Anda di halaman 1dari 33

Tugas Analisa Iklan (Media dan Gender) dengan Teori Goffman

Kelompok 3

Nama :
1. Hanifah Nurfadhilah (190910302045) UNEJ
2. Wafiratuz Zahra (190910302126) UNEJ
3. Sulis Evi Setyowati (190910302047) UNEJ
4. Yurdani Ardika (180569201021) UMRAH
5. Septrada Ganindra B (190910302105) UNEJ
6. Ali Imran (180569201060) UMRAH
7. Dany Firmansyah (190910302124) UNEJ
8. Arya Kusuma Bhakti (180569201047) UMRAH
9. Aneta (180569201052) UMRAH
10. Bambang Suhito (180569201022) UMRAH
11. Dika Ifanda Yunarko (190910302037) UNEJ
12. Arya Majdan Faradis (190910302127) UNEJ
13. Sylla Rahmadanti (190910302014) UNEJ
14. Aldo Ardiansya (180569201064) UMRAH

Pada iklan produk kebersihan sabun Nuvo Family, Pada tangkapan iklan tersebut, menunjukkan
menunjukkan adanya simbol bahwa seorang ibu seorang ibu yang sedang membersihkan
dalam kesehariannya memiliki pekerjaan kotoran di wajah sang anak perempuan. Hal
domestiknya yang dimulai pada pagi hari saat tersebut menurut Goffman, bahwa wanita
semua anaknya masih tertidur. Fungsi dan peran dalam konsepnya “feminine touch” sering
ibu dalam keluarga sangat identik dengan ditunjukkan dengan penunjukkan jari – jari
pekerjaan domestiknya dan mengurus segala atau tangan, sikap yang lembut, dan membelai
keperluan anak – anaknya setiap hari dimulai pada suatu permukaan. Seperti halnya dalam adegan
pagi hari. iklan tersebut dengan adanya sentuhan
femininim dalam iklan guna menunjukkan
sikap kelembutan dan sabar dari seorang ibu.
Nama : Hanifah Nurfadhilah (MBKM Universitas Jember)
NIM : 190910302045
Mata Kuliah : Sosiologi Media
Analisis Iklan dalam Teori Penggambaran Gender Erving Goffman

Pada tangkapan adegan iklan tersebut, menggambarkan posisi duduk anak – anaknya yang
berada dalam pangkuan sang ayah. Dengan posisi tangan sang ayah memeluk anak –
anaknya. Sedangan sang ibu berada di sebelah kanan dan ibunya berada di sebelah kiri
yang sedang bercanda dengan anak – anaknya. Penempatan posisi duduk pemeran iklan
tersebut menunjukkan bahwasanya seorang ayah memiliki peranan penting untuk menjaga
dan melindungi anaknya. Dan seorang ibu yang selalu berusaha menghibur dan mendidik
anaknya.

Berdasarkan pada setiap adegan dalam iklan tersebut, jika dilihat dengan
menggunakan teori goffman yakni tentang penggambaran gender dalam keluarga. Di dalam
iklan tersebut terdapat satu keluarga kecil atau inti yang terdiri dari ayah, ibu, dan kedua anak
perempuannya yang mana susunan tersebut merupakan cerminan dari norma – norma dalam
masyarakat. Pada beberapa adegan iklan tersebut menunjukkan adanya beberapa
penggambaran gender dari teori Goffman. Pertama, pada argumennya tentang feminine touch
(sentuhan feminin), yang mana menurut Goffman dalam iklan sering ditampilkan sentuhan
feminis dari seorang wanita dalam pengambilan gambar tangan maupun jarinya, adegan
membelai seseorang, atau sikap – sikap kelembutan dari seorang wanita. Seperti halnya yang
ditunjukkan dalam iklan tersebut yakni apda adegan seorang ibu yang membangunkan
anaknya dengan sikap yang lembut dan adegan membersihkan wajah anaknya dengan lembut.
Kedua, argumennya tentang pemeringkatan fungsi antara laki – laki dan perempuan. Yakni,
bahwasanya perempuan dan laki – laki peran serta fungsinya masing – masing baik dalam
lingkungan keluarga maupun masyarakat. Pada adegan iklan tersebut digambarkan bahwa
seorang ibu yang memegang peran dan fungsi yang berbeda dengan seorang ayah. Ketiga,
yakni argumennya tentang penggambaran gender dalam keluarga pada sebuah iklan. Pada hal
ini, digambarakan dalam iklan tersebut diperlihatkan dengan sangat jelas bahwa seorang ayah
diposisikan dengan duduk sambil memeluk erat anak – anaknya, dengan mereka yang duduk
di pangkuan ayahnya. Hal tersebut menujukkan bahwa media iklan tersebut mencoba untuk
menunjukkan bahwa seorang ayah memiliki peranan penting dalam keluarga sebagai
pelindung para anggota keluarga, terutama bagi anak – anaknya.

WAFIRATUZ ZAHRA

190910302126

SOSIOLOGI MEDIA

Analisa Teori Erving Goffman Mengenai Penggambaran Gender Pada Iklan Komersial

“Iklan Ponds White beauty : Fighting Hijab Ft. Saskia Chadwick”


Sumber gambar : Youtube.com

Pada iklan komersial ini, menjelaskan bahwa terdapat seorang ibu dan anak
perempuannya yang mana mereka berpenampilan dengan mengenakan hijab. Sang anak
memiliki hobi yang berbeda dengan perempuan pada umunya yakni fighting atau bertinju.
Karna hobinya yang tidak biasa membuat ia harus secara diam-diam untuk latihan tinju tanpa
ada seorang pun yang mengetahuinya. Pada saat sedang berlatih, ia sedikit mengalami memar
pada bagian pipi sehingga menimbulkan memar dan bekas kemerahan. Karna kejadian ini ia
takut sekali jika sang ibu khawatir dan mengetahui hobi yang ia lakukan selama ini. Akhirnya
ia berusaha untuk menutupi bekas memar dipipinya dengan ditambahkannya bedak agar tidak
terlihat. Alhasil caranya berhasil sehingga membuat sang ibu percaya, meski ia harus
berbohong dengan alasan mengunjungi perpustakaan dengan mengatakan “banyak buku baru
di perpustakaan” saat ditanya mengapa pulang terlambat. Pada saat ia membersihkan
mukanya dengan produk yang ditawarkan dalam iklan ini yakni facial wash dari ‘ponds white
beauty’, bekas memar tadi akhirnya terlihat, dari situ ia mulai berfikir untuk berani jujur di
depan ibunya mengenai bekas memar pada pipinya yang diakibatkan oleh latihan tinju yang
ia lakukan secara diam-diam. Setelah ia jujur ternyata sang ibu tidak marah dan mendukung
apa yang menjadi keinginan anak perempuannya meski hal tersebut jarang dilakukan oleh
kalangan perempuan.

