Anda di halaman 1dari 52

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Fenomena migrasi penduduk dari suatu negara ke negara lain sangat

mewarnai negara di dunia ini. Globalisasi menjadi salah satu pendorong kuat untuk

mempermudah mobilitas masyarakat dalam bergerak dari satu negara ke negara

lainnya dengan kata lain migrasi. Dengan adanya globalisasi yang identik dengan

kemajuan dalam bidang teknologi, transportasi dan telekomunikasi menjadikan

negara dunia saat ini borderless atau mengaburnya batas-batas antar negara.1

Ditambah dengan adanya keterbukaan ekonomi dan perdangangan bebas yang

menjadi salah satu faktor terjadinya peningkatan arus migrasi. Fenomena migrasi

sering dilakukan oleh pekerja migran dari negara berkembang menuju negara maju.

Hal ini terjadi karena adanya ketimpangan antara negara maju dan negara

berkembang baik dalam sisi pertumbuhan ekonomi, kondisi sosial maupun

kemajuan teknologi. Salah satu faktor kuat adalah alasan ekonomi, sebab

pertumbuhan ekonomi di negara berkembang belum mampu memberikan

kesempatan kerja yang menyentuh seluruh penduduknya terbukti dari tingkat

pengangguran negara berkembang yang sangat tinggi dibanding negara maju yang

1
Ariesani Hermawanto dan Melaty Anggraini, 2020, Globalisasi, Revolusi Digital dan Lokalitas:
Dinamika Internasional dan Domestik di Era Borderless World, Yogyakarta: LPPM Press, hal. 79,
diakses dalam
http://eprints.upnyk.ac.id/24076/1/BUKU%20GLOBALISASI%20DAN%20LOKALITAS%20U
NTUK%20DICETAK%20_KE%20LPPM%20.pdf (17/6/2021, 13:25 WIB)

1
cenderung turun angka penganggurannya.2 Adanya ketidakselarasan antara

pertumbuhan penduduk yang menyebabkan pertambahan angkatan kerja baru yang

angkanya tidak seimbang dengan ketersediaan lapangan pekerjaan.3 Faktor

tersebutlah yang mempengaruhi penduduk untuk melakukan migrasi.

Migrasi internasional setiap tahunnya mengalami kenaikan dan termasuk

dalam angka yang tinggi. Tercatat sebanyak 258 juta migran internasional 4 dengan

234 juta migran dalam usia 15 tahun ke atas, dimana 164 juta nya adalah pekerja

migran di seluruh dunia yang terdata oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) atau

Departemen Ekonomi dan Sosial dalam laporan International Labour Organization

(ILO) tahun 2017.5 Negara dalam kawasan Asia Tenggara yang terhimpun dalam

wadah ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) menjadi salah satu

pemasok pekerja migran dunia dengan angka sebanyak 8% dari jumlah pekerja

migran di seluruh dunia.6 Sedangkan eksportir pekerja migran terbesar di kawasan

Asia Tenggara adalah Filiphina, Indonesia, Thailand, Myanmar dan Vietnam

2
Cahya Dicky, Masalah Pembangunan Ekonomi di Negara Berkembang, Kompas.com, 4
Desember 2020, diakses dalam
https://www.kompas.com/skola/read/2020/12/04/171821969/masalah-pembangunan-ekonomi-di-
negara-berkembang?page=all (17/6/21, 13:32 WIB)
3
Dina Martiany, 2013, Fenomena Pekerja Migran Indonesia: Feminisasi Migrasi, Jurnal DPR
Kajian, Vol,18 No. 4, Hal 290, diakses dalam
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/kajian/article/view/498 (17/6/21, 13:40 WIB)
4
Pengertian Migran Internasional adalah orang yang lahir di luar negeri atau warga negara asing
yang lahir tidak di negara tempat tinggal saat ini.
5
ILO Global Estimates on International Migrant Workers: Result and Methodology Second
Edition, International Labour Office, Geneva: ILO, 2018, hal. ix, diakses dalam
https://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---dgreports/---dcomm/---
publ/documents/publication/wcms_652001.pdf (17/6/21, 14:13 WIB)
6
Mauro T., Harry M., Claire H. Hollweg, dan Achim Schmillen, 2017, Migrasi untuk Mencari
Peluang: Mengatasi Rintangan terhadap Mobilitas Tenaga Kerja di Asia Tenggara, Washington:
World Bank Group, hal. 1, diakses dalam
https://openknowledge.worldbank.org/bitstream/handle/10986/28342/211106ovIndonesian.pdf?se
quence=3&isAllowed=y (17/6/21, 14:20 WIB)

2
dengan jumlah sekitar 18,8 juta pekerja migran yang tersebar di berbagai negara.7

Sementara Indonesia menempati ranking kedua negara pengirim pekerja migran

yaitu sekitar 1,2 juta pekerja migran Indonesia (PMI) dari 6,5 juta imigran yang

bekerja di kawasan Asia Tenggara.8

Migrasi penduduk untuk bekerja di negara lain ini sering kali disebabkan

karena adanya tawaran prospek yang lebih baik bagi banyak orang yang memiliki

peluang sangat kecil untuk mendapatkan pekerjaan di negara sendiri. Sedangkan

persaingan untuk mendapatkan lapangan pekerjaan di Indonesia cukup ketat,

terbukti dari jumlah angkatan kerja di tahun 2020 terus meningkat 1,73 juta

dibanding tahun 2019 yaitu sebanyak 137,91 juta orang angkatan kerja.9 Naiknya

jumlah angkatan kerja ini juga dibarengi dengan turunnya tingkat partisipasi

angkatan kerja yang menjadikan bertambahnya tingkat pengangguran di tahun

2020,10 tingkat pengangguran Indonesia tahun 2020 mencapai jumlah 9,77 juta

orang angkatan kerja Indonesia.11

Hal tersebut menjadi salah satu pendorong masyarakat untuk melakukan

migrasi dan bekerja diluar negeri dengan harapan untuk mendapatkan penghasilan

7
Gloria, Persoalan Buruh Migran Belum Menjadi Perhatian di ASEAN, 6 Maret 2017, diakses
dalam https://www.ugm.ac.id/id/berita/13422-persoalan-buruh-migran-belum-menjadi-perhatian-
di-asean (1/7/21/ 14:04)
8
Desi Angriani, Pekerja Migran Indonesia Tercatat Terbesar kedua di ASEAN, 9 Oktober 2017,
diakses dalam https://www.medcom.id/ekonomi/makro/0kpnLjqN-pekerja-migran-indonesia-
tercatat-terbesar-kedua-di-asean (1/7/21/ 14:17)
9
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Februari 2020 diakses dalam
https://www.bps.go.id/pressrelease/2020/05/05/1672/februari-2020--tingkat-pengangguran-
terbuka--tpt--sebesar-4-99-persen.html (1/7/21, 19:40 WIB)
10
Ibid
11
Mutia Fauzia, Indonesia Resesi, Jumlah Pengangguran Naik jadi 9,77 Juta Orang,
Kompas.com, 5 November 2020, diakses dalam
https://money.kompas.com/read/2020/11/05/141654326/indonesia-resesi-jumlah-pengangguran-
naik-jadi-977-juta-orang (1/7/21, 19:44 WIB)

3
di luar negeri guna memenuhi kebutuhannya serta dapat mengurangi angka

pengangguran Indonesia.12 Menurut data Badan Perlindungan Pekerja Migran

Indonesia (BP2MI) periode tahun 2020 merilis sejumlah 113.173 pekerja migran

Indonesia yang tersebar di berbagai negara dengan rincian sebanyak 36.784 pekerja

migran formal dan 76.389 pekerja migran informal.13

Malaysia sebagai salah satu negara tujuan favorit bagi pekerja migran

Indonesia. Faktor geografis yang berdekatan, ikatan sejarah dengan rumpun budaya

yang mirip menjadi pemicu dan penarik pekerja migran asal Indonesia untuk

mengadu nasib di Malaysia.14 Berdasarkan data Badan Perlindungan Pekerja

Migran Indonesia (BP2MI) mengenai penempatan pekerja migran Indonesia bahwa

Malaysia menjadi tempat tujuan pekerja migran Indonesia dibuktikan dengan

jumlah pekerja migran Indonesia di Malaysia dari tahun 2015 hingga tahun 2021

sebagai penampung pekerja migran Indonesia terbanyak yaitu total sejumlah

459.703 pekerja migran Indonesia (PMI).15

Sisi lain dari banyaknya migrasi pekerja memunculkan isu yang cukup

kompleks. Terjadinya migrasi pekerja juga menimbulkan isu tentang jaminan

keamanan pekerja migran, status hukum pekerja migran, status kewarganegaraan

12
10 tahun Menangani Migrasi Kerja di Indonesia, International Labour Organization, Loc. Cit
13
Data Penempatan dan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia Periode tahun 2020, Jakarta:
Pusat Data dan Informasi BP2MI, diakses dalam
https://bp2mi.go.id/uploads/statistik/images/data_27-02-
2021_Laporan_Pengolahan_Data_Th_2020.pdf (18/6/21, 18:54 WIB)
14
Selly Juwita, 2014, Implementasi Program ILO di Indonesia dalam Membantu Perlindungan
terhadap Calon Pekerja Migran Indonesia ke Malaysia dari Kerja Paksa dan Perdagangan Manusia,
Skripsi thesis, Jakarta: Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta, hal 1, diakses dalam
https://repository.upnvj.ac.id/3547/ (18/6/21, 20.03 WIB)
15
Data Penempatan dan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia Periode Januari tahun 2020,
Jakarta: Pusat Data dan Informasi BP2MI, hal 6, diakses dalam
https://bp2mi.go.id/uploads/statistik/images/data_03-03-
2020_Laporan_Pengolahan_Data_BNP2TKI__JANUARI.pdf (18/6/21, 18:47 WIB)

4
pekerja migran, perijinan melakukan migrasi, hingga diskriminasi sosial dan

tindakan pelanggaran hak yang dialami oleh pekerja migran yang perlu disoroti dan

diperhatikan. Banyaknya pengiriman tenaga kerja dalam kategori primary skill

yang tidak memiliki keahlian khusus untuk bekerja atau disebut dengan pekerja

informal ini juga membuat kerentanan terhadap perlakuan yang tidak sesuai dengan

hak pekerja migran semestinya yang telah diatur dalam Peraturan Pekerja Migran.16

International Labour Organization (ILO) dalam laporannya Adressing Governance

Challanges in a Changing Labour Migration Landscape juga menuliskan bahwa

pekerja yang tergolong dalam kategori primary skilled termasuk dalam kategori less

skilled hak-haknya sulit terpenuhi dan rentan terhadap kekerasan dan pelanggaran

hak pekerja migran atau pelanggaran lainnya.17

Jaminan keamanan pekerja migran Indonesia (PMI) dari pelanggaran hak

pekerja masih minim implementasi dalam upaya perlindungan pekerja migran

Indonesia (PMI) terkhusus yang berkerja di Malaysia. Pelanggaran hak pekerja

migran dapat diterima oleh pekerja migran Indonesia (PMI) sejak sebelum

pemberangkatan hingga dalam masa kerjanya. Pelanggaran hak pekerja migran

Indonesia (PMI) yang bekerja di Malaysia cukup beragam. Realita menunjukkan

dalam laporan Keduataan Besar Republik Indonesia (KBRI) Kuala Lumpur di

tahun 2019 menangani pekerja migran Indonesia (PMI) bermasalah paling banyak

16
Panduan Pekerja Migran-Buku Saku, Jakarta: ILO 2016 diakses dalam
https://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/---ilo-
jakarta/documents/publication/wcms_458789.pdf (18/6/21, 20:30 WIB)
17
ILO, 2017, Adressing Governance Challanges in a Changing Labour Migration Lanscape,
Report IV, Geneva, International Labour Office diakses dalam
https://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---ed_norm/---
relconf/documents/meetingdocument/wcms_550269.pdf (17/09/2021, 00:42)

