Anda di halaman 1dari 11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori
1. Model Pembelajaran Discovery Learning
Penemuan (discovery) adalah suatu model pembelajaran yang
berpusat pada siswa dimana kelompok-kelompok siswa dihadapkan pada
suatu persoalan untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dalam
suatu prosedur dan struktur kelompok yang digariskan secara jelas.
Model penemuan (discovery) diartikan sebagai prosedur mengajar
yang mementingkan pengajaran, perseorangan, manipulasi objek, dan
percobaan, sebelum sampai kepada generalisasi. Sehingga model
penemuan (discovery) merupakan komponen dari praktik pendidikan yang
meliputi model mengajar yang memajukan cara belajar aktif, berorientasi
pada proses, mengarahkan sendiri, mencari sendiri, dan reflektif
(Suryosubroto, 2009:178).
Menurut Hanafiah (2009:77) metode penemuan (discovery)
merupakan suatu rangkaian kegiatan pembelajaran yang melibatkan
seluruh kemampuan siswa secara maksimal untuk mencari dan
menyelidiki secara sistematis, kritis, dan logis sehingga siswa dapat
menemukan sendiri pengetahuan, sikap, dan keterampilan sebagai wujud
adanya perubahan tingkah laku.
Dr. J. Richard (dalam Suryosubroto, 2009) dan asistennya
mencoba self-learning pada siswa (belajar sendiri), sehingga situasi
belajar mengajar berpindah dari situasi teacher dominate learning
menjadi situasi student dominated learning. Dengan menggunakan
discovery learning, ialah suatu cara mengajar yang melibatkan siswa
dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, dengan diskusi,
seminar, membaca sendiri, dan mencoba sendiri.
Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa
metode penemuan (discovery) adalah suatu metode dimana dalam proses

5
6

belajar menbgajar guru memperkenankan siswanya untuk menemukan


sendiri, mengarahkan sendiri, mencari sendiri, menyelidiki sendiri konsep
dan prisip dari pengetahuan, sikap dan keterampilan sehingga
menimbulkan perubahan tingkah laku siswa.
2. Tujuan Model Discovery Learning
Menurut Dimyati Moedjiono (1993:83) metode pembelajaran
discovery learning dalam proses belajar mengajar mempunyai beberapa
tujuan antara lain:
a. Meningkatkan keterlibatan siswa secara aktif dalam memperoleh dan
memproses perolehan belajar.
b. Mengarahkan para siswa sebagai pelajar seumur hidup.
c. Mengurangi ketergantungan kepada guru sebagai satu-satunya sumber
informasi yang diperlukan oleh para siswa.
d. Melatih para siswa mengeksplorasi atau memanfaatkan lingkungannya
sebagai informasi yang tidak akan pernah tuntas digali.
3. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Discovery Learning
Langkah-langkah pembelajaran pada discovery learning menurut
Ricard Scuhman dalam Suryosubroto adalah sebagai berikut.
a. Identifikasi kebutuhan siswa
b. Seleksi terhadap prinsip, pengertian konsep dan generalisasi yang
akan dipelajari
c. Seleksi bahan dan problem maupun tugas-tugas
d. Mempersiapkan setting kelas dan alat-alat yang diperlukan
e. Memberi kesempatan pada siswa untuk melakukan penemuan
f. Membantu siswa dengan informasi/data, jika diperlukan oleh siswa
g. Merangsang terjadinya interaksi antar siswa
h. Membantu siswa merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi atas
hasil penemuannya
7

