Anda di halaman 1dari 10

Analisis Hubungan Goal-Setting Terhadap Motivasi Berprestasi Atlet Floorball Unesa

ANALISIS HUBUNGAN GOAL-SETTING TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI ATLET


FLOORBALL UNESA

Robbi Firmansyah
S1 Ilmu Keolahragaan, Fakultas Ilmu Olahraga, Universitas Negeri Surabaya
robbi.17060484096@mhs.unesa.ac.id

Made Pramono
S1 Ilmu Keolahragaan, Fakultas Ilmu Olahraga, Universitas Negeri Surabaya
madepramono@unesa.ac.id

Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis serta mengetahui hubungan dan tingkat
hubungan antar goal-setting terhadap motivasi berprestasi atlet floorball UNESA. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu kuantitatif deskriptif korelasional. Subjek dalam penelitian ini
sebanyak 31 atlet floorball UNESA. Instrumen penelitian yang digunakan adalah survei (kuesioner)
melalui media google formulir. Teknik analisis data ini peneliti menggunakan uji korelasi pearson
untuk menguji dari dua variabel yaitu goal-setting dan motivasi berprestasi. Hasil analisis data
menunjukkan bahwa nilai koefisien korelasi sebesar 0,000 (p-value=0,000). untuk arahan pada tingkat
hubungan, korelasi pearson dari kedua variabel sebesar r = 0,745. Hasil tersebut membuktikan bahwa
terdapat hubungan yang positif dan signifikan serta termasuk kategori tingkat hubungan yang kuat
antara goal-setting terhadap motivasi berprestasi atlet floorball UNESA.
Kata kunci: goal-setting, motivasi berprestasi, floorball.
Abstract
The purpose of this study was to analyze and determine the relationship and level of relationship
between goal-setting and achievement motivation of UNESA floorball athletes. The method used in
this research is a quantitative descriptive correlation. The subjects in this study were 31 UNESA
floorball athletes. The research instrument used was a survey (questionnaire) through google forms
media. On this data analysis technique, the researcher used the Pearson correlation test to examine
two variables, namely goal-setting and achievement motivation. The results of data analysis show that
the correlation coefficient value is 0.000 (p-value = 0.000). For direction at the relationship level, the
Pearson correlation of the two variables is r = 0.745. These results proved there is a positive and
significant relationship, also included in the category of the level of a strong relationship between
goal-setting and achievement motivation for UNESA floorball athletes.
Keywords: goal-setting, achievement motivation, floorball.

291
Jurnal Kesehatan Olahraga Vol. 09. No. 03, September 2021, Hal 291 - 300

PENDAHULUAN goal-setting sebagai solusi untuk menyelesaikan


Pada tahun 1970-an, olahraga Floorball kekurangan dari hasil evaluasi kinerja yang sudah
pertama kali dikembangkan kemudian mulai dilakukan.
diperkenalkan dan dimainkan di negera Swedia. Penetapan goal-setting tidak hanya berfokus
Floorball merupakan olahraga kelompok dalam terhadap pengaruh performa atau kinerja para atlet
ruangan, yang dilakukan menggunakan batang dalam berbagai tingkat usia dan kemampuan, tetapi
komposit dengan ujung plastik melengkung. Floorball sangat berkaitan dengan perubahan positif yang terjadi
dimainkan oleh lima orang dalam satu tim. Tujuan dalam aspek psikologis lainnya. Seperti yang yang
permainan bola lantai (floorball) adalah untuk mencetak dikemukakan Davis (1981) dalam jurnal Irmawati
gol dengan cara memasukkan bola plastik ke dalam (2004) “Goal setting adalah manajemen penetapan
gawang lawan di akhir permainan. Pemain dapat sasaran atau tujuan untuk keberhasilan mencapai kinerja
menggunakan tongkat dengan ujung melengkung untuk (performance)‟. Hidayat (2008) dalam jurnal Estu,
mengontrol dan mengarahkan bola. Pemain tidak boleh Rahayu (2015) mengatakan bahwa “tanpa adanya
dengan sengaja menggunakan tangan, lengan, atau kemauan untuk berprestasi, seseorang akan sulit
kepalanya untuk memainkan bola, tetapi dapat didorong untuk berprestasi”. Hal tersebut juga berlaku
menggunakan bagian tubuh lainnya. Kaki bisa pada seorang atlet. Jika atlet kurang memiliki kemauan
digunakan untuk permainan floorball (terutama untuk untuk berprestasi, maka tidak akan menunjukkan
mencegah bola menggelinding), tapi tidak untuk prestasi olahraga yang tinggi atau bahkan tidak dapat
mencetak gol atau mengoper bola ke teman (Indonesian mencapai tujuan atau prestasi yang diharapkan.
Floorball Association, 2016). Adisasmito (2007) menyatakan, “atlet yang
Dunia olahraga tidak luput dengan prestasi. mempunyai motivasi berprestasi tinggi, akan
Untuk meningkatkan kinerja prestasi atlet, floorball menyelesaikan program latihan sebaik mungkin dan
UNESA memiliki kewajiban yang kuat untuk dengan mengedepankan disiplin yang tinggi”. Hal itu
pembinaan berprestasi. Beberapa langkah strategis telah dilakukan sebagai bentuk upaya pengembangan diri
ditetapkan dan sangat optimal sebagai upaya nyata yang seorang atlet. Dalam hal ini peran dari psikologi atlet
telah terlaksana diantaranya adalah prestasi yang pernah juga tidak kalah pentingnya berpengaruh dalam proses
diraih yang sangat membanggakan dan mengharumkan pencapaian prestasi. Seorang atlet harus mampu
nama UNESA tentunya. Adapun prestasi yang telah menjaga kondisi psikologinya dengan baik karena
diraih tim putra floorball UNESA pada tahun 2018 supaya dalam proses latihan dapat berusaha dengan
memperoleh prestasi dalam kejuaraan di tingkat semaksimal mungkin. Faktor psikologi sangat
nasional yaitu juara 2 PERTI UNJ dan juara 1 Dekan berhubungan dengan motivasi atlet. Alderman, 1975;
CUP III UNESA. Sedangkan pada tahun 2019 prestasi Roberts,1992; Roberts (2001) dalam jurnal Kurnia
yang sudah diraih tingkat nasional yaitu juara 1 pada Rahayuni & Rara Warih Gayatri (2009) mengatakan
kejuaraan Rektor CUP UNESA, juara 1 Perti UNJ, dan bahwa “khususnya dalam dunia olahraga, kurang lebih
juara 2 UNESA OPEN. Pada tim putri floorball UNESA duapuluhlima persen dari studi psikologi olahraga
di tahun 2018 meraih prestasi dalam kejuaraan nasional adalah tentang motivasi; dan juga merupakan salah satu
yaitu juara 2 Perti UNJ, juara 2 Dekan CUP III UNESA, tema penelitian yang sering dilakukan dalam area
juara 2 UNJ OPEN. Sedangkan prestasi yang telah psikologi olahraga”. Alasan mengapa studi motivasi
diraih pada tahun 2019 di tingkat nasional yaitu juara 2 dalam berolahraga sangat diminati karena dapat
IFO, juara 3 WJOFC, juara 2 Perti UNJ, juara 1 UNESA mengekplorasi bagaimana proses seseorang
OPEN, dan juara 2 Rektor CUP UNESA. (Data prestasi berolahraga.
UKM floorball UNESA) Topik motivasi bahkan menjadi sangat menarik
Penurunan kinerja ini disebabkan oleh dalam wilayah olahraga prestasi. Dalam dunia olahraga
beberapa faktor yang kurang optimal, antara lain latihan prestasi yang kompetitif, seorang atlit harus bersedia
fisik, latihan teknis, dan latihan psikologis. Untuk untuk menjalani rutinitas latihan yang berat untuk
mencapai tujuan yang sudah ditetapkan, latihan meraih prestasi. Konsekuensi tersebut juga
merupakan bagian penting yang berpengaruh dalam mempengaruhi kehidupannya sehari-hari. Atlit harus
kinerja olahraga dan latihan harus bisa dilakukan secara memiliki jadwal latihan yang ketat, pengauran gizi dan
sistematis dengan jangka waktu yang cukup lama. Tidak menu makanan yang ketat, mengalami resiko terpapar
cukup dengan itu, seorang pelatih dan juga atlet harus cedera, dan juga mengorbankan kesempatan untuk
mempunyai target maupun tujuan yang jelas dalam menjalani pendidikan seperti layaknya individu normal.
proses pencapaian prestasi. Dalam hal ini perlu adanya Penelitian motivasi dalam olahraga menjadi menarik

