Anda di halaman 1dari 18

Pendekatan Restorative Justice dalam RUU

KUHP

KEJAKSAAN NEGERI BUKITTINGGI


2022
Sejarah singkat Restorative Justice

@ harkrisnowo 2019
 Vienna Declaration on Crime and Justice: Meeting the Challenges of
the Twenty-first Century (2000) mendorong negara-negara untuk
melakukan"development of restorative justice policies, procedures and
programmes that are respectful of the rights, needs and interests of victims,
offenders, communities and all.”

 Basic principles on the use of restorative justice programmes in criminal


matters, ECOSOC Res. 2000/14, U.N. Doc. E/2000/INF/2/Add.2 at 35 (2000).
 Agustus 2002, Dewan Ecosoc PBB menetapkan Resolusi yang

@ harkrisnowo 2019
menghimbau Negara Anggota yang menerapkan program
Restorative Justice agar memanfaatkan Basic Principles on the
Use of Restorative Justice Programmes in Criminal Matters.

 Tahun 2005, deklarasi Kongres PBB ke 11 tentang Prevention


of Crimes and Treatment of Offenders menghimbau Negara
Anggota untuk mengakui pentingnya mengembangkan
kebijakan, prosedur dan program restorative justice, yang
merupakan suatu alternatif dari penuntutan tindak pidana
Makna Restorative Justice…
 Respons yang lentur terhadap kejahatan, pelaku dan korban, yang memungkinkan

@ harkrisnowo 2019
penyelesaian kasus secara individual
 Respons atas kejahatan dengan tetap mempertahankan harkat dan martabat setiap
orang, membangun saling pengertian dan harmoni melalui pemulihan korban,
pelaku dan masyarakat
 Mengurangi dampak stigmatisasi bagi pelaku
 Dapat dilakukan sejalan dengan mekanisme tradisional yang masih dipertahankan
 Menginkorporasikan pemecahan masalah dan sekaligus akar munculnya konflik
RJ vs Criminal Justice

@ harkrisnowo 2019
 Melihat tindak pidana secara lebih  Melihat sebagai suatu tindakan yang
komprehensif melanggar hukum pidana, dengan
menekankan bahwa pelaku telah membawa
kerugian pada korban, masyarakat dan diri
 Melibatkan lebih banyak pihak ke mereka sendiri
dalam proses dengan memberikan peran  menyerahkan sepenuhnya pada Negara
kunci pada pelaku, korban dan
melalui proses peradilan pidana
masyarakat

 Mengukur keberhasilan sekedar melalui


 Mengukur keberhasilan penanganan
pemidanaan
tindak pidana dengan menitikberatkan
para upaya pemulihan dan pencegahan
Implikasi yang diharapkan

@ harkrisnowo 2019
 Peran hukum sebagai upaya menyelesaikan konflik diutamakan
 Upaya mendamaikan antara pelaku dan korban
 Menghindari pidana penjara sejauh mungkin melalui alternatif pidana penjara
 Berorientasi pada korban karena penderitaan yang dialaminya [misalnya melalui
pemulihan, ganti kerugian atau mungkin pual rekonsiliasi]
 Pelaku diharapkan dapat menyadari tanggung jawab atas kesalahannya dan
mencegah dilakukannya kembali di masa depan [recurrence]
 Bagi negara RJ diharapkan dapat membatasi perkara yang bertumpuk di SPP
(backlog of cases) dan mengurangi beban SPP, khususnya mengurangi prison
overcrowding
Pendekatan Restorative Justice
dalam RUU KUHP
 Pembaruan dalam pemidanaan yang diatur antara lain berkenaan
dengan:
 Hukum yang hidup
 Pedoman dan tujuan pemidanaan
 Pidana kerja sosial
 Pidana pengawasan
 Pemaafan pengadilan (judicial pardon)
yang pada dasarnya mencoba untuk menghindari penjatuhan
pidana penjara sejauh dimungkinkan
Living law?

