Anda di halaman 1dari 24

 

BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

A.  Definisi Abses Tangan


Abses (Latin : abscessus)
abscessus) merupakan kumpulan nanah (netrofil yang telah mati)
yang terakumulasi di sebuah kavitas jaringan karena adanya proses infeksi (biasanya
oleh bakteri atau parasit) atau karena adanya benda asing (misalnya serpihan, luka
 peluru, atau jarum suntik). Abses pada tangan merupakan terbentuknya kumpulan nanah
( pus)
 pus) pada tangan, yang biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri. Dinding rongga abses
 biasanya terdiri atas sel yang telah cedera, tetapi masih hidup. Isi abses yang berupa
nanah tersebut terdiri atas sel darah putih dan jaringan yang nekrotik dan mencair.
Ada dua jenis abses, septik dan steril. Abses septik dapat terjadi di seluruh bagian
tubuh. Abses septik disebabkan oleh bakteri. Sebagai respons kekebalan tubuh
terhadap bakteri, sel-sel darah putih berkumpul di tempat yang terinfeksi dan mulai
memproduksi enzim yang menyerang bakteri. Enzim ini menghancurkan dan membunuh
 bakteri, akan tetapi enzim ini juga mencerna jaringan tubuh. Cairan ( pus) 
 pus)  abses
merupakan suatu campuran dari jaringan nekrotik, bakteri, dan sel darah putih yag sudah
mati, yang dicairkan oleh enzim autolitik. Pada saat tekanan di dalam rongga meningkat,
maka  pus (nanah) mengambil jalur pada daya tahan terendah dan dapat keluar melalui
kulit atau ke dalam rongga atau visera tubuh bagian dalam.
Sedangkan abses steril bukan disebabkan oleh bakteri, tetapi disebabkan oleh iritasi
seperti jarum suntik. Abses steril tidak menyebabkan infeksi, biasanya berupa benjolan
 padat dan keras karena bekas luka, dan tidak mengandung
mengandung cairan nanah.

B.  Anatomi dan Fisiologi Punggung Tangan


Tulang tangan disusun dalam beberapa kelompok. Karpal (tulang pangkal tangan)
atau tulang yang masuk formasi pergelangan adalah tulang pendek terdiri dari
metakarpal yang membentuk kerangka tapak tangan dan berbentuk tulang pipa. Dan
falanx yang merupakan tulang jari dan berbentuk tulang pipa.
Tulang karpal terdiri dari 8 tulang pendek yang berartikulasi dengan ujung distal
ulna dan radius, dan dengan ujung proksimal dari tulang metakarpal. Antara tulang-

1
 

tulang karpal tersebut terdapat sendi geser. Ke delapan tulang tersebut adalah scaphoid,
adalah scaphoid,
lunate, triqutrum, piriformis, trapezium, trapezoid,
tr apezoid, capitate, dan hamate.

a.  Metakarpal

2
 

Metakarpal terdiri dari 5 tulang yang terdapat di pergelangan tangan dan bagian
 proksimalnya berartikulasi dengan bagian distal tulang-tulang karpal. Persendian yang
dihasilkan oleh tulang karpal dan metakarpal membuat tangan menjadi sangat fleksibel. Pada
ibu jari, sendi pelana yang terdapat antara tulang karpal dan metakarpal memungkinkan ibu
 jari tersebut melakukan gerakan seperti menyilang telapak tangan dan memungkinkan

menjepit/menggenggam sesuatu. Khusus di tulang metakarpal jari 1 (ibu jari) dan 2 (jari
telunjuk) terdapat tulang sesamoid.

 b. Falang

Falang juga tulang panjang,mempunyai batang dan dua ujung. Batangnya


mengecil diarah ujung distal. Terdapat empat belas falang, tiga pada setiap jari dan dua
 pada ibu jari.Sendi engsel yang terbentuk antara tulang phalangs membuat gerakan
tangan menjadi lebih fleksibel terutama untuk menggenggam sesuatu.

C.  Etiologi

Abses pada tangan cukup sering terjadi, dan biasanya


bias anya disebabkan oleh cedera. Abses bisa
terjadi di bagian mana saja di tangan. Infeksi dapat terjadi setelah adanya cedera pada

3
 

kulit, misalnya kulit terluka akibat tertusuk benda tajam. Abses pada telapak tangan juga
 bisa terjadi akibat adanya kalus (kapalan) yang terinfeksi.
Menurut Siregar (2004) suatu infeksi bakteri bisa menyebabkan abses melalui beberapa
cara : 
a)  Bakteri masuk ke bawah kulit akibat luka yang berasal dari tusukan jarum

yang tidak steril


 b) Bakteri menyebar dari suatu infeksi di bagian tubuh yang
yang lain
c) Bakteri yang dalam keadaan normal hidup di dalam
dalam tubuh manusia dan
tidak menimbulkan gangguan, kadang bisa menyebabkan terbentuknya
abses.
Peluang terbentuknya suatu abses akan meningkat jika:

   terdapat kotoran atau benda asing di daerah tempat terjadinya


t erjadinya infeksi

   daerah yang terinfeksi mendapatkan aliran darah yang kurang

   terdapat gangguan sistem
gangguan sistem kekebalan.
kekebalan.

