Anda di halaman 1dari 19

Pengaruh Literasi Keuangan dan Gaya Hidup terhadap Perilaku Keuangan

Generasi Z di Kecamatan Medan Perjuangan

Dosen Pengampuh: SATRIA TIRTAYASA, P, hp, MM

Kelas Manajemen 6E

Konsentrasi Manajamen Keuangan

Disusun oleh:

Della Amelia Risdi 2005160257

Silvia Putri Sofyan 2005160249

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PROGRAM STUDI MAMAJEMEN

2022/2023
Pengaruh Literasi Keuangan dan Gaya Hidup terhadap Perilaku Keuangan
Generasi Z di Kecamatan Medan Perjuangan

BAB I
1.1. Latar Belakang Masalah

Perkembangan zaman merupakan perubahan dan kemajuan yang terjadi dalam budaya,
teknologi, ilmu pengetahuan, politik, ekonomi, dan sosial dari waktu ke waktu. Proses ini terjadi
secara bertahap dan terus menerus, sehingga menghasilkan perbedaan signifikan antara kondisi
zaman yang berbeda. Perkembangan zaman dapat dilihat sebagai sebuah proses evolusi sosial
dan budaya yang melibatkan transformasi nilai-nilai, ideologi, dan kebiasaan manusia. Proses ini
dipengaruhi oleh banyak faktor seperti keadaan ekonomi, politik, teknologi, dan lingkungan
sosial. Perkembangan zaman berlangsung secara terus menerus dan melibatkan banyak bidang
kehidupan manusia.

Teknologi adalah cara atau metode untuk menciptakan, mengembangkan, dan


memproduksi alat atau sistem yang bermanfaat bagi manusia dengan menggunakan ilmu
pengetahuan dan teknik. Dalam konteks yang lebih luas, teknologi juga mencakup pengetahuan,
keterampilan, dan proses yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu. Secara sederhana,
teknologi bisa diartikan sebagai segala sesuatu yang diciptakan oleh manusia untuk memudahkan
dan memperbaiki kehidupan manusia. Contoh teknologi yang sering kita gunakan sehari-hari
antara lain smartphone, internet, komputer, alat elektronik, kendaraan, dan banyak lagi.Dalam
era digital seperti sekarang, teknologi memainkan peran penting dalam hampir semua aspek
kehidupan manusia, seperti komunikasi, perdagangan, pendidikan, kesehatan, dan lain
sebagainya. Teknologi juga terus berkembang dengan pesat, sehingga kita harus terus mengikuti
perkembangan teknologi agar tidak ketinggalan zaman dan dapat memanfaatkannya secara
optimal.

Perkembangan zaman dan teknologi berbanding lurus karena teknologi adalah salah satu
faktor utama yang mempengaruhi perkembangan zaman. Dalam banyak kasus, perkembangan
teknologi mendorong perubahan sosial, ekonomi, dan politik, yang pada akhirnya membentuk
zaman yang baru. Perkembangan teknologi juga mempercepat proses inovasi dan mengubah cara
manusia berinteraksi dengan lingkungan dan sesama manusia. Contohnya, adalah Uang.

Seorang ekonom dan mantan Menteri Perdagangan Indonesia, menyatakan bahwa uang
adalah salah satu elemen penting dalam aktivitas ekonomi, karena menjadi alat tukar yang
dipercaya oleh masyarakat untuk memperoleh barang dan jasa. (Mari Elka Pangestu).

Uang merupakan alat tukar yang digunakan dalam kegiatan ekonomi manusia.
Perkembangan uang telah mengalami banyak perubahan dari masa ke masa, mulai dari bentuk
dan bahan hingga cara penggunaannya. Berikut ini adalah penjelasan tentang perkembangan
uang dari masa ke masa:

1. Sistem barter: Pada zaman prasejarah, orang-orang melakukan kegiatan


perdagangan dengan sistem barter atau pertukaran barang dengan barang.
Misalnya, seseorang dapat menukar hasil pertanian dengan barang lain yang
dibutuhkannya seperti pakaian, senjata, atau alat pertanian.
2. Uang logam: Pada zaman Yunani kuno, masyarakat menggunakan koin emas atau
perak sebagai alat tukar. Uang logam pertama kali dicetak di Lydia, Asia Minor
pada abad ke-7 SM dan digunakan sebagai alat tukar di seluruh dunia.
3. Uang kertas: Pada abad ke-7 M, China mulai menggunakan uang kertas yang
dibuat dari serat tanaman sebagai pengganti uang logam.
4. Uang kertas menjadi semakin populer di seluruh dunia pada abad ke-19 dan
digunakan hingga saat ini.
5. Uang digital: Seiring perkembangan teknologi, uang digital mulai diperkenalkan
pada akhir abad ke-20. Uang digital memungkinkan transaksi keuangan dilakukan
secara online, seperti melalui internet banking, mobile banking, atau pembayaran
elektronik.
6. Cryptocurrency: Cryptocurrency adalah uang digital yang menggunakan
teknologi blockchain untuk menjaga keamanan dan kepercayaan. Bitcoin adalah
cryptocurrency pertama yang diperkenalkan pada tahun 2009 dan kini sudah
banyak cryptocurrency lainnya.
Uang merupakan alat tukar yang tidak bisa di pisahkan dari kehidupan kita sehari hari.
Dimana setiap aktivitas yang ingin kita lakukan pasti membutuhkan yang nama nya uang. Uang
memainkan peran yang sangat penting dalam kehidupan modern saat ini. Sejak kecil, anak-anak
telah diajarkan untuk mengenal uang dan cara menggunakannya. Kehidupan di zaman sekarang
semakin kompleks, dimana hampir setiap aspek kehidupan memerlukan uang. Bisa dikatakan
uang adalah alat tukar yang sangat di butuhkan dalam kehidupan modren saat ini, Dari anak-anak
hingga orang dewasa, uang sangat dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka
apa lagi generasi Z sekarang.

Generasi Z adalah kelompok demografi yang lahir setelah Generasi Y atau Millennials.
Mereka dianggap sebagai generasi yang penuh harapan dan kreatif, dengan fokus pada
individualitas dan kemandirian (Strauss dan Howe). Generasi Z adalah kelompok demografi
yang memiliki nilai-nilai yang berbeda dari generasi sebelumnya. Mereka dianggap sebagai
generasi yang lebih fokus pada kesetaraan, inklusivitas, dan keberlanjutan (Jason Dorsey) .
Generasi Z adalah kelompok demografi yang lahir antara akhir 1990-an hingga awal 2010-an.
Mereka tumbuh dalam era digital dan sering disebut sebagai "digital natives" atau generasi
internet (Pew Research Center). Maka dari itu, generasi Z sekarang memiliki kebutuhan dan
keinginan yang lebih tinggi dan bervariasi dibandingkan generasi sebelumnya. Dengan
tumbuhnya teknologi digital, uang elektronik dan pembayaran online semakin populer,
memudahkan akses dan transaksi keuangan.

Namun, kebutuhan akan keuangan yang baik dan pengelolaan yang bijak juga menjadi
semakin penting bagi generasi Z agar dapat mengelola uang mereka dengan tepat dan
menghindari utang dan masalah keuangan di masa depan. Oleh karena itu, pendidikan keuangan
dan kemampuan mengelola uang sangat penting bagi generasi Z agar mereka dapat membangun
kebiasaan pengelolaan uang yang baik sejak dini dan mempersiapkan diri untuk masa depan
yang lebih stabil secara finansial. Kecerdasan finansial merupakan hal yang perlu di perhatikan
dalam kehidupan modren seperti sekarang ini. Kecerdasan finansial adalah kemampuan
seseorang untuk mengelola sumber daya keuangannya dengan tujuan akhir kesejahteraan
finansial(widayati,2004)

Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Literasi keuangan adalah pengetauhuan,


keterampilan, keyakinan, yang mempengaruhi sikap, perilaku keuangan seseorang untuk
meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan pengelolahan keuangan dalam rangka
mencapai kesejahteraan dan Inklusi Keuangan adalah ketersediaan akses bagi masyarakat untuk
memanfaatkan produk dan layanan jasa keuangan di lembaga keuangan formal sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuan masyarakat dalam rangka mewujudkan kesejahteraan.

