Anda di halaman 1dari 6

Modul Praktikum Minggu 8

Simulasi Perkiraan Dampak Penyaradan


Nama : Ghinaa Anisah Husnul Rizqi
NIM : E1401211001
Kelas : MNH Rabu Pagi
A. Pendahuluan
1. Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui cara menghitung keterbukaan areal akibat
penyaradan dan kerusakan vegetasi akibat penyaradan, cara mengukur kepadatan tanah di jalan
sarad dan di bawah tegakan, serta menganalisa hubungan intensitas pemanenan dengan persen
terbukaan areal akibat penyaradan dan kepadatan tanah akibat penyaradan.

2. Landasan teoritis praktis


Pemanenan kayu merupakan serangkaian kegiatan kehutanan yang mengubah pohon
menjadi bentuk yang dapat dipindahkan ke lokasi lain sehingga bermanfaat bagi kehidupan
ekonomi dan kebudayaan masyarakat (Hendrayana et al. 2020). Salah satu kegiatan pemanenan
kayu yaitu penyaradan (skidding). Penyaradan merupakan serangkaian kegiatan pemanenan kayu
berupa pemindahan kayu dari tempat penebangan ke tempat pengumpulan kayu sementara (TPn)
(Faqih et al. 2018). Penyaradan dapat menjadi salah satu faktor pemanenan yang menjadi
penyebab dalam keterbukaan areal, kerusakan vegetasi, dan pemadatan tanah yang
mengakibatkan rusaknya struktur pada tanah. Pengukuran keterbukaan areal hutan akibat
penyaradan dilakukan dengan mengukur luas jalan sarad yang terdapat dalam suatu petak
(Kusumawardani 2016). Umumnya, laju infiltrasi suatu tanah pada lebih tinggi dan cenderung
akan menurun hingga mencapai konstan dengan bertambahnya waktu pengamatan. Laju infiltrasi
pada awalnya tinggi karena tanah pada posisi awalnya kering, kemudian cenderung menurun
secara bertahap dan mencapai laju yang tetap atau konstan (Susanawati et al. 2018).

B. Data Praktikum
1. Tabel Persen Keterbukaan Areal Akibat Penyaradan pada Pemanenan Kayu dengan
Sistem TPTI (Luas Tiap Plot Pengamatan 1 Ha)

Intensitas Pemanenan Luas Keterbukaan Persen Keterbukaan


No. Plot
(ph/ha) Areal (m2) Areal (%)
I 4 730.62 7.31
2 6 1225.00 12.25
3 5 796.87 7.97
4 6 1299.37 12.99
5 4 634.37 6.34
6 8 1496.75 14.97
7 10 1890.62 18.91
8 15 2106.56 21.07
9 9 2529.90 25.30
10 17 3350.20 33.50
Rata-Rata 8.40 1606.03 16.06

2. Data Regresi

Regresi Keterangan
R Square 0.81
Adjusted R Square 0.79
Persamaan Regresi Y = 1.38 + 1.75

3. Grafik Hubungan Intensitas Pemanenan dengan Persen Keterbukaan Areak Akibat


Pemanenan

Hubungan Intensitas Pemanenan dengan


Persen
40.00 Keterbukaan Areal Akibat Pemanenan
35.00
Persen Keterbukaan

30.00
25.00
20.00
15.00
10.00
5.00
0.00
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18
Intensitas Pemanenan (pohon/ha)

Persen Keterbukaan Areal (%) Predicted Y


Linear (Predicted Y)

