Anda di halaman 1dari 16

maddah Vol. 1, No.

1, Januari 2019

PARENTING DEMOKRATIS
TERHADAP REMAJA YATIM PIATU
DALAM MEMBENTUK REGULASI DIRI
Aisyatin Kamila, Wawan Juandi
Email: mielaairandah@gmail.com
Fakultas Dakwah Universitas Ibrahimy Sukorejo Situbondo

Abstrak

Regulasi diri merupakan proses dimana seseorang dapat mengatur kecapaian dan aksi,
serta menentukan target sendiri. Bagi remaja yatim piatu yang telah kehilangan orang tua
serta keluarga, pengasuhan berfungsi untuk membentuk kelekatan dan ikatan emosional,
atau kasih sayang antara orang tua dan anaknya, juga adanya penerimaan dan tuntunan
dari orang tua menerapkan disiplin. Jadi, sangat benar bahwa dalam meningkatkan
regulasi diri pada remaja dilihat dari model pola asuh yang diterapkan kepada para
remaja. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif
dengan jenis studi kasus. Subjek penelitian adalah orang tua sekaligus pembimbing yang
berjumlah empat orang dan empat orang remaja asuh. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa parenting terhadap remaja yatim piatu dalam membentuk regulasi diri di YPAQ
Al-Maimunah yaitu dengan menerapkan pola asuh otoritif (demoktaris) dengan
menambah unsur-unsur yang islami. Dan aktivitas di YPAQ Al-maimunah memunculkan
kesadaran untuk mengatur semua aktivitas termasuk memenuhi tuntutan belajar di
yayasan dan sekolah.

Kata Kunci: regulasi diri, remaja yatim piatu, parenting.

Abstract

Self regulation is a process by which a person can manage exhaustion and action, and set
his own targets. For orphaned teenagers who have lost their parents and family, parenting
serves to form attachments and emotional ties, or affection between parents and their
children, as well as the acceptance and guidance of parents applying discipline. So, it is
very true that increasing self-regulation in adolescents is seen from the model of
parenting applied to adolescents. The method used in this study is a qualitative research
method with a type of case study. The research subjects were parents as well as four
mentors and four foster teenagers. The results showed that parenting to orphans in
forming self-regulation at YPAQ Al-Maimunah is by applying authoritative parenting
(democracy) by adding Islamic elements. And the activities at YPAQ Al-Maimunah raise
awareness to organize all activities including fulfilling the demands of studying in
foundations and schools.

Keywords: self regulation, orphaned teenagers, parenting.

68
Parenting Demokratis terhadap Remaja Yatim Piatu dalam Membentuk Regulasi Diri

A. Pendahuluan Terkadang, lingkungan yang tidak


Masa remaja merupakan periode teratur menyebabkan tidak bisanya remaja
yang menentukan pada pembentukan untuk melakukan regulasi diri dengan baik.
dalam karakter, perilaku dan kepribadian Dalam hal ini, pengaruh lingkungan yang
remaja. Menurut Monks, Knoers & sehat sangat mempengaruhi remaja dalam
Haditono, remaja merupakan masa mengatur tindakan serta aktivitasnya
peralihan antara masa pra-remaja atau pra- sehari-hari hingga tercipta apa yang ingin
pubertas yakni berlangsung 10-12 tahun dicapai. Yayasan Panti Asuhan Qur'ani
sampai 18-21 tahun yang disebut sebagai (YPAQ) Al-Maimunah adalah salah satu
remaja awal hingga remaja akhir yang Yayasan Panti Asuhan yang berdiri dan
disebut masa adoleson. 1 Remaja dituntut dibangun untuk menjadi tempat pemersatu
untuk mampu mengatur diri guna bagi anak-anak terlantar yang ada di
mencapai kesuksesan di masa mendatang. sekitar Situbondo. Berdirinya YPAQ Al-
Pengaturan diri (regulasi diri) menjadi maimunah juga diharapkan bisa menjadi
salah satu kemampuan penting yang harus tempat hunian bagi anak-anak yang tidak
dikembangkan oleh setiap individu untuk memiliki tempat tinggal, anak-anak
dapat menyelesaikan tugas terlantar, bahkan yang sudah menjadi
perkembangannya. yatim piatu.
Menurut Bandura, regulasi diri Lingkungan YPAQ Al-Maimunah
adalah kemampuan mengontrol perilaku merupakan faktor penting untuk
sendiri, individu memiliki kemampuan meningkatkan regulasi diri remaja itu
untuk mengontrol cara belajarnya dengan sendiri. Persoalannya adalah adanya
tiga tahap, mengembangkan langkah- kondisi-kondisi yang kurang
langkah mengobsevasi diri, menilai diri menguntungkan, baik kondisi pribadi
dan memberikan respon bagi dirinya remaja maupun lingkungan. Kondisi
sendiri.2 Regulasi diri juga berkaitan pribadi remaja yang sering menjadi faktor
dengan bagaimana individu penghambat dalam meregulasi diri adalah
mengaktualisasikan dirinya dengan perbedaan kondisi fisik dan psikis yang
menampilkan serangkaian tindakan yang tidak stabil. Sementara kondisi lingkungan
ditujukan pada pencapaian target. 3 yang tidak stabil menimbulkan penurunan
Sebagian besar regulasi diri dalam membentuk regulasi diri adalah
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. ketidakmengertian lingkungan dengan
Lingkungan mempengaruhi pembentukan perbedaan kondisi remaja.
kepribadian. Bandura mengatakan: Beberapa fakta dan temuan kasus
“Kepribadian individu dibentuk oleh yang menggambarkan kondisi regulasi diri
perilaku, pikiran dan lingkungan. remaja yatim piatu YPAQ Al-Maimunah
Meskipun sebagian perilaku individu tidak lepas dari peran serta orang tua asuh
dibentuk oleh lingkungan, namun perilaku dan pembimbing, upaya pemberian
dapat mempengaruhi lingkungan yang pendidikan dengan membentuk serta
dapat mempengaruhi kognisi dan perilaku meningkatkan pengaturan diri dalam hal
individu. Kognisi terbentuk oleh interaksi aktivitas remaja. Dalam hal ini orang tua
perilaku dan lingkungan”.4 asuh dan pembimbing bertindak sebagai
pengarah untuk mengarahkan langsung
remaja YPAQ Al-Maimunah. Selain
1
Desmita, Psikologi Perkembangan (Bandung: PT bertindak sebagai pengarah, pembimbing
Remaja Rosdakarya, 2015), 190. juga bertindak sebagai motivator yang
2
www.regulationself.com (23 Maret 2018). menjadi teladan bagi remaja YPAQ Al-
3
Howard S. Friedman dan Miriam W. Schustack, Maimunah untuk mengatur, mengontrol
Kepribadian Teori Klasik Dan Riset Modern Edisi
serta memetakan perilaku dan aktivitasnya
Ketiga (Surabaya: Erlangga, 2008), 248.
4
Veronika Damay R, “Pengembangan Paket hingga tercipta kehidupan yang teratur dan
Pelatihan Regulasi Diri untuk Siswa SMP” (Skripsi, tertata rapi.5
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
5
Malang, 2010), 11. Luluk, Wawancara, Situbondo, 25 Oktober 2017.

69
Parenting Demokratis terhadap Remaja Yatim Piatu dalam Membentuk Regulasi Diri

Mengamati kehidupan sehari-hari di Selanjutnya ibu Mamluatul Hasanah,


YPAQ Al-Maimunah, proses berjalannya selaku salah satu orang tua asuh dan
regulasi diri di lingkungan YPAQ Al- pembimbing yang ada di YPQ Al-
Maimunah adalah dengan adanya Maimunah menuturkan bahwa: “kami
kegiatan-kegiatan rutin yang telah disini bertempat tinggal disini. Jadi dalam
dilakukan dan dijalankan disana. Dan mengawasi, mengontrol dan mengarahkan
dengan adanya bimbingan dan arahan dari anak-anak jadi lebih maksimal. Naumn
para orang tua asuh disana. Mereka sangat jika anak tidak diawasi, jauh dari orang tua
menyadari bahwa mereka memiliki banyak dan tidak akrab, maka akan menyebabkan
aktivitas sehingga muncul kesadaran untuk perubahan sikap pada mereka yang
mengatur semua aktivitas yang mereka nantinya akan mengganggu masalah
lakukan termasuk aktivitas dalam perkembangan pada diri mereka”.6
memenuhi tuntutan belajar mereka di panti Remaja asuh yatim piatu YPAQ Al-
dan sekolah. Kemampuan mereka dalam Maimunah adalah sekelompok remaja dari
mengatur aktivitas yang ada di panti dan sekian banyak anak yatim piatu yang
juga motivasi diri untuk belajar membuat berhasil dalam membentuk regulasi diri
mereka mampu menjalani semua aktivitas melalui penerapan parenting yang
yang ada di panti. Keadaan ini, menuntut dilakukan oleh orang tua asuh dan
semua remaja panti asuhan berusaha keras pembimbing disana. YPAQ Al-Maimunah
mengatur tenaga dan waktu agar dapat adalah salah satu yayasan panti asuhan
menjalankan aktivitas sesuai dengan aturan yang ada di Situbondo dengan menerapkan
di panti. parenting dalam membentuk regulasi diri
Penting adanya pengaturan diri remaja yatim piatu. Karena lokasi tempat
(regulasi diri) melalui penerapan parenting tinggal orang tua asuh yang berada di
bagi individu khususnya bagi remaja. dalam panti, dan juga selalu bisa
Dengan kemampuan pengaturan diri mengawasi, mengontrol dan mengarahkan
(regulasi diri) yang baik, remaja di remaja asuh melalui banyaknya kegiatan-
harapkan mampu mengatur dan kegiatan serta aktivitas panti yang telah
memetakan tingkah laku yang bersifat ditetapkan disana selain dari segi aturan,
merugikan diri sendiri atau mampu juga pengawasan dan arahan yang lebih
mengendalikan serta menahan tingkah laku maksimal dari sekian panti asuhan yang
yang bertentangan dengan norma-norma ada di Situbondo.
sosial dan agama yang berlaku. Hingga Di YPAQ Al-Maimunah remaja
tercipta stabilitas kenyamanan dan asuh umumnya memiliki sifat yang labil
kedisipinan dalam menjalankan aktivitas dengan berbagai dampak negatif yang
sehari-hari dengan memiliki kemampuan dilakukan seperti melakukan pelanggaran.
meregulasi diri dengan baik bagi remaja Untuk meminimalisir dampak negatif
yatim piatu yang tinggal di dalam yayasan yang dilakukan adalah dengan adanya
panti asuhan. pembentukan regulasi diri melalui
Fakta temuan yang peneliti temukan penerapan parenting (pola asuh) yang
di YPAQ Al-Maimunah adalah tentang dilakukan oleh orang tua asuh. Adapun
bagaimana parenting dapat membentuk tujuan penelitian dalam penulisan skripsi
dalam regulasi diri yatim piatu di YPAQ ini adalah untuk mendeskripsikan
Al-Maimunah dengan adanya aktivitas penerapan parenting terhadap remaja
yang secara rutin dan model pengasuhan yatim piatu dalam membentuk regulasi diri
yang diterapkan disana. Orang tua asuh di YPAQ Al-Maimunah dan untuk
dan pembimbing disana selalu berdiam mendeskripsikan parenting dapat
disana dan selalu mengontrol remaja asuh membentuk regulasi diri terhadap remaja
di panti. Karena mereka semua bertempat yatim piatu di YPAQ Al-Maimunah.
tinggal di YPAQ Al-Maimunah. Hal itulah
yang menjadi nilai tambah yang ada di
YPAQ Al-Maimunah. 6
Ibu Mamluatul Hasanah, Wawancara, Situbondo,
25 Oktober 2017.

70
Parenting Demokratis terhadap Remaja Yatim Piatu dalam Membentuk Regulasi Diri

B. Metode Penelitian Regulasi diri tidak hanya mencakup


Pendekatan yang digunakan dalam kegiatan mencapai tujuan, tapi juga
penelitian ini yakni pendekatan kualitatif. menghindari gangguan lingkungan dan
Penelitian kualitatif merupakan riset yang implus emosional yang dapat mengganggu
bersifat deskriptif dan cenderung perkembangan seseorang. 11 Sementara
menggunakan analisis dengan pendekatan menurut Bandura, regulasi diri adalah
induktif. Proses dan makna (perspektif kemampuan mengontrol perilaku sendiri,
subjek) lebih ditonjolkan dalam penelitian individu memiliki kemampuan untuk
kualitatif. Landasan teori dimanfaatkan mengontrol cara belajarnya dengan tiga
sebagai pemandu agar fokus penelitian tahap, mengembangkan langkah-langkah
sesuai dengan fakta di lapangan. 7 Jenis mengobsevasi diri, menilai diri dan
pendekatan yang digunakan dalam memberikan respon bagi dirinya sendiri.
penelitian kualitatif ini adalah studi kasus Dari berbagai pemaparan para
Studi kasus digunakan dengan mendasar tokoh diatas terkait tentang regulasi diri,
pada beberapa hal, seperti jenis atau tipe maka peneliti memberikan definisi regulasi
pertanyaan, kontrol yang dimiliki peneliti diri sebagai kemampuan seseorang untuk
dan fokus penelitian. 8 Dalam artian, bahwa menampilkan serangkaian tindakan
peneliti difokuskan pada suatu masalah (seperti; mengntrol, mengatur,
yang ingin dipilih dan ingin dipahami merencanakan, mengarahkan, dan
secara mendalam dengan tujuan untuk memonitor perilaku) yang ditujukan untuk
memperoleh deskripsi yang utuh. pencapaian target serta tujuan dengan
mengolah strategi dalam penggunaan
C. Kajian Teori kognisi, motivasi, perilaku, dan afeksi atau
emosional agar apa yang dilakukan sesuai
Regulasi Diri dengan tujuannya.
Regulasi sendiri dalam kamus
ilmiah populer berarti cara mengatur, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
aturan, dan peraturan. 9 Sedangkan arti dari Regulasi Diri
diri itu sendiri atau self menurut William Akar dari teori regulasi diri adalah
James dalam bukunya yang terkenal teori sosial kogninif yang dikembangkan
Principles of Psychology adalah segala oleh Albert Bandura. Bandura
sesuatu yang dapat dikatakan orang mengemukakan bahwa sebuah kepribadian
tentang dirinya sendiri, bukan hanya individu dibentuk oleh perilaku, pikiran
tentang tubuh dan keadaan psikisnya saja, dan lingkungan. Menurut bandura,
melainkan juga tentang anak-istri, rumah, manusia merupakan produk pembelajaran.
pekerjaan, nenek moyang, teman-teman, Meskipun sebagian besar perilaku individu
milik, dan uangnya. Kalau semua bagus, ia dibentuk oleh lingkungan, namun perilaku
merasa senang dan bangga. Akan tetapi, dapat mempengaruhi lingkungan yang
kalau ada yang kurang baik, rusak, hilang, dapat mempengaruhi kognisi dan perilaku
ia merasa putus asa, kecewa, dan lain- individu. Kognisi terbentuk oleh interaksi
lain.10 perilaku dan lingkungan.
Bandura mengatakan bahwa,
tingkah laku manusia dalam self regulation
7 adalah hasil pengaruh resiprokal faktor
Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian: Skripsi,
Tesis, Disertasi, dan Karya Ilmiyah (Jakarta: eksternal dan intetnal. Faktor-faktor yang
Kencana Pranada Media Group, 2012), 34. mempengaruhi regulasi diri dibagi menjadi
8
Robert K. Yin, Studi Kasus: Desain Dan Metode, dua faktor, yaitu:
Terj.M.Djauzi Mudzakir (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2003), 1.
9
Pius A Partanto dan M. Dahlan Al Barry, Kamus
11
Ilmiah Populer (Surabaya: Arkola, 2001), 669. Lawrence A. Pervin, Daniel Pervonce, dan Oliver
10
Alex Sobur, Psikologi Umum dalam Lintas P. Jhon, Psikologi Kepribadian Teori dan
Sejarah (Bandung: CV PUSTAKA SETIA, Penelitian (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup,
2013),499-500. 2010), 462.