5
adalah kasus ketenagakerjaan yang berkaitan dengan hak-hak pekerja migran,

tindakan diskriminasi dan eksploitasi dalam masalah kerja sebanyak 681 kasus

yang diterima. Kasus terbanyak kedua yaitu berkaitan dengan keimigrasian

sejumlah 593 kasus yang berkenaan dengan izin tinggal, dokumen migrasi resmi,

dan ketentuan imigrasi lainnya. Ketiga permasalahan pekerja migran Indonesia

yang mengalami sakit di tempat kerja, terlantar dan anak yang ditinggal

orangtuanya juga terdata sebanyak 258 kasus. Keempat, kasus pidana human

trafficking juga terjadi pada pekerja migran Indonesia (PMI) yang dilaporkan pada

pihak KBRI sejumlah 102 kasus.18

Kompleksitas permasalahan perlindungan pekerja migran Indonesia (PMI)

ini membutuhkan kesungguhan dan dukungan dari semua pihak baik negara

maupun aktor non-negara. Kerjasama aktor internasional sangat dibutuhkan dalam

masalah pekerja migran khususnya Pekerja Migran Indonesia (PMI). Salah satunya

adalah organisasi internasional yang turut andil dalam menangani masalah tersebut

yaitu International Labour Organization (ILO) yang berada dibawah naungan

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). ILO memiliki fokus dalam menangani

masalah pelanggaran Hak Asasi Manusia melalui peraturan hukum terutama dalam

kasus buruh di dunia.19

International Labour Organization (ILO) adalah organisasi internasional

yang menangani masalah perburuhan internasional dan memberikan perlindungan

18
Laporan Kinerja Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Kuala Lumpur, Malaysia tahun
2019, hal. 59. Diakses dalam
https://kemlu.go.id/download/L1NoYXJlZCUyMERvY3VtZW50cy8oS0wpJTIwTEFQT1JBTiUy
MEtJTkVSSkElMjBLQlJJJTIwS0wlMjBUQTIwMTkucGRm (23/09/2021,20:10)
19
ILO, “Sekilas tentang ILO” diakses dalam
http:/www.ilo.org/global/publications/WCMS_098256/lang—en/index.htm , (17/9/2019, 21:58)

6
kepada setiap pekerja dengan meningkatkan taraf hidupnya.20 ILO bekerjasama

dengan 187 negara anggotanya.21 Diantara negara anggotanya adalah Indonesia

yang bergabung sejak tahun 1950 dan telah meratifikasi beberapa konvensi ILO.22

Bergabungnya Indonesia dalam ILO dan melakukan ratifikasi berbagai konvensi

ILO yang menempatkan Indonesia pada negara pertama di Asia dan ke lima di

dunia yang telah meratifikasi seluruh konvensi pokok ILO. 23

Permasalahan pelanggaran hak pekerja migran Indonesia (PMI) di Malaysia

menjadi menarik untuk diteliti karena isu perlindungan pekerja migran adalah

bagian dari pemenuhan hak asasi manusia. Alasan penulis memilih fokus

perlindungan PMI di Malaysia dikarenakan berdasarkan data yang penulis dapatkan

bahwa kasus pelanggaran hak pekerja migran paling banyak berasal dari pekerja

migran Indonesia (PMI) yang mayoritas bekerja di Malaysia. Hal ini berdasarkan

perbandingan presentase data dari BP2MI terkait jumlah pekerja migran asal

Indonesia dengan pengaduan PMI yang diterima negara pada tahun 2019 terdapat

3,39 % PMI yang mengalami permasalahan di negara penempatan.24 Pelanggaran

pekerja migran asal Indonesia lebih tinggi dibandingkan dengan presentase

pelanggaran pekerja migran asal India, padahal India sebagai negara terbesar asal

20
Ibid
21
About the ILO, diakses dalam https://www.ilo.org/global/about-the-ilo/lang--en/index.htm
(17/9/2019, 22:13)
22
Sekilas ILO Indonesia, diakses dalam
https://www.ilo.org/public/indonesia/region/asro/jakarta/download/faktailojkt.pdf (17/9/2019,
22:22)
23
Ibid, hal 2
24
Data Penempatan dan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia tahun 2019, BNP2TKI, diakses
dalam https://bp2mi.go.id/uploads/statistik/images/data_19-02-
2020_Laporan_Pengolahan_Data_BNP2TKI____2019(2).pdf (29/01/2022, 19:46 WIB)

7
pekerja migran dunia.25 Berdasarkan data yang diterima oleh pemerintah India

terkait pelanggaran pekerja migran asal India sebesar 2,79 % pekerja migran India

yang mengalami permasalahan. Maka berdasarkan perbandingan tersebut terlihat

selisih 0,6 % lebih tinggi pelanggaran yang terjadi pada pekerja migran asal

Indonesia pada tahun 2019.26 Hal tersebut menunjukan ketidakamanan kondisi

pekerja migran Indonesia (PMI) yang mayoritas bekerja di Malaysia dari

perlindungan hak asasi manusia yang seharusnya mereka dapatkan.

Permasalahan pekerja migran Indonesia (PMI) di Malaysia cukup mendapat

perhatian oleh beberapa organisasi internasional dengan turut berperan seperti

organisasi internasional yang menangani perlindungan PMI di Malaysia yang

banyak diteliti sebelumnya adalah Migrant Care, dan International Organization

for Migration (IOM). Dalam penelitian ini penulis memilih ILO sebagai organisasi

internasional yang akan dilihat melalui efektivitas yang dilakukan dalam

melindungi pekerja migran Indonesia (PMI) yang ada di Malaysia, karena isu

perlindungan terhadap buruh migran juga menjadi fokus ILO dengan melakukan

perlindungan pekerja migran melalui konvensi yang telah dibuat serta membuat

proyek bersama guna kesejahteraan kondisi pekerja migran. Dukungan ILO

terhadap isu perlindungan pekerja migran Indonesia di Malaysia dibuktikan dalam

beberapa kebijakan yang telah dibuat dan dilakukan ILO sebagai salah satu

25
International Migrant Stock, United Nations Population Division, diakses dalam
https://www.un.org/development/desa/pd/content/international-migrant-stock (29/01/2022, 19:46
WIB)
26
Complaiments of Torture filed by Indian Workers in Gulf Countries in 2019: 9.771
complaiments, Human Right Resource Center, diakses dalam https://www.business-
humanrights.org/en/latest-news/9771-complaints-of-torture-filed-by-indian-workers-in-gulf-
countries-in-2019/ (29/01/2022, 19:59 WIB)

8
organisasi internasional pemerintah yang berupaya memberikan perlindungan

terhadap pekerja migran secara menyeluruh baik melalui konvensi dengan standart

aturan pekerja migran maupun membuat proyek bersama dengan berbagai

stakeholder diantaranya proyek Migrant Workers Empowerment and Advocacy

(MWEA) untuk memastikan hak pekerja migran dilindungi di Malaysia, proyek

ASEAN TRIANGLE yaitu aksi tripatit untuk melindungi dan mempromosikan

hak-hak pekerja migran di kawasan ASEAN, serta membuat proyek Safe dan Fair

demi mewujudkan hak dan peluang yang adil bagi pekerja migran perempuan yang

sering kali mendapatkan diskriminasi. Berdasarkan peran dan upaya yang telah

dilakukan ILO untuk melindungi pekerja migran, maka perlu kiranya untuk

mengukur dan mengetahui efektivitas keberhasilan yang telah dilakukan organisasi

internasional tersebut dalam melindungi pekerja migran Indonesia di Malaysia.

1.2 Rumusan Masalah

Seperti yang telah penulis uraikan pada latar belakang bahwa ILO sebagai

salah satu organisasi internasional yang memiliki visi dalam mempromosikan kerja

layak dan memberikan perlindungan terkait prinsip hak-hak dalam kerja melalui

programnya, maka rumusan masalah yang penulis akan teliti adalah “Bagaimana

Efektivitas International Labour Organization (ILO) dalam Melindungi Pekerja

Migran Indonesia di Malaysia?”

9
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan peneliti melakukan penelitan ini adalah untuk:

a. Mengetahui dan memahami permasalahan perkerja migran Indonesia di

Malaysia

b. Menjelaskan upaya ILO dalam melindungi perkerja migran Indonesia di

Malaysia

c. Mengukur dan menjelaskan efektivitas ILO sebagai organisasi

internasional dalam melindungi pekerja migran Indonesia di Malaysia

1.3.2 Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua manfaat yang bisa diambil yaitu manfaat

akademis dan manfaat praktis. Berikut penjelasannya:

a. Manfaat Akademis

Adanya penelitian ini akan memperluas pengetahuan wacana serta kajian

dalam Hubungan Internasional sesuai dengan fokus penelitian yang diambil

dalam tulisan ini. Dalam penelitian ini yang menjadi fokus penelitian adalah

melihat efektivitas dari Organisasi Internasional Pemerintah yaitu

International Labour Organization (ILO) dalam melakukan perlindungan

terhadap pekerja migran Indonesia di Malaysia, sehingga dapat menambah

pemahaman pembaca mengenai operasionalisasi efektivitas organisasi

internasional dan pengaplikasian konsep Migrant Workers.

10
b. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat untuk peneliti

khususnya dan dapat digunakan sebagai bahan refrensi bagi pembaca secara

umum dengan beberapa temuan yang berhasil peneliti temukan dalam

tulisan ini dan harapannya dapat memotivasi pembaca lain untuk turut serta

melakukan penelitian sejenis sebagai tambahan refrensi dan solusi dalam

memperjuangkan perlindungan pekerja migran Indonesia.

1.4 Penelitian Terdahulu

Permasalahan pelanggaran hak pada pekerja migran Indonesia begitu

banyak dan sering terjadi, terlebih di negara Malaysia yang menampati negara

dengan angka paling banyak kasus pelanggararan hak PMI. Hal ini tidak boleh

dipandang sebagai hal yang biasa bagi dunia internasional, perlunya aktor yang

peduli dan turut campur menyelesaikan permasalahan ini seperti pemerintah

maupun organisasi internasional. Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik dalam

memilih kajian mengenai perlindungan buruh migran Indonesia. Terdapat beberapa

penelitian terdahulu yang memiliki tema yang sama yaitu tentang organisasi

internasional atau pemerintah dalam menangani permasalahan pelanggaran pada

pekerja atau buruh di suatu wilayah maupun negara.

Penelitian terdahulu yang pertama yang akan dicantumkan sebagai kajian

pustaka adalah jurnal penelitian dengan judul Legal Protection for Indonesian

Migrant Workers Based on National Philosophy Values yang ditulis oleh Anis

11
Mashdurotahun, Juramadi Esra, dan Teguh Prasetyo.27 Penelitian tersebut

membahas mengenai perlindungan pekerja migran Indonesia berdasarkan nilai-

nilai keadilan dalam pancasila. Dalam penelitian tersebut menjelaskan bahwa isu

perlindungan pekerja migran Indonesia masih menjadi isu yang perlu diperhatikan,

hal ini karena perlindungan pekerja migran menyangkut hak-hak yang selayaknya

diterima oleh manusia yang mana hak tersebut sudah tercantum dalam peraturan

perundang-undangan namun dalam implementasinya sering kali diabaikan.

Permasalahan begitu kompleks sering kali di terima oleh pekerja migan mulai dari

gaji yang tidak dibayar, PHK sebelum perjanjian kontrak selesai, kekerasan fisik

hingga seksual. Penelitian tersebut menemukan hasil bahwa perlunya perlindungan

hukum untuk pekerja migran indonesia berdasarkan nilai keadilan pancasila mulai

dari pengawasan dan pendampingan terhadap pekerja migran, memberikan

pendidikan dan ketrampilan sesuai dengan nilai keadilan pancasila, dan pemberian

pembatasan untuk menjadi pekerja migran.

Penelitian yang dilakukan Anis Mashdurohatun, Juramadi Esra, dan Teguh

Prasetyo memiliki beberapa kesamaan dengan penelitian ini. Persamaan pertama

mulai dari topik pembahasan yang diambil oleh peneliti sebelumnya dan penelitian

ini yaitu mengenai permasalahan dan perlindungan pekerja migran Indonesia.