Berdasarkan penjelasan singkat dari iklan Ponds White Beauty tersebut, terlihat
dengan sangat jelas penggambaran gender yang disajikan. Iklan tersebut menunjukkan
bahwa tinju hanya layak dilakukan oleh kaum laki-laki berdasarkan dari persepsi masyarakat
pada umumnya. Perempuan harus melakukan hal-hal yang anggap feminism, tanpa boleh
melakukan hal lain di luar hal tersebut. Terlihat ketika sang anak harus secara diam-diam
untuk berlatih tinju sebagai hobinya. Sehingga ia harus berbohong pada ibunya demi
mewujudkan keinginannya. Pada kasus cerita ini seiring dengan teori dramaturgi dari Erving
Goffman, memiliki dimensi tersendiri. Menurut Goffman dramaturgi adalah sandiwara
kehidupan yang disajikan oleh manusia. Situasi dramatic yang seolah-olah terjadi di atas
panggung sebagai ilustrasi untuk menggambarkan pengekspresian diri individu dan kemudian
saling berinteraksi. Hal ini tentu terjadi pada kita semua dalam kehidupan sehari-hari.
Sebagai contoh pada kasus pada iklan ini. sifat yang ditunjukkan sang anak pada saat harus
berbohong pada ibunya merupakan sebuah bentuk dari panggung depan (front stage), dengan
tidak mengatakan yang sebenarnya, ia sedang bersandiwara pada ibunya dengan mengatakan
bahwa ia mengunjungi perpustakaan, hal ini dilakukan demi menjalankan siasatnya yakni
agar sang ibu tidak marah serta tidak mengetahui kegiatan yang sebenarnya dilakukan yakni
latihan tinju. Ketika ia sudah tidak bersama ibunya, ia akan menjadi pribadi yang
sesungguhnya yakni ketika berada di luar ia akan terus berlatih demi mewujudkan mimpinya
sebagai petinju, atau ketika ia sedang sendiri dikamar, ia akan menjadi sosok yang lebih
bebas dalam mengekspresikan segala emosinya, dan hal inilah yang disebut sebagai belakang
panggung (back stage). Sehingga kejadian semacam ini susah untuk ditebak, apalagi dengan
latar belakang kesetaraan gender yang sajikan membuat panggung sandiwara semakin banyak
dilakukan. Peristiwa semacam ini sudah menjadi bagian dari keseharian kita, oleh karna itu
dari teori ini mengajarkan agar kita tidak menilai seseorang dari luarnya saja.

Nama : Arya Kusuma Bhakti

NIM : 180569201047

Dalam iklan milkita dapat kita analisis dengan ukuran relatif antara laki laki dan perempuan.

a. Besarnya ukuran laki laki dan perempuan baik dalam menjalankan peran dalam
keluarga sering kali dibesar-besarkan, seperti dalam hal mencari nafkah dan
menggunakan uang dari nafkah itu sesuai dengan keinginan sang suami sehingga
sering kali menimbulkan konflik didalam berkeluarga
b. Sudut kamera sering kali memposisikan lelaki sebagai pihak yang mendominasi
terlebih lagi soal menjaga kestabilan perekonomian keluarga dan sedikit menampilkan
wanita sebagai istri dan sate bagian untuk menampilkan sang anak.
c. Dengan demikian dari iklan tersebut sudah sangat tampak proposional gender dalam
keluarga, sehingga bagi yang merasa memiliki peran yang lebih penting akan merasa
dirinya lebih berkuasa/superioritas sedangkan yang lainnya menjadi subordinasi
Nama : Dany Firmansyah

Nim : 190910302124

Kelompok 3

Dalam pandangan Goffman dalam menggambarkan bagaimana feminitas dan maskulinitas


dalam sebauah media dimaan Goffman menemukan perbedaan yang sangat kontras antara
bagaimana pria dan wanila digambarkan. Perempuan digambarkan memiliki sosok yang
rentan, rapuh, tak. berdaya melamun, seperti anak kecil, dan patuh. Sedangkan sosok laki-laki
umumnya digambarkan sebagai orang yang percaya diri, nyaman, hadir bahkan
mengintimidasi dan lebih siap untuk apa pun yang mungkin datang ke arah mereka.

Akan tetapi apabila melihat dari iklan yang saya ambil dari sebuah iklan sampho yang
dimana dalam iklan itu memberikan sebuah gambaran dimana apabila mereka memakai
sampho tersebut akan lebih mudah atauapun lebih nyaman dalam menjalankan aktivitasnya.
Dan dalam contoh iklan ini lebih condong kepada perempuan yang menggunakan hijab
dimana biasanya seorang perempuan apabila mereka saat menggunakan hijab lalu harus juga
menjalankan aktivitasnya, terkadang mereka meresa bahwa ada rasa tidak nyaman pada
rambut mereka entah itu gatal, gerah dan lan sebagainya. Apabila di analisis menggunakan
teori dari Goffman dimana, dalam iklan ini lebih menonjolkan dari segi perempuannya.
Dimana apabila dilihat dalam iklan tersebut memberikan gambaran pada khalayak umum
bahwa walaupun mereka menggunakan hijab akan tetapi mereka pun juga bisa melakukan
sebauh aktivitas yang biasa dilakukan oleh seorang laki-laki dimana salah satu contohny
adalah bermain skateboard, bermain basket dan bermain gitar. Dimana apabila dilihat pada
aktivitas tersebut biasanya lebihh banyak dilakukan oleh para laki-laki akan tetapi didalam
iklan tersebut menunjukan bahwa kaum perempuan pun bisa melakukan apa yang juga biasa
dilakukan oleh para laki-laki. Selain itu juga dimana dalam iklan tersebut perempuan nya pun
memakai hijab semua, yang biasanya para perempuan memakai hijab lebih sedikit dalam
beraktivitas tapi disini dintujukan mereka yang memakai hijab pun bisa melakukan aktivatis
yang sama dengan orang lain dan bahkan para laki-laki.

Sumber iklan ; https://youtu.be/5S9LfUkdavM

Nama : Arya Majdan Faradis

NIM. : 190910302127

Univ. : Universitas Jember

Kelas. : Sosiologi Media


Iklan Roma Kelapa Celap Celup 2019

Gambar 1. Nama produk dan slogan iklan.

Sumber : https://youtu.be/bv11YqHnVGs

Dalam iklan menunjukkan kondisi dimana kehidupan sebuah keluarga saat pagi hari
untuk berangkat sekolah dan bekerja, serta sore hari saat pulang dari sekolah dan dari bekerja.
Dalam iklan tersebut setiap peran memilki perannya masing-masing, ibu sebagai ibu rumah
tangga yang bertugas memasak dan menjaga rumah, suami sebagai orang yang bekerja untuk
mencari nafkah dan anak-anak yang yang bersekolah.

Gambar 2. Keadaan pagi hari saat akan berangkat bekerja dan berseoklah.

Iklan diawali dari kondisi di pagi hari, saat suami dan anak-anaknya bersiap untuk
berangkat bekerja dan bersekolah. Ibu melihat bahwa suami dan anak-anak kelihatan lemas
dan tidak bersemangat, maka dari itu ibu menyiapkan biskuit Roma Kelapa beserta teh, kopi
dan susu sebagai sarapan di pagi hari. Suami dan anak-anak pun menjadi lebih bersemangat
untuk berangkat bekerja dan bersekolah.

Gambar 3. Kondisi suami dan anak-anak setelah pulang dari bekerja dan bersekolah.

Adegan kedua pada iklian ini adalah menunjukkan kondisi suami dan anak-anak yang
sangat lemas setelah seharian bekerja dan bersekolah, ibu berusaha untukembuat suami dan
anak-anak merasa segar kembali. Ibu menyiapkan biskuit Roma Kelapa beserta teh, kopi dan
susu untuk suami dan anak-anak, agar menjadi segar dan memulihkan tenaga.

Gambar 4. Menikmati waktu istirahat dengan bercanda.

Pada adegan ketiga dan terakhir, menunjukkan keluarga tersebut beristirahat dan tertawa
ria ditemani oleh biskuit Roma Kelapa yang disiapkan oleh ibu sesaat setelah pulang dari
bekerja dan bersekolah.

