Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH MEKANIKA KUANTUM

POSISI, MOMENTUM, TRANSLASI DAN FUNGSI GELOMBANG


DALAM RUANG POSISI DAN MOMENTUM

Oleh :
Kelompok 4
Anggi Angelina PAT (21175002)
Puput kartika (21175014)
Tessa Destia Putri Lisa (21175021)
Wulanda Tri Emilya (21175024)

Dosen Pembimbing :
Dr. Hamdi, M.Si.
Dr. Ratnawulan, M.Si

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah mata kuliah Pengembangan Model Pembelajaran Fisika dengan judul
“Posisi, Momentum,Translasi dan Fungsi Gelombang dalam Ruang Posisi dan
Momentum”.
Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak mendapat masalah, namun
hal tersebut dapat diatasi dengan bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak.
Maka penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing mata kuliah
Pengembangan Model Pembelajaran Fisika Bapak. Dr. Hamdi, M.Si dan Ibu Dr.
Ratnawulan, M.Si, pengarang buku serta pembuat blog (internet) yang sangat
membantu sebagai pencarian bahan dalam pembuatan tugas ini, dan teman-teman
yang secara langsung atau tidak langsung terlibat dalam pembuatan makalah ini.
Tugas ini telah diusahakan untuk dapat diselesaikan dengan sebaik
mungkin, namun penulis sebagai penyusun menyadari bahwa tidak ada karya
yang sempurna. Untuk itu semua kritik dan saran dari pembaca sangat penulis
harapkan, sebagai bahan penyempurnaan dimasa yang akan datang. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi kita semua dan mendapat Ridho disisi Allah SWT
serta dapat menjadi salah satu referensi dalam ilmu pengetahuan.

Padang, Februari

Kelompok 4

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada akhir abad ke 19 dan awal abad ke 20, semakin jelas bahwa fisika
(konsep-konsep fisika) memerlukan revisi atau penyempurnaan. Hal ini
disebabkan semakinbanyaknya hasil-hasil eksperimen dan gejala-gejala fisika
yang teramati yang tidak bisa dijelaskan dengan konsep-konsep fisika yang telah
dikuasai pada saat itu (fisikaklasik), sekalipun dengan pendekatan.Masalah-
masalah yang dimaksud di atas muncul terutama pada obyek-obyekfisis yang
berukuran "kecil" (mikroskopik, atomistik), seperti partikel-partikel elementer dan
atom serta interaksinya dengan radiasi atau medan elektromagnetik.
"Perbedaan-perbedaan" dalam eksperimen fisika mula-mula dapat diatasi
denganpostulat-postulat dan hipotesis-hipotesis. Namun karena jumlahnya
semakin banyak dan persoalannya dipandang mendasar, menuntut dan mendorong
fisikawan untukmelakukan penyempurnaan, dan bila perlu perubahan pada
formulasi dan konsep-konsep fisika. Hasilnya adalah konsep yang dinamakan
"Mekanika Kuantum".
Perumusan mekanika kuantum yang abstrak dan asing ini lahir dari
ketertundukan terhadap kemauanalam (eksperimen). Fisikawan melihat dan
kemudian berpikir, model matematis dan fisisapa yang bisa menjelaskan dunia
mikroskopis kita? Hal ini berbeda dengan pendekatan perumusanteori gravitasi
Einstein yang direkonstruksi dari pikiran seorang fisikawan hebat dan
ternyatasangat sesuai dengan eksperimen. Sayangnya hal ini sulit diterapkan
untuk mekanika kuantum,dunia kuantum terlalu berbeda dan radikal! Disini
fisikawan pada awalnya dihadapkan pada keterpaksaanuntuk menjelaskan
radikalisme eksperimen kuantum dengan melihat fenomenanya terlebihdulu
namun dengan imbalan yang setara: menjadi prediktor terbaik sains saat ini.
Teorimenakjubkan, dengan keberlakuan yang sangat luas dan sampai saat ini tidak
pernah sekalipungagal.
Sejalan dengan semakin kuatnya fondasi mekanika kuantum, sejumlah
terobosan teoretis seringkalimendahului eksperimen. Penemuan antipartikel,
dimana setiap partikel elementer ternyatamemiliki pasangan yang bermassa sama

3
namun muatan yang berkebalikan diramalkan olehFisikawan Paul Dirac setelah ia
menyusun persamaan gerak mekanika kuantum yang sejalandengan teori
relativitas einstein. Yang terbaru adalah penemuan partikel Higgs Boson
partikelpenyusun medan Higgs yakni medan yang bertanggung jawab atas semua
massa partikel elementerdan dengan demikian memberikan kita massa adalah
hasil dari kerja teoretik yang melibatkankuantisasi medan kuantum (second
quantization), suatu bidang fisika yang lahir dari revolusi mekanika kuantum.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Spektrum Kontinu?
2. Bagaimana konsep eigenket dan pengukurn posisi?
3. Bagaimana konsep perpindahan?
4. Bagaimana cara mengetahui momentum sebagai sebuah translasi
generator?
5. Bagaiamana hubungan pergantian kanonik?
6. Bagaimana konsep dasar mekanika kuantum yang meliputi Fungsi
Gelombang dalam Ruang Posisi dan Momentum ?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Spektrum Kontinu
2. Mengetahui eigenket dan pengukurn posisi
3. Mengetahui konsep perpindahan
4. Mengetahui momentum sebagai sebuah translasi generator
5. Mengetahui hubungan pergantian kanonik
6. Untuk memahami konsep dasar mekanika kuantum yang meliputi Fungsi
Gelombang dalam Ruang Posisi dan Momentum.
D. Manfaat Penulisan
Penulisan makalah ini diharapkan dapat bermanfaat untuk berbagai
pihak, terutama:
1. Penulis, sebagai wadah untuk bahan rujukan dan titik tolak dalam
memahami konsep dasar mekanika kuantum.
2. Pembaca, sebagai wadah untuk memperkaya pengetahuan tentang
mekanika kuantum.

4
BAB II
PEMBAHASAN

1. Spektrum Kontiniu
Sejauh ini asumsi telah digunakan untuk menunjukkan dsiktrit eigen
spektrum. Pada mekanika kuantum, bagaimanapun juga ada observabel dengan
nilai eigen berkelanjutan. Misalnya P z, komponen z untuk momentum. Pada
mekanika kuantum ini ditunjukkan dengan operator Hermitian, berbeda dengan S z ,
nilai eigen P z bisa dalam bentuk real antara -∞ sampai ∞.
Menggunakan perhitungan matematika yang teliti untuk sebuah ruang
yang terbentang oleh eigenket untuk menunjukkan sebuah spektrum yang
berkelanjutan adalah cara yang curang.
Dimensi seperti ruang jelaslah tak terbatas. Untungnya banyak hasil
vektor ruang dimensi terbatas dengan nilai eigen diskrit yang bisa digeneralisasi.
Pada tempat dimana penggeneralisasian secara langsung tidak di pegang. Kita
mengindikasikan sinyal bahaya.
Kita mulai dengan analogi dari persamaan nilai eigen

(1.2.5)
yang mana pada spektrum berkelanjutan ditulis sebagai berikut
ξ |ξ ⟩=ξ ∨ξ ' 〉 (1.6.1)
' '

Dimana ξ adalah operator dan ξ ' adalah sebuah angka. Ket |ξ ' 〉 adalah
sebuah eigen ket dari operator ξ dengan nilai eigen ξ ' , seperti |a '〉 adalah eigen ket
dari operator A dengan nilai eigen a ' .
Dengan menggunakan analogi ini kita mengganti simbol Kronecker
dengan fungsi δ Dirac. Sebuah penjumlahan diskrit nilai eigen { a' }oleh sebuah
integral terhadap variabel kontinu ξ ' jadi.
¿ (1.6.2a)

∑|a' ⟩ ⟨ a'|=1→∫ d ξ' |ξ ' ⟩ ⟨ ξ '|=1 (1.6.2b)


a'

|α ⟩ =∑|a' ⟩ ⟨ a'|α ⟩ →|α ⟩=∫ d ξ ' ∨ξ ' 〉 〈 ξ ' ∨α 〉 (1.6.2c)


a'

5
∑ ¿ ⟨ a '|a ⟩ ∨¿2=1→∫ d ξ' ¿ ⟨ ξ '|a ⟩∨¿2=1 ¿ ¿ (1.6.2d)
a'

⟨ β|α ⟩ =∑ ⟨ β|a ' ⟩ ⟨ a '|a ⟩ → ⟨ β|α ⟩=∫ d ξ ' ⟨ β|ξ ' ⟩⟨ ξ '|a ⟩ (1.6.2e)
a'

¿ (1.6.2f)
Perhatikan secara khusus bagaimana hubungan kelengkapan pada persamaan
(1.6.2c) digunakan untuk memperoleh persamaan (1.6.2c) dan (1.6.2e)

2. Eigenket Dan Pengukuran Posisi


Pada bagian 1.4 kita menekankan bahwa sebuah pengukuran pada
mekanika kuantum sebenarnya adalah sebuah proses penyaringan. Untuk
memperluas ide ini pada pengukuran untuk menunjukkan observabel spektrum
kontinu, ini adalah cara yang bagus dengan sebuah contoh spesifik. Dengan
memandang posisi(koordinat) operator pada 1 dimensi.
Eigen ket | x ' 〉 dari posisi operator x, memenuhi
x| x ⟩ =x ∨x ' 〉
' '
(1.6.3)

Didalilkan untuk bentuk lengkap. Disini x’ hanya sebuah angka dengan


dimensi panjang 0,23 cm untuk contoh ketika x adalah sebuah operator, keaadaan
ket untuk keadaan fisi berubah-ubah bisa diperluas dalam syarat { ¿ x ' 〉 }.

|a ⟩ =∫ d x ' ∨x ' 〉 〈 x ' ∨a 〉 (1.6.4 )
−∞

Kita sekarang mempertimbangkan sebuah pengukuran yang benar-benar


dilakukan secara selektif untuk observabel posisi. Anggap kita meletakkan sebuah
detektor kecil yang hanya klik, ketika partikel berada pada x’. Ketika detektor
klik, kita bisa mengatakan bahwa keaadaan pada pertanyaan tadi ditunjukkan oleh
| x ' 〉. Dalam kata lain, ketika detektor klik, |a 〉 secara tiba-tiba berubah menjadi | x ' 〉
pada banyak cara lain seperti perbedaan spin yang berubah-ubah. Maka akan
berubah menjadi keaadaan S z+ atau S z−¿ ketika diperlakukan seperti sebuah
peralatan SG dari tipe S z .
Dalam praktiknya hal yang juga bagus dilakukan detektor adalah mencari
lokasi partikel dalam interval yang kecil disekitar x’. Detektor nyata bisa klik
6
ketika partikel diamati dan terletak dalam jarak yang sempit (x’-Δ/2 , x’+Δ/2).
Ketika sebuah perhitungan dimasukkan ke detektor tersebut, keadaan ket berubah-
ubah seperti

|a ⟩ =∫ d x } |x 〉 〈 x
} |a〉} {measurement} csub {→} int from {{x} ^ {'} -∆/2} to {{x} ^ {'} +∆/2} {d {x} ^ {
∨x 〉〈 {x} ^ {
∨a 〉 (1.6 .5)
−∞

Anggap bahwa ¿ tidak berubah terlalu besar dalam interval, kemungkinan


detektor untuk untuk klik adalah
|⟨ x '|a ⟩ |2dx’ (1.6.6)

Dimana kita telah menuliskan dx’ untuk Δ. Ini adalah analogi untuk |⟨ a'|a ⟩ |
2
untuk kemungkinan |a 〉 di rubah menjadi |a ' 〉 ketika Δ diukur. Kemungkinan
dari perekaman partikel dimana saja diantara -∞ - ∞ adalah

∫ dx ' ¿ ⟨ x'|a ⟩ ∨¿2 (1.6 .7)¿


−∞

Yang ternormalisasi ke tunggal jika |a 〉 ternormalisasi



⟨ a|a ⟩=1 ⇒ ∫ dx ' ⟨ a| x ' ⟩ ⟨ x ' |a ⟩=1(1.6 .8)
−∞

Kita familiar dengan gelombang mekanik, bahwa ⟨ x '|a ⟩ adalah fungsi


gelombang untuk keadaan fisik yang ditunjukkan oleh |a 〉 . Kita akan
membicarakan lebih banyak tentang identifikasi dari koefisien ekspansi yang
ditunjukkan oleh x pada fungsi gelombang pada bagian 1.7.
Gagasan dari posisi eigenket bisa diperluas ke 3 dimensi. Anggap apda
mekanika kuantum nonrelativistik bahwa posisi eigenket | x ' 〉 lengkap. Keadaan
ket untuk partikel dengan derajat kebebasan dalam, syarat { ¿ x ' 〉 } seperti berikut
|a ⟩ =∫ d 3 x ' ∨x ' 〉 ⟨ x ' |a ⟩ (1.6 .9)

Dimana x’ mewakili x’, y’ dan z’ dalam kata lain | x ' 〉 adalah eigen ket
simultan dari observabel x, y, dan z, seperti pengertian dari bagian 1.4

7
|x ' ⟩ ≡| x' , y ' , z' ⟩ (1.6 .10 a)
x| x ⟩ =x |x ⟩ , y |x ⟩= y |x ⟩ , z| x ⟩ =z | x ⟩ (1.6 .10 b)
' ' ' ' ' ' ' ' '

Untuk bisa memperhitungkan eigenket simultan secara menyeluruh, kita


secara implisit berasumsi bahwa 3 komponen vektor posisi bisa di ukur secara
simultan dalam derajat berubah-ubah dengan akurasi. Oleh sebab itu kita harus
mempunyai
[ x i , x j ] =0 (1.6 .11)
dimana x1, x2 dan x3 mewakili x, y, dan z berturut-turut.

3. Translasi
Berikut merupakan konsep translasi yang sangat penting atau perpindahan
ruang. Anggap kita mulai dengan keadaan yang terlokalisasi dengan baik disekitar
x’. Perhatikan sebuah operasi yang merubah keadaan ini kedalam keadaan yang
terlokalisasi dengan baik yang lainnya, kali ini disekitar x’+dx’ dengan hal
lainnya (arah spin) tidak berubah. Seperti sebuah operasi yang terdefinisi sebagai
sebuah translasi infinitesimal oleh dx’, dan operator yang melakukan pekerjaan ini
ditandai oleh I (dx’)
I ( dx ’ )|x ' ⟩ =|x ' + d x ' ⟩ (1.6.12)

Dimana kemungkinan perubahan faktor fase telah disepakati. Perhatikan


bahwa ruasi kiri persamaan 1.6.12 adalah eigenket posisi tapi kali ini dengan nilai
eigen x’+dx’. Jelas | x ' 〉 bukan sebuah eigen ket dari operator translasi
infinitesimal. Dengan memperluas sebuah keadaan berubah-ubah ket |a 〉 dalam
posisi eigen ket kita bisa memeriksa efek translasi infinitesimal pada |a 〉
|a ⟩ → I ( d x ' )|a ⟩=I ( d x ' )∫ d 3 x '|x ' ⟩ ⟨ x '|a ⟩
¿ ∫ d 3 x ' ∨x ' +dx ' 〉 〈 x ' ∨a 〉 (1.6 .13)

kita juga bisa menulis ruas kanan Menjadi

∫ d3 x ' ∨x ' +dx ' 〉 〈 x' ∨a 〉=∫ d 3 x '|x ' ⟩ ⟨ x ' −d x '|a ⟩ (1.6 .14)
8
Karena integrasi disemua ruang dan x; hanyalah variabel integrasi, ini
menunjukkan bahwa fungsi gelombang dari keadaan yang tertranslasi I (dx’)|a〉
diperoleh dengan mensubstitusikan x’-dx’ untuk x’ pada ⟨ x '|a ⟩ . Ada pendekatan
ekuivalen untuk tertranslasi yang sering diberlakukan di literatur. Selain dari
memperhitungkan sebuah translasi infinitesimal dari sistem fisik tersebut, kita
memperhitungkan perubahan pada koordinat sisitem yang aslinya digunakan
untuk menggeser pada arah berlawanan, -dx’. Secara fisik, dalam pendekatan
alternatif ini kira ditanya bagaimana keadaan ket yang sama akan terlihat dalam
observer lain yang koordinat sistemnya tegeser oleh – dx’. Dalam buku ini kita
mencoba tidak menggunakan pendekatan ini, tentu saja penting bagi kita untuk
tidak mencampuradukkan kedua pendekatan ini.
Sekarang kita menyusun daftar sifat dari translasi infinitesimal operator I
(dx’). Pertama yang perlu diperhatikan adalah sifat kesatuan yang dikenakan oleh
kemungkinan konservasi. Ini beralasan untuk memenuhi jika ket |a〉 ternormalisasi
untuk kesatuan, ket tertranslasi I (dx’)|a〉 juga ternormalisasi ke kesatuan,
sehingga.
⟨ a|a ⟩ = ⟨ a|I ϯ (d x ' ) I (d x ' )|a ⟩ (1.6 .15)

Kondisi ini dijamin dengan tuntutan bahwa translasi infinitesimal akan


bersatu
I ϯ ( d x' ) I ( d x ' ) =1(1.6 .16)

Secara umum, norma dari ket dipertahankan dibawah kesatuan


transformasi. Unutk sifat yang kedua, anggap kita memperhitungkan 2 translasi
infinitesimal berturut-turut, pertama oleh dx’ dan selanjutnya oleh dx”, dimana
dx’ dan dx” harus dalam arah yang sama. Kita mengahrapkan hasilnya menjadi
hanya operaotr translasi tunggal degan vektor penjumlahan dx’+dx” jadi kita
menuntut
I (dx )I( d {x} ^ {'} )= I( dx'+dx)(1.6 .17)

Untuk sifat ketiga anggap kita memperhitungkan sebuah translasi ke arah


berbeda dan merupakan kebalikan dari translasi asli
9
I (−d x ' )=I −1 ( d x ' ) (1.6 .18)

Untuk sifat keempat, kita menuntut bahwa dx’→0, operasi translasi


berkurang ke operasi identitas
lim I ( d x ' )=1(1.6 .19)
dx '→ 0

Dan perbeadaan antara I (dx’) dan operator identitas adalah urutan pertama
pada dx’. Kita sekarang mendemonstrasikan bahwa jika kita ambil operator
translasi infinitesimal menjadi
I ( d x ' )=1−i K . d x ' (1.6 .20)

Dimana komponen K, Kx, Ky dan Kz adalah operator Hermitian,


kemudian semua sifat yang ada diyakini . sifat pertama, kesatuan I (dx’), di cek
sebagai berikut :
I ϯ ( d x' ) I ( d x ' ) =( 1+i K ϯ . d x ' )( 1−i K . d x ' )
¿ 1−i ( K−K ϯ ) . d x ' + 0 [(d x ' )2 ]
≃1 (1.6 .21)

Dimana syarat dari orde ke-2 pada dx’ telah diabaikan untuk translasi
infinitesimal. Sifat kedua (1.6.17) juga bisa dibuktikan sebagai berikut :
I¿
≃1−i K .¿
= I¿ (1.6 .22)

Sifat ketiga dan keempat jelas kita yakini (1.6.20). kita berada dalam
posisi untuk menurunkan hubungan yang sangat penting antara operator K dan
operator x, pertama, perhatikan bahwa
x I ( d x ' )| x' ⟩ =x |x' +d x ' ⟩=( x' +d x' ) ∨x' +dx ' 〉 (1.6 .23 a ¿

dan
I ( d x ) x |x ⟩=x I ( d x ¿|x ⟩ =x ∨x + dx ' 〉
' ' ' ' ' ' '
(1.6 .23 b)

10
karenanya
[ x , I (d x ' )]| x' ⟩ =d x '|x ' + d x ' ⟩ ≃d x '|x ' ⟩ (1.6 .24)

dimana kesalahan yang dibuat dalam penulisan baris terakhir (1.6.24) pada orde
kedua di dx’ sekarang |x’〉 bisa berada dalam posisi apa saja di eigenket dan posisi
eigen ket diketahui untuk membentuk persamaan lengkap, Kita harus punya
sebuah operator identitas
[ x , I (d x ' )]=dx ' (1.6 .25)
atau
' '
−ix K . d x + i K . d x x=dx ' (1.6 .26)

dimana pada ruas kanan dari (1.6.25) dan (1.6.26) dipahami menjadi angka dx’
dikalikan oleh operator identitas pada ket ruang terbentang oleh |x’〉 dengan
memilh dx; pada arah ^
x j dan membentuk produk skalar dengan ^
x i, kita yakini

[ x i , K j ]=iδ ij (1.6 .27)

dimana δ ij dipahami akan dikalikan oleh operator identitas.

4. Momentum Sebagai Sebuah Translasi Generator


Persamaan (1.6.27) adalah hubungan pergantian antara operator posisi x,
y, z dan operator K, Kx, Ky, Kz. Ingat bahwa operator K didefinisikan sebagai
operator sangat kecil oleh (1.6.20). J. Schwinger, pernah mengatakan, "... untuk
sifat dasar kita hanya akan menggunakan nama dari fisika klasik". Dalam kasus
ini kita menggunakan gagasan mekanika klasik bahwa momentum adalah bagian
yang sangat kecil dari translasi generator. Bagian yang kecil dalam mekanika
klasik dapat dianggap sebagai transformasi kanonik,
x new ≡ X=x + dx , p new ≡ P= p (1.6.28)

diperoleh dari fungsi generator


F ( x , P ) =x ∙ P+ p ∙ dx , (1.6.29)
dimana p dan P merujuk pada momentum.

11
Persamaan ini memiliki kesamaan yang mencolok dengan operator yang
sangat kecil (1.6.20) dalam mekanika kuantum, terutama jika kita ingat bahwa
x ∙ P di (1.6.29) adalah fungsi pembangkit transformasi identitas ( X =x , P= p
). Oleh karena itu kita dituntun untuk berspekulasi bahwa operator K adalah
dalam arti berhubungan dengan operator momentum dalam mekanika kuantum.
Bisakah operator K diidentifikasi dengan operator momentum itu
sendiri? Sayangnya semua dimensi salah. Operator K memiliki dimensi 1/panjang
karena K ∙ dx ' harus berdimensi. Tapi telah ditentukan
p
K= (1.6.30)
universal constant withthe dimension of action

Dari dalil-dalil fundamental mekanika kuantum tidak ada cara untuk menentukan
nilai numerik aktual dari konstanta universal. Sebaliknya, konstan ini diperlukan
di sini karena, secara historis, fisika klasik dikembangkan sebelum mekanika
kuantum menggunakan unit untuk menggambarkan jumlah macroscropik-keliling
bumi, massa 1 cc air, durasi dari rata-rata hari matahari, dan lain-lain. Fisika
mikroskopis telah dirumuskan sebelumnya oleh fisika makroskopik, fisikawan
menentukan bahwa konstanta universal yang muncul di (1.6.30) akan menjadi
satu kesatuan.
Analogi dari elektrostatika bahwa energi interaksi antara dua partikel
muatan e terpisah pada jarak r sebanding e2/r, di unit Gaussian unrationalized,
faktor proporsionalitas hanya 1, tapi di unit mks dirasionalisasi, mungkin lebih
baik proporsionalitas faktor adalah 1/4 π ϵ 0.
Konstanta universal yang muncul di (1.6.30) ternyata sama dengan h
konstan yang muncul dalam kaitannya L De Broglie, yang ditulis pada tahun
1924,
2π p
= (1.6.31)
λ ħ
dimana λ panjang gelombang dari "gelombang partikel". Dengan kata lain,
operator K adalah kuantum mekanik operator yang sesuai dengan jumlah
gelombang yaitu 2 π  kali panjang gelombang timbal balik, biasanya dilambangkan
dengan K. Maka operator T ( d x ' ) adalah

I ( d x )=1−ip ∙ d x /ħ
' '
(1.6.32)
12
dimana p adalah operator momentum. Sehingga persamaan (1.6.27) menjadi
[ x i , p j ]=iħ δij (1.6.33)

Pada persamaan (1.6.33), x dan p x (tapi tidak x dan p y ) yang diamati tidak
kompatibel. Oleh karena itu tidak mungkin untuk menemukan eigenkets simultan
x dan p x. Formalisme umum bagian 1.4 dapat diterapkan di sini untuk
mendapatkan posisi-momentum ketidakpastian hubungan W. Heisenberg:
⟨ ( ∆ x )2 ⟩ ⟨ ( ∆ p x ) 2 ⟩ ≥ ħ2 /4 (1.6.34)

Beberapa aplikasi (1.6.34) akan muncul di bagian 1.7. Suatu translasi berhingga
adalah perpindahan ruang dengan jumlah terbatas yang dapat diperoleh dengan
mengurutkan translasi tak berhingga. Mari kita pertimbangkan translasi berhingga
dalam arah x dengan jumlah yang ∆ x ':

I ( ∆ x ' ^x )| x ' ⟩ =| x + ∆ x ' ^x ⟩


'
(1.6.35)

Dengan N traslasi yang sangat kecil, yang masing-masing ditandai dengan


perpindahan ruang ∆ x ' / N dalam arah x, dan N → ∞, kita memperoleh

( )
N
i px ∆ x '
I ( ∆ x ' ^x )= lim 1−
N →∞ Nħ

¿ exp ( −i pħ∆ x ' )


x
(1.6.36)

Berikut exp (−i p x ∆ x' / ħ) merupakan fungsi dari operator p x, umumnya, untuk
setiap X operator kita memiliki
2
X (1.6.37)
exp ( X ) ≡1+ X + +…
2!