Namun penelitian sebelumnya memiliki sudut pandang melihat perlindungan

pekerja migran melalui nilai-nilai falsafah pancasila, sedangkan dalam penelitian

27
Anis Mashdurohatun, dkk, 2020, Legal Protection for Indonesian Migrant Workers Based on
National Philosophy Value, TEST Engineering & Management, Article Info Vol. 83, Page
Number 2753-2759 (March-April 2020), The Mattingley Publishing Co., Inc. diakses dalam
http://research.unissula.ac.id/bo/reviewer/210303040/5803Turnitin_-
_Legal_Protection_for_Indonesian_Migrant_Workers_Based_on_National_Philosophy_Values.pd
f (05/09/2021, 23:59 WIB)

12
ini lebih melihat perlindungan pekerja migran yang dilakukan oleh organisasi

internasional. Persamaan kedua terletak pada teknik analisa data yang digunakan

penelitian ini dan penelitian sebelumnya menggunakan analisis deskriptif.

Sedangkan pisau analisa yang digunakan kedua penelitian tersebut berbeda,

penelitian sebelumnya menggunakan teori hukum perlindungan dan hukum

keadilan dalam melihat permasalahan pekerja migran Indonesia. Dalam penelitian

ini menggunakan teori efektivitas organisasi internasional karena dalam penelitian

ini ingin menjelaskan efektivitas organisasi internasional dalam melindungi pekerja

migran Indonesia.

Selanjutnya, penelitian terdahulu kedua yaitu penelitian disertasi dari

Failasufa Fania dengan judul Peran Pemerintahan Joko Widodo Menjamin

Keamanan Manusia Terhadap Pekerja Migran Indonesia Sektor Informal

Malaysia.28 Dalam penelitian Fania memulai dengan memaparkan permasalahan

yang seringkali diterima oleh Pekerja Migran Indonesia di Malaysia sebagai pekerja

rumah tangga (informal) terjadinya tindak kekerasan yang dilakukan oleh majikan,

gaji yang tidak dibayarkan oleh majikan, adanya perdagangan manusia, sakit dan

tidak melakukan pemeriksaan kesehatan. Hal ini dinilai sudah melanggar keamanan

manusia terutama dalam hal personal security, economic security, political security

dan health security yang seharusnya didapatkan oleh setiap manusia untuk

memperoleh hak keamanan atas individunya. Temuan yang dihasilkan dalam

penelitian ini adalah adanya kebijakan pemerintah Joko Widodo dalam menangani

28
Falaisufa Fania, 2019, Peran Pemerintahan Joko Widodo Menjamin Keamanan Manusia
Terhadap Pekerja Migran Indonesia Sektor Informal di Malaysia, Doctoral dissertation, Faculty
of Social and Political Sciences, Universitas Diponegoro, diakses dalam
http://eprints.undip.ac.id/75238/ (19/6/2021, 20:44 WIB)

13
kasus buruh migran di Malaysia dengan dilakukannya hubungan bilateral antara

Kementrian Ketenagakerjaan Indonesia dengan Kementrian Sumberdaya Manusia

Malaysia tentang pekerja rumah tangga yang tercantum pada UU No. 18 Tahun

2017, dan KEPMENAKER No. 354 Tahun 2015.

Terdapat kesamaan topik pembahasan yang diangkat antara penelitian Fania

dan penelitian ini, akan tetapi dalam sudut pandang yang berbeda. Fania melihat

melalui peran Pemerintah sebagai instrumen tertinggi sedangkan penelitian ini

menggunakan sudut pandang organisasi internasional dengan melihat keefektivan

dalam perlindungan pekerja migran Indonesia di Malaysia. Dalam penelitian Fania

menggunakan konsep Human Security, yang mewujudkan adanya kerjasama yang

terjalin antara pemerintah Indonesia dengan pemerintah Malaysia dalam menangani

permasalahan keamanan manusia bagi buruh migran informal di Malaysia dengan

adanya MoU terkait Domestic Worker meskipun kebijakan ini sudah jatuh tempo

pada tahun 2016, akan tetapi belum ada kelanjutan secara jelas. Sedangkan dalam

penelitian ini menggunakan konsep Migrant Workers untuk menjelaskan kondisi

Pekerja migran Indonesia dan mewujudkan perlindungan pekerja migran yang

sesuai dengan hak asasi manusia.

Ketiga, penelitian terdahulu yang digunakan adalah jurnal yang ditulis oleh

Aniceto Orbeta, Jr dan Kathrina Gonzales dengan judul Managing International

Labor Migration in ASEAN: Themes from a Six Country Study.29 Dalam penelitian

29
Ancieto Oberta Jr. and Kathrina Gonzales, 2013, Managing International Labor Migration in
ASEAN: Themes from a Six Country Study, PIDS Discussion Paper Series No. 2013-26, Philippine
Institute for Development Studies. Diakses dalam
https://www.econstor.eu/bitstream/10419/126946/1/pidsdps1326_rev.pdf (27/09/2021, 23:21
WIB)

14
tersebut membahas mengenai pengelolaan migrasi tenaga kerja internasional di 6

negara anggota ASEAN yaitu negara Kamboja, Indonesia, Filiphina sebagai negara

pegirim tenaga kerja serta negara Malaysia, Singapura dan Thailand sebagai negara

penerima tenaga kerja. Orberta dan Gonzales melakukan penelitian dengan tujuan

untuk melihat manajemen negara pengirim serta negara penerima dalam

menghadapi isu migrasi internasional. Pembahasan isu migrasi internasional

menjadi pembahasan yang perlu diperhatikan oleh kedua negara baik negara

pengirim maupun penerima karena antara kedua negara tersebut pasti memperoleh

kebermanfatan dari adanya migrasi tenaga kerja. Sehingga perlunya kerjasama

yang lebih besar dalam menyoroti fenomena pasar tenaga kerja sebagai upaya

pengelolaan dan perlindungan pekerja migran.

Jurnal penelitian Orberta dan Gonzales memiliki persamaan dengan

penelitian yang dilakukan penulis. Kesamaan terletak pada topik pembahasan yang

diangkat yaitu mengenai fenomena migrasi tenga kerja. Namun banyak perbedaan

yang mencolok dalam penelitian sebelumnya dengan penelitian ini. Perbedaan

pertama terletak dari sudut pandang penelitian, penelitian sebelumnya melihat dari

manajemen yang dilakukan negara dalam pengelolaan migrasi tenaga kerja,

sedangkan dalam penelitian ini meskipun adanya kesamaan topik migrasi pekerja

namun dalam penelitian ini lebih fokus membahas perlindungan pekerja migran

tersebut, selain itu dalam penelitian ini menggunakan subyek penelitian organisasi

internasional yaitu ILO dengan mengukur tingkat keefektifitasan organisasi

tersebut.

15
Kempat, jurnal penelitian dengan judul Indonesia's Migrant Domestic

Workers Within Asean Community Framework: A Societal and Economic Security

Approach yang ditulis oleh Anggia Utami Dewi dan Adityo Darmawan

Sudagung.30 Jurnal ini membahas mengenai permasalahan pekerja migran

Indonesia di sektor domestik dalam sudut pandang ASEAN Community setelah

tahun 2015 dan di analisis menggunakan kerangka keamanan sosial dan ekonomi.

Konsekuensi logis dari komunitas ekonomi ASEAN adalah adanya mobilitas yang

tak terbatas baik manusia, komoditas, dan jasa yang terjadi di dalam kawasan

ASEAN. Sehingga akan menyebabkan peningkatan kompetisi antar pekerja dalam

lingkup negara anggota ASEAN. Dewi dan Sudagung dalam jurnal nya juga

membahas mengenai peluang dan tantangan yang akan dihadapi oleh pekerja

migran Indonesia yang bekerja sebagai pekerja rumah tangga dalam komunitas

ASEAN pasca 2015. Perlunya kerangka kerja, manajemen pekerja migran dan

perlindungan yang diberikan pada pekerja migran, serta dinamika kebijakan

pemerintah yang diselaraskan dengan seperangkat aturan dalam regional ASEAN.

Terdapat kesamaan akar permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini

dengan jurnal penelitian Dewi dan Sundagung, akar permasalahan terletak pada

pekerja migran Indonesia yang bekerja sebagai pekerja domestik. Akan tetapi,

sudut pandang subjek penelitian antara kedua penelitian ini yang menjadi

30
Anggia Utami Dewi dan Adityo Darmawan Sundagung, 2017, Indonesia's Migrant Domestic
Workers Within Asean Community Framework: A Societal and Economic Security Approach,
IntermesticL Journal of International Studies, Vol. 2, No. 1, Bandung: Universitas Padjajaran.
Diakses dalam https://www.researchgate.net/profile/Anggia-
Dewi/publication/323591321_Indonesia's_Migrant_Domestic_Workers_within_ASEAN_Commu
nity_Framework/links/5cf0b141a6fdcc8475f8c26e/Indonesias-Migrant-Domestic-Workers-within-
ASEAN-Community-Framework.pdf (28/09/2021, 1:29 WIB)

16
perbedaan. Jurnal sebelumnya melihat dari sudut pandang komunitas ASEAN

sebagai organisasi regional kawasan Asia Tenggara, sedangkan dalam skripsi ini

subjek penelitina yang dipilih adalah organisasi internasional ILO. Perbedaan

kedua terletak pada analisis yang digunakan dalam kedua penelitian ini, skripsi ini

menganalisis terkait efektivitas yang dilakukan organisasi internasional ILO dalam

melindungi pekerja migran Indonesia (PMI), sedangkan dalam jurnal sebelumnya

menganalisis dari faktor sosial ekonomi dan keamanan.

Berikutnya, penelitian terdahulu kelima adalah skripsi Intan Maya Sari

dalam skripsinya yang berjudul Peran International Labour Organization (ILO)

Dalam Mempromosikan Kerja Layak Bagi PRT di Indonesia.31 Dalam penelitian

yang dilakukan oleh Intan berbicara mengenai peran ILO melalui proyek Promote

yang dilakukan di Indonesia pada tahun 2012-2015 dengan mempromosikan kerja

layak pada buruh atau program DWCP (Decent Work Progames) bagi pekerja

rumah tangga (PRT). Dalam penelitian tersebut menggunakan konsep organisasi

internasional dan konsep human security.

Persamaan penelitian Intan dengan penelitian ini terletak pada kemiripan

topik pembahasan yaitu mengenai perlindungan terhadap buruh atau pekerja.

Perbedaannya terletak pada fokus pengukuran yang akan digunakan oleh peneliti,

apabila skripsi Intan meneliti mengenai peran ILO dalam kerja layak bagi PRT,

sedangkan penelitian ini lebih mengukur efektivitas ILO dalam melindungi buruh

migran Indonesia. Perbedaan fokus penelitian juga mempengaruhi perbedaan pada

31
Intan Maya Sari, 2018, Peran International Labour Organization (ILO) Dalam Mempromosikan
Kerja Layak Bagi PRT di Indonesia, Skripsi, Malang: Universitas Muhammadiyah Malang

17
pisau analisa yang digunakan, penelitian ini akan melihat efektivitas ILO dengan

menggunakan teori efektivitas organisasi internasional. Intan dalam penelitiannya

menggunakan konsep organisasi internasional untuk melihat peran ILO melalui

proyek Promote yang dilakukan di Indonesia pada tahun 2012-2015 dengan

mempromosikan kerja layak pada buruh atau program DWCP (Decent Work

Progames).

Keenam, penelitian terdahulu Jurnal penelitian yang ditulis Fitri Andayani

dan Indra Pahlawan dengan judul Peran International Organization for Migration

(IOM) Dalam Melindungi Tenaga Kerja Indonesia di Malaysia Tahun 2013-2015.32

Penelitian Fitri dan Indra menjelaskan terkait peran IOM sebagai Organisasi

Internasional turut melindungi pekerja Indonesia di Malaysia pada 2013-2015

sesuai dengan visi dan misi organisasi tersebut. Juga dijelaskan bahwa IOM sebagai

organisasi internasional tidak berjalan sendiri dalam menangani kasus tersebut,

adanya keterlibatan dan bekerjasama dengan BNP2TKI ditandai dengan adanya

Memorandum of Understanding (MoU) yang berisi tiga proyek utama, antara lain

meningkatkan kemampuan pemerintahan dalam melaksanakan pemantauan

terhadap pelaksana penempatan atau proses rekrutmen secara efektif.

Penelitian Fitri dan Indra dengan penelitian ini memiliki banyak kesamaan,

mulai dari permasalahan penelitian yang diangkat yaitu pekerja migran Indonesia

di Malaysia, serta menggunakan subjek penelitian organisasi internasional. Namun

32
Fitri Andayani dan Indra Pahlawan, 2017, Peran International Organization for Migration (Iom)
Dalam Melindungi Tenaga Kerja Indonesia Di Malaysia Tahun 2013-2015, Jurnal Online
Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Riau, 4(2), 1-9, diakses dalam
https://www.neliti.com/id/publications/125016/peran-international-organization-for-migration-
iom-dalam-melindungi-tenaga-kerja (19/6/2021, 20:27 WIB)

18
perbedaanya hanya terletak pada pemilihan organisasi internasional dalam

menangani kasus tersebut. Fitri dan Indra menganalisis IOM dalam melindungi

buruh, sedangkan penulis ini menganalisis ILO dalam melindungi pekerja migran

Indonesia di Malaysia. Perbedaan kedua terletak pada pengukuran analisa,

penelitian sebelumnya melihat peran dari organisasi IOM sedangkan penelitian ini

meneliti mengenai efektivitas dari ILO dalam perlindungan pekerja migran.

Ketujuh, penelitian terdahulu skripsi yang ditulis oleh Sellyana Juwita

dengan judul Implementasi Program ILO di Indonesia dalam Membantu

Perlindungan Terhadap Calon Pekerja Migran Indonesia ke Malaysia dari Kerja

Paksa dan Perdagangan Manusia.33 Dalam skripsi ini Juwita menjelaskan

permasalahan pekerja migran Indonesia yang sudah ada sejak menjadi calon

pekerja migran sebelum diberangkatkan ke negara tujuan. Berangkat dari

permasalahan tersebut penelitian Juwita melihat Implementasi program organisasi

Internasional yang turut membantu dalam perlindungan terhadap Calon Pekerja

Migran dalam hal ini adalah ILO. Organisasi ILO melalui program nya dengan

bekerjasama menggandeng pemerintah Indonesia untuk melindungi pekerja migran

Indonesia di Malaysia.

Penelitian Juwita memiliki banyak kesamaan dengan penelitian ini mulai

dari topik pembahasan hingga pada subjek penelitian yaitu sama-sama meneliti

terkait perlindungan pekerja migran Indonesia di Malaysia yang dilakukan

organisasi buruh internasional yaitu ILO. Perbedaan sudut pandang penelitian yang

33
Sellyana Juwita, 2014, Implementasi Program ILO di Indonesia dalam Membantu Perlindungan
Terhadap Calon Pekerja Migran Indonesia ke Malaysia dari Kerja Paksa dan Perdagangan
Manusia, Skrisi Thesis, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta, diakses dalam
https://repository.upnvj.ac.id/3547/ (19/6/2021, 21:18 WIB)

19
menjadikan hal baru dalam penelitian ini dengan mengukur efektivitas organisasi

internasional ILO dalam melindungi pekerja migran Indonesia di Malaysia dengan

menggunakan konsep efektivitas organisasi interasional.

Selanjutnya penelitian kedelapan adalah skripsi dengan judul The

Challanges of International Labour Organization (ILO) in Protecting Indonesia

Domestic Migrant Workers in Malaysia (2008-2012) yang di tulis oleh Mike

Martaleta.34 Skripsi ini membahas mengenai tantangan organisasi internasional

ILO dalam melakukan perlindungan pada pekerja migran domestik yang bekerja di

Malaysia tahun 2008 sampai 2012 yang mengacu pada program yang diagendakan

ILO yaitu Combating Forced Labour and Trafficking of Indonesian Migrant

Workers, fase kedua. Dalam proyek tersebut upaya yang dilakukan ILO adalah

dengan melakukan advokasi kebijakan dan kerangka perundang-undangan dengan

melakukan kerjasama, meningkatkan kesadaran pada masyarakat terkait posisi

pekerja migran domestik juga merupakan pekerja resmi, memberikan bantuan dan

layanan kepada pekerja migran, melakukan pemberdayaan ekonomi, meningkatkan

kapasitas dokumentasi serta peningkatan penyebaran informasi terkait dunia kerja

dan pekerja migran.

Penelitian ini menjadi penelitian terdahulu karena adanya banyak kemiripan

dengan penelitian yang akan penulis lakukan. Persamaan pertama mulai dari fokus

pembahasan yang diangkat yaitu mengenai perlindungan pekerja migran, yang

mana dalam penelitian ini dan penelitian sebelumnya sama-sama membahas

34
Mike Martaleta, 2014, The Challanges of International Labour Organization (ILO) in
Protecting Indonesia Domestic Migrant Workers in Malaysia (2008-2012), Thesis, Jakarta:
Departement of International Relation, State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta.
Diakses dalam https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/39318

20
mengenai perlindungan pekerja migran Indonesia yang ada di Malaysia. Persamaan

kedua terletak pada subjek penelitian yang diteliti oleh kedua penelitian ini yaitu

menggunakan organisasi internasional ILO. Persamaan ketiga terletak pada jenis

penelitian yang digunakan penulis yaitu menggunakan penelitian deskriptif

kualitatif. Sedangkan apabila dilihat dari perbedaan antara kedua penelitian tersebut

terletak pada cara menganalisis suatu permasalahan, dalam skripsi Martaleta

melihat dari tantangan yang dihadapi organisasi internasional ILO dalam

melindungi pekerja migran, sedangkan dalam penelitian ini penulis lebih

mengambil sudut analisis melalui efektivitas organisasi internasional ILO dalam

melindungi pekerja migran Indonesia (PMI) di Malaysia. Perbedaan sudut analisis

juga membuat perbedaan penggunaan teori atau konsep dalam kedua penelitian

tersebut, penelitian terdahulu menggunakan teori organisasi internasional dan

konsep human security, sedangkan penelitian ini menggunakan teori efektivitas

organisasi internasional dengan konsep Migrant Workers.

Kesembilan yaitu penelitian skripsi yang ditulis oleh Khoerunnisa dengan

judul Efektivitas United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR)

dalam menangani Human Trafficking terhadap Pengungsi di Indonesia (Studi

Kasus: Provinsi DKI Jakarta).35 Penelitian tersebut membahas mengenai human

trafficking yang terjadi di Indonesia dan melihat oraganisasi internasional United

Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) dalam menangani

permasalahan tersebut. Dalam penelitian tersebut di analisa dengan menggunakan

35
Khoerunnisa, 2020, Efektivitas United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR)
dalam melinangani Human Trafficking terhadap Pengungsi di Indonesia (Studi Kasus: Provinsi
DKI Jakarta), Skripsi, Malang: Universitas Muhammadiyah Malang

21
teori efektivitas organisasi internasional melalui tiga dimensi yang menghasilkan

kesimpulan bahwa organisasi internasional tersebut tidak begitu efektif karena

hanya memenuhi satu indikator saja.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian Khoerunisa sama-sama melihat

efektivitas dari organisasi internasional, selain itu menggunkan teori yang sama

yang digunakan penulis untuk menganalisa penelitian ini. Pengambilan topik yang

sama yaitu mengenai permasalah hak dan perlindungan manusia. Perbedaan yang

signifikan terletak dari subjek penelitian yang dipilih penulis, penelitian ini melihat

efektivitas yang dilakukan ILO sedangkan penelitian Khoerunisa melihat

efektivitas United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR).

Kemudian penelitian yang kesepuluh yaitu skripsi dengan judul

Effectiveness of the More Better Jobs For Women Project of ILO In Achieving

Gender Equality In Turkey yang ditulis oleh Nabila Dyah.36 Pembahasan dalam

penelitian ini mengenai proyek yang diprakarsai oleh ILO yang bertujuan untuk

mencapai kesetaraan gender di Turki dengan berbagai upaya yang dilakukan.

Temuan penelitian Dyah dengan menggunakan alat analisa teori efektifitas program

yang diukur dengan tiga indikator PAQS (The Program Accountability Quality

Scale) yaitu activity, output, outcome menunjukkan bahwa proyek tersebut berjalan

efektif yang dibuktikan dengan meninggkatnya kesadaran perempuan di Turki

untuk terus berpartisipasi dalam sektor pekerjaan di Turki dengan mengedepankan

kesetaraan gender ditempat kerja.

36
Nabilla Dyah, 2019, Effectiveness of The More Better Jobs For Women Project Of ILO In
Achieving Gender Equality In Turkey, Undergraduated Theses, Universitas Katolik Parahayangan,
diakses dalam http://repository.unpar.ac.id/handle/123456789/10691 (19/6/2021, 21:37 WIB)

22
Perbedaan topik pembahasan antara penelitian Dyah dengan penelitian ini

yang lebih pada permasalahan perlindungan pekerja migran terkhusus PMI yang

berada di Malaysia. Adanya kesamaan pemilihan sudut pandang yaitu sama-sama

melihat efektivitas penjalanan, namun dalam penelitian Dyah lebih spesifik pada

efektifitas program sedangkan dalam penelitian ini lebih pada efektivitas organisasi

internasional nya sebagai subjek penelitian. Kesamaan kedua terletak pada

pengambilan organisasi internasional yaitu International Labour Organization

(ILO).

Mengacu dari sepuluh penelitian yang penulis ambil untuk dijadikan

referensi penelitian terdahulu dapat disimpulkan bahwa isu-isu keamaan manusia

dan perlindungan manusia masih menjadi isu yang menarik dan perlu mendapat

perhatian. Topik yang diangkat dalam sepuluh penelitian terdahulu membahas

mengenai perlindungan manusia, terlebih perlindungan terhadap pekerja migran.

Dari penelitian terdahulu tersebut terbukti adanya peran dan partisipasi dari

berbagai aktor dalam upaya perlindungan manusia terkhusus perlindungan pekerja

migran. Terdapat kesamaan topik pembahasan antara sepuluh penelitian terdahulu

dengan penelitian yang akan penulis lakukan yaitu mengenai perlindungan pekerja

migran. Namun kebaruan yang peneliti tawarkan dalam penelitian ini dengan

penelitian sebelumnya adalah mengenai sudut pandang pengambilan subjek

penelitian. Dalam penelitian ini mengambil subjek penelitian International Labour

Organization (ILO) sebagai organisasi internasional pemerintah yang memiliki

peran dalam masalah perlindungan pekerja migran. Selanjutnya kebaruan dalam

penelitian ini juga akan mengukur keefektifitas an organisasi internasional yaitu

23
International Labour Organization (ILO) dalam melindungi pekerja migran

Indonesia (PMI) yang bekerja di Malaysia khususnya, yang menjadi hal baru yang

belum dibahas di sepuluh penelitian sebelumnya.