   Bakteri tersering penyebab abses adalah Staphylococus Aureus

Abses bisa terbentuk di seluruh bagian tubuh, termasuk paru-paru, mulut, rektum
rektum dan
 dan
otot. Abses sering ditemukan di dalam kulit atau tepat dibawah kulit, terutama jika
timbul di wajah. Suatu abses yang terbentuk tepat dibawah kulit biasanya tampak sebagai
 benjolan. Adapun lokasi abses antara
anta ra lain
la in ketiak,
keti ak, telinga,
t elinga, dan tungkai bawah. Jika abses
akan pecah, maka daerah pusat benjolan akan lebih putih karena kulit diatasnya menipis.
Suatu abses di dalam tubuh, sebelum menimbulkan gejala seringkali terlebih tumbuh
lebih besar. Paling sering,
se ring, abses akan menimbulkan Nyeri tekan dengan massa
yang berwarna merah, hangat pada permukaan abses, dan lembut

D.  Manifestas
Manifestasii Klinis
Gejala-gejala yang dapat ditemukan meliputi: 
  nyeri yang hebat,
  rasa hangat, dan
  kemerahan pada daerah terbentuknya abses.
   pembengkakan pada kelenjar getah bening didekatnya.

4
 

Abses pada telapak tangan awalnya dirasakan sebagai nyeri berdenyut yang hebat
dengan pembengkakan dan sakit sekali jika disentuh. Pembengkakan dan rasa nyeri yang
terjadi bisa lebih hebat pada punggung tangan dibandingkan pada telapak tangan.

Abses juga bisa berbentuk di sekitar tendon yang berada di sepanjang bagian dalam
 jari tangan. Abses jenis ini disebabkan oleh cedera yang menembus salah satu lipatan
li patan jari
 pada telapak tangan. Akibatnya, mekanisme pergerakan pada tendon yang terkena
menjadi terganggu, sehingga jari tangan hampir tidak dapat digerakkan. Selain itu,
serngkali ditemukan pembengkakan kelenjar getah bening di dekat abses dan juga
demam.

E.  Patofisiologi

Bakteri Gram Positif

(Staphylococcus aureus Streptococcus mutans) 


mutans) 

Mengeluarkan enzim hyaluronidase dan enzim koagulase

merusak jembatan antar sel

transpor nutrisi antar sel terganggu

Jaringan rusak/mati/nekrosis

Media bakteri yang baik


Jaringan terinfeksi

Peradangan

5
 

Sel darah putih mati

Demam
Pembedahan 
Jaringan menjadi abses
& berisi PUS
Gangguan
Thermoregulator
(Pre Operasi)
Pecah 
Reaksi Peradangan
(Rubor, Kalor, Tumor, Dolor, Fungsiolaesea)

Luka Insisi

 Nyeri Resiko Penyebaran Infeksi  Nyeri


(Pre dan Post Operasi)
(Pre Operasi) (Post Operasi)

Sumber : Hardjatmo Tjokro Negoro, PHD dan Hendra Utama, 2001

F.  Masalah yang lazim muncul


1.   Nyeri Akut berhubungan dengan
dengan agen injuri biologi
2.  Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
3.  Kerusakan Intergritas kulit berhubungan dengan trauma jaringan.
4.  Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan sekunder
(leucopenia)
5.  Defisiensi pengetahuan b.d kurang pengetahuan tentang proses penyakit
6.  Ansietas b.d krisis situasional (tindakan yang akan dilakukan)

G.  Pemeriksaan Penunjang


1)  Pemeriksaan laboratorium : Peningkatan jumlah sel darah putih.
2)  Untuk menentukan ukuran dan lokasi abses dilakukan pemeriksaan
rontgen,USG, CT Scan, atau MRI
3)  Kultur : mengidentifikasi organisme penyebab
penyebab abses sentivitas menentukan
obat yang paling efektif.