292
Analisis Hubungan Goal-Setting Terhadap Motivasi Berprestasi Atlet Floorball Unesa

karena kengintahuan peneliti terhadap hal-hal apa yang korelasional. Peneliti menggunakan jenis penelitian
membuat seorang individu bersedia untuk menjalani kuantitatif karena dalam penelitian ini, hasil data yang
latihan, menjalani rutinitas yang tidak menyenangkan, didapatkan menggunakan angka. Sedangkan
menempuh resiko-resiko dalam bertanding dan secara menggunakan metode survey deskriptif karena dalam
sadar mengelola diri sendiri untuk meraih prestasi. pengambilan datanya, peneliti mengggunakan sebuah
Berdasarkan pengamatan di lapangan diketahui sebuah angket kuisioner yang nantinya akan
bahwa atlet floorball UNESA kurang memperhatikan ditampilkan dalam persentase setelah itu dijelaskan dan
dan membuat langkah atau cara yang sistematis dan kemudian dianalisis
jelas dalm proses menetapkan tujuan. Sehingga proses Jenis penelitian ini merujuk pada buku
dalam pembinaan atlet dirasa kurang maksimal dan Fraenkel dengan judul How To Design and Evaluate
efektif. Program latihan yang diberikan juga monoton Research in Education yang menjelaskan bahwa survei
kurangnya inovasi dalam latihan akan menciptakan deskriptif adalah metode penelitian yang dalam
kondisi yang membosankan bagi atletnya. Selain itu pengambilan datanya berupa serangkaian pertanyaan
keterbatasan seorang pelatih yang berakibat kurangnya dan sering dibuat dengan bentuk kuisioner tertulis
pembinaan maupun pengontrolan kemajuan para ataupun tes kemampuan yang dilakukan melalui surat,
atletnya. Sehingga dapat menurunnya motivasi seorang telepon, maupun secara langsung. Tanggapan dari
atlet dalam meningkatkan kinerjanya untuk mencapai pertanyaan yang telah diberikan berupa kuisioner atau
tujuan yang diharapkan. Maka dari itu fungsi dari goal- tes kemampuan kemudian ditabulasi dan diserahkan
setting disini sangat dibutuhkan dalam upaya pembinaan berupa frekuensi ataun persentase dari setiap orang yang
maupun penetapan tujuan yaitu prestasi. Karena menjawab dengan cara tertentu untuk setiap
menetapkan sebuah tujuan atau goal-setting juga bisa pertanyaannya.
berhubungan dengan kinerja atlet tentunya. Di sisi lain Jumlah populasi dari penelitian ini ada
faktor psikologis atlet juga kurang diperhatikan karena sebanyak 100 orang dari anggota Unit Kegiatan
sementara atlet lebih difokuskan pada peningkatan Mahasiswa (UKM) Floorball UNESA putra dan putri
kondisi fisiknya. Selain itu faktor psikologis tentunya dan juga tidak ada kriteria khusus dalam penentuan
berhubungan erat dengan motivasi bagi seorang atlet sampel yang nantinya akan diteliti sebagai responden
untuk mencapai prestasi yang diinginkannya. Maka penelitian. Sampel merupakan sebagian dari populasi itu
seyogyanya seorang atlet terlebih dahulu memikirkan (Sugiyono, 2013: 389). Dalam hal ini peneliti memakai
jangka panjang ketimbang jangka pendek saja. Seorang rumus slovin untuk mencari sampelnya. Berdasarkan
pelatih dan atlet harus bisa kompak dan saling notasi rumus besar untuk ukuran sampel penelitian
memberikan semangat dan motivasi yang lebih sebagai minimal oleh Slovin di atas, peneliti memiliki 100
bentuk sinergi yang baik dan menciptakan kondisi yang individu (atlet) dalam populasi, kita dapat menentukan
harmonis. Sehinggga peneliti tertarik ingin melakukan minimal sampel yang akan diteliti. Margin error yang
penelitian yang berhubungan dengan goal-setting dan ditentukan adalah 15% atau 0,15. Apabila dibulatkan
motivasi berprestasi atlet. maka besar sampel minimal dari 100 populasi pada
Berdasarkan dari uraian diatas, peneliti ingin margin error 15% adalah sebesar 31 orang dari atlet
melakukan penelitian dengan judul Analisis Hubungan UKM Floorball UNESA.
Goal-Setting Terhadap Motivasi Berprestasi Atlet Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data
Floorball UNESA. Dari latar belakang masalah diatas, menggunakan kuisioner dengan jenis skala likert
peneliti mempunyai beberapa tujuan diantaranya yaitu: sebagai alat pengumpul data. Menutut sugiyono (2013;
(1) mendeskripsikan korelasi goal-setting terhadap 199) kuisioner merupakan Teknik pengumpulan data
motivasi berprestasi atlet; (2) menjelaskan tingkat yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat
hubungan dari dua variabel yang diangkat pada judul pertanyaan atas pertanyaan tertulis kepada responden
penelitian tersebut. Sedangkan untuk manfaat dari untuk dijawabnya. Instrumen penelitian yang dipakai
penelitian ini adalah diharapkan penelitian ini dapat dalam penelitian ini adalah lembar tes atau kuisioner
dipakai sebagai salah satu bahan kajian dan rujukan tentang pertanyaan yang berhubungan dengan goal-
dalam meningkatkan kinerja seorang atlet untuk setting dan motivasi berprestasi. Kuisioner tersebut
pencapaian tujuan yaitu prestasi. meliputi 30 soal pilihan ganda dibagi menjadi dua
bagian yaitu 15 soal tentang indikator goal-setting dan
METODE 15 soal tentang indikator dari motivasi berprestasi.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian Sebelum instrumen diujikan kepada atlet
kuantitatif dengan metode survey deskriptif floorball UNESA, peneliti melakukan uji validitas