Tabel 1.1 Posisi Penelitian

Judul dan Nama Jenis Penelitian


No. Hasil Penelitian
Peneliti dan Alat Analisa
1. Legal Protection for Perlindungan kepada
Indonesian Migrant pekerja migran Indonesia
Workers Based on Deskriptif masih menjadi isu yang
National Philosophy perlu mendapat perhatian
Values Teori Hukum lebih. Seharusnya
Keadilan dan perlindungan hukum juga
Perlindungan disesuaikan dengan nilai-
Oleh: Anis nilai keadilan dalam
Mashdurotahun, Pancasila sebagai falsafah
Juramadi Esra, dan negara. Temuan yang
Teguh Prasetyo dihasilkan dalam penelitian
tersebut adalah
perlindungan pekerja
migran dapat dilakukan
mulai dari perlindungan
preventif dengan cara
memberikan pemahaman
dan syarat kepada pekerja
migran menganai hardskill
dan softskill, melakukan
pengawasan dan
pendampingan secara ketat
untuk memastikan hak
pekerja migran indonesia
tetap terpenuhi mulai dari
keberangkatan pekerja
migran indonesia sampai
kembali ke tanah air
Indonesia. Kemudian
dalam jurnal tersebut juga
membahas mengenai
pentingnya memberikan
pendidikan dan
ketrampilan bagi pekerja
migran Indonesia pasca
pemulangan dan

24
diperlukannya pembatasan
menjadi pekerja migran
Indonesia maksimal dua
kali masa kontrak atau
maksimal 5 tahun.
Selebihnya Pemerintah
Indonesia harus menjamin
lapangan kerja di
Indonesia.
2. Peran Pemerintahan Temuan yang dihasilkan
Joko Widodo dalam penelitian ini adalah
Menjamin Keamanan Deskriptif adanya kebijakan
Manusia Terhadap Kualitatif pemerintah Joko Widodo
Pekerja Migran dalam menangani kasus
Indonesia Sektor Konsep Keamanan buruh migran di Malaysia
Informal Malaysia Manusia. dengan dilakukannya
hubungan bilateral antara
Kementrian
Oleh: Faina Filasufa Ketenagakerjaan Indonesia
dengan Kementrian
Sumberdaya Manusia
Malaysia tentang pekerja
rumah tangga yang
tercantum pada UU No. 18
Tahun 2017, dan
KEPMENAKER No. 354
Tahun 2015.
3. Managing Hasil yang di dapat dari
International Labor penelitian tersebut adalah
Migration in ASEAN: manajemen migrasi tenaga
Themes from a Six Deskriptif Analitis kerja internasonal di
Country Study kawasan Asia Tenggara
perlu adanya integrasi
migrasi internasional
Oleh: Aniceto Orbeta, dalam upaya pembangunan
Jr dan Kathrina nasional dan regional,
Gonzales perlu adanya perjanjian
bilateral dan multilateral,
merancang perlindungan
pekerja migran dengan
memperhatika kebijakan di
negara pengirim maupun
penerima, merancang
pengaturan migrasi,
melibatkan badan sub
nasional dalam

25
pengelolaan migrasi,
perlunya perluasan
kerjasama dalam
menangani dan
meminimalisir migrasi
ilegal, harus adanya
perlindungan yang
diberikan negara kepada
pekerja migran.
4. Indonesia's Migrant Hasil penelitian dalam
Domestic Workers menyikapi pekerja migran
Within Asean Indonesia (PMI) dengan
Community Deskriptif sudut pandang Komunitas
Framework: A Kualitatif ASEAN maka perlu
Societal and Economic adanya pengaturan
Security Approach Konsep Societal regional ASEAN yang
Security dan menyangkut pekerja
Economic Security migran terampil maupun
Oleh: Anggia Utami pekerja migran tidak
Dewi dan Adityo terampil. Apabila aturan
Darmawan Sudagung mengenai perlindungan
terhadap pekerja migran
tidak terampil dalam hal ini
adalah pekerja domestik
atau pekerja rumah tangga
itu ada dan terjamin maka
tidak ada keharusan untuk
memberantas mata
pencaharian sebagai
pekerja migran domestik.
Perlunya meningkatkan
kualitas perlindungan
untuk pekerja migran
domestik, selain itu juga
harus menumbuhkan
adanya identitas antar
negara anggota ASEAN
untuk saling bersatu bukan
hanya secara politik, tetapi
juga terintegrasi antar
people to people agar
adanya konektivitas untuk
menciptakan kondisi yang
damai dalam kawasan.
Dengan begitu maka
pekerja migran domestik

26
akan mendapatkan manfaat
dari adanya persatuan
kawasan ASEAN.
5. Peran International Adanya peran ILO melalui
Labour Organization proyek Promote yang
(ILO) Dalam dilakukan di Indonesia
Mempromosikan Deskriptif pada tahun 2012-2015
Kerja Layak Bagi PRT dengan mempromosikan
di Indonesia Konsep Organisasi kerja layak pada buruh atau
Internasional dan program DWCP (Decent
Konsep Human Work Progames) bagi
Oleh: Intan Maya Sari Security pekerja rumah tangga
(PRT). Proyek tersebut
ditujukan untuk
tercapainya kesejahteraan
bagi tenaga kerja dengan
adanya perlindungan dari
gangguan di tempat kerja.
Melalui proyek Promote
tersebut, Indonesia sebagai
negara anggota didesak
ILO untuk serta
meningkatkan kesadaran
pembuat kebijakan atau
pihak pemerintah untuk
lebih memperhatikan isu
mengenai kondisi kerja
PRT. Dilakukannya
tindakan peningkatan
kapasitas pemberdayaan
PRT, mendorong
perlindungan PRT, dan
peningkatan kesadaran
masyarakat.
6. Peran International Hasil penelitian adanya
Organization for peran IOM sebagai
Migration (IOM) organisasi Internasional
Dalam Melindungi Deskriptif turut melindungi pekerja
Tenaga Kerja Indonesia di Malaysia pada
Indonesia di Malaysia Konsep Organisasi 2013-2015 sesuai dengan
Tahun 2013-2015. Internasional visi dan misi organisasi
tersebut. Juga dijelaskan
bahwa IOM sebagai
Oleh: Fitri Andayani organisasi internasional
dan Indra Pahlawan tidak berjalan sendiri
dalam menangani kasus

27
tersebut, adanya
keterlibatan dan
bekerjasama dengan
BNP2TKI ditandai dengan
adanya Memorandum of
Understanding (MoU)
yang berisi tiga proyek
utama, antara lain
meningkatkan kemampuan
pemerintahan dalam
melaksanakan pemantauan
terhadap pelaksana
penempatan atau proses
rekrutmen secara efektif.
7. Implementasi Penelitian ini berangkat
Program ILO di dari permasalahan calon
Indonesia dalam pekerja migran terkhusus
Membantu Deskriptif calon pekerja migran
Perlindungan Kualitatif Indonesia yang akan
Terhadap Calon berangkat ke Malaysia.
Pekerja Migran Teori Organisasi Masalah yang dialami
Indonesia ke Malaysia Internasional dan calon pekerja migran ini
dari Kerja Paksa dan teori Peranan tidak hanya ketika di
Perdagangan Manusia penempatan saja, bahkan
sebelum berangkat hingga
sampai di negara tujuan.
Oleh: Sellyana Juwita Dalam penelitian ini
ditemukan adanya
kerjasama antara ILO
dengan pemerintah
Indonesia melalui program
ILO dalam memgupayakan
perlindungan pekerja
migran Indonesia sebelum
berangkat hingga pulang
ke tanah air dengan
dilakukannya
pendampingan secara
teknis dan pengembangan
kajian.
8. The Challanges of Hasil penelitian yang
International Labour ditemukan adalah terdapat
Organization (ILO) in 4 tantangan yang dihadapi
Protecting Indonesia Deskriptif ILO dalam melaksanakan
Domestic Migrant Kualitatif proyek Combating Forced
Labour and Trafficking of

28
Workers in Malaysia Teori Organisasi Indonesian Migrant
(2008-2012) Internasional dan Workers sejak pertama kali
Konsep Human proyek ini berlangsung.
Security Tantangan muncul dari
kedua negara tersebut baik
Oleh: Mike Martaleta Indonesia sebagai enagra
pengirim pekerja migran
maupun Malaysia sebagai
penerima pekerja migran
yang sama-sama belum
meratifikasi Konvensi ILO
No. 189 tentang kerja layak
bagi pekerja rumah tangga
(PRT), selanjutnya
tantangan kedua
disebabkan oleh konstruk
atau persepsi masyarakat
mengenai pekerja rumah
tangga yang mana masih
belum merata nya
kesadaran masyarakat
terkait posisi pekerja
rumah tangga yang juga
sebagai pekerja. Tantangan
ketiga adalah pada aspek
finansial yang juga
menghambat jalannya
program yang diadakan
ILO, adanya keterbatasan
anggaran dari pemerintah
Indonesia. Selain itu juga
tantangan dalam segi
teknis juga menghambat
jalannya program ini yaitu
dalam aspek layanan
proyek dan dokumentasi
yang kurang.
9. Efektivitas United Dalam penelitian tersebut
Nations High akan mengukur efektivitas
Commissioner for UNHCR sebagai
Refugees (UNHCR) Deskriptif organisasi internasional
dalam menangani dalam menangani
Human Trafficking Teori efektivitas fenomena human
terhadap Pengungsi di organisasi trafficking dengan temuan
Indonesia (Studi internasional dan bahwa UNHR tidak efektif
dalam menangani Human

29
Kasus: Provinsi DKI konsep human Trafficking terhadap
Jakarta) trafficking pengungsi Jakarta. Penulis
menganalisa dengan
menggunakan tiga dimensi
Oleh: Khoerunnisa Frank Biermaan dan
Steffen Baeur dan
berdasarkan tiga dimensi
tersebut hanya satu yang
terpenuhi.
10. Effectiveness of the Penelitian ini membahas
More Better Jobs For mengenai Proyek more and
Women Project Of ILO Better Jobs for Women
In Achieving Gender Deskriptif yang diprakarsai oleh ILO
Equality In Turkey kualitatif dengan tujuan mencapai
kesetaraan di Turki tahun
Feminisme liberal 2013-2018. Proyek
Oleh: Nabila Dyah dan konsep tersebut memiliki tujuan
efektifitas program untuk memepromosikan
pekerja perempuan,
memberikan ruang
perempuan untuk layak
kerja, membangun
pemahaman kesetaraan
gender dalam standart
kerja. Temuan yang
dihasilkan dalam penelitian
ini adalah proyek tersebut
dapat dikatakan proyek
yang efektif dengan bukti
bahwa adanya kesadaran
banyak perempuan yang
terus berpartisipasi dalam
sektor pekerjaan di Turki,
mulai banyaknya seminar
yang membahas pekerja
perempuan dan kesetaraan
gender di tempat kerja di
Turki.
11. Efektivitas Indonesia sebagai
International Labour pengirim tenaga kerja
Organization (ILO) terbesar kedua di ASEAN,
dalam Melindungi hal tersebut dipengaruhi
Pekerja Migran karena minimnya lapangan
Indonesia di Malaysia. Deskriptif pekerjaan dan upah gaji
yang murah sehingga
menjadi alasan pencari

30
Efektivitas kerja untuk bermigrasi dan
Oleh: Dinda Fitri Organisasi bekerja diluar negeri.
Nazlatunnuha Internasional dan Malaysia sebagai tempat
Konsep Migrant tujuan utama pekerja
Workers migran Indonesia,
sayangnya berdasarkan
banyaknya jumlah
pengaduan pekerja migran
yang berada di Malaysia
menarik kesimpulan bahwa
Malaysia juga tidak begitu
aman bagi pekerja migran.
Terjadinya pelanggaran
hak pekerja migran
Indonesia di Malaysia
termasuk dalam
permasalahan yang
kompleks. Dengan begitu,
ILO sebagai organisasi
internasional turut
memiliki sumbangsih
dalam perlindungan
pekerja Migran Indonesia
yang ada di Malaysia
melalui konvensi yang
dibuat serta program
kerjasamanya. Oleh sebab
itu, penelitian ini ingin
mengukur dan melihat
efektifitas ILO sebagai
organisasi internasional
dalam turut melindungi
pekerja migran Indonesa di
Malaysia.

1.5 Landasan Teori dan Konsep

1.5.1 Efektivitas Organisasi Internasional

Organisasi internasional merupakan salah satu aktor dalam hubungan

internasional, yang dalam pembentukannya memiliki tujuan untuk perdamaian

dengan cara menjalankan kesepakatan dan tujuan dalam organisasi internasional

31
tersebut. Meminjam pernyataan Clive Archer yang mengartikan organisasi

internasional ini sebagai pengaturan dalam kerjasama internasional baik pemerintah

maupun non pemerintah yang melintasi batas negara dengan adanya struktur

organisasi yang jelas, aturan yang jelas dan dalam menjalankan tujuannya harus

berdasarkan kesepakatan bersama negara anggotanya melalui konferensi atau

pertemuan secara berkala.37

Berdasarkan fungsi, ruang lingkup serta kewenangan organisasi

internasional terbagi menjadi dua golongan yaitu Intergovermental Organization

(IGO) dan International Non-Govermental Organization (INGO). IGO merupakan

sebuah organisasi internasional yang anggotanya terdiri dari perwakilan setiap

negara di dunia. Sedangkan INGO merupakan organisasi non pemerintah yang

anggotanya merupakan kelompok-kelompok swasta di bidang keilmuan, ekonomi,

kebudayaan, lingkungan hidup.38

Melihat definisi di atas menunjukkan bahwa International Labour

Organization (ILO) termasuk dalam kategori organisasi pemerintah internasional

(IGO) yang dalam tujuannya yaitu menangani masalah buruh di dunia dan berada

dibawah naungan PBB. ILO merupakan salah satu organisasi internasional

fungsional atau organisasi yang keanggotaannya umum dengan tujuan terbatas,

dikarenakan ILO bergerak dalam suatu bidang yang spesifik yakni menangani

masalah buruh.39 Munculnya ILO sebagai organisasi internasional yang memiliki

ruang gerak perlindungan terhadap buruh ini sebagai bentuk reaksi dari maraknya

37
Clive Archer, 1992, International Organizations, edisi ke-2, London: Routledge, hal. 37.
38
Drs. T. May Rudy, SH., MIR., M.Sc. "Administrasi & Organisasi Internasional", (ed.ketiga)
oleh SH. Aep Gunarsa, (Bandung: PT Refika Aditama, 2005). Hal: 5 dan 20
39
Clive Archer, Op. Cit

32
kekerasan terhadap buruh, penyalahgunaan penanganan pekerja dalam segala aspek

baik upah, fasilitas yang diterima bahkan jam kerja yang tidak sesuai dengan aturan

atau bisa disebut tidak manusiawi. Terbentuknya ILO juga sebagai reaksi dari

perputaran sistem politik internasional dan sistem politik di suatu negara. 40

International Labour Organization (ILO) dibentuk secara khusus oleh Perserikatan

Bangsa-Bangsa (PBB) memiliki ranah maupun ruang gerak secara khusus, dengan

tujuan mempromosikan hak yang setara dan adil di tempat kerja, mendorong

terciptanya kerja layak bagi buruh, dan meningkatkan perlindungan sosial yang

terkait dengan permasalahan dalam dunia kerja.41

Sebagai organisasi internasional dengan fungsi dan kewenangannya tentu

memiliki peranan yang dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori yaitu sebagai

instrumen, sebagai arena dan sebagai aktor independen.42 Sedangkan menurut

Andre Pareira dari ketiga kategori tersebut apabila dianalisis lebih mendalam akan

terlihat sejumlah peranan nya yang lebih spesifik yaitu organisasi internasional

berperan sebagai inisiator, fasilitator, mediator, rekonsiliator dan determinator. 43

Berdasarkan peranan organisasi internasional tersebut juga memiliki alat ukur

dalam melihat hasil dari implementasi program yaitu keefektifan organisasi

internasional dalam menjalankan peran dan fungsinya. Dalam penelitian ini akan di

fokuskan untuk melihat efektivitas organisasi internasional yaitu ILO dalam

melindungi pekerja migran Indonesia.

40
Ibid
41
ILO, “Sekilas tentang ILO”, Loc.Cit.
42
Margaret P. Karnsdan Karen A. Mingst, International Organizations: The Politics and
Processes of Global Governance, Lynne Rienner Publisher, Colorado, 2004, hal. 136.
43
Andre Pariera, 1999. Perubahan Global dan Perkembangan Studi Hubungan Internasional, PT.
Bakti, (Bandung: 10-10-2018, 1999)

33
Perlu kiranya penulis cantumkan terlebih dahulu mengenai definisi efektif

sebagai ukuran dalam organisasi. Menurut SP. Siagian mendefinisikan kata efektif

adalah tercapainya sasaran yang ditentukan dengan menggunakan sumber daya

yang ada tepat pada waktunya.44 Selain itu Peter F. Drucker memberikan definisi

yang sederhana mengenai kata efektif yaitu doing the right things artinya

mengerjakan pekerjaan dengan tepat.45 Sederhananya definisi efektivitas organisasi

adalah melihat tingkat keberhasilan suatu program dalam upaya mencapai

tujuannya.

Sedangkan efektivitas organisasi internasional menurut Frank Biermann

dan Steffen Baeuer dapat dilihat menggunakan tiga dimensi yaitu: output, outcome,

dan impact. Maksud dari dimensi pertama output adalah segala aktifitas yang

dilakukan oleh organisasi internasional. Dimensi kedua outcome merupakan

perubahan perilaku dari aktor masyarakat yang terlibat baik itu masyarakat secara

individu, pemerintah maupun media masa. Sedangkan maksud dari impact adalah

dampak yang dapat dilihat dari adanya perubahan kebijakan yang sesuai dengan

tujuan organisasi internasional.46

Selanjutnya, dari ketiga dimensi tersebut apabila dipilah lebih mendalam

menurut Biermann dimensi tersebut terbentuk dipengaruhi oleh beberapa faktor

yang terbagi menjadi dua variabel. Variabel tersebut dibedakan menjadi variabel

44
T. Hani Handoko, 2000, Organisasi Perusahaan Teori, Struktur dan Perilaku, Yogyakarta:
BPFE, hal. 50
45
Peter F. Drucker, 1964, Managing for a Result, New York: Harper & Row, hal 5
46
Frank Biermann and Steffen Baeuer, Assesing the Efectiveness of Intergovermental Organizatio
in International Environtmental Poltics, Institution Global Environmental Change, Volume 15,
2003, Norwegia: University of East Anglia, hal 191 diakses dalam
https://www.academia.edu/28203496/Assessing_the_effectiveness_of_intergovernmental_organis
ations_in_international_environmental_politics (19/6/2021, 22:15 WIB)

34
kontekstual yaitu yang berkaitan dengan spesifikasi isu atau kasus tertentu dan

variabel struktural yang berkaitan dengan model organisasi internasional tersebut.47

Kemudian variabel struktural terbagi menjadi tujuh indikator tertentu, diantaranya

adalah kompetensi formal, tingkat keterikatan rezim, struktur organisasi,

kesesuaian masalah, ketersediaan sumber daya, keikutsertaan stakeholder atau

pemangku kepentingan, dan aspek lainnya yang termasuk dalam desain

kelembagaan.48 Maksud dari ketujuh indikator variabel struktural yang menjadi

faktor efektifitas organisasi internasional adalah sebagai berikut:

1. Formal competencies (kompetensi formal) adalah pengalihan wewenang

yang diberikan negara terhadap suatu isu dengan mengakui organisasi

internasional tersebut menjadi salah satu faktor efektivitas yang

mempengaruhi organisasi internasional. Apabila adanya pembagian

kedaulatan yang diberikan negara kepada organisasi internasional, dengan

begitu organisasi internasional dapat memantau negara anggotanya serta

mampu menjalankan tugas dan fungsinya melalui proyek yang

diagendakan dengan efektif.49

2. Degree of regime embeddedness (tingkat keterikatan rezim) maksud dari

tingkat keterikatan rezim ini bergantung pada seberapa kuat rezim

internasional tersebut mengikat negara-negara anggotanya untuk

mematuhi rezim internasional yang ada dalam organisasi internasional.

Hal ini dapat diukur dari apabila adanya rezim tersebut dapat mengikat

47
Ibid, hal 192
48
Ibid
49
Ibid

35
negara untuk mematuhinya maka dapat dinilai semakin efektif organisasi

internasional tersebut.

3. Organitational structure (struktur organisasi) adalah hirarki dalam

organisasi yang menjadi hal penting dalam mempengaruhi efektivitas

sebuah organisasi internasional. Struktur organisasi yang jelas dapat

memudahkan organisasi internasional dalam melakukan tugas dan

fungsinya. Adanya struktur yang jelas juga akan mempermudah pola

komunikasi dalam organisasi internasional tersebut yang di korelasikan

dengan hubungan kordinasi pada setiap anggota dalam struktur organisasi

tersebut.

4. Problem of fit (kesesuaian masalah) maksudnya adalah ketepatan

kebijakan untuk menangani suatu masalah yang akan diselesaikan yang

disesuaikan dengan tugas, fungsi dan tujuan dari organisasi internasional.

Dijadikan sebagai indikator ke efektifan organisasi internasional apabila

ada kesesuaian kebijakan dengan tujuan organisasi internasional dalam

menyelesaikan permasalahan.

5. Availability of resources (ketersediaan sumber daya) yang dimaksud

adalah baik sumber daya manusia maupun secara finansial. Sumber daya

ini merupakan aspek terpenting yang dapat mempengaruhi keefektifan

jalannya sebuah organisasi internasional. Pengalokasian sumber daya juga

dapat mempengaruhi nilai efektifitas sebuah organisasi internasional.

Namun, meningkatnya ketersediaan sumber daya akan lebih

meningkatkan efektivitas organisasi internasional tersebut.

36
6. Stakeholder involvement (keikutsertaan stakeholder atau pemangku

kepentingan) maksudnya adalah keterlibatan setiap aktor pemangku

kepentingan baik negara yang terlibat atau lainnya untuk bekerjasama

dalam mewujudkan kebijakan, ikut serta dalam pengambilan keputusan

dari organisasi internasional, dan berkomitmen untuk mewujudkan atau

mengimplementasikan kebijakan organisasi tersebut dapat mempengaruhi

efektifitas organisasi internasional.

7. Other aspects of institutional design (aspek lainnya yang termasuk dalam

desain kelembagaan) adalah tambahan dalam indikator variabel struktural

yang dapat dipertimbangkan dalam menilai efektivitas organisasi

internasional. Diantaranya adalah prosedur dalam pengambilan keputusan

dari organisasi internasional, serta mekanisme resolusi konflik di internal

organisasi internasional tersebut.

Analisa yang digunakan untuk menjawab pertanyaan dalam penelitian ini

yaitu efektivitas ILO sebagai organisasi internasioal untuk turut berperan dalam

melindungi pekerja migran Indonesia di Malaysia adalah dengan menggunakan

pisau analisa teori efektifitas organisasi internasional menurut Frank Biermann.

Penulis melakukan analisa dengan menggunakan tiga dimensi menurut Frank

Biermann yaitu: output dengan melihat aktivitas yang dilakukan ILO, outcome

yaitu perubahan perilaku sasaran dari pemerintah, serikat pekeja, civil society

organization, media massa serta aktor lainnya untuk terlibat dan mendukung

aktvitas ILO dalam melindungi pekerja migran Indonesia di Malaysia, dan terkahir

impact yang dapat dilihat melalui dampak dari aktivitas ILO dapat berupa

37
perubahan kebijakan pemerintah negara yang terlibat dalam masalah perlindungan

pekerja migran yang disesuaikan dengan tujuan yang disepakati dalam organisasi

tersebut. Penentuan pengukuran 3 dimensi efektivitas organisasi internasional

tersebut dipengaruhi oleh 7 indikator dalam variabel struktural menurut Biermann

dan Baeuer. Dalam penelitian ini sebagai penjelasan lanjutan dari 3 dimensi

efektivitas ILO dalam melindungi PMI di Malaysia, penulis juga menjelaskan

mengenai faktor yang mempengaruhi dimensi efektivitas ILO menggunakan 7

indikator dari variabel struktural yang akan penulis korelasikan sesuai dengan fokus

permasalahan dalam penelitian ini. Variabel struktural dengan melihat model dari

organisasi internasional digunakan dalam penelitian ini guna membantu penulis

dalam menganalisis lebih mendalam mengenai efektivitas dari ILO dengan cara

mengetahui aspek internal organisasi internasional melalui 7 indikator yang

ditentukan oleh Biermann dan Baueur, yang mana dalam 7 indikator ini sebagai

faktor atau indikator yang mempengaruhi terbentuknya 3 dimensi efektivitas ILO

dalam melindungi pekerja migran Indonesia di Malaysia.

