3. JENIS-JENIS PERENCANAAN
Ada beberapa manajer yang berpendapat bahwa rencana-rencana dapat
dibagi menjadi 4 bagian yaitu:
1. Rencana Pengembangan
Rencana-rencana tersebut menunjukkan arah (secara grafis) tujuan dari
perusahaan. Cara rasional untuk mengetahui pengembangan yang diinginkan itu
berdasarkan sepakat para anggota manajemen yang berwenang dalam menentukan
pengembangan dan perencanaan yang mendukung pencapaian pengembangan
tersebut. Maka diperlukan pengetahuan tentang posisi perusahaan, arah tujuannya
dan sasaran yang harus dicapai, masalah-masalah yang sedang atau akan dihadapi
dalam rangka pencapaian tujuannya, timing untuk melaksanakan pengembangan
rencana dan kegiatan-kegiatan khusus perlu dilaksanakan pencapaian tujuan
perencanaan tersebut.
2. Rencana Laba
Jenis rencana ini biasanya difokuskan kepada laba per produk atau
sekelompok produk. Dengan diarahkan oleh pembuat rencana laba, maka seluruh
rencana berusaha menekan pengeluaran supaya dapat mencapai laba secara
maksimum. Jenjang waktu untuk rencana-rancana laba pada umumnya adalah satu
hingga tiga tahun.
3. Rencana Pemakai
Rencana tersebut dapat menjawab pertanyaan sekitar cara memasarkan
suatu produk tertentu atau memasuki pasaran dengan cara yang lebih baik.
Rencana-rencana seperti ini sering disebut sebagai rencana produk atau rencana
pemasaran dan sudah populer dilingkungan perusahaan-perusahaan. Banyak orang
yang sudah memahami subyek yang direncanakan itu dan rencana pemakai
banyak digunakan untuk menggambarkan teknik-teknik perencanaannya. Waktu
yang diliput oleh rencana pemakai tersebut umumnya adalah satu tahun.
4. Rencana Anggota-Anggota Manajemen
Rencana yang dirumuskan untuk menarik, mengembangkan dan
mempertahankan anggota-anggota manajemen yang ada menjadi semakin hari
semakin penting. Tidaklah bijakasana untuk membiarkan anggota-anggota
manajemen menghadapi tantangan-tantangan tanpa adanya suatu perencanaan
kebijaksanaan. Tindakan tertentu yang disesuaikan dengan kebutuhan individu
dan keinginan perusahaan perlu diatur untuk menumbuhkan kepemimpinan dan
untuk mengembangkan anggota-anggota manajemen.
Pembagian dari rencana-rencana tersebut ialah sesuai dengan waktu yang
diliput oleh rencana-rencana yang bersangkutan. Dengan demikian terdapat
rencana-rencana jangka panjang (meliput waktu lima tahun atau lebih) dan
rencana jangka pendek (meliput waktu dua tahun atau kurang). Rencana-rancana
yang meliput waktu tiga sampai lima tahun kadang-kadang dianggap berjangka
pendek atau juga dianggap jangka panjang, hal ini tergantung dari perusahaan
yang bersangkutan. Ada juga yang menyatakan rencana-rencana berjangka sedang
tetapi tidak begitu umum, disebut yang demikian.
Sebagian manajer lebih condong memakai periode waktu untuk
membenarkan pengeluaran-pengeluaran seperti ditetapkan didalam rencana yang
bersangkutan. Maksudnya, mereka menginginkan agar rencana mencakup waktu
yang diperluka untuk menutup komitmen pengeluaran mereka. Hal tersebut sering
dinyatakan sebagai recovery cost. Menerima konsepsi komitmen tersebut berarti
bahwa yang direncanakan itu selalu berbeda, tergantung dari hal-hal tersebut di
atas dan keyakinan dari para top manajer
4. TEORI PERENCANAAN
1. Teori Sinoptik
Teori menggunakan model berfikir system dalam perencanaan, sehingga objek
perencanaan dipandang sebagai suatu kesatuan yang bulat, dengan satu tujuan
yang disbebut visi. Langkah-langkah dalam perencanaan ini meliputi, identifikasi
masalah, memprediksikan ruang lingkup masalah, mengklasifikasi kemungkinan
penyelesaian, menginvestigasi problem, memprediksi alternative, mengevaluasi
kemajuan atas penyelesaian spesifik.
2. Teori Incemental
Yang dimaksud dengan desentralisasi pada teori ini adalah si perencana dalam
merencanakan objek tertentu dalam lembaga pendidikan,
selalu mempertimbangkan faktor-faktor lingkungan.
3. Teori Transactive
Teori ini menitikberatkan pada harkat individu yang menjunjung tinggi
kepentingan pribadi dan bersifat desentralisasi, suatu desentralisasi yang
transactive yaitu berkembang dari individu ke individu secara keseluruhan. Ini
berarti penganutnya juga menekankan pengembangan individu dalam kemampuan
mengadakan perencanaan.
4. Teori Advocacy
Teori ini menekankan hal-hal yang bersifat umum, perbedaan individu dan daerah
diabaikan. Dasar perencanaan tidak bertitik tolak dari pengamatan secara empiris,
tetapi atas dasar argumentasi yang rasional, logis dan bernilai (advocacy
=mempertahankan dengan argumentasi). Kebaikan teori ini adalah untuk
kepentingan umum secara nasional. Karena ia meningkatkan kerja sama
secara nasional, toleransi, kemanusiaan, perlindungan terhadap minoritas,
menekankan hak sama, dan meningkatkan kesejahteraan umum. Perencanaan
yang memakai teori ini tepat dilaksanakan oleh pemerintah/ atau badan pusat.
5. Teori Radikal
Teori ini menekankan pentingnya kebebasan lembaga atau organisasi lokal untuk
melakukan perencanaan sendiri, dengan maksud agar dapat dengan cepat
mengubah keadaan lembaga supaya tepat dengan kebutuhan. Perencanaan ini
bersifat desentralisasi dengan partisipasi maksimum dari individu dan minimum
dari pemerintah pusat / manajer tertinggilah yang dapat dipandang perencanaan
yang benar. Partisipasi disini juga mengacu kepada pentingnya kerja sama antar
personalia. Dengan kata lain teori radikal menginginkan agar lembaga pendidikan
dapat mandiri menangani lembaganya. Begitu pula pendidikan daerah dapat
mandiri menangani pendidikannya.
6. Teori SITAR
Merupakan gabungan kelima teori diatas sehingga disebut juga complementary
planning process. Teori ini menggabungkan kelebihan dari teori diatas sehingga
lebih lengkap. Karena teori ini memperhatikan situasi dan kondisi masyarakat
atau lembaga tempat perencanaan itu akan diaplikasikan, maka teori ini menjadi
SITARS yaitu S terakhir adalah menunjuk huruf awal dari teori situational.
Berarti teori baru ini di samping mengombinasikan teori-teori yang sudah
ada penggabungan itu sendiri ada dasarnya ialah menyesuaikan dengan situasi dan
kondisi lembaga pendidikan dan masyarakat. Jadi dapat kita simpulkan bahwa
teori-teori diatas mempunyai persamaan dan pebedaannya persamaannya:
5. EFEKTIFITAS PERENCANAAN
Perencanaan yang baik dan efektif akan berjalan baik dan baik atau tidaknya
menurut George R Terry dapat diketahui melalui pertanyaan-pertanyaan dasar
mengenai perencanaan, yaitu 5W+1H :
1. What (apa), Membicarakan masalah tentang apa yang menjadi tujuan sebuah
perencanaan dan hal-hal yang perlu dilakukan untuk mencapai tujuan perencanaan
tersebut.
2. Why (mengapa), Membicarakan masalah mengapa tujuan tersebut harus
dicapai dengan mengapa beragam kegiatan dilakukan untuk mencapai tujuan
tersebut
3. Where (dimana), Membicarakan masalah dimana program dalam perencanaan
tersebut dilaksanakan
4. When (kapan), Membicarakan masalah kapan kegiatan tersebut akan
dilaksanakan dan diakhiri.
5. Who (siapa), Membicarakan masalah siapa yang akan melaksanakan program
tersebut.
6. HOW (bagaimana). Membicarakan masalah bagaimana cara melaksanakan
program yang direncanakan tersebut.
Dengan melakukan kategori di atas, maka seorang manager akan mudah
dalam melaksanakan program atau kegiatan yang direncanakannya. Hal ini
dikarenakan, metode yang dilakukannya terpola secara baik dan
berkesinambungan yang melibatkan berbagai macam objek penunjang
pelaksanaan program atau kegiatan.
Dilain hal, sebeuh perencanaan yang baik dan efektif haruslah memiliki
criteria-kriteria sebagai berikut :
1. Logis dan Rasional. Artinya, apa yang dirumuskan dapat diterima oleh
akal, dan oleh sebab itu maka perencanaan tersebut bisa dijalankan.
2. Komprehensif. Perencanaan yang baik juga harus memenuhi syarat
komprehensif. Artinya menyeluruh dan mengakomodasi aspek-aspek yang
terkait langsung terhadap perusahaan. Perencanaan yang tidak hanya terkait
dengan bagian yang harus kita jalankan, tetai juga dengan mempertimbangkan
koordinasi dan integrasi dengan bagian lain di perusahaan.
3. Fleksibel. Artinya, perencanaan yang baik diharapkan dapat beradaptasi
dengan perubahan dimasa yang akan datang, tapi bukan berarti perencanaan
itu dapat diubah seenaknya.
4. Komitmen. Perencanaan yang baik harus merupakan dan melahirkan
komitmen terhadap seluruh anggota organisasi untuk bersama-sama berupaya
mewujudkan tujuan organisasi. Komitmen dapat dibangun dalam sebuah
perusahaan jika seluruh anggota di perusahaan beranggapan bahwa
perencanaan yang dirumuskan telah sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai
oleh organisasi.
5. Realistis, perencanaan yang baik perlu memenuhi persyaratan realistis.
Artinya, apa yang dirumuskan oleh perusahaan sesuai dengan fakta dan wajar
untuk dicapai dalam kondisi tertentu yang dihadapi perusahaan.
KESIMPULAN
KELOMPOK 12
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEMARANG
2018