Anda di halaman 1dari 4

Nama : Pambayun Pulung Manekung Stri Sinandang

NIM : 372018078
Kelas : International Migrations
Subject : Review Chapter 3 dan 4

Chapter 3: Migration and Globalization and Chapter 4: Migration and Development


Globalisasi merupakan suatu fenomena global yang mempengaruhi berbagai sektor,
mulai dari ekonomi, transportasi, hingga komunikasi. Selain itu, salah satu sektor yang
terdampak globalisasi adalah migrasi. Globalisasi berperan penting dalam meningkatkan
pertumbuhan migrasi, mulai dari peningkatan lapangan pekerjaan, mobilitas migran, dan
komunikasi. Maka dari itu, dalam bab 3 akan dibahas lebih lanjut mengenai keterkaitan migrasi
dan globalisasi.
Negara maju dan berkembang memiliki perbedaan penduduk dengan tingkat
pertumbuhan penduduk yang lebih pesat di negara berkembang daripada negara maju. Hal ini
menyebabkan kurangnya lapangan pekerjaan di negara berkembang dan banyaknya pekerjaan di
negara maju. Memang kebanyakan migran untuk alasan ekonomi. Maka dari itu, tidak sedikit
migran yang bekerja dalam pekerjaan 3D (dirty, dangerous, difficult) dengan konsentrasi sektor
pertanian, kayu, perkebunan, industri berat, konstruksi, dan layanan domestik. Pekerja migran
yang bekerja di sektor ini tidak memiliki dokumen atau memiliki status yang tidak teratur karena
mereka bersedia bekerja dengan upah yang sangat rendah dan dalam kondisi tidak aman.
Salah satu faktor pendukung globalisasi adalah kemajuan teknologi komunikasi dan
transportasi. Kecanggihan teknologi membuat orang-orang di seluruh dunia semakin sadar akan
migrasi dan kemudahan transportasi ke negara lain menyebabkan migrasi menjadi mudah
dilakukan. Buku ini juga menjelaskan mengenai faktor jaringan migrasi yang menyebabkan
banyak migran berpindah ke negara lain karena memiliki kerabat atau keluarga yang telah
tinggal di luar negeri. Jaringan migrasi mendorong migrasi melalui tiga cara. Pertama, jaringan
migrasi menyediakan informasi yang didukung oleh kemajuan teknologi komunikasi. Kedua,
mereka membiayai perjalanan dengan meminjamkan uang calon migran. Ketiga, jaringan
migrasi membantu migran baru untuk menetap, dengan menyediakan tempat tinggal awal,
pekerjaan, dan menyediakan keperluan ekonomi dan sosial. Jaringan migrasi ini tetap beroperasi
dan bervariasi.
Selanjutnya buku ini juga menjelaskan mengenai kebijakan dan peraturan yang
mendorong migrasi seperti kebijakan EU, ASEAN, NAFTA yang memperbolehkan pergerakan
bebas dari pekerja negara anggota mereka. Namun walaupun kebanyakan negara telah
menandatangani 1951 UN Refugee Convention, namun beberapa negara juga masih mempersulit
masuknya migran terutama Amerika Serikat setelah peristiwa 9/11. Hal yang menarik adalah
mengenai ‘industri migran’ dimana migrasi diibaratkan sebagai barang bisnis oleh perekrut
tenaga kerja, pengacara internasional, travel agents, broker, penyedia rumah, staff imigrasi,
bahkan organisasi seperti IOM. Meskipun dengan segala hal yang mendorong migrasi, angka
migran hanya mencapai 3% dari total populasi dunia. Hal ini disebabkan oleh 3 hal yaitu yang
pertama banyak orang cenderung ingin berada dekat dengan keluarga, teman, dan budaya
mereka. Kedua pemerintah dapat mengontrol migrasi. Ketiga, saat negara sedang berkembang
maka emigrasi akan menurun.
Setelah menjelaskan mengenai bagaimana kesenjangan dalam pembangunan dapat
menjadi pendorong untuk bermigrasi, selanjutnya dalam bab ini akan dijelaskan mengenai
dampak migrasi internasional terhadap pembangunan di negara asal. Salah satu dampaknya
adalah pengiriman uang (remitansi) ke negara asal oleh migran yang tinggal di luar negeri.
Remitansi tersebut dapat melalui jalur formal seperti bank atau agen dan jalur informal melalui
migran yang membawa uang tunai pulang atau menitipkan lewat teman atau kerabat. Menurut
beberapa analisis, remitansi formal mewakili transfer terbesar kedua dari komoditas legal di