1.5.2 Konsep Migrant Workers

Migrant Workers adalah istilah dari pekerja migran yang mendeskripsikan

pergerakan orang-orang dari sebuah tempat ke tempat lainnya dengan tujuan untuk

bekerja. Klasifikasi pekerja migran umumnya diperoleh ketika seseorang

melakukan hal tersebut. Pekerja migran terdiri dari beberapa jenis baik pekerja

38
migran kontrak terampil, semi terampil maupun pekerja migran kurang terampil.50

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagai organisasi dunia juga mendefinisikan

pekerja migran yang terdapat dalam Konvensi Pekerja Migran tahun 1990, dalam

pasal 2 ayat 1 pekerja migran di definisikan sebagai “Migrant Workers refers to a

person who is to be engaged, is engaged or has been engaged in a remunerated

activity in a State of which he or she is not a national”.51 Artinya pekerja migran

adalah seorang pekerja yang akan, tengah dan telah melakukan aktivitas yang

dibayar di suatu negara yang bukan merupakan warga negaranya. Dalam konvensi

tersebut istilah pekerja migran dapat digunakan oleh seorang yang bekerja dengan

delapan klasifikasi, diantaranya adalah:52

1. Pekerja lintas batas yaitu pekerja yang bertinggal di suatu negara lainnya

atau biasanya negara tetangga yang biasayanya mereka akan pulang

setiap hari atau seminggu sekali.

2. Pekerja musiman yang disandangkan pada pekerja migran yang dalam

sifat pekerjaannya bergantung dengan kondisi musim, pada umumnya

dilakukan secara tidak menentu setidaknya hanya beberapa waktu dalam

setiap tahun.

50
Lalu Hadi Adha, 2013, Urgensi Ratifikasi Konvensi Internasional tahun 1990 tentang
Perlindungan Buruh Migran dan Keluarganya, Jurnal IUS Kajian Hukum dan Keadilan, hal. 315
51
International Convention on the Protecttion of the Right of All Migrant Workers and Members
of Their Families: Adopted by General Assembly resolution 45/158 of 18 December 1990, Part I
Scope and Definitions, Article 2 poin 1, diakses dalam
https://www.un.org/en/development/desa/population/migration/generalassembly/docs/globalcomp
act/A_RES_45_158.pdf (2/7/2021,10:36)
52
Ibid, hal 5-6

39
3. Pekerja pelaut yang mencakup nelayan yaitu pekerja migran yang

bekerja diatas kapal yang terdaftar di negara lain bukan tempat pelaut

melakukan pekerjaannya.

4. Pekerja offshire installation adalah pekerja migran yang berada dibawah

naungan yuridiksi suatu negara yang bukan merupakan warga negaranya.

5. Pekerja keliling mengacu pada pekerja migran yang melakukan

pekerjaannya dengan berpergian ke negara satu ke negara lainnya dalam

waktu singkat tergantung sifat pekerjaanya, biasanya bertempat tinggal

di suatu negara.

6. Pekerja proyek digunakan untuk pekerja migran yang melakukan

pekerjaanya di negara tujuan kerja dalam waktu tertentu dengan tujuan

proyek tertentu tergantung pada majikannya.

7. Pekerja dengan pekerjaan tertentu ini dapat disandangkan pada pekerja

migran yang dipekerjakan majikannya dalam jangka waktu tertentu

untuk melakukan pekerjaan yang membutuhkan profesionalitas atau

keahlian, komersial, teknis, maupun keahlian secara khusus dengan

melakukan pekerjaan dalam jangka waktu dan bersifat sementara.

8. Pekerja mandiri mengacu pada pekerja migran yang bekerja dan

melakukan aktivitas yang dibayar dengan tidak berada dibawah

perjanjian kerja atau kontrak kerja, serta pekerja migran lainnya yang

diakui berdasarkan perjanjian bilateral atau multilateral.

Dalam konvensi tersebut memuat prinsip-prinsip perlindungan pada seluruh

pekerja migran. Standart-standart hak asasi manusia harus dijamin oleh semua

40
negara terlepas masuk dalam kualifikasi pekerja migran manapun. Konvensi ini

telah di ratifikasi oleh 55 negara yang mayoritas nya adalah negara pengirim pekerja

migran seperti Filiphina, Sri Lanka, Mali serta Indonesia yang meratifikasi pada 31

Mei 2012,53 kemudian Indonesia juga mengesahkan Konvensi Pekerja Migran

dengan Undang-Undang Nomor 6 tahun 2012.54 Kewajiban negara peratifikasi

konvensi harus menjalankan semua isi dalam konvensi dan tidak dapat

mengecualikan implementasi dari bagian manapun, atau mengecualikan klasifikasi

pekerja migran tertentu dalam penerapan aturan perlindungan pekerja migran. 55

Pendefinisian mengenai migrant workers juga diadopsi oleh International

Labour Organization (ILO) dalam konvensi 143 tentang Pekerja Migran

(Ketentuan Tambahan) tahun 1975 yang berarti:

“Orang yang bermigrasi atau yang telah bermigrasi dari satu negara ke
negara lain dengan tujuan untuk bekerja selain sebagai wiraswasta dan
mencakup siapa saja yang diijinkan masuk secara reguler sebagai
pekerja migran.”56

Persoalan migrant workers atau pekerja migran sudah banyak konvensi yang

mengatur, akan tetapi permasalahan yang berkaitan dengan buruh migran tidak

sedikit. Penyelewengan hak perlindungan terhadap buruh migran seringkali terjadi

53
United Nations Treaty Collection Chapter IV Human Right Number 13, diakses dalam
https://treaties.un.org/Pages/ViewDetails.aspx?src=TREATY&mtdsg_no=IV-13&chapter=4
(2/7/21, 23:47)
54
Undang-Undang Nomor 6 tahun 2012 tentang Pengesahan International Convention on the
Protecttion of the Right of All Migrant Workers and Members of Their Families, diakses dalam
https://www.bphn.go.id/data/documents/12uu006.pdf (2/7/21, 23:40)
55
International Convention on the Protecttion of the Right of All Migrant Workers and Members
of Their Families: Adopted by General Assembly resolution 45/158 of 18 December 1990, Article
88. Op. Cit hal 53
56
K-143 Konvensi Pekerja Migran (Ketentuan Tambahan) tahun 1975, Bagian II Pasal 11 ayat 1,
diakses dalam https://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/---ilo-
jakarta/documents/legaldocument/wcms_145819.pdf (2/7/21, 22:32 WIB)

41
sehingga isu perlindungan terhadap pekerja migran menjadi fokus kajian

internasional karena hal ini menyangkut hajat hidup seluruh manusia. Dalam

permasalahan pekerja atau perburuhan, PBB memberikan wadah yang mengatur

khusus berkaitan dengan perburuhan dunia yaitu International Labour

Organization (ILO) yang berada dibawah naungan PBB.57

International Labour Organization (ILO) sebagai organisasi internasional

yang fokus dalam isu perburuhan dengan mengatur hak buruh di tempat kerja agar

terciptanya kerja layak demi kesejahteraan buruh. Dalam menentukan kebijakan

atau peraturan yang berkaitan dengan tugas pokok dan fungsi organisasi ini

menggunakan badan tripatitte.58 Penyusunan kebijakan dan program ILO

dilakukan dengan mengundang perwakilan pemerintah, pengusaha serta pekerja

untuk bersama-sama menentukan standar-standar ketenagakerjaan Internasional.

Negara Indonesia memaknai pekerja migran Indonesia yang termaktub

dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2017 tentang Perlindungan Pekerja

Migran Indonesia yaitu, “Setiap warga negara Indonesia yang akan, sedang, atau

telah melakukan pekerjaan dengan menerima upah dari luar wilayah Republik

Indonesia.”59 Sedangkan menurut Kementrian Sosial, pekerja migran Indonesia di

definisikan pada orang yang mencari pekerjaaan keluar dari daerah asalnya baik

dalam negeri maupun lintas negara atau keluar negeri untuk bekerja dalam jangka

57
About the ILO, Op. Cit
58
Ibid
59
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2017 tentang Perlindungan Pekerja Migran Indonesia, BAB I
Pasal 1 ayat 2, diakses dalam
https://jdih.setkab.go.id/PUUdoc/175351/UU%20Nomor%2018%20Tahun%202017.pdf (2/7/21,
21:25 WIB)

42
waktu tertentu.60 Pendefinisian dari Kementrian Sosial ini dapat dimaknai secara

luas yaitu meliputi pekerja migran laki-laki maupun perempuan, tidak dibedakan

dalam sektor pekerjaan baik formal maupun informal, serta tidak dibedakan status

hukum legal maupun pekerja migran undocumented.

Penelitian ini difokuskan pada perlindungan pekerja migran Indonesia yang

ada di Malaysia. Sebagaimana data yang telah penulis paparkan di latar belakang

bahwa pekerja migran Indonesia yang memberikan pengaduan permasalahan di

tempat kerja paling banyak berada di Malaysia. Permasalahan pelanggaran hak

pekerja migran ini turut ditangani oleh ILO sebagai organisasi internasional yang

memiliki fungsi perlindungan terhadap buruh. Dengan demikian konsep Migrant

Workers digunakan peneliti untuk mengetahui efektivitas organisasi internasional

dalam memberikan perlindungan terhadap pekerja migran Indonesia (PMI).

1.6 Metode Penelitian

1.6.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan digunakan oleh penulis adalah penelitian

deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha

mendeskripsikan serta menggambarkan secara sistematis mengenai fakta-fakta dan

karakteristik objek atau suatu fenomena yang diteliti secara tepat. 61 Penelitian

deskriptif bertujuan untuk menggambarkan secara tepat sifat-sifat individu,

60
Husmiati, Nurdin Widodo, dkk, Perlindungan Sosial Pekerja Migran Bermasalah Melaui Rumah
Perlindungan Trauma Center, Jakarta: P3KS Press, hal 11
61
Yanuar Ikbar, 2014, Metodologi dan Teori Hubungan Internasional, Bandung: PT Refika
Aditama, hal. 18

43
keadaan, gejala atau kelompok tertentu yang disajikan melalui data dan fakta. 62

Dalam penelitian ini penulis mendeskripsikan dan menjelaskan melalui data dan

fakta dengan fokus utama pertanyaan bagaimana Efektivitas International Labour

Organization (ILO) dalam Melindungi Pekerja Migran Indonesia di Malaysia yang

dianalisis menggunakan teori efektivitas organisasi internasional Frank Biermann

dan Steffen Baueur melalui 3 dimensi output, outcome, dan impact. Adapun pada

bagian selanjutnya penulis akan menjelaskan faktor yang mempengaruhi 3 dimensi

efektivitas organisasi internasional tersebut melalui variabel struktural dengan 7

indikator sebagai penjelasan tambahan untuk dalam penelitian ini.

1.6.2 Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah sebuah cara untuk memperoleh data, yang

mana dapat dilakukan dengan cara observasi langsung maupun tidak langsung,

teknik pengukuran, studi dokumenter, wawancara dan komunikasi langsung

maupun tidak langsung.63 Dalam hal ini penulis menggunakan teknik studi

dokumentasi dan melakukan wawancara. Studi dokumentasi dilakukan dengan

pengumpulan arsip, buku, hukum-hukum, berita, dokumen, website resmi, jurnal

dan lainnya yang berhubungan dengan penelitian baik dalam bentuk offline maupun

online. Sedangkan penulis juga mengumpulkan data melalui wawancara yang

dilakukan oleh penulis dengan narasumber dengan memberikan beberapa

pertanyaan yang berkaitan dengan penelitian ini. Wawancara dilakukan guna untuk

memperoleh berbagai informasi, fakta, dan keterangan lainnya dari narasumber

62
Ulber Silalahi, 2009, Metode Penelitian Sosial, Bandung: Refika Aditama, hal. 7
63
Hadari Nawawi, 1987, Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press, hal. 94-95.

