Anda di halaman 1dari 25

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

Data umum dari penilitian ini berisikan mengenai gambaran umum

Pemerintah Provinsi Papua dan Badan Pengelolaan Aset daerah (BPKAD)

Provinsi Papua.

1. Gambaran Umum

Gambaran umum Pemerintah Provinsi Papua menjelaskan

mengenai sejarah, visi dan misi, kondisi georgrafis, dan demografi dari

Pemerintah Provinsi Papua.

4.1.1 Sejarah Provinsi Papua

Provinsi Papua ini dulu dikenal dengan panggilan Irian Barat sejak

tahun 1969 hingga 1973, namanya kemudia diganti menjadi Irian Jaya oleh

Soeharto pada saat meresmikan tambang tembaga dan emas Freeport, nama

yang tetap digunakan secara resmi hingga tahun 2002. Nama Provinsi ini

diganti menjadi Papua sesuai UU No 21/2001 Otonomi Khusus Papua. Pada

tahun 2004, disertai oleh berbagai protes, Papua di bagi menjadi dua

Provinsi oleh Pemerintah Indonesia bagian Timur tetap memakai nama

Papua sedangkan bagian Baratnya Provinsi Papua Barat. Lambang

Pemerintah Provinsi Papua dapat dilihat pada Gambar 4.1


Gambar 4.1 Lambang Provinsi Papua

Wadah lambang Daerah berbentuk PERISAI BERPAJU LIMA adalah

menggambarkan kesiap-siagaan dan ketahanan.Paju lima menunjukan

jumlah Sila dan Pancasila. Warna dasar kuning emas pada bagian bawa

perisai dan pita tersebut melambangkan keagungan yang mengandung

pengertian sebagai gambaran cita usaha pengalian hasil-hail kekayaan bumi

dan alamnya. Warna dasar biru tua pada bagian atas perisai tersebut,

melukiskan kekayaan lautan/ perairan Papua. Jalur kuning melingkari tepian

perisai tersebut menggambarkan keyakinan tercapainya segala usaha dan

perjuangan. Jalur hitam yang melingkari pita dan warna tulisan hitam

menggambarkan kemantapan dan kebulatan tekad untuk berkarya swadaya.

Tiga buah TUGU yang msing-masing berwarna abu-abu, seblah kanan dan

berwarna putih sebelah kiri di atas TUMPUKAN BATU persegi panjang,

bersusun 2 (dua) masing-masing berderet 6 (enam) dan 9 (sembilan) yang

berwarna putih bergaris-garis panjang batas hitam: Perjuangan TRIKORA

dan kemenangan PEPERA tahun 1969. Tumpukan batu tersebut juga

melambangkan dinamika Pembangunan di daerah ini. Warna abu-abu putih

dan bergaris-garis hitam melambangkan ketenangan dan kesucian.


Setangkai BUAH PADI yang berisi 17 (tujuh belas) butir padi berwarna

kuning bertangkai kuning pula yang didapat seblah kanan dan setangkai

BUAH KAPAS yang terdiri dari 8 (delapan) buah warna putih bertangaki

Hijau Tua yang terdapat diseblah kiri dari pada 3 (tiga) buah tugu tersebut

yang di ikat dengan sehelai PITA berwana merah berkeluk 4 (empat) dan

berjurai 5 (lima) adalah melukiskan kesatuan dan persatuan Bangsa yang

dijiwai oleh semangat Prokolamasi 17 Agustus 1945 untuk mewujudkan

masyarakat adil dan makmur. Tiga buah GUNUNG berjajar yang sama

tingginya berwarna hijau tua ketiga buah gunung dan tangkai dari buah

kapas itu, melambangkan kesuburan tanah/kekayaan alam deratan Papua.

Sedangkan tulisan “Papua” dalam huruf cetak yang berwarna kuning adalah

menggambarkan keluhuran / keagungan cita.

4.1.2 Visi dan Misi Provinsi Papua

Visi dari Pemerintah Provinsi Papua yaitu: “Papua Bangkit, Mandiri,

dan Sejahtera yang Berkeadilan.” Sedangkan Misi dari Pemerintah Provinsi

Papua, yaitu:

a) Memantapkan kualitas dan daya asing SDM.

b) Memantapkan rasa aman, tentram, dan damai serta kehidupan demokrasi

dalam memperkuat NKRI.

c) Penguatan tata kelola pemerintahan.

d) Penguatan dan Percepatan Perekonomian Daerah sesuai potensi unggulan

lokal dan pengembangan wilayah berbasis kultural.


e) Percepatan pembangunan daerah tertinggal, terbelakang, terdepan.