seluruh dunia setelah minyak. Hal itu belum termasuk remitansi informal yang diperkiran
mencapai dua kali lipat dari jumlah remitansi formal. Namun, remitansi ternyata menimbulkan
beberapa tantangan tersendiri bagi migran. Pertama, migran menghadapi beberapa kesulitan
melalui pemisahan migran dari keluarga mereka di rumah. Mengirimkan uang ke rumah tidak
dapat dikompensasikan dengan berada jauh dari keluarga, kehilangan kesempatan melihat
tumbuh kembang anak, atau mengurus orangtua. Kedua, tekanan sosial pada migran untuk
mengirim uang ke rumah tidak bisa disepelekan.
Buku ini juga menjelaskan mengenai kontribusi lain migran terhadap pembangunan
melalui diaspora sebagai organisasi formal yang berisi kumpulan migran dari kota, daerah, atau
negara yang sama dan tinggal di suatu negara tuuan. Diaspora berkontribusi dalam
perkembangan berbagai bidang seperti ekonomi, politik, sosial, dan budaya. Mereka melakukan
berbagai aktifitas seperti mengirimkan uang ke negara asal, memberikan donasi, dan
berkontribusi dalam pemilihan umum negara asal. Kontribusi ketiga migrasi terhadap
pembangunan adalah kepulangan. Saat mereka pulang ke negara asal, mereka dapat membawa
pulang tabungan mereka untuk berinvesasi di negara asal. Mereka juga memiliki jaringan luar
negeri yang dapat mendasari aktivtias ekspor-impor. Selain itu, mereka juga dapat membawa
ide-ide baru yang berbeda dari negara asal mereka. Hal yang menarik adalah buku ini
menjelaskan dari dua sisi sehingga tidak hanya menampilkan dampak positif dari kepulangan
namun juga dampak negatif yang mempengaruhi. Penting juga untuk melihat alasan kepulangan
mereka. Beberapa migran pulang ke negara asal tanpa uang tabungan, pengalaman, ataupun
keahlian lebih. Mereka mungkin pulang karena telah dipecat setelah tinggal sebagai migran di
luar negeri. Selain itu faktor dalam negeri juga perlu diperhatikan, seperti kondisi fasilitas dan
peluang di dalam negeri.
Penjelasan selanjutnya yang menarik untuk dibahas adalah fenomena brain drain.
Fenomena ini terjadi saat banyak tenaga ahli yang berada di luar negeri daripada dalam negeri
yang menyebabkan langkanya keterampilan ahli di negara asal. Brain drain juga berarti bahwa
negara-negara tidak melihat pengembalian investasi dalam mendidik dan melatih warganya
sendiri. Seperti yang terjadi di Malawi dimana mereka kekurangan dokter yang menyebabkan
peningkatan kematian bayi dan penyakit di Malawi dan pada saat yang sama, terdapat lebih
banyak dokter Malawi yang berada di Manchester, Inggris. Dalam hal ini ada dua pandangan
dalam melihat fenomena ini. Pertama, migran terampil tersebut mencari kehidupan yang lebih
baik di negara lain saat negara mereka tidak mampu menyediakan fasilitas yang mereka
butuhkan. Kedua, kritik tertuju pada negara maju yang mengambil tenaga terampil dari negara
berkembang. Hal ini meninggalkan kesan bahwa negara maju memilih yang terbaik dari negara
berkembang dan meninggalkan sisanya di negara asal.
Setelah membaca dua bab dari buku ini, penjelasan yang paling menarik menurut saya
adalah mengenai fenomena brain drain. Fenomena ini saya rasa juga sedang dialami Indonesia
dimana banyak warga negara yang terampil dan professional memilih untuk pergi ke luar negeri
dan menetap disana meninggalkan Indonesia yang masih kekurangan tenaga ahli. Pertanyaannya
adalah bagaimana pemerintah Indonesia dapat meningkatkan minat para tenaga ahli Indonesia ini
untuk dapat menetap di Indonesia dan bekerja bagi pembangunan Indonesia? Hal apa sajakah
yang perlu dilakukan? Kemudian penjelasan dalam bab 3 sempat membahas mengenai ‘industri
migran’ dan bagaimana migran diibaratkan sebagai komoditas industri yang diperdagangkan
oleh aktor-aktor seperti perekrut kerja, travel agents, bahkan IOM. Jika migran ini merupakan
industri berarti apakah keadaan ini seperti disengaja oleh aktor-aktor tersebut dan migran akan
selalu ada?

Anda mungkin juga menyukai