Dalam iklan tersebut peran ibu digambarkan sebagai orang yang tidak bekerja dan hanya
bertugas hanya untuk mengurusi semua urusan didalam rumah, ibu dianggap dibawah
kedudukan dari suami dan hany bertugas melayani suami dan anak-anaknya. Keadaan
tersebut tentu menunjukkan kondisi bahwa kedudukan laki-laki seakan lebih tinggi dari
kedudukan seorang perempuan. Menunjukkan patriarki yang sudah melekat dalam keluarga,
patriarki keadaan masyarakat yang menempatkan kedudukan dan posisi laki-laki lebih tinggi
dari pada perempuan dalam segala aspek kehidupan sosial, budaya dan ekonomi.

Hampir keseluruhan iklan di Indonesia cenderung menggambarkan perempuan dalam


posisi yang subordinatif. Hal ini karena adanya suatu anggapan di masyarakat pada umumnya
bahwa wanita itu pasif, kurang cerdas, emosional sehingga menyebabkan ia terkadang
bertindak irasional, maka ia tidak bisa memimpin dan oleh karena itu harus ditempatkan pada
posisi yang tidak penting. Misalnya dalam iklan perempuan digambarkan sebagai orang
kedua, yang keberadaannya dalam struktur sosial kemasyarakatan di bawah laki-laki.

Dallam iklan, perempuan selalu ditampilkan sebagai sosok yang tidak jauh dari peran
domestik seperti masalah dapur, sumur, mengurus anak, belanja untuk kebutuhan keluarga,
dan sebagainya. Sama halnya dengan iklan yang dijelaskan diatas, peran perempuan tersebut
memiliki peran sebagai ibu, yang bertugas memasak, mengurus anak dan suami.

Menurut Goffman, peran dalam iklan bukanlah milik aktor tetapi lebih sebagai hasil
interaksi antara aktor dengan penonton atau masyarakat. Berdasarkan hal tersebut dapat
dijelaskan bahwa perilaku yang timbul dalm iklan tidak selalu berasal dari kemauan aktor
tetapi perilaku yang timbul berasal dari kemauan masyarakat, sehingga aktor berperilaku
sesuai dengan kemauan masyarakat dan kondisi masyarakat.

Goffman menyebutkan bahwa perempuan dilemahkan oleh penggambaran iklan lima


kategori: ukuran relatif, sentuhan feminin, ritualisasi peringkat, fungsi subordinasi, dan
penarikan berlisensi. Kelima kategori tersebut merupakan gagasan yang dikemukakan oleh
Goffman pada tahun 1990-an. Dalam iklan yang dijelaskan diatas, penggambaran perempuan
dalam iklan tersebut yaitu fungsi silubordinasi yang diaman seakan-akan perempuan lebih
rendah kedudukannya daripada laki-laki.

Tampilan gender dapat didefinisikan sebagai ritual perilaku gender, dan digunakan
untuk membantu menafsirkan realitas sosial. Inilah yang sebagian besar dipinjam dari iklan,
dan bagi Goffman inilah alasan mengapa iklan tidak terlihat aneh bagi publik. Lebih lanjut,
Goffman berpendapat bahwa ada kode-kode yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi
gender. Kode gender ini dapat dilihat pada penggambaran laki-laki dan perempuan dalam
iklan.
Nama : Bambang Suhito

NIM : 180569201022

Univ : Universitas Maritim Raja Ali Haji

Iklan Sunlight

Iklan sunligt tersebut merupakan iklan yang sering muncul di kehidupan rumah tangga,
yaitu pembagian tugas antara perempuan dan laki-laki. Dalam iklan Sunlight tersebut
terlihat perempuan harus mencuci alat dapur juga memasak untuk anak dan suaminya.
Disini iklan membangun kontruksi budaya kepada masyarakat, bahwa laki-laki yang bekerja
di kantor (terlihat dari pakaian sang suami), sedangkan istri bekerja di dapur.

Padahal kenyataannya perempuan juga memiliki hak yang sama seperti laki-laki untuk
bekerja, dan laki-laki juga boleh untuk melakukan aktifitas mencuci piring di dapur seperti
perempuan. Dan terdengar juga dialog dari sang artis (Raffi Ahmad) yang hanya mengajak
kaum perempuan untuk membeli Sunlight, sedangkan laki-laki tidak disebutkan.
Ketidaksetaraan gender berarti sebagai ketimpangan atau perbedaan yang sudah lama
melekat pada pikiran masyarakat mengenai laki-laki dan perempuan.

Erving Goffman dalam bukunya yang berjudul Gender Advertisement, menjelaskan


bagaimana perempuan digambarkan oleh media Barat. Goffman menganalisis lebih dari 500
foto iklan dan menganalisis berbagai pose, pemosisian tubuh, dan pakaian. Analisisnya
menemukan terdapat perbedaan mengenai bagaimana laki-laki dan perempuan
digambarkan. Goffman (1976) melihat perempuan dalam iklan digambarkan lemah, tidak
memiliki kekuatan, dan submisif. Menurut Goffman, penggambaran ini tidak berhubungan
dengan hal biologis, namun berhubungan dengan bagaimana kultur mendefinisikan feminin
dan maskulin. Goffman menyebut hal ini sebagai ritual subordinasi.

Dan pada kesimpulan nya mengenai iklan diatas merupakan stereotif perempuan tidak
disebabkan oleh hal biologis, melainkan disebabkan oleh bagaimana kultur memaknai
feminitas dan maskulinitas. Pemaknaan ini berdampak pada industri iklan, dimana industri
iklan menyesuaikan dengan struktur dimana mereka berada.

Dan juga Sentuhan Feminin, wanita sering digambarkan menyentuh orang atau objek
dengan cara ritualistik, kadang-kadang hanya menyentuh objek atau orang. Goffman
berpendapat bahwa "perempuan dalam periklanan sering sambil menunggu" menggunakan
jari dan tangan mereka untuk melacak garis besar suatu objek, atau untuk merekamnya
atau untuk permukaannya". Sentuhan ini mendorong gagasan bahwa wanita tersedia secara
seksual, lemah, dan rentan dalam arti hak pilihan, bahasa tubuh, dan individualitas mereka
dalam hubungannya dengan pria.
linknya : https://youtu.be/ivY0qOBX0kE

NAMA : AL IMRAN

NIM : 180569201060

MATA KULIAH : SOSIOLOGI MEDIA

1. Membuktikan kebenaran teori Goffman berkenaan dengan pengambaran gender di dalam iklan
komersial.
2. Beberapa iklan yang ditampilkan di media online kumpulkan kemudian dianalisis untuk
mengetahui dimensi apa saja dari kerangka Goffman yang muncul.

JAWAB

1. Perempuan dalam sistem kapitalisme hanya dipakai yang Nampak saja dari dirinya, bersifat fisik,
kecantikan, kebagusan tubuhnya. Tudingan terhadap kapitalisme dalam “ melayani” nilai nilai mapan
itulah yang sangat berperan dalam pemenuhan bias gender terutama dalam iklan. Yang dimana iklan
adalah bentuk komunikasi masa komersial yang ditunjukan untuk menjual produk. Penciptaan image
sebuah produk menjadi hal yang sangat penting dalam iklan modern untuk menggaet konsumen.
Perempuan seringkali menjadi meteri utama untuk membangun dan menciptakan image. Karena
perempuan itu cantik, seksi, natural, dan segala aspeknya untuk menghidupkan image produk.

Perempuan dalam iklan yang streofit dan bias gender sebenarnya merupakan refleksi dari nilai nilai
sosial mapan yang beroperasi dalam kehidupan masyarakat. Apabila kedua sistem refresentasi yang
ditawarkan atau diletakkan pada konteks iklan, jelas akan meneguhkan fakta bahwa realitas sosial
yang dikontruksikan oleh iklaan komersial tersebut, termasuk hubungan antara laki laki dan
perempuan juga didukung oleh rangkaian terknik teknik produksi maupun pacsa produksi iklan yang
mampu meneguhkan citra maskulinitas dan feminitas, dimana peneguhan tersebut akan semakin
mempertajam bias gender yang terbentuk.

Erving Goffman, mengenai konstruksi realitas sosial, yaitu: makna diciptakan atau dikonstruksikan
melalui tindakan manusia yang mengorganisasi, mengkarakterisasi dan mengidentifikasi pengalaman
dengan mengunakan definisi yang dipahami bersama. 1. Makan tersebut dibatasi dan sifatnya
relative terhadap kontek sosial dimana makna itu diciptakan. 2. Makna dipelajari melalui proses
sosialisasi, 3. Dan orang cendrung bertindak berdasarkan pada makna tersebut tanpa malakukan
penilaian kembali dan tanpa kesadaran akan kekuatan kekuatan sosial yang menciptakannya.
Pentingnya nilai nilai mapan yang beroperasi dalam masyarakat pada konsturksi realita sosial. Hasil
realita sosial dianggap sebagai patokan “ norma dan lazim” dalam masyarakat dan jarang sekali
berani melakukan perlawanan terhadap eksistensi nilai nilai tersebut. Iklan komersial, sebagai
cermin masyarakat, otomatis mengadopsi hasil konstruksi realitas sosial tersebut supaya dapat
diterima keberdaannya oleh masyarakat.

2. Goffman menganalisis sebuah kesatuan tampilan iklan dan berargumen bahwa pria dan wanita
secara berulang digambarkan sebagai partisipan dalam “hyper-ritualization” dari potongan-
potongan kejadian sosial. Yaitu bahwa iklan-iklan komersial menyaring ritual sosial keseharian dalam
adegan-adegan, dan pembagi yang digunakan adalah “female subordination” atau “subordinasi
kaum perempuan”. Goffman menteorikan bahwa subordinasi tersebut pada akhirnya
mengkonotasikan “infantalization” kaum perempuan, dan membedakan enam dimensi yang mana
infantalisasi simbolik ini dapat diklasifikasikan. Secara singkat, enam dimensi tersebut adalah:

(1)Relative size: Laki-laki ditampilkan secara fisik lebih besar dan lebih tinggi dari perempuan

(2)The feminine touch: Dalam memegang suatu benda, perempuan mengelus, sedangkan laki-laki
merenggut
(3)Function ranking: Laki-laki sebagai eksekutor, perempuan hanya sebagai peran sekunder. Laki-laki
yang membantu tugas perempuan adalah bukan benar-benar laki-laki.

(4)The family: Lebih ditonjolkan hubungan spesial ibu-anak perempuan daripada ayah-anak laki-laki

(5)The ritualization of subordination: Perempuan cenderung ditampilkan dalam posisi dan pose
inferior, misal lebih rendah, tunduk, tidak serius, di bawah perlindungan laki-laki.

(6)Licensed withdrawal: Perempuan secara simbolis diberi kesempatan untuk bersembunyi atau
menarik diri dari lingkungan dan menampilkan laki-laki sebagai wali atau pelindungnya.

Pada sosiologi dijelaskan apa yang disebut dengan norma (norms), yaitu peraturan yang
berkembang dalam suatu budaya yang mengatur bagaimana seseorang seharusnya bertindak dan
bagaimana konsekuensinya jika gagal bertindak dalam cara yang sudah ditentukan. Norma kultural
sering dibicarakan beriringan dengan nilai kultural(values), yaitu ide-ide yang membatasi atau
menjadi standar bagi norma-norma tersebut, biasanya ditegaskan dengan pernyataan baik-buruk
atau benar-salah. Ditemukan tiga ideologi yang terkandung dalam iklan televisi Axe, yaitu Axe effect
bisa didapatkan oleh semua laki-laki, perempuan bertingkah laku agresif, dan perempuan sebagai
bonus. Informan memaknai sosok laki-laki secara umum sebagai sosok yang kuat secara fisik, dan
melekat kepadanya dimensi maskulinitas sebagai hasil dari sosialisasi peran jender yang selama ini
mereka dapatkan sesuai pengalaman dalam kehidupan mereka sehari-hari. Sosok perempuan secara
umum dimaknai sebagai sosok yang lembut, secara fisik lebih lemah dari laki-laki, dan melekat
kepadanya dimensi femininitas. Namun ada faktor emansipasi yang menyebabkan kesetaraan jender
mulai dipahami oleh para informan. Sehingga wajar saat ini bagi seorang perempuan untuk berada
di wilayah publik, karena perempuan tidak hanya kecantikannya yang dilihat, melainkan juga
kepandaian dan kemandiriannya. Sosok laki-laki dan perempuan dalam iklan Axe seperti bertukar
peran saat dianalisis dengan enam dimensi milik Goffman. Meskipun begitu, para informan merasa
tokoh laki-laki tetap maskulin, dan tokoh wanita tetap feminin. Namun tingkah laku tokoh
perempuan terlampau agresif, sehingga beberapa informan menganggap hal itu tidak pantas, dan
membuat mereka tidak setuju dengan visualisasi adegan Axe effect tersebut.
https://youtu.be/BEtffDGpZEk

Secara normatif, periklanan merupakan salah satu bentuk khusus komunikasi untuk memenuhi
fungsi pemasaran. Iklan adalah bentuk penyajian pesan yang dilakukan oleh komunikator secara
nonpersonal melalui media untuk ditujukan pada komunikan dengan cara membayar. Iklan
memberikan informasi dan membujuk khalayak ramai agar membeli produk-produk yang
ditawarkan. Iklan harus dapat mempengaruhi pemilihan dan keputusan pembeli. Berkaitan dengan
bisnis industrial, iklan menjadi komponen sangat penting, “Berbisnis tanpa memasang iklan sama
dengan mengedipkan mata kepada cewek cantik di dalam gelap gulita. Hanya kamu seorang yang
tahu apa yang kamu lakukan, tanpa orang lain menyadarinya “Bidang periklanan dapat didefinisikan
sebagai ilmu untuk memenjarakan kecerdasan manusia cukup lama untuk mendapat uang darinya”.
periklanan merupakan penggunaan media bayaran oleh seorang penjual untuk mengomunikasikan
informasi persuasif tentang produk (ide, barang, jasa) ataupun organisasi sebagai alat promosi yang
kuat.

Disisi lain, iklan dalam kajian budaya populer, sebagaimana yang disampaikan dalam buku “Popular
Culture” Argumen yang disampaikan disini adalah bahwa dahulu iklan biasanya menyampaikan
kepada kita betapa bernilai dan bermanfaatnya sebuah produk. Namun demikian, kini iklan lebih
sedikit menyampaikan soal produk secara langsung, dan lebih banyak berkutat dengan
menyampaikan atau memparodikan iklan itu sendiri dengan mengutip iklan-iklan yang lain, dengan
mengambil rujukan-rujukan dari budaya populer maupun dengan secara sadar memperjelas
statusnya sebagai iklan.Di dalam iklan, tanda – tanda digunakan secara aktif dan dinamis, sehingga
orang tidak lagi membeli produk untuk pemenuhan kebutuhan (need), melainkan membeli makna –
makna simbolik (symbolic meaning), yang menempatkan konsumer di dalam struktur komunikasi
yang dikonstruksi secara sosial oleh sistem produksi/konsumsi (produser, marketing, iklan). Dalam
implikasinya, iklan membantu menciptakan sebuah dunia dimana individu menjadi tidak berdaya
secara emosional. Keseluruhan konteks sosial dan signifikasi sosial iklan mengalami perubahan
secara radikal. Kebutuhan akan iklan menjadi semakin nyata dalam masyarakat konsumen, dimana
iklan menjadi istimewa bagi sirkulasi pesan dan petunjuk sosial tentang individu dan obyek yang
saling mempengaruhi. Salah satu cara yang digunakan iklan untuk menjual ideologi konsumerisme
adalah melalui fokusnya pada bidang konsumsi dan pada bidang produksi. Iklan kemudian
menciptakan makna–makna, citra–citra dan fantasi atas produk atau komoditi dan menggunakan
pendekatan–pendekatan psikologis untuk menciptakan kebutuhan – kebutuhan artifisial. Iklan harus
dapat menggugah atau menggelitik serta mudah diingat. Konsep dari iklan harus selalu berkaitan
dengan produknya. Konsep yang dibuat harus dapat disesuaikan dengan berbagai macam
pertimbangan, seperti segmen dan target sasaran yang akan diraih. Meskipun pada dasarnya tidak
dilarang jika iklan yang dibuat tidak sesuai dengan produk, namun akan muncul suatu kebingunggan
pada masyarakat.
NAMA. : DIKA IFANDA YUNARKO

NIM : 190910302037/UNEJ

ANALISIS IKLAN GENDER - ERVING GOFFMAN

Adapun konsepsi yang tergandung di dalam iklan Cat Tembok dengan brand Nippon Paint ini
berlandaskan kategorisasi Erving Goffman dalam - Gender Advertisement, meliputi:

a. Relative Size

Relative Size atau yang dikenal dengan ukuran relatif mengartikulasikan adanya skala tertentu yang
ditetapkan, kemudian dijadikan sebagai skema pakem dari suatu tampilan, misalnya pria dari segi
portur tubuh lebih tinggi dari wanita, dan melingkup aspek-aspek lainnya.
Dalam konteks iklan Nippon Paint: Kisah Mudik Mas Kulin. Identifikasi utama, mengapa tokoh yang
ditampilkan sebagaimana sosok pria binaraga, disematkan nama Mas Kulin? mengapa bukan nama
yang lain? - Jelas ini menunjukkan legitimasi atas nilai "maskulinitas" dapat dilihat dari portus tubuh
tinggi, berotot, dengan rona kulit eksotik (hitam legam tersorot terik matahari), didukung aksi-aksi
tangguh, mengaruhi perjalanan jauh - anti mainstream, berkelana demi kekasih, tak lupa kembali
dengan membwa buah tangan (dalam konteks ini: cat tembok yang diinginkan sang bwlahan jiwa)
yang mengisyaratkan: keperkasaan - ketangguhan - kejantanan.

b. Feminine Touch

Feminine Touch merujuk pada konstruk tentang seorang wanita yang dilukiskan sebagai makhluk
perasa, penuh kelemahlembutan budi, perangai yang diarahkan selalu diarahkan pada "unsur
feminin", dan ini selalu diregenerani. Pun ketika wanita digambarkan menyentuh sesuatu, maka
sentuhan itu bersifat halus, tidak menekan, tidak menghentak.

Dalam konteks iklan Nippon Paint: Kisah Mudik Mas Kulin. Hal-hal yang dapat ditangkap dalam scene
nya, merujuk pada beberapa adegan wanita menyetuh Mas Kulin, bersandar kepadanya. Ini sebagai
tanda respect atau kekaguman kaum hawa atas perjuangan Mas Kulin. Mas Kulin berada di tengah
kaum hawa, dielu-elukan, bak sentral atau raja dengan permaisuri dan selirnya.

c. Functional Rank

Functional Rank merujuk pada pemeringkatan fungsi. Dalam kategori tertentu, tindakan yang
diaktualisasikan oleh seseorang akan ditempatkan pada strata berdasarkan orientasinya. Ini dapat
dianalogikan dalam basis gender. Pria cenderung memiliki kekuatan aksi lebih tinggi untuk
mendominasi, karena justifikasi umum melaraskan bahwa seseorang laki-laki adalah pemimpin yang
notabene senantiasa mengatur, mengomando, mengarahkan, dan mengambil keputusan final.
Sedangkan, wanita tetap pada garis belakang, cenderung terdominasi, marginal, dan hanya sekadar
menantikan atau memasrahkan keputusan sepenuhnya kepada pria.

Dalam konteks iklan Cat Tembok Nippon Paint pada seri: Kisah Mudik Mas Kulin. Tokoh utama yang
ditampilkan telah menvalidasi adanya power pria terhadap lingkungan sekitar, sedangkan semua
orang pasti akan tunduk. Contohnya: pada shot adegan Mas Kulin datang ke Toko Cat, dimana Mas
Kulin menunjuk, sang owner langsung sigap. Kemudian, ketika Mas Kulin menyetop angkutan umum
di tengah jalan untuk pulang kampung, seketika sang sopir menginjak cakram rem, dsb.

SEKIAN TERIMAKASIH

Nama : Septrada Ganindra Bagaskara

NIM : 190910302105

Asal : Universitas Jember


Couple (Pasangan) Dalam Iklan Sabun Mandi Lux

Sumber : https://youtu.be/ATWR_K34drU
Gambar iklan sabun mandi lux 2010

Dalam kajian Erving Goffman (1976), terdapat peran gender dan display gender. Keduanya
fokus pada aspek perilaku menjadi laki-laki dan perempuan. Seperti halnya pada iklan diatas
yang menunjukkan peran sesuai gender masing masing, dimana pemeran wanita
menunjukkan feminitasnya ketika berjalan, berlari dan gerak gerik layaknya perempuan.
Sedangkan untuk pemeran laki-laki menunjukkan maskulinitasnya yang dimana setiap action
yang ia tunjukkan selalu terlihat cool layaknya laki-laki.

Alur cerita dalam iklan yang dibintangi oleh couple (pasangan) Ariel dan Luna Maya tersebut
diawali action Luna Maya ketika mandi menggunakan sabun lux lalu didatangkannya Ariel
yang membunyikan bell rumahnya, ketika si pembantu membukakan pintu disusul dengan
luna maya dibelakang yang gaya berjalannya layaknya perempuan untuk menggoda Ariel,
terlihat dimana setiap action si pemeran laki-laki selalu terlihat cool layaknya laki-laki. Dan
diakhir scane iklan ini ditutup dengan adengan couple Ariel dan Luna Maya yang saling
berpelukan diatas gedung seperti gambar diatas.

Yang bisa saya ambil dari iklan ini yaitu setiap gender memiliki perannya masing-masing,
baik itu dari cara berpakaian bahkan logatnya dan tidak menyimpang. Seperti laki-laki yang
Maskulinitas dan wanita yang Feminitas.

Nama : Sulis Evi Setyowati (MBKM UNEJ)


NIM : 19019302047
Matkul : Sosiologi Media
Family (Keluarga) dalam Iklan Kecap ABC

Sumber: https://youtu.be/nnv9fYekzOY
Gambar Iklan Kecap ABC 2018
Dalam bukunya (Goffman, 1976) menggambarkan bagaimana feminitas dan
maskulinitas ditampilkan dalam media barat. Dengan membuat studi dengan melihat kurang
lebih sekitar 500 iklan foto yang berbeda dan menganalisis berbagai pose, posisi tubuh,
pakaian, dan sebagainya. Goffman menemukan perbedaan yang sangat kontras antara
bagaimana pria dan wanita digambarkan. Perempuan digambarkan memiliki sosok yang
rentan, rapuh, tak berdaya, melamun, seperti anak kecil, dan patuh. Sedangkan sosok laki-laki
umumnya digambarkan sebagai orang yang percaya diri, nyaman, hadir bahkan
mengintimidasi dan lebih siap untuk apa pun yang mungkin datang ke arah mereka. (Erving
Goffman, 1976)

Family (Keluarga) Dalam media pada saat objek berfoto antara ayah yang
berhubungan dengan anak lelakinya pososinya memiliki jarak, sedangkan ibu dengan anak
perempuannya. Sama seperti gambar diatas bahwasannya pada iklan tersebut terdapat jarak
posisi antara ibu dan anak maupun ayah dan anak. Si anak yang menggambar di lantai dengan
ayah dan ibunya yang pulang kerja. Dimana ayah berada di kursi dan ibu berada di dapur
sedang memasak.

Alur cerita dalam iklan tersebut berawal dari adegan sepasang suami istri pulang dari
kantor dan anak kecil yang tengah menggambar di satu ruangan tak bersekat. Sepulang kerja
suami langsung duduk di sofa dan bertanya kepada anaknya yang sedang menggambar,
sedangkan sang istri membawa barang belanjaannya ke dapur dan mengeluarkannya dari tas
belanjaan. Dalam waktu yang sama, Ayah dan sang anak saling berinteraksi satu sama lain
membahas apa yang sedang digambar oleh sang anak, dan anaknya menjelaskan bahwa ia
tengah menggambar sosok super Bunda yang menurutnya memiliki banyak kemampuan,
mulai dari bekerja sampai mengurus rumah.

Yang bisa saya tangkap dari iklan tersebut ialah, sebagai perempuan kini bukan hal
yang tabuh untuk bisa bersanding dengan para lelaki dalam bidang karir. Hal ini karena
adanya gender sebagai gerakan sosial yang disebut dengan feminisme, gerakan yang
menyadarkan kita bahwa perempuan juga bisa memperjuangkan hak-haknya dalam bertindak,
salah satunya menjadi wanita karir. Walaupun menjadi wanita karir, dalam iklan ini
menceritakan bahwa istri tidak meninggalkan tugasnya di rumah dalam melakukan kegiatan
domestik. Begitu juga sebagai suami, tidak hanya berperan sebagai pencari nafkah, suami
juga bisa membantu meringankan beban sang istri dalam hal yang biasa dilakukan istri di
rumah, seperti masak, merawat anak, dan lain sebagainya.

Selain itu, terdapat makna-makna yang tergambar dalam sebuah iklan tersebut yakni
(1) Makna denotasi dalam iklan Kecap ABC yaitu ABC Heinz sebagai produsen dari Kecap
ABC mengenalkan jika produknya tidak hanya dekat dengan sosok wanita / istri namun juga
dekat bagi sosok laki – laki / suami. Dalam iklan ditunjukkan jika Kecap ABC memiliki
sebuah website bagi para suami yang ingin belajar memasak. (2) Makna konotasi dalam iklan
Kecap ABC terlihat dari setiap narasi / monolog, ekspresi wajah, dan gerakan tubuh yang
ditampilkan pada iklan. Makna tersebut menghasilkan konsep peran suami yang tidak hanya
dalam berperan pada sektor publik namun juga berperan pada sektor domestik.

Nama : Aneta
Nim : 180569201052
MK : Sosiologi Media

Kebenaran teori Erving Goffman dalam menggambarkan gender dalam iklan komersial itu
terbukti adanya banyak iklan komersial Indonesia yang menggambarkan gender seperti iklan
Promosi, iklan kecantikan, iklan prafum, iklan rokok, iklan makanan, iklan minuman
berenergi, iklan alat tronik, dll. Dimana selalu menepatkan peran perempuan dan laki-laki itu
berda dan kebanyakan Diman laki-laki selalu ditempatkan di iklan publik dan perempuan
tepatkan di domestik, laki-laki selalu menli dan perempuan feminim, dan laki-laki selalu
pekerja keras dan perempuan di buat seperti ratu dan banyak lagi.
Dari iklan Indonesia seperti Wonderful Indonesia Business (Japanese Version), Wonderful
Indonesia - Explore The Journey of Romance 60s, Explore Further and Higher in the World
of Wonders, Wonderful Indonesia Family (Japanese Version), dan Indonesia - Country of A
Thousand Faces banyak sekali ditemukan kebenaran dari teori Erving Goffman dan banyank
ditemukan kerangka Goffman yang muncul seperti Relative Size, Feminine Touch, Function
Rank, dan The family.

Relative Size
Relative size/ ukuran relatif, mengacu pada ukuran secara fisik seperti tinggi badan. Secara
biologis tinggi tubuh laki-laki dan perempuan yang seumuran biasanya lebih tinggi laki-laki.
Orang yang memiliki ukuran tubuh lebih 226tinggi, melambangkan keunggulan kelas sosial
yang berupa kekuatan, wewenang, jabatan dan lain-lain. Ukuran relatif antara laki-laki dan
perempuan bisa diatur dan bahkan sering kali dilebih-lebihkan melalui sudut pandang kamera
(Sirikaya & Sonmez, 2015). Relative size berpengaruh terhadap bias gender sebab pada
situasi sosial tertentu seseorang dapat diseleksi melalui ukuran relatif atau tinggi tubuhnya.
Karena itulah orang yang memiliki tubuh lebih tinggi akan memiliki peluang lebih tinggi.
Misalkan dalam hal pekerjaan, pada posisi atau pekerjaan tertentu seseorang harus memiliki
batas tinggi minimal yang belum tentu dimiliki oleh semua orang (Goffman, 1979).
https://youtu.be/-n3gtU5kQSA (Wonderful Indonesia Business (Japanese Version)
(Perempuan ditunjukkan memiliki ukuran tubuh lebih rendah dari pada tubuh laki-laki).

Touch feminim
Sentuhan feminim melibatkan penggunaan jari dan tangan dalam menyentuh benda. Menurut
Goffman pada penelitian Belknap & II (1991) sentuhan secara ritualistik menjadikan
seseorang merasa menjadi lembut dan berharga. Sentuhan Menurut goffman (1979),
dibandingkan dengan laki-laki, perempuan lebih sering bermain menggunakan tangan dan
jari mereka untuk menyentuh benda, atau membelai permukaannya. Penggunaan jari tangan
dapat menunjukkan kelembutan diri dan juga keagrsifan (Sirikaya & Sonmez, 2015).
Sentuhan diri dilakukan untuk menonjolkan kesempurnaan dari bagian tubuh. Misalnya
perempuan memegang pipinya dan perempuan memegang pinggulnya untuk menunjukkan
bahwa dirinya langsing dan cocok menggunakan pakaian yang dia gunakan.
Di video iklan ditemukan bahwa perempuan menggunakan tangan atau jarinya untuk
menyentuh, memegang atau memainkan sesuatu dengan jari tangannya. Perempuan
menyentuh suatu benda seperti kain, tanaman dan air dengan pelan-pelan. Dan ketika
memegang buah dan batu ia hanya menggunakan dua jarinya, yaitu jempol dan telunjuk.
Selain itu perempuan juga menyentuh laki-laki dan mengibaskan rambut.
https://youtu.be/6I0PwdkBCJE ( Eksplore and Higher in the world of wonders. Tangan
perempuan untuk membelaibatau menyentuh benda )