4. Karakteristik Siswa Usia SD


Masa usia SD sebagai masa kanak-kanak akhir yang berlangsung
dari usia 6 tahun sampai 11 atau 12 tahun. Pada masa ini, siswa usia SD
memiliki karakteristik utama yaitu menampilkan perbedaan-perbedaan
individual dan personal dalam banyak segi dan bidang diantaranya
perbedaan dalam intelegensi, kemampuan kognitif, dan bahasa, serta
perkembangan kepribadian dan perkembangan fisik.
Masa kanak-kanak akhir sering disebut sebagai masa usia sekolah
atau masa SD. Rita Eka Izzaty, dkk. (2008:116), menyebutkan masa
kanak-kanak akhir dibagi menjadi dua fase, yaitu:
a. Masa kelas rendah Sekolah Dasar yang berlangsung antara 6/7 tahun-
9/10 tahun, biasanya siswa duduk di kelas 1, 2, dan 3 Sekolah Dasar.
b. Masa kelas tinggi Sekolah Dasar yang berlangsung antara usia 9/10
tahun-12/13 tahun, biasanya siswa duduk di kelas 4, 5, dan 6 Sekolah
Dasar.
Rita Eka Izzaty, dkk. (2008:116), juga menyebutkan ciri-ciri khas
siswa masa kelas tinggi Sekolah Dasar adalah:
a. Perhatiannya tertuju kepada kehidupan praktis sehari-hari.
b. Ingin tahu, ingin belajar, dan realistis.
c. Timbul minat kepada pelajaran-pelajaran khusus.
Siswa usia SD menggunakan operasi mental untuk memecahkan
masalah-masalah aktual, siswa mampu menggunakan kemampuan
mentalnya untuk memecahkan masalah yang bersifat konkret (Rita Eka
Izzaty, dkk., 2008: 105-106). Kemampuan berpikir pada tahap ini
ditandai dengan partisipasi mental seperti mengingat, memahami, dan
memecahkan masalah. Pengalaman hidup siswa memberikan andil dalam
mempertajam konsep. Pada tahapan ini siswa usia SD mampu berpikir,
belajar, mengingat, dan berkomunikasi karena proses kognitifnya tidak
lagi egosentris dan lebih logis.
8

5. Pengertian Partisipasi Belajar


Partisipasi berasal dari bahasa Inggris yaitu “participation”
adalah pengambilan bagian atau pengikutsertaan (Suryosubroto,
2002:278). Menurut Keit Davis dalam Suryosubroto (2002:279)
menyatakan bahwa partisipasi adalah keterlibatan mental dan emosi
seseorang untuk pencapaian tujuan dan ikut bertanggung jawab di
dalamnya. Menurut Moelyarto Tjokrowinoto dalam Suryosubroto
(2002:278) partisipasi adalah penyertaan mental dan emosi seseorang
dalam situasi kelompok yang mendorong mereka untuk mengembangkan
daya pikir dan perasaan mereka bagi tercapainya tujuan-tujuan bersama
bertanggung jawab terhadap tujuan tersebut.
Dalam defenisi partisipasi tersebut kunci pemikirannya adalah
keterlibatan mental dan emosi. Dapat dikatakan bahwa sebenarnya
partisipasi adalah suatu gejala demokrasi dimana orang diikutsertakan
dalam suatu perencanaan serta dalam pelaksanaan dan juga ikut memikul
tanggung jawab sesuai dengan tingkat kematangan dan tingkat
kewajibannya.
Paul D. Dierich dalam Martinis Yamin (2007:84)
mengklasifikasikan kegiatan partisipasi dalam proses pembelajaran
adalah sebagai berikut.
a. Kegiatan-kegiatan visual
Membaca, melihat gambar-gambar, mengamati, eksperimen,
demonstrasi, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain.
b. Kegiatan-kegiatan lisan (oral)
Mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu
tujuan, mengajukan suatu pertanyaan, memberi saran,
mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi, dan interupsi.
c. Kegiatan-kegiatan mendengarkan
Mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau
diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, mendengarkan
radio.
9