Sifat dasar dari translasi adalah translasi beruntun di arah yang berbeda,
mislanya dalam arah x dan arah y bolak-balik. Kita melihat ini dengan jelas dalam

13
gambar 1.8, dalam pergeseran dari A dan B tidak peduli apakah kita melalui C
atau melalui D. Secara matematis,
I ( ∆ y ' ^y ) I ( ∆ x ' ^x )=I ( ∆ x ' ^x + ∆ y ' ^y )

I ( ∆ x ' ^x ) I ( ∆ y ' ^y )=I ( ∆ x ' ^x + ∆ y ' ^y )

untuk ∆ x ' dan ∆ y ' naik ke urutan kedua, kita memperoleh

[( )
2
i p ∆ y p (∆ y )
' 2 '

[ I ( ∆ y ' ^y ) , I ( ∆ x ' x^ ) ]= 1− yħ − y ħ +… ,

( )]
2
i px ∆ x px (∆ x )
' 2 '

1− − +…
ħ ħ
(1.6.39)
( ∆ x ) ( ∆ y ) [ px , p y ]
' '

¿− 2
ħ

karena ∆ x ' dan ∆ y ' bebas, maka (1.6.38)


[ I ( ∆ y ' ^y ) , I ( ∆ x ' x^ ) ]=0 (1.6.40)

sehingga
[ p x , p y ]=0 (1.6.41)

atau
[ pi , p j ]=0 (1.6.42)

Hubungan komutasi ini merupakan konsekuensi langsung dari fakta bahwa


translasi dalam arah yang berbeda adalah bolak-balik. Setiap kali generator

14
transformasi bolak-balik, kelompok tersebut dikenal sebagai Abelian. Kelompok
traslation dalam tiga dimensi adalah Abelian.
Persamaan (1.6.42) menyiratkan bahwa p x , p y , dan p z saling kompatibel.
Oleh karena itu kita dapat memahami dari eigenket simultancous dari
p x , p y , dan p z, yaitu

| P ' ⟩ ≡| P'x , P'y , P 'z ⟩ , (1.6.43a)

P x| P ' ⟩ ≡ P x| P ' ⟩ , P y ¿
'
(1.6.43b)

dengan menambahkan I ( dx ' ) pada eigenket momentum, maka

I ( dx ' )| p ' ⟩ = 1− (
ip ∙d x '
ħ ) (
| p ' ⟩ = 1− ip ' ∙ d x '
ħ )
|p' ⟩ (1.6.44)

Momentum eigenket tetap sama meskipun terdapat perubahan fasa sedikit, jadi
tidak seperti | x ' ⟩ , | p ' ⟩ adalah eigenket dari I ( dx ' ) , yang kita inginkan karena
(1.6.45)
[ ]
p , I ( dx ' ) =0

Perhatikan, bagaimanapun, nilai eigen dari I ( dx ' ) adalah kompleks, kita tidak
mengharapkan eigen nyata di sini karena I ( dx ' ) , meskipun satu kesatuan, tidak
Hermitian.
5. Hubungan Pergantian Kanonik
Berikut ini rangkuman hubungan komutator berdasarkan ciri-ciri translasi:
[ x i , x j ] =0, [ pi , p j ]=0 , [ x i , p j ]=iħ δ ij (1.6.46)

Hubungan-hubungan ini adalah bentuk landasan mekanika kuantum; dalam


bukunya P.A.M Dirac menyebutnya sebagai “kondisi dasar kuantum”. Lebih
sering dikenal sebagai hubungan komutasi kanonik, atau hubungan komutasi
dasar.
Dalam sejarahnya, W. Heisenberg, tahun 1925, menunjukkan bahwa
aturan kombinasi untuk garis-garis transisi atom yang dikenal sebagai pemahaman
terbaik saat itu jika satu nomor array terkait mematuhi aturan perkalian tertentu
dengan frekuensi-frekuensi ini. Segera setelah itu M.Born dan P.Jordan

15
menunjuk bahwa aturan perkalian Heisenberg pada dasarnya adalah matriks
aljabar, dan sebuah teori telah dikembangkan berdasarkan analogi matrik of
(1.6.46), yang sekarang dikenal sebagai matrik mekanika.
Juga di tahun 1952. P.A.M Dirac mengamati bahwa variasi hubungan-
hubungan mekanika kuantum dapat diperoleh dari hubungan klasik yang sesuai
dengan mengganti braket Poison dengan komutator, sebagai berikut:
[ .] (1.6.47)
[ . ] classical →

dimana dapat diingat kembali bahwa braket Klasik Poison didefenisikan untuk
fungsi dari q dan p, maka

[ A ( q , p ) , B ( q , p ) ]classical ≡ ∑
s
( ∂∂qA ∂∂pB − ∂∂ pA ∂∂qB )
s s s s
(1.6.48)

Contohnya, dalam mekanika klasik,


[ x i , P j ]classical=δ ij (1.6.49)

dimana dalam mekanika kuantum dirubah menjadi (1.6.33).

Aturan Dirac (1.6.47) masuk akal karena braket Poison klasik Poison dan
komutator mekanika kuantum memnuhi sifat aljabar serupa. Dalam
bagiannya,hubungan berikut dapat membuktikan bahwa [,] adalah braket klasik
Poison atau sebagai komutator mekanika kuantum:
[ A , A ] =0 (1.6.50a)

[ A , B ] =−[ B , A ] (1.6.50b)

[ A , c ] =0( c is just number) (1.6.50c)

[ A + B ,C ] =[ A , C ] + [ B , C ] (1.6.50d)

[ A , BC ] =[ A , B ] C + B [ A , C ] (1.6.50e)

[ A , [ B , C ] ] + [ B [ C , A ] ]+ [ C [ A , B ] ]=0 (1.6.50f)
16
dimana hubungan terakhir dikenal sebagai identitas Jacobi. Bagaimanapun
terdapat perbedaan penting. Pertama, dimensi dari braket klasik Poison berbeda
dari komutator mekanika kuantum karena perbedaan terhadap q dan p ada dalam
(1.6.48). kedua, braket Poison dari fungsi nyata q dan p adalah murni nyata,
sementara itu komutator dari dua operator Hermitian adalah anti-Hermitian.
Untuk menangani perbedaan ini faktor ih disertakan dalam (1.6.47).
Untuk menghindari analogi dirac dalam memperoleh hubungan komutasi
kanonik, maka digunakan pendekatan pada hubungan komutasi berdasarkan (1)
sifat translasi dan (2) identifikasi dari generator translasi dengan operator modulus
momentum konstanta universal. Pendekatan ini lebih kuat karena dapat
digeneralisasikan pada situasi dimana observabel-observabel tidak memiliki
analogi klasik. Contohnya, komponen spin memontum angular kita temui dalam
section 1.4 belum ada yg dapat dilakukan dengan p dan q dari mekanika klasik.
Seperti yang akan kita tunjukkan pada bagian 3, hubungan komutasi spin
momentum angular dapat diturunkan menggunakan sifat dari rotasi seperti yang
menurunkan hubungan komutasi kanonik menggunakan sifat translasi.

6. Fungsi Gelombang Ruang-Posisi


Dalam subbab ini, kita memberikan pembelajaran yang sistematis atas sifat-
sifat fungsi gelombang dalam ruang posisi dan momentum. Agar memudahkan
mari kita kembali ke kasus berdimensi satu. Ket basis yang digunakan adalah ket
posisi yang memenuhi

(1)
Ternormalisasi sedemikian rupa sehingga berlaku kondisi keortogonalan

(2)
Kita telah mencatat bahwa ket yang mewakili suatu keadaan fisis dapat dijabarkan
dalam |x’ ˃,

(3)
dan bahwa koefisien ekspansi (x’ |α> ditafsirkan sedemikian rupa sehingga

17
(4)

adalah peluang untuk partikel ditemukan dalam interval dx’ di sekitar x’ . Dalam
formalism yang kita bangun sebelumnya produk dalam (x’ |α) adalah apa yang
biasanya disebut sebagai fungsi gelombang ψa (x’) untuk keadaan |α) :

(5)

Dalam mekanika gelombang elementer interpretasi probabilistic untuk


koefisien ekspansi ca’ (=<a’|α>) dan untuk fungsi gelombang ψα(x’) (=<x’|α>)
seringkali diberikan sebagai postulat yang terpisah. Salah satu kelebihan
formalisme yang kita kembangkan, yang asalnya dikembangkan oleh Dirac,
adalah kedua jenis interpretasi probabilistik tersebut tersatukan; ψα (x’) adalah
koefisien ekspansi [lihat (3)] yang sama seperti ca’. Dengan mengikuti langkah
Dirac kita sampai di kesatuan mekanika kuantum.

Tinjau produk dalam <β|α>. Menggunakan sifat kelengkapan |x’ >, kita
mempunyai

(6)

Jadi (β|α) menunjukkan tumpang-tindih antara kedua fungsi gelombang.


Perhatikan bahwa kita tidak mendefinisikan (β|α) sebagai integral yang tumpang-
tindih; kesamaan (β|α) dengan integral yang tumpang-tindih berasal dari postulat
kita mengenai kelengkapan pada |x’ ). Penafsiran yang lebih umum atas (β|α),
yang bebas terhadap wakilan yang digunakan, adalah ia mewakili amplitude
peluang untuk keadaan |α) untuk ditemukan di keadaan |β).

Kali ini mari kita tafsirkan penjabaran

(7)

Menggunakan bahasa fungsi gelombang. Kita cukup mengalikan kedua ruas


persamaan (7) dengan swabra <x’| dari kiri. Sehingga

18
(8)

Dalam notasi mekanika gelombang biasa, persamaan ini dituliskan sebagai

dimana kita telah memperkenalkan swafungsi operator A dengan swanilai α’:

(9)

Sekarang kita uji bagaimana <β|A|α> dapat dituliskan menggunakan fungsi


gelombang untuk |α> dan |β>. Jelas bahwa kita mempunyai

(10)

Jadi untuk dapat menghitung <β|A|α>, kita harus tahu elemen matriks <x’|A|x’’>,
yang secara umum merupakan fungsi dua variabel x’ dan x’’. Penyederhanaan
yang luar biasa terjadi jika observabel A adalah fungsi operator posisi x. Pada
khususnya, kita tinjau

A = x2 (11)

yang sebenarnya muncul pada Hamiltonan untuk masalah osilator harmonik


sederhana di Bab 2. Kita mempunyai

(12)

dimana kita telah menggunakan (1) dan (2). Integral ganda (10) sekarang
tereduksi menjadi integral tunggal:

(13)
Secara umum,

19
(14)
Perhatikan bahwa f(x) pada ruas kiri persamaan (14) adalah operator, sedangkan
f(x’) pada ruas kanan bukanlah operator.

