2.1. Pengertian-Pengertian
1
dikutip dari http://www.damang.web.id/2012/01/restorative-justice.html, <diunduh tanggal 31
Mei 2015>
2
Afthonul Alif, Pemaafan, Rekonsiliasi dan Restorative Justice : Diskursus Perihal
Pelanggaran di Masa Lalu dan Upaya – Upaya Melampauinya, Pustaka Pelajar, 2015, hlm.329.
11
12
3
Marlina, Pengantar Konsep Diversi dan Restorative Justice dalam Hukum Pidana, USU
Press, 2010. Hlm.2.
4
DS Dewi. “Proses Diversi dalam Sistem Peradilan Anak Indonesia”, Makalah pada seminar
Expert Consultant Meeting, diselenggarakan di Hotel Mercure Kuta, Bali 26 – 28 Juli 2013, hlm.9.
5
Ibid,.hlm.7.
13
6
Nota Kesepakatan Bersama antara Ketua MA, Menkumham, Jaksa Agung dan kapolri Nomor
: 131/KMA/SKB/X/2012, Nomor : M. HH-07. HM. 03.02 Tahun 2012, Nomor : KEP-
06/E/EJP/10/2012, Nomor : B/39/X/2012 Tentang Penerapan Penyesuaian Batasan Tindak Pidana
Ringan dan Jumlah Denda, Acara Pemeriksaan Cepat, serta Penerapan Keadilan Restoratif
(Restorative Justice).
7
Mabes Polri, Grand Strategy Polri 2005-2025, Jakarta, 2004, hlm. 5.
14
8
Polres Pariaman, Op.Cit.hlm.3.
9
Afthonul Alif, Op.Cit. hlm.346.
15
a. Perjumpaan (encounter);
(inclusion)
bahwa “lalu lintas adalah gerak kendaraan dan orang di ruang lalu
padan kata dari “Lalu” dan “Lintas”. Kedua kata tersebut memiliki
arti yang sama yaitu gerakan suatu benda-benda pada suatu arah
10
Ibid, hlm.347.
11
Dikutip dari https://lazuardiranger.wordpress.com/2012/02/09/lalu-lintas/ <diunduh tanggal
20 Agustus 2015>
16
sebagai “lalu lintas” yang dalam bahasa inggris disebut “traffic” dan
realitanya arus lalu lintas tidak hanya arus searah dan arus
12
Ibid
17
dalam hal ini fungsi teknis Korps Lalu Lintas pada Mabes Polri,
digolongkan menjadi :
wajib :
2.2.1. Hukum Tidak Tertulis atau Hukum Adat Merupakan Bentuk Dari
Restorative Justice
sampai saat ini belum ada payung hukum yang diberikan oleh
Republik Indonesia.
13
Yogie Rahardjo, Tesis Penerapan Diskresi Polisi Dalam Pelaksanaan Pasal 291 Ayat (1)
Undang – Undang RI Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Studi
Kasus Yogyakarta), Universitas Indonesia, 2012, hlm.38-39.
14
Lihat Pasal 4 Peraturan Kapolri Nomor 7 Tahun 2008
21
kepentingan umum.16
15
Ibid
16
Ibid, Pasal 5.
17
Yogie Rahardjo, Op.Cit,hlm.27.
22
(9) bahwa :
18
dikutip dari http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/kbbi/index.php, <diunduh tanggal 31 Mei
2015>
23
pemisahan TNI dan Polri serta dikuatkan dengan Tap MPR Nomor
masyarakat.
19
Ansori, Konsep Diskresi dalam Proses Pidana, Perspektif, Vol X No.3, Surabaya, Juli
2005.hlm.4.
24
masyarakat.
Tugas Pokok Polri ini tidak bisa hanya dilihat dari perspektif
yang lebih luas, artinya pekerjaan yang dilakukan oleh Polri ini
konsekuensi dari tugas pokok Polri yang antara tugas satu dengan
yang lainnya saling bertolak belakang seperti 2 (dua) sisi mata uang,
masyarakat.
yang tidak mudah”20. Lebih lanjut dalam tesis Yogie Rahardjo yang
20
Ahmad Yakub Sukro, Skripsi Diskresi Penyidik Kepolisian Republik Indonesia (Polri)
Terhadap Tindak Pidana yang Diselesaikan di Luar Pengadilan, Universitas Negeri Semarang,
2013, hlm.2.