71
Parenting Demokratis terhadap Remaja Yatim Piatu dalam Membentuk Regulasi Diri

a. Faktor internal proses mediasi kognitif yang


Faktor internal dalam dimaksudkan untuk membantu
meregulasi diri menurut Bandura seseorang dalam mengontrol
meliputi tiga hal, yaitu: perilakunya. Seseorang tidak
1) Observasi diri (self observation) hanya mampu menyadari dirinya
Dilakukan berdasarkan secara reflektif, akan tetapi juga
faktor kualitas penampilan, menilai seberapa berharga
orisinalitas tingkah laku diri, dan tindakan seseorang berdasarkan
seterusnya. Dengan observasi tujuan yang telah dibuat.
diri, seseorang akan tahu tentang 3) Reaksi diri (self response)
seberapa besar dan sedikitnya Manusia merespon positif
perubahan kemajuan dalam atau negatif perilaku mereka
dirinya. Apa yang diperhatikan tergantung kepada bagaimana
seseorang akan sesuatu atau perilaku ini diukur dan apa
tujuan yang mencakup kualitas standar pribadinya. Bandura
dan kuantitas. meyakini bahwa manusia
2) Proses penilaian (judgmental menggunakan strategi reaktif dan
process) proaktif untuk mengatur dirinya.
Proses penilaian Maksudnya, manusia berupaya
bergantung pada empat hal: secara reaktif untuk mereduksi
standar pribadi, performa- pertentangan antara pencapaian
performa acuan, nilai aktivitas, dan tujuan, dan setelah berhasil
dan penyempurnaan performa. menghilangkannya, mereka
Standar pribadi bersumber dari secara proaktif menetapkan
pengamatan model yaitu orang tujuan baru yang lebih tinggi.
tua atau guru, dan Manusia memiliki standar
menginterpretasi balikan atau performa untuk menilai dirinya.
penguatan dari performasi diri. Reaksi diri merupakan respon
Setiap performasi yang negatif maupun positif terhadap
mendapatkan penguatan akan hasil pencapaian. Manusia
mengalami proses kognitif, menciptakan inisiatif
menyusun ukuran-ukuran atau tindakannya melalui penguatan
norma yang sifatnya sangat diri (reward) dan hukuman diri
pribadi, karena ukuran itu tidak (punishment).13
selaku sinkron dengan kenyataan. b. Faktor eksternal
Standar pribadi adalah proses Faktor eksternal dibagi
evaluasi yang terbatas. Sebagian menjadi dua bagian, yaitu:
besar aktivitas harus dinilai 1) Standart
dengan membandingkan dengan Faktor eksternal
ukuran eksternal, bisa berupa memberikan standar untuk
norma standar perbandingan mengevaluasi tingkah laku kita
sosial, perbandingan dengan sendiri. Standart ini muncul tidak
orang lain, atau perbandingan hanya berasal dari dorongan
kolektif. Dari kebanyakkan internal, tetapi faktor lingkungan
aktivitas, kita mengevaluasi yang berinteraksi dengan
performa dengan pengaruh personal (pribadi) yang
membandingkannya kepada turut membentuk standart
standar acuan.12 individual yang digunakan untuk
Proses penilaian akan evaluasi. Dalam hal ini, peran
membantu seseorang dalam
meregulasi perilaku melalui 13
Jess Feist dan Gregory J. Feist, Teori
Kepribadian Ed. 7 (Jakarta: Salemba Humanika,
12
http://psikologiarea.html (13 Maret 2018). 2010), 220-222.

72
Parenting Demokratis terhadap Remaja Yatim Piatu dalam Membentuk Regulasi Diri

orang tua sangat penting dalam yang mencakup persepsi terhadap


mempengaruhi standart personal efikasi diri, kompetensi otonomi yang
anak. Pola asuh dan pendidikan dimiliki dalam aktivitas belajar.
yang nantinya akan membentuk motivasi merupakan fungsi dari
kualitas dan potensi anak untuk kebutuhan dasar untuk mengontrol
mengembangkan dirinya. Anak dan berkaitan dengan perasaan
belajar melalui orang tua, tingkah kompetensi yang dimiliki setiap
laku yang dikehendaki dan yang individu.
tidak dikehendaki. Melalui c. Perilaku
pengalaman berinteraksi dengan Perilaku merupakan upaya
lingkungan yang lebih luas, anak individu untuk mengatur diri,
kemudian mengembangkan menyeleksi, dan memanfaatkan
standar yang dapat ia gunakan lingkungan maupun menciptakan
dalam menilai prestasi diri. lingkungan yang mendukung
2) Penguatan (reinforcement). aktivitasnya. Pada Pada perilaku ini
Reward digunakan Zimmerman dan Pons mengatakan
sebagai penguat dari sebuah bahwa individu memilih, menyusun
perilaku yang telah dilakukan dan menciptakan lingkungan sosial
untuk tujuan tertentu. Selain itu, dan fisik seimbang untuk
dukungan dari lingkungan dalam mengoptimalkan pencapaian atas
bentuk sumbangan materi atau aktivitas yang dilakukan.
pujian dan dukungan orang lain Apabila ketiga aspek di atas digunakan
juga diperlukan sebagai bentuk individu secara tepat sesuai kebutuhan dan
penghargaan kecil yang didapat kondisi, maka akan menunjang
setelah menyelesaikan tujuan. 14 kemampuan pengelolaan diri yang
optimal.16
Aspek-aspek Regulasi Diri
Regulasi diri merupakan fundamen Parenting (Pola Asuh)
dalam proses sosialisasi dan melibatkan Secara bahasa parenting Berasal
perkembangan fisik, kognitif, dam emosi. dari bahasa Inggris, berasal dari kata
Menurut Schunk dan Zimmerman, parent 17 yang berarti orang tua.
menyatakan bahwa self regulation Sedangkan dalam kamus Oxford,
mencakup tiga aspek:15 parenting adalah the process of caring for
a. Metakognisi your child or children.18 Parenting (pola
Metakognisi yaitu kemampuan asuh) terdiri dari kata pola dan asuh.
individu dalam merencanakan, Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
mengorganisasikan atau mengatur, pola berarti corak, model, sistem, cara
menginstruksikan diri, memonitor dan kerja, bentuk (struktur) yang tetap.19
melakukan evaluasi dalam aktivitas
belajar. Poin metakognitif bagi 16
AG Al Fairuzzabadi, “Landasan Teori”, dalam
individu yang melakukan regulasi diri http://etheses.uin-
adalah individu yang merencanakan, malang.ac.id/1661/6/10410184_Bab_2.pdf (28
mengorganisasi, mengukur diri, dan Maret 2018).
menginstruksikan diri sebagai 17
John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus
kebutuhan selama proses perilakunya. Inggris Indonesia (Jakarta: Gramedia Pustaka
b. Motivasi Utama, 2005), 418.
Motivasi adalah pendorong
18
Muhammad Ali Muttaqin, “ Parenting Sebagai
(drive) yang ada pada diri individu Pilar Utama Pendidikan Anak Dalam Perspektif
Pendidikan Islam” (Skripsi, Universitas Islam
Negeri Walisongo Semarang, 2015), 28.
14 19
Ibid, 219-220 Syaiful Bahri Djamarah, Pola Asuh Orang Tua
15
Fazri Anfaldi, “Psikologi Area Regulasi Diri”, dan Komunikasi dalam Keluarga, Upaya
dalam http://www.regulasi/artikel/net (9 Februari Membangun Citra Membentuk Pribadi Anak
2013). (Jakarta: Rineka Cipta, 2014), 50.

