Anda di halaman 1dari 118

INSPIRASI

NAOMI
Petualangan Wanita Inspiratif
Pejuang Kemanusiaan

Antonius Primus
Firman
Ketut Karno

PENERBIT
Yayasan Cahaya Pelita Sehati
2021
INSPIRASI NAOMI
Petualangan Wanita Inspiratif
Pejuang Kemanusiaan

ISBN: 978-623-96913-2-5

Penulis:
Antonius Primus
Firman
Ketut Karno

Penerbit:
Yayasan Cahaya Pelita Sehati
Jl. Bukit Madani, BTN Marwah Residence
Blok E, No. 1 Kelurahan Lapadde, Kec. Ujung
Kota Parepare – Sulawesi Selatan

Editor/Layout:
Anthony

Ketentuan Pidana Pelanggaran Hak Cipta, Undang-Undang Republik Indo-


nesia Nomor 19 Tahun 2002, Tentang Hak Cipta, Pasal 72:
(1) Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan se-
bagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan
ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat
1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta
rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda
paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
(2) Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan,
atau menjual kepada umum suatu Ciptaan atau barang hasil pelangga-
ran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau
denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang


Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan
dengan cara apapun, termasuk fotokopi, tanpa izin tertulis dari
Penerbit
Persembahan:
PT Pertamina (Persero) Fuel Terminal Parepare
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa,


karena atas bimbingan-Nya, buku ini dapat diterbitkan
sesuai dengan harapan.
Membaca kisah Naomi Sampeangin membuka ka-
wasan berpikir kita untuk sejenak merenungkan makna
sesungguhnya dari apa yang disebut sebagai “kemanu-
siaan” yang memiliki keterkaitan erat dengan “rasa”. Ke-
manusiaan tanpa rasa, akan tampak hambar dan hanya
akan berhenti di ruang-ruang diskusi dan perbincangan;
tidak berakhir dalam aksi nyata. Banyak orang berbicara
tentang kemanusiaan, namun tidak banyak yang mewu-
judkan rasa kemanusiaannya terhadap sesama manu-
sia.
Sebuah ungkapan filosofis yang sangat menarik
dibahas dalam buku “Inspirasi Naomi” ialah manusia se-
bagai “Homo Homini Socius” yang berarti manusia adalah
sahabat bagi sesamanya. Ungkapan tersebut memperte-
gas eksistensi (cara menghadirkan diri) manusia yang
mendasar sebagai makhluk sosial (Sosialitas) dalam arti

iv Inspirasi Naomi
yang luas. Pengertian sosialitas manusia itu baru dapat
dimengerti ketika manusia itu mewujudkan rasa kemanu-
siaannya dalam merangkul sesamanya.
Apa yang dilakukan oleh Naomi Sampeangin da-
lam memperjuangkan hak-hak Orang Dengan Gangguan
Jiwa (ODGJ) hendak menunjukkan secara konkrit bahwa
sesama manusia itu juga termasuk para penyandang
ODGJ. Mungkin saja Naomi Sampeangin tidak secara
langsung mengundang kita untuk terlibat bersamanya
dalam merangkul orang-orang yang kehilangan perhatian
dan terlantar, tetapi melalui tindakan nyatanya adalah
tidak berlebihan jika kita pun tergerak hati untuk bertang-
gung jawab terhadap kehidupan para ODGJ. Hal terse-
butlah yang mendorong manajemen Pertamina Parepare
untuk “turun tangan” memberikan dukungan dalam usa-
ha-usaha Naomi Sampeangin, bersama-sama merangkul
dan merawat ODGJ.
Dengan diterbitnya buku yang fenomenal ini, penu-
lis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
mendukung hingga terbitnya buku ini, terutama mana-
jemen Pertamina Fuel Terminal Parepare, serta semua
pihak yang terlibat baik secara langsung maupun tidak
langsung. Buku ini sekaligus menjadi suatu penghargaan
bagi Ibu Naomi Sampeangin yang telah membuka mata
hati kami dan juga semua pihak untuk melihat lebih dekat
kepada kehidupan konkrit ODGJ.
Semoga buku ini dapat menginspirasi semua
pihak, khususnya para pencinta nilai-nilai kemanusiaan

Inspirasi Naomi v
untuk turut serta tergerak hati, terlibat dalam menolong
sesama yang luput dari perhatian banyak orang. Sela-
mat menikmati kisah-kisah heroik Wanita Inspiratif, Sang
Pawang ODGJ.

Parepare, September 2020

Penulis

vi Inspirasi Naomi
SAMBUTAN
FUEL TERMINAL
MANAGER PAREPARE

Alhamdulillah, Puji Syukur ke hadirat Allah SWT,


karena atas nikmat dan karunia-Nya, kisah Ibu Naomi ini
dapat diterbitkan.
Saya baru beberapa bulan di Parepare, jadi mung-
kin masih perlu banyak mengeksplorasi apa yang dilaku-
kan oleh Ibu Naomi dengan kelompoknya, namun bukan
hanya Ibu Naomi, tetapi juga kelompok-kelompok lain-
nya.
Ada beberapa yang saya kagumi dari kegiatan Ibu
Naomi, yakni pertama dari aspek pemberdayaan ODGJ.
Saat pertama kali saya ke sini, saat diceritakan tentang
Beliau, saya langsung berempati, terenyuh, bangga, ter-
haru bahwa ada orang seperti Ibu Naomi, terutama
kita tahu bahwa usia beliau sudah tidak muda lagi, tetapi
semangatnya Beliau untuk memberikan sumbangsihnya
terhadap lingkungan di sekitarnya itu sangat besar. Saya
ingat sekali, Beliau memberdayakan ODGJ yang ada; Be-
liau mencari ODGJ, menampungnya dan bahkan mem-

