Di susun oleh :
Prinsip
Prinsip restorative justice yang tercantum pada Surat Edaran Kepala Kepolisian
Negara Republik Indonesia angka 2 huruf f nomor 8 tahun 2018, terdiri dari :
1. Restorative justice tidak bisa diartikan sebagai metode penyelesaian atau penghentian
perkara secara damai, tetapi lebih kepada pemenuhan rasa keadilan yang melibatkan
korban, pelaku, masyakat setempat serta penyelidik/penyidik sebagai mediator.
2. Penyelesaian perkara salah satunya dilakukan dalam bentuk perjanjian perdamaian dan
pencabutan hak menuntut yang perlu dimintakan penetapan hakim melalui jaksa
penuntut umum untuk menggugurkan kewenangan menuntut.
Sedangkan menurut Komariah E. Sapardjaja, prinsip-prinsip dasar yang terkandung
dalam pendekatan restorative justice adalah :
a. Upaya pemulihan bagi pihak yang dirugikan merupakan bentuk keadilan yang dituntut
b. Seluruh pihak yang terlibat dan terkena dampak tindak pidana harus mendapat
kesempatan untuk berpartisipasi penuh dalam menindaklanjutinya.
c. Pemerintah berperan dalam menciptakan ketertiban umum sedangkan masyarakat
membangun dan memelihara perdamaian.
Prinsip-prinsip keadilan restoratif menurut Adrinus Meliala adalah sebagai berikut:
a. Membuat pelaku tindak pidana bertanggung jawab untuk memperbaiki kerugian yang
timbul akibat kesalahannya.
b. Memberikan kesempatan kepada pelaku tindak pidana untuk membuktikan kapasitas dan
kualitasnya disamping mengatasi rasa bersalahnya secara konstruktif.
c. Mengikutsertakan korban, keluarga dan pihak-pihak lain dalam hal penyelesaian masalah
d. Menciptakan ruang untuk bekerja sama dalam menyelesaikan masalah.
e. Menetapkan hubungan langsung dan nyata antara perbuatan yang dianggap salah atau
jahat dengan reaksi sosial yang formal.
Syarat Materiil
Berdasarkan yang tercantum pada Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia
Pasal 12 huruf a nomor 6 tahun 2019 dan Surat Edaran Kepala Kepolisian Negara Republik
Indonesia angka 3 huruf a nomor 8 tahun 2018, yang menjadi syarat materiil dalam
restorative justice diantaranya :
1. Tidak menimbulkan keresahan atau tidak ada penolakan masyarakat
2. Tidak berdampak konflik sosial
3. Ada pernyataan dari semua pihak untuk tidak keberatan dan melepas hak menuntut
4. Prinsip pembatas :
a. Pada pelaku :
1. Tingkat kesalahan pelaku relatif tidak berat
2. Pelaku bukan residivis
b. Pada tindak pidana dalam proses :
1. Penyelidikan
2. Penyidikan, sebelum surat pemberitahuan dimulainya penyidikan dikirim ke
penuntut umum
Syarat Formil
Berdasarkan yang tercantum pada Pasal 12 huruf b Perkapolri 6/2019 jo dan Angka 3 huruf
b SE Kapolri 8/2018, yang menjadi syarat formil dalam restorative justice diantaranya :
1. Surat permohonan damai antara pelapor dan terlapor
2. Surat pernyataan perdamaian dan penyelesaian perselisihan diketahui oleh atasan
penyidik
3. Berita acara pemeriksaan tambahan setelah perkara diselesaikan melalui restorative
justice
4. Rekomendasi gelar perkara khusus yang menyetujui restorative justice
5. Pelaku tidak keberatan dan dilakukan secara sukarela atas tanggung jawab dan ganti rugi
6. Tindak pidana kejahatan umum yang tidak menimbulkan korban manusia
Mekanisme
Berdasarkan yang tercantum pada Surat Edaran Kepala Kepolisian Negara Republik
Indonesia Angka 3 huruf c nomor 8 tahun 2018, pedoman mekanisme penerapan restorative
justice antara lain :
1. Setelah mengajukan permohonan perdamaian, syarat formil terpenuhi, dan atasan penyidik
menyetujui selanjutnya akan dilakukan penandatanganan pernyataan perdamaian
2. Melaksanakan konferensi yang menghasilkan perjanjian kesepakatan
3. Melaksanakan gelar perkara khusus untuk tujuan penghentian perkara dan menyusun
kelengkapan administrasi , dokumen, dan laporan dari hasil gelar perkara
4. Penerbitan surat perintah penghentian penyelidikan/penyidikan dan surat ketetapan
penghentian penyelidikan/penyidikan dengan alasan restorative justice
5. Pencatatan pada buku register baru B-19 sebagai perkara restorative justice dihitung
sebagai penyelesaian perkara.
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Perundang-Undangan
Peraturan Kejaksaan Nomor 15 Tahun 2020 tentang Penghentian Penuntutan Berdasarkan
Keadilan Restoratif (“Perkejaksaan 15/2020”)
Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2019 tentang
Penyidikan Tindak Pidana (“Perkapolri 6/2019”)
Surat Edaran Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor SE/8/VII/2018 Tahun
2018 tentang Penerapan Keadilan Restoratif (Restorative Justice) Dalam Penyelesaian
Perkara Pidana (“SE Kapolri 8/2018”).
Jurnal/Karya Ilmiah
Candlely Pastorica Macawalang, Rodrigo F. Elias, Tonny Rompis,. Penerapan Dan Pengaruh
Keadilan Restoratif Sebagai Alternatif Penyelesaian Tindak Pidana Dalam Sistem Peradilan
Pidana Di Indonesia. Lex Crimen, Vol. X, No. 5, April 2021
Hadibah Zachra Wadjo & Judy Marria Saimima. Perlindungan Hukum Terhadap Korban
Kekerasan Seksual Dalam Rangka Mewujudkan Keadilan Restoratif. Jurnal Belo, Vol. 6, No.
1, Agustus 2020.
Henny Saida Flora. Keadilan Restoratif Sebagai Alternatif Dalam Penyelesaian Tindak
Pidana Dan Pengaruhnya Dalam Sistem Peradilan Pidana Di Indonesia. UBELAJ, Vol.3, No.
2, October 2018
Lain-lain
Hukumonline.com diakses pada 15 April 2021