Anda di halaman 1dari 9

Perencanaan dan Pengendalian Manajemen

Kelompok 7 :
Rika Rindani 1632510382

UNIVERSITAS BUDI LUHUR JAKARTA


Perencanaan dan Pengendalian Manajemen

Perencanaan Manajemen
Dalam proses manajemen, yang menjadi titik awalnya adalah perencanaan. Jadi
perencanaan sebagai awal kita melakukan proses manajemen sebelum kita melakukan
pengorganisasian, pengarahan, dan pengontrolan.
Menurut George R. Terry perencanaan adalah: “planning is the selecting and relating
of fact and the making and using of assumption regarding the future in the visualization and
formulating of proposed activities believed necessary to achieve desired result”.

Dalam pengertian tersebut bisa kita simpulkan antara lain:


1. Perencanaan merupakan kegiatan yang harus didasarkan pada fakta, data dan keterangan
kongkret.
2. Perencanaan merupakan suatu pekerjaan mental yang memerlukan pemikiran, imajinasi dan
kesanggupan melihat ke masa yang akan datang.
3. Perencanaan mengenai masa yang akan datang dan menyangkut tindakan-tindakan apa yang
dapat dilakukan terhadap hambatan yang mengganggu kelancaran usaha.

Pada intinya perencanaan dibuat sebagai upaya untuk merumuskan apa yang
sesungguhnya ingin dicapai oleh sebuah organisasi atau perusahaan serta bagaimana sesuatu
yang ingin dicapai tersebut dapat diwujudkan melalui serangkaian rumusan rencana kegiatan
tertentu.

Empat Tahap Dasar Perencanaan


Semua kegiatan perencanaan pada dasarnya melalui 4 tahapan berikut
ini :
1. Menetapkan tujuan atau serangkaian tujuan.Perencanaan dimulai dengankeputusan-
keputusan tentang keinginan atau kebutuhan organisasi atau kelompok
kerja.Tanpa rumusan tujuan yang jelas, organisasi akan menggunakan sumber
daya sumberdayanya secara tidak efektif.
2. Merumuskan keadaan saat ini. Pemahaman akan posisi perusahaansekarang dari
tujuan yang hendak di capai atau sumber daya -sumber daya yang tersediauntuk
pencapaian tujuan adalah sangat penting, karena tujuan dan rencana
menyangkutwaktu yang akan datang. Hanya setelah keadaa n perusahaan saat ini
dianalisa, rencanadapat dirumuskan untuk menggambarkan rencana kegiatan
lebih lanjut. Tahap kedua inimemerlukan informasi -terutama keuangan dan data
statistik yang didapat melaluikomunikasi dalam organisasi
3. Mengidentifikasi segala kemudahan dan hambatan. Segala kekuatan dankelemahan
serta kemudahan dan hambatan perlu diidentifikasikan untuk
mengukurkemampuan organisasi dalam mencapai tujuan. Oleh karena itu perlu
diketahui faktor-faktor lingkungan intren dan ekstern yang dapat membant u
organisasi mencapai tujuannya,atau yang mungkin menimbulkan masalah. Walau
pun sulit dilakukan, antisipasi keadaan,masalah, dan kesempatan serta ancaman
yang mungkin terjadi di waktu mendatang adalahbagian esensi dari proses
perencanaan
4. Mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan untuk pencapaian tujuanTahap
terakhir dalam proses perncanaan meliputi pengembangaan berbagaialternatif
kegiatan untuk pencapaian tujuan, penilaian alternatif -alternatif tersebut
danpemilihan alternatif terbaik (paling memu askan) diantara berbagai alternatif
yang ada.

Perencanaan Operasional
Perencanaan operasional diturunkan dari perencanaan taktis, mempunyai fokus yang
lebih sempit, jangka waktu yang lebih pendek (kurang dari 1 tahun) dan melibatkan
manajemen tingkat bawah.

Perencanaan Strategis
Perencanaan strategis merupakan rencana jangka panjang (lebih dari 5 tahun) untuk
mencapai tujuan strategis. Fokus perencanaan ini adalah organisasi secara keseluruhan.
Rencana strategis dapat dilihat sebagai rencana secara umum yang menggambarkan alokasi
sumberdaya, prioritas, dan langkah yang diperlukan untuk mencapai tujuan strategis. Tujuan
strategis biasanya ditetapkan oleh manajemen puncak.