Inspirasi Naomi vii


berikan pelatihan bagi ODGJ dengan keterampilan kecil-
kecilan, misalnya bagaimana cara merawat diri sendiri
tanpa merepotkan orang lain.
Lebih dari itu, saya bersama teman-teman mulai
berpikir apakah kita hanya melakukan hal-hal ini saja,
mencari fee?
Arahnya CSR itu adalah bahwa teman-teman
yang kita bantu itu di kemudian hari bisa mandiri. Mereka
bisa mengembangkan kelompoknya sendiri, bahkan bisa
memberikan ilmu yang mereka miliki kepada lingkungan
yang lebih besar, atau kepada kelompok-kelompok yang
lain, sehingga ibaratnya saling “menularkan”. Jadi pe-
ran PT Pertamina itu hanya sebagai stimulus awal, agar
mereka itu bisa survive, kemudian nantinya 2-3 tahun ke
depan mereka sudah bisa kita lepas dan bisa memberi-
kan pengalaman atau manfaat kepada orang lain. Hal ini
disambut baik oleh Ibu Naomi dan kelompoknya.
Seingat saya, Beliau juga punya kelompok yang di
dalamnya ada pelatihan pembuatan seperti snack atau
makanan ringan. Ini bagus, karena apa yang mereka
hasilkan itu bisa mensubsidi kegiatan-kegiatan mereka
ke depannya. Jadi tidak hanya mengandalkan bantuan
dari PT Pertamina, tetapi hasil produksi mereka akan
balik kembali ke mereka, bisa mereka kembangkan un-
tuk kegiatan-kegiatan yang bermanfaat. Keuntungannya
yang mereka dapatkan selain untuk pengembangan usa-
ha, tetapi juga untuk pemberdayaan masyarakat setem-

viii Inspirasi Naomi


pat, termasuk untuk pemberdayaan ODGJ yang dibina
oleh Ibu Naomi dan teman-teman. Jadi dari sisi ekonom-
inya cukup terjamin, dan dari sisi sosial-kemanusiaannya
juga tercapai.
Apa yang dilakukan oleh Ibu Naomi dengan timnya
sejalan dengan apa yang menjadi program PT Pertamina.
Jadi dalam hal ini, kami memilih kelompok dalam pro-
gram CSR itu tidak hanya mencomot begitu saja, tetapi
kami seleksi apa yang menjadi program kelompok, ke-
unggulan atau ciri khas kelompok itu, apa saja yang bisa
PT Pertamina berikan dukungan, misalnya memfasilitasi
kegiatan pelatihan-pelatihan dan kegiatan lainnya. Ini
agar di kemudian hari, mereka bisa berjalan sendiri.
Ke depan kita ada rencana untuk pembangunan
dan pengembangan rumah produksi bagi kelom-
poknya Ibu Naomi. Kita support untuk pengembangan
usaha mereka. Intinya, kami sejalan dengan apa yang
Ibu Naomi lakukan. Inilah alur CSR yang sesungguhnya.
Harapannya, CSR ini bukan hanya untuk mencari piala
atau untuk mencari nama bagi Pertamina, tetapi yang
paling penting ialah PT Pertamina ini ingin memberikan
sumbangsih yang nyata bagi masyarakat dalam rangka
pemberdayaan masyarakat yang mandiri. Di sinilah kita
berupaya untuk pengembangan potensi masyarakat di
sekitar tempat PT Pertamina berkarya.
Semoga buku “Inspirasi Naomi” ini bisa meng-
inspirasi masyarakat untuk secara sukarela berbuat se-

Inspirasi Naomi ix
suatu bagi sesama, khususnya bagi orang-orang yang
membutuhkan uluran tangan kita. Sebuah buku yang
sangat bermanfaat dan layak untuk dibaca oleh publik.

Parepare, 6 Juli 2021


Fuel Terminal Manager Parepare
Tony Kurniawan

x Inspirasi Naomi
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................... iv


Sambutan Manajer Pertamina
Fuel Terminal Parepare ................................. vii
Daftar Isi ............................................................. xi
Prolog: Membaca ODGJ dari Berbagai
Perspektif .................................................. 1
Naomi Sampeangin: Wanita Inspiratif ..................... 9
Spiritualitas Hidup Naomi Sampeangin ................... 31
Jalan Terjal Sang Pawang ODGJ ................... 36
1. Melawan Stigma “Orang Gila” ...................... 36
2. Pawang ODGJ ........................................ 38
3. ODGJ dan Persoalan Kemanusiaan ............. 43
4. ODGJ dan Kebijakan Politis ................... 45
Lebih Dekat Dengan ODGJ ............................. 51
The Local Hero .................................................. 70
Gerakan Hati Nurani Naomi Sampeangin ............... 78
Epilog: Naomi Bukan Harapan Terakhir .................. 82
Naomi Sampeangin Di Mata Kerabat,
Sahabat Dan Keluarga ................................. 89

Inspirasi Naomi xi
- Bu Naomi Dalam Perjalanan Bersama
Tb Care Aisyiyah Parepare ............... 90
- Pribadi Yang Optimis
Dan Disiplin Waktu .......................... 92
- Oma Naomi, Memberi Cahaya
Dengan Hati .................................... 95
- Ibu Naomi, Tