Anda di halaman 1dari 20

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Kota Palopo

1. Kondisi Geografis dan Administrasi Wilayah

Kota Palopo adalah kota yang terletak di Provinsi Sulawesi Selatan dengan Ibukota

Kabupaten Luwu sebagai pusat pelayanan wilayah yang berjarak 390 km² dari Kota

Makassar. Secara astronomis terletak 2°53’15’’- 3°04’08’’ Lintang Selatan dan 12°03’10’’ -

12°14’34’’ Bujur Timur. Batas wilayah administrasi sebagai berikut

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Walenrang Kabupaten Luwu

- Sebelah Timur berbatasan dengan Teluk Bone

- Sebelah Selatan berbatasan Kecamatan Bua Kabupaten Luwu

- Sebelah Barat berbatasan Kecamatan Tondon Nanggala Kabupaten Tana Toraja

Secara administrasi kota ini memiliki luas 247, 52 km² atau sekitar 0,53% dari luas

wilayah Sulawesi Selatan yang terdiri dari 9 kecamatan dan terbagi atas 48 kelurahan.

Ditinjau dari segi luas Kecamatan Wara Barat merupakan Kecamatan terluas dengan luas

wilayah sebesar 54,13 km² atau 21, 87% dari luas kota. Sedangkan kecamatan terkecil yaitu

kecamatan Wara Utara dengan luas wilayah sebesar 10,58 km² atau 4,27% dari luas kota.

Untuk mengetahui luasan masing- masing kecamatan di Kota Palopo dapat dilihat pada tabel

berikut.

Tabel Luas Wilayah Adminidtrasi Kecamatan di Kota Palopo


Tahun 2020
Luas Persentase Terhadap
No Kecamatan
(Km²) Luas Kota (%)
1 Wara Selatan 10,66 4,32%
2 Cendana 37,09 14,98%
3 Wara 11,49 4,64%
4 Wara Timur 12,08 4,88%
5 Mungkajang 53,80 21,74%
6 Wara Utara 10,58 4,27%
7 Bara 23,35 9,43%
8 Telluwanua 34,34 13,87%
9 Wara Barat 54,13 21,87%
Jumlah 247,52 100,00%
Sumber : Kota Palopo dalam Angka Tahun 2021

Berdasarkan tabel diatas, bahwa Kecamatan Wara Barat merupakan kecamatan

terluas di Kota Palopo yaitu 54,13 km² atau sekitar 21,87 % dari luas Kota Palopo.

Sedangkan Wara Utara termasuk kecamatan yang memiliki luas wilayah terendah yaitu

10,58 km² atau sekitar 4,27% dari luas keseluruhan Kota Palopo.

2. Kondisi fisik Wilayah

a. Topografi dan Kemiringan Lereng

Kondisi topografi Kota Palopo berada pada ketinggian 0-1.500 meter dari

permukaan laut, dengan bentuk permukaan datar hingga berbukit dan pegunungan.

Tingkat kemiringan lereng wilayah cukup bervariasi yaitu 0-2%, 2-15%, 15-40%, dan

kemiringan diatas 40%. Kondisi topografi (ketinggian dan kemiringan lereng) tersebut

dipengaruhi oleh letak geografi kota yang merupakan daerah pesisir pada bagian timur,

sedangkan pada bagian barat merupakan bagian berbukit.

Sebagian besar wilayah Kota Palopo merupakan dataran rendah, sesuai dengan

keberadaannya sebagai daerah yang terletak di pesisir pantai. sekitar 62,85 % dari luas

Kota Palopo merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian 0–500 m dari

permukaan laut, 24,00 % terletak pada ketinggian 501– 1000 m dan sekitar 14,00 % yang

terletak diatas ketinggian lebih dari 1000 m. Keadaan permukaan tanah bergunung dan

berbukit terutama pada sebelah Barat yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Toraja

Utara. Daerah dengan kondisi topografi relatif rendah dan berbukit pada bagian Utara,

sedangkan pada bagian timur merupakan daerah pantai yang membujur dari Utara ke
Selatan dengan panjang pantainya kurang lebih 25 Km. Bagian Selatan berbukit terutama

bagian Barat, sedangkan bagian lainnya merupakan dataran rendah yang datar dan

bergelombang.

Ada tiga kecamatan yang sebagian besar daerahnya merupakan daerah

pegunungan yaitu Kecamatan Sendana, Kecamatan Mungkajang dan Kecamatan Wara

Barat, sedangkan enam kecamatan lainnya sebagian besar wilayahnya merupakan dataran

rendah. Selanjutnya dari segi luas nampak bahwa kecamatan terluas adalah Kecamatan

Wara Barat dengan luas 54,13 km2 dan yang tersempit adalah Kecamatan Wara Utara

dengan luas 10,58 km2.

Kemiringan lereng Kota Palopo dilihat dari titik ketinggiannya di atas permukaan

air laut. antara 0-25, 26-100, 101-500, 501-1000 dan 1000+. Adapun ketinggian daerah di

Kota Palopo dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel Tinggi Wilayah dan Jarak Ibukota Palopo Menurut Kecamatan di


Kota Palopo 2020
Jarak ke Ibukota
Kecamatan Tinggi Wilayah (mdpl)
Palopo
Wara Selatan 16,00 3,00
Sendana 41,00 5,00
Wara 14,00 1,00
Wara Timur 7,00 0,50
Mungkajang 43,00 3,00
Wara Utara 20,00 2,00
Bara 21,00 5,00
Telluwanua 26,00 12,00
Wara Barat 17,00 2,00
Palopo 14,00 0,00
Sumber :Kota Palopo dalam Angka 2021

b. Geologi dan Jenis Tanah

Berdasarkan hasil pengamatan langsung dan pengumpulan data di lapangan

terhadap kondisi jenis tanah di Kota Palopo dapat diindentifikasi bahwa jenis tanah

yang ada pada umumnya merupakan jenis tanah alluvial yang dapat ditemukan
penyebarannya sepanjang pantai dari Kecamatan Wara Utara, Kecamatan Wara

Selatan dan Kecamatan Telluwanua. Selain jenis tanah alluvial juga terdapat jenis

tanah tergolong mediteran coklat yang merupakan jenis yang produktif dengan

tingkat kedalaman efektif tanah antara 20-60 cm dengan tekstur tanah kasar terdiri

atas batuan yang secara umum berlokasi di daerah pinggiran Kota Palopo

dimanfaatkan oleh masyarakat setempat untuk kegiatan pertanian.

Struktur batuan di Kota Palopo pada umumnya terdiri dari 3 jenis batuan

beku. Batuan metamorf, batuan vulkanik dan endapan alluvial yang hampir

mendominasi seluruh wilayah Kota Palopo. Batuan beku yang dijumpai secara

umum terdiri dari intrusi batuan beku granit dan gebro serta beberapa intrusi kecil

lainnya. Kemudian dijumpai pula batua beku yang merupakan jejak aliran larva yang

telah membeku yang bersusunan balstik hingga andesitik. Batuan sedimen yang

dijumpai meliputi batu gamping, batu pasir, dan konglomerat, sedangkan batuan

metamorf yang dijumpai meliputi batuan meta sedimen. Batuan vulkanik yang

dijumpai terdiri dari tufa dan breksi vulkanik. Sedangkan endapan-endapan alluvial

terdiri dari material-matrial bersusunan berangkal, kerakai, kerikil, pasir hingga

lempung, kondisi geologi ini akan menunjukkan potensi lahan yang dapat digunakan

untuk mendukung pembangunan dan bangunan Kota Palopo.

c. Klimatologi

Karakteristik iklim di Kota Palopo memperlihatkan jumlah curah hujan yang cukup

tinggi dalam setahun. 330,25 mm3, dengan rata-rata hari hujan sebanyak 20 hari per

bulan. Untuk mengetahui rentang jumlah curah hujan menurut bulan dapat dilihat pada

tabel berikut :
Tabel Jumlah Curah Hujan dan Hari Hujan di Kota Palopo Pada
Tahun 2020
Jumlah Curah Jumlah Hari Penyinaran
Bulan
Hujan (mm) Hujan(hari) Matahari(%)
Januari 326 20 52
Februari 421 16 56
Maret 543 25 49
April 313 24 67
Mei 269 26 33
Juni 374 24 40
Juli 377 22 38
Agustus 92 13 45
September 311 21 47
Oktober 375 14 62
November 375 16 70
Desember 187 18 52
Sumber :Kota Palopo dalam Angka 2021

B. Gambaran Umum Kecamatan Mungkajang

1. Kondisi Geografis dan Administrasi Wilayah

Kecamatan Mungkajang memiliki luas wilayah sebesar 53, 80 km² atau meliputi

21,74% dari luas Kota Palopo. Jarak ibukota kecamatan yang berada di Kelurahan

Mungkajang berjarak sekitar 3 Km dari Kota Palopo. Batas-batas wilayah Kecamatan

Mungkajang yaitu :

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Wara Barat

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Wara,Kecamatan Cendana

- Sebelah Barat berbatasan Kabupaten Tana Toraja

- Sebelah Timur berbatasan Kecamatan Wara, Kecamatan Wara Barat

Tabel Luas Wilayah Kelurahan/Desa di Kecamatan Mungkajang


Tahun 2019
Luas Presentase Terharap
No Desa/Kelurahan
(km²) Luas Kecamatan (%)
1. Mungkajang 11,65 21,65
2. Murante 12,40 23,05
3. Latuppa 18,33 34,07
4. Kambo 11,42 21,23
Jumlah 53,80 100,00
Sumber: Kecamatan Mungkajang dalam Angka Tahun 2020

Kecamatan ini memiliki 4 desa yang merupakan wilayah bukan pesisir. Dari segi

luas wilayah, Desa Latuppa merupakan desa terluas di Kecamatan Mungkajang dengan

luas wilayah 18,33 km². Sedangkan desa terkecil yaitu Desa Kambo dengan luas wilayah

11,42 km².
Gambar Peta Administrasi Kecamatan Mungkajang Kota Palopo

2. Sarana dan Prasarana Umum

a. Transportasi
 Transportasi Darat

Akses jalan menuju lokasi kawasan wisata dalam bentuk jalan beraspal dengan

kondisi baik. Meskipun di beberapa

b. Tempat Parkir

Sarana tempat parkir dikawasan wisata highland kambo belum optimal

karena tempat parkir yang disediakan kapasitasnya kurang luas, untuk kendaraan

bermobil bisa menampung sekitar 10 mobil dan kendaraan bermotor hanya bisa

menampung 7 motor. Sehingga kendaraan yang datang terutama mobil biasanya

memarkirkan kendaraan di depan kios-kios sekitar wisata.

c. Listrik

Meskipun wisata highland kambo ini terletak di daerah dataran tinggi tetapi

wisata ini sudah dialiri listrik dari PLN

d. Akses komunikasi

Sistem komunikasi jaringan telepon dan akses telekomunikasi cukup baik

e. Fasilitas kesehatan

Fasilitas kesehatan berupa puskesmas atau rumah sakit sudah ada di kawasan

wisata highland kambo

f. Sistem Keamanan dan Penyelamatan

Sistem keamanan dan penyelamatan dalam kawasan wisata highland kambo

belum ada.

Dari penjelasan diatas, beberapa sarana dan prasarana yang ada di

kawasan objek wisata highland cukup belum meskipun ada yang belum memadai

seperti tempat parkir yang kurang luas. Karena sarana dan prasana adalah alat
unutk penunjang keberhasilan suatu proses upaya yang dilakukan didalam

pelayanan publik, karena apbila kedua hal ini tidak tersedia maka semua kegiatan

yang dilakukan tidak dapat mencapai hasil yang diharapkan sesuai dengan

rencana.

3. Kondisi fisik wilayah

a. Kemiringan Lereng dan Topografi

Desa Kambo berada di koordinat 300’21,6’’, 12008’50,1’’ BT merupakan salah

satu wilayah dataran tinggi yang ada di Kecamatan Mungkajang yang terletak pada

ketinggian 531 mdpl. Bentuk lahan kawasan kambo adalah wilayah perbukitan-

pegunungan. Sebelah utara-barat sangat nampak panjang membentang dikawasan

kambo. Kawasan kambo dilihat dari segi kemiringan lerengnya berada pada 21-55%

dengan beda tinggi 200 hingga 500 m, sehingga wilayah ini termasuk kategori

perbukitan-pegunungan.

Kecamatan ini memiliki 4 kelurahan yaitu Kelurahan Mungkajang, Kelurahan

Murante, Kelurahan Latuppa dan Kelurahan Kambo. Status kelurahan di kecamatan

terbagi menjadi dua kategori yakni status perkotaan Kelurahan Mungkajang,

sedangkan tiga kelurahan lainnya Murante, Latuppa, Kambo memiliki status

pedesaan.