Faktor Waktu dan Perencanaan


Perencanaan merupakan salah satu fungsi dari manajemen atau pengelolaan
termasuk pengelolaan komunikasi, baik ditinjau dari segi proses, bentuk maupun komponen-
komponen atau unsur-unsur.
Dari sudut proses, pengelolaan mencakup unsur-unsur dalam manajemen, baik secara
lengkap maupun secara sederhana. Secara lengkap unsur-unsur tersebut terdiri dari penelitian
pengembangan (litbang); perencanaan; pengorganisasian; pelaksanaan/ pengkomunikasian;
monitoring/pengawasan; dan penilaian. Secara singkat unsur tersebut dikenal dengan POAC
(Planning Organizing, Actuating dan Controlling). Setiap unsur harus mampu didefinisikan
baik secara logis maupun akademis. Dari masing-masing definisi setiap unsur/komponen
tidak boleh tumpang tindih. Proses pengelolaan, bisa berbentuk lingkaran (cycle) termasuk
proses komunikasi.
Dari sudut objek, perencanaan memerlukan faktor-faktor untuk pelaksanaannya, yaitu
man, money, material, dan method untuk mencapai tujuan.
Di samping faktor proses dan objek juga harus diperhatikan komponen-komponen dalam
proses komunikasi, seperti komunikator, pesan, media, komunikan, efek, feed back, tujuan,
dan lingkungan yang turut mempengaruhinya.

Konsep Dasar Perencanaan terutama yang menyangkut pengertian merupakan


langkah yang strategis di dalam menguasai konsep-konsep serta indikator-indikator dari
perencanaan itu sendiri.
Perencanaan merupakan proses karya yang berkesinambungan sampai pada tahap
pelaksanaan dan bahkan sampai pada tahap evaluasi. Seorang perencana selalu berusaha
mengorganisasikan sumber-sumber atau faktor-faktor, seperti orang, material, dana dalam
proses pengerjaan suatu kegiatan. Perencanaan juga merupakan langkah kedua dalam
pengelolaan kegiatan setelah mengidentifikasi masalah-masalah, baik dari hasil penelitian
maupun dari pengumpulan data yang sederhana.
Kurangnya berfikir strategis dan tidak mantapnya perencanaan dalam kegiatan
komunikasi akan menimbulkan kontroversi daripada memecahkan masalah. Dalam
perencanaan, sering berkaitan dengan istilah goal dan objective di samping meliputi
pendekatan-pendekatan dan strategi yang harus diadakan.
Proses perencanaan melibatkan berbagai unsur di antaranya menurut Harold Koontz
adalah menentukan tujuan, menetapkan premis-premis serta mencari dan menyelidiki
berbagai kemungkinan rangkaian tindakan yang diambil.
Dalam penilaian tiap-tiap kemungkinan yang diselidiki berdasarkan pertimbangan
untung rugi serta faktor-faktor yang akan mempengaruhi dalam pengambilan keputusan.
Harus disadari bahwa perencanaan banyak menghadapi faktor-faktor yang tidak pasti dan
berubah-ubah sehingga penilaian terhadap kemungkinan tersebut sangat sulit untuk
dilakukan.

Adapun unsur-unsur perencanaan adalah sebagai berikut:


1. Policy.
2. Prosedur.
3. Progress (kemajuan).
4. Program.

Fungsi dan manfaat perencanaan dalam dunia modern semakin mendapat tempat yang
paling penting karena di samping nilai manfaat juga fungsinya pun semakin dirasakan.
Manfaat dan fungsi perencanaan dapat disimpulkan, sebagai berikut:
1. Perencanaan itu penting karena di dalamnya memuat garis-garis tujuan baik yang berjangka
panjang ataupun pendek serta digariskan pula apa saja yang harus dilakukan agar tercapai
tujuan-tujuan tersebut.
2. Perencanaan berfungsi sebagai petunjuk (guide) bagi semua anggota organisasi.
3. Perencanaan merupakan proses yang terus-menerus.
4. Perencanaan berfungsi sebagai alat pengendali.
5. Perencanaan yang baik menjamin penggunaan sumber-sumber daya yang tersedia secara
efektif dan efisien.

Faktor waktu mempunyai pengaruh sangat besar terhadap perencanaan dalam tiga hal
yaitu :
1. Waktu sangat diperlukan untuk melaksanaakan perencanaan efektif
2. Waktu sering di perlukan setiap langkah perencanaan tanpa informasi lengkap tentang
variabel-variabel dan alternatif-alternatif,karena waktu diperlukan untuk mendapatkan data
dan memperhitungkan semua kemungkinan.
3. Jumlah waktu yang akan dicakup dalam rencan harus dipertimbangkan.
4. Factor waktu lainnya yang mempengaruhi perencanaan adalah seberapa sering rencana-
rencana harus ditinjau kembali dan diperbaiki..ini tergantung sumber daya yang tersedia dan
drajat ketetapan perencanaan manajemen.
5. Waktu perkiraan akan menjadi masukan penting sebagai teknik lainnya digunakan untuk
mengatur struktur dan semua proyek. Menggunakan teknik estimasi waktu yang baik dapat
mengurangi proyek-proyek besar ke sejumlah proyek-proyek kecil.

Elemen perencanaan
Perencanaan terdiri dari dua elemen penting, yaitu sasaran (goals) dan rencana itu sendiri
(plan).

1. Sasaran

Sasaran adalah hal yang ingin dicapai oleh individu, grup, atau seluruh
organisasi.Sasaran sering pula disebut tujuan. Sasaran memandu manajemen membuat
keputusan dan membuat kriteria untuk mengukur suatu pekerjaan.
Sasaran dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu sasaran yang dinyatakan (stated
goals) dan sasaran riil. Stated goals adalah sasaran yang dinyatakan organisasi kepada
masyarakat luas. Sasaran seperti ini dapat dilihat di piagam perusahaan, laporan tahunan,
pengumuman humas, atau pernyataan publik yang dibuat oleh manajemen. Seringkali stated
goals ini bertentangan dengan kenyataan yang ada dan dibuat hanya untuk memenuhi
tuntutan stakeholder perusahaan. Sedangkan sasaran riil adalah sasaran yang benar-benar
dinginkan oleh perusahaan. Sasaran riil hanya dapat diketahui dari tindakan-tindakan organisasi
beserta anggotanya.
Ada dua pendekatan utama yang dapat digunakan organisasi untuk mencapai sasarannya.
1. Pendekatan pertama disebut pendekatan tradisional.
Pada pendekatan ini, manajer puncak memberikan sasaran-sasaran umum, yang
kemudian diturunkan oleh bawahannya menjadi sub-tujuan (subgoals) yang lebih terperinci.
Bawahannya itu kemudian menurunkannya lagi kepada anak buahnya, dan terus hingga
mencapai tingkat paling bawah. Pendekatan ini mengasumsikan bahwa manajer puncak adalah
orang yang tahu segalanya karena mereka telah melihat gambaran besar perusahaan. Kesulitan
utama terjadi pada proses penerjemahan sasaran atasan oleh bawahan. Seringkali, atasan
memberikan sasaran yang cakupannya terlalu luas seperti "tingkatkan kinerja," "naikkan profit,"
atau "kembangkan perusahaan," sehingga bawahan kesulitan menerjemahkan sasaran ini dan
akhirnya salah mengintepretasi maksud sasaran itu .
2. Pendekatan kedua disebut dengan management by objective atau MBO.
Pada pendekatan ini, sasaran dan tujuan organisasi tidak ditentukan oleh manajer
puncak saja, tetapi juga oleh karyawan. Manajer dan karyawan bersama-sama membuat
sasaran-sasaran yang ingin mereka capai. Dengan begini, karyawan akan merasa dihargai
sehingga produktivitas mereka akan meningkat. Namun ada beberapa kelemahan dalam
pendekatan MBO. Pertama, negosiasi dan pembuatan keputusan dalam pendekatan MBO
membutuhkan banyak waktu, sehingga kurang cocok bila diterapkan pada lingkungan bisnis
yang sangat dinamis. Kedua, adanya kecenderungan karyawan untuk bekerja memenuhi
sasarannya tanpa memedulikan rekan sekerjanya, sehingga kerjasama tim berkurang. Ada juga
yang bilang MBO hanyalan sekedar formalitas belaka, pada akhirnya yang menentukan sasaran
hanyalah manajemen puncak sendiri.

2. Rencana

Rencana atau plan adalah dokumen yang digunakan sebagai skema untuk mencapai
tujuan. Rencana biasanya mencakup alokasi sumber daya, jadwal, dan tindakan-tindakan
penting lainnya. Rencana dibagi berdasarkan cakupan, jangka waktu, kekhususan, dan frekuensi
penggunaannya. Berdasarkan cakupannya, rencana dapat dibagi menjadi rencana strategis dan
rencana operasional. Rencana strategis adalah rencana umum yang berlaku diseluruh lapisan
organisasi sedangkan rencana operasional adalah rencana yang mengatur kegiatan sehari-hari
anggota organisasi.
Berdasarkan jangka waktunya, rencana dapat dibagi menjadi rencana jangka panjang
dan rencana jangka pendek. Rencana jangka panjang umumnya didefinisikan sebagai rencana
dengan jangka waktu tiga tahun, rencana jangka pendek adalah rencana yang memiliki jangka
waktu satu tahun. Sementara rencana yang berada di antara keduanya dikatakan
memiliki intermediate time frame.
Menurut kekhususannya, rencana dibagi menjadi rencana direksional dan rencana
spesifik. Rencana direksional adalah rencana yang hanya memberikan guidelines secara umum,
tidak mendetail. Misalnya seorang manajer menyuruh karyawannya untuk "meningkatkan profit
15%." Manajer tidak memberi tahu apa yang harus dilakukan untuk mencapai 15% itu. Rencana
seperti ini sangat fleksibel, namun tingkat ambiguitasnya tinggi. Sedangkan rencana spesifik
adalah rencana yang secara detail menentukan cara-cara yang harus dilakukan untuk mencapai
tujuan. Selain menyuruh karyawan untuk "meningkatkan profit 15%," ia juga memberikan
perintah mendetail, misalnya dengan memperluas pasar, mengurangi biaya, dan lain-lain.
Terakhir, rencana dibagi berdasarkan frekuensi penggunannya, yaitu single
use atau standing. Single-use plans adalah rencana yang didesain untuk dilaksanakan satu kali
saja. Contohnya adalah "membangun 6 buah pabrik di China atau "mencapai penjualan
1.000.000 unit pada tahun 2006." Sedangkan standing plans adalah rencana yang berjalan
selama perusahaan tersebut berdiri, yang termasuk di dalamnya adalah prosedur, peraturan,
kebijakan, dan lain-lain.

Pengendalian Manajemen
Pengendalian manajemen merupakan suatu istilah yang umum dan makin banyak digunakan
dalam berbagai variasi kepentingan dan pengertian. Kadang-kadang digunakan untuk
pemeriksaan rutin intern, misalnya pada penyusunan kembali pembukaan. Biasanya
interprestasi yang lebih sempit ini ternyata merupakan salah satu kegiatan daripada struktur
pengendalian manajemen yang luas itu.
Ada berbagai macam definisi mengenai pengendalian manajemen. Berikut ini akan disajikan
beberapa definisi tersebut :
1. Menurut Arief Suadi, Ph.D :
Pengendalian Manajemen adalah semua usaha untuk menjamin bahwa sumber daya
perusahaan digunakan secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan perusahaan.
Atau
Proses untuk mempengaruhi orang lain dalam sebuah perusahaan agar secara efektif dan
efisien mencapai tujuan perusahaan melalui strategi tertentu.
2. Menurut Anthony, Dearden dan Bedford :
Pengendalian Manajemen adalah semua metode, prosedur dan strategi organisasi, termasuk
sistem pengendalian manajemen yang digunakan oleh manajemen untuk menjamin bahwa
pelaksanaan sesuai dengan strategi dan kebijakan perusahaan.2
Selain definisi-definisi di atas, berikut ini juga akan disajikan definisi-definisi dari sistem
pengendalian manajemen.
Dari definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa :
Pengendalian manajemen adalah semua usaha perusahaan yang mencakup metode,
prosedur dan strategi perusahaan yang mengacu pada efisiensi dan efektivitas operasional
perusahaan, agar dipatuhinya kebijakan manajemen serta tercapainya tujuan perusahaan.
Di atas telah disebutkan bahwa pengendalian manajemen adalah proses untuk
mempengaruhi orang lain dalam perusahaan agar secara efektif dan efisien mencapai tujuan
perusahaan. Penentuan tujuan perusahaan dan strategi untuk mencapainya dilakukan dalam
suatu proses yang dinamakan Perencanaan Strategis. Perencanaan strategis adalah suatu
proses untuk menentukan tujuan perusahaan, dan strategi untuk mencapai tujuan tersebut. Oleh
karena perencanaan strategis tidak dapat lepas dari lingkungannya, maka perencanaan strategis
dapat juga dikatakan sebagai reaksi perusahaan terhadap lingkungan. Lingkungan perusahaan
adalah : karyawan, pemegang saham, pesaing, pelanggan, pemasok, lembaga keuangan,
pemerintah, dan masyarakat.
Tujuan perusahaan merupakan arah yang akan ditempuh perusahaan.
Pada saat perusahaan didirikan, perencanaan baru dapat dilakukan setelah tujuan dan strategi
pencapaian tersebut ditentukan. Sebaliknya, setelah perusahaan berjalan, realisasi yang efektif
dan efisien namun tidak mencapai tujuan perusahaan dapat menimbulkan evaluasi terhadap
program, strategi atau tujuan perusahaan, dan hal ini dapat terjadi berulang kali.
Selain memerlukan pengendalian manajemen, untuk mencapai tujuan perusahaan
diperlukan pengendalian yang lain yaitu : pengendalian tugas”. Pengendalian tugas adalah :
proses untuk menjamin bahwa sebuah pekerjaan dilakukan dengan cara yang efektif dan efisien.
Efisiensi menunjukkan perbandingan ntara keluaran (output) dengan masukan (input) yang
favourable. Sedangkan efektivitas menunjukkan perbandingan antara keluarga dengan tujuan.

