Anda di halaman 1dari 6

RESTORATIVE JUSTICE

Di susun oleh :

Novianti Nurfitri ( 46117310031 )

Dosen Pengampu : Ratri Kartikaningtyas, M.Psi, Psi

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MERCU BUANA
BEKASI
2020
RESTORATIVE JUSTICE

Pengertian Restorative Justice

Restorative Justice merupakan suatu bentuk model


pendekatan baru dalam menyelesaikan perkara pidana. Istilah
restorative justice baru dikenal di Indonesia pada tahun 1960-an
yang telah diterapkan di beberapa Negara di Eropa, Amerika
Utara, dan Australia dalam tahap proses peradilan pidana yang konvensional, mulai dari
tahapan penyelidikan/penyidikan, penuntutan, ajudikasi, dan tahap eksekusi. PBB
merumuskan restorative justice sebagai suatu cara melaraskan kembali kesepadanan antara
masyarakat, korban dan pelaku dalam menyelesaikan perilaku pidana.
Restorative Justice adalah penyelesaian perkara tindak pidana dengan melibatkan
pelaku, korban, keluarga pelaku/korban dan pihak lain yang terkait untuk bersama-sama
mencari penyelesaian yang adil dengan menekankan pemulihan kembali pada keadaan
semula dan bukan pembalasan. Restorative Justice adalah gerakan untuk menjawab
kebutuhan dan peran korban kejahatan, pelanggar, dan komunitas, bukan sistema legalistik
yang hanya melibatkan pelaku kejahatan pelanggaran negara dan hukum.
Tujuan restorative justice yaitu untuk memberdayakan para korban, pelaku, keluarga
korban/pelaku, dan masyarakat untuk memperbaiki suatu tindakan melawan hukum dengan
menggunakan kesadaran dan sebagai dasar untuk membenahi kehidupan bermasyarakat.
Filosofi dasar tujuan pendekatan restoratif adalah untuk memulihkan keadaan kepada
keadaan semula atau keadaan awal sebelum terjadinya konflik.
Restorative Justice muncul dengan merekomendasikan konsep penyelesaian yang
tidak formalistik saja, tetapi juga dengan cara melakukan mediasi antara pelaku dan korban,
pelaku memperbaiki segala hal yang rusak, pertemuan atau musyawarah antara pelaku dan
korban yang melibatkan keluarga dari kedua belah pihak dan tokoh pemuka dalam
masyarakat, dan victim awarness work yang membuat pelaku lebih peduli terhadap dampak
dari perbuatannya. Pendekatan restorative justice menjunjung tinggi nilai kedamaian,
keselarasan, ketentraman, keseimbangan, harmonisasi, persaudaraan dan kekeluargaan yang
sesuai dengan nilai-nilai yang tertanam di dalam pancasila.
Indikator dalam restorative justice dapat dilihat dari peran serta pelaku, korban,
masyarakat, dan para professional atau para penegak hukum yang masing-masing berperan
sebagai :
1. Pelaku : pelaku aktif untuk memulihkan kerugian korban dan masyarakat yang berarti ia
harus menghadapi korban/wakil korban juga menghadapi masyarakat
2. Korban : aktif terlibat dalam semua tahapan proses penyelesaian perkara dan berperan
aktif dalam mediasi dan juga ikut serta menentukan sanksi bagi pelaku
3. Masyarakat : berperan sebagai mediator, mengembangkan pelayanan masyarakat dan
menyediakan kesempatan bagi pelaku sebagai wujud kewajiban reparative, membantu
korban dan mendukung pemenuhan kewajiban pelaku.
4. Para professional atau aparat penegak hukum : memfasilitasi proses mediasi, menjamin
terselengaranya restoratif, mengembangkan opsi-opsi pelayanan masyarakat secara
kreatif/restoratif, serta melibatkan anggota masyarakat dalam proses penyelesaian perkara.
Adapun ciri-ciri dari pelaksanaan restorative justice dalam menanggapi suatu tindak
pidana adalah sebagai berikut :
1. Melakukan identifikasi dan mengambil langkah untuk memperbaiki kerugian yang telah
diperbuat.
2. Mengikutsertakan seluruh pihak yang terkait
3. Adanya upaya atau usaha untuk melakukan perubahan hubungan yang ada selama ini
antara masyarakat dengan pemerintah dalam menanggapi tindak pidana

Prinsip
Prinsip restorative justice yang tercantum pada Surat Edaran Kepala Kepolisian
Negara Republik Indonesia angka 2 huruf f nomor 8 tahun 2018, terdiri dari :
1. Restorative justice tidak bisa diartikan sebagai metode penyelesaian atau penghentian
perkara secara damai, tetapi lebih kepada pemenuhan rasa keadilan yang melibatkan
korban, pelaku, masyakat setempat serta penyelidik/penyidik sebagai mediator.
2. Penyelesaian perkara salah satunya dilakukan dalam bentuk perjanjian perdamaian dan
pencabutan hak menuntut yang perlu dimintakan penetapan hakim melalui jaksa
penuntut umum untuk menggugurkan kewenangan menuntut.
Sedangkan menurut Komariah E. Sapardjaja, prinsip-prinsip dasar yang terkandung
dalam pendekatan restorative justice adalah :
a. Upaya pemulihan bagi pihak yang dirugikan merupakan bentuk keadilan yang dituntut
b. Seluruh pihak yang terlibat dan terkena dampak tindak pidana harus mendapat
kesempatan untuk berpartisipasi penuh dalam menindaklanjutinya.
c. Pemerintah berperan dalam menciptakan ketertiban umum sedangkan masyarakat
membangun dan memelihara perdamaian.
Prinsip-prinsip keadilan restoratif menurut Adrinus Meliala adalah sebagai berikut:
a. Membuat pelaku tindak pidana bertanggung jawab untuk memperbaiki kerugian yang
timbul akibat kesalahannya.
b. Memberikan kesempatan kepada pelaku tindak pidana untuk membuktikan kapasitas dan
kualitasnya disamping mengatasi rasa bersalahnya secara konstruktif.
c. Mengikutsertakan korban, keluarga dan pihak-pihak lain dalam hal penyelesaian masalah
d. Menciptakan ruang untuk bekerja sama dalam menyelesaikan masalah.
e. Menetapkan hubungan langsung dan nyata antara perbuatan yang dianggap salah atau
jahat dengan reaksi sosial yang formal.

Syarat Materiil
Berdasarkan yang tercantum pada Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia
Pasal 12 huruf a nomor 6 tahun 2019 dan Surat Edaran Kepala Kepolisian Negara Republik
Indonesia angka 3 huruf a nomor 8 tahun 2018, yang menjadi syarat materiil dalam
restorative justice diantaranya :
1. Tidak menimbulkan keresahan atau tidak ada penolakan masyarakat
2. Tidak berdampak konflik sosial
3. Ada pernyataan dari semua pihak untuk tidak keberatan dan melepas hak menuntut
4. Prinsip pembatas :
a. Pada pelaku :
1. Tingkat kesalahan pelaku relatif tidak berat
2. Pelaku bukan residivis
b. Pada tindak pidana dalam proses :
1. Penyelidikan
2. Penyidikan, sebelum surat pemberitahuan dimulainya penyidikan dikirim ke
penuntut umum

Syarat Formil
Berdasarkan yang tercantum pada Pasal 12 huruf b Perkapolri 6/2019 jo dan Angka 3 huruf
b SE Kapolri 8/2018, yang menjadi syarat formil dalam restorative justice diantaranya :
1. Surat permohonan damai antara pelapor dan terlapor
2. Surat pernyataan perdamaian dan penyelesaian perselisihan diketahui oleh atasan
penyidik
3. Berita acara pemeriksaan tambahan setelah perkara diselesaikan melalui restorative
justice
4. Rekomendasi gelar perkara khusus yang menyetujui restorative justice
5. Pelaku tidak keberatan dan dilakukan secara sukarela atas tanggung jawab dan ganti rugi
6. Tindak pidana kejahatan umum yang tidak menimbulkan korban manusia

Mekanisme
Berdasarkan yang tercantum pada Surat Edaran Kepala Kepolisian Negara Republik
Indonesia Angka 3 huruf c nomor 8 tahun 2018, pedoman mekanisme penerapan restorative
justice antara lain :
1. Setelah mengajukan permohonan perdamaian, syarat formil terpenuhi, dan atasan penyidik
menyetujui selanjutnya akan dilakukan penandatanganan pernyataan perdamaian
2. Melaksanakan konferensi yang menghasilkan perjanjian kesepakatan
3. Melaksanakan gelar perkara khusus untuk tujuan penghentian perkara dan menyusun
kelengkapan administrasi , dokumen, dan laporan dari hasil gelar perkara
4. Penerbitan surat perintah penghentian penyelidikan/penyidikan dan surat ketetapan
penghentian penyelidikan/penyidikan dengan alasan restorative justice
5. Pencatatan pada buku register baru B-19 sebagai perkara restorative justice dihitung
sebagai penyelesaian perkara.
DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Perundang-Undangan
Peraturan Kejaksaan Nomor 15 Tahun 2020 tentang Penghentian Penuntutan Berdasarkan
Keadilan Restoratif (“Perkejaksaan 15/2020”)
Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2019 tentang
Penyidikan Tindak Pidana (“Perkapolri 6/2019”)
Surat Edaran Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor SE/8/VII/2018 Tahun
2018 tentang Penerapan Keadilan Restoratif (Restorative Justice) Dalam Penyelesaian
Perkara Pidana (“SE Kapolri 8/2018”).

Jurnal/Karya Ilmiah
Candlely Pastorica Macawalang, Rodrigo F. Elias, Tonny Rompis,. Penerapan Dan Pengaruh
Keadilan Restoratif Sebagai Alternatif Penyelesaian Tindak Pidana Dalam Sistem Peradilan
Pidana Di Indonesia. Lex Crimen, Vol. X, No. 5, April 2021
Hadibah Zachra Wadjo & Judy Marria Saimima. Perlindungan Hukum Terhadap Korban
Kekerasan Seksual Dalam Rangka Mewujudkan Keadilan Restoratif. Jurnal Belo, Vol. 6, No.
1, Agustus 2020.
Henny Saida Flora. Keadilan Restoratif Sebagai Alternatif Dalam Penyelesaian Tindak
Pidana Dan Pengaruhnya Dalam Sistem Peradilan Pidana Di Indonesia. UBELAJ, Vol.3, No.
2, October 2018

Lain-lain
Hukumonline.com diakses pada 15 April 2021

Anda mungkin juga menyukai