4.1.3 Kondisi Georgrafis

Provinsi Papua merupakan salah satu Provinsi yang terdapat di

Indonesia Bagian Timur. Secara astronomis, Provinsi Papua terletak di

antara 0º 20’ Lintang Selatan (LS) sampai 10º 42’ LS dan membentang dari

131º Bujur Timur (BT) hingga 151º BT.

Pulau Papua yang memiliki luas 785, 753 km2 ini didiami ratusan suku

bangsa. Pulau ini juga dikenal dengan hutan hujan tropis yang menjadi

rumah bagi puluhan ribu jenis flora dan ratusan tumbuhan endemik. Selain

itu beragam hewan eksotis juga bisa dijumpai di pulau ini antara lain burung

cendrawasih, kasuari, Kuskus Scham-scham, dingiso, dan labi-labi moncong

babi. Gambar 4.2

Gambar 4.2 Peta Administrasi Provinsi Papua


a. Sebelah Timur : Laut Seram dan Laut Halmahera

b. Sebelah Utara : Samudra Pasifik

c. Sebelah Barat : Laut Soloman dan Laut Bismarck

d. Sebelah Selatan : Laut Arafura dan Laut Coral

4.1.4 Demografi

Demografi di Provinsi Papua cukup tinggi, berdasarkan data BPS

Provinsi Papua, jumlah penduduk di Provinsi Papua pada tahun 2022

sebanyak 4.303.707 jiwa dengan 2.294.813 berjenis kelamin laki-laki, dan

2.008.894 berjenis kelamin perempuan. Kabupaten yang memiliki penduduk

yang tinggi yaitu di Kabupaten Yahukimo sebanyak 350.880 jiwa, dan

jumlah penduduk sedikit berada di Kabupaten Supiori sebanyak 22.547

tabel penduduk Kabupaten Provinsi Papua dapat dilihat pada Tabel 4.1

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Provinsi Papua

Berdasarkan Kabupaten Tahun 2022


Penduduk (Jiwa)
Kabupaten
Laki-laki Perempuan Jumlah
Merauke 120868 110064 230932
Jayawijaya 140584 128969 269553
Jayapura 86742 79429 166171
Nabire 89048 80088 169136
Kepulauan Yapen 58496 54180 112676
Biak Numfor 69060 65590 134650
Paniai 120893 99517 220410
Puncak jaya 121271 103256 224527
Mimika 170550 141419 311969
Boven Digoel 34189 30096 64285
Mappi 55918 52377 108295
Asmat 57116 52989 110105
Yahukimo 191557 159323 350880
Pengunungan
42172 35700 77872
Bintang
Tolikara 129039 107947 236986
Sarmi 22116 19399 41515
Keerom 32530 29093 61623
Waropen 18002 15941 33943
Supiori 11729 10818 22547
Mamberamo Raya 19148 17335 36483
Nduga 58084 48449 106533
Lanny Jaya 106818 89581 196399
Mamberamo
26823 23862 50685
Tengah
Yalimo 54313 47660 101973
Puncak 60845 53896 114741
Dogiyai 60682 55524 116206
Intan Jaya 71165 63878 135043
Deiyai 52617 46474 99091
Kota Jayapura 212438 186040 398478
Provinsi Papua 2294813 2008894 4303707
Sumber: Website Badan Pusat Statistik Provinsi Papua

2. Gambaran Umum BPKAD Provinsi Papua


Gambaran umum Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah

(BPKAD) Provinsi Papua Menjelaskan mengenai dasar hukum, tugas

dan fungsi, dan struktur organisasi dari BPKAD Provinsi Papua.

