ABSTRAK

Restorative Justice adalah sebuah pendekatan dalam penanganan

tindak pidana yang dilakukan dengan menggelar pertemuan antara
korban, pelaku, dan kadang-kadang juga melibatkan perwakilan
masyarakat secara umum.Tujuan penelitian ini yaitu untuk menganalisa
bagaimana penerapan restorative justice di Kejaksaan Negeri Malang dan
menganalisa kendala yang dihadapi dalam penerapan restorative justice
di Kejaksaan Negeri Malang.
Dalam menyusun penelitian ini, peneliti memilih menggunakan
metode penelitian empiris dengan metode yang digunakan dalam meneliti
permasalahan pada penelitian ini adalah dengan metode pendekatan
yuridis sosiologis. Metode analisa data yang dipergunakan dalam
penelitian ini adalah metode hukum empiris dalam sisi yuridis-sosiologis.
Dengan penalaran deduktif-induktif sesuai dengan kebutuhan untuk
menghasilkan proposisi atau konsep sebagai jawaban atas permasalahan
atau hasil/temuan dalam penelitian ini
Penerapan restorative justice di Kejaksaan Negeri Malang
merupakan upaya dari kejaksaan untuk membangun kepercayaan
masyarakat dalam bidang hukum sehingga keadilan hukum yang
diharapkan masyarakat dapat dipenuhi. Syarat-syarat bagi tersangka yang
berhak untuk menerima restorative justice adalah Tindak Pidana yang
baru pertama kali dilakukan, kerugian di bawah 2,5 juta rupiah dan adanya
kesepakatan antara pelaku dan korban. Kendala yang dihadapi dalam
penerapan restorative justice di Kejaksaan Negeri Malang yaitu kendala
yang berasal dari korban dan pelaku, dimana keduanya sulit untuk
mencapai kompromi atau berdamai. Korban tidak memiliki niat untuk
memaafkan dan pelaku juga merasa tidak bersalah sehingga kendalanya
lebih kearah proses perdamaian para pihak baik antara korban dan pelaku
sehingga keadilan restoratif (restorative justice) tidak dapat dilakukan

Kata Kunci: Restorative Justice, Peraturan Jaksa Agung Nomor 15

Tahun 2020 dan Keadilan Restoratif

viii
 ABSTRACT

Restorative Justice is an approach in handling criminal acts that is

carried out by holding meetings between victims, perpetrators, and
sometimes also involving community representatives in general. The
purpose of this research is to analyze how restorative justice is
implemented at the Malang District Attorney and analyze the obstacles
faced in the application of restorative justice at the Malang District
Attorney.
In compiling this research, the researcher chose to use empirical
research methods with the method used in researching the problems in
this study using a sociological juridical approach. The data analysis
method used in this study is an empirical legal method from a juridical-
sociological point of view. With deductive-inductive reasoning according to
the need to produce propositions or concepts as answers to problems or
results/findings in this study
The application of restorative justice at the Malang State
Prosecutor's Office is an attempt by the prosecutor's office to build public
trust in the field of law so that the legal justice that society expects can be
fulfilled. The conditions for a suspect who is entitled to receive restorative
justice are a crime that is being committed for the first time, a loss of under
Rp. 2.5 million and an agreement between the perpetrator and the victim.
Obstacles faced in implementing restorative justice at the Malang District
Attorney are obstacles that come from victims and perpetrators, both of
whom is hard to reach compromise or make peace. Victims do not have
the intention to benefit and perpetrators also feel innocent so that the
obstacles are more towards the peace process of the parties, both
between victims and perpetrators so that restorative justice cannot be
carried out.

Keywords: Restorative Justice, Attorney General Regulation Number 15 of

2020 and Restorative Justice

viii