 Pengakuan terhadap hukum yang hidup dalam masyarakat


atau the living law,
 Namun ada syarat:
 tidakbertentangan dengan nilai-nilai Pancasila,
Konstitusi, HAM dan asas-asas hukum umum yang
diakui masyarakat beradab
 dibatasihanya untuk tindak pidana ringan yang
pidananya setara dengan Denda Kategori 1 (1 juta
rupiah)
Pedoman Pemidanaan
Tujuan Pemidanaan

@ harkrisnowo 2019
Faktor-faktor yang wajib dipertimbangkan dalam
pemidanaan, dan

Keadaan-keadaan yang harus dipertimbangkan hakim untuk


tidak menjatuhkan pidana penjara
Pemaafan Pengadilan

@ harkrisnowo 2019
Dikenal dengan judicial pardon di negara lain....
 Ringannya perbuatan,
 keadaan pribadi pelaku, atau
 kea­daan pada waktu dilakukan Tindak Pidana serta yang
terjadi kemudian,
 dapat dijadikan dasar pertimbangan untuk
 tidak menjatuhkan pidana atau
 tidak mengenakan tindakan
 dengan mempertimbangkan segi keadilan dan kemanusiaan.
Tujuan Pemidanaan sudah berorientasi
pada RJ
a. mencegah dilakukannya Tindak Pidana dengan menegakkan
norma hukum demi pelindungan dan pengayoman masyarakat;
b. memasyarakatkan terpidana dengan mengadakan pembinaan dan
pembimbingan agar menjadi orang yang baik dan berguna;
c. menyelesaikan konflik yang ditimbulkan akibat Tindak Pidana,
memulihkan keseimbangan, serta mendatangkan rasa aman dan
damai dalam masyarakat; dan
d. menumbuhkan rasa penyesalan dan membebaskan rasa bersalah
pada terpidana.
Perluasan jenis pidana
A. Pidana Kerja Sosial:
 dapatdijatuhkan kepada terdakwa yang melakukan Tindak
Pidana yang diancam dengan pidana penjara di bawah 5 tahun
dan
 Hakim menjatuhkan pidana penjara tidak lebih dari 6 bulan atau
pidana denda tidak lebih dari Kategori I.
B. Pidana Pengawasan
 Dapat dijatuhkan pada Terdakwa yang melakukan tindak pidana
yang diancam dengan pidana penjara paling lama 5 tahun
 Pidana pengawasan dapat dijatuhkan kepada terdakwa dengan
mempertimbangkan keadaan pribadi dan perbuatannya.
 Jangka waktu Pidana pengawasan paling lama 3 tahun
Pedoman Pemidanaan

@ harkrisnowo 2019
Kepastian Hukum & Keadilan:
1) Dalam mengadili suatu perkara pidana, hakim wajib
menegakkan hukum dan keadilan.
2) Jika dalam menegakkan hukum dan keadilan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) terdapat pertentangan antara
kepastian hukum dan keadilan, hakim wajib
mengutamakan keadilan
Pembatasan Pidana Penjara
 Pedoman bagi Hakim untuk membatasi penjatuhan pidana penjara
dengan memperhatikan sejumlah variabel misalnya:
 usia pelaku (sudah lanjut usia atau masih di bawah umur)
 first offender
 nilai kerugian yang kecil
 pelaku telah memberikan penggantian pada korban
 kepribadian dan perilaku pelaku
 dampak pidana penjara bagi pelaku
 dampak pembinaan di luar penjara bagi pelaku dll
Namun ada pembatasan yakni...

@ harkrisnowo 2019
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
berlaku bagi Tindak Pidana yang:
 diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih,
 diancam dengan pidana minimum khusus, atau
 Tindak Pidana tertentu yang sangat membahayakan,
merugikan masyarakat, atau merugikan keuangan atau
perekonomian negara.
Manfaat RJ bagi Indonesia
 Memungkinkan setiap kasus dipertimbangkan secara individual untuk
mencapai rasa keadilan masyarakat dan para pihak;
 Menghormati dan melindungi HAM dan rasa keadilan masing-masing
pihak
 Membangun pemahaman antar para pihak dan mendorong keharmonisan
sosial
 Menyembuhkan korban, pelaku dan masyarakat;
 Dapat digunakan bersama dengan mekanisme tradisional
 Menggabungkan pemecahan masalah dan sekaligus mengatasi penyebab
konflik yang mendasari;
 Mengurangi beban sistem peradilan pidana formal dan efek stigmatisasi
terhadap pelanggar;
 Mengurangi paradigma retributif masyarakat dan APH
Upaya ke depan? A.l.
 Membangun pemahaman tentang RJ baik bagi APH maupun bagi
masyarakat luas
 Melakukan pendidikan dan pelatihan bagi APH
 Membangun sistem informasi publik yang memudahkan masyarakat
mengetahui lebih banyak mengenai RJ
 Membangun sistem hukum pidana dan acara pidana yang membuka
ruang bagi pendekatan RJ
 Mendorong akademisi dan CSO untuk melakukan penelitian yang
lebih mendalam mengenai pendekatan RJ dalam hukum adat yang
masih berjalan, dan juga mengenai implementasi RJ bagi sistem
peradilan pidana anak
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai