Kelas Manajemen 6E
Disusun oleh:
2022/2023
Pengaruh Literasi Keuangan dan Gaya Hidup terhadap Perilaku Keuangan
Generasi Z di Kecamatan Medan Perjuangan
BAB I
1.1. Latar Belakang Masalah
Perkembangan zaman merupakan perubahan dan kemajuan yang terjadi dalam budaya,
teknologi, ilmu pengetahuan, politik, ekonomi, dan sosial dari waktu ke waktu. Proses ini terjadi
secara bertahap dan terus menerus, sehingga menghasilkan perbedaan signifikan antara kondisi
zaman yang berbeda. Perkembangan zaman dapat dilihat sebagai sebuah proses evolusi sosial
dan budaya yang melibatkan transformasi nilai-nilai, ideologi, dan kebiasaan manusia. Proses ini
dipengaruhi oleh banyak faktor seperti keadaan ekonomi, politik, teknologi, dan lingkungan
sosial. Perkembangan zaman berlangsung secara terus menerus dan melibatkan banyak bidang
kehidupan manusia.
Perkembangan zaman dan teknologi berbanding lurus karena teknologi adalah salah satu
faktor utama yang mempengaruhi perkembangan zaman. Dalam banyak kasus, perkembangan
teknologi mendorong perubahan sosial, ekonomi, dan politik, yang pada akhirnya membentuk
zaman yang baru. Perkembangan teknologi juga mempercepat proses inovasi dan mengubah cara
manusia berinteraksi dengan lingkungan dan sesama manusia. Contohnya, adalah Uang.
Seorang ekonom dan mantan Menteri Perdagangan Indonesia, menyatakan bahwa uang
adalah salah satu elemen penting dalam aktivitas ekonomi, karena menjadi alat tukar yang
dipercaya oleh masyarakat untuk memperoleh barang dan jasa. (Mari Elka Pangestu).
Uang merupakan alat tukar yang digunakan dalam kegiatan ekonomi manusia.
Perkembangan uang telah mengalami banyak perubahan dari masa ke masa, mulai dari bentuk
dan bahan hingga cara penggunaannya. Berikut ini adalah penjelasan tentang perkembangan
uang dari masa ke masa:
Generasi Z adalah kelompok demografi yang lahir setelah Generasi Y atau Millennials.
Mereka dianggap sebagai generasi yang penuh harapan dan kreatif, dengan fokus pada
individualitas dan kemandirian (Strauss dan Howe). Generasi Z adalah kelompok demografi
yang memiliki nilai-nilai yang berbeda dari generasi sebelumnya. Mereka dianggap sebagai
generasi yang lebih fokus pada kesetaraan, inklusivitas, dan keberlanjutan (Jason Dorsey) .
Generasi Z adalah kelompok demografi yang lahir antara akhir 1990-an hingga awal 2010-an.
Mereka tumbuh dalam era digital dan sering disebut sebagai "digital natives" atau generasi
internet (Pew Research Center). Maka dari itu, generasi Z sekarang memiliki kebutuhan dan
keinginan yang lebih tinggi dan bervariasi dibandingkan generasi sebelumnya. Dengan
tumbuhnya teknologi digital, uang elektronik dan pembayaran online semakin populer,
memudahkan akses dan transaksi keuangan.
Namun, kebutuhan akan keuangan yang baik dan pengelolaan yang bijak juga menjadi
semakin penting bagi generasi Z agar dapat mengelola uang mereka dengan tepat dan
menghindari utang dan masalah keuangan di masa depan. Oleh karena itu, pendidikan keuangan
dan kemampuan mengelola uang sangat penting bagi generasi Z agar mereka dapat membangun
kebiasaan pengelolaan uang yang baik sejak dini dan mempersiapkan diri untuk masa depan
yang lebih stabil secara finansial. Kecerdasan finansial merupakan hal yang perlu di perhatikan
dalam kehidupan modren seperti sekarang ini. Kecerdasan finansial adalah kemampuan
seseorang untuk mengelola sumber daya keuangannya dengan tujuan akhir kesejahteraan
finansial(widayati,2004)
Dalam rangka mengukur indeks literasi dan inklusi keuangan masyarakat Indonesia,
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) kembali menyelenggarakan Survei Nasional Literasi dan Inklusi
Keuangan (SNLIK) tahun 2022. SNLIK 2022 dilaksanakan mulai Juli hingga September 2022 di
34 provinsi yang mencakup 76 kota/kabupaten dengan jumlah responden sebanyak 14.634 orang
yang berusia antara 15 s.d. 79 tahun.
49.68
38.03
29.70
21.84
LITERASI KEUANGAN
Laki Laki Perempuan
86.28
83.88
77.24
75.15
50.33
49.05
39.94
36.13
Dalam hal gender, terdapat perbedaan yang menarik dalam indeks literasi dan inklusi
keuangan. Indeks literasi keuangan perempuan untuk pertama kalinya melebihi indeks laki-laki
dengan persentase 50,33 persen dibandingkan 49,05 persen pada tahun 2020 hingga 2022. Oleh
karena itu, OJK telah menetapkan perempuan sebagai prioritas dalam strategi literasi keuangan.
Meskipun demikian, indeks inklusi keuangan laki-laki masih lebih tinggi daripada indeks inklusi
keuangan perempuan dengan persentase 86,28 persen dan 83,88 persen secara berturut-turut.
Dari pandangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa literasi keuangan adalah kemampuan
seseorang untuk memahami dan menggunakan informasi keuangan secara efektif dalam
kehidupan sehari-hari, sehingga dapat mengambil keputusan keuangan yang bijak dan mencapai
kesejahteraan finansial yang lebih baik. Literasi Keuangan bergunaan bukan hanya untuk
individu, tetapi juga berguna bagi perekonomian indonesia.
Gaya hidup seseorang dapat memengaruhi pengelolaan keuangan yang baik bagi generasi
Z. Gaya hidup didefinisikan sebagai pola aktivitas, minat, dan pendapat seseorang dalam
menghabiskan uang dan waktu yang dimilikinya. Oleh karena itu, gaya hidup yang dimiliki
seseorang dapat memengaruhi perilaku keuangannya ketika dihadapkan pada keputusan dalam
pengelolaan keuangan. Jika seseorang dapat mengatur keuangannya dengan baik, maka ia tidak
akan mengalami kesulitan di kemudian hari, berperilaku sehat, dan mengutamakan apa yang
menjadi keinginan dan kebutuhannya (Gunawan, 2020). Menurut Dr. Hanny Kusumawati,
seorang ahli keuangan, gaya hidup yang kurang bijak dapat memengaruhi kondisi keuangan
seseorang. Kebiasaan seperti boros, suka berutang, dan tidak memiliki rencana keuangan yang
jelas dapat mengakibatkan masalah keuangan di masa depan (Dr. Hanny Kusumawati, 2020)
Generasi Z saat ini menghadapi masalah keuangan yang kompleks dan beragam. Banyak
dari mereka yang mengalami kesulitan dalam mengelola uang mereka dengan baik, seperti
terjebak dalam utang kartu kredit, tidak memiliki tabungan, dan kurangnya pengetahuan tentang
investasi. Selain itu, gaya hidup yang konsumtif dan tekanan sosial untuk tampil lebih baik dari
yang lain juga berdampak pada masalah keuangan mereka. Bagi generasi Z, penting untuk
meningkatkan literasi keuangan dan memahami cara mengelola uang mereka dengan baik agar
dapat mencapai kebebasan finansial di masa depan.
Masalah lain yang dihadapi oleh generasi Z adalah kurangnya akses terhadap pekerjaan
yang layak dan upah yang sesuai dengan kebutuhan hidup mereka. Banyak dari mereka yang
terpaksa bekerja di pekerjaan yang tidak sejalan dengan minat dan bakat mereka karena sulitnya
mencari pekerjaan yang sesuai dengan kualifikasi pendidikan mereka. Hal ini menyebabkan
banyak generasi Z yang tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan sulit untuk
menabung atau berinvestasi untuk masa depan.
Menurut Kepala OJK Regional 5 Sumatera Bagian Utara (Sumbagut) Bambang Mukti
Riyadi menyampaikan berdasarkan Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK)
2022, Khusus di Sumatra Utara, tingkat literasi pada 2022 mencapai 51,69 persen. Angka ini
lebih tinggi jika dibandingkan dengan tahun 2019 sebesar 37,96 persen dan tahun 2016 sebesar
31,30 persen. Lalu tingkat inklusi pada 2022 tercatat mencapai angka 95,58 persen, yang mana
capaian tersebut membaik dibandingkan tahun 2019 yang hanya mencapai 93,98 persen dan
tahun 2016 sebesar 75,60 persen.
Hasil Survei Literasi dan Inklusi Keuangan Nasional (SNLIK) di Sumatera Utara
76.19%
67.80%
51.69%
37.69%
31.30%
Berdasarkan data tahun 2020 dari Badan Pusat Statistik Kota Medan jumlah generasi Z
laki-laki berjumlah 103.348 jiwa dan perempuan berjumlah 98.825 jiwa dan total penduduk
medan perjuangan pada tahun 2020 berjumlah 202.173 jiwa.
Data Penduduk Medan Perjuangan Pada Tahun 2020
Untuk mengetahui sejauh mana tingkat literasi keuangan generasi Z di Medan Perjuangan
peneliti melakukan survei dengan menyebarkan google form ke generasi Z di Medan Perjuangan.
Dari survei ini berhasil mengumpulkan jawaban dari 62 responden.
Dari Survei ini di dapat bahwasannya responden terdiri dan 29 perempuan dan 33
Laki – Laki.
Dari hasil survei ini, dapat disimpulkan bahwa generasi Z di Medan Perjuangan sudah
cukup mampu mengelola uang saku mereka. Namun, masih ada kekurangan yaitu kurangnya
kesadaran untuk membuat laporan keuangan secara teratur.
PAHAM LITERASI KEUANGAN
35
30
25
20
15
10
5
0
tidak
Sangat cukup kurang paham
paham
paham paham paham sama
sekali
Paham Literasi Keuangan 4 13 29 15 1
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, menjadi me narik untuk mengetahui bagaimana
perilaku keuangan generasi Z di Medan Perjuangan. Tingkat literasi keuangan dan gaya hidup
diduga mempunyai pengaruh terhadap perilaku keuangan generasi Z di Medan Perjuangan.
Dengan demikian, peneliti akan melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Literasi
Keuangan dan Gaya Hidup terhadap Perilaku Keuangan Generasi Z di Kecamatan Medan
Perjuangan”
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dijelaskan di atas, dapat dirumuskan
masalah penelitian sebagai berikut: Apakah literasi keuangan dan gaya hidup berpengaruh
terhadap perilaku keuangan Generasi Z dikecamatan Medan Perjuangan?
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pengaruh literasi keuangan dan gaya
hidup terhadap perilaku keuangan Generasi Z di Kecamatan Medan Perjuangan. Secara khusus,
penelitian ini bertujuan untuk:
Dengan tujuan penelitian ini, diharapkan hasil penelitian dapat memberikan gambaran
tentang literasi keuangan dan gaya hidup Generasi Z di Kecamatan Medan Perjuangan dan
hubungannya dengan perilaku keuangan mereka. Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber
informasi bagi pemerintah, lembaga keuangan, dan masyarakat umum untuk meningkatkan
literasi keuangan dan mengembangkan program pendidikan keuangan yang lebih efektif dan
sesuai dengan gaya hidup Generasi Z.
TELAAH PUSTAKA
2.11 Perilaku
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Dwiandani (2014), proses pembentukan perilaku
melibatkan penguatan positif berupa asumsi yang terus-menerus diberikan terhadap perilaku
yang diinginkan. Asumsi tersebut harus ditunjukkan sebelum respon yang diinginkan dapat
terjadi. Proses pembentukan perilaku tidak terbatas pada satu langkah saja. Sebelum perilaku
tersebut muncul, terdapat stimulus baik dari faktor internal (internal) maupun eksternal
(eksternal) yang mempengaruhi perubahan perilaku dan menentukan hasil atau penyebab dari
perilaku tersebut. Arifin (2015) mengklasifikasikan perilaku menjadi dua kategori, yaitu:
Menurut Nababan dan Sadalia (2012), perilaku keuangan adalah kemampuan individu
dalam mengelola, merencanakan, serta menyimpan keuangannya. Beberapa indikator yang dapat
menunjukkan perilaku keuangan yang baik adalah sebagai berikut:
Dalam penelitian mengenai perilaku keuangan, Nababan dan Sadalia (2012) menekankan
bahwa "Perilaku keuangan individu penting untuk dikaji guna mengetahui pengaruhnya terhadap
kondisi keuangan pribadi dan nasional." Dengan memahami perilaku keuangan yang baik,
individu dapat menghindari risiko keuangan dan meningkatkan kualitas hidup mereka secara
finansial.
2.2Literasi Keuangan
2.21 Pengertian Literasi Keuangan
Menurut Lusardi dan Mitchell (2014), literasi keuangan adalah kemampuan individu
untuk memahami konsep-konsep keuangan dasar, seperti bunga, inflasi, risiko, diversifikasi, dan
pengelolaan dana pensiun. Menurut Jorgensen dan Savla (2010), literasi keuangan mencakup
pengetahuan, keterampilan, dan keyakinan yang diperlukan untuk mengambil keputusan
keuangan yang baik, seperti memilih produk investasi, mengatur anggaran, dan membayar utang.
Menurut Huston (2010), literasi keuangan juga meliputi perilaku dan sikap terkait keuangan,
seperti penghematan, pengelolaan risiko, dan menghindari utang yang tidak perlu.
Menurut Komisi Sekuritas dan Investasi Australia, beberapa hal berikut dapat digunakan
sebagai tolok ukur pengetahuan untuk menentukan tingkat literasi keuangan pribadi
(Yunikawati, 2012:61):
1. Pengetahuan seseorang tentang nilai suatu barang dan skala prioritas dalam
hidupnya.
2. Kemampuan menganggarkan, menabung, dan mengelola uang.
3. Kemampuan mengelola kredit.
4. Pentingnya asuransi dan melindungi terhadap risiko.
5. Dasar-dasar investasi.
6. Perencanaan pensiun.
7. Kemampuan memanfaatkan belanja dan membandingkan produk serta mencari
saran, informasi, bimbingan, dan dukungan tambahan.
8. Kemampuan mengenali potensi konflik dalam penggunaan (prioritas).
Gaya hidup adalah cara hidup individu yang tercermin dalam aktivitas, ketertarikan, dan
pendapat mereka tentang diri dan dunia di sekitar mereka (Sugihartati, 2010). Menurut Kotler
dan Amstrong (2008) seperti yang dikutip oleh Saufika (2012:158) gaya hidup mencerminkan
keseluruhan orang dalam interaksi dengan lingkungannya.
Menurut Joseph Plumer (1974) dalam Susanto (2013:3), segmentasi gaya hidup mengukur
aktivitas manusia dalam beberapa hal, antara lain:
1. Aktivitas
Cara seseorang menghabiskan waktu dan uangnya untuk pekerjaan atau hobi favorit,
dapat memberikan gambaran tentang kepribadian orang tersebut dalam prosesnya.
2. Minat
Apa pun yang diminati, seperti makanan, teknologi, produk, mode, atau hiburan, dapat
menjadi faktor penting dalam menentukan gaya hidup seseorang.
4. Karakter-karakter dasar
Karakteristik dasar, seperti tahap kehidupan (life cycle), penghasilan, pendidikan, dan
tempat tinggal, juga dapat mempengaruhi sikap seseorang dan pola pikirnya. Oleh karena
itu, karakteristik ini juga perlu dipertimbangkan dalam memahami gaya hidup seseorang.
2.4Penelitian Terdahulu
2.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis
Literasi Keuanga
X1
Perilaku
Keuangan
Gaya Hidup
X2
Hipotesis
Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka dapat ditarik hipotesis penelitian sebagai berikut.
H1: Diduga tingkat literasi keuangan berpengaruh terhadap perilaku keuangan generasi Z di
medan perjuangan
H2: Diduga gaya hidup berpengaruh terhadap perilaku keuangan generasi Z di medan perjuangan
H3: Diduga Tingkat literasi keuangan dan gaya hidup berpengaruh signifikan terhadap perilaku
keuangan generasi z di medan perjuangan.