7. Operator Momentum dalam Basis Posisi


Sekarang kita uji bagaimana operator momentum tampak dalam basis x—
yaitu, dalam wakilan dimana swaket posisi digunakan sebagai ket basis. Titik
awal kita adalah definisi momentum sebagai pembangkit pergeseran infinitesimal:

(15)
Perbandingan antara kedua ruas tersebut memberikan

(16)
Atau

(17)
dimana kita telah menggunakan sifat keortogonalan (2). Elemen matriks p dalam
wakilan-x, kita dapatkan

(18)
Dari (16) kita dapatkan identitas yang sangat penting :

(19)

20
Dalam formalisme yang kita kembangkan (19) bukanlah postulat; melainkan ia
diturunkan menggunakan sifat dasar momentum. Dengan menggunakan (17)
secara berulang kita juga bisa mendapatkan

(20)

(21)
8. Fungsi Gelombang Ruang-Momentum
Sejauh ini kita telah bekerja secara eksklusif dalam basis-x. Sebenarnya ada
simetri antara x dan p—terlepas dari adanya tanda negatif—yang dapat kita
ketahui dari relasi komutasi kanonis. Sekarang mari kita bekerja dalam basis-p,
yaitu dalam wakilan momentum.
Agar memudahkan kita akan meneruskan untuk bekerja dalam ruang
berdimensi-satu. Swaket basis dalam basis-p berlaku,

(22)
dan

(23)
Swaket momentum{|p’>i} membentangi ruang ket sama seperti swaket posisi {|
x’>i}. Sehingga sebarang ket keadaan|αidapat dijabarkan sebagai berikut:

(24)
Kita dapat memberikan interpretasi probabilistik untuk koefisien ekspansi <p’|α>;
peluang bahwa pengukuran terhadap p memberikan swanilai p’ dalam rentang dp’
adalah |<p’|α>|2dp’. Kita bisa menyebut <p’|α> sebagai fungsi gelombang ruang
momentum; biasanya digunakan notasi φα(p’):

(25)
Jika |α> ternormalisasi, kita dapatkan

(26)

21
Sekarang mari kita bangun kaitan antara wakilan-x dengan wakilan-p. Kita
ingat bahwa dalam kasus spektrum diskret, pergantian dari basis yang lama {|a’>}
ke basis yang baru {|b’>} diwakili oleh matriks transformasi (168). Dengan cara
yang sama, kita mengharapkan bahwa informasi yang diinginkan ada di dalam
<x’|p’> yang merupakan fungsi x’ dan p’, biasanya disebut sebagai fungsi
transformasi dari wakilan-x ke wakilan-P. Untuk menurunkan bentuk eksplisit
dari <x’|p’>, pertama ingat bahwa kita mempunyai (17); dengan mengganti |α>
dengan swaket momentum |p’>, kita dapatkan

(27)

atau

(28)
Penyelesaian untuk persamaan diferensial <x’|p’> ini adalah

(29)
dimana N adalah tetapan normalisasi yang perlu untuk segera kita ketahui.
Meskipun fungsi transformasi <x’|p’> merupakan fungsi dua variabel x’ dan p’,
kita dapat menganggapnya untuk sementara waktu sebagai fungsi x’ dengan p’
yang tetap. Ia dapat dipandang sebagai amplitudo peluang bagi swakeadaan
momentum p’ untuk ditemukan berada di posisi x’; dengan kata lain, ia hanya
fungsi gelombang bagi swakeadaan momentum |p’>, sering disebut sebagai
swafungsi momentum (masih di dalam ruang-x). Jadi (29) hanya menyatakan
bahwa fungsi gelombang swakeadaan momentum adalah gelombang bidang.
Kenyataan bahwa kita telah mendapatkan penyelesaian gelombang bidang ini
tanpa menyelesaikan persamaan Schr¨odinger (yang belum kita tulsikan)
merupakan sesuatu yang menggembirakan.
Untuk mendapatkan tetapan normalisasi N mari kita tinjau terlebih dahulu

(30)
Ruas kiri persamaan tersebut tidak lain adalah δ(x’−x’’); ruas kanan dapat
diselesaikan menggunakan bentuk eksplisit dari <x’|p’>:
22
(31)
Dengan memilih N sebagai bilangan riil dan positif sebagai kesepakatan, pada
akhirnya kita mempunyai

(32)
Kita sekarang bisa mendemonstrasikan bagaimana fungsi gelombang ruang-
posisi memiliki kaitan dengan fungsi gelombang ruang-momentum. Hal yang
perlu dilakukan hanyalah menuliskan kembali

(33)
dan

(34)
sebagai

(35)
dan

(36)

Pasangan persamaan ini adalah yang diperkirakan dari inversi teorema


Fourier. Tampaknya matematika yang telah kita kembangkan entah bagaimana
“tahu” pekerjaan Fourier pada transformasi integral.
9. Paket-Paket Gelombang Gaussian
Melihat contoh fisis untuk mengilustrasikan formalisme dasar yang kita
kembangkan akan bermanfaat. Kita tinjau apa yang dikenal sebagai paket-paket
gelombang Gaussian, yang fungsi gelombang ruang-x nya diberikan oleh

(37)

23
Ini adalah gelombang bidang dengan bilangan gelombang k yang dimodulasi oleh
fungsi Gaussian yang berpusat di titik asal. Peluang untuk mengamati partikel
hilang dengan sangat cepat untuk |x’| > d; secara kuantitatif, rapat peluang |<x’|α>|
2
memiliki bentuk Gaussian yang lebarnya d.
Sekarang kita hitung nilai harap x,x2,p, dan p2. Nilai harap x jelas nol oleh
simetri:

(38)
Untuk x2 kita dapatkan

(39)
yang membawa kita pada

(40)
untuk dispersi operator posisi. Nilai harap p dan p2 juga dapat dihitung sebagai
berikut:

(41)

(42)
yang diberikan sebagai latihan. Sehingga dispersi momentum diberikan oleh

(43)
Setelah dipersenjatai dengan (40) dan (43), kita dapat memeriksa relasi
ketidakpastian Heisenberg; dalam hal ini perkalian ketidakpastiannya diberikan
oleh

(44)
yang tidak bergantung pada d, jadi untuk paket gelombang Gaussian sebenarnya
kita mempunyai relasi kesamaan dari pada relasi ketaksamaan yang lebih umum.
24
Untuk alasan inilah paket gelombang Gaussian seringkali disebut sebagai paket
gelombang ketidakpastian minimum.
Kita sekarang menuju ruang momentum. Melalui pengintegralan secara
langsung—hanya dengan menyelesaikan kuadrat pada suku eksponen—kita
dapatkan

(45)
Fungsi gelombang ruang-momentum ini memberikan metode alternatif untuk
mendapatkan <p> dan <p2> yang juga diberikan sebagai latihan.
Peluang untuk menemukan partikel dengan momentum p’ memiliki bentuk
Gaussian (dalam ruang momentum) yang berpusat ћk, sama seperti peluang
menemukan partikel di x’ yang Gaussian (dalam ruang posisi) yang berpusat di
nol. Selain itu, lebar kedua Gaussian tersebut berbanding terbalik satu sama lain,
yang merupakan cara lain yang menunjukkan bahwa produk ketidakpastian
⟨ ( ∆ x )⟩ 2 ⟨ ( ∆ p)⟩ 2 bernilai konstan yang secara eksplisit dihitung pada (44).
Semakin lebar sebaran di ruang-p, semakin sempit sebaran di ruang-x, dan
sebaliknya.