21
Yogie Rahardjo, Op.Cit, hlm.26.
26
kepentingan umum.
KUHAP) yaitu dalam Pasal 5 ayat (1) huruf (a) angka (4) KUHAP
jawab”. Kemudian dijelaskan pula dalam Pasal 7 ayat (1) huruf (j)
huruf (a) angka (4) dan Pasal 7 ayat (1) huruf (j) KUHAP yaitu22 :
pokok dan fungsi Kepolisian sangat luas, maka anggota atau pejabat
22
Yogie Rahardjo, Op.Cit,hlm.39-40.
28
pelayan masyarakat.
Restorative Justice
Semangat restorative justice di dalam tubuh Polri telah ada sejak awal
paradigma baru tribrata yang merupakan pedoman hidup anggota Polri dan
catur prasetya yang merupakan pedoman kerja anggota Polri. Dalam butir
Polri harus selaras dengan cita-cita pendiri bangsa yang tertulis dalam
pancasila, sila kelima yaitu untuk menciptakan keadilan sosial bagi seluruh
29
rakyat Indonesia. Menurut Yogie Rahardjo dalam tesisnya yang dikutip dari
23
Ibid, Hlm.43.
24
Mabes Polri, Op.Cit,hlm.15.
30
karena dari tangan Polri suatu kasus kejahatan atau kasus pidana menjadi
penegak hukum yang melihat suatu kasus kejahatan atau tindak pidana dari
dengan mekanisme yang bekerja pada peradilan pidana saat ini 25. Walaupun
25
Yunan Hilmy, Op.Cit.hlm.250.
31
yang terenggut.
penegak hukum dalam menegakkan hukum secara adil serta melihat asas
26
Ibid,.hlm.251
32
konsep restorative justice dalam penegakkan hukum. Salah satu kasus yang
kasus laka lantas menjadi hal yang menarik, karena pada dasarnya laka
lantas itu merupakan sebuah musibah. Tidak ada satu orang waras pun yang
jalan lain, bila ada unsur kesengajaan dalam kecelakaan, hal ini tidak
pembunuhan.
Berdasarkan Pasal 260 ayat (1) huruf (i) Undang-Undang Lalu Lintas
diskresi dalam penyidikan laka lantas, lebih lanjut dalam Pasal 236 ayat (2)
kerugian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pada kecelakaan lalu lintas
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 ayat (2) dapat dilakukan di luar
menurut Undang-Undang Lalu Lintas yaitu kasus laka lantas ringan yang
kerugian benda.
Satoan Kel Pejagan Kab Bangkalan yang terjadi pada tanggal 19 januari
2008 merupakan contoh kasus pembunuhan yang berawal dari laka lantas,
ringan karena jatuh dari sepeda motornya, peristiwa laka lantas itu berubah
Utomo, karena Rusdiono tidak terima diserempet oleh Adi Utomo. Peristiwa
namun sesampainya disana, naas mereka bertiga dibunuh oleh Adi Utomo.27
27
Disarikan dari hasil wawancara dengan Penyidik Pembantu Unit Idik III Pidter Satreskrim
Polres Bangkalan Bripka Edi Eko Purnomo, S.H. pada tanggal 20 Agustus 2015.
34
dari sebuah kasus laka lantas yang tergolong sedang, dapat menjadi sebuah
tindak pidana yang lebih besar bila tidak dilakukan upaya-upaya penegakan
untuk mencegah dan menangkal terjadinya rentetan tindak pidana lain yang
disebabkan oleh sebuah tindak pidana yang tergolong ringan dan seharusnya
perkara laka lantas juga diatur dalam Surat Telegram Kapolda Jatim Nomor
28
Yunan Hilmy, Op.Cit. hlm.256
35
Penerapan konsep restorative justice juga diatur dalam Pasal 63 ayat (1)
Surat Telegram Kapolda Jatim dan Peraturan Kapolri di atas, dapat diartikan
29
Ahmad Yakub Sukro, Op.Cit.hlm.120.