293
Jurnal Kesehatan Olahraga Vol. 09. No. 03, September 2021, Hal 291 - 300

terhadap instrument soal. Uji validitas memiliki tujuan apakah benar sudah dapat menjelaskan faktor yang
untuk mengukur kevalidan dari instrument yang telah diukur atau kestabilan internal tiap item alat ukur dalam
dibuat dilakukan agar instrument dapat di yakini sebagai mengukur suatu faktor. Menurut Sugiyono (2018),
alat pengambilan data. Uji validitas dilakukan oleh instrumen dapat dikatakan valid jika rhitung > rtabel,
validator yang memiliki keahlian dibidangnya. Dalam sedangkan uji reabilitas dilakukan menggunakan
pengujian validitas tersebut menggunakan kisi-kisi analisis Cronbach Alpha. Menurut Yusup (2018)
instrumen, kisi-kisi tersebut berisikan variabel yang instrumen dikatakan reliabel jika rhitung > rtabel.
diteliti, indikator sebagai tolak ukur dan soal yang Teknik analisis data dalam penelitian ini yaitu
diuraikan dari indikator. statistik deskriptif adalah statistik yang dipakai untuk
Dalam uji validitas instrumen, peneliti menganalisis data melalui memaparkan data yang
menggunakan skala likert berbentuk pilihan ganda. dikumpulkan apa adanya tanpa memiliki maksud untuk
Penilaian instrumen diklasifikasikan menjadi 5 pilihan. ditarik kesimpulan yang berlaku untuk umum. Setelah
Skor terdari dari 1-5 dengan kategori 1 (Buruk Sekali), data didapat melalui pengisian angket yang diperoleh
2 (Buruk), 3 (Sedang), 4 (Baik), 5 (Baik Sekali). dari hasil jawaban responden yang diterima kemudian
Analisis validasi instrumen digunakan untuk dianalisis dengan menggunakan spss atau prosedur
mendeskripsikan kelayakan soal hubungan goal-setting analisis dalam penelitian. Dalam penelitian ini skala
terhadap motivasi berprestasi yang dikembangkan. pengukuran yang digunakan adalah skala likert.
Dalam menghitung content-validity coefficient Untuk analisis data kuantitatif, peneliti
didasarkan pada hasil penelitian menggunakan rumus memberikan alternatif pilihan jawaban kepada
Aiken’s V. (Srirahayu & Arty, 2018). Rentang angka responden dengan pemberian Berdasar skala Likert
hasil dari hasil dari rumus Aiken’s v yang dapat (Rensis Likert. 1932)
dihasilkan adalah rentang 0 – 1. Berdasarkan angka
yang didapatkan semakin tinggi angka V (mendekati HASIL DAN PEMBAHASAN
1/=1), maka kevalidan butir soal akan semakin tinggi, Berdasarkan pengambilan data angket tersebut
dan ketika semakin rendah angka V (mendekati 0/=0) dapat diketahui bahwa 31 atlet floorball UNESA putra
nilai kevalidan butir soal semakin rendah (Aiken dalam putri memiliki tanggapan yang berbeda-beda. Pada
Zaenal Arifin, 2017). akhirnya peneliti memperoleh beberapa data dari hasil
Uji reliabilitas oleh dua validator memiliki penelitian yang menggunakan survey angket.
tujuan membandingkan dan melihat kestabilan dua ahli Berikut di bawah ini adalah grafik dan
(inter-rater agreement) ketika menilai (rating) pada deskripsi data dari hasil angket yang sudah di isi oleh 31
instrumen yang telah dibuat. Pada uji reliabiltas ini responden (atlet floorball UNESA) tentang variabel
peneliti menggunakan SPSS dengan analisis inter-rater goal-setting (X).
reliability, untuk mengukur reliabilitas dari instrumen Grafik 1. Data Variabel Goal-Setting (X)
soal menggunakan indeks kappa. Nilai Kappa
diinterpretasikan pada Tabel 1 sebagai berikut:
Tabel 1. Interpretasi Kappa
Indeks Kappa Agreement
<0,40 Bad
0,40 – 0,60 Fair
0,60 – 0,75 Good
>0,75 Excellent
(Fleis dalam Napitupulu, 2014)

Uji reliabilitas sebenarnya adalah alat untuk


mengukur sesuatu kuisioner yang merupakan indikator
dari variabel. Suatu kuisioner dikatakan reliabel atau Grafik di atas menunjukkan bahwa diketahui
handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan jawaban dari 31 responden dari data variabel goal-
adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. . Pada setting diatas, pilihan jawaban yang paling banyak
uji validitas menggunakan SPSS, peneliti menggunakan adalah kategori setuju. Itu artinya bahwa pertanyaan dari
analisis Product Moment Pearson. Uji validitas Product angket kuesioner goal-setting sangat berpengaruh baik
Moment Pearson digunakan untuk menguji setiap butir dan dibutuhkan oleh atlet floorball UNESA untuk
pertanyaan atau soal yang telah dibuat oleh peneliti memperbaiki kinerja sebagai upaya meningkatkan