Pemeringkatan fungsi laki-laki dan perempuan


Urutan fungsi gender dapat dilihat dari pekerjaan serta kegiatan yang dilakukan oleh laki-laki
atau perempuan di dalam iklan. Urutan fungsi gender di dalam iklan ditunjukkan dari nilai
tugas yang dilakukan oleh model iklan. Sosok yang melakukan pekerjaan memiliki peran
aktif sedangkan yang lebih banyak menerima bantuan dianggap melakukan kegiatan pasif.
Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sirikaya & Sonmez (2015 ),
mengungkapkan bahwa laki-laki lebih banyak membantu perempuan pada aktivitas tertentu.
Pada hal ini, perempuan dianggap sebagai sosok yang lemah dan tidak mampu karena lebih
bergantung pada laki-laki.
https://youtu.be/xKRlchrOWNc
Wonderful Indonesia - Jakarta- Indonesia’s National and Business Capital (Laki-laki menjadi
fotografer, perempuan menjadi objek )
Hal ini semakin memperkuat bahwa laki-laki memang memiliki peran dan kuasa yang lebih
besar dibandingkan perempuan. Fotografer memiliki kuasa yang lebih tinggi dibandingkan
dengan modelnya. Karena fotografer dapat mengatur dan mengarahkan model untuk
membuat makna dari gambar yang dibuatnya (Pribadi, 2013).
Family
Family/ keluarga inti beranggotakan ayah, ibu dan anak sebagai bagian dasar dari organisasi
sosial masyarakat. Keluarga inti seringkali digambarkan dalam periklanan. Penggambaran
keluarga di dalam iklan juga menunjukkan peran gender yang dapat dilihat dari kegiatan
ayah, ibu serta anak. Melalui kebersamaa keluarga dapat dilihat bagaimana hubungan antar
anggota keluarga tersebut. Di dalam keluarga, masing-masing anggota memiliki peran.
Beberapa video Wonderful Indonesia yang telah dianalisis terdapat video yang
menggambarkan kebersamaan keluaga. Ada video yang menunjukkan kebersamaan keluarga.
Video tersebut menggambarkan kedekatan hubungan antara ibu dengan anak perempuannya.
Ibu dan anak perempuan seringkali ditunjukkan melakukan beberapa kegiatan bersama
seperti spa.
https://youtu.be/nLOYPIUeNUM
Wonderful Indonesia Family (Japanese Version) (Ibu dan anak perempuan berendam setelah
melakukan spa )

Berkebalikan dengan ibu yang sering ditunjukkan bersama dengan anak perempuannya, ayah
lebih sering ditunjukkan melakukan kegiatan dengan anak laki-laki. Ayah dan anak laki-laki
pada video ditunjukkan melakukan beberapa kegiatan bersama, seperti berjalan-jalan, latihan
melukis motif kain
https://youtu.be/nLOYPIUeNUM
Wonderful Indonesia Family (Japanese Version) (Ayah dan anak laki-laki latihan melukis
motif kain )
Menurut penelitian Rubin, Dwyer, Booth-LaForce, Kim, Burgess, & Rose-Krasnor (2004)
waktu ayah untuk berinteraksi dengan anak-anak lebih sedikit, dan interaksi yang dilakukan
lebih banyak melibatkan kegiatan fisik di luar ruangan. Sebab itulah ayah lebih sering
ditunjukkan melakukan kegiatan dengan anak laki-laki, karena menurut stereotipe tempatnya
perempuan ialah dirumah atau di dalam ruangan.
Ayah memiliki peran yang besar di dalam keluarga, selain berperan sebagai suami dan kepala
rumah tangga ia juga menjadi pelindung (Gunarso & Gunarso, 2004). Pada video lain, Ayah
ditunjukkan berjalan berada di paling belakang
https://youtu.be/jcYTGWPSbPQ
Indonesia - Country of A Thousand Faces (Ayah berada di posisi paling belakang)
Hal tersebut menunjukkan bahwa ayah melindungi anggota keluarganya. Menurut Goman,
ayah yang digambarkan diluar anggota keluarganya berusaha ditunjukkan sebagai sosok yang
melindungi dan menunjukkan otoritasnya atas keluarga (dalam Sirikaya & Sonmez, 2015).
Nama : Yurdani Ardika

Nim : 180569201021

Mk : Sosiologi Media

Media dan gender, kajian tentang pemnggambaran gender didalam sebuah iklan komersial
yang dihubungkan dengan teori yang menurut goffmen media dan gender.

Dalam sebuah kajian ini menggambarkan sebuah iklan komersial yang terdapat
sekilas mengkaji adanya teori gender dan analisis tentang gender dalam sebuah iklan. Adapun
iklan yang akan dikajai sebagai berikut ;

Adapun iklan yang ditampilkan berikut berkaitan dengan kajian gender mmenurut goffmen,
adanya pemeringkatan fungsi antara laki-laki dan perempuan dan juga pnggambaran gender
dalam keluarga, berikut iklan di tampilkan ;

Gambaran ikalan
disamping menampilkan ikaln
milo, yang menyajikan beberapa
manfaat terhadap anak ataupun
orang dewasa sekalipun. Namun
dalam iklan tersebut dapat kita
sadari bahwa dalam iklan
terdapat perbandingan laki-laki
dan perempuan atau disebut
dengan gender. Didalam teorinya
goffmen terdapat adanya
perbedaan laki-laki dan
perempuan, terutama pada ukuran
yang relative anatara laki-laki dan perempuan. Goffmen mengatakan “besarnya ukuran laki-
laki pada umumnya jika dibandingkan dengan perempuan sering kali dibesar-besarkan
melalui image yang ditampilkan dalam sebuah iklan”. nah didalam iklan disampil
menggambarkan orangtua laki-laki sangat terlihat ditinggikan drajatnya, yang menggabrkan
laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan. Dimana dalam teori goffmen, laki-laki sering
berdiri tegak dari pada perempuan untu menyiaratkan superioritas dan kepemimpinan sosial
peria. Didalam iklan juga tergambar bahwasannya laki-laki diagungkan ddengan cara
melayani sang suami didepan anak-anaknya agar anak-anaknya baik laki-laki melakukan hal
yang sama yang dilakukan oleh sang istri (perempuan). Dimana sang ayah (laki-laki)
memimpin keluarga sekaligun mendai superhero untuk anak-anaknya.

Ikalan diatas menggambarkan adanya hubungan laki-laki dan perempuan menjeaskan


melalui anallisis fungsi dan peran sosial pekerjaan mereka dalam masyarakat ataupun dalam
keluarga sekalipun. Nah dalam iklan diatas terdapat fungus dimana perempuan melayani sang
laki-laki dan sang laki-laki memberikan sebuah nasehat dan bermain lebih dewasa kepada
anak-anaknya. Dan juga tujuan dari iklan tersebut tergambar dengan mengonsumsi munuman
milo membuat suasana hati keluarga menjadi sinegri dan berenegi.