Dalam rangka mengukur indeks literasi dan inklusi keuangan masyarakat Indonesia,
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) kembali menyelenggarakan Survei Nasional Literasi dan Inklusi
Keuangan (SNLIK) tahun 2022. SNLIK 2022 dilaksanakan mulai Juli hingga September 2022 di
34 provinsi yang mencakup 76 kota/kabupaten dengan jumlah responden sebanyak 14.634 orang
yang berusia antara 15 s.d. 79 tahun.

Hasil Survei Literasi dan Inklusi Keuangan Nasional (SNLIK)

Literasi Keuangan Konklusi Keuangan


85.10
76.19
67.80
59.74

49.68
38.03
29.70
21.84

2013 2016 2019 2022


Hasil SNLIK 2022 menunjukkan indeks literasi keuangan masyarakat Indonesia sebesar
49,68 persen, naik dibanding tahun 2019 yang hanya 38,03 persen. Sementara indeks inklusi
keuangan tahun ini mencapai 85,10 persen meningkat dibanding periode SNLIK sebelumnya di
tahun 2019 yaitu 76,19 persen.

Perbandingan Indeks Literasi Keuangan Berdasarkan Gender

LITERASI KEUANGAN
Laki Laki Perempuan

86.28

83.88
77.24

75.15
50.33
49.05
39.94

36.13

LITERASI 2019 LITERASI 2020 INKLUSI 2019 INKLUSI 2020

Dalam hal gender, terdapat perbedaan yang menarik dalam indeks literasi dan inklusi
keuangan. Indeks literasi keuangan perempuan untuk pertama kalinya melebihi indeks laki-laki
dengan persentase 50,33 persen dibandingkan 49,05 persen pada tahun 2020 hingga 2022. Oleh
karena itu, OJK telah menetapkan perempuan sebagai prioritas dalam strategi literasi keuangan.
Meskipun demikian, indeks inklusi keuangan laki-laki masih lebih tinggi daripada indeks inklusi
keuangan perempuan dengan persentase 86,28 persen dan 83,88 persen secara berturut-turut.

PerbandinganIndeks Literasi Keuangan Berdasarkan Wilayah


Starta Wilayah 2019 2022
Literasi Perkotaan 41,41% 50,52%
Pedesaan 34,53% 48,43%
Gap 6,88% 2,09%
Inklusi Perkotaan 83,60% 86,73%
Pedesaan 68,49% 82,69%
Gap 15,11% 4,04%
Indeks literasi dan inklusi keuangan wilayah perkotaan masing-masing sebesar 50,52
persen dan 86,73 persen, lebih tinggi dibandingkan di wilayah perdesaan yakni sebesar 48,43
persen dan 82,69 persen. Namun demikian gap indeks literasi keuangan semakin mengecil dari
6,88 persen di tahun 2019 menjadi 2,10 persen di tahun 2022 dan gap indeks inklusi keuangan
juga semakin mengecil dari 15,11 persen di tahun 2019 menjadi 4,04 persen di tahun 2022. Hal
ini sejalan dengan strategi pelaksanaan edukasi keuangan yaitu meningkatkan kuantitas
pelaksanaan edukasi keuangan di wilayah perdesaan.

Menurut (World Bank), Lembaga Keuangan Internasional, mengatakan bahwa literasi


keuangan adalah kemampuan individu untuk memahami informasi keuangan yang diperlukan
untuk membuat keputusan yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan Menurut (Bank
Indonesia), Bank Sentral Indonesia, menyatakan bahwa literasi keuangan adalah kemampuan
seseorang untuk memahami dan mengelola keuangan pribadi atau keluarga dengan baik, serta
mengambil keputusan keuangan yang tepat dan bijak. Sedangkan menurut (Miranda Goeltom),
mantan Gubernur Bank Indonesia, menyatakan bahwa literasi keuangan adalah kemampuan
seseorang untuk memahami, mengelola, dan mengambil keputusan keuangan yang bijak,
sehingga dapat mencapai kesejahteraan finansial dan meningkatkan kualitas hidup.

Dari pandangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa literasi keuangan adalah kemampuan
seseorang untuk memahami dan menggunakan informasi keuangan secara efektif dalam
kehidupan sehari-hari, sehingga dapat mengambil keputusan keuangan yang bijak dan mencapai
kesejahteraan finansial yang lebih baik. Literasi Keuangan bergunaan bukan hanya untuk
individu, tetapi juga berguna bagi perekonomian indonesia.

Gaya hidup seseorang dapat memengaruhi pengelolaan keuangan yang baik bagi generasi
Z. Gaya hidup didefinisikan sebagai pola aktivitas, minat, dan pendapat seseorang dalam
menghabiskan uang dan waktu yang dimilikinya. Oleh karena itu, gaya hidup yang dimiliki
seseorang dapat memengaruhi perilaku keuangannya ketika dihadapkan pada keputusan dalam
pengelolaan keuangan. Jika seseorang dapat mengatur keuangannya dengan baik, maka ia tidak
akan mengalami kesulitan di kemudian hari, berperilaku sehat, dan mengutamakan apa yang
menjadi keinginan dan kebutuhannya (Gunawan, 2020). Menurut Dr. Hanny Kusumawati,
seorang ahli keuangan, gaya hidup yang kurang bijak dapat memengaruhi kondisi keuangan
seseorang. Kebiasaan seperti boros, suka berutang, dan tidak memiliki rencana keuangan yang
jelas dapat mengakibatkan masalah keuangan di masa depan (Dr. Hanny Kusumawati, 2020)

Generasi Z saat ini menghadapi masalah keuangan yang kompleks dan beragam. Banyak
dari mereka yang mengalami kesulitan dalam mengelola uang mereka dengan baik, seperti
terjebak dalam utang kartu kredit, tidak memiliki tabungan, dan kurangnya pengetahuan tentang
investasi. Selain itu, gaya hidup yang konsumtif dan tekanan sosial untuk tampil lebih baik dari
yang lain juga berdampak pada masalah keuangan mereka. Bagi generasi Z, penting untuk
meningkatkan literasi keuangan dan memahami cara mengelola uang mereka dengan baik agar
dapat mencapai kebebasan finansial di masa depan.

Masalah lain yang dihadapi oleh generasi Z adalah kurangnya akses terhadap pekerjaan
yang layak dan upah yang sesuai dengan kebutuhan hidup mereka. Banyak dari mereka yang
terpaksa bekerja di pekerjaan yang tidak sejalan dengan minat dan bakat mereka karena sulitnya
mencari pekerjaan yang sesuai dengan kualifikasi pendidikan mereka. Hal ini menyebabkan
banyak generasi Z yang tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan sulit untuk
menabung atau berinvestasi untuk masa depan.

Menurut Kepala OJK Regional 5 Sumatera Bagian Utara (Sumbagut) Bambang Mukti
Riyadi menyampaikan berdasarkan Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK)
2022, Khusus di Sumatra Utara, tingkat literasi pada 2022 mencapai 51,69 persen. Angka ini
lebih tinggi jika dibandingkan dengan tahun 2019 sebesar 37,96 persen dan tahun 2016 sebesar
31,30 persen. Lalu tingkat inklusi pada 2022 tercatat mencapai angka 95,58 persen, yang mana
capaian tersebut membaik dibandingkan tahun 2019 yang hanya mencapai 93,98 persen dan
tahun 2016 sebesar 75,60 persen.

Hasil Survei Literasi dan Inklusi Keuangan Nasional (SNLIK) di Sumatera Utara

Literasi Keuangan Inklusi Keuangan


85.10%

76.19%

67.80%
51.69%
37.69%
31.30%

2016 2019 2022

Berdasarkan data tahun 2020 dari Badan Pusat Statistik Kota Medan jumlah generasi Z
laki-laki berjumlah 103.348 jiwa dan perempuan berjumlah 98.825 jiwa dan total penduduk
medan perjuangan pada tahun 2020 berjumlah 202.173 jiwa.
Data Penduduk Medan Perjuangan Pada Tahun 2020

Jenis Kelamin Jumlah Populasi


Laki Laki 103.348
Perempuan 98.825
Total 202.173

Untuk mengetahui sejauh mana tingkat literasi keuangan generasi Z di Medan Perjuangan
peneliti melakukan survei dengan menyebarkan google form ke generasi Z di Medan Perjuangan.
Dari survei ini berhasil mengumpulkan jawaban dari 62 responden.

Dari Survei ini di dapat bahwasannya responden terdiri dan 29 perempuan dan 33
Laki – Laki.

Dari usia diketahui dari 62 responden diketahui yang berumur kisaran 15 – 20


tahun ada 16 orang, kisaran 20-25 tahun ada 45 orang dan 25-30 tahun ada 2 orang.
Dari 62 orang yang membuat
Laporan Keuangan ada 56 orang dan
tidak 6 tidak, yang mencatat pemasukan
46 orang yang membuat dan 16 tidak,
yang mencatat pengeluaran 45 yang
membuat dan 17 tidak, Menyisihkan
dana darurat 58 yang membuat dan 4
tidak, dan yang menabung ada 55 yang
membuat dan 7 tidak.

Dari hasil survei ini, dapat disimpulkan bahwa generasi Z di Medan Perjuangan sudah
cukup mampu mengelola uang saku mereka. Namun, masih ada kekurangan yaitu kurangnya
kesadaran untuk membuat laporan keuangan secara teratur.
PAHAM LITERASI KEUANGAN
35
30
25
20
15
10
5
0
tidak
Sangat cukup kurang paham
paham
paham paham paham sama
sekali
Paham Literasi Keuangan 4 13 29 15 1

GAYA HIDUP SAAT INI


35
30
25
20
15
10
5
0
Seimbang
antara boros dan
Hemat dan cenderung
pengeluara tidak
Berencana konsumtif
n dengan menabung
pendapatan
Gaya Hidup Saat Ini 17 33 9 3

SEBERAPA PENTING LITERASI KEUANGAN


35
30
25
20
15
10
5
0
sangat cukup kurang
penting
penting penting penting
Seberapa Penting Literasi Keuangan 30 23 9 0
Dari hasil survei ini, dapat disimpulkan bahwa generasi Z di Medan Perjuangan sudah
banyak yang cukup memahami literasi keuangan. Gaya hidup mereka juga seimbang antara
pengeluaran dengan pendapatan, dan literasi keuangan sangat penting bagi generasi Z di Medan
Perjuangan. Mereka berpendapat bahwa langkah yang dapat diambil untuk meningkatkan literasi
keuangan generasi Z adalah dengan menyediakan aplikasi atau alat digital yang dapat membantu
pengelolaan keuangan mereka.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, menjadi me narik untuk mengetahui bagaimana
perilaku keuangan generasi Z di Medan Perjuangan. Tingkat literasi keuangan dan gaya hidup
diduga mempunyai pengaruh terhadap perilaku keuangan generasi Z di Medan Perjuangan.
Dengan demikian, peneliti akan melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Literasi
Keuangan dan Gaya Hidup terhadap Perilaku Keuangan Generasi Z di Kecamatan Medan
Perjuangan”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dijelaskan di atas, dapat dirumuskan
masalah penelitian sebagai berikut: Apakah literasi keuangan dan gaya hidup berpengaruh
terhadap perilaku keuangan Generasi Z dikecamatan Medan Perjuangan?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pengaruh literasi keuangan dan gaya
hidup terhadap perilaku keuangan Generasi Z di Kecamatan Medan Perjuangan. Secara khusus,
penelitian ini bertujuan untuk:

1. Menganalisis tingkat literasi keuangan Generasi Z di Kecamatan Medan Perjuangan.


2. Menganalisis gaya hidup Generasi Z di Kecamatan Medan Perjuangan.
3. Menganalisis perilaku keuangan Generasi Z di Kecamatan Medan Perjuangan.
4. Menjelaskan pengaruh literasi keuangan terhadap perilaku keuangan Generasi Z di
Kecamatan Medan Perjuangan.
5. Menjelaskan pengaruh gaya hidup terhadap perilaku keuangan Generasi Z di Kecamatan
Medan Perjuangan.
6. Menjelaskan pengaruh bersama-sama literasi keuangan dan gaya hidup terhadap perilaku
keuangan Generasi Z di Kecamatan Medan Perjuangan.

Dengan tujuan penelitian ini, diharapkan hasil penelitian dapat memberikan gambaran
tentang literasi keuangan dan gaya hidup Generasi Z di Kecamatan Medan Perjuangan dan
hubungannya dengan perilaku keuangan mereka. Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber
informasi bagi pemerintah, lembaga keuangan, dan masyarakat umum untuk meningkatkan
literasi keuangan dan mengembangkan program pendidikan keuangan yang lebih efektif dan
sesuai dengan gaya hidup Generasi Z.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa manfaat yang dapat diperoleh, di antaranya:

1. Memberikan pemahaman yang lebih baik tentang pentingnya literasi keuangan


bagi Generasi Z di Medan Perjuangan, khususnya dalam mengatasi perilaku
hedonisme pada gaya hidup konsumtif yang seringkali menjadi masalah.
2. Memberikan informasi yang berguna bagi universitas dan pihak terkait lainnya
untuk memperbaiki kurikulum atau program-program pendidikan yang berkaitan
dengan literasi keuangan, sehingga dapat memberikan pemahaman yang lebih
baik bagi Generasi Z di Medan Perjuangan dalam mengelola keuangan mereka
secara bijaksana.
3. Memberikan masukan bagi pemerintah dan lembaga keuangan untuk
mengembangkan program-program literasi keuangan yang lebih efektif, terutama
untuk Generasi Z di Medan Perjuangan yang memiliki tantangan dalam
menghadapi gaya hidup konsumtif yang semakin meningkat.
4. Meningkatkan kesadaran dan pemahaman Generasi Z di Medan Perjuangan
tentang pentingnya mengelola keuangan secara bijaksana dan berperilaku
konsumtif yang sehat, sehingga dapat membantu mereka mencapai tujuan
finansial mereka di masa depan.
BAB II

TELAAH PUSTAKA

2.1 Perilaku Keuangan Generasi Z

2.11 Perilaku

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Dwiandani (2014), proses pembentukan perilaku
melibatkan penguatan positif berupa asumsi yang terus-menerus diberikan terhadap perilaku
yang diinginkan. Asumsi tersebut harus ditunjukkan sebelum respon yang diinginkan dapat
terjadi. Proses pembentukan perilaku tidak terbatas pada satu langkah saja. Sebelum perilaku
tersebut muncul, terdapat stimulus baik dari faktor internal (internal) maupun eksternal
(eksternal) yang mempengaruhi perubahan perilaku dan menentukan hasil atau penyebab dari
perilaku tersebut. Arifin (2015) mengklasifikasikan perilaku menjadi dua kategori, yaitu:

 Perilaku tertutup (convert behavior): Merupakan tanggapan atau respon terhadap


stimulus yang masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran,
dan sikap yang hanya dapat diamati secara jelas oleh orang lain.
 Perilaku Terbuka (Overt Behavior): Merupakan respons yang termanifestasi
dengan jelas dalam tindakan atau perilaku yang mudah dilihat atau diamati oleh
orang lain.

2.12 Pengertian Perilaku Keuangan

Perilaku keuangan mencakup bagaimana orang membuat keputusan finansial, termasuk


bagaimana mereka mengatur keuangan pribadi mereka, cara mereka berinvestasi, dan cara
mereka mengalokasikan uang mereka (Richard H. Thaler dan Cass R. Sunstein). Menurut
Kahneman, perilaku keuangan mencakup bagaimana orang membuat keputusan finansial
berdasarkan keyakinan, preferensi, dan penilaian subyektif (Daniel Kahneman). Perilaku
keuangan mencakup bagaimana orang memproses informasi keuangan dan bagaimana mereka
membuat keputusan berdasarkan informasi tersebut (George Loewenstein). Menurut Rizkiana
(2017) perilaku keuangan adalah ilmu yang mempelajari bagaimana manusia berperilaku dalam
proses pengambilan keputusan dalam berinvestasi pada informasi yang diterimanya. Perilaku
keuangan adalah cara individu untuk mengontrol sumber pendanaan yang digunakan untuk
membuat keputusan tentang penggunaan dana, sumber pendanaan, dan keputusan tentang
rencana pensiun.
2.12 Indikator Perilaku Keuangan

Menurut Nababan dan Sadalia (2012), perilaku keuangan adalah kemampuan individu
dalam mengelola, merencanakan, serta menyimpan keuangannya. Beberapa indikator yang dapat
menunjukkan perilaku keuangan yang baik adalah sebagai berikut:

1. Membayar tagihan tepat waktu.


2. Membuat anggaran pengeluaran dan belanja.
3. Mencatat pengeluaran dan belanja secara berkala, seperti harian atau bulanan.
4. Menyisihkan dana untuk kebutuhan tak terduga.
5. Menabung secara rutin untuk mengantisipasi kebutuhan di masa depan.
6. Membandingkan harga barang di beberapa tempat sebelum melakukan pembelian.

Dalam penelitian mengenai perilaku keuangan, Nababan dan Sadalia (2012) menekankan
bahwa "Perilaku keuangan individu penting untuk dikaji guna mengetahui pengaruhnya terhadap
kondisi keuangan pribadi dan nasional." Dengan memahami perilaku keuangan yang baik,
individu dapat menghindari risiko keuangan dan meningkatkan kualitas hidup mereka secara
finansial.

2.2Literasi Keuangan
2.21 Pengertian Literasi Keuangan

Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Literasi keuangan adalah pengetauhuan,


keterampilan, keyakinan, yang mempengaruhi sikap, perilaku keuangan seseorang untuk
meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan pengelolahan keuangan dalam rangka
mencapai kesejahteraan. Menurut OECD (Organisation for Economic Co-operation and
Development), literasi keuangan adalah kemampuan individu untuk memahami dan
menggunakan informasi keuangan dalam kehidupan sehari-hari untuk membuat keputusan yang
baik terkait dengan keuangan mereka sendiri.

Menurut Lusardi dan Mitchell (2014), literasi keuangan adalah kemampuan individu
untuk memahami konsep-konsep keuangan dasar, seperti bunga, inflasi, risiko, diversifikasi, dan
pengelolaan dana pensiun. Menurut Jorgensen dan Savla (2010), literasi keuangan mencakup
pengetahuan, keterampilan, dan keyakinan yang diperlukan untuk mengambil keputusan
keuangan yang baik, seperti memilih produk investasi, mengatur anggaran, dan membayar utang.
Menurut Huston (2010), literasi keuangan juga meliputi perilaku dan sikap terkait keuangan,
seperti penghematan, pengelolaan risiko, dan menghindari utang yang tidak perlu.

2.22 Indikator Literasi Keuangan

Literasi keuangan mencerminkan pengetahuan dan kemampuan kognitif seseorang dalam


hal keuangan. Menurut Remund (2010:45), terdapat empat jenis literasi keuangan yang paling
umum, yaitu pengetahuan dan kemampuan dalam mengelola anggaran, tabungan, pinjaman, dan
investasi.

Variabel literasi keuangan secara umum mengukur kemampuan individu dalam


memahami nilai tukar, karakteristik layanan keuangan, catatan keuangan, dan sikap terhadap
penerbitan keuangan. Widayat (2010:76) menjelaskan bahwa terdapat beberapa hal yang dapat
digunakan sebagai tolok ukur literasi keuangan, yaitu:

1. Menyiapkan/merencanakan anggaran pendapatan.


2. Menyiapkan/merencanakan anggaran biaya yang akan dikeluarkan.
3. Mematuhi rencana anggaran pengeluaran.
4. Memahami nilai riil uang.
5. Memahami nilai nominal uang.
6. Memahami tentang inflasi.

Menurut Komisi Sekuritas dan Investasi Australia, beberapa hal berikut dapat digunakan
sebagai tolok ukur pengetahuan untuk menentukan tingkat literasi keuangan pribadi
(Yunikawati, 2012:61):

1. Pengetahuan seseorang tentang nilai suatu barang dan skala prioritas dalam
hidupnya.
2. Kemampuan menganggarkan, menabung, dan mengelola uang.
3. Kemampuan mengelola kredit.
4. Pentingnya asuransi dan melindungi terhadap risiko.
5. Dasar-dasar investasi.
6. Perencanaan pensiun.
7. Kemampuan memanfaatkan belanja dan membandingkan produk serta mencari
saran, informasi, bimbingan, dan dukungan tambahan.
8. Kemampuan mengenali potensi konflik dalam penggunaan (prioritas).

2.3 Gaya Hidup


2.31 Pengertian Gaya Hidup

Gaya hidup adalah cara hidup individu yang tercermin dalam aktivitas, ketertarikan, dan
pendapat mereka tentang diri dan dunia di sekitar mereka (Sugihartati, 2010). Menurut Kotler
dan Amstrong (2008) seperti yang dikutip oleh Saufika (2012:158) gaya hidup mencerminkan
keseluruhan orang dalam interaksi dengan lingkungannya.

Nugroho (2010:77) mengemukakan bahwa gaya hidup mencerminkan masalah nyata


yang menyatu dengan berbagai hal yang berkaitan dengan masalah emosional dan psikologis
klien. Sangadji dan Sopiah (2013) menambahkan bahwa gaya hidup juga menggambarkan pola
hidup individu yang diekspresikan melalui aktivitas, minat, dan opininya, serta keseluruhan pola
mereka dalam berinteraksi dengan lingkungan mereka.

2.32 Indikator Gaya Hidup

Menurut Joseph Plumer (1974) dalam Susanto (2013:3), segmentasi gaya hidup mengukur
aktivitas manusia dalam beberapa hal, antara lain:

1. Aktivitas
Cara seseorang menghabiskan waktu dan uangnya untuk pekerjaan atau hobi favorit,
dapat memberikan gambaran tentang kepribadian orang tersebut dalam prosesnya.

2. Minat
Apa pun yang diminati, seperti makanan, teknologi, produk, mode, atau hiburan, dapat
menjadi faktor penting dalam menentukan gaya hidup seseorang.

3. Pandangan seseorang terhadap diri sendiri dan orang lain


Pendapat yang diucapkan dapat sangat membantu dalam mengetahui bagaimana
seseorang melihat dirinya sendiri dan orang lain, serta apa yang dibutuhkan untuk
memperkuat karakternya.

4. Karakter-karakter dasar
Karakteristik dasar, seperti tahap kehidupan (life cycle), penghasilan, pendidikan, dan
tempat tinggal, juga dapat mempengaruhi sikap seseorang dan pola pikirnya. Oleh karena
itu, karakteristik ini juga perlu dipertimbangkan dalam memahami gaya hidup seseorang.
2.4Penelitian Terdahulu
2.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

Berdasarkan landasan teori yang telah disebutkan dan melihat dari


penelitian- penelitian terdahulu, maka kerangka pemikiran yang dibangun
dalam penelitian ini adalah:

Literasi Keuanga

X1

Perilaku
Keuangan

Gaya Hidup

X2

Hipotesis

Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka dapat ditarik hipotesis penelitian sebagai berikut.

H1: Diduga tingkat literasi keuangan berpengaruh terhadap perilaku keuangan generasi Z di
medan perjuangan

H2: Diduga gaya hidup berpengaruh terhadap perilaku keuangan generasi Z di medan perjuangan

H3: Diduga Tingkat literasi keuangan dan gaya hidup berpengaruh signifikan terhadap perilaku
keuangan generasi z di medan perjuangan.

Anda mungkin juga menyukai