Tujuan dan Fungsi Manajemen


Tujuan pengendalian manajemen
Tujuan pengendalian manajemen adalah untuk memotivasi dan memberi semangat
kepada para anggota organisasi, dan selanjutnya mencapai tujuan organisasi. Ini merupakan
proses mendeteksi dan memperbaiki kesalahan-kesalahan yang tidak disengaja dan
ketidakberesan yang disengaja, seperti pencurian atau penyalahgunaan sumber daya. Karena
fokusnya pada manusia dan implementasi rencana, pertimbangan psikologis menjadi dominan
dalam pengendalian manajemen. Kegiatan-kegiatan seperti komunikasi, meyakinkan,
mendesak, memberi semangat, dan memberi kritik adalah bagian penting dalam proses ini.

fungsi pengendalian manajemen


Fungsi pengendalian manajemen adalah pengukuran dalam perbaikan terhadap
pelaksanaan tujuan dan rencana perusahaan dapat dicapai. Pengendalian manajemen juga
dapat berfungsi untuk mengembangkan dan merevisi norma-norma (standard) yang memuaskan
sebagai ukuran pelaksanaan dan menyediakan pedoman serta bantuan kepada para anggota
manajemen yang lain dalam menjamin adanya penyesuaian hasil pelaksanaan yang sebenarnya
terhadap norma standard. Disini pengendalian manajemen mencoba agar pelaksanaan sesuai
dan cocok dengan rencana atau standard. Juga dalam fungsi ini, controller dapat membantu. Dia
tidak memaksakan pengendalian, kecuali dalam departemennya sendiri, tetapi dia menyediakan
informasi yang akan digunakan oleh pimpinan fungsional untuk mencapai pelaksanaan yang
diharuskan.
Kegiatan dalam bidang pengendalian ini menghabiskan waktu yang cukup banyak.
Sebagian informasi disediakan dari jam ke jam atau dari hari ke hari. Data lain disiapkan dari
minggu ke minggu atau dari bulan ke bulan, sesuai dengan kebutuhan keadaan. Sebagai
contoh, pada perusahaan yang lebih besar, informasi per jam atau per hari tentang pelaksanaan
belum mungkin berguna, atau biaya-biaya pengolahan per minggu mungkin dibutuhkan.
Dalam pendekatan masalah-masalah yang berhubungan dengan fungsi pengendalian
manajemen, suatu pandangan yang luas biasanya akan banyak membantu. Hasil akhir dari
fungsi pengendalian tidak hanya berupa suatu laporan atau prestasi kerja, melainkan
seharusnya juga mencakup pertimbangan – pertimbangan berikut ini :
1. Bantuan terhadap norma-norma untuk pengendalian.
2. Evaluasi terhadap norma standard, termasuk analisa yang berhubungan dengan hal itu.
3. Pelaporan tentang prestasi pelaksanaan jangka pendek yang sesungguhnya dibandingkan
dengan kerja yang telah distandardkan. Pengembangan trend dan hubungan-hubungan untuk
membantu para pimpinan operasional.
4. Memastikan bahwa melalui tujuan yang berkesinambungan, sistem dan prosedur dapat
menyediakan data yang diperlukan dan yang paling berguna atas basis yang paling praktis dan
ekonomis.
Disini jenis pengendalian yang baik adalah yang melihat ke depan. Ini harus diingat oleh
manajemen apabila dia berpartisipasi dalam fungsi pengendalian manajemen dengan
memberikan pemikiran yang terus menerus terhadap langkah-langkah yang mungkin perlu
diambil sebelum dimulai tindakan operasi untuk menjamin adanya pelaksanaan yang sesuai
dengan norma atau yang diinginkan. Ini dapat dinamakan sebagai “preventive control”
(pengendalian preventive).