4.2.1 Dasar Hukum BPKAD Provinsi Papua

Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, BPKAD memiliki dasar

hukum, diantaranya:

a) Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Pembendaharaan Negara

b) Undang-undang No. 25 Tahun 2004 tentang sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional

c) Undang-Undang No. 51 Tahun 2008 tentang Pembentukan Provinsi

Papua

d) Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi Daerah

e) Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah

f) Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan

Keuangan Daerah

g) Peraturan Daerah No. 12 Tahun 2011 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan

Keuangan Daerah

h) Peraturan Daerah No. 8 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan

Perangkat Daerah.

i) Peraturan Daerah No. 11 Tahun 2016 tentang Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah Tahun 2017

4.2.2 Tugas dan Fungsi BPKAD


Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2008 Pasal 41

disebutkan bahwa Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Provinsi

Papua mempunyai tugas pokok menyelenggarakan urursan pemerintahan di

bidang pengelolahan keuangan dan aset daerah dan tugas-tugas lainnya yang

diberikan oleh Gubernur sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan

yang berlaku. Sedangkan pada Pasal 42 disebutkan Fungsi Badan Pengelola

dan Aset Daerah adalah:

1. Perumusan kebijakan teknis di bidang pengelolaan keuangan dan aset

daerah;

2. Pelayanan umum lintas kabupaten / kota di bidang keuangan dan aset

daerah;

3. Pembinaan teknis bidang keuangan dan aset daerah;

4. Pengelolaan UPDT (Unit Pengelolaan Data Eletronik).

4.2.3 Struktur BPKAD Provinsi Papua


Struktur organisasi dari Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset
Daerah Provinsi Papua dapat dilihat pada Gambar 4.3
BAGAN STRUKTUR ORGANISASI
BADAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH
PROVINSI PAPUA

KEPALA
Dr. Nus Weya, S.PAK., SE.,MM
SEKERTARIAT
Yosefina Fransisca
Way

Bagian Keuangan Bagian Umum Dan Bagian Program


dan Perlengkapan Kepegawaian I Made Ardana, SE
Joni Hartana, SE Kamaningsih Sujati,
SE

Badan Anggaran Badan Pembinaan dan Badan Perbendaharaan Bidang Pengelolaan Aset
Jem Telenggen, SE.MAP Pengendaliaan Keuangan dan Kas Daerah Daerah
Kabupaten/Kota Noak Tabo,S.IP Dr. Sofyan Fadli A.R..S.IP,.MM
Irianus Wairo,SE

Bidang Anggaran Bidang Pembinaan Keuangan Bidang Belanja Pegawai Bidang Invertaris dan Sistem
Belanja Tidak Wilayah II Mochammad Nizar, SE Informasi Asset
Langsumg Drs. Frans Ayomi, M.M Zakeus Patipi, SE,.M.Si
Ahmad Yani.,Msi

Bidang Pelaksanaan Bidang Pembinaan Keuangan I Perbendaharaan Bidang Pemeliharaan dan


dan Pengendalian Hulman Marpaung, SE Irvo I. Mandang, SE Penghapusan
Belanja Jufri Dabamona,S. Sos.,M.Ec.Dev
Maikel Tanati, SE.,MM

Bidang Sidang Bidang Keuangan Wilayah III Bidang Kas Daerah Bidang Analisa Kebutuhan dan
Penyusunan Anggaran M. Rusdiyanto Abu S.AP,.M.Si Djamila Yvone Pengadaan
Belanja Langsung M.,SE,.M.Si Margrieth N Afasedannya,SE.,M.Si
Ehud G Bless,S.Sos.MM
Bidang Akuntansi
Andi Amiruddin, SE.,M.Si

Bidang Pelaporan dan


Pertanggungjawaban
Petrus Kondorura, SE

Bidang Pembukuan dan Neraca


Daerah
Minus Enembe, S.IP

Bidang Evaluasi dan Verifikasi


Daud Henry Arim, SE. MM

4.3 Data Khusus


Gambar 4.3 Bagan Struktur Organisasi BPKAD Provinsi Papua
Data khusus dalam penelitian berisikan Laporan Realisasi Anggaran