Sebagai contoh yang ekstrim, kita misalkan d →∞. Fungsi gelombang ruang
posisi (37) kemudian menjadi gelombang bidang yang meluas di seluruh ruang;
peluang untuk menemukan partikel menjadi konstan, tidak bergantung pada x’.
Sebaliknya, fungsi gelombang ruang-momentum menjadi seperti fungsi-δ dan
memiliki puncak yang tajam ћk. Pada contoh ekstrim yang sebaliknya, d → 0, kita
dapatkan fungsi gelombang ruang-posisi yang terlokalisir seperti fungsi-δ, namun
fungsi gelombang ruang momentumnya (45) menjadi konstan, tidak bergantung
pada p’.
Kita telah melihat bahwa keadaan yang terlokalisir secara ekstrim (di ruang-
posisi) dapat dianggap sebagai superposisi swakeadaan momentum pada semua
nilai momentum yang mungkin. Meski swakeadaan-swakeadaan momentum
tersebut yang nilai momentumnya hampir setara atau bahkan melebihi mc, tetap
harus dimasukkan dalam superposisi. Namun, pada nilai momentum yang tinggi
semacam ini, penjelasan yang didasarkan pada mekanika kuantum tak-relativistik
25
menjadi tidak masuk akal. Meskipun adanya pembatasan pada formalisme kita ini,
yang berdasarkan pada adanya swaket posisi |x’>, ia memiliki cakupan terapan
yang luas.
10. Perumuman dalam Tiga Dimensi
Sejauh ini kita telah bekerja secara eksklusif pada ruang berdimensi-satu agar
memudahkan, tetapi semua yang telah kita lakukan dapat diperumum ke ruang
berdimensi-tiga, jika ada perubahan yang perlu dilakukan. Ket basis yang
digunakan dapat diambil sebagai swaket posisi yang memenuhi

(46)
maupun swaket momentum yang memenuhi

(47)
Keduanya memenuhi syarat normalisasi

(48)
dan

(49)

dimana δ3(x’−x’’) adalah fungsi-δ berdimensi-tiga

(50)

Relasi kelengkapan menjadi

(51)
dan

(52)
yang dapat digunakan untuk menjabarkan sebarang ket keadaan:

(53)

(54)

26
Koefisien ekspansi <x’|α> dan <p’|α> dapat dikenali dengan fungsi gelombang
yang sama ψα(x’) dan φα(p’), masing-masing dalam ruang posisi dan momentum.
Operator momentum, saat diambil antara |β> dan |α>, menjadi

(55)
Sedangkan analogi untuk fungsi transformasi () adalah

(56)
jadi,

(57)
dan

(58)
Menarik jika kita memeriksa dimensi fungsi gelombang tersebut. Dalam
permasalahan berdimensi-satu syarat normalisasi mengisyaratkan bahwa |<x’|α>|2
memiliki dimensi invers dari panjang, jadi fungsi gelombangnya sendiri harus
mempunyai dimensi (panjang)−1/2. Sedangkan fungsi gelombang dalam
permasalahan berdimensi-tiga harus mempunyai dimensi (panjang)−3/2 karena |<x’|
α>|2 untuk seluruh ruang harus sama dengan satu (tak-berdimensi).

27
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Untuk menentukan spectrum kontinyu harus melakukan analisis mengganti
symbol Kronecker dengan fungsi δ Dirac’s.
2. Untuk bisa memperhitungkan eigenket simultan secara menyeluruh, kita
secara implisit berasumsi bahwa 3 komponen vektor posisi bisa diukur
secara simultan dalam derajat berubah-ubah dengan akurasi.
3. Sifat-sifat operator perpindahan :
a. Sifat satuan yang ditentukan oleh kekekalan probabilitas
b. Misalkan kita mempertimbangkan dua perpindahan pertama dengan dx '
dan kemudian oleh dx , di mana dx ' dan dx tidak perlu ke arah yang
sama
c. Misalkan kita menentukan perpindahan yang berlawanan arah; kita
mengharapkan perpindahan berlawanan arah itu sama dengan kebalikan
dari perpindahan asal
d. Kita menentukan bahwa d x ' →0
4. Hubungan komutasi merupakan konsekuensi langsung dari fakta bahwa
translasi dalam arah yang berbeda adalah bolak-balik. Setiap kali generator
transformasi bolak-balik, kelompok tersebut dikenal sebagai abelian.
5. Perbedaan bracket Poisson Klasik dengan mekanika kuantum: dimensi
Poisson braket klasik berbeda dari komutator mekanika kunatum karena
diferensiasi sehubungan dengan q dan p muncul dalam (1.6.48) fungsi
bracket poisson nyata q dan p   adalah murni nyata.
6. Fungsi gelombang swakeadaan momentum adalah gelombang bidang.
Kenyataan bahwa kita telah mendapatkan penyelesaian gelombang bidang
ini tanpa menyelesaikan persamaan Schrodinger.

B. SARAN
Dalam penulisan makalah ini, penulis masih banyak mengalami hambatan dan
kurangnya referensi. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
28
DAFTAR PUSTAKA

Anton, Howard. 1987. Elementary Linear Algebra (edisi ke-5). New


York: Wiley , ISBN 0-471-84819-0
Beauregard, Raymond A .; Fraleigh, John B. 1973. Kursus Pertama Dalam
Aljabar Linier: dengan Pengantar Opsional untuk Grup, Cincin, dan
Bidang. Boston: Houghton Mifflin Company , ISBN 0-395-14017-X
J.J. Sakurai 1994. Modern Quantum Mechanics Revised Edition. Late, University
of California, Los Angeles. Addison-Wesley Publishing Company.
Nering, Evar D. 1970. Aljabar Linier dan Matriks

Sakurai,J.j, 1982. Modern Quantum Mechanics. Late, University of California.

Tang C. L., 2005. Fundamentals of Quantum Mechanic: For Solid State


Electronics an Optics. New York: Cambridge University Press

29

Anda mungkin juga menyukai