Wilayah ini pada umumnya berada pada kawasan bukan pesisir, dengan

ketinggian 0- 531 mdpl. Desa dengan ketinggian tertinggi yaitu desa kambo dengan

ketinggian 531 mdpl, sedangkan desa dengan ketinggian terendah adalah Desa

Mungkajang yaitu dengan ketinggian 79 mdpl.


Tabel Kondisi Topografi Menurut Kelurahan di Kecamatan Mungkajang tahun
2019
Tinggi Wilayah Keadaan wilayah
Kelurahan
(mdpl) Pesisir Bukan Pesisir
Mungkajang 79 - √
Murante 136 - √
Latuppa 193 - √
Kambo 531 - √
Sumber : Kecamatan Mungkajang dalam angka Tahun 2020

b. Klimatologi dan Hidrologi

Pada umumnya kondisi klimatogi yang ada di Desa Kambo sama dengan daerah

lainnya yang ada di Kecamatan Mungkajang. Berdasarkan data pada tahun 2021, suhu

udara maksimum di wilayah ini dapat mencapai 34°C dan suhu udara minimum datap

mencapai 23,40°C. Kondisi kelembapan udara yaitu 70% hingga 84% dengan kecepatan

angin mencapai 0.50-17,00 knot, serta jumlah hari hujan yaitu 239 hari dengan jumlah

curah hujan mencapai 3963mm/tahun (BPS, 2021).

Kondisi hidrologi di Desa Kambo yaitu menggunakan air dari hulu yang

dipengaruhi oleh keberadaan sungai latuppa dengan sistem perpipaan yang kemudian

dialirkan kerumah-rumah penduduk dan sebagian masyarakat menggunakan air

PAMSIMAS.

Keberadaan Air dari hulu yang masih jernih dan tidak berbau tersebut

dimanfaatkan oleh penduduk untuk mandi, mencuci, juga dikonsumsi. Pemanfaatan air

hulu sudah berlangsung cukup lama dan turun temurun sebelum adanya air PAMSIMAS.

Meskipun begitu ada bebrrapa penduduk yang lebih memilih air PAMSIMAS untuk

pemenuhan kebutuhan air bersih mereka. Berikut tabel pemanfaatan air Hulu Desa

Kambo adalah sebagai berikut :


Tabel Pemanfaatan Air Hulu Desa Kambo

Pemanfaatan Air Hulu Responden (orang) Presentase (%)


Dimanfaatkan 85
Tidak Dimanfaatkan 14
Sumber : Wawancara Peneliti, 2021

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat dari 99 responden di dapatkan 85 orang

memanfaatkan air hulu dengan presentase dan tidak memanfaatkan air hulu untuk

keperluan sehari-hari dengan jumlah 14 responden

c. Penggunaan Lahan

Kecamatan Mumgkajang merupakan kecamatan yang memiliki karakteristik

dataratan tinggi. Hal ini mempengaruhi luasan jenis penggunaan lahan di Kecamatan

Mungkajang. Secara umum, penggunaan lahan di wilayah Kecamatan Mungkajang terdiri

dari penggunaan lahan terbangun dan tidak terbangun, sebagian besar lahan yang ada

adalah lahan yang tidak terbangun berupa kebun, huma, hutan rakyat, dan perkebunan

dan lahan yang terbangun umumnya berupa permukiman.

Tabel Luas dan Jenis Lahan di Kecamatan Mungkajang 2017-2019

Jenis Lahan 2017 2018 2019


Bangunan/Pekarangan 4.151,00 4.165,00 4.175,00
Tegalan/Kebun 105,00 105,00 105,00
Lading/Huma 9,00 9,00 9,00
Ditanami Pohon/Hutan Rakyat 103,00 103,00 103,00
Perkebunan 939,00 939,00 939,00
Tambak/Kolam 14,00 14,00 -
Lainnya 2,00 2,00 2,00
Jumlah 5.323,00 5,337,00 5.333,00
Sumber :Kecamatan Mungkajang dalam angka 2020

1. Sosial Ekonomi Masyarakat

Jumlah penduduk di Kecamatan Mungkajang pada tahun 2021 tercatat sebanyak

8.279 jiwa dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 1.819 kk yang terbagi ke dalam
4 kelurahan yaitu Kelurahan Mungkajang, Kelurahan Murante, Kelurahan Latuppa,

dan Kelurahan Kambo. Penduduk yang berada di Desa Kambo 100% beragama

Islam. Kondisi sosial masyarakat salah satunya dapat dilihat dari pendidikan

masyarakat yang itu sendiri yang kebanyakan tamatan SMP dan SMA.

