2. Kitab Shalat
5. Hadits 39/388
5.1. Faedah hadits
5.2. Referensi:
Faedah hadits
1. Hadits ini menunjukkan disyariatkannya qadha’ shalat witir yang luput.
Beberapa sahabat dan tabi’in berpendapat seperti itu. Para ulama yang
mendukung hal ini adalah Sufyan Ats-Tsauri, Abu Hanifah, Al-Auza’i, Imam Malik,
Imam Syafi’i, Imam Ahmad, Ishaq, dan lainnya.
2. Hukum qadha’ shalat witir ini berlaku jika lupa atau tertidur sehingga luput
mengerjakannya. Hukum ini sama dengan hukum orang yang tertidur atau lupa
dari shalat wajib. Shalat witir itu boleh dikerjakan ketika bangun atau ingat.
3. Ada delapan pendapat ulama mengenai waktu qadha’ shalat witir. Ringkasannya,
shalat witir yang dilakukan setelah terbit fajar Shubuh dianggap sebagai qadha’
menurut ulama Hanafiyyah, Syafi’iyah, dan Hambali. Sedangkan Imam Malik
berpandangan bahwa shalat witir ada dua waktu, yaitu waktu ikhtiyar (pilihan)
hingga terbit Fajar dan waktu dharuri (darurat) hingga shalat Shubuh. Menurut
Imam Malik, tidak ada shalat witir lagi setelah itu. Menurut Imam Abu Hanifah,
Syafi’i, dan Ahmad, qadha’ itu berlaku selamanya, tetapi hukumnya sunnah
menurut Syafi’i dan Ahmad, sedangkan menurut Abu Hanifah berpandangan
wajibnya. Ulama Zhahiriyah menganggap qadha’ hanya berlaku karena luput dari
shalat witir sebab tidur ataukah lupa. Ulama Zhahiriyah menganggap bahwa jika
meninggalkan shalat witir dengan sengaja tidaklah ada qadha’.
4. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengqadha’ shalat witir pada siang hari,
beliau menjadikannya 12 rakaat. Jadi, shalat witir boleh dikerjakan pada siang hari,
tetapi rakaat yang menjadi rutinitasnya dijadikan genap. Misal, kebiasaan witirnya
11 rakaat, maka diqadha’ menjadi 12 rakaat; atau kebiasaan witirnya 9 rakaat,
maka diqadha’ menjadi 10 rakaat.
Baca juga:
Referensi:
Minhah Al-‘Allam fi Syarh Bulugh Al-Maram. Cetakan pertama, Tahun 1432 H.
Syaikh ‘Abdullah bin Shalih Al-Fauzan. Penerbit Dar Ibnul Jauzi. Jilid Ketiga. 3:334-
335.
Fiqh Bulugh Al-Maram li Bayaan Al-Ahkaam Asy-Syar’iyyah. Cetakan pertama,
Tahun 1443 H. Syaikh Prof. Dr. Muhammad Musthafa Az-Zuhaily. Penerbit
Maktabah Daar Al-Bayan. 1:638-639.
Artikel Rumaysho.Com
Sumber https://rumaysho.com/36025-bulughul-maram-shalat-apakah-shalat-witir-jika-luput-bisa-
diqadha.html