44
yang menjadi subjek penelitian. Adapun responden atau narasumber dalam

wawancara sebagai metode pengumpulan data ini adalah dengan pihak

International Labour Organization (ILO) yang berada di Jakarta, Serikat Buruh

Migran Indonesia (SBMI), Kementerian Luar Negeri Direktorat Perlindungan

Warga Negara Indonesia, dan Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia

(BP2MI) dengan pembahasan mengenai perlindungan pekerja migran Indonesia

(PMI) yang ada di Malaysia sebagai berikut:

Tabel 1.2 Narasumber Penelitian Wawancara

Waktu
Nama Informasi yang
Intansi Jabatan Wawanc Tempat
Narasumber Digali
ara
ILO Sinthia Dewi National Jumat, 5 Zoom Menggali
Harkrisnowo Project Novemb Meeting informasi terkait
Coordina er 2021 aktivitas dan
tor-ILO peran ILO dalam
Project melindungi
pekerja migran
Indonesia di
Malaysia
SBMI Hariyanto Ketua Selasa, 9 Zoom Menggali
Suwarno Umum Novemb Meeting informasi
SBMI er 2021 mengenai
pelaksanaan
kegiatan ILO,
mengingat
SBMI sebagai
mitra kerja
dalam proyek
ILO
KEMLU Muhammad Fungsion Rabu, 17 Zoom Menggali
Nurdin al Novemb Meeting informasi
Diplomat er 2021 mengenai
Sub kondisi pekerja
Direktor migran

45
at PWNI Indonesia dan
Kawasan peran
Asia pemerintah
Tenggara beserta ILO
dalam
melindungi
pekerja migran
Indonesia
BP2MI Tri Cahyo Analis Senin, 29 Zoom Menggali
Atmojo Perlindu Novemb Meeting informasi terkait
ngan dan er 2021 data penempatan
Pemberd dan data
ayaan pengaduan
PMI pekerja migran
Indonesia di
Malaysia

1.6.3 Teknik Analisa Data

Teknik analisa yang digunakan penulis adalah analisa data kualitatif yang

merujuk pada model analisis Miles, Huberman, dan Saldana bahwa komponen

dalam menganalisis data dengan menggunakan tiga langkah yaitu kondensasi data,

penyajian data, dan terkahir menarik kesimpulan.64 Dalam penelitian ini analisa

data dimulai dengan mengumpulkan data yang diperoleh dari observasi, wawancara

dengan narasumber dan dokumentasi yang diperoleh dari web resmi ILO, web

ketenagakerjaan Indonesia, data Badan Perlindungan Pekerja Migran (BP2MI)

Indonesia, laporoan tahunan dan agenda ILO, jurnal yang berkaitan dengan

penelitian ini, dan dokumen lainnya yang dapat mendukung penelitian ini.

Kemudian dilakukan kondensasi data dengan melakukan penyeleksian,

64
Matthew B. Miles, Michael Huberman, Johnny Saldana, 2014, Qualitative Data Analysis, USA:
Sage Publications. Hal. 12-14

46
pemfokusan, penyederhanaan, merangkum dan mentranformasikan seluruh data

yang diperoleh dari berbagai sumber guna mendapatkan data sesuai dengan fokus

penelitian yang akan dibutuhkan penulis yaitu mengenai perlindungan pekerja

migran Indonesia (PMI) yang berada di Malaysia. Selanjutnya dilakukan penyajian

data dengan mengorganisir dan menyusun sekumpulan data yang diperoleh yang

kemudian dikembangkan menjadi suatu argumentasi pokok mengenai efektivitas

ILO dalam melindungi pekerja migran Indonesia di Malaysia yang secara terus

menerus menggali datanya sehingga dapat dijadikan kesimpulan dari sebuah

penelitian ini.

1.6.4 Ruang Lingkup Penelitian

b. Batasan Materi

Batasan materi digunakan sebagai acuan penulis agar lebih fokus

pada permasalahan dan tidak terlalu meluas, dalam penelitian ini

penulis menggunakan batasan pembahasan pada efektivitas

International Labour Organization (ILO) sebagai organisasi

internasional pemerintah yang memiliki wewenang dalam

permasalahan perburuhan dalam melindungi pekerja migran

Indonesia di Malaysia. Dengan melihat bahwa pekerja migran

Indonesia terbanyak ada di Malaysia daripada negara lainnya yang

menjadi tujuan utama PMI. Serta fokus penelitian hanya pada

permasalahan pekerja migran Indonesia di Malaysia.

47
c. Batasan Waktu

Batasan waktu digunakan dalam penelitian ini guna memfokuskan

periodesasi data untuk dianalisis menggunakan rentang waktu pada

tahun 2015-2021. Dalam kurun waktu 2015 hingga 2021 dipilih

penulis dengan melihat adanya agenda International Labour

Organization (ILO) yang memiliki konsentrasi terhadap pekerja

migran yaitu program Migrant Workers Empowerment and

Advocacy (MWEA Project), Program ASEAN TRIANGLE

(Tripartite Action to Protect Migrants in the ASEAN Region from

Labour Exploitation), serta program SAFE & FAIR: mewujudkan

hak dan peluang perempuan pekerja migran di kawasan ASEAN.

Sedangkan pada tahun 2015 hingga 2021 jumlah pengaduan yang

dilaporkan pada BP2MI oleh pekerja migran Indonesia (PMI) di

Malaysia menempatkan Malaysia sebagai peringkat pertama jumlah

pengaduan pelanggaran hak PMI tertinggi tiap tahunnya daripada

negara tujuan PMI lainnya. Dengan begitu, penulis akan melihat

efektivitas organisasi internasional ILO dalam turut serta

bergandeng tangan untuk melindungi Pekerja Migran Indonesia di

Malaysia.

48
1.7 Argumentasi Pokok

Efektivitas International Labour Organization (ILO) sebagai organisasi

internasional pemerintah yang memiliki wewenang dalam permasalahan

perburuhan untuk melindungi pekerja migran Indonesia (PMI) di Malaysia diukur

dengan tiga hal yaitu output, outcame, dan impact. Output dari hal yang dilakukan

ILO dalam melindungi pekerja migran Indonesia adalah melalui penegakan

konvensi serta proyek yang diagendakan ILO untuk memberikan perlindungan

terhadap pekerja migran Indonesia, sedangkan outcome merupakan perubahan

perilaku dari aktor yang terlibat dalam permasalahan perlindungan pekerja migran

Indonesia di Malaysia baik secara negara, media massa maupun masyarakat.

Kemudian, apabila dilihat dari impact atau dampak perubahan dengan melihat fakta

dilapangan yang belum menunjukan dampak positif dari aktivitas yang dilakukan

ILO dalam segi angka pengaduan pekerja migran Indonesia. Salah satunya masih

tinggi dan cenderung meningkat angka penempatan pekerja migran Indonesia yang

berada di Malaysia dibarengi dengan lonjakan pengaduan pelanggaran hak

perlindungan pekerja migran Indonesia. Terkhusus pada tahun 2018-2019 laporan

pengaduan pelanggaran yang terkonfirmasi semakin melonjak tinggi dibanding

tahun 2017 yaitu 1.704 pengaduan, sedangkan di tahun 2018 menjadi 3.460

pengaduan dan ditahun 2019 jumlah pengaduan yang terkonfirmasi mencapai

4.845. Ke efektifitasan tersebut juga di pengaruhi oleh beberapa indikator variabel

struktural ILO dalam menanagani masalah perlindungan pekerja migran Indonesia

(PMI) di Malaysia.

49
1.8 Sistematika Penulisan

BAB I: Pendahuluan

Dalam bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat

penelitian, penelitian terdahulu, landasan teori dan konsep, metode penelitian yang

terdiri dari jenis penelitan, teknik dan alat pengumpulan data, teknik dan analisa

data, dan ruang lingkup penelitian batasan materi dan waktu, selanjutnya dalam bab

ini juga dituliskan argumen dasar dalam penelitian.

BAB II: Permasalahan Pekerja Migran Indonesia (PMI) Di Malaysia Dan

Gambaran ILO

Dalam bab dua ini sudah mulai masuk pada bab pembahasan, yang mana pada bab

ini berisikan uraian atau informasi yang dijadikan topik dalam penelitian ini.

Penulis memulai bab ini dengan menjelaskan gambaran umum serta kondisi pekerja

migran Indonesia, permaslahan pekerja migran Indonesia serta upaya perlindungan

PMI oleh Pemerintah Indonesia. Dalam bab ini juga dicantumkan gambaran umum

organisasi internasional yang dipilih penulis yaitu International Labour

Organization (ILO) dimulai dari profil hingga bidang yang ditangani ILO.

BAB III: Upaya International Labour Organization (ILO) Dalam Melindungi

Pekerja Migran Indonesia di Malaysia

Bab tiga berisikan pembahasan yaitu uraian upaya-upaya yang dilakukan oleh ILO

dalam memberikan perlindungan terhadap pekerja migran Indonesia (PMI) di

Malaysia melalui konvensi internasional serta 3 proyek yang diagendakan ILO.

BAB IV: Analisis Efektivitas International Labour Organization (ILO) Dalam

Melindungi Pekerja Migran Indonesia Di Malaysia

50
Pada bab empat ini masuk dalam uraian pembahasan yang merupakan pengujian

teori atau konsep yang digunakan. Dalam bab ini juga akan menjawab rumusan

masalah yang ada melalui analisis menggunakan teori efektifitas organisasi

internasional untuk melihat efektivitas ILO sebagai organisasi internasional dalam

melindungi pekerja migran Indonesia di Malaysia.

BAB V: Penutup

Bab empat ini adalah bab penutup yang berisikan tentang kesimpulan penelitian

dan membuktikan hubungan antara rumusan masalah dengan argumen dasar serta

kerangka konseptual yang digunakan sebagai alat analisa. Dalam bab ini juga

berisikan saran dari penelitian yang dilakukan penulis.

Tabel 1.3 Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
1.3.2 Manfaat Penelitian
1.4 Penelitian Terdahulu
1.5 Landasan Teori dan Konsep
1.5.1 Efektifitas Organisasi Internasional
1.5.2 Konsep Migrant Workers
1.6 Metode Penelitian
1.6.1 Jenis Penelitian
1.6.2 Teknik dan Alat Pengumpulan Data
1.6.3 Teknik Analisa Data
1.6.4 Ruang Lingkup Penelitian
1.7 Argumentasi Pokok
1.8 Sistematika Penulisan
BAB II PERMASALAHAN PEKERJA MIGRAN
INDONESIA (PMI) DI MALAYSIA DAN
GAMBARAN ILO
2.1 Kondisi Pekerja Migran Indonesia (PMI)

51
2.1.1 Permasalahan pekerja migran Indonesia (PMI)
2.1.2 Upaya Perlindungan pekerja migran Indonesia
(PMI) oleh pemerintah Indonesia
2.2 Gambaran umum ILO
2.2.1 Profil ILO
2.2.2 Bidang Pekerjaan yang ditangani ILO
2.2.3 ILO di Indonesia
2.2.4 ILO di Malaysia
BAB III UPAYA INTERNATIONAL LABOUR
ORGANIZATION (ILO) DALAM MELINDUNGI
PEKERJA MIGRAN INDONESIA DI MALAYSIA
3.1 Upaya ILO Melalui Konvensi Internasional dalam
Melindungi Pekerja Migran
3.2 Upaya ILO Melalui Proyek Migrant Workers
Empowement and Advocacy (MWEA)
3.3 Upaya ILO Melalui Proyek Safe and Fair
3.4 Upaya ILO Melalui Proyek Asean Triangle
BAB IV ANALISIS EFEKTIVITAS INTERNATIONAL
LABOUR ORGANIZATION (ILO) DALAM
MELINDUNGI PEKERJA MIGRAN INDONESIA DI
MALAYSIA
4.1 Efektivitas ILO dalam Melindungi Pekerja Migran
Indonesia (PMI) di Malaysia
4.1.1 Output
4.1.2 Outcome
4.1.3 Impact
4.2 Faktor Efektivitas ILO Dalam Melindungi Pekerja
Migran Indonesia (PMI) di Malaysia Ditinjau dari Variabel
Struktural
4.2.1 Kompetensi Formal
4.2.2 Keterikatan Rezim
4.2.3 Struktur Organisasi
4.2.4 Kesesuaian Masalah
4.2.5 Ketersediaan Sumberdaya
4.2.6 Keikutsertaan Stakeholder
4.2.7 Aspek Lain dari Desain Kelembagaan
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran

52

Anda mungkin juga menyukai