73
Parenting Demokratis terhadap Remaja Yatim Piatu dalam Membentuk Regulasi Diri

Sedangkan, asuh artinya pemimpin, Jenis-jenis Pola Asuh


pengelola, pembimbing, sehingga Baumrind mengemukakan ada tiga
pengasuh adalah orang yang melaksanakan jenis pola asuh, yaitu:23
tugas membimbing, memimpin, atau a. Pola asuh authoritarian (otoriter)
mengelola. Pengasuhan yang dimaksud Pola asuh otoriter memiliki
disini adalah mengasuh anak. penerimaan dan keterlibatan yang
Berk mendefinisikan pola asuh redah pada pemenuhan otonomi anak.
sebagai kombinasi dari perilaku orang tua Jenis pola asuh yang memiliki
yang terjadi diseluruh situasi dan penerimaan dan keterlibatan yang
menciptakan iklim pengasuhan anak yang rendah pada pemenuhan otonomi.
tetap. Pola asuh orang tua merupakan pola Orang tua cenderung memaksa,
asuh interaksi antara anak dengan orang memberi perintah berlebihan dan
tua bukan hanya pemenuhan kebutuhan menghukum. Orang tua tidak
fisik (seperti makan, minum), tetapi juga mengenal kompromi dalam
mengajarkan norma-norma yang berlaku di komunikasi biasanya satu arah.
masyarakat agar hidup selaras dengan Tipe pola asuh otoriter,
lingkungan.20 kedudukan orang tua adalah sebagai
Baumrind menyatakan bahwa pola pengendali atau pengawas
asuh orang tua adalah sebagai parental (controller), selalu memaksakan
control. Artinya bagaimana orang tua kehendak kepada anak, tidak terbuka
dapat membimbing, mengontrol dan terhadap pendapat anak, sangat sulit
mendampingi anak-anknya untuk menerima saran dan cenderung
melaksanakan tugas perkembangan memaksakan kehendak dalam
menuju proses kedewasaan diri. 21 perbedaan, terlalu percaya pada diri
Baumrind juga mengemukakan bahwa sendiri sehingga menutup katup
pola asuh adalah bentuk proses interaksi musyawarah. Dalam upaya
yang terjadi antara orang tua dan anak mempengaruhi anak sering
dalam keluarga, yang memberi pengaruh mempergunakan pendekatan
terhadap perkembangan kepribadian (approach) yang mengandung unsur
anak.22 Pola pengasuhan terbentuk dari paksaan dan ancaman. Kata-kata yang
kombinasi kehangatan dan aturan diucapkan orang tua adalah hukum
didalamnya. atau peraturan dan tidak dapat diubah,
Berdasarkan berbagai definisi di memonopoli tindak komunikasi dan
atas maka peneliti memberikan definisi seringkali meniadakan umpan balik
pola asuh sebagai serangkaian interaksi dari anak. Hubungan antarpribadi
orang tua untuk membentuk perilaku anak, diantara orang tua dan anak
yang meliputi aturan, peringatan untuk cenderung renggang dan berpotensi
memenuhi kebutuhan fisik, psikologis, dan antagonistik (berlawanan).24
mengajarkan norma-norma dan nilai-nilai b. Pola asuh authoritative (demokratis)
yang berlaku di masyarakat sehingga Orang tua yang memiliki pola
berpengaruh pada perkembangan asuh authoritative (demokratis) lebih
kepribadian anak. memprioritaskan kepentingan anak
tetapi tetap ada aturan untuk
mengendalikannya. Orang tua
demokratis bersikap rasional dan
realistis terhadap kemampuan anak
20
serta memberikan kebebasan untuk
Winda Erlina, Pola Asuh Orang Tua Sebagai
Predikator Kecerdasan Emosional Pada Remaja (
Skripsi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta,
2016), 18-19.
21
Muallifah, Psycho Islamic Smart Parenting
23
(Yogyakarta: DIVA Press, 2009), 44. Ibid, 45-48.
22 24
Ibid, 44. Djamarah, Pola Asuh Orang Tua, 60.

74
Parenting Demokratis terhadap Remaja Yatim Piatu dalam Membentuk Regulasi Diri

memilih, melakukan tindakan, dan mengatur diri sendiri dan diberikan


peka terhadap kebutuhan anak. 25 kewenangan untuk mengontrol
Tipe pola asuh demokratis dirinya sendiri.
mengharapkan anak untuk berbagi Berdasarkan pemaparan teori
tanggung jawab dan mampu dan model pola asuh yang
mengembangkan potensi dikemukakan Baumrind dan
kepemimpinan yang dimilikinya. pengaplikasian pola asuh yang
Memiliki kepedulian terhadap ditetapkan dalam penelitian, maka
hubungan antarpribadi dalam pola asuh yang ideal untuk
keluarga. Meskipun tampak kurang perkembangan anak adalah pola asuh
terorganisasi dengan baik, namun demokratis (otoritatif). Karena pola
gaya ini dapat berjalan dalam suasana asuh demokratis memberikan tuntutan
yang rileks dan memiliki untuk dewasa dan bertanggung jawab.
kecenderungan untuk menghasilkan
produktivitas dan kreatifitas, karena Remaja
tipe pola asuh demokratis ini mampu Istilah adolescence atau remaja
memaksimalkan kemampuan yang berasal dari kata latin (adolescere), (kata
dimiliki anak.26 bendanya, adolescentia yang berarti
Tipe pola asuh demokratis remaja) yang berarti “tumbuh” atau
yaitu orang tua harus memberikan “tumbuh menjadi dewasa”. 29 Menurut
ruang ekspresi bagi anak-anak. Akan Steinberg, remaja berasal dari bahasa latin
tetapi, jalan buntu terjadi ketika orang “adolescare” yang berarti tumbuh
tua tidak sabar menanti inisiatif positif menjadi matang. Sementara itu, Papalia,
dari anak, dan akhirnya memutuskan Olds dan Feldman menyebutkan bahwa
untuk otoriter juga. Pola demokratis remaja adalah transisi perkembangan yang
ini memastikan adanya terjadi kira-kira pada umur 10 atau 11
pendampingan, apresiasi, dan tahun sampai awal dua puluh tahun yang
peneguhan.27 meliputi transisi pada ranah fisik, kognitif
c. Pola asuh permisif dan psikososial.
Pola asuh permisif ditandai Masa remaja merupakan masa
dengan tingginya tingkat responsivitas peralihan dari masa anak-anak menuju usia
akan tetapi orang tua kurang dewasa. Pada masa peralihan ini biasanya
memberikan tuntutan dan kontrol terjadi percepatan pertumbuhan dalam segi
pada remaja. Orang tua membiarkan fisik yang ditandai dengan perubahan
remaja melakukan apa saja yang bentuk badan, sikap, cara berpikir, dan
mereka inginkan.28 Tipe pola asuh bertindak. Masa remaja merupakan masa
permisif juga memberikan kebebasan perubahan dan transisi dihampir setiap
kepada anak seluas mungkin akan aspek kehidupan. 30
tetapi anak tidak dituntut untuk
belajar bertanggung jawab. Orang tua Aspek Perkembangan Remaja
tidak banyak mengatur dan Masa remaja dikenal sebagai salah
mengontrol, sehingga anak diberi satu periode dalam rentang kehidupan
kesempatan untuk mandiri dan manusia yang memiliki beberapa keunikan
tersendiri. Keunikan tersebut bersumber
dari kedudukan manusia sebagai periode
25
t.n., t.j. dalam http://Ethses.UIN- transaksional antara masa kanak-kanak dan
SUKA.Ac.Id/166/1/10410184_Bab_2.Pdf. (29
Maret 2018).
26 29
Djamarah, Pola Asuh Orang Tua, 61. Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan
27
Elia Daryati & Anna Farida, Parenting With Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan
Heart Menumbuhkan Anak dengan Hati (Bandung: (Jakarta: Erlangga, 2014), 206.
Kaifa, 2014), 43-44. 30
Saifullah & Abd Mughni, “Studi Fenomenologis:
28
Erlina, Pola Asuh Orang Tua Sebagai Dinamika Psikologis Santri Pembelajar”, Jurnal
Predikator, 23. Lisan Al-Hal, Vol.8, No. 2 (Desember, 2016), 183.

75
Parenting Demokratis terhadap Remaja Yatim Piatu dalam Membentuk Regulasi Diri

masa dewasa. Memasuki masa remaja, menimbulkan ketakutan, tidak realistis


terjadi transaksi dalam tiga aspek dan ambang dari kedewasaan sehingga
kehidupan, yaitu: dengan mudah dapat dipengaruhi. Remaja
a. Aspek fisik biasanya mengalami kekeliruan dalam
Rangkaian perubahan yang bertindak dan lebih mengarah pada
paling jelas dan tampak pada masa tindakan kenakalan (negatif). Bentuk dari
remaja adalah perubahan fisik. kenakalan remaja adalah agresivitas,
Marshall dalam steinberg karena agresivitas dapat dilakukan oleh
menyebutkan bahwa terdapat lima semua kalangan, tidak terkecuali para
perubahan fisik yang terjadi selama remaja baik laki-laki maupun perempuan,
masa pubertas, yaitu: dikarenakan oleh perkembangan remaja
1) Perubahahan tinggi dan berat itu sendiri.
badan yang berlangsung cepat. Maka Kenakalan remaja
2) Perkembangan karakteristik seks kemungkinan merupakan efek dari
primer, yaitu perubahan kelamin regulasi diri yang kurang baik, regulasi
kelenjar (terstis pada laki-laki diri anak dan remaja sangat dipengaruhi
dan ovarium pada perempuan). oleh hubungan dengan orang tua, karena
3) Perkembangan karakteristik orang tua adalah merupakan sosok yang
sekunder. telah memberikan pengetahuan, motivasi,
4) Perubahan pada kompisisi tubuh dan pengasuhan serta lingkungan
khususnya terbentuknya otot dan pembelajaran. Pembimbing yang juga
lemak pada tubuh. berperan sebagai orang tua asuh bagi
5) Perubahan pada sistem peredaran remaja yatim piatu juga memberikan
darah dan pernapasan. sumbangan penting dalam pembentukan
b. Aspek kognitif regulasi diri remaja, dengan
Piaget mengungkapkan mengidentifikasi keperluan, kebutuhan
bahwa remaja memasuki tahap formal remaja dan memberikan petunjuk agar
operation dalam perkembangan lebih berkembang pada arah yang baik
kognitifnya. Piaget juga melalui petunjuk, motivasi, dan
mengungkapkan bahwa memasuki pemodelan yang dilakukan oleh
masa remaja, pemikiran menjadi lebih pembimbing atau orang tua asuh agar
abstrak dan logis. dapat ditiru oleh remaja asuh.. Akhirnya
c. Aspek sosio-emosional ketika remaja mendapatkan ransangan
Kondisi emosional dalam dari luar baik berupa pengetahuan
tahap ini masih labil dan sangat (metakognisi), motivasi, ataupun
dipengaruhi oleh lingkungan perlakuan yang mengarah tindakan
sosialnya seperti keluarga. Eriskon positif, maka remaja akan mempunyai
berpendapat bahwa dalam tahap ini regulasi diri yang baik.
remaja dihadapkan pada penentuan
identitas dan masa depan. Oleh karena Parenting dalam Membentuk Regulasi
itu, pada tahap ini peran orang tua Diri Remaja
sangat dibutuhkan dalam memberi Regulasi diri (self-regulation)
kesempatan dan dukungan pada berkaitan dengan kemampuan dimana
remaja untuk menjelajahi banyak individu secara aktif mengontrol proses
peran dan mendampingi remaja agar kognitif, afektif, dan perilaku untuk
dapat menjelajahi peran secara positif. mencapai tujuan yang telah ditentukan
sebelumnya. Selanjutnya, faktor eksternal
Regulasi Diri Remaja yang mempengaruhi regulasi diri yaitu
Masa remaja merupakan masa faktor-faktor yang terdapat di luar diri
perubahan diantaranya perubahan fisik, individu. Faktor-faktor tersebut antara lain
kognitif, emosional dan sosialnya, masa berupa pola asuh orang tua dan lingkungan
remaja juga Sering bermasalah karena yang kondusif, yaitu lingkungan dengan
pencarian identitas, masa dimana adanya pengawasan.

76
Parenting Demokratis terhadap Remaja Yatim Piatu dalam Membentuk Regulasi Diri

Pola asuh orang tua merupakan memilih, melakukan tindakan, dan peka
pola interaksi antara anak dengan orang terhadap kebutuhan anak.
tua yang meliputi bukan hanya pemenuhan Sebagaimana penuturan yang
fisik dan psikoogis tetapi juga norma- dilakukan oleh ustadz Syakur, bahwa di
norma yang berlaku di masyarakat agar YPAQ Al-Maimnunah mengedapankan
dapat hidup selaras dengan lingkungan. kepentingan anak akan tetapi tetap
Dalam hal ini, peran orang tua sangat memberikan arahan kepada anak.
penting dalam mempengaruhi standart Beberapa ciri dari tipe pola asuh yang
personal anak. Pola asuh dan pendidikan demokratis adalah sebagai berikut:32
yang nantinya akan membentuk kualitas 1) Hak dan kewajiban antara anak dan
dan potensi anak untuk mengembangkan orang tua diberikan secara seimbang.
dirinya. Melalui pengalaman berinteraksi 2) Saling melengkapi satu sama lain,
dengan lingkungan yang lebih luas, anak orang tua yang menerima dan
kemudian mengembangkan standar yang melibatkan anak dalam mengambil
dapat ia gunakan dalam menilai prestasi keputusan terkait dengan kepentingan
diri. keluarga
Membentuk regulasi diri pada 3) Memiliki tingkat pengendalian tinggi
remaja sangat dipengaruhi oleh parenting dan mengharuskan anak-anaknya
(pola asuh) yang diterapkan oleh orang tua. bertindak pada tingkat intelektual dan
Dimana remaja belajar mengenai peran- sosial sesuai usia dan kemampuan
peran yang ada dalam masyarakat seprti mereka, tetapi mereka tetap
nilai-nilai, sikap serta perilaku yang pantas memberikan kehangatan, bimbingan,
dan tidak pantas, atau baik dan buruk dan komunikasi dua arah.
melalui pengasuhan orang tua. Remaja 4) Orang tua selalu berusaha
yang diasuh oleh orang tua dengan model menyelaraskan kepentingan dan
otoritatif atau demokratis merasakan tujuan pribadi dengan kepentingan
kehangatan, penerimaan, dukungan dan anak.
kasih sayang yang di ekspresikan oleh 5) Orang tua senang menerima saran,
orang tua. Perasaan inilah yang pendapat, dan bahkan kritik dari anak.
membentuk kemandirian, harga diri tinggi, 6) Mentolerir ketika anak membuat
pandangan positif, dan kemampuan kesalahan dan memberikan
regulasi emosi pada remaja. 31 pendidikan kepada anak agar jangan
berbuat kesalahan dengan tindak
D. Pembahasan mengurangi daya kreatifitas, inisiatif,
dan prakarsa.
Penerapan Parenting terhadap Remaja 7) Lebih menitikberatkan kerjasama
Yatim Piatu dalam Membentuk dalam mencapai tujuan.
Regulasi Diri di YPAQ Al-Maimunah. 8) Orang tua selalu berusaha untuk
Adapun penerapan parenting dalam menjadikan anak lebih sukses darinya.
membentuk regulasi diri remaja yatim 9) Tipe pola asuh demokratis
paitu di YPAQ Al-Maimunah adalah mengharapkan anak untuk berbagi
menggunakan pengasuhan demokratis. tanggung jawab dan mampu
Orang tua yang memiliki pola asuh mengembangkan potensi
authoritative (demokratis) lebih kepemimpinan yang dimilikinya.
memprioritaskan kepentingan anak tetapi Memiliki kepedulian terhadap
tetap ada aturan untuk mengendalikannya. hubungan antarpribadi dalam
Orang tua demokratis bersikap rasional keluarga. Meskipun tampak kurang
dan realistis terhadap kemampuan anak terorganisasi dengan baik, namun
serta memberikan kebebasan untuk gaya ini dapat berjalan dalam suasana
yang rileks dan memiliki
kecenderungan untuk menghasilkan
31
Erlina, “Pola Asuh orang Tua Sebagai Prediktor”,
32
31. Muallifah, Psycho Islamic, 47.