6
 

4)  Pemeriksaan pembekuan : Trombositopenia dapat terjadi karena agregasi


trombosit, PT/PTT mungkin memanjang menunjukan koagulopati yang
diasosiasikan dengan iskemia hati/sirkulasi toksin/status syok.

H.  Komplikasi

Komplikasi mayor dari abses adalah penyebaran abses ke jaringan sekitar atau
 jaringan yang jauh dan kematian jaringan setempat yang ekstensif (gangren). Pada
sebagian besar bagian tubuh, abses jarang dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga
tindakan medis secepatnya diindikasikan ketika terdapat kecurigaan akan adanya
abses. Suatu abses dapat menimbulkan konsekuensi yang fatal.
Meskipun jarang, apabila abses tersebut mendesak struktur
st ruktur yang vital, misalnya abses
leher dalam yang dapat menekan trakea. (Siregar, 2004)

I.  Penatalaksanaan Medis 

Menurut Morison (2003), Abses luka biasanya tidak membutuhkan penanganan


menggunakan antibiotik. Namun demikian, kondisi tersebut butuh ditangani dengan
intervensi bedah dan debridement. Suatu abses harus diamati dengan teliti untuk
mengidentifikasi penyebabnya, terutama apabila disebabkan oleh benda asing, karena
 benda asing tersebut harus diambil. Apabila tidak disebabkan oleh benda asing,
 biasanya hanya perlu dipotong dan diambil absesnya, bersamaan dengan pemberian
obat analgetik dan antibiotik.
Drainase abses dengan menggunakan pembedahan diindikasikan apabila abses
telah berkembang dari peradangan serosa yang keras menjadi tahap nanah yang lebih

lunak. Drain dibuat dengan tujuan mengeluarkan cairan abses yang senantiasa
diproduksi bakteri. Apabila menimbulkan risiko tinggi, misalnya pada area-area yang
kritis, tindakan pembedahan dapat ditunda atau dikerjakan sebagai tindakan terakhir
yang perlu dilakukan. Memberikan kompres hangat dan meninggikan posisi anggota
gerak dapat dilakukan untuk membantu penanganan abses kulit.
Karena sering kali abses disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus,
aureus,
antibiotik antistafilokokus seperti flucloxacillin atau dicloxacillin sering digunakan.
Dengan adanya kemunculan Staphylococcus aureus resisten Methicillin (MRSA) yang
didapat melalui komunitas, antibiotik biasa tersebut menjadi tidak efektif. Untuk

menangani MRSA yang didapat melalui komunitas, digunakan antibiotik lain:


clindamycin, trimethoprim-sulfamethoxazole, dan doxycycline.

7
 

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses
yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk

mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Nursalam, 2001, hal.17).


Menurut Smeltzer & Bare (2001), Pada pengkajian keperawatan, khususnya sistem
integumen, kulit bisa memberikan sejumlah informasi mengenai status kesehatan
seseorang dan merupakan subjek untuk menderita lesi atau terlepas. Pada
 pemeriksaan fisik dari ujung rambut sampai ujung kaki, kulit merupakan hal yang
menjelaskan pada seluruh pemeriksaan bila bagian tubuh yang spesisifik
diperiksa.Pemeriksaan spesifik mencakup warna, turgor, suhu, kelembaban, dan lesi
atau parut. Hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :
a)  Riwayat Kesehatan 

Hal  –  hal yang perlu dikaji di antaranya adalah :


1)  Abses di kulit atau dibawah kulit sangat mudah dikenali, sedangkan abses
dalam seringkali sulit ditemukan.
2)  Riwayat trauma, seperti tertusuk jarum yang tidak steril atau terkena peluru.
3)  Riwayat infeksi ( suhu tinggi ) sebelumnya yang secara cepat menunjukkan
rasa sakit diikuti adanya eksudat tetapi tidak
ti dak bisa dikeluarkan.
b)  Pemeriksaan Fisik  

Pada pemeriksaan fisik ditemukan :

1)  Luka terbuka atau tertutup


2)  Organ / jaringan terinfeksi
3)  Massa eksudat dengan bermata
4)  Peradangan dan berwarna pink hingga kemerahan
5)  Abses superficial dengan ukuran bervariasi
6)  Rasa sakit dan bila dipalpasi akan terasa fluktuaktif.

c)  Pemeriksaan laboratorium dan diagnostik  


1)  Hasil pemeriksaan leukosit menunjukan peningkatan jumlah sel darah

 putih.

8
 

2)  Untuk menentukan ukuran dan lokasi abses dilakukan pemeriksaan


rontgen, USG, CT, Scan, atau MRI.

2.  Diagnosa Keperawatan dan Intervensi  


No Diagnosa Keperawatan
Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Intervensi

1 Nyeri Akut Kriteria Hasil -  Lakukan pegkajian nyeri


Definisi : pengalaman   Mampu mengontrol secara komprehensif
sensori dan emosional yang nyeri (tahu penyebab termasuk lokasi,
tidak menyenangkan yang nyeri, mampu karakteristik, durasi,
muncul akibat kerusakan menggunaka teknik frekuensi, kualitas, dan
 jaringan yang aktual atau nonfarmakologi untuk faktor prepitasi 
 potensial atau digambarkan mengurangi nyeri, -  Observasi reaksi nonverbal
dalam hal kerusaka mencari bantuan)  dari ketidaknyamanan 
sedemikian rupa   Melaporkan bahwa nyeri -  Gunakan teknik komunikasi

(International Association  berkurang dengan teraupetik untuk mengethaui


for study of pain): awitan manajemen nyeri   pengalaman nyeri pasien 
yang tiba-tiba atau lambat   Mampu mengenali nyeri -  Kaji kultur yang
dari intensitas ringan hingga (skala, intensitas, mempengaruhi respon nyeri 
 berat dengan akhir yang frekuensi dan tanda -  Evaluasi pengalaman yeri
dapat diprediksi dan nyeri)  masa lampau 
 berlangsung <6 bulan.   Menyatakan rasa -  Evaluasi bersama pasien
Batasan Karakteristik:
Karakteristik: nyaman setelah nyeri dan tim kesehatan lain
  Perubahan selera makan   berkurang  tentang ketidakefektifan

  Perubahan tekanan darah  kontrol nyeri masa lampau 


  Peerubahan frekuensi -  Bantu pasien dan keluarga

 jantung  untuk mencari dan

  Perubahan frekuensi menemukan dukungan 

 pernapasan  -  Kontrol lingkungan yang

  Laporan isyarat  dapat mempengaruhi nyeri

  Diaforesis  seperti suhu ruangan,

  Perilaku distraksi (mis.,  pencahayaan, dan

 berjalan mondar-mandir kebisingan 

mencari orang ain dan -  Kurangi faktor prepitasi

9
 

atau aktivitas lain, nyeri 


aktivitas yang berulang)   -  Pilih dan lakukan
  Mengekspresikan
  penangana nyeri
 perilaku (mis., gelisah, (farmakologi, non
meregek, menangis)  farmakologi dan

  Masker wajah (mis., interpersonal) 


mata kurang bercahaya, -  Kaji tipe dan sumber nyeri

tampak kacau, gerakan untuk menentukan

mata berpencar atau intervensi 

tetap pada fokus -  Ajarkan teknik non

meringis)  farmakologi 

  Sikap melindungi area


 -  Berikan analgetik untuk

nyeri  mengurangi nyeri 

  Fokus menyempit

-  Evaluasi keefektifan kontrol

(mis.,gangguan persepsi nyeri 


nyeri, hambatan proses -  Tingkatkan istirahat 

 berfikir, penurunan -  Kolaborasikan dengan

interaksi dengan orang dokter jika ada keluhan dan

dan lingkungan)  tindakan nyeri tidak berhasil  

  Indikasi nyeri yang dapat



-  Monitor peerimaan pasien

diamati  tentang manajemen nyeri 

  Perubahan posisi untuk



Analgesic Administration

menghindari nyeri  -  Tentukan lokasi,

  Sikap tubuh melindungi


 karakteristik, kualitas dan
  dilatasi pupil 

derajat nyeri sebelum
 pemberian obat
  melaporkan nyeri secara

-  Cek instruksi dokter tentang


verbal 
 jenis obat, dosis, dan
  gangguan tidur  

frekuesi
Faktor yang berhubungan
-  Cek riwayat alergi
  agen cedera (mis.,

-  Pilih analgesik yang


 biologis, zat kimia, fisik,
diperlukan atau kombinasi
 psikologis)
dari analgesik ketika

10
 

 pemberian lebih dari satu


-  Tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan beratnya
nyeri
-  Tentukan analgesik pilihan,

rute
-  Pilih rute pemberian secara
IV, IM untuk pengobatan
nyeri secara teratur
-  Monitor vital sign sebelum
dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali
-  Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat nyeri

hebat
-  Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan gejala
2 Hipertermia Kriteria Hasil: -  Monitor suhu sesering
Definisi : peningkatan suhu  Suhu tubuh dalam rentang mungkin
tubuh diatas kisaran normal normal  -  Monitor IWL
Batasan karakteristik :   Nadi
 Nadi dan RR dalam -  Monitor warna dan suhu
  Konvulsi rentang normal  kulit
  Kulit kemerahan  Tidak ada perubahan -  Monitor tekanan darah,


