman

10. Keikutsertaan siswa dalam mengikuti tiap- √ Bagus

69
tiap langkah pembelajaran

11. Kesesuaian waktu proses pembelajaran √ Sesuai

12. Siswa mendapatkan soal tes evaluasi √ Bagus

13. Siswa mendapatkan motivasi di akhir √ Baik

kegiatan belajar mengajar

Refleksi terhadap proses pembelajaran siklus II adalah sebagai berikut:

1. Siswa yang berani bertanya ada 10 anak

2. Siswa yang antusias saat bermain peran ada 19 anak

3. Siswa yang masih berbicara sendiri ada 5 anak

4. Siswa yang belum dapat menyimpulkan ada 5 anak

Berdasarkan refleksi yang dilakukan pada siklus II sudah banyak siswa yang

memahami materi bermain drama yang diajarkan. Namun masih ada permasalahan

yaitu masih ada 2 orang siswa yang mengalami penurunan nilai dari pra siklus sampai

siklus II yaitu Adi Galih M dan Eko Saputro. Hal ini terjadi disebabkan oleh beberapa

hal yaitu:

1. Mereka kurang memperhatikan ketika guru sedang menyampaikan materi.

2. Ketika bermain drama mereka kurang memahami dan menghayati perannya itu

sehingga mereka mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal dan hasilnya

menjadi kurang maksimal.

70
Dan hasil belajar siswa pada siklus II sudah mencapai 89,28 % oleh

karena itu pelaksanaan siklus dihentikan pada siklus II.

c. Data Hasil Tes Formatif Siswa Siklus II

Tabel 4.7. Data Hasil Tes Formatif Siswa Siklus II

No Nama Nilai Siklus II Tuntas Belum

Tuntas

1. Irbad M. Rauf 80 √

2. Nita Wulandari 86 √

3. Satrio Tangguh. W 80 √

4. Adi Galih M 66 √

5. Ani Nisfu Laili 80 √

6. Eko Saputro 66 √

7. Latifah Putri 93 √

8. Abid Oktaf B 86 √

9. Ahmad Mahfudz 86 √

10. Arbi Fatih AF 93 √

11. Aviaha Mulyahi 86 √

12. Azka Al Fatih 80 √

13. Duwi Anisa 93 √

14. Farkhatul M 80 √

15. Ferry Ariq 86 √

71
16. Ida Sri Rahayu 80 √

17. Jihan Adzroo 93 √

18. Jihan Zaqiyah 80 √

19. M. Daffa Rays 93 √

20. M. Wahyu Aji 86 √

21. Mufida Noor 80 √

22. Selvi Noviyanti 100 √

23. Shokhihu Zuha 80 √

24. Yoga Widiantoro 80 √

25. Amru Yaminga 86

26. Latifah Elvina 86 √

27. Deka Rendi Arta 80 √

28. Hafidz Tri P 66 √

Jumlah 2.511 25 3

Nilai rata-rata 89,67

Jumlah tuntas (Persentase) 25 siswa 3 siswa

(89,28%) (10,71 %)

72
C. Pembahasan Hasil Penelitian

Setelah melakukan berbagai kegiatan mulai dari siklus I dan siklus II

diperoleh data hasil belajar Bahasa Indonesia.Berikut ini data hasil penelitian

pada siklus I dan siklus II.

1. Hasil Ketuntasan Belajar siswa pada siklus I

Tabel 4.8 Hasil Ketuntasan Belajar Siklus I

Ketuntasan Nilai Rata-rata Jumlah Siswa Jumlah Siswa

Belajar Keseluruhan yang Tuntas

46,42% 74,85 28 13

Pada tabel ketuntasan belajar siklus I menunjukkan bahwa pada

ketuntasan belajar siswa adalah 46,42%. Dan nilai rata-rata 74,85.

Sedangkan jumlah siswa yang tuntas dalam belajar ada 13 siswa dari

jumlah siswa keseluruhan yaitu 28 siswa.Pada ketuntasan belajar siklus I

masih belum mencapai ketuntasan yang diharapkan maka masih

diperlukan perbaikan pada siklus yang selanjutnya.

73
2. Hasil Ketuntasan Belajar Siswa pada Siklus II

Tabel 4.9 Hasil Ketuntasan Belajar Siswa pada Siklus II

Nilai Jumlah Prosentase Peningkatan Peningkatan Peningkatan

Rata- Siswa yang Ketuntasan Rata-rata Siswa Belajar (%)

rata Tuntas Belajar Tes Belajar

89,67 25 89,28% 14,82 12 Siswa 42,86%

Pada tabel diatas dapat di lihat bahwa ketuntasan belajar siswa siklus II,

nilai rata-ratanya adalah 89,67 sedangkan peningkatan rata-rata tes 14,82. Dan

pada siklus II ini peningkatan siswa belajar adalah 12 siswa dari 28 siswa.

Jadi pada siklus II ini jumlah peningkatan siswa yang tuntas adalah 25 siswa

atau ketuntasan belajarnya 89,28%. Sedangkan pada peningkatan persentase

ketuntasan belajarnya adalah 42,86%. Pada siklus II ini menunjukkan bahwa

sebagian besar siswa sudah mendapatkan nilai ketuntasan, maka dari itu siklus

II ini sudah dianggap berhasil.

