KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Model Pembelajaran Discovery Learning
Penemuan (discovery) adalah suatu model pembelajaran yang
berpusat pada siswa dimana kelompok-kelompok siswa dihadapkan pada
suatu persoalan untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dalam
suatu prosedur dan struktur kelompok yang digariskan secara jelas.
Model penemuan (discovery) diartikan sebagai prosedur mengajar
yang mementingkan pengajaran, perseorangan, manipulasi objek, dan
percobaan, sebelum sampai kepada generalisasi. Sehingga model
penemuan (discovery) merupakan komponen dari praktik pendidikan yang
meliputi model mengajar yang memajukan cara belajar aktif, berorientasi
pada proses, mengarahkan sendiri, mencari sendiri, dan reflektif
(Suryosubroto, 2009:178).
Menurut Hanafiah (2009:77) metode penemuan (discovery)
merupakan suatu rangkaian kegiatan pembelajaran yang melibatkan
seluruh kemampuan siswa secara maksimal untuk mencari dan
menyelidiki secara sistematis, kritis, dan logis sehingga siswa dapat
menemukan sendiri pengetahuan, sikap, dan keterampilan sebagai wujud
adanya perubahan tingkah laku.
Dr. J. Richard (dalam Suryosubroto, 2009) dan asistennya
mencoba self-learning pada siswa (belajar sendiri), sehingga situasi
belajar mengajar berpindah dari situasi teacher dominate learning
menjadi situasi student dominated learning. Dengan menggunakan
discovery learning, ialah suatu cara mengajar yang melibatkan siswa
dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, dengan diskusi,
seminar, membaca sendiri, dan mencoba sendiri.
Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa
metode penemuan (discovery) adalah suatu metode dimana dalam proses
5
6
d. Kegiatan-kegiatan menulis
Menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan
kopi, membuat rangkuman, mengerjakan tes, dan mengisikan angket.
e. Kegiatan-kegiatan menggambar
Menggambar, membuat grafik, chart, diagram, peta, dan pola
f. Kegiatan metrik
Melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pemeran,
menari, dan berkebun.
g. Kegiatan-kegiatan mental
Merenungkan, mengingatkan, memecahkan masalah, menganalisis
faktor-faktor, melihat hubungan-hubungan, dan membuat keputusan.
h. Kegiatan-kegiatan emosional
Partisipasi, membedakan, berani, tenang, dan lain-lain. Kegiatan-
kegiatan dalam kelompok ini terdapat dalam semua jenis kegiatan
overlap satu sama lain.
Suryosubroto (2002:71) menjelaskan bahwa partisipasi siswa
dalam pembelajaran tampak dalam kegiatan yaitu:
a. Berbuat sesuatu untuk memahami materi pelajaran dengan penuh
keyakinan.
b. Mempelajari, mengalami, dan menemukan sendiri bagaimana
memperoleh situasi pengetahuan.
c. Merasakan sendiri bagaimana tugas-tugas yang diberikan oleh guru
kepadanya.
d. Belajar dalam kelompok.
e. Mencobakan sendiri konsep-konsep tertentu.
f. Mengkomunikasikan hasil pikiran, penemuan, dan penghayatan
nilai-nilai secara lisan atau penelitian.
6. Prestasi Belajar
Dalam proses pendidikan prestasi dapat diartikan sebagai hasil
dari proses belajar mengajar yakni, penguasaan, perubahan emosional,
10
atau perubahan tingkah laku yang dapat diukur dengan tes tertentu
(Abdullah, 2008)
Prestasi belajar adalah hasil maksimum yang dicapai oleh
seseorang setelah melakukan kegiatan belajar yang diberikan berdasarkan
atas pengukuran tertentu (Ilyas, 2008). Prestasi belajar adalah perubahan
tingkah laku yang dianggap penting yang diharapkan dapat
mencerminkan perubahan yang terjadi sebagai prestasi belajar siswa, baik
yang berdimensi cipta, dan rasa maupun yang berdimensi karsa (Syah M,
2006).
Prestasi belajar pada dasarnya berasal dari dua suku kata yaitu
prestasi dan belajar. Prestasi belajar sendiri mempunyai arti standar tes
untuk mengukur kecakapan atau pengetahuan bagi seseorang didalam satu
atau lebih dari garis-garis pekerjaan atau belajar. Sedangkan menurut
kamus populer prestasi ialah hasil sesuatu yang telah dicapai
(Purwodarminto, 1979:251).
Menurut Purwanto (2003:155), “prestasi belajar merupakan
masalah yang bersifat perennial (abadi) dalam sejarah manusia karena
rentang kehidupannya, manusia selalu mengejar prestasi sesuai dengan
bidang dan kemampuan masing-masing”. Kemudian masih menurut
Purwanto (2003:155), fungsi prestasi belajar yaitu:
a. Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan
anak didik.
b. Prestasi belajar sebagai lembaga kepuasan hasrat ingin tahu.
c. Prestasi belajar sebagai bahan informasi dan inovasi pendidikan
d. Prestasi belajar sebagai indikator interen dan eksteren
Adapun menurut Syah (2006:144) bahwa prestasi belajar siswa
dipengaruhi oleh setidaknya tiga faktor yakni:
a. Faktor internal yaitu faktor yang ada dalam diri individu yang sedang
belajar, faktor intern terdiri dari:
1) Faktor jasmaniah yang meliputi kesehatan dan cacat tubuh
11
B. Kerangka Berpikir
Dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi organ pencernaan
manusia, diketahui partisipasi belajar siswa masih relatif rendah, sehingga
prestasi belajarpun menjadi rendah. Hal ini dikarenakan beberapa faktor
seperti: (1) penerapan metode ceramah yang mendominasi pembelajaran
sehingga siswa tidak dilibatkan secara aktif, (2) belum diterapkannya model
pembelajaran yang sesuai dengan materi, dan (3) penyampaian materi
pembelajaran hanya bersifat satu arah dan siswa sebagai pendengar pasif.
Melalui identifikasi masalah dan analisis masalah, peneliti menetapkan
tindakan dengan penerapan model pembelajaran discovery learning untuk
memecahkan masalah tersebut.
Peneliti dibantu teman sejawat menentukan model pembelajaran yang
tepat untuk memperbaiki pembelajaran tersebut. Model pembelajaran
discovery learning dirasakan paling tepat untuk materi Matematika tersebut.
Dengan pelaksanaan pembelajaran melalui model pembelajaran discovery
learning, siswa akan lebih berpartisipasi selama pembelajaran. Pengalaman
siswa dalam belajar akan menimbulkan pembelajaran yang berkesan bagi
siswa. Sehingga konsep yang didapatkan siswa akan bertahan lama dalam
pikirannya.
Peneliti memiliki asumsi bahwa pembelajaran akan meningkat
maksimal pada siklus kedua. Atas dasar teori-teori yang telah ada, maka
13
Siklus II:
Siswa berlatih
mengemukakan
pendapat dan
memahami konsep
C. Hipotesis Tindakan
Didasarkan pada pengalaman, latar belakang masalah, dan kaji
literatur, maka peneliti mengambil hipotesis tindakan penelitian ini sebagai
berikut.
1. Penerapan model pembelajaran discovery learning dapat meningkatkan
partisipasi belajar siswa pada pembelajaran Matematika materi organ
pencernaan manusia di kelas VI SDIT Darul Ishlah Jayanti
2. Penerapan model pembelajaran discovery learning dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa pada pembelajaran Matematika materi organ
pencernaan manusia di kelas VI SDIT Darul Ishlah