  Oeningkatan suhu tubuh warna kulit dan tidak ada nadi, dan RR
diatas kisaran normal  pusing  -  Monitor penurunan tingkat

  Kejang kesadaran

  Takikardi -  Monitor WBC, Hb, dan Hct

  Takipnea -  Monitor intake dan output

  Kulit terasa hangat -  Berikan anti piretik

Faktor yang berhubungan: -  Berikan pengobatan untuk

  Anastesia  mengatasi penyebab demam


-  Selimuti pasien
  Penurunan respirasi 
  Dehidrasi  -  Lakukan tapid sponge

11
 

  Pemajanan lingkungan
 -  Kolaborasi pemberian

yang panas  cairan intravena

  Penyakit 
 -  Kompres pasien pada lipat

  Pemakaian pakaian yang



 paha dan aksila

tidak sesuai dengan suhu -  Tingkatkan sirkulasi udara

lingkungan  -  Berikan pengobatan untuk


  Penigkatan laju

mencegah terjadinya

metabolisme  menggigil

  Medikasi 

Temperaturee regulation
Temperatur

  Trauma 

-  Monitor suhu minimal tiap 2

  Aktivitas berlebihan 

 jam
-  Rencanakan monitoring
suhu secara kontinu
-  Monitor TD, nadi, dan RR

-  Monitor warna dan suhu


kulit
-  Monitor tanda-tanda
hipertermi dan hiotermi
-  Tingkatkan intake nutrisi
dan cairan
-  Selimuti asien untuk
mencegah hilangnya
kehangatan tubuh

-  Ajarkan pada pasien cara


mecegah keletihan akibat
 panas
-  Diskusikan tentang
 pentingnya pengaturan suhu
dan kemungkinan efek
negatif dari kedinginan
-  Bertitahukan tentang
indikasi dari hipotermia dan

 penanganan yang diperlukan

12
 

-  Berikan antipiretik jika


 perlu
Vital sign monitoring
-  Monitor TD, nadi, suhu, dan
RR

-  Catat adanya fluktuasi


tekanan darah
-  Monitor VS saat pasien
 berbaring, duduk, atau
 berdiri
-  Aukultasi TD pada kedua
lengan dan bandingkan
-  Monitor TD, nadi, RR,
sebelum, selama, dan

setelah aktivitas
-  Monitor kualitas dari nadi
-  Monitor frekuensi dan irama
 pernapasan
-  Monitor suara paru
-  Monitor pola pernapasan
abnormal
-  Monitor suhu, warna,
kelembaban kulit

-  Monitor sianosis perifer


-  Monitor adanya cushinf
triad (tekanan nadi yang
melebar, brakikardia,
 penigkatan sistolik)
-  Identifikasi penyebab dari
 perubahan vital sign
3 Kerusakan integritas Kriteria hasil: -  Anjurkan pasien untuk
 jaringan   Perfusi jaringan normal  menggunakan pakaian yang

Definisi : keusakan jaringan 


  Tidak ada tanda-tanda longgar

13
 

membran mukosa, kornea, infeksi  -  Jaga agar kulit tetap bersih


itegumen, atau subkutan   Ketebalan dan tekstur
 dan kering
Batasan karakteristik
karakteristik  jaringan normal  -  Mobilisasi pasien (ubah
  Kerusakan jaringan (mis.,
   Menunjukkan
  posisi pasien) setiap dua jam
kornea, membaran  pemahaman dalam sekali

mukosa, kornea,  proses perbaikan kulit -  Monitor kulit akan adanya


integumen, atau subkutan)  dan mencegah terjadinya kemerhan
  Kerusakan jaringa 
 cidera berulang  -  Oleskan lotion ataua

Faktor yang berhubungan   Menunjukkan terjadinya


 minyak/baby oil pada

  Gangguan sirkulasi 
  proses penyembuhan daerah yang tertekan

  Iritan zat kimia 


 luka  -  Monitpr aktivitas dan

  Defisit cairan 

mobilisasi pasien

  Kelebihan cairan 

-  Monitor statuts nutrisi

  Hambatan mobilitas fisik  



 pasien

  Kurang pengetahuan 
 -  Memandikan pasien dengan
sabun dan air hangat
  Faktor mekanik (mis.,