3. Data peningkatan jumlah siswa yang mencapai kriteria ketuntasan

maksimal per siklus.

Data ini diperoleh dari hasil prestasi belajar siklus I dan II. Dipaparkan

sebagai berikut:

74
Tabel 4.10 Data Peningkatan Jumlah siswa yang mencapai KKM

Per Siklus

Ketuntasan/Pelaksanaan Siklus I Siklus II

Tuntas 13 Siswa (46,42%) 25 Siswa (89,28%)

Tidak Tuntas 15 Siswa (53,57%) 3 Siswa (10,71 %)

Dari data diatas dapat diketahui bahwa dari tiap kegiatan mulai dari

siklus I, siklus II mengalami peningkatan.Dari siklus I peningkatan jumlah

siswa yang mencapai KKM sebanyak 13 siswa.Dari siklus II sebanyak 25

siswa. Dengan demikian dapat kita ketahui bahwa pembelajaran Bahasa

Indonesia materi drama melalui strategi pembelajaran role-playing

menunjukkan peningkatan hasil belajar siklus I dan siklus II. Indikator

keberhasilan sebesar 89,28% dengan kriteria ketuntasan minimal sebesar 75

sudah tercapai sehingga siklus dihentikan.

75
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat

disimpulkan bahwa strategi pembelajaran role-playing terbukti dapat

meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia materi drama pada siswa

kelas V SDN Windusari 2, Kecamatan Windusari, Kabupaten

Magelang pada semester II tahun pelajaran 2015/2016. Hal ini dapat

diketahui dari peningkatan hasil belajar siswa dari satu siklus ke siklus

berikutnya. Pada siklus I hasil belajar yang semula nilai rata-rata kelas

pada pra siklus sebesar (73,46) meningkat menjadi (74,85) atau

sebesar 10,71%, dan pada siklus II meningkat menjadi (89,67) atau

sebesar 42,86%.

B. Saran

Berdasarkan penelitian ini ada beberapa saran yang perlu

diperhatikan dalam pembelajaran dengan menggunakan strategi

pembelajaran role-playing ini agar hasilnya lebih optimal yaitu :

1. Bagi guru atau pihak sekolah yang akan menerapkan strategi

pembelajaran aktif dengan metode role-playing ini harus bisa

memilih materi yang tepat yang sesuai dengan metode ini.

2. Penerapan metode ini membutuhkan persiapan yang agak lama

sebelum pelaksanaan karena harus menyiapkan cerita yang sesuai

76
dengan materi pelajaran yang dibutuhkan karena itu sebelum

pelaksanaan hendaknya betul-betul dipersiapkan secara matang

sehingga hasilnya lebih optimal.

3. Hendaknya bagi peneliti lebih mengembangkan pada metode-

metode yang lain yang lebih variatif supaya anak didik

mendapatkan pengetahuan dan pengalaman yang lebih baik.

77
DAFTAR PUSTAKA

Aqib Zaenal. 2006. Penelitian Tindakan Kelas Untuk Guru. Bandung: YRama
Widya.
Ashari, Zaini. 2014. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa Indonesia
Menggunakan Model Pembelajaran Tebak Kata Pada Peserta Didik Kelas II
SDN-3 Menteng Palangkaraya Tahun Pelajaran 2013/2014. UMP.
Badudu, J.S. 1979. Pelik-pelik Bahasa Indonesia (Tata Bahasa). Bandung: Pustaka
Prima
Baharuddin, Esa Nur Wahyuni. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media..
Basrowi, M, Suwandi. 2008. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas. Bogor: Ghalia
Indonesia.
Djamarah, Aswan Zain. 2012. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Hanif Nurcholis, Mafrukhi. 2007. Sasebi: Saya Senang Berbahasa Indonesia.
Jakarta: Erlangga.
Karsidi. 2009. Inilah Bahasa Indonesiaku untuk Kelas V SD/MI. Surakarta: PT. Tiga
Serangkai Pustaka Mandiri.
Kompri. 2015. Motivasi Pembelajaran Perspektif Guru dan Siswa. Bandung: PT
Remaja Rosdakaya Offset.
Maryam, Siti. 2002. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi.
Jakarta: Departemen Agama RI, Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama
Islam.
Mumpuni, Joko, F.X. Marjana. 2008. Bahasa Indonesia untuk SD dan MI Kelas 5.
Jakarta: PT Piranti Darma Kalokatama.
Muslich, Masnur, I Gusti Ngurah Oka. 2010. Perencanaan Bahasa di Era
Globalisasi. Jakarta: Bumi Aksara.
M.S, Zulela. 2012. Pembelajaran Bahasa Indonesia Apresiasi Sastra di Sekolah
Dasar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Rusyan, Tabrani, dkk. 1989. Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung:
CV.Remadja Karya.

78
Semiawan, Conny. 2008. Belajar dan Pembelajaran Pra Sekolah dan Sekolah.
Indeks: PT Macanan Jaya Cemerlang.
Tim Surya Badra. Buku Guru Bahasa Indonesia untuk SD/MI Kelas V. Surakarta: Cv.
Surya Badra.
(www.sekolahdasar.net/2012/04/tujuan-dan-fungsi-pembelajaran-bahasa.html?m=1
di akses tanggal 28 juli 2016)

79
Lampiran I

Daftar Peserta Didik kelas V SDN Windusari 2

NO NAMA L/P
1. Irbad M. Rauf L
2. Nita Wulandari P
3. Satrio Tangguh. W L
4. Adi Galih M L
5. Ani Nisfu Laili P
6. Eko Saputro L
7. Latifah Putri P
8. Abid Oktaf B L
9. Ahmad Mahfudz L
10. Arbi Fatih AF L
11. Aviaha Mulyahi P
12. Azka Al Fatih L
13. Duwi Anisa P
14. Farkhatul M P
15. Ferry Ariq L
16. Ida Sri Rahayu P
17. Jihan Adzroo P
18. Jihan Zaqiyah P
19. M. Daffa Rays L
20. M. Wahyu Aji L
21. Mufida Noor P
22. Selvi Noviyanti P
23. Shokhihu Zuha P
24. Yoga Widiantoro L
25. Amru Yaminga L
26. Latifah Elvina P
27. Deka Rendi Arta L
28. Hafidz Tri P L

80
Lampiran II

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

SIKLUS I

Sekolah : SDN Windusari 2

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Kelas/Semester : V / II

Alokasi Waktu : 2 x 35 menit

Materi Pokok : Bermain Drama

A. Standar Kompetensi
6. Mengungkapkan pikiran dan perasaan secara lisan dalam diskusi dan
bermain drama
B. Kompetensi Dasar
6.2 Memerankan tokoh drama dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat
C. Indikator Pencapaian Kompetensi
6.2.1 Memerankan tokoh drama dengan baik
D. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran ini siswa mampu :
Memerankan tokoh drama dengan baik
Karakter yang diharapkan : Tanggung jawab, Bersahabat atau komunikatif
E. Materi Pembelajaran
Drama adalah dialog yang dipentaskan. Drama tidak sama dengan
dialog biasa. Dalam drama tuntutan tingkah laku pemain disertakan atau
ditulis dengan tulisan yang ada di dalam kurung.
Langkah-langkah mementaskan drama sebagai berikut :
1. Menentukan atau menyiapkan teks drama

81
2. Menentukan pemain yang akan memerankan tokoh.
Beberapa hal yang harus diperhatikan pada saat membaca dialog dalam
naskah drama :
1. Lafal
Pelafalan atau pengucapan harus jelas.
2. Intonasi
Intonasi disebut juga lagu kalimat. Dalam membacakan dialog, intonasi
harus tepat. Misalnya, untuk menyampaikan pertanyaan, nada akhir harus
naik.
3. Jeda
Jeda disebut juga perhentian. Dalam membaca, penempatan jeda harus
tepat. Jika salah menempatkan jeda, maksud kalimat akan salah.
4. Volume Suara
Suara harus dapat diterima pendengar dengan jelas. Namun, tidak perlu
terlalu keras.
5. Mimik dan anggota gerak tubuh
Mimik merupakan ekspresi wajah ketika sedang berbicara. Mimik dan
gerak anggota tubuh misalnya, tangan, bahu, dan kepala sangat membantu
dalam berdialog. Dialog akan lebih hidup jika disampaikan dengan penuh
ekspresi disertai gerak yang wajar, sesuai dengan makna kaliamat yang
akan disampaiakan.
Beberapa langkah yang harus diperhatikan dalam memerankan tokoh drama :
1. Membaca dialog dalam naskah drama
Dalam membaca dialog tersebut diperlukan penghayatan watak atau
karakter tokoh. Kamu juga harus memahami seluruh isi naskah.
2. Akting
Akting adalah gerakan-gerakan yang dilakukan pemain sebagai wujud
penghayatan atas peran yang dilakukan. Akting harus sesuai dengan watak
tokoh yang diperankan dan suasana (latar).

82
3. Blocking atau penguasaan panggung
Blocking adalah perpindahan dari tempat yang satu ketempat yang lain
agar penampilan tidak monoton atau menjemukan.

Naskah Drama (Nilai kepedulian terhadap kebersihan)

Suasana kelas masih sepi saat keysa datang, hanya Nini dan Ryan saja.
Keysa melihat banyak sampah yang berserakan di kelas, Dan ia pun meminta
tolong Ryan dan Nino untuk membantu.

Keysa : Selamat pagi Ryan, Nino…

Ryan : Selamat pagi Key..

Nino : Pagi juga Key. Kamu sudah mengerjakan PR belum?

Keysa : Sudah dong, kan Bundaku selalu memeriksa PR ku setiap hari.

Ryan : aku juga sudah.

Keysa : Wah, kelas kita kotor sekali ya, banyak sampah kertas dan
plastik berserakan.

Ryan : Iya, kotor sekali. Tapi, nanti juga dibersihkan sama Pak
Amad. Ya kan Nino?

Nino : (hanya tersenyum)

Keysa : Kita tidak boleh mengandalkan Pak Amad Ryan, kan kita
yang mengotorinya. Seharusnya kita yang membersihkan.

Ryan : tapi kan pekerjaan Pak Amad memang bersih-bersih.

83
Keysa : Oya memang., tapi kan kita harus belajar mandiri. Kita juga
masih bisa membersihkan ini bersama-sama dengan teman
yang lain.

Ryan : ah aku malas.. sana kamu saja Key (datang Nico dan beberapa
teman lainnya)

Nico : ada apa sih ini, kok pagi-pagi sudah ribut?

Keysa : itu lho Nic, Ryan tidak mau membantu membersihkan kelas
kita, padahal kan kita yang mengotori.

Nico : kan sudah ada Pak Amad, jadi buat apa kita yang repot Key?

Ryan : nah kan, benar kataku Key. Nggak percaya ya kamu sama
aku?

Keysa : Ah kalian berdua sama saja, ya sudah kalau tidak mau


membantu.

Ana : Selamat pagi semua..

Semua : selamat pagi..

Ana : Lho, Nico dan Ryan kenapa tidak membantu Keysa dan
teman-teman untuk bersih-bersih?

Ryan : Kan aku sudah bilang, itu biar dibersihkan oleh Pak Amad
saja An..

Nico : Iya, lagi pula kan tugas kita belajar, iya kan Ryan?

Ryan : Betul itu…

84
Ana : Tapi kan ini kelas kita bersama, kita wajib menjaganya
bersama juga.

Keysa : Sudahlah An, aku sudah bicara begitu pada mereka, tapi tidak
didengarkan.

Ana : Biar nanti mereka itu dimarahi sama Pak Guru Key.

Keysa : Iya betul (Bel pun berbunyi, dan murid pun duduk kemudian
Pak Guru datang ke Kelas)

Pak Guru : Selamat pagi anak-anak…?

Murid : Pagi pak guru…

Pak Guru : Ayo, sebelum memulai pelajaran hari ini, kita berdo’a dulu.

Nah, kita sudah berdo’a, jadi sekarang kita bisa mulai


pelajaran kita.

Hari ini kita akan belajar mengenai kebersihan.

Anak-anak pasti sudah tahu kan apa itu kebersihan?

Keysa : Tahu pak, Kata Bunda saya, kebersihan itu sebagian dari
iman Pak.

Ana : Kebersihan itu penting untuk menjaga kesehatan kita pak,,

Pak Guru : Betul sekali. Jadi kebersihan itu sebagian dari iman, maka
dari itu kita akan senantiasa menjaga kebersihan, baik dari diri
sendiri maupun lingkungan.

Nico : kalau untuk menjaga kesehatan pak? Kita sudah bersih


kadang juga masih sakit?

85
Ryan : Iya pak, kadang sudah bersih, tapi tetap saja sakit?

Pak Guru : nah, anak-anak, penyakit itu bukan hanya datang dari bersih
atau tidaknya lingkungan kita, tetapi juga karena kondisi
kekebalan tubuh, dan asupan gizi yang kita makan.

Nico : Jadi kalau kita menjaga kebersihan tetap masih bisa sakit ya
Pak?

Pak Guru : Tentu saja. Tetapi kita bisa menghindari supaya penyakitnya
tidak tambah parah dengan tetap menjaga kebersihan.
Bayngkan saja, dengan menjaga kebersihan saja kita masih
bisa terkena sakit, apalagi kalau kita tidak menjaganya, betul
anak-anak?

Keysa : Betul Pak Guru. Tuh Ryan sama Nico, dengerin kata Pak
Guru.

Ryan : Iya dari tadi juga sudah mendengarkan.

Ana : Jadi lain kali kalian berdua. Nico dan Ryan juga harus ikut
menjaga kebersihan kelas kita.

Ryan+Nico : baiklah….

Pak Guru : Anak-anak, kelas ini adalah milik kita bersama, jadi kita
semua bertanggung jawab untuk merawat dan menjaganya.
Supaya kita terhindar dari penyakit dan tetap bersih, mengerti?

Murid : Mengerti Pak Guru…

Ryan+Nico : Baiklah pak, mulai besok kita akan ikut piket dan menjaga
kebersihan kelas.

86
F. Metode Pembelajaran
1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Diskusi
4. Role-Playing
5. Penugasan
G. Langkah-langkah Pembelajaran
1. Pendahuluan (5 menit)
Apersepsi :
a) Guru membuka pelajaran dengan salam dan berdoa
b) Guru mengisi daftar hadir siswa
c) Guru menanyakan kabar tentang keadaan siswa
d) Guru meminta siswa untuk merapikan tempat duduk
e) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
2. Kegiatan Inti (60 menit)
a. Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru :
a) Guru menjelaskan tentang pengertian drama
b) Siswa bertanya pada guru langkah-langkah pementasan drama yang
baik dan benar
c) Guru memberikan contoh cara berdialog yang sesuai dengan lafal,
intonasi, dan ekspresi yang tepat
d) Siswa membaca teks drama yang telah diberikan guru
b. Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru :
a) Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok
b) Guru meminta siswa untuk berdiskusi tentang drama yang akan
dipentaskan

87
c. Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru :
a) Siswa diminta untuk memerankan tokoh dalam drama bersama
kelompoknya di depan kelas dengan membaca naskah, dan siswa
lainnya memperhatikan
b) Siswa bertanya pada guru tentang hal-hal yang belum diketahui
3. Kegiatan Penutup (5 menit)
Dalam kegiatan penutup, guru :
1. Guru memberikan soal evaluasi
2. Guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran
3. Menutup pelajaran dan berdo’a bersama.
H. Media, Alat/Bahan, dan Sumber Pembelajaran
Media Pembelajaran :
1. Tas
2. Bangku
3. Meja
4. Plastik atau kertas
Alat/Bahan :
1. Papan tulis
2. Kapur
3. Penghapus
Sumber Pembelajaran :
Tim Surya Badra. 2015. Buku Guru Bahasa Indonesia untuk SD/MI kelas V.
Penerbit : Cv. Surya Badra. Halaman : 33-35.

88
I. Penilaian
Indikator Teknik Bentuk
Pencapaian Penilaian Instrumen Contoh Instrumen
Kompetensi
6.2.1. Tes Uraian 1. Siapa Sajakah tokoh yang ada
Membaca Tertulis dalam drama tersebut?
dialog drama 2. Dimanakah dan kapankah
pendek terjadinya percakapan drama
dengan lancar tersebut?
3. Apa permasalahan yang terjadi
dalam drama tersebut?
4. Bagaimanakah jalan keluar
permasalahan tersebut?
5. Pesan apa yang bisa diambil
dari drama tersebut?

Kunci Jawaban

1. Nico, Ana, Keysa, Ryan, Nino, dan Pak Guru


2. Di ruang Kelas, Sebelum pelajaran dimulai
3. Ryan dan Nico egois serta keras kepala, mereka tidak mau untuk
membersihkan kelas bersama dengan Ana dan Keysa
4. Pak Guru menasehati pada semuanya khususnya Ryan dan Nico kalau
kebersihan kelas itu merupakan tanggungjawab bersama
5. Kita tidak boleh membuang sampah secara sembarangan, kita harus
senantiasa menjaga kebersihan, dalam pekerjaan pun kita juga harus saling
membantu tidak boleh egois

89
90
Lampiran III

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

SIKLUS II

Sekolah : SDN Windusari 2

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Kelas/Semester : V / II

Alokasi Waktu : 2 x 35 menit

Materi Pokok : Bermain Drama

A. Standar Kompetensi
6. Mengungkapkan pikiran dan perasaan secara lisan dalam diskusi dan
bermain drama
B. Kompetensi Dasar
6.2 Memerankan tokoh drama dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat
C. Indikator Pencapaian Kompetensi
6.2.2 Mengungkapkan pendapat tentang drama
D. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran ini siswa mampu :
Mengungkapkan pendapat tentang drama dengan benar
Karakter yang diharapkan : Tanggung jawab, Bersahabat atau komunikatif
E. Materi Pembelajaran
1. Unsur-unsur Drama :
a) Tema

91
Tema adalah ide pokok atau gagasan utama sebuah cerita drama.
b) Alur
Alur adalah jalan cerita dari sebuah pertunjukkan drama mulai babak
pertama hingga terakhir.
c) Tokoh
Tokoh ada 2 macam yaitu tokoh utama (primadona) dan tokoh
pembantu (figuran).
d) Watak
Watak adalah perilaku yang diperankan oleh tokoh drama. Ada 3
macam watak yaitu protagonis (perilaku baik), watak antagonis
(perilaku jahat).
e) Latar
Latar adalah gambaran tempat, waktu, dan situasi cerita drama.
f) Amanat
Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada
penonton.

2. Naskah Drama!
Bacalah dan pelajarilah teks drama berikut.
Kesenian Kesukaan Citra
Ibu : Citra, Bu Broto tetangga sebelah membuka kursus tari. Kamu
sudah Ibu daftarkan.
Citra : Lho, ibu kok tidak bertanya dulu pada saya?
Ibu : Mengapa harus bertanya dulu? Ibu yakin pasti kamu mau.
Pokoknya kamu harus mau.
Citra : Ibu, Citra kan tidak suka menari.
Ibu : Jalani dulu kursus itu. Nanti lama-lama juga kamu akan suka.
Citra : Pokoknya, saya tidak suka. Saya ingin kursus melukis.

92
Ibu : Buat apa melukis? Kamu kan anak perempuan. Ibu sering
melihat pelukis, kemana-mana membawa kanvas. Pakaiannya dekil tidak
terawatt. Pokoknya, Ibu tidak setuju kamu jadi pelukis, titik.
(Ayah baru saja pulang dari kantor)
Ayah : Lho, lho, lho. Kok ribut-ribut? Ada apa?
Ibu : Itu, Yah, Si Citra tidak menurut pada ibu.
Ayah : Tidak nurut bagaimana?
Ibu : Ibu sudah keluar biaya untuk mendaftarkan Citra kursus
menari. Ee… ia malah ingin kursus melukis.
Citra : Tapi Citra tidak suka menari, Ayah. Citra lebih suka melukis.
Ayah : Tuh, Ibu dengar sendiri, kan? Citra tidak suka menari.
Seharusnya Ibu tanya dulu pada Citra, apa dia mau kursus menari atau tidak?
Ibu : Jadi, Ayah membela Citra?
Ayah : Bukan membela, Bu. Ini demi kebaikan anak kita.
Ibu : Ibu juga demi kebaikan Citra.
Ayah : Bukan begitu, kita tidak boleh memaksakan kehendak kita.
Citra kan juga punya hak untuk menentukan kesenian apa yang disukainya.
Ibu : Ya, sudah. Besok Ibu batalkan kursus tarinya.
Citra : Terima kasih Ibu, Ayah. Maafkan Citra ya, Bu?
F. Metode Pembelajaran
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
3. Diskusi
4. Role-Playing
5. Penugasan
G. Langkah-langkah Pembelajaran
1. Pendahuluan (5 menit)
Apersepsi :
b) Guru membuka pelajaran dengan salam dan berdoa

93
c) Guru mengisi daftar hadir siswa
d) Guru menanyakan kabar tentang keadaan siswa
e) Guru meminta siswa untuk merapikan tempat duduk
f) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
2. Kegiatan Inti (60 menit)
a. Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru :
1) Guru menjelaskan tentang unsur-unsur dalam drama
2) Guru memberikan teks drama
3) Siswa membaca dan memahami teks yang diberikan
b. Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru :
1) Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok
2) Guru meminta siswa untuk berdiskusi tentang drama yang akan
dipentaskan
c. Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru :
1) Siswa diminta untuk memerankan tokoh dalam drama bersama
kelompoknya di depan kelas tanpa membawa naskah, dan siswa
lainnya memperhatikan
2) Siswa bertanya pada guru tentang hal-hal yang belum diketahui
3. Kegiatan Penutup (5 menit)
Dalam kegiatan penutup, guru :
a. Guru memberikan soal evaluasi
b. Guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran
c. Menutup pelajaran dan berdo’a bersama.
H. Media, Alat/Bahan, dan Sumber Pembelajaran
Media Pembelajaran :
1. Kursi

94
2. Meja
Alat/bahan :
1. Papan Tulis
2. Kapur
3. Penghapus
Sumber Pembelajaran:
Mumpuni, Joko dan F.X. Marjana. 2008. Bahasa Indonesia Untuk SD dan MI
Kelas 5. Jakarta: PT. Piranti Darma Kalokatama.
I. Penilaian
Indikator Teknik Bentuk
Pencapaian Penilaian Instrumen Contoh Instrumen
Kompetensi
6.2.2 Tes Uraian 1. Siapa saja tokoh drama di atas?
Memerankan Tertulis 2. Bagaimana watak tokoh-tokoh
drama dengan drama di atas?
lafal, intonasi, 3. Di mana latar drama di atas?
penghayatan, dan 4. Apa permasalahan drama di atas?
ekspresi yang 5. Apa amanat drama di atas?
sesuai dengan
karakter tokoh

Kunci Jawaban
1. Ayah, Ibu, dan Citra
2. Ayah : bijaksana, adil
Ibu : Suka memaksa, keinginannya harus terpenuhi
Citra : Teguh pada pendiriannya.
3. Waktu : Siang menjelang sore
Tempat : Ruang tamu

95
96
Lampiran IV

Naskah Drama

Siklus I

Nilai kepedulian terhadap kebersihan

Suasana kelas masih sepi saat keysa datang, hanya Nini dan Ryan saja. Keysa melihat
banyak sampah yang berserakan di kelas, Dan ia pun meminta tolong Ryan dan Nino
untuk membantu.

Keysa : Selamat pagi Ryan, Nino…

Ryan : Selamat pagi Key..

Nino : Pagi juga Key. Kamu sudah mengerjakan PR belum?

Keysa : Sudah dong, kan Bundaku selalu memeriksa PR ku setiap hari.

Ryan : aku juga sudah.

Keysa : Wah, kelas kita kotor sekali ya, banyak sampah kertas dan plastik
berserakan.

Ryan : Iya, kotor sekali. Tapi, nanti juga dibersihkan sama Pak Amad. Ya
kan Nino?

Nino : (hanya tersenyum)

Keysa : Kita tidak boleh mengandalkan Pak Amad Ryan, kan kita yang
mengotorinya. Seharusnya kita yang membersihkan.

Ryan : tapi kan pekerjaan Pak Amad memang bersih-bersih.

97
Keysa : Oya memang., tapi kan kita harus belajar mandiri. Kita juga masih
bisa membersihkan ini bersama-sama dengan teman yang lain.

Ryan : ah aku malas.. sana kamu saja Key (datang Nico dan beberapa teman
lainnya)

Nico : ada apa sih ini, kok pagi-pagi sudah ribut?

Keysa : itu lho Nic, Ryan tidak mau membantu membersihkan kelas kita,
padahal kan kita yang mengotori.

Nico : kan sudah ada Pak Amad, jadi buat apa kita yang repot Key?

Ryan : nah kan, benar kataku Key. Nggak percaya ya kamu sama aku?

Keysa : Ah kalian berdua sama saja, ya sudah kalau tidak mau membantu.

Ana : Selamat pagi semua..

Semua : selamat pagi..

Ana : Lho, Nico dan Ryan kenapa tidak membantu Keysa dan teman-teman
untuk bersih-bersih?

Ryan : Kan aku sudah bilang, itu biar dibersihkan oleh Pak Amad saja An..

Nico : Iya, lagi pula kan tugas kita belajar, iya kan Ryan?

Ryan : Betul itu…

Ana : Tapi kan ini kelas kita bersama, kita wajib menjaganya bersama juga.

Keysa : Sudahlah An, aku sudah bicara begitu pada mereka, tapi tidak
didengarkan.

Ana : Biar nanti mereka itu dimarahi sama Pak Guru Key.

98
Keysa : Iya betul (Bel pun berbunyi, dan murid pun duduk kemudian Pak
Guru datang ke Kelas)

Pak Guru : Selamat pagi anak-anak…?

Murid : Pagi pak guru…

Pak Guru : Ayo, sebelum memulai pelajaran hari ini, kita berdo’a dulu.

Nah, kita sudah berdo’a, jadi sekarang kita bisa mulai pelajaran kita.

Hari ini kita akan belajar mengenai kebersihan.

Anak-anak pasti sudah tahu kan apa itu kebersihan?

Keysa : Tahu pak, Kata Bunda saya, kebersihan itu sebagian dari iman Pak.

Ana : Kebersihan itu penting untuk menjaga kesehatan kita pak,,

Pak Guru : Betul sekali. Jadi kebersihan itu sebagian dari iman, maka dari itu
kita akan senantiasa menjaga kebersihan, baik dari diri sendiri maupun lingkungan.

Nico : kalau untuk menjaga kesehatan pak? Kita sudah bersih kadang juga
masih sakit?

Ryan : Iya pak, kadang sudah bersih, tapi tetap saja sakit?

Pak Guru : nah, anak-anak, penyakit itu bukan hanya datang dari bersih atau
tidaknya lingkungan kita, tetapi juga karena kondisi kekebalan tubuh, dan asupan gizi
yang kita makan.

Nico : Jadi kalau kita menjaga kebersihan tetap masih bisa sakit ya Pak?

Pak Guru : Tentu saja. Tetapi kita bisa menghindari supaya penyakitnya tidak
tambah parah dengan tetap menjaga kebersihan. Bayngkan saja, dengan menjaga

99
kebersihan saja kita masih bisa terkena sakit, apalagi kalau kita tidak menjaganya,
betul anak-anak?

Keysa : Betul Pak Guru. Tuh Ryan sama Nico, dengerin kata Pak Guru.

Ryan : Iya dari tadi juga sudah mendengarkan.

Ana : Jadi lain kali kalian berdua. Nico dan Ryan juga harus ikut menjaga
kebersihan kelas kita.

Ryan+Nico : baiklah….

Pak Guru : Anak-anak, kelas ini adalah milik kita bersama, jadi kita semua
bertanggung jawab untuk merawat dan menjaganya. Supaya kita terhindar dari
penyakit dan tetap bersih, mengerti?

Murid : Mengerti Pak Guru…

Ryan : Baiklah pak, mulai besok saya akan ikut piket dan menjaga
kebersihan kelas.

Nico : Saya juga Pak.

100
Lampiran V

Naskah Drama Siklus II

Kesenian Kesukaan Citra

Ibu : Citra, Bu Broto tetangga sebelah membuka kursus tari. Kamu sudah
Ibu daftarkan.

Citra : Lho, ibu kok tidak bertanya dulu pada saya?

Ibu : Mengapa harus bertanya dulu? Ibu yakin pasti kamu mau. Pokoknya
kamu harus mau.

Citra : Ibu, Citra kan tidak suka menari.

Ibu : Jalani dulu kursus itu. Nanti lama-lama juga kamu akan suka.

Citra : Pokoknya, saya tidak suka. Saya ingin kursus melukis.

Ibu : Buat apa melukis? Kamu kan anak perempuan. Ibu sering melihat
pelukis, kemana-mana membawa kanvas. Pakaiannya dekil tidak terawat. Pokoknya,
Ibu tidak setuju kamu jadi pelukis, titik.

(Ayah baru saja pulang dari kantor)

Ayah : Lho, lho, lho. Kok ribut-ribut? Ada apa?

Ibu : Itu, Yah, Si Citra tidak menurut pada ibu.

Ayah : Tidak nurut bagaimana?

Ibu : Ibu sudah keluar biaya untuk mendaftarkan Citra kursus menari.
Ee… ia malah ingin kursus melukis.

Citra : Tapi Citra tidak suka menari, Ayah. Citra lebih suka melukis.

101
Ayah : Tuh, Ibu dengar sendiri, kan? Citra tidak suka menari. Seharusnya
Ibu Tanya dulu pada Citra, apa dia mau kursus menari atau tidak?

Ibu : Jadi, Ayah membela Citra?

Ayah : Bukan membela, Bu. Ini demi kebaikan anak kita.

Ibu : Ibu juga demi kebaikan Citra.

Ayah : Bukan begitu, kita tidak boleh memaksakan kehendak kita. Citra kan
juga punya hak untuk menentukan kesenian apa yang disukainya.

Ibu : Ya, sudah. Besok Ibu batalkan kursus tarinya.

Citra : Terima kasih Ibu, Ayah. Maafkan Citra ya, Bu?

102
Lampiran VI

Hasil Tes Formatif Siswa Siklus I

No Nama Nilai Siklus 1 Tuntas Belum

Tuntas

1. Irbad M. Rauf 80 √

2. Nita Wulandari 66 √

3. Satrio Tangguh. W 86 √

4. Adi Galih M 66 √

5. Ani Nisfu Laili 73 √

6. Eko Saputro 80 √

7. Latifah Putri 73 √

8. Abid Oktaf B 66 √

9. Ahmad Mahfudz 60 √

10. Arbi Fatih AF 66 √

11. Aviaha Mulyahi 86 √

12. Azka Al Fatih 66 √

13. Duwi Anisa 86 √

14. Farkhatul M 80 √

15. Ferry Ariq 93 √

16. Ida Sri Rahayu 86 √

103
17. Jihan Adzroo 66 √

18. Jihan Zaqiyah 80 √

19. M. Daffa Rays 66 √

20. M. Wahyu Aji 80 √

21. Mufida Noor 86 √

22. Selvi Noviyanti 80 √

23. Shokhihu Zuha 73 √

24. Yoga Widiantoro 60 √

25. Amru Yaminga 73 √

26. Latifah Elvina 86 √

27. Deka Rendi Arta 73 √

28. Hafidz Tri P 60 √

Jumlah 2.096

Nilai rata-rata 74,85

Persentase 13 siswa 15 siswa

(46,42%) (53,57%)

104
Lampiran VII

Hasil Tes Formatif Siswa Siklus II

No Nama Nilai Siklus II Tuntas Belum

Tuntas

1. Irbad M. Rauf 80 √

2. Nita Wulandari 86 √

3. Satrio Tangguh. W 80 √

4. Adi Galih M 66 √

5. Ani Nisfu Laili 80 √

6. Eko Saputro 66 √

7. Latifah Putri 93 √

8. Abid Oktaf B 86 √

9. Ahmad Mahfudz 86 √

10. Arbi Fatih AF 93 √

11. Aviaha Mulyahi 86 √

12. Azka Al Fatih 80 √

13. Duwi Anisa 93 √

14. Farkhatul M 80 √

15. Ferry Ariq 86 √

16. Ida Sri Rahayu 80 √

105
17. Jihan Adzroo 93 √

18. Jihan Zaqiyah 80 √

19. M. Daffa Rays 93 √

20. M. Wahyu Aji 86 √

21. Mufida Noor 80 √

22. Selvi Noviyanti 100 √

23. Shokhihu Zuha 80 √

24. Yoga Widiantoro 80 √

25. Amru Yaminga 86

26. Latifah Elvina 86 √

27. Deka Rendi Arta 80 √

28. Hafidz Tri P 66 √

Jumlah 2.511 25 3

Nilai rata-rata 89,67

Persentase 25 siswa 3 siswa

(89,28%) (10,71 %)

106
Lampiran VIII

Hasil Wawancara Wali Kelas V

(Pra Tindakan)

Hari : Sabtu

Subjek : Bapak Pardimin, S.Pd

Tempat : Kantor Guru

Situasi : Wawancara berlangsung pada waktu istirahat

1. Pertanyaan : Metode dan strategi apa yang biasa digunakan dalam


melaksanakan pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya dalam materi
bermain drama?
Jawaban : Biasanya menggunakan metode ceramah seperti biasanya.
2. Pertanyaan : Permasalahan apa yang sering muncul dalam pembelajaran
Bahasa Indonesia khususnya dalam materi bermain drama?
Jawaban : Biasanya anak kelas V ini cenderung rame, bercanda sendiri,
tidak fokus pada pembelajaran dan ada beberapa siswa yang masih sulit dalam
menerima materi.
3. Pertanyaan : Bagaimana kemampuan siswa dalam bermain drama?
Jawaban : Masih rendah, hal ini dikarenakan siswa kurang percaya diri
untuk tampil di depan kelas.
4. Pertanyaan : Bagaimana hasil belajar siswa tentang materi drama yang
selama ini telah diajarkan oleh Bapak?
Jawaban : Masih belum maksimal, masih banyak siswa yang belum
mencapai KKM.
5. Pertanyaan : Bagaimana menurut Bapak jika nanti dilakukan penelitian
tentang bermain drama dengan menggunakan strategi pembelajaran role-
playing?
Jawaban : Iya tidak apa-apa, tidak masalah. Siapa tahu itu bisa
meningkatkan hasil belajar siswa saya.

107
Lampiran IX

Permohonan Izin Penelitian

108
Lampiran X

SURAT KETERANGAN TANDA TELAH OBSERVASI

109
Lampiran XI

Lembar Konsultasi Skripsi

110
111
Lampiran XII

DAFTAR NILAI SKK

112
113
114
115
Lampiran XIII

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Dengan ini saya:

Nama : Luluk Purwanti

NIM : 115-12-010

Tempat Tanggal Lahir : Magelang, 01 Agustus 1993

Nama Ayah : Muntasil

Nama Ibu : Siti Rokhanah

Alamat : Krajan, RT 07 RW 03, Desa Bandarsedayu,


Kec.Windusari, Kab. Magelang

RIWAYAT PENDIDIKAN :

1. SDN Bandarsedayu Lulus tahun 2005

2. MTsN Windusari Lulus tahun 2008

3. MAN 1 Kota Magelang Lulus tahun 2011

4. IAIN Salatiga jurusan PGMI Angkatan 2012

Demikian daftar riwayat hidup ini, kami buat dengan sebenar-benarnya.

Salatiga, 3 Agustus 2016


Peneliti,

Luluk Purwanti
NIM. 115-12-010

116
Lampiran XIV

FOTO-FOTO

Peneliti melakukan wawancara pada guru kelas V dan siswa kelas V

Guru menyampaikan materi tentang bermain drama

Siswa sedang bermain drama di dalam kelas pada siklus I

117
Siswa mengerjakan soal evaluasi dari guru pada siklus I

Siswa sedang bermain drama di dalam kelas pada siklus II

Siswa mengerjakan soal evaluasi dari guru pada siklus II

118

Anda mungkin juga menyukai