Tabel Jumlah Penduduk dan Kepala Keluarga menurut Kecamatan Mungkajang


Tahun 2019
Jumlah Penduduk Jumlah Kepala
No Kelurahan
(jiwa) Keluarga
1 Mungkajang 3.221 768
2 Murante 2.380 483
3 Latuppa 1.598 334
4 Kambo 1.080 234
Jumlah 8.279 1.819
Sumber : BPS Kecamatan Mungkajang 2020

Tabel Jumlah Penduduk Menurut Agama dan Kelurahan di Kecamatan Mungkajang


2019
Kelurahan Islam Protestan Katolik Hindu Buddha Lainnya
Mungkajang 2.373 882 92 12 - -
Murante 2.615 39 5 1 - -
Latuppa 1.346 2 - - - -
Kambo 1.040 - - - - -
Jumlah 7.374 923 97 13 - -
Sumber : BPS Kecamatan Mungkajang 2020

2. Pengelolahan dan Pelayanan

Wisata Highland Kambo Kota Palopo dikelolah secara pribadi oleh seorang

pemuda yang bernama Muhammad Firmansyah Agus Putra (putra) yang wisata ini

dibangun pada tahun 2018 dengan melihat potensi alam yang ada. Kondisi pengelolahan

wisata sangat terkelolah dengan baik terbukti dengan pelayanan yang diberikan oleh

karyawan wisata yang sangat ramah. Standar pelayanan eksisting juga baik terlihat dari

fasilitas yang terawat dan pelayanan yang sangat baik bagi para pengunjung yang datang.

Menurut pemilik dari wisata ini beliau sedang merencanakan untuk pembangunan

ekowisata yang lebih luas lagi agar makin banyak wisatawan yang tertarik dan bisa go
internasional. Dari aspek promosi wisata, pengelolah mengandalkan sosial media seperti

facebook dan instagram sebagai media mempromosikan wisata Highland Kambo.

3. Pemerintah

Untuk saat ini pemerintah tidak terlibat dalam proses pembangunan dan

pengembangan wisata highland kambo itu sendiri, dikarenakan wisata ini dibangun dan

dikembangkan secara pribadi. Dari hasil wawancara yang telah dilakukan kepada

pemerintah setempat mengatakan bahwa untuk saat ini dinas pariwisata hanya sekedar

mendukung kegiatan wisata highland kambo yaitu dengan mensupport wisata tersebut.

Untuk aspek sarana dan prasarana, untuk saat ini pemerintah diharapkan untuk

mengoptimalkan terbangunnya lampu jalan yang belum seluruhnya terbangun.

4. Keterlibatan Masyarakat

Berdasarkan hasil wawancara, masyarakat lokal di sekitar kawasan wisata

highland kambo menyatakan bahwa masyarakat juga ikut terlibat dalam pengelolahan

wisata. Bentuk ketelibatan masyarakat lokal yaitu memberikan lapangan pekerjaan

bagi mereka khususnya untuk pemuda. Masyarakat lokal juga terlibat dalam usaha

wisata seperti kios dan warung yang berada di luar kawasan wisata yang tentunya hal

ini dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan meningkatkan taraf hidup serta

memberikan kesempatan kerja bagi masyarakat yang ada di sekitar kawasan wisata

tersebut.

5. Potensi Daya Tarik Wisata

Potensi daya tarik wisata dapat diketahui dengan cara melakukan penilaian

terhadap komponen-komponen pariwisata yang ada di kawasan wisata highland


kambo. Komponen tersebut meliputi atraksi, fasilitas, aksesbilitas dan pelayanan

tambahan.

a. Atraksi

(1) Daya Tarik Wisata Alam

Wisata highland kambo Kota Palopo merupakan sebuah destinasi wisata

yang memiliki daya tarik wisata alam yang cukup menarik. Tentunya daya tarik

wisata yang paling menonjol yakni memiliki bentuk bangunan unik seperti

lumbung yang ada di papua dan memiliki pemandangan alam yang sangat indah.

Berdasarkan hasil wawancara terhadap pihak pengelola, daerah sekitar kawasan

wisata highland kambo memiliki berbagai macam tumbuhan buah-buahan

dikarenakan wisata ini berada dekat dengan perkebunan penduduk. Adapun jenis

tumbuhan yang terdapat disekitaran kawasan wisata highland kambo yaitu

didominasi oleh buah rambutan, mangga, durian, nangka. Selain itu terdapat pula

pohon cengkeh, pohon coklat. pohon jati.

(2) Daya Tarik Wisata Minat Khusus

Selain memiliki panorama keindahan alam, ada beberapa kegiatan yang

bisa dilakukan wisatawan apabila berkunjung ke kawasan wisata highland

kambo ini seperti menginap, berenang, fotografi, dan seminar. Kegiatan

berenang merupakan salah satu kegiatan yang biasa dilakukan oleh wisatawan

yang berada di kawasan wisata karena wisata ini menyediakan 3 kolam renang

yang kedalamannya berbeda-beda. Selain itu pengunjung yang datang dapat juga

menginap bersama keluarga, teman, atau pun kerabat lainnya, wisata ini

menyediakan 7 kamar yang memiliki kapasitas berbeda-beda yaitu ada yang


berkapasitas maksimal 4 orang dan ada juga yang berkapasitas maksimal 6

orang. Biaya perkamarnya dari harga Rp.1.000.000- Rp.1.800.000. Tersedianya

spot foto yang unik dan menarik di kawasan wisata highland kambo juga

menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang senang dengan kegiatan

fotografi untuk berkunjung ke destinasi wisata ini.

Gambar Daya Tarik Wisata

b. Fasilitas

Di kawasan wistaa highland kambo terdapat beberapa pusat penunjang

fasilitas penunjang yaitu fasilitas perdagangan/jajanan, fasilitas parkir, fasilitas

peribadatan. Sementara untuk fasilitas penunjang pariwisata lainnya seperti toilet,

tempat sampah, bangunan untuk menikmati objek.


c. Aksesibiltas

Kawasan wisata highland kambo Kota Palopo dapat diakses menggunakan

darat menggunakan kendaraan roda 2 maupun kendaraam roda 4 dengan jarak

tembuh sekitar ±. Akses jalan yang dapat dilalui menuju ke wisata ini adalah jalanan

beraspal dengan kondisi baik. Ketersediaan sarana angkutan menuju kawasan wisata

saat ini hanya menggunakan grab/ojek online atau dengan menggunakan milik

pribadi. Sarana kendaraan umum seperti bus atau minibus hanya melewati jalur lintas

provinsi sehingga bila ingin ke kawasan wisata harus melanjutkan menggunakan jasa

ojek atau grab.


6. Deskripsi Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama bulan Desember 2021 di Kecamatan

Mungkajang. Penelitian ini dilakukan melalui observasi, wawancara dan studi

dokumentasi dengan subjek penelitian dan beberapa informan. Hasil penelitian

dianalisis oleh peneliti dengan menggunakan teknik deskriptif kualitatif, yang artinya

peneliti akan menggambarkan, menguraikan, serta menginterpretasikan seluruh data

yang terkumpul sehingga mampu memperoleh gambaran umum dan menyeluruh.

Data yang dimaksud yaitu wawancara yang dilakukan pada pihak-pihak yang

dianggap bisa memberikan informasi yang dibutuhkan dalam fokus penelitian.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dikawasan wisata di Kecamatan

Mungkajang mengenai pengembangan wisata highland kambo dalam meningktakan

pendapatan masyarakat dan meningkatkan kualitas lingkungan diperoleh data sebagai

berikut .

 Lingkungan fisik lokasi wisata Highland Kambo, karena wisata ini berada di

daerah pegunungan maka lingkungan wisatanya sangat sejuk, tenang, bersih dan

damai.

 Jumlah pengunjung, dari hasil wawancara diketahui jumlah pengunjung yang

datang yaitu sekitar 500-800 orang perhari dan lebih banyak lagi dihari libur.

Karena banyaknya pengunjung yang datang baik dari dalam kota maupun luar
kota yang kebanyakan menggunakan kendaraan pribadi yang mengakibatkan

lahan parkir yang tersedia jadi penuh yang berakibat pengunjung lain sebagian

memarkirkan kendaraannya di sekitar wisata atau lebih tepatnya didepan kios

masyarakat yang berada di depan tempat wisata.

 Waktu kerja, wisata ini dibuka setiap hari yaitu pukul 08.00-18.00 untuk

pengunjung yang hanya ingin menikmati wisata tanpa menginap.

 infrastruktur,

 kurangnya promosi wisata

 Dampak keberadaan wisata Highland Kambo :

- Dampak positif bagi warga sekitar yaitu: menambah pendapatan masyarakat

sekitar yang bekerja sebagai penjaga kios yang berada disekitar kawasan

wisata, mengurangi pengangguran, dan menambah nilai jual lahan yang

berada di sekitar kawasan wisata.

- Dampak negatif: Sebagian masyarakat mengeluhkan macetnya air sejak

adanya wisata ini, karena wisata ini menggunakan air daerah hulu yang

dipergunakan untuk mengisi air kolam wisata, yang pada awalnya air hulu

tersebut digunakan hanya untuk warga, dan setelah adanya wisata ini maka

air yang digunakan untuk warga sedikit berkurang, tercemarnya mata air

didaerah latuppa akibat air buangan dari wisata tersebut karena pihak wisata

belum menggunakan pipa sebagai pembuangan air kolam yang berada diluar

kawasan wisata yang berakibat air buangannya tidak terbuang dengan baik

yang sehingga terkadang air buangan terus mengalir ke jalan raya dan

berlanjut ke mata air yang berada dibawah kawasan wisata, menurut warga
sekitar air tersebut dahulunya dapat langsung diminum tanpa harus dimasak

terlebih dahulu tetapi saat ini air tersebut sudah tidak bisa dikonsumsi lagi

secara langsung karena mata air tersebut sudah tercemar oleh buangan air

kolam wisata.

Jarak Jumlah
Nama
No Umur Pekerjaan Lokasi Anggota
Responden
Wisata Keluarga
1 Wisra 35 Tahun IRT 10 Meter 7 orang
2 Rahmat 50 Tahun Ketua RT 200 meter 4 orang
3 Narsi 16 Tahun Pelajar 40 meter 5 orang
4 Erni 24 Tahun IRT
5 Anti 41 Tahun IRT 50 meter 4 Orang
6 Ropiq Nawir 32 Tahun Petani
7 Nurul 21 Tahun IRT 150 Meter 6 Orang
8 Panji Pratama 22 Tahun Mahasiswa 60 Meter 3 Orang
9 Welen 52 Tahun Petani 50 Meter 2 Orang

Tabel Pengunjung
Nama Umur
No Pekerjaan
Responden 15-20 21-25 26-30 ≤ 30
1 Cobel √ Karyawan
2 Andri √ Mahasiswa
3 Mona √ -
4 Cica √ Mahasiswa
5 Amar Andi Kunna √ Pelajar
6 Dimas √ Karyawan
7 Natasha M √ -
8 Marsenia √ Mahasiswa
9 Muh.Razak √ Pelajar
10 Hayyu √ Pelajar
11 Rafiqah Muhajir √ Belum
Bekerja
12 Sisca R √ Karyawan
13 Apriati Wahyu √ Wiraswasta
Ningsih
14 Nilam Sari √ Karyawan
15 Dilla Patandung √ Pelajar
16 Thoyyibah √ Pelajar
17 Hikmah √ Pelajar
18 Nur Ainun Mardiah √ Pelajar
19 Maharani √ Pelajar
20 Ria Tyvani √ Wiraswasta
21 Irianti √ Karyawan
22 Andi Fitri B.I √ Belum
Bekerja
23 Sudirman √ Wiraswasta
24 Dewi Sinta √ Pelajar
25 Nur Hikmah √ Pelajar
Dachrul
26 Samuel A.L √ Karyawan
27 Irwati Baslan √ Pelajar
28 Shofi √ IRT
29 Nurul √ -
30 Wynne √ Karyawan
31 Wulandari √ Wiraswasta
32 Andi Misma Ullab √ Karyawan
33 Fadly Lyurang √ Karyawan
Ahmadi
34 Santoso Haris √ Wiraswasta
35 Nurmutaharah √ Guru
36 Dewa Muh. Fatwa √ Wiraswasta
Japari
37 Reza √ Wiraswasta
38 Akbar Azis √ Pelajar
39 Fitraun Nafsiah √ Pelajar
40 Mita √ Pelajar
41 Nur Widia Ningsih √ Pelajar
42 Nurhaiti √ Pelajar
43 Nur Abdillah √ Pelajar
Makmur
44 Supiani Pasae √ Pelajar
45 Lis √ Wiraswasta
Sumber : Peneliti, 2021

Anda mungkin juga menyukai