-  Observasi luka : lokasi,


tekanan, koyakan /
dimensi, kedalaman luka,
robekan, friksal) 
 jaringan nekrotik, tanda-
  Faktor nutrisi (mis.,

tanda infeksi lokal, formasi


kekurangan atau
traktus
kelebihan) 
-  Ajarkan keluarga tentang
  Radiasi 

luka dan perawatan luka


  Suhu ekstrem 

-  Kolaborasi ahli gizi


 pemberian diet TKTP
-  Cegah kontaminasi feses
dan urin
-  Lakukan teknik perawatan
luka dengan steril
-  Berikan posisi yang
mengurangi tekanan pada
luka

-  Hindari kerutan tempat tidur

14
 

4 Resiko infeksi Kriteria Hasil -  Bersihkan limgkungan


Definisi : mengalami   Klien bebas dari tanda
 setelah dipakai pasien lain 
 peningktanan resiko dan gejala infeksi -  Pertahankan teknik isolasi 
terserang organisme   Mendeskripsikan proses
 -  Batasi pengunjung bila
 patogenik  penularan penyakit,  perlu 

Faktor-faktor resiko:
Faktor-faktor faktor yang -  Instruksikan pada
  Penyakit kronis   mempengaruhi  pengunjung untuk
untuk mencuci
-  DM   penularan serta tangan saat berkunjung
-  Obesitas   penatalaksanaannya  meninggalka pasien 

  Pengetahuan yang tidak   Menunjukkan


 -  Gunakan sabun antimikroba

cukup untuk menghindari kemampuan untuk untuk cuci tangan 


 pemajanan patogen mencegah timbulnya -  Cuci tangan setiap sebelum

  Pertahanan tubuh primer infeksi  dan sesudah tindakan

yang tidak adekuat   Jumlah leukosit dalam


 keperawatan 

-  Gangguan peritalsis  batas normal  -  Gunakan baju, sarung


-  Kerusakan integritas   Menunjukkan perilaku

tangan sebagai alat

kulit (pemasangan hidup sehat   pelindung 

kateter intravena, -  Pertahankan ligkungan

 prosedur invasif) aseptik selama pemasangan

-  Perubahan sekresi alat 

PH -  Ganti letak IV perifer dan

-  Penurunan kerja line central dan dressing

siliaris sesuai dengan petunjuk

-  Pecah ketuban dini umum 


-  Pecah ketuban lama -  Gunakan kateter intermiten

-  Merokok untuk menurunkan infeksi

-  Statis cairan tubuh kandung kemih 

-  Trauma jaringan -  Tingkatkan intake nutrisi 

(mis., trauma -  Berikan terapi antibiotik

deftruksi jaringan)  bila perlu (proteksi terhadap

  Ketidakadekuatan infeksi) 

 pertahanan sekunder -  Monitor tanda dan gejala

-  Penurunan Hb infeksi sistemik dan lokal 

15
 

-  Imunosupresi -  Monitor hitung granulosit,


(mis.,imunitas WBC 
didapat tidak -  Monitor kerentanan
adekuat, agen terhadap infeksi 
farmaseutikal -  Batasi pengunjung 

termasuk -  Sering pengunjung terhadap


imunosupresan,  penyakit menular  
steroid, antibodi -  Pertahankan teknik aspesis
monoklonal,  pada pasien yang beresiko 
imunomudulator) -  Pertahankan teknik isolasi
-  Supresi respon k/p 
inflamasi -  Berikan perawatan kulit
   Vaksinasi tidak adekuat  pada area edema 
   Pemajanan terhadap -  Inspeksi kulit dan membran

 patogen lingkungan mukosa terhadap


meningkat kemerahan, panas, drainase 
-  Wabah -  Inspeksi kondisi luka/ insisi

  Prosedur invasif
  bedah 

  malnutrisi
 -  Dorong masukan nutrisi
yang cukup 
-  Dorong masukan cairan  
-  Dorong istirahat 
-  Insruksikan pasien untuk

minu antibiotik sesuai resep 


-  Ajarkan pasien dan keluarga
tanda dan gejala infeksi  
-  Ajarkan cara menghindari
infeksi 
-  Laporkan kecuriagaa infeksi 
-  Laporkan kultur pisitif  
5 Defisiensi pengetahuan
pengetahuan Kriteria Hasil: -  Berikan penilaian tentang
Definisi : ketiadaan atau   Pasien dan keluarga tingkat pengetahuan pasien

defisiensi informasi kognitif menyatakan pemahaman tentang proses penyakit

16
 

yang berkaitan dengan topik tentang yang spesifik  


tertentu  penyakit,kondisi, -  Jelaskan patofisiologi dari
Batasan karakeristik:
karakeristik:  prognosis dan program  penyakit dan bagaimana hal
  Perilaku hiperbola  pengobatan  ini berhubungan dengan