Ikalan diatas terdapat gambaran gender dalam keluarga, dimana dalam keluarga inti
yaitu ada anak,anak perempuan,dan orang tua. Dilihat dari iklan tersebut gambaran yang
diberikan dalam iklan milo tersebut terdapat gambaran sang ayah yang sanag terilihat sedikit
“power” yang menggabarkan sang ayah seperti pemimpin yang terbaik bagi anak-anak dan
sang istri (perempun). Dan juga peran laki-laki dalam keluarag besar ataupun intu ayah
adalah sang pelindung didalam suatu rumah tangga.
Nama : Arya Kusuma Bhakti

NIM : 180569201047

Dalam iklan milkita dapat kita analisis dengan ukuran relatif antara laki laki dan perempuan.

d. Besarnya ukuran laki laki dan perempuan baik dalam menjalankan peran dalam
keluarga sering kali dibesar-besarkan, seperti dalam hal mencari nafkah dan
menggunakan uang dari nafkah itu sesuai dengan keinginan sang suami sehingga
sering kali menimbulkan konflik didalam berkeluarga
e. Sudut kamera sering kali memposisikan lelaki sebagai pihak yang mendominasi
terlebih lagi soal menjaga kestabilan perekonomian keluarga dan sedikit menampilkan
wanita sebagai istri dan sate bagian untuk menampilkan sang anak.
f. Dengan demikian dari iklan tersebut sudah sangat tampak proposional gender dalam
keluarga, sehingga bagi yang merasa memiliki peran yang lebih penting akan merasa
dirinya lebih berkuasa/superioritas sedangkan yang lainnya menjadi subordinasi.
NAMA : SYLLA RAHMADANTI

NIM :190910302014

Kelompok 3 sosiologi media

Analisis terhadap Iklan Komersial(iklan Fair and Lovely) https://youtu.be/owOFv1fZmwg

Gambar 1. Seorang perempuan sebagai ibu yang sedang menasehati anak gadisnya. Dan
memberikan informasi terhadap audien atau penonton jika pernikan dan Pendidikan adalah
hal yang sama pentingnya. Parenting seorang ibu terhadap anak gadisnya terlihat sangat baik
dalam iklan ini. Dimana sang ibu memberikan nasehat yang baik dan tidak memihak kepada
sang ayah yang ingin menjodohkan anaknya dengan laki-laki pilihannya.

Gambar 2. Sang anak menjelaskan kepada ayahnya yang ingin menjdohkan anak gadisnya
bahwa dirinya akan menikah tetapi setelah Pendidikan S2nya selesai. Dalam gambar ini sang
gadis sebagai informan memberikan nasehat dan informasi penting terhadap audien atau
penonton jika pernikahan dan Pendidikan itu penting. Tapi yang lebih penting untuk saat ini
bagi perempuan ialah Pendidikan dan karier yang bagus setelah itu untuk urusan jodoh
terdapat tuhan yang mengatur. Dan Pendidikan anatara laki laki dan perempuan harus sama
rata tidak adanya perbedaan dan menjunjung kesetaraan.

Kesimpulan

Dapat dilihat dalam teori Gofman tentang gender dalam keluarga. Dalam kelaurga kecil pada
iklan tersebut yang terdiri dari ayah ibu dan anak gadisnya yang mencerminkan kehidupan
sehari hari dalam keluarganya dimana mengutamakan diskusi dan kasih saying kedua
orangtua. Bahwa sang ayah menginginkan anaknya segera menikah dengan laki laki yang
dipilih ayahnya karena dalam kategori ayah laki-laki tersebut sangat baik. Tetapi dari pihak
sang ibu tidak membenarkan tujuan ayahnya melainkan mendengarkan dan memberikan
respon baik terhadap sang anak jika pernikan dan Pendidikan sama baiknya dan utama.
Dilanjut dengan scane bedak kecantikan dan menyadarkan diri jika ia sangat berharga sang
gadis memutuskan jika harus melanjutkan kuliah hingga S2 dan tetap akan menikah tetapi
seusai lulus dan mendapatkan pekerjaan dan karir yang bagus. Sang gadis sebagai actor
utama memberikan Amanah kepada audien jika perempuan itu juga harus mementingkan
Pendidikan dan karir pribadi sesuai dengan impian dan keinginannya, karena perempuan dan
laki laki merupakan satu kesatuan yang sama yang hanya dibedakan oleh perbedaan kelamin
tetapi dalam hal gender memiliki kesetaraan.
Nama : Aldo Ardiansyah

Nim : 180569201064

Mk : sosiologi media

Media dan gender, kajian tentang pemnggambaran gender didalam sebuah iklan komersial
yang dihubungkan dengan teori yang menurut goffmen media dan gender.

Dalam sebuah kajian ini menggambarkan sebuah iklan komersial yang terdapat
sekilas mengkaji adanya teori gender dan analisis tentang gender dalam sebuah iklan. Adapun
iklan yang akan dikajai sebagai berikut ;

Adapun iklan yang ditampilkan berikut berkaitan dengan kajian gender mmenurut goffmen,
adanya pemeringkatan fungsi antara laki-laki dan perempuan dan juga pnggambaran gender
dalam keluarga, berikut iklan di tampilkan ;

Ketimpangan Gender dalam Iklan Wipol

“Lindungi Keluarga anda

dengan Wipol Ultra Protection Baru, hingga empat kali lebihefektif untuk basmi kuman,
dengan keharuman menakjubkan. Baru ,Wipol Ultra Protection,

Menjadikan ibu Pahlawan”

Kalimat tersebut adalah petikan jingle dari iklan Wipol pembersih lantai. Sekilas
membacaatau mendengar iklan tersebut tidaklah bermasalah, dan sangat persuasive
dengan plihan bahasa yang digunakan. Tapi jika diamati lebih dalam, iklan ini mengandung
ketimpangangender antara perempuan dan laki – laki.Dalam iklan ini, dikatakan

“Menjadikan ibu pahlawan”. Gelar mulia “Pahlawan” disematkan

untuk ibu bukan karena perannya di ranah publik, tapi hanya sebatas ranah domestik yaitu
didalam rumah. Ini menunjukan jelas ketimpangan gender, dimana wanita masih
dianggapsebagai penanggung jawab penuh urusan rumah.Dalam iklan apapun, kaum
perempuan masih sering digambaran sebagai manusia yang hanya perduli dengan pekerjaan
rumah tangga, sementara pria lebih banyak mengurusi pekerjaansektor publik. Tidak heran
kalau penghargaan yang diberikan kepada ibu adalah sebataskemampuannya mengelola
pekerjaan rumah tangga seperti memasak, mencuci,membersihkan rumah dan urusan
domestik lainnnya.Gelar pahlawan adalah satu gelar kehormatan yang didapatkan
seseorang apabila dia berprestasi, atau berhasil memperjuangkan sesuatu, misalnya juara
dibidang Olahraga, seniatau Pahlawan karena menang dalam perang mengalahkan musuh.
Gelar Pahlawan yangdiberikan kepada Ibu dalam iklan ini adalah karena si Ibu berhasil
membunuh kuman denganmenggunakan cairan pembasmi kuman Wipol Ultra Protection.
Ini bukanlah sanjungan melainkan merendahkan kaum perempuan yang hanya mampu
melakukan pekerjaan pekerjaan rumah seperti menyuci, memasak dan menyetrika pakaian.
Ini terjadi karena nilai-nilai lama yang membedakan peran perempuan dan laki-laki masih
dianut, disosialisasikan lewat iklan dan diinternalisasi oleh masyarakat dan terus dikekalkan
melalui pemberitaan media massa. Akibatnya nilai-nilai yang mendiskreditkan perempuan
tersebut dianggap suatu hal yang wajar dan dianggap tidak menimbulkan masalah.

Anda mungkin juga menyukai