4. Tabel Laju Infiltrasi Air ke Dalam Tanah di Jalan Sarad

Permukaan
Waktu Tinggi Tinggi
Tinggi Air Laju infiltrasi air
No. Pengamatan Permukaan Air Permukaan
awal dan akhir (cm/menit)
(menit) Awal (cm) Air Akhir (cm)
(cm)
5 menit
1 9.00 8.80 0.20 0.04
pertama
10 menit
2 8.00 7.80 0.20 0.04
pertama
15 menit
3 10.50 8.40 2.10 0.42
pertama
20 menit
4 9.30 8.90 0.40 0.08
pertama
25 menit
5 27.80 24.60 3.20 0.64
pertama
30 menit
6 26.40 23.30 3.10 0.62
pertama
35 menit
7 28.30 25.30 3.00 0.60
pertama
40 menit
8 27.20 24.40 2.80 0.56
pertama
45 menit
9 27.00 24.70 2.30 0.46
pertama
50 menit
10 28.20 26.10 2.10 0.42
pertama
55 menit
11 27.90 26.00 1.90 0.38
pertama
60 menit
12 28.20 27.00 1.20 0.24
pertama

5. Tabel Laju Infiltrasi Air ke Dalam Tanah di Hutan Aam Belum Terganggu

Permukaan
Waktu Tinggi Tinggi
Tinggi Air Laju infiltrasi air
No. Pengamatan Permukaan Air Permukaan Air
awal dan akhir (cm/menit)
(menit) Awal (cm) Akhir (cm)
(cm)
5 menit
1 10.50 5.50 5.00 1.00
pertama
9 menit
2 10.00 0.00 10.00 2.00
pertama
4 menit
3 10.50 0.00 10.50 2.10
pertama
20 menit
4 12.50 7.00 5.50 1.10
pertama
25 menit
5 27.80 23.40 4.40 0.88
pertama
30 menit
6 26.40 23.20 3.20 0.64
pertama
35 menit
7 28.30 25.30 3.00 0.60
pertama
8 40 menit 27.20 25.10 2.10 0.42
pertama
45 menit
9 27.00 25.10 1.90 0.38
pertama
50 menit
10 28.20 26.50 1.70 0.34
pertama
55 menit
11 27.90 26.30 1.60 0.32
pertama
60 menit
12 28.20 26.70 1.50 0.30
pertama

6. Diagram Laju Infiltrasi Air ke Dalam Tanah di Jalan Sarad

Laju Infiltrasi Air di Jalan Sarad (cm/menit)


0.70
0.60
0.50
0.40
0.30
0.20
0.10
Laju Infiltrasi Air

0.00
51015202530354045505560
Periode Pengukuran (menit)

7. Diagram Laju Infiltrasi Air ke Dalam Tanah di Hutan Aam Belum Terganggu

Laju Infiltrasi Air di Bawah Tegakan (cm/menit)


2.50

2.00

1.50

1.00
Laju Infiltrasi Air

0.50

0.00
51015202530354045505560
Periode Pengukuran (menit)
8. Grafik Perbandingan Infiltrasi Air pada Jalan Sarad dan Hutan Alam Belum Terganggu

Perbandingan Infiltasi Air pada Jalan Sarad dan Tegakan Hutan Alam Tropika
2.50
2.00
1.50
1.00
0.50
0.00
51015202530354045505560
Periode Pengukuran (menit)
Laju Infiltrasi Air

Laju Infiltrasi Air di Jalan Sarad (cm/menit) Laju Infiltrasi Air di Bawah Tegakan (cm/menit)

C. Pembahasan

Berdasarkan data sekunder luas keterbukaan areal akibat penyaradan pada


pemanenan kayu dengan sistem TPTI, didapatkan 10 plot dengan masing-masing
intensitas pemanenan dimulai dari 4 sampai 17 pohon per hektar, serta didapatkan luas
keterbukaan areal pada plot masing-masing. Persen keterbukaan areal terkecil didapati
pada plot dengan intensitas pemanenan 4 pohon per hektar yaitu 6.34% dan persen
keterbukaan areal terbesar didapati pada plot dengan intensitas pemanenan 17 pohon per
hektar yaitu 33.50%. Rata-rata dari intensitas pemanenan 10 plot ini adalah 8.40 pohon
per hektar dan juga rata-rata persen keterbukaan areal adalah 16.06%. Selain itu,
didapatkan hasil analisis regresi antara intensitas pemanenan dengan persentase
keterbukaan areal menunjukkan bahwa semakin tinggi intensitas aktivitas pemanenan
maka akan semakin tinggi persentase keterbukaan areal yang terjadi. Kerusakan yang
dimaksud adalah keterbukaan areal, apabila keterbukaan areal tinggi maka kerusakan
tegakan tinggal akan semakin parah (Sukri et al. 2018). Hasil analisis regresi
menunjukkan bahwa nilai R square yang diperoleh sebesar 0.81, hal tersebut
menunjukkan bahwa variabel intensitas pemanenan hutan memiliki pengaruh sebesar
81% terhadap keterbukaan areal.

Penyaradan juga berdampak terhadap penurunan laju infiltrasi air yang berakibat
rusaknya tanah karena terjadi pemadatan. Berdasarkan data primer laju infiltrasi air
yang masuk ke dalam tanah dengan selang periode pengukuran tiap 5 menit selama 20
menit, diperoleh bahwa nilai laju infiltrasi rendah, hal tersebut dikarenakan percobaan
dilakukan pada tanah yang lebih padat dibandingkan data sekunder dengan pengukuran
tiap 5 menit selama 40 menit setelahnya. Pemadatan pada tanah yang terjadi di hutan
alam akibat dari proses penyaradan akan menyebabkan terjadinya perubahan struktur
tanah dan kesuburan tanah berkurang (Suryanto dan Wawan 2017). Perbandingan
antara laju infiltrasi air di jalan sarad dan areal hutan alam belum terganggu
menunjukkan laju infiltrasi air di jalan sarad relatif rendah, sedangkan penurunan laju

D. Simpulan

Kegiatan penyaradan menjadi salah satu faktor penyebab keterbukaan areal,


kerusakan
E. Daftar vegetasi, dan pemadatan tanah yang mengakibatkan rusaknya struktur pada
Pustaka
tanah. Berdasarkan grafik didapatkan bahwa persen keterbukaan areal berbanding
lurus S,
Faqih dengan intensitas
Hardiansyah G,pemanenan,
Roslinda E. Selain itu, perbandingan
2018. Analisa antara laju
biaya pemanenan infiltrasi
tanaman air di
mangium
jalan (Acacia
sarad relatif rendah,
mangium) di sedangkan penurunan
PT Bina Silva laju infiltrasiBatu
Nusa Kecamatan di areal
Ampar hutan belum
Kabupaten
terganggu
Kubuterlihat relatif Hutan
Raya. Jurnal tinggi. Lestari. 6(4): 804-813.

Hendrayana Y, Adhya I, Supartono T, Karyaningsih I, Nurlaela A. 2020. Pelatihan


operator chainsaw dan teknik penebangan di perum perhutani kesatuan
pemangkuan hutan Tasikmalaya. Jurnal Pengabdian Masyarakat. 3(2): 143-149.

Kusumawardani Y. 2016. Keterbukaan areal hutan akibat penebangan dan penyaradan


di IUPHHK-HA PT Intertropic Aditama Provinsi Kalimantan Timur [skripsi].
Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Sukri M, Golar, Massiri SD. 2018. Respon Stakeholder terhadap kerusakan hutan di
Desa Tertanagaya Kecamatan Bolano Lambunu Kabupaten Parigi Moutong.
Jurnal Forest Sains. 15(2): 67-74.

Suryanto S, Wawan W. 2017. Pengaruh kemiringan lahan dan Mucuna bracteata


terhadap aliran permukaan dan erosi di PT Perkebunan Nusantara V Kebun Lubuk
Dalam. JOM FAPERTA. 4(1): 1-15.

Susanawati LD, Rahadi B, Tauhid Y. 2018. Penentuan laju infiltrasi menggunakan


pengukuran double ring infiltrometer dan perhitungan Model Horton pada Kebun
Jeruk Keprok 55 (Citrus reticulata) Di Desa Selorejo, Kabupaten Malang. Jurnal
Sumberdaya Alam dan Lingkungan. 5(2):28-34.

Anda mungkin juga menyukai