294
Analisis Hubungan Goal-Setting Terhadap Motivasi Berprestasi Atlet Floorball Unesa

kualitas latihan. Dala hal ini goal-setting diharapkan relevan dibutuhkan oleh atlet floorball UNESA sebagai
mampu memberikan dampak yang positif yang bisa bentuk kepedulian terhadap faktor psikologisnya karena
dirasakan oleh atlet serta diharapkan bisa membantu dianggap perlu untuk menstabilkan kondisi mental atlet
dalam proses pencapain prestasi yang diinginkan baik pada saat latihan dilapangan maupun pada saat
kedepannya. Selain itu sesuai hasil data jawaban yang bertanding dalam suatu berlombaan. Tentunya perlu
tertera pada grafik diatas tentunya berhubungan juga adanya umpan balik yang baik atau support baik
komitmen untuk melaksanakan apa yang sudah dari seorang pelatih dan lingkungan sekitarnya.
ditetapkan baik secara terstruktur dan sistematis Sebelum peneliti membahas mengenai analisis
Berikut adalah grafik dan deskripsi data dari hubungan goal-setting terhadap motivasi berprestasi
hasil angket yang telah diisi oleh 31 responden (atlet atlet floorball UNESA, peneliti menggunakan angket
floorball UNESA) tentang variabel goal-setting. kuisioner sebagai instrumennya. Diketahui dari hasil uji
Grafik 2. Data Variabel Motivasi Berprestasi (Y) validitas isi instrumen pada dua validator yang ahli
dalam bidangnya didapatkan pada ranah konsep format
angket mendapat skor 0,5, ranah konstruksi mendapat
rata-rata skor 0,594, kemudian untuk aspek bahasa
mendapat rata-rata skor 0,75. Berdasarkan hasil dari
validasi keseluruhan nilai yang didapatkan rata-rata
adalah 0,64 dengan kategori baik, maka instrumen yang
dikembangkan peneliti telah valid dan bisa digunakan.
Uji reliabilitas menggunakan
Uji korelasi bertujuan menentukan derajat
kedekatan hubungan antar variabel yang dinyatakan
dengan koefisien korelasi atau r. Jenis hubungan antar
Grafik di atas menunjukkan bahwa diketahui variabel dapat bersifat positif atau negatif. Adapun dari
jawaban dari 31 responden dari data variabel motivasi hasil analisis korelasi dua variabel dapat ditemukan
berprestasi terlihat dari deskripsi grafik diatas, bahwa pada tabel 4 di bawah ini:
kategori pilihan jawaban sangat setuju merupakan Tabel 4. Hasil Uji Korelasi
pilihan jawaban yang paling banyak dipilih oleh Correlations
responden. Itu membuktikan bahwa indikator motivasi Goal- Motivasi
berprestasi dibutuhkan oleh atlet untuk menunjang Setting Berprestasi
keberlangsungan dari proses latihan maupun saat Pearson
Correlation
1 ,745**
bertanding. Selain itu motivasi berperan penting Goal- Sig. (2-
memberikan semangat yang tinggi serta membantu Setting tailed)
0.000
untuk menjalankan dan menyelesaikan tugas yang N 31 31
diberikan kepada atlet. Maka dari itu motivasi Pearson
Motivasi ,745** 1
berprestasi sangat dibutuhkan bagi atlet floorball Correlation
sebagai upaya mengembangkan dan meningkatkan Berpresta Sig. (2-
tailed)
0.000
psikologis yang baik. si
N 31 31
Berdasarkan hasil analisis data frekuensi dari
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-
masing-masing variabel memperoleh tingkat kategori
tailed).
jawaban dengan tingkat persentase yang berbeda-beda.
Untuk grafik frekuensi goal-setting antara lain 10,32%
menjawab “sangat tidak setuju”, 18,75% menjawab Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa
“tidak setuju”, 15,3% menjawab “ragu-ragu”, 35,9% nilai signifikansi variabel goal-setting sebesar 0,000 dan
menjawab “setuju”, dan 17,23% menjawab “sangat variabel motivasi berprestasi sebesar 0,000 artinya
setuju”. Sedangkan untuk grafik frekuensi motivasi keduanya mempunyai hubungan (berkorelasi) dengan
berprestasi yakni 17,64 menjawab “sangat tidak setuju”, dibuktikan nilai signifikansi 0,000 < 0,05 = berkorelasi.
19.78% menjawab “tidak setuju”, 17,2% menjawab Untuk nilai korelasi pearson, keduanya positif,
“ragu-ragu”, 23,32 menjawab “setuju”, dan 24,09% menyiratkan bahwa mereka terkait secara tegas.
menjawab “sangat setuju”. Hasil tersebut menunjukkan Kemudian, untuk arahan pada tingkat hubungan korelasi
bahwa indikator goal-setting dan motivasi berprestasi pearson dari kedua variabel sebesar r = 0,745 termasuk
atlet keduanya saling berhubungan dan juga sangat korelasi kuat. Semakin tinggi variabel goal-setting (X)

295
Jurnal Kesehatan Olahraga Vol. 09. No. 03, September 2021, Hal 291 - 300

maka semakin tinggi pula variabel motivasi berprestasi penelitian yang dilakukan oleh Estu Rahayu & Mulyana
(Y). O.P (2015) bahwa seorang atlet diaharapkan memiliki
Pembahasan kemampuan menetapkan target dan tujuan yang baik
Berdasarkan dari uji analisis data angket yang bagi dirinya sendiri sehingga dapat mempengaruhi
telah diberikan kepada atlet floorball UNESA diketahui usahanya untuk menyelesaikan target dan mencapai
antara goal-setting terhadap motivasi berprestasi atlet tujuan yang diharapkannya. Target prestasi menjadikan
floorball UNESA terdapat suatu hubungan. Hal ini proses latihan atlet memiliki arah yang jelas. Target
dibuktikan dengan nilai signifikansi sebesar 1,0 < 0,05. waktu prestasi dalam kompetisi merupakan tujuan yang
Sedangkan untuk nilai korelasi pearson dari kedua harus dicapai oleh atlet renang 100 meter gaya kupu-
variabel sebesar 0,748 menganut pedoman derajat kupu. Sesuai dengan apa yang dikatakan oleh
hubungan dengan rumus nilai korelasi pearson 0,61 s/d Adisasmito (2007) “bahwa faktor psikologis memiliki
0,80 = korelasi kuat, karena nilai korelasi pearson dari peran yang signifikan dalam pencapaian prestasi atlet”.
kedua variabel tersebut adalah r = 0,745 melebihi 0,60 Dua faktor psikologis yang diteliti dalam penelitian ini
(kategori normal). Dapat disimpulkan ada 5 tingkat adalah goal-setting dan motivasi berprestasi. Weinberg
derajat hubungan sesuai aturan untuk tingkat hubungan, (2004) menyatakan bahwa goal-setting merupakan
khususnya hubungan pearson antara 0,00-0,20 dengan suatu kemampuan merancang atau menetapkan suatu
tidak ada hubungan, nilai hubungan pearson antara tujuan yang akan dicapai. Penelitian mengenai goal-
0,21-0,40 klasifikasi hubungan (lemah), hubungan setting telah dilakukan oleh Locke dan Latham (2002)
pearson antara 0,41-0,60 klasifikasi hubungan (sedang), selama 35 tahun menunjukkan bahwa 90% hasil studi
hubungan pearson dianggap klasifikasi terkait 0,61 menunjukkan pengaruh positif goal-setting terhadap
hingga 0,80 yaitu hubungan kuat, hubungan pearson prestasi. Studi terbaru menunjukkan bahwa goal setting
antara 0,81 hingga 1,00 klasifikasi hubungan efektif dilakukan dalam olahraga dan aktivitas fisik
(sempurna). Hasil penelitian tersebut peneliti (Burton, 2002). Hasil analisis dari penelitian ini
memperoleh data penelitian yang menggunakan menunjukkan hasil serupa yaitu adanya hubungan antara
instrumen jajak pendapat berupa angket yang goal-setting dengan prestasi atlet renang. Goal-setting
berhubungan dengan korelasi goal-setting terhadap atau penetapan target dalam olahraga sangat penting
motivasi berprestasi yang diuji kepada atlet floorball bagi perkembangan kepribadian para atlet dan dapat
UNESA terdapat hubungan yang positif dan termasuk menjadi suatu strategi psikologis dalam meniti dan
dalam kategori kuat. Dalam Weinberg (2004) meraih prestasi puncak (Firdaus, 2013).
mengatakan, “bahwa menetapkan tujuan yang bertujuan Namun terkadang sebagian atlet lupa bahkan
memberikan pendapat akan membantu pesaing tampil tidak memperhatikan kondisi psikologis kita yang
lebih baik”. Masukan ini berguna bagi pemain bisa merupakan faktor penting sebagai penunjang untuk
mengetahui usaha apa yang sudah mereka lakukan dan mencapai prestasi nantinya. Tak sedikit pelatih
bagaimana menggunakan sistem yang tepat untuk terkadang memberikan beban latihan yang cukup berat
meraih tujuan yang telah ditentukan. dan kurang memperhatikan faktor psikologis kepada
Hasil penelitian ini sejalan dengan temuan atletnya. Tujuan diberikan beban latihan yang berat
hipotesis yang dilakukan oleh Muhammad Anis Zawawi supaya mendapatkan hasil yang maksimal nantinya saat
(2018) mengungkapkan bahwa diterimanya hipotesis perlombaan dengan target mendapat kemenangan atau
yang diajukan yaitu terdapat hubungan yang positif juara justru bisa membahayakan faktor psikologis
angtara persepsi atlet wushu senior pada program atletnya dan dikhawatirkan atlet menjadi stress. Seperti
latihan terhadap motivasi berprestasi pada atlet wushu halnya dalam suatu proses pembelajaran, pelatihan pun
Kota Kediri. Persepsi atlet pada program latihan membutuhkan capaian disetiap level maupun periode.
dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah satunya adalah Level capaian tersebut sebagai indikator dalam
komposisi program latihan tersebut. Selain penyusunan menentukan kualitas latihan dalam telah dilakukan oleh
program latihan secara baik juga harus mengandung pelatih (peran perancangan) dan atlet (peran pelaksana).
unsur untuk meningkatkan motivasi para tlet, bukan Jika saja capaian telah berhasil, maka metode dan
malah menurunkan motivasi para atlet. Menyusun strategi yang digunakan oleh pelatih dan atlet telah
program latihan merupakan kompetensi terpenting bagi berhasil diimplementasikan selama proses latihan untuk
seorang pelatih (Wijanarko, 2009). Program latihan ke level tersebut (prestasi).
yang disusun tidak hanya untuk meningkatkan Pelatih harus mengamati alasan mana yang
kemampuan atlet, lebih dari itu ada beberapa fungsi. lebih dominan, karena perbedaan kebutuhan ini akan
Hasil penelitian diatas juga senada pada berimplikasi pada bagaimana seorang atlet ingin

296
Analisis Hubungan Goal-Setting Terhadap Motivasi Berprestasi Atlet Floorball Unesa

diperlakukan oleh pelatihnya. Contohnya, atlet yang atlet agar selalu melakukan usaha terus-menerus
memiliki kebutuhan berlatih untuk bersenang-senang, ia sehingga bisa mencapai tujuan dengan baik. Seorang
akan lebih termotivasi berlatih apabila latihan tersebut atlet membutuhkan konsisten dengan apa yang sudah
menawarkan suatu kesenangan bermain dan bersenang- ditetapkan untuk mencapai tujuan yang sudah
senang, karena itu pelatih harus menjaga atmosfer ditentukan sebelumnya (Weinberg, 2004). (4) secara
berlatih dan bertanding tetap menyenangkan baginya. tidak langsung tujuan mengarah pada strategi dan titik
Berbeda dengan atlit yang dilandasi kebutuhan untuk utama sesuai dengan usaha yang telah dilakukannya.
berinteraksi, pelatih harus senantiasa menjaga Selanjutnya, hasil penelitian menunjukkan
komunikasi, menjaga kekompakan tim agar atlet benar- bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
benar merasakan adanya kebutuhan keterlibatan dirinya motivasi terhadap prestasi. Temuan ini sejalan dengan
(sense of involvement) dalam tim. Sedangkan untuk atlet teori bahwa bahwa tanpa adanya kemauan untuk
yang memiliki kebutuhan menunjukkan kompetensi mendominasi akan sulit bagi seseorang untuk terdorong
yang dominan, pada umumnya menyenangi tantangan untuk berprestasi. Ini juga berlaku untuk atlet. Jika atlet
dan tugas-tugas baru untuk dikuasai dan pengakuan tidak memiliki keinginan untuk mendominasi, itu tidak
terhadap kompetensinya. Pelatih harus selalu siap akan menunjukkan pencapaian permainan yang tinggi
memberikan pujian dan pernghargaan secara pribadi atau bahkan tidak memiliki pilihan untuk mencapai
untuk kemajuan yang ditunjukkan, dan mengatur tujuan atau pencapaian yang baik (Hidayat, 2008).
keterampilan-keterampilan baru, taktik-taktik dan Adisasmito (2007) juga berpendapat, “Motivasi
strategi baru untuk dikuasai olehnya (Muhammad Anis berprestasi bagi atlet merupakan penentu utama
Zawawi, 2018). kemajuan dalam olahraga”. Adisasmito (2007)
Tentunya atlet juga harus mempunyai indikator mengungkapkan, “Seorang atlet yang memiliki motivasi
tujuan yang pasti dan jelas serta merumuskan goal- berprestasi tinggi mencoba menghadapi tantangan
setting sebagai tolak ukur keberhasilan. Bell dan Pou dengan tugas latihan. Mereka juga mampu, bertekad dan
(2009) menyatakan, “bahwa Atlet yang memiliki goal- terkendali untuk program latihan yang ditawarkan, siap
setting yang baik akan memahami dan mengetahui untuk menemukan pendekatan yang lebih baik untuk
usaha apa yang perlu mereka lakukan, seberapa sering menyelesaikan tugas mereka, dan menilai kegiatan dan
harus melakukan latihan, serta meningkatkan usaha yang telah dilakukan”. Motivasi berprestasi bisa
kedisiplinan dari dalam berlatih”. Bell dan Pou (2009) mendorong para atletnya untuk dapat bertahan dan
menyatakan, “bahwa Atlet yang memiliki goal-setting konsisten untuk meraih target prestasi yang ideal.
yang baik akan memahami dan mengetahui usaha apa Seorang atlet bola lantai (floorball) yang didorong untuk
yang perlu mereka lakukan, seberapa sering harus menjadi pemain hebat dalam olahraga yang digelutinya
melakukan latihan, serta meningkatkan kedisiplinan dan ingin mendorong dirinya sendiri untuk bisa tampil
dari dalam berlatih”. Seorang atlet berusaha dengan maksimal dan konsisten dalam usaha mencapai target
keras untuk tujuan mereka sendiri. Mereka merumuskan yang diinginkan. Saat menjalani proses latihan, atlet
dan menentukan langkah apa yang perlu dilakukan, serta dengan motivasi berprestasi tinggi akan menjalaninya
menyelesaikan tugas latihan yang telah diberikan dengan disiplin dan penuh tanggung jawab.
dengan giat dan sebaik mungkin. Motivasi berprestasi adalah dorongan
Dari hal ini dapat diketahui bahwa peran seseorang berkaitan dengan prestasi, yang memiliki ciri-
psikologis sangat berperan penting dalam mewujudkan ciri; menguasai, memanipulasi, mengatur lingkungan
pencapaian prestasi. Tentunya atlet juga harus sosial maupun fisik, mengatasi rintangan, dan
mempunyai indikator tujuan yang pasti dan jelas serta memelihara kualitas kerja yang tinggi, bersaing melalui
merumuskan goal-setting sebagai tolak ukur usaha untuk melebihi perbuatan yang lampau serta
keberhasilan. Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan mengungguli perbuatan orang lain. Adanya
oleh Locke dan Latham (2002), bahwa pelaksanaan “achievement motivation” yang merupakan motivasi
goal-setting dapat dilakukan melalui empat mekanisme intrinsik adalah daya penggerak dalam diri seseorang
yaitu: (1) Untuk memulainya, atlet berlatih dengan keras untuk mencapai prestasi. Motivasi berprestasi
sebagai penentu pencapaian target tentunya, sehingga merupakan mostivasi yang mendorong individu untuk
usaha dan pertimbangan lugas akan mendorong sukses, dan bertujuan untuk berhasil dalam kompetisi
mencapai tujuan yang sudah ditetapkan; (2) tujuan dengan beberapa ukuran keunggulan (standard of
berlatih untuk penyemangat supaya atlet akan berlatih excelence). Ukuran keunggulan adalah patokan yang
lebih keras lagi (McKenzie dan Hodge, 2000). (3) berhubungan dengan tugas, yaitu menilai berdasarkan
tujuannya adalah untuk membuatnya disiplin kepada pencapaian hasil dan patokan yang berhubungan dengan