Jenis Pengendalian Manajemen


Sistem pengendalian manajemen dapat dibagi dalam 5 (lima) jenis:
1. Pengendalian pencegahan (preventive controls)
2. Pengendalian deteksi (detective controls)
3. Pengendalian koreksi (corrective controls)
4. Pengendalian pengarahan (directive controls)
5. Pengendalian kompensatif (compensating controls)
Rincian kelima jenis pengendalian di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pengendalian pencegahan (preventive controls)
Pengendalian pencegahan dimaksudkan untuk mencegah terjadinya suatu kesalahan.
Pengendalian ini dirancang untuk mencegah hasil yang tidak diinginkan sebelum kejadian itu
terjadi. Pengendalian pencegahan berjalan efektif apabila fungsi atau personel melaksanakan
perannya. Contoh pengendalian pencegahan meliputi: kejujuran, personel yang kompeten,
pemisahan fungsi, reviu pengawas dan pengendalian ganda. Sebagaimana peribahasa
mengatakan “lebih baik mencegah daripada mengobati” demikian pula dengan pengendalian.
Pengendalian pencegahan jauh lebih murah biayanya dari pada pengendalian pendeteksian
atau korektif. Ketika dirancang ke dalam sistem, pengendalian pencegahan memperkirakan
kesalahan yang mungkin terjadi sehingga mengurangi biaya perbaikannya. Namun demikian,
pengendalian pencegahan tidak dapat menjamin tidak terjadinya kesalahan atau kecurangan
sehingga masih dibutuhkan pengendalian lain untuk melengkapinya.
2. Pengendalian deteksi (detective controls)
Sesuai dengan namanya pengendalian deteksi dimaksudkan untuk mendeteksi suatu
kesalahan yang telah terjadi. Rekonsiliasi bank atas pencocokan saldo pada buku bank
dengan saldo kas buku organisasi merupakan kunci pengendalian deteksi atas saldo kas.
Pengendalian deteksi biasanya lebih mahal daripada pengendalian pencegahan, namun tetap
dibutuhkan dengan alasan: Pertama, pengendalian deteksi dapat mengukur efektivitas
pengendalian pencegahan. Kedua, beberapa kesalahan tidak dapat secara efektif dikendalikan
melalui sistem pengendalian pencegahan sehingga harus ditangani dengan pengendalian
deteksi ketika kesalahan tersebut terjadi.
Pengendalian deteksi meliputi reviu dan pembandingan seperti: catatan kinerja
dengan pengecekan independen atas kinerja, rekonsilasi bank, konfirmasi saldo bank, kas
opname, penghitungan fisik persediaan, konfirmasi piutang/utang dan sebagainya.
3. Pengendalian koreksi (corrective controls)
Pengendalian koreksi melakukan koreksi masalah-masalah yang teridentifikasi oleh
pengendalian deteksi. Tujuannya adalah agar supaya kesalahan yang telah terjadi tidak
terulang kembali. Masalah atau kesalahan dapat dideteksi oleh manajemen sendiri atau oleh
auditor. Apabila masalah atau kesalahan terdeteksi oleh auditor, maka wujud pengendalian
koreksinya adalah dalam bentuk pelaksanaan tindak lanjut dari rekomendasi auditor.
4. Pengendalian pengarahan (directive controls)
Pengendalian pengarahan adalah pengendalian yang dilakukan pada saat kegiatan
sedang berlangsung dengan tujuan agar kegiatan dilaksanakan sesuai dengan kebijakan atau
ketentuan yang berlaku. Contoh atas pengendalian ini adalah kegiatan supervisi yang
dilakukan langsung oleh atasan kepada bawahan atau pengawasan oleh mandor terhadap
aktivitas pekerja.
5. Pengendalian kompensatif (compensating controls)
Pengendalian kompensatif dimaksudkan untuk memperkuat pengendalian karena
terabaikannya suatu aktivitas pengendalian. Pengawasan langsung pemilik usaha terhadap
kegiatan pegawainya pada usaha kecil karena ketidak-adanya pemisahan fungsi merupakan
contoh pengendalian kompensatif.

Anda mungkin juga menyukai