  Ketidakakuratan   Pasien dan keluarga


 anatomi dan fisiologi,

mengikuti perintah mampu melaksananakan dengan cara yang tepat 


  Ketidakakuratan  prosedur yang dijelaskan -  Gambarkan tanda dan gejala

melakukan tes secara benar   yang biasa muncul pada

  Perilaku tidak tepat (mis.,   Pasien dan keluarga


  penyakit, dengan cara yang

histeria, bermusuhan, mapu menjelaskan tepat 

agitasi, apatis) kembali apa yang -  Gambarkan proses penyakit,

  Pengungkapan masalah dijelaskan perawat / tim dengan cara yang tepat 

Faktoryanng kesehatan lainnya  -  Sediakan informasi pada

erhubungan  pasien tentang kondisi,


  Keterbatasan kognitif   dengan cara yang tepat 
  Salah interpretasi -  Hindari jaminan yang

informasi  kosong 
-  Sediakan bagi keluarga atau
  Kurang pajanan 
SO informasi tentang
  Kurang minat dalam
kemajuan pasien dengan
 belajar  
cara yang tepat  
  Kurang dapat mengingat 
-  Diskusikan perubahan gaya
  Tidak familier dengan
hidup yang mungkin
sumber informasi 
diperlukan untuk mencegah
komplikasi dimasa yang aka
datang dan atau proses
 pengontrolan penyakit 
-  Diskusikan pilihan terapi
atau penanganan 
-  Dukung pasien untuk
mengeksplorasikan atau
mendapatkan second

opinion dengan cara yang

17
 

tepat atau diindikasikan 


-  Rujuk pasien pada grup atau
agensi di komunitas lokal,
dengan cara yang tepat 
-  Instruksikan pasien

mengenai tanda gejala untuk


melaporkan pada pemberi
 perawatan kesehatan,
dengan cara yang tepat 
6 Ansietas Kriteria Hasil -  Gunakan pendekatan yang
Definisi : perasaan tidak   Klien mampu
 menenangkan 
nyaman atau kekhawatiran mengidentifikasi dan -   Nyatakan dengan jelas
yang samar disertai respon mengungkapkan gejala harapan terhadapa pelaku
autonom (sumber seringkali cemas   pasien 

tidak spesifik atau tidak   Mengidentifikasikan,



-  Jelaskan semua prosedur
diketahui oleh individu); mengungkapkan dan dan apa yang dirasakan
 perasaan takut yang menunjukkan teknik selama prosedur  
disebabkan oleh antisipasi untuk mengontrol cemas   -  Pahami prepektif pasien
terhadap bahaya. Hal ini   Vital sign dalam batas
 terhadap situasi stres  
merupakan isyarat normal, postur tubuh, -  Temani pasien untuk
kewaspadaan yang ekspresi wajah, bahasa meberikan keamanan dan
memperingatkan individu tubuh dan tingkat mengurangi takut 
akan adanya bahaya dan aktivitas menunjukkan -  Dorong keluarga untuk

kemampuan individu untuk  berkurangnya menemani anak  


 bertindak menghadapi kecemasan  -  Lakukan back/ neck rub  
ancaman -  Dengarkan dengan penuh
Batasan karakteristik
karakteristik  perhatian 
  Perilaku:  -  Identifikasi tingkat
-  Penurunan kecemasan 
 produktivitas  -  Bantu pasien mengenai
-  Gerakan yang situasi yang menimbulkan
irevelen  kecemasan 

-  Gelisah  -  Dorong pasien untuk

18
 

-  Melihat sepintas  mengungkapkan perasaan,


-  Insomnia  ketakutan, persepsi 
-  Kontak mata yang -  Instruksikan pasien
 buruk   menggunakan teknik
-  Mengekspresikan relaksasi  

kekhawatiran karena -  Berikan obat untuk


 perubahan dalam mengurangi kecemasan 
 peristiwa hidup 
-  Agitasi 
-  Mengintai 
-  Tampak waspada 
  Afektif :

-  Gelisah, distres
-  Kesedihan yang

mendalam
-  Ketakutan
-  Perasaan tidak
adekuat
-  Berfokus pada diri
sendiri
-  Peningkatan
kewaspadaan
-  Iritabilitas

-  Gugup senang
 berlebihan
-  Rasa nyeri yang
meningkatkan
ketidakberdayaan
-  Peningkatan rasa
ketidakberdayaan
-  Peningkatan rasa
ketidakberdayaan
yang persisten

19
 

-  Bingung, menyesal
-  Ragu/ tidak percaya
diri
-  Khawatir
  Fisiologis

-  Wajah tegang, tremor


tangan
-  Peningkatan keringat
-  Peningkatan
ketegangan
-  Gemetar, tremor
-  Suara bergetar
  Simpatik :

-  Anoreksia

-  Eksitasi
kardiovaskuler
-  Diare, mulut kering
-  Wajah merah
-  Jantung berdebar-
 berdebar
-  Peningkatan TD
-  Peningkatan denyut
nadi
-  Peningkatan reflek
-  Peningkatan
frekuensi pernapasan,
 pupil melebar
-  Kesulitan bernapas
-  Vasokontriksi
superfisial
-  Lemah, kedutan pada
otot

  Parasimpatik:

20
 

-   Nyeri abdomen
-  Penurunan TD
-  Penurunan denyut
nadi
-  Diare, mual, vertigo

-  Letih, gangguan tidur


-  Kesemutan pada
ekstremitas
-  Sering berkemih
-  Anyang-anyangan
-  Dorongan segera
 berkemih
  Kognitif

-  Menyadari gejala

fisiologis
-  Bloking fikiran,
konfusi
-  Penurunan lapang
 persepsi
-  Kesulitan
 berkonsentrasi
-  Penurunan
kemampuan untuk
memecahkan
masalah
-  Ketakutan terhadap
konsekuensi yang
tidak spesifik
-  Lupa, gangguan
 perhatian
-  Khawatir, melamun
-  Cenderung
menyalahkan orang

21
 

lain
Faktor yang berhubungan
  Perubahan dalam (status
ekonomi, lingkungan,
li ngkungan,
status kesehatan, pola

interaksi, fungsi peran,


status peran)
  Pemajanan toksin
  Terkait keluarga
  Herediter
  Infeksi / kontaminan
interpersonal
  Penularan penyakit
interpersonal

  Krisis maturasi, krisis
situsional
  Stres, ancaman kematian
  Penyalahgunaan zat
  Ancaman dalam (status
ekonomi, lingkungan,
li ngkungan,
status kesehatan, pola
interaksi, fungsi peran,
status peran, konsep diri)
  Konflik tidak disadari
mengenai tujuan penting
hidup
  Konflik tidak disadari
mengenai nilai yang
esensial/penting
  Kebutuhan yang tidak
dipenuhi

22
 

3.  Implementas Keperawatan 


Implementasii Keperawatan
Implementasi dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan untuk
membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan.Tujuan dari pelaksanaan yaitu
mencapai tujuan yang telah ditetapkan, peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,
 pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping.( Nursalam, 2001.
2001. Hal. 63).

Pelaksanaan Keperawatan untuk abses adalah Drainase abses dengan


menggunakan pembedahan diindikasikan apabila abses telah berkembang dari
 peradangan serosa yang keras menjadi tahap nanah yang lebih lunak, Karena sering
kali abses disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus,
aureus, antibiotik antistafilokokus
seperti flucloxacillin atau dicloxacillin sering digunakan, kompres hangat bisa
membantu mempercepat penyembuhan serta mengurangi peradangan dan
 pembengkakan.

4.  Evaluasi Keperawatan


Keperawatan 

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang


menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaan
sudah berhasil ( Nursalam, 2001). Evaluasi Keperawatan pada klien dengan abses
adalah :
a)  Klien melaporkan rasa nyeri berkurang
 b)  Rasa nyaman klien terpenuhi
c)  Daerah abses tidak terdapat pus
d)  Tidak ditemukan adanya tanda  –   tanda infeksi ( pembengkakan,
demam,kemerahan )

e)  Tidak terjadi komplikasi.

23
 

DAFTAR PUSTAKA

S, David R.Hand and Finger Infections. Merck


Mer ck Manual Home Health Handbook. 2008.

Pearce, Evelyn C.2008. Anatomi


 Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis.
Paramedis. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.

Harrison. Prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam. Editor dalam bahasa Inggris : kurt
J.Lessebacher. Et. Al : editor bahasa Indnesia Ahmad H. Asdie. Edisi 13. Jakarta
:EGC. 1999.
Siregar, R,S. Atlas Berwarna Saripati Kulit . Editor Huriawati Hartanta. Edisi
2. Jakarta:EGC,2004.
Suzanne, C, Smeltzer, Brenda G Bare. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. Bruner and
Suddarth. Ali Bahasa Agung Waluyo. ( et,al) Editor bahasa Indonesia : MonicaEster.

Edisi 8 jakarta : EGC,2001


 Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi
2013. Aplikasi Askep Berdasarkan Diagnosa medis
& NANDA NIC NOC . Yogyakarta : Mediaction Publishing

24

Anda mungkin juga menyukai