297
Jurnal Kesehatan Olahraga Vol. 09. No. 03, September 2021, Hal 291 - 300

prestasi yang pernah dicapai sendiri pada masa lalu. dengan sempurna, meningkatkan kebugaran pada
Motivasi berprestasi berhubungan dengan pola tingkatan tertinggi, dan berlatih secara maksimal.
tindakan dan perasaan yang terkait dengan kerja keras Dengan kata lain motivasi berprestasi dalam olahraga
dan perjuangan tidak kenal menyerah dalam berlatih sama dengan istilah “competitiveness”. Apruebo (2005:
untuk dapat mencapai prestasi yang tinggi. Karakter 53) menjelaskan: “Competitiveness as a disposition to
atlet yang memiliki motivasi berprestasi tinggi biasanya strive for satisfaction when making comparisons with
(1) mengerjakan tugas tepat waktu, berusaha some standard of excellence in the presence of
menyelesaikan tugas yang direncanakan sendiri, pelatih, evaluative other”. Motivasi berprestasi pada hakikatnya
atau kelompok; dan (2) bertanggung jawab terhadap merupakan keinginan, hasrat, kemauan, dan pendorong
keberhasilan dalam berlatih. Atlet yang memiliki untuk dapat unggul yaitu mengungguli prestasi yang
motivasi berprestasi sebagai kebutuhan berharap untuk pernah dicapainya sendiri atau prestasi yang dicapai
sukses dan bersikap positif terhadap tujuan yang akan oleh orang lain. Motivasi berprestasi merupakan
dicapai, serta tidak banyak memikirkan kegagalan. dorongan untuk berpacu dengan keunggulan, baik
Menurut beberapa ahli motivsi merupakan keunggulan dirinya sendiri, keunggulan orang lain, atau
kekuatan yang memberikan energi, menyokong dan kesempurnaan dalam melaksanakan tugas tertentu.
perilaku yang dilakukan secara langsung untuk Berdasarkan beberapa kajian teori tersebut disimpulkan
mencapai tujuan (Eggen &Kauchak, 2007; Brophy, bahwa motivasi berprestasi adalah dorongan yang ada
2004; Pintrich & Schunk, 2002) dan beberapa peneliti pada diri seseorang untuk mencapai sukses dan
pun telah menemukan hubungan yang positif dan kuat menghindari kegagalan, yang menimbulkan
antara motivasi dengan pencapaian prestasi. Motivasi kecenderungan perilaku untuk mempertahankan dan
tersebut juga dapat digambarkan dengan dua kategori meningkatkan suatu keberhasilan yang telah dicapai
yaitu (1) Extrinsic Motivation adalah motivasi yang yang berpedoman pada patokan prestasi terbaik yang
digunakan pada aktivitas dalam menyelesaikan sesuatu pernah dicapai baik oleh dirinya maupun orang lain.
sampai selesai. (2) Intrinsic Motivation, adalah motivasi Perenang yang memiliki motivasi berprestasi akan
yang dipengaruhi dalam diri individu dalam cenderung memiliki kerja keras untuk mencapai apa
menyelesaikan tugas atau pekerjaan untuk yang diinginkannya, sehingga prestasi maksimal akan
kepentingannya. Pernyataan tersebut sejalan dengan mudah untuk dicapainya.
penelitian yang dilakukan oleh Zainal Arifin & Heri Seperti apa yang dikemukakan Locke and
Wahyudi (2021) bahwa motivasi berprestasi atleyt Latham (2002) dalam jurnal Fred, C. Luneburg (2011)
berkembang secara alami pada diri masing-masing atlet. “Tujuan yang terlalu mudah dicapai tidak akan
Tujuan untuk menjadi berprestasi menjadi satu faktor menghasilkan peningkatan kinerja yang diinginkan.
pendorong atlet untuk termotivasi. Dalam kaitannya Dari pernyataan diatas kesimpulannya adalah bahwa
dengan hal ini, motivasi dapat dikembangkan atau suatu tujuan harus menerima beban yang sulit dan
bahkan dihilangkan. Oleh karena itu, perlu diketahui spesifik agar dapat meningkatkan kinerja yang
bahwa ada beberapa faktor yang mampu memengubah, dinginkan dengan baik sebanding usaha yang
mengurangi, dan atau merubah meningkatkan aspek dilakukannya”. Sejalan dengan pernyataan Edwin A.
motivasi. Menegenai faktor yang mempengaruhi Locke (2002) dalam jurnalnya “bahwa sebuah tujuan
motivasi, menunjukkan dari beberapa penelitian yang yang spesifik dan sulit secara konsisten akan
menunjukkan bahwa motivasi dipengaruhi oleh faktor menghasilkan kinerja yang lebih tinggi dan optimal
internal dan external sesuai dengan kondisi yang dialami daripada memaksa orang untuk melakukan yang
atlet pada saat itu. terbaik”. Komitmen tujuan memiliki reliabilitas dan
Selain itu, motivasi berprestasi disebut dengan validitas yang tinggi. Komitmen paling penting dan
istilah N.Ach (Need for Achievement). Apruebo relevan ketika tujuan sulit (Klein, Wesson, Hollenbeck,
(2005:53) menjelaskan: “Achievement motivation as a & Alge, 1999). Hal ini karena tujuan yang sulit bagi
desire for significant accomplishment for mastery of orang membutuhkan usaha yang tinggi dan dikaitkan
things, people, or ideas for attaining a higher dengan peluang keberhasilan yang lebih rendah
standard”. Pendapat yang sama dijelaskan oleh daripada tujuan yang mudah.
Weinberg and Gould (2007) “Achievement motivation Penelitian ini menunjukkan kalau terdapat
as a person’s orientations to strive for task success, hubungan antara goal-setting terhadap motivasi
persist in the face of failure, and experience pride in berprestasi atlet floorball UNESA dengan hasil analisis
accomplishments”. Motivasi berprestasi memberikan data yang didapat dari responden sebagai upaya untuk
kesempatan kepada atlet untuk mencapai sesuatu memperoleh prestasi kepada atletnya sesuai dari hasil

298
Analisis Hubungan Goal-Setting Terhadap Motivasi Berprestasi Atlet Floorball Unesa

penelitian sebelumnya yang diarahkan oleh Estu Rahayu Firdaus, Z.N. 2013. ”Hubungan Goal-Setting dengan
dan Mulyana, O.P (2015) tentang “hubungan antara Performa Atlet Cabang Olahraga Bola Voli di
goal-setting dan motivasi berprestasi dengan prestasi Klub ALKO Bandung. Skripsi. tidak
peserta renang. bahwa ada hubungan positif antara goal- diterbitkan. Bandung: Universitas Pendidikan
setting dan motivasi berprestasi dengan prestasi atlet Indonesia.
renang”. Evans, JJ, & Krasny-Pacini, A. 2017. Goal-Setting in
Rehabilitation. Journal American
PENUTUP Psychological Association. Routledge/Taylor
Simpulan & Francis Group.
Berdasarkan hasil yang didapatkan dalam Rahayu Estu, Mulyana, O.P. 2015. “Hubungan antara
penelitian, maka ditarik kesimpulan bahwa instrument Goal-Setting dan Motivasi Berprestasi dengan
penelitian berupa kuisioner dengan jumlah 30 soal yang Prestasi Atlet Renang”. Jurnal Psikologi. Vol.
terbagi menjadi 2 indikator yakni goal-setting dan 3 (3).
motivasi berprestasi valid dan reliabel digunakan untuk Lunenburg, Fred C. 2011. Goal-Setting Theory of
penelitian. Hasilnya terdapat hubungan (berkorelasi) Motivation. International Journal of
yang positif antar dua variabel tersebut. Selain itu Management, Business, and Administration.
tingkat korelasi tersebut masuk dalam kategori Volume 15 (1).
berkorelasi kuat, karena nilai korelasi pearson dari Pratama, A. 2013. “Hubungan angtara Goal-Setting
kedua variabel tersebut adalah r = 0,745 melebihi 0,60 dengan Kepercayaan Diri dan Motivasi Atlet”.
(kategori normal). Nilai standar untuk bisa berkorelasi Skripsi. tidak diterbitkan. Bandung:
sebagai dasar pengambilan keputusan jika nilai Universitas Pendidikan Indonesia.
signifikansi kurang dari (0,05). Sedangkan untuk nilai Jannah, M. 2012. “Kontribusi Metode Neuro-Linguistic
korelasi pearson nya sebagai dasar pedoman derajat Programming Terhadap Goal-Setting Pelari
hubungan kedua variabel tersebut kategori antara r=0,20 Cepat Perorangan. Jurnal Psikologi. Vol.3 (1).
sampai r=1,00. Nilai tersebut hanyalah dijadikan Indonesian Floorball Association. 2016. About
sebagai patokan untuk mengetahui kategori tingkat Floorball. (online),
korelasi dari variabel tersebut. (http://floorball.or.id/about/ diakses 20 Januari
Saran 2021).
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diteliti Dickson, kho. 2020. Pengertian Skala Likert (Likert
serta terdapat kelemahan dan keterbatasan dalam proses Scale) dan Menggunakannya.
penelitian ini, seperti dengan berfokus pada hubungan (online),
baik jenis maupun tingkatannya saja. Namun (https://teknikelektronika.com/pengertian-
diperkirakan masih banyak beberapa faktor lain yang skala- likert-likert-scale-menggunakan-skala-
masih bisa diolah, seperti pengaruh dari hubungan likert/ diakses 20 Januari 2021).
variabel tersebut maupun kontribusi nyata yang bisa Ikerenki.com. 2013. pengertian atau arti makna dan
dapatkan sebagai memenuhi dan penunjang dari segi definisi olahraga secara umum. (online).
psikologis atlet. Semoga dapat menjadi referensi serta http://www.ikerenki.com/2013/12/pengertian-
dijadikan pedoman untuk penelitian cabang olahraga arti-makna-definisi-olahraga-menurut-ahli-
floorball UNESA selanjutnya. pakar.html diakses pada tanggal 20 Januari
2021).
DAFTAR PUSTAKA Sport Blog. 2017. Makalah Olahraga Goal Setting
Mulyana, B. 2013. “Hubungan Konsep Diri, Komitmen, (online) https://duniaolahraga-
dan Motivasi Berprestasi dengan Prestasi pandups.blogspot.com/2017/03/makalah-
Renang Gaya Bebas. Jurnal Cakrawala olahrga-goal-setting.html diakses
Pendidikan. (3). pada 21 Januari 2021).
Dedik Banu Wahyudi, Agung Mahendra. 2020. Jarvis, Matt. (2006). Sport Psychology : A Student’s
Tinjauan Kepribadian Atlet Pencak Silat Handbook. London: Routledge.
Perguruan Himsi Komisariat Iwari Kota Locke, E.A., Latham, G.P. 2002. “Building a Practically
Palembang. Jurnal Ilmu Olahraga dan Useful Theory of Goal Setting and Task
Kesehatan. Vol. 9 (2). Motivation: A 35 YearOdyssey”. American
Adisasmito, L. S. (2007). Mental Juara: Modal Atlet Psychologist, Vol.57 (9).
Berprestasi. Jakarta: Rajagrafindo Persada. Arikunto, Suharsimi. 2010. “Prosedur Penelitian Suatu

299
Jurnal Kesehatan Olahraga Vol. 09. No. 03, September 2021, Hal 291 - 300

Pendekatan Praktik”. Jakarta: Rineka Cipta.


Grote, D. 1996. “The Complete Guide to Performance
Appraisal”. New York: Amacom American
Management Association.
Ridwan, Akdon. 2007. “Rumus dan dalam Aplikasi
Statistika”. Bandung: Alfabet.
Dedik Banu Wahyudi, Agung Mahendra. 2020.
Tinjauan Kepribadian Atlet Pencak Silat
Perguruan Himssi Komisariat Iwari Kota
Palembang. Jurnal Ilmu Olahraga dan
Kesehatan. Vol. 9 (2).
Maksum, Ali. 2018. Metodologi Penelitian Dalam
Olahraga. Surabaya: UNESA University Press.
My lsidayu, Apta. 2014. Psikologi Olahraga. Jakarta :
Bumi Aksara.
G. P Latham, D. B. Ganegoda, & E. A. Locke. 2011.
Goal-Setting; A State Theory, but Related to
Traits. Journal Psyichology of American. 579-
587.
Duda, Joan L. 2016. Dimensions of Achievement
Motivation in Schoolwork and Sport. Journal of
educational Psychology. Vol.84. No.3.
Wilson, Kylie and Brookfield, Darren. 2009. Effect of
Goal Setting on Motivation and Adherence in a
Six-Week Exercise Program. Journal Goal
Setting amd Exercise Motivation. Vol. 6.
Hidayat, Y. (2008). Pengantar Psikologi Olahraga.
Bandung: FPOK-UPI.
Eggen, P & Kauchak, D. 2007. Educational
Psychology: Windows on Classrooms. Pearson
International Edition.
Zainal, A & Heri, W. 2021. Ragam Motivasi Atlet
dalam Berprestasi Olahraga. Jurnal Kesehatan
Olahraga. Vol.09 (2).
Zawawi, Muhammad Anis. 2018. Hubungan Antara
Persepsi Atlet Wushu Sanda Senior Pada
Program Latihan dengan Motivasi Berprestasi
Dalam Menghadapi Pekan Olahraga Provinsi
(PORPROV) Tahun 2019. Jurnal Sportiv.
Volume 4 (1).
Rahayuni K & Gayatri R.W. 2009. Motivasi Sebagai
Sebuah Proses Dinamis: Menumbuhkan
Motivasi Berprestasi Olahraga Ditinjau Dari
Paradigma Sosial-Kognitif. Jurnal Sport
Science. Volume 2 (2).
P. Wasak, M. Rambu. 2019. Stimulasi Motivasi
Berprestasi Atlet Menggunakan Umpan Balik.
Jurnal Muara Olahraga Vol.2 (1).
Weinberg, R.S. & Gould, D. 2007. Fondation of Sport
and Exercise Psychology. (4th). Auckland:
Human Kinestics.

300

Anda mungkin juga menyukai