77
Parenting Demokratis terhadap Remaja Yatim Piatu dalam Membentuk Regulasi Diri

produktivitas dan kreatifitas, karena membantu anak dalam memahami


tipe pola asuh demokratis ini mampu sistem sosial dan hubungan sosial.
memaksimalkan kemampuan yang 5) Keluarga otoritatif dapat memberikan
dimiliki anak.33 stimulasi pemikiran pada anak,
Berdasarkan pemaparan dan teori sehingga lebih bisa berkembang.
yang telah dikemukakan diatas, Yayasan 6) Orang tua otoritatif mengombinasikan
Panti Asuhan Qur’ani Al-Maimunah kontrol seimbang dengan kehangatan,
menerapkan pola asuh (parenting) sehingga anak mengidentifkasi orang
demokratis atau otoritaif dalam tuanya. Pada umumnya, orang tua
membentuk regulasi diri remaja yatim memperlakukan anaknya dengan
piatu dengan alasan pengasuhan secara penuh kehangatan dan kasih sayang.
demokratis itu sesuai atau ideal untuk 7) Anak yang tumbuh dengan
perkembangan anak. Hal tersebut juga kehangatan dari orang tua akan
dikemukan oleh Ibu Mamluatul Hasanah mengarahkan dir dengan meniru
selaku pengasuh dan juga pembimbing di kedua orang tuanya dan akan
Yayasan Panti Asuhan Qur’ani Al- memperlihatkan kecenderungan yang
Maimunah bahwa: pengasuhan yang ideal serupa.
dan sesuai dengan perkembangan anak 8) Anak akan lebih menjadi bertanggung
adalah pengasuhan secara otoritatif atau jawab, dapat mengarahkan diri,
demokratis, yang lebih mengutamakan memiliki rasa ingin tahu, memiliki
hak dan kewajiban anak tapi orang tua ketenangan diri, mencerminkan
masih mengawasi terhadap anak. adanya kehangatan dalam keluarga,
Hal ini juga sesuai dengan teori dan pemberian yang luwes.
yang dikemukakan Baumrind bahwa pola 9) Orang tua merasa nyaman berada di
pengasuhan yang ideal untuk anak adalah sekitar anak yang bertanggung jawab
pola asuh otoritatif atau demokratis. dan bebas, sehingga mereka
Adapun alasannya adalah sebagai memperlakukan anak (dan remaja)
berikut:34 dengan lebih hangat, sebaliknya anak
1) Orang tua yang otoritatif memberi (dan remaja) yang berulah akan
keseimbangan antara pembatasan dan membuat orang tuanya tidak berpikir
kebebasan, sedangkan disisi lain panjang dan tidak sabar.
memberikan kesempatan Pola asuh model otoritatif ini mampu
pengembangan percaya diri, dan bisa membentuk prestasi anak, lebih bisa
mengatur standar, batasan, dan memberikan kebebasan anak dalam
petunjuk bagi anak. mengekspresikan dan mengaktualisasikan
2) Orang tua otoritatif luwes dalam potensinya, dan lebih cepat menuju kearah
mengasuh anak, mereka membentuk kedewasaan. Pernyataan ini didukung oleh
dan menyesuaikan tuntutan dan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dr. M.
harapan yang sesuai dengan Enoch Markum dalam disertasinya yang
perubahan kebutuhan dan kompetensi membuktikan bahwa pola asuh otoritatif
anaknya. sangat efektif untuk menunjang anak
3) Orang tua otoritatif lebih suka berprestasi tinggi.
mendorong anak dalam perbincangan
(verbal). Hal ini dapat mendukung Parenting dapat Membentuk Regulasi
perkembangan intelektual yang Diri Remaja Yatim Piatu di YPAQ Al-
merupakan dasar penting bagi Maimunah
perkembangan kompetensi sosial. Parenting dapat membentuk regulasi
4) Diskusi dalam keluarga tentang diri yang baik terhadap remaja yatim piatu.
pengambilan keputusan, aturan, dan Dimana hal tersebut dapat dilihat dari
harapan yang diterangkan dapat adanya faktor pendukung terlaksananya
parenting. Selain dari jenis penerapan pola
33
Djamarah, Pola Asuh Orang Tua, 61.
34
Muallifah, Psycho Islamic, 50-52.

78
Parenting Demokratis terhadap Remaja Yatim Piatu dalam Membentuk Regulasi Diri

asuh, ada faktor pendukung terlaksananya Kompetensi pengasuhan sangat


parenting itu adalah sebagai berikut:35 dipengaruhi karakteristik keluarga.
1) Perilaku pola asuh anak Selain daripada diatas, faktor
Perilaku pola asuh orang tua pendukung terlaksannya pola asuh secara
sangatlah variatif, tergatung pada demokratis dalam perkembangan remaja
ideologi dan keinginan orang tua. yang berpengaruh terhadap pembentukan
Namun tidak seharusnya orang tua regulasi diri remaja juga dapat dilihat dari
menerapkan tipe pengasuhan ekstrem berbagai aspek:
pada satu model. Bagaimana cara orang a) Menjadi teladan
tua berkomunikasi terhadap anak Memberikan keteladan bagi
dengan yang lain, monitor orang tua, anak adalah tugas utama bagi semua
penerapan disiplin terhadap anak, orang tua. Keteladanan memiliki
kepercayaan orang tua, dukungan, dan makna yang sangat penting karena
pemberian kebebasanan pada anak tanpa keteladanan sebagai orang tua,
tidak ekstrem. Misalnya, orang tua apapun yang kita sampaikan kepada
harus menerapkan anak harus patuh anak tidak akan berjalan secara efektif
terhadap semua peraturan yang dan efisien.36 Hal ini menjadi kunci
diinginkan oleh orang tua. Perilaku pola utama bagi perkembangan remaja
asuh yang disosialisasikan dalam asuh yatim piatu di YPAQ Al-
keluarga dan sekolah akan menentukan Maimunah dalam hal mengatur diri
kompetensi perkembangan anak (sosial, mereka. orang tua menjadi panutan
kognitif, emosi, religius, dan yang benar-benar harus memberikan
sebagainya). teladan yang baik bagi anak-anaknya,
2) Interaksi orang tua-anak karena yang menjadi medel awal
Interaksi orang tua-anak tidak pemberi contoh bagi anak adalah
hanya ditentukan oleh kuantitas orang tua. Anak selalu mencontoh
pertemuan antara orang tua dan anak, terhadap orang tua. Oleh karenanya
tetapi juga ditentukan oleh kualitas orang tua harus menjadi teladan
interaksi tersebut. Disini, bisa terhadap anak-anaknya. 37
menyankut tentang bagaimana orang b) Aktivitas keagamaan
tua mampu memahami karakteristik Kegiatan keagamaan yang
anak, tipe pola asuh yang diterapkan dilakukan Perkembangan agama pada
juga sesuai dengan anak-anaknya. anak sangat ditentukan oleh
Sehingga dalam interaksi, anak tidak pendidikan dan pengalaman yang
merasa tertekan dan tersiksa karena dilaluinya.38 Seorang anak yang pada
mengeluh bentuk pola asuh yang masa anak itu tidak mendapat
diterapkan oleh orang tua tidak sesuai pendidikan agama dan tidak pula
dengan dirinya. mempunyai pengalaman keagamaan,
3) Kompetensi orang tua dalam pola asuh maka ia nanti setelah dewasa akan
anak cenderung kepada sikap negatif.
Kompetensi pengasuhan anak Seyogyanya agama masuk ke dalam
bukan merupakan faktor yang statis, pribadi anak bersamaan dengan
namun dinamis. Karena, ini juga pertumbuhan pribadinya. Si anak
tergantung kemampuan orang tua untuk mulai mengenal Tuhan melalui orang
bisa mengoneksikan dengan tua dan lingkungan keluarganya.
perkembangan dan pertumbuhan anak. Kata-kata, sikap, tindakan, dan
Kompetensi ini meliputi kompetensi
dalam tugas orang tua dalam 36
HM. Taufiqi, Religious Parenting Hypnoteaching
memajukan kerja sama, terpenuhinya
and Hypnotheraphy For Brilliant Kids (Malang:
kelekatan (attachment), dan lingkungan Media Nusa Creative, 2015), 46.
dalam pelaksanaan tugas anak. 37
Mamluatul Hasanah, Wawancara, Situbondo, 31
Maret 2018
35 38
Ibid, 63-67. http://bab2.islamicparenting (28 Maret 2018).

79
Parenting Demokratis terhadap Remaja Yatim Piatu dalam Membentuk Regulasi Diri

perbuatan orang tua, sangat dilihat dari pengaturan aktivitas, di


mempengaruhi perkembangan agama mana remaja asuh menyadari bahwa
pada anak. mereka memiliki banyak aktivitas
Sebagaimana kegiatan sehingga muncul kesadaran untuk
keagamaan yang ada di YPAQ al- mengatur semua aktivitas yang
Maimunah, yang setipa hari terisi mereka lakukan termasuk aktivitas
dengan aktivitas keagamaan mulai dalam memenuhi tuntutan belajar
dari sholat sampai aktivitas pengajian. mereka di yayasan dan sekolah.
Hal tersebut yang sudah menjadi Kemampuan mereka dalam mengatur
kebiasaan di YPAQ Al-Maimunah belajar dan juga motivasi diri untuk
diterapkan guna membentuk sistem belajar membuat mereka mampu
perkembangan bagi remaja asuh menjalani semua aktivitas yang ada di
disana hingga berpengaruh dalam yayasan.
membentuk pengaturan diri bagi Selanjutnya, kesadaran diri
mereka yang di bentuk dari adanya dimana mereka juga menyadari
kegiatan-kegiatan keagamaan dan bahwa banyaknya aktivitas yang
secara sadar mereka sendiri dapat harus mereka laksanakan tidak
melakukan aktivitas pengaturan diri sebanding dengan kemampuan fisik
mereka dengan baik. 39 dan waktu yang cukup untuk
c) Evaluasi melaksanakan semua kegiatan
Dalam hal ini, orang tua selalu tersebut tepat waktu. Keadaan ini,
cemas dengan apa yang dilakukan menuntut semua remaja asuh
anaknya, sehingga setiap kali anak berusaha keras mengatur tenaga dan
melakukan selalu dibantu dan dikritik. waktu agar dapat menjalankan
Maka dari itu perlu adanya evaluasi aktivitas sesuai dengan aturan di
yang dilakukan untuk menilai sampai YPAQ Al-Maimunah.
sejauh mana tindakan yang telah Sebagaimana ungkapan Miller
dilakukan anak.40 Adanya pola asuh & Brown bahwa self regulation atau
secara ideal yakni pola asuh secara regulasi diri sebagai kapasitas untuk
demikratis terhadap perkembangan merencanakan, mengarahkan, dan
remaja dapat membentuk pengaturan memonitor prilaku fleksibel untuk
diri (regulasi diri) yang baik terhadap mengubah keadaan. Self regulation
remaja. Hal tersebut menjadi urgent adalah kemampuan seseorang untuk
bagi perkembangan diri remaja karena menyesuaikan perilaku mereka agar
pola pengasuhan yang ideal sesuai dengan apa yang mereka
seyogyanya dapat membentuk ketahui sehingga dapat diterima oleh
regulasi diri yang baik bagi remaja. lingkungan sosialnya. 41 Jadi, kondisi
Sehingga remaja bisa membentuk regulasi diri remaja asuh di YPAQ
regulasi diri terhadap diri mereka Al-Maimunah sebagaimana yang
sendiri guna menjadi pribadi yang dipaparkan oleh ibu Mamluatul
bisa mengatur diri dengan sebaik- Hasanah bahwa: mereka menyadari
baiknya dan akhirnya bisa mencapai akan pentingnya meregulasi diri
target yang mereka inginkan. sendiri yang kemudian mengarahkan
Remaja yatim piatu di YPAQ mereka untuk melakukan aktivitas
Al-Maimunah membentuk regulasi yang dilakukannya untuk diterima
diri yang baik. Hal tersebut oleh keadaan di lingkungan sekitar
dikarenakan adanya penerapan pola mereka.
asuh (parenting) yang diterapkan Sebagaimana yang telah di
disana. Yang mana hal terbut dapat jelaskan oleh Bandura, Bahwa
regulasi diri sebagai suatu keadaan
39
Observasi, YPAQ Al-Maimunah Situbondo, 5-6 dimana seseorang dapat mengontrol
April 2018.
40 41
Muallifah, Psyccho Islamic, 95. dalam Papalia& Olds, 2001

80
Parenting Demokratis terhadap Remaja Yatim Piatu dalam Membentuk Regulasi Diri

perilakunya sendiri yang artinya waktu yang tepat menggunakan


menjadi pemegang kendali terhadap strategi tersebut dan keefektifannya.
aktivitas yang dilakukannya. 42 Selanjutnya aspek perilaku, yang
artinya, secara sadar mereka dilakukan dengan cara mengobservasi
melakukan aktivitas yang sudah diri sendiri dengan tujuan untuk
menjadi tanggung jawabnya menganalisis kemajuan yang
sebagaimana disampaikan oleh ibu diperoleh yang kemudian dipengaruhi
Mamluatul Hasanah tentang regulasi oleh motivasi akan kemampuannya
diri remaja yatim piatu di YPAQ Al- dalam meregulasi diri.
Maimunah Menurut Hyot dan Miskel
Regulasi diri merupakan unsur motivasi adalah kekuatan-kekuatan
penting yang harus ada dalam diri yang kompleks, dorongan-dorongan,
seseorang. Karena dengan meregulasi kebutuhan-kebutuhan, atau
diri dengan baik, maka segala macam mekanisme-mekanisme lainnya yang
aktivitas yang dilakukan akan berjalan memulai dan menjaga kegiatan-
dengan lancar dan tertata dengan rapi. kegiatan yang diinginkan ke arah
Regulasi diri merupakan yang pencapaian tujuan-tujuan personal.43
digunakan untuk mengaktifkan dan Dan aspek lingkungan yang
mengatur pikiiran, perilaku dan emosi merupakan faktor penting dalam
dalam mencapai suatu target. Hal aspek regulasi diri. Karena regulasi
tersebut dapat terjadi apabila individu diri dipengaruhi oleh lingkungan
memiliki kemampuan meregulasi diri berupa ada tidaknya kesempatan
dengan baik dengan mengembangkan untuk meregulasi diri. Faktor sosial
langkah-langkah yang ingin dicapai berupa hubungan sosial yang
sesuai target, mengobservasi diri, mempengaruhi tujuan, usaha dan
menilai diri serta respon bagi dirinya pengawasan, lalu faktor
sendiri sebagaimana yang telah perkembangan dimana disebutkan
dipaparkan pada Bab II. bahwa keammpuan regulasi diri
Peningkatan regulasi diri pada merupakan hasil perkembangan
diri seseorang juga dipengaruhi oleh koognitif dan kemampuan
berbagai aspek untuk melakukan representasional, yang dipengaruhi
tindakan pencapaian yang sesuai oleh adanya bimbingan dari orang tua
dengan apa yang diinginkannya. atau agen sosialisasi lainnya dan
Secara otomatis dengan aadanya dipengaruhi oleh tugas perkembangan
aspek regulasi diri, berarti seseorang individu.44
dapat membangun strategi yang
diperlukan demi adanya E. Simpulan
peningkatakan dalam meregulasi diri. Penerapan parenting terhadap
Sebagaimana penuturan dari Ustadz remaja yatim piatu dalam membentuk
Syakur: “kita membutuhkan strategi regulasi diri di YPAQ Al-Maimunah
tertentu untuk membentuk regulasi adalah dengan menerapkan pola asuh
diri pada remaja asuh”. otoritif atau demokratis karena dianggap
Dalam hal regulasi diri ada, sesuai dan ideal untuk memenuhi
ada tiga aspek dalam meregulasi diri, perkembangan diri anak di YPAQ Al-
yaitu aspek personal yang merupakan Maimunah dan juga memberikan pola
cara seseorang untuk menjelajahi
suatu materi agar lebih memahami 43
dan memiliki pengetahuan akan Abdul Rahman Shaleh, Psikologi Suatu
Pengantar dalam Perspektif Islam (Jakarta:
Prenada Media Group, 2015), 185.
42
Friskilla & Winata, “Regulasi Diri (Pengaturan 44
Aftina Nurul Husna, Frieda NRH, Jati Ariati,
Diri) Sebagai Determinan Hasil Belajar Siswa Jurnal Regulasi Diri Mahasiswa Berprestasi
Sekolah Menengah Kejuruan”, Jurnal Pendidikan (Semarang: Fakultas Psikologi, Universitas
Manajamen Perkantoran, Vol.1 No.2 (2018), 40. Diponegoro), 3.

81
Parenting Demokratis terhadap Remaja Yatim Piatu dalam Membentuk Regulasi Diri

pengasuhan dengan menerapkan nilai-nilai Remaja”. Skripsi - Universitas Sanata


yang islami. Parenting dapat membentuk Dharma Yogyakarta, 2016.
regulasi diri terhadap remaja yatim piatu di
Fairuzzabadi, AG Al. “Landasan Teori”.
YPAQ Al-Maimunah karena pola asuh
Dalam http://etheses.uin-
yang diterapkan disana sangat
malang.ac.id/1661/6/10410184_Bab_2.p
mempengaruhi terhadap pola
df (28 Maret 2018).
perkembangan remaja asuh sehingga
menimbulkan adanya pembentukan Feist, Jess dan Gregory J. Feist. Teori
pengaturan diri yang ditandai dengan: Kepribadian Ed. 7. Jakarta: Salemba
aktivitas yang ada di YPAQ Al-maimunah Humanika, 2010.
memunculkan kesadaran untuk mengatur Friedman, S. Howard dan Schustack, Miriam
semua aktivitas yang mereka lakukan W.. Kepribadian Teori Klasik dan Riset
termasuk aktivitas dalam memenuhi Modern Edisi Ketiga. Surabaya:
tuntutan belajar mereka di yayasan dan Erlangga, 2008.
sekolah. Mereka juga menyadari bahwa
banyaknya aktivitas yang harus mereka Friskilla, Orcheta dan Winata, Hendri.
laksanakan tidak sebanding dengan “Regulasi Diri (Pengaturan Diri)
kemampuan fisik dan waktu yang cukup Sebagai Determinan Hasil Belajar Siswa
untuk melaksanakan semua kegiatan Sekolah Menengah Kejuruan”. Jurnal
tersebut tepat waktu. Keadaan ini, Pendidikan Manajamen Perkantoran,
menuntut semua remaja asuh berusaha Vol.1, 2018.
keras mengatur tenaga dan waktu agar Husna, Aftina Nurul, Frieda NRH, dan Ariati
dapat menjalankan aktivitas sesuai dengan Jati. Jurnal Regulasi Diri Mahasiswa
aturan di YPAQ Al-Maimunah. Berprestasi. Semarang: Fakultas
Psikologi, Universitas Diponegoro.
Daftar Pustaka
Anfaldi, Fazri. “Psikologi Area Regulasi Diri”, Hurlock, Elizabeth B. Psikologi
dalam http://www.regulasi/artikel/net (9 Perkembangan Suatu Pendekatan
Februari 2013). Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta:
Erlangga, 2014.
Damay R., Veronika “Pengembangan Paket
Pelatihan Regulasi Diri Untuk Siswa Muallifah. Psycho Islamic Smart Parenting.
SMP”. Skripsi - Fakultas Ilmu Yogyakarta: Diva Press, 2009.
Pendidikan Universitas Negeri Malang, Muttaqin, Muhammad Ali. “Parenting Sebagai
2010. Pilar Utama Pendidikan Anak Dalam
Daryati, Elia & Farida, Anna. Parenting With Perspektif Pendidikan Islam”. (Skripsi -
Heart Menumbuhkan Anak dengan Hati. Universitas Islam Negeri Walisongo
Bandung: Kaifa, 2014. Semarang, 2015).
Djamarah, Syaiful Bahri. Pola Asuh Orang Noor, Juliansyah. Metodologi Penelitian:
Tua dan Komunikasi dalam Keluarga, Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya
Upaya Membangun Citra Membentuk Ilmiyah. Jakarta: Kencana Pranada
Pribadi Anak. Jakarta: Rineka Cipta, Media Group, 2012.
2014.
Partanto, Pius A dan Al Barry, M. Dahlan.
Desmita. Psikologi Perkembangan. Bandung: Kamus Ilmiah Populer. Surabaya:
PT Remaja Rosdakarya, 2015. Arkola, 2001.
Echols, John M. dan Shadily, Hassan. Kamus Pervin, Lawrence A., Pervonce, Daniel dan
Inggris Indonesia. Jakarta: Gramedia Jhon,Oliver P. Psikologi Kepribadian
Pustaka Utama, 2005. Teori dan Penelitian. Jakarta: Kencana
Erlina, Winda. “Pola Asuh Orang Tua Sebagai Prenada Media Grup, 2010.
Predikator Kecerdasan Emosional Pada

82
Parenting Demokratis terhadap Remaja Yatim Piatu dalam Membentuk Regulasi Diri

Saifullah & Mughni, Abd. “Studi


Fenomenologis: Dinamika Psikologis
Santri Pembelajar”. Jurnal Lisan Al-Hal,
Vol.8, No. 2, 2016.
Shaleh, Abdul Rahman. Psikologi Suatu
Pengantar dalam Perspektif Islam.
Jakarta: Prenada Media Group, 2015.
Sobur, Alex. Psikologi Umum dalam Lintas
Sejarah. Bandung: CV Pustaka Setia,
2013.
Taufiqi, HM. Religious Parenting
Hypnoteaching and Hypnotheraphy For
Brilliant Kids. Malang: Media Nusa
Creative, 2015.
Yin, Robert K. Studi Kasus: Desain Dan
Metode, Terj.M.Djauzi Mudzakir.
Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003.
http://Ethses.UIN-
SUKA.Ac.Id/166/1/10410184_Bab_2.P
df. Diakses pada tanggal 29 Maret 2018.
www.regulationself.com. (23 Maret 2018).
http://psikologiarea.html (13 Maret 2018).
http://bab2.islamicparenting (28 Maret 2018).

83

Anda mungkin juga menyukai