Anda di halaman 1dari 3

TEMBANG TRADISI MANGANDUNG BORU NAMARBAGAS

SMP NEGERI 7 PADANG SIDEMPUAN

PEMBUKA
Bulung pokat di sisundung
Pambalut ni sira gortop sanggolom
Sebelum hami tampil mangandung
Isinkon hami mandokkon solom

Assalamu ‘alaikum….

BORU:
O…Umak,
Jagit ma tangan ni borumu da umak, mangido maaf au umak, mangido isin, lakka ma
au lakka matobang. Inda natarlupahon au sude hata sipaingot ni umak i, bopena tinggal
menek au nanggo jungada hurang au sian halak dibaen umak.
O...Umak,
Sehat-sehat ma umak dison, moofkon au da umak molo adong “hata lidung naso
lidung”, da umak.
O…Umak,
Nanggo jungada hurang borumon sian halak da umak bopena tinggal menek au umak.

UMAK:
O…Inang,
Lakka matua bulung maho Inang, holong rohamu tu namborumu, malo-malo maho
mambuat rohani akkah kahanggimu, ulang kho “songon gunting pambola-bola, songon jait
si domu-domu” maho dah Inang.
O…Inang boru da inang boru nalambok,
Marlidung dah inang, ke maho sian bagas, tinggal mau au natobangon dah inang,
“Ringgas maho di siriaon, tangi di sululuton”. Anggo dung inang, “martua maho
inang marsahala, buruk sada inang digatti dua inang, marsayang dua digatti lima, ima
dah inang patidahon maho inang boru namarroha”. Nanggo jungada hurang baya
borukkon sian halak bopena tinggal menek ho dah inang. Inang……o……. inang……..

PENUTUP
Madung sampe tu huta baringin
Mangan kotu markua rara
Mangido maaf hami mangido isin
Bettak adong hata nahurang tama

Terjemahan:

PEMBUKA
Daun alpukat di desa sisundung
Membungkus segenggam garam
Sebelum kami menampilkan acara mangandung
Izinkan kami mengucapkan salam

Assalamu ‘alaikum….
PUTRI:
O…Ibu,
Terimalah tangan putrimu, memohon doa restu (maaf) dan meminta izin ingin
menikah. Putrimu ini tidak pernah melupakan nasehat, walaupun telah lama ditinggal (ayah
alm/anak yatim) dari kecil sampai sekarang ini. Saya tidak pernah dibeda-bedakan dari
kehidupan anak-anak yang lain (selalu dibutuhi oleh ibu).
O…Ibu,
Sehat selalulah Ibu disini. “Maafkanlah segala kesalahan (tutur kata) ku selama
ini yang disengaja ataupun tidak disengaja” (baik dari tingkah laku dan tutur bahasa).
O…Ibu,
Kehidupan yang Ibu berikan selama ini tidak pernah ada kekurangan dari anak yang
lain, selalu Ibu butuhi kehidupan yang layak, walaupun dari sejak kecil kita (putrimu) telah
ditinggal oleh (alm ayah) yang lama meninggalkanku (putrimu).

IBU:
O…putriku,
Berangkatlah (menemui jodoh) ke tempat jauh (yang melamarmu), sayangilah
mertuamu disana, pandai-pandailah mengambil hati keluarga disana (keluarga mertua seperti
adik ipar, abang ipar, kakak ipar dan lain-lain), jangan seperti pepatah “gunting yang
memisahkan” tapi jadilah seperti “jarum yang menyatukan”.
O…putriku, kesayanganku…
Setelah sampai disana (tempat suami/mertua) menjadi penyejuk dan membawa
kedamaian dalam keluargamu, Melangkah dari Ibu dengan baiklah putriku….Tinggallah
ibumu yang sudah tua (membesarkanmu – ibunya sambil menangis).
“Rajin-rajinlah ke undangan pesta keluarga, cepat-cepatlah dengar dan
melangkah duka cita (kemalangan) – kesusahan orang (keluarga)”. Setelah semua itu, kamu
(putriku) lakukan, orangpun akan menghargai (menghormatimu). Seperti pepatah
“Hormatlah putriku dan bersahaja”, “Satu keburukan akan bertambah jadi dua”,
“kebaikan yang dua akan bertambah jadi lima”, “Tunjukkanlah pada semua orang
dirimu yang berhati mulia”. Kehidupan yang Ibu berikan selama ini tidak pernah ada
kekurangan dari anak yang lain, selalu Ibu butuhi kehidupan yang layak, walaupun dari sejak
kecil kita (putriku) telah ditinggal oleh (alm ayah) yang lama meninggalkanmu (putriku).
o…… putriku…… kesayanganku….. (ibunya terus menangis, sambil si anak pelan-pelan
meninggalkan ibunya yang masih menangis).

PENUTUP
Sudah sampai ke desa baringin
Makan siang pakai kua rara (gulai rendang)
Kami ingin meminta maaf dan izin
Apabila ada kata yang tidak disengaja

Anda mungkin juga menyukai