d. Kegiatan-kegiatan menulis
Menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan
kopi, membuat rangkuman, mengerjakan tes, dan mengisikan angket.
e. Kegiatan-kegiatan menggambar
Menggambar, membuat grafik, chart, diagram, peta, dan pola
f. Kegiatan metrik
Melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pemeran,
menari, dan berkebun.
g. Kegiatan-kegiatan mental
Merenungkan, mengingatkan, memecahkan masalah, menganalisis
faktor-faktor, melihat hubungan-hubungan, dan membuat keputusan.
h. Kegiatan-kegiatan emosional
Partisipasi, membedakan, berani, tenang, dan lain-lain. Kegiatan-
kegiatan dalam kelompok ini terdapat dalam semua jenis kegiatan
overlap satu sama lain.
Suryosubroto (2002:71) menjelaskan bahwa partisipasi siswa
dalam pembelajaran tampak dalam kegiatan yaitu:
a. Berbuat sesuatu untuk memahami materi pelajaran dengan penuh
keyakinan.
b. Mempelajari, mengalami, dan menemukan sendiri bagaimana
memperoleh situasi pengetahuan.
c. Merasakan sendiri bagaimana tugas-tugas yang diberikan oleh guru
kepadanya.
d. Belajar dalam kelompok.
e. Mencobakan sendiri konsep-konsep tertentu.
f. Mengkomunikasikan hasil pikiran, penemuan, dan penghayatan
nilai-nilai secara lisan atau penelitian.
6. Prestasi Belajar
Dalam proses pendidikan prestasi dapat diartikan sebagai hasil
dari proses belajar mengajar yakni, penguasaan, perubahan emosional,
10

atau perubahan tingkah laku yang dapat diukur dengan tes tertentu
(Abdullah, 2008)
Prestasi belajar adalah hasil maksimum yang dicapai oleh
seseorang setelah melakukan kegiatan belajar yang diberikan berdasarkan
atas pengukuran tertentu (Ilyas, 2008). Prestasi belajar adalah perubahan
tingkah laku yang dianggap penting yang diharapkan dapat
mencerminkan perubahan yang terjadi sebagai prestasi belajar siswa, baik
yang berdimensi cipta, dan rasa maupun yang berdimensi karsa (Syah M,
2006).
Prestasi belajar pada dasarnya berasal dari dua suku kata yaitu
prestasi dan belajar. Prestasi belajar sendiri mempunyai arti standar tes
untuk mengukur kecakapan atau pengetahuan bagi seseorang didalam satu
atau lebih dari garis-garis pekerjaan atau belajar. Sedangkan menurut
kamus populer prestasi ialah hasil sesuatu yang telah dicapai
(Purwodarminto, 1979:251).
Menurut Purwanto (2003:155), “prestasi belajar merupakan
masalah yang bersifat perennial (abadi) dalam sejarah manusia karena
rentang kehidupannya, manusia selalu mengejar prestasi sesuai dengan
bidang dan kemampuan masing-masing”. Kemudian masih menurut
Purwanto (2003:155), fungsi prestasi belajar yaitu:
a. Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan
anak didik.
b. Prestasi belajar sebagai lembaga kepuasan hasrat ingin tahu.
c. Prestasi belajar sebagai bahan informasi dan inovasi pendidikan
d. Prestasi belajar sebagai indikator interen dan eksteren
Adapun menurut Syah (2006:144) bahwa prestasi belajar siswa
dipengaruhi oleh setidaknya tiga faktor yakni:
a. Faktor internal yaitu faktor yang ada dalam diri individu yang sedang
belajar, faktor intern terdiri dari:
1) Faktor jasmaniah yang meliputi kesehatan dan cacat tubuh
11