Provinsi Papua dan Laporan Pertumbuhan Ekonomi dari tahun 2019 hingga

2021. Laporan Realisasi Anggaran dan Laporan Pertumbuhan Ekonomi

dapat disajikan pada Tabel 4.2 – 4.5

a. Laporan Realisasi Anggaran Tahun 2019

Laporan Realisasi Anggaran (LRA) Provinsi Papua Tahun 2019,

dapat dilihat pada Tabel 4.2

Tabel 4.2 LRA Tahun Anggaran 2019

N
Keterangan Anggaran Realisasi %
o
1 Pendapatan 13.978.117.822.487 15.239.936.933.219 109,02%
Pendapatan Asli
2 938.055.365.341 2.027.638.465.326 216,15%
daerah
3 Dana Perimbangan 4.407.385.762.146 4.522.405.712.374 102,60%
Lain-lain Pendapatan
4 172.931.322.914 506.420.284.415 292,84%
Daerah yang Sah
5 Belanja 13.928.117.822.487 10.302.640.234.202 73,97%
6 Belanja Operasi 14.862.609.601.181 8.051.087.962.268 54,17%
7 Belanja Modal 2.811.607.952.615 2.236.551.423.150 77,61%
8 Belanja Tak Terduga 25.000.000.000 15.000.848.783 60%
9 Surplus (Defisit) 352.151.249.232 1.818.261.500.808
Sumber: Kantor BPKAD Provinsi Papua

Dari tabel 4.2 di atas, diketahui bahwa pendapatan Provinsi Papua

mampu merealisasikan di atas dari anggaran yang sudah di tetapkan.

Hal ini berbeda dengan realisasi belanja daerah yang lebih rendah dari

anggaran yang sudah di tetapkan. Pada tahun 2019 ini postur APBD

Provinsi Papua surplus sebesar Rp. 1.818.261.500.808

b. Laporan Realisasi Anggaran Tahun 2020


Laporan Realisasi Anggaran (LRA) Provinsi Papua Tahun 2020,

dapat dilihat pada Tabel 4.3

Tabel 4.3 LRA Tahun Anggaran 2020

N
Keterangan Anggaran Realisasi %
o
1 Pendapatan 13.193.946.604.977 13.030.852.042.529 98,76%
Pendapatan Asli
2 1.060.453.475.377 1.388.510.064.435 130,93%
daerah
3 Dana Perimbangan 4.132.023.209.600 3.637.609.416.065 88,03%
Lain-lain Pendapatan
4 123.685.522.914 329.834.678.918 266,67%
Daerah yang Sah
5 Belanja 11.551.320.169.331 9.530.922.395.281 93,34%
6 Belanja Operasi 10.209.784.236.374 8.503.100.596.217 83,28%
7 Belanja Modal 937.535.932.957 839.209.380.704 89,51%
8 Belanja Tak Terduga 404.000.000.000 188.612.418.360 46,68%
9 Surplus (Defisit) 1.573.954.331.862 2.744.890.350.487
Sumber: Kantor BPKAD Provinsi Papua

Dari tabel 4.3 di atas, diketahui bahwa pendapatan Provinsi

mampu merealisasikan di bawah dari anggaran yang sudah di tetapkan..

Hal ini berbeda dengan realisasi belanja daerah yang lebih rendah dari

anggaran yang sudah di tetapkan. Pada tahun 2020 ini postur APBD

Provinsi Papua surplus sebesar Rp. 2.744.890.350.487


c. Laporan Realisasi Anggaran Tahun 2021

Laporan Realisasi Anggaran (LRA) Provinsi Papua Tahun 2021,

dapat dilihat pada Tabel 4.4

Tabel 4.4 LRA Tahun Anggaran 2021

N
Keterangan Anggaran Realisasi %
o
1 Pendapatan 14.763.746.028.757 13.885.923.486.851 94,05%
Pendapatan Asli
2 1.765.651.609.757 2.139.689.476.134 18,18%
daerah
3 Dana Perimbangan 12.696.321.096.000 11.735.255.394.924 92,43%
Lain-lain Pendapatan
4 343.648.887.747 433.057.048.769 126,01%
Daerah yang Sah
5 Belanja 17.577.357.443.639 14.859.606.462.835 84,53%
6 Belanja Operasi 13.073.312.621.594 10.758.813.679.926 82,29%
7 Belanja Modal 1.428.870.777.370 1.116.373.579.615 78,12%
8 Belanja Tak Terduga 150.000.000.000 119.120.628.800 794,13%
9 Surplus (Defisit) 2.901.796.714.740 973.682.975.984
Sumber: Kantor BPKAD Provinsi Papua

Dari tabel 4.4 di atas, diketahui bahwa pendapatan Provinsi

mampu merealisasikan di bawah dari anggaran yang sudah di tetapkan..

Hal ini berbeda dengan realisasi belanja daerah yang lebih rendah dari

anggaran yang sudah di tetapkan. Pada tahun 2021 ini postur APBD

Provinsi Papua surplus sebesar Rp. 973.682.975.984


d. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Papua

Laporan Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Provinsi Papua periode

2019-2021 dapat dilihat pada tabel 4.5

Tabel 4.5 Pertumbuhan Ekonomi

Tahun Pertunbuhan Ekonomi (%)


2019 -15,72%
2020 2,32%
2021 15,11%
Rata-rata 0,57%
Sumber: Website BPS Provinsi Papua

Dari tabel 4.5 di atas, diketahui bahwa pertumbuhan ekonomi

Provinsi Papua berflukuatif dan kecenderungan mengalami penurunan

pada tahun 2019. Pertumbuhan ekonomi Provinsi Papua berflukuatif

dan kecenderungan mengalami peningkatan dari tahun 2020 ke 2021

dapat dilihat pada grafik pertumbuhan ekonomi pada Laju pertumbuhan

ekonomi Provinsi Papua dapat di lihat pada gambar 4.4

Gambar 4.4 Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Papua


Sumber: Website BPS Provinsi Papua
4.4 Analisis Data

Analisis Kinerja Keuangan Daerah BPKAD Provinsi Papua dalam

penelitian ini merupakan suatu proses penilaian terhadap tingkat pencapaian

pelaksaan pekerjaan dari BPKAD Provinsi Papua selama tiga tahun sejak

2019-2021. Rasio yang digunakan dalam penelitian ini untuk menganalisis

kinerja keuangan terdapat tiga rasio, yaitu: rasio efesiensi, rasio efektivitas

dan rasio pertumbuhan PAD. Adapun hasil dari analisis rasio tersebut

sebagai berikut

a. Hasil Perhitungan Rasio Efisiensi APBD

Rasio efisiensi APBD dapat dhitung dengan rumus sebagai

berikut:

Realisasi Belanja Daerah


Rasio EfisiensI APBD = x 100%
Realisasi Pendapatan Daerah

Rasio efisiensi keuangan daerah menggambarkan perbandingan

antara besarnya biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan

dengan realisasi pendapatan yang diterima. Semakin tinggi rasio

efisiensi, maka semakin tidak efisien suatu pemerintah daerah. Hasil

perhitungan dari rasio efisiensi APBD Provinsi Papua dapat dilihat pada

Tabel 4.6
Tabel 4.6 Perhitungan Rasio Efisiensi

Realisaisi Belanja Realisaisi Pendapatan Keterangan


Tahun Rasio Efisiensi %
Daerah Daerah

2019 10.302.640.234.202 15.239.936.933.219 10.302.640.234.202 x100% 67,60% Tidak Efisien


15.239.936.933.219

2020 9.530.922.395.281 13.030.852.042.529 9.530.922.395.281 x100% 73,14% Tidak Efisien


13.030.852.042.529

2021 14.859.606.462.835 13.885.923.486.851 14.859.606.462.835 x100% 107,01% Tidak Efisien


13.885.923.486.851
Rata – rata 82,58%
Sumber: Kantor BPKAD Provinsi Papua, 2023 (diolah)

Berdasarkan penghitungan pada tabe 4.6, menunjukan bahwa

rata-rata Rasio Efisiensi APBD Provinsi Papua dari tahun 2019-2021,

tidak efisien dengan rasio di atas 70%. Rasio efisiensi terbaik terjadi

pada tahun 2019 sebesar 67,60% sedangkan rasio efisiensi APBD

terendah terjadi pada tahun 2021 sebesar 107,01% dengan rata-rata

rasio efisiensi APBD Provinsi Papua dari tahun 2019-2021 sebesar

85,58%.

b. Hasli Perhitungan Rasio Efektivitas

Rumus dari Rasio Efesiensi dan Rasio Efektivitas dapat dihitung

dengan rumus sebagai berikut:

Realisasi PAD
Rasio Efektivitas PAD = x 100%
Anggaran PAD
Rasio efektivitas ini menunjukan bahwa, semakin tinggi rasio

efektivitas, menunjukan bahwa semakin efektif daerah tersebut dalam

pencapaian hasil (outcome). Hasil penghitungan dari rasio belanja


daerah dan pendapatan daerah Provinsi Papua yang dapat di lihat pada

Tabel 4.7

Tabel 4.7 Perhitungan Rasio Efektivitas

Tahun Anggaran PAD Realisasi PAD Rasio Efektivitas % Keterangan


13.978.117.882.487 x100%
2019 13.978.117.882.487 15.239.936.933.219 109,02% Sangat Efektif
15.239.936.933.219
13.193.946.604.977 x100%
2020 13.193.946.604.977 13.030.852.042.529 98,76% Cukup Efektif
13.030.852.042.529
14.675.560.728.899 x100%
2021 14.675.560.728.899 13.885.923.486.851 94,61% Cukup Efektif
13.885.923.486.851
Rata-rata 100,79%
Sumber: Kantor BPKAD Provinsi Papua, 2023 (diolah)

Berdasarkan penghitungan pada Tabel 4.7, menunjukan bahwa rata-

rata Rasio Efektivitas PAD Provinsi Papua dari tahun 2019-2021 sudah

cukup efektif.dengan rasio di atas 90%. Rasio efektivitas PAD tertinggi

terjadi pada tahun 2019 sebesar 109,02%, sedangkan rasio efektivitas PAD

terendah terjadi pada tahun 2021 sebesar 98,61% dengan rata-rata rasio

efektivitas PAD Provinsi Papua dari tahun 2019-2021 sebesar 100,79%.

4.5 Hasil Penelitian Belanja Operasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Belanja Operasi dan pertumbuhan ekonomi dapat dilihat pada Tabel

4.8

Tabel 4.8 Belanja Operasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Tahun Belanja Operasi Petumbuhan Ekonomi


14.862.609.601.181
2019 -15,72%
10.209.784.236.374
2020 2,32%
13.073.312.621.594
2021 15,11%
Sumber: Kantor BPKAD dan Websiete BPS Provinsi Papua

Berdasarkan Tabel 4.8 di atas, Menunjukan bahwa Belanja Operasi

pada tahun 2019 sebesar 14.862.609.601.181, sedangkan Pertumbuhan

Ekonomi tahun 2019 sebesar -15,72%. Pertumbuhan Ekonomi pada tahun

2019 mengalami penurunan hal ini disebabkan oleh Pengeluaran belanja

barang yang besar sehingga terjadi penurunan.

Belanja Operasi pada tahun 2020 sebesar 10.209.784.236.374,

sedangkan Pertumbuhan Ekonomi tahun 2020 sebesar 2,32%. Pertumbuhan

Ekonomi pada tahun 2020 mengalami kenaikan hal ini disebabkan oleh

pengeluaran belanja barang dan belanja bantuan sosial yang kecil.

Belanja Operasi pada tahun 2021 sebesar 13.073.312.621.594,

sedangkan Pertumbuhan Ekonomi tahun 2021 sebesar 15.11%.

Pertumbuhan Ekonomi pada tahun 2021 mengalami kenaikan hal ini

disebabkan oleh adanya subsidi dan belanja bantuan sosial yang kecil .

4.6 Hasil Penelitian Belanja Modal Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Hasil Peneliian Belanja modal dan pertumbuhan dapat dilihat pada

Tabel 4.9

Tabel 4.9 Belanja Modal Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Tahu
Belanja Modal Petumbuhan Ekonomi
n
2019 2.811.607.952.615 -15,72%
2020 937.535.932.957 2,32%
2021 1.428.870.777.370 15,11%
Sumber: Kantor BPKAD dan Website BPS Provinsi Papua

Berdasarkan Tabel 4.9 di atas, menunjukan bahwa Belanja modal

pada tahun 2019 sebesar 2.811.607.952.615, sedangkan Pertumbuhan

Ekonomi tahun 2019 sebesar -15,72%. Pertumbuhan Ekonomi pada tahun

2019 mengalami penurunan hal ini disebabkan oleh Pengeluaran belanja

gedung dan bangunan yang besar sehingga terjadi penurunan.

Belanja modal pada tahun 2020 sebesar 937.535.932.957, sedangkan

Pertumbuhan Ekonomi tahun 2020 sebesar 2,32%. Pertumbuhan Ekonomi

pada tahun 2020 mengalami kenaikan hal ini disebabkan oleh adanya

belanja tanah dan belanja aset tetap yang kecil.

Belanja modal pada tahun 2021 sebesar 1.428,870,777,370, sedangkan

Pertumbuhan Ekonomi tahun 2021 sebesar 15.11%. Pertumbuhan Ekonomi

pada tahun 2021 mengalami kenaikan hal ini disebabkan oleh adanya

belanja peralatan dan mesin yang kecil .

4.7 Statistik Deskriptif Data Penelitian

Dalam penelitian ini terdapata tiga variabel yaitu Rasio Efektivitas

PAD (X1) Rasio Efisiensi APBD (X2), dan Pertumbuhan Ekonomi (Y).

peneliti memperoleh data dengan datang langsung ke Badan Pengelolaan

Keuangan Daerah Provinsi Papua dan membuka Website Direktur Jenderal

Perimbangan Keuangan Kementerian Keuangan untuk mendapatakan

laporan keuangan dan membuka Website BPS Provinsi Papua untuk


mendapatkan data Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Papua. Adapun data

peneitian seperti pada Tabel 4.10

Tabel 4.10 Hasil Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Rasio Efektivitas 3 94.41 109.20 100.7900 7.60110
Rasio Efisiensi 3 67.60 107.01 82.5833 21.33470
Rasio Pertumbuhan 3 -15.71 15.11 5.967 15.48806
Valid N (listwise) 3
Sumber: Hasil Pengelolahan Data Penulis, 2023

Dalam analisis deskriptif yang tersaji dalam Tabel 4.10 menunjukan

bahwa rasio efektivitas PAD memiliki mean sebesar 100.7900, rasio

efisiensi APBD sebesar 82.5833 dan untuk petumbuhan ekonomi adalah

sebesar 5,967. Yang nilainya cukup tinggi jika dibandingkan dengan

pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2019 hanya mencapai 3,70.

4.8 Pengujian Prasyarat analisis dan Pengujian hipototesis

a. Uji Asumsik

Uji asumsi klasik digunakan untuk mengetahui ada tidaknya

normalitas residual, multikolinieritas, autokorelasi, dan heteroskedastis

pada model regresi. Model regresi linear dapat melihat sebagai model

yang baik jika model tersebut memenuhi beberapa asumsi klasik. Harus

terpenuhinya asumsi klasik karena agar diperoleh model regresi dengan

estimasi yang tidak biasa dan pengujian dapat dipercaya. Apabila ada

satu syarat saja yang tidak terpenuhi, maka anaisis regresi tidak dapat

dikatakan bersifat BLUE ( Best Linear Unbiased).


1. Uji Normalitas

Uji normalitas ini digunakan untuk melihat data yang terkumpul

berdistribusi secara normal atau tidak. Dalam penelitian ini, penulis

mengolah menggunakan SPSS dengan teknik Kolmogorov-Smirnov.

Kriteria pengukuran untuk mengetahui data tersebut

berdistribusi normal atau tidak melihat dari nilai signifikasi

(Asymp.sig). jika nilai signifikansi > 0,05 maka data residual

berdistribusi normal, sedangakan jika nilai signifikansi < 0,05 maka

data residual berdistribusi tidak normal. Hasil uji normalitas pada

penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.11

Tabel 4.11 Hasil Uji Normalitas


One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 3
Normal Parameters a,b
Mean .0000000
Std. Deviation .00000000
Most Extreme Differences Absolute .267
Positive .198
Negative -.267
Test Statistic .267
Asymp. Sig. (2-tailed) . 999

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.

Sumber: Hasil Pengolahan Data Penulis (2023)


Berdasarkan Tabel 4.11 hasil Uji Normalitas menggunakan

model Kolmogorov-Smirnov menunjukan bahwa nilai Kolmogorov-

Smirnov Test Statistic sebesar 0,267 dan koesien signifikan


(Asymp.Sig) sebesar 0,999 yang artinya lebih besar dari taraf

kesalahan sebesar 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

data yang diperoeh dalam penelitian ini berdistribusi normal.

2. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas digunakan untuk mengetahui apakah satu

variabel bebas (independen) dengan variabel bebas lainnya memiliki

hubungan yang linier atau tidak. Penilitian yang baik, tidak adanya

hubungan yang linier antar variabel bebasnya atau dengan kata lain,

tidak terdapat gejala multikolinieritas. Dalam penelitian ini

menggunakan pendekatan Variance Inflation Factor (VIF) dengan

hasil pada Tabel 4.12

Tabel 4.12 Hasil Uji Multikolinieritas

Coefficientsa
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 Rasio Efektivitas .344 2.907
Rasio Efisiensi .344 2.907
a. Dependent Variable: Rasio Pertumbuhan
Sumber: Hasil Pengolahan Data Penulis (2023)

Berdasarkan Tabel 4.12 di atas, di dapaatkan hasil bahwa pada

bagian Collinearty Statistics diketahui nilai VIF untuk variabel rasio

efektivitas PAD (X1) dan rasio Efisiensi APBD (X2) masing-masing

sebesar 2.907 dan 2.907 lebih kecil dari 10.00 maka mengacu pada

dasar pengambilan keputusan dalam uji multikolinieritas dapat


disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala multikolineritas dalam model

regresi ini.

3. Uji Heteroskedastistas

Uji heteroskedastistas dilakukan untuk melihat terjadinya

ketidaksamaan varian dari residual pada model regresi. Model regresi

yang baik jika tidak ada masalah heteroskedastistas. Dalam penelitian

ini, penulis mengolah menggunakan SPSS dengan model Glesjer.

Kriteria pengukuran untuk mengetahui data tersebut terdapat masalah

heteroskedastistas atau tidak melihat dari nilai signifikansi

(Asymp.sig). jika nilai signifikansi > 0,05 maka tidak terdapat

masalah heteroskedastistas, sedangkan jika niai signifikansi < 0,05

maka terdapat masalah heteroskedastistas. Hasil uji normalitas pada

penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.13

Tabel 4.13 Hasil Uji Heteroskedastistas

4. Uji Aoutokorelasi

Uji autokorelasi dilakukan untuk melihat apakah ada atau tidak

korelasi antara data observasi yang diurutkan menurut waktu da ruang.

Penelitian ini memerlukan uji aotokeralasi karena data yang

digunakan berupa time series berupa laporan realisasi anggaran dan

pertumbuhan ekonomi selama 3 tahun terkahir dari tahun 2019 –

2021. Model yang dugunakan dalam uji autokorelasi ini berupa model

Durbin – Watson dengan hasil pada Tabel 4.14

Tabel 4.14 Hasil Uji Autokorelasi


b. Uji Regresi Linier

pengujian dalam penelittian ini adalah menggunakan uji

persamaaan regresi. Persamaan regresi yang digunakan dalam ini adalah

regresi linier berganda yang bertujuan untuk mengetahui apakah tiga

variabel independen ini berpengaruh secara persial atau simultan

terhadap variabel dependen yang diteliti. Dalam pengujian regresi linier

berganda menggunakan aplikasi SPSS dengan hasil pada Tabel 4.15

4.6 Pembahasan

Pembahasan ini bertujuan untuk menguji pengaruh antara belanja

operasional dan belanja modal, yang terdiri atas rasio efektivitas PAD dan

rasio efisiensi APBD terhadap pertumbuhan ekonomi yang dilakukan pada

pemerintahan Provinsi Papua dari tahun 2019 – 2021. Pembahasan lebih

lanjut mengenai hasil penelitian ini akan diuraikan sebagai berikut:

1. Pengaruh Rasio Efektivitas PAD terhaap Pertumbuhan Ekonomi

Provinsi Papua

Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan uji regresi

linier berganda, menyatakan bahwa H01 ditolak dan Ha1 diterima yang

artinya terdapat pengaruh secara positif antara rasio efektivitas PAD


terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Papua. Hal tersebut diketahui

dengan berpengaruhnya rasio efektivitas PAD ini terhadap pertumbuhan

ekonomi di Provinsi Papua diihat dari postur Pendapatan Asli Daerah

yang mampu melebihi dari anggaran yang ditetapkan sebelumya dari

tahun 2019 hingga tahun 2021. Nilai efektivitas PAD dari Provinsi Papua

pun memiliki hasil yang sangat tinggi yaitu dengan rata-rata 125.62% an

termasuk ke dalam kategori sangat efektif.

Karena pendapatan yang dimiliki oleh Provinsi Papua ini melebihi

dari target yang ditetpkan, maka Pemerintah Provinsi Papua dapat

menggunakan pendapatannya tersebut umtuk menggerakan

perekonomian di Provinsi Papua.

2. Pengaruh Efisiensi APBD terhaap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi

Papua

Anda mungkin juga menyukai