2) Faktor psikologis yang meliputi tingkat intelegensi, perhatian,


minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan
3) Faktor kelelahan
b. Faktor eksternal yaitu faktor dari luar individu. Faktor ekstern terdiri
dari:
1) Faktor keluarga yaitu cara orang tua mendidik relasi antara
anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga,
pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan.
2) Faktor dari lingkungan sekolah yaitu metode mengajar guru,
kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa,
disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar belajar
diatas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah.
3) Faktor masyarakat yaitu kegiatan siswa dalam masyarakat, teman
terpaut, dan bentuk kehidupan masyarakat
7. Pembelajaran Matematika
Matematika merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang sangat
penting dalam kehidupan. Menurut Sembiring (dalam jurnal Novita E.I,
2006:11) salah satu alasan mengapa Matematika dipelajari adalah karena
berguna, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun sebagai bahasa dan
alat dalam perkembangan sains dan tehnologi. Oleh sebab itu, Matematika
sering di terapkan atau digunakan dalam berbagai bidang usaha seperti
perdangangan, perkantoran, pertanian, pendidikan dan lain-lain.
Pembelajaran Matematika memiliki tujuan tersendiri untuk
tercapainya pembelajaran yang efektif. Dalam kurikulum 2006 yang
disempurnakan pada kurikulum 2013 mencantumkan tujuan pembelajaran
Matematika sebagai berikut.
1. Memahami konsep Matematika, menjelaskan keterkaitan antar
konsep, dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes,
akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan masalah.
12

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi


Matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan Matematika.
3. Memecahkan masalah.
4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, dan
media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan Matematika dalam kehidupan,
sikap rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari
Matematika.

B. Kerangka Berpikir
Dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi organ pencernaan
manusia, diketahui partisipasi belajar siswa masih relatif rendah, sehingga
prestasi belajarpun menjadi rendah. Hal ini dikarenakan beberapa faktor
seperti: (1) penerapan metode ceramah yang mendominasi pembelajaran
sehingga siswa tidak dilibatkan secara aktif, (2) belum diterapkannya model
pembelajaran yang sesuai dengan materi, dan (3) penyampaian materi
pembelajaran hanya bersifat satu arah dan siswa sebagai pendengar pasif.
Melalui identifikasi masalah dan analisis masalah, peneliti menetapkan
tindakan dengan penerapan model pembelajaran discovery learning untuk
memecahkan masalah tersebut.
Peneliti dibantu teman sejawat menentukan model pembelajaran yang
tepat untuk memperbaiki pembelajaran tersebut. Model pembelajaran
discovery learning dirasakan paling tepat untuk materi Matematika tersebut.
Dengan pelaksanaan pembelajaran melalui model pembelajaran discovery
learning, siswa akan lebih berpartisipasi selama pembelajaran. Pengalaman
siswa dalam belajar akan menimbulkan pembelajaran yang berkesan bagi
siswa. Sehingga konsep yang didapatkan siswa akan bertahan lama dalam
pikirannya.
Peneliti memiliki asumsi bahwa pembelajaran akan meningkat
maksimal pada siklus kedua. Atas dasar teori-teori yang telah ada, maka
13

peneliti menggambarkan alur penelitian seperti yang digambarkan di bawah


ini.

Pembelajaran Partisipasi dan prestasi


Kondisi awal belum dengan belajar siswa rendah
penerapan model
pembelajaran
discovery
learning
Siklus I:
Materi pembelajaran
Pembelajaran
disampaikan dengan
Tindakan dengan
penerapan model
penerapan model
pembelajaran discovery
pembelajaran
learning
discovery
learning

Siklus II:
Siswa berlatih
mengemukakan
pendapat dan
memahami konsep

a. Meningkatnya partisipasi belajar siswa pada


pembelajaran Matematika materi volume
bangun ruang.
Kondisi akhir b. Meningkatnya prestasi belajar siswa pada
pembelajaran Matematika materi volume
bangun ruang.
14

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian Tindakan Kelas


15

C. Hipotesis Tindakan
Didasarkan pada pengalaman, latar belakang masalah, dan kaji
literatur, maka peneliti mengambil hipotesis tindakan penelitian ini sebagai
berikut.
1. Penerapan model pembelajaran discovery learning dapat meningkatkan
partisipasi belajar siswa pada pembelajaran Matematika materi organ
pencernaan manusia di kelas VI SDIT Darul Ishlah Jayanti
2. Penerapan model pembelajaran discovery learning dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa pada pembelajaran Matematika materi organ
pencernaan manusia di kelas VI SDIT Darul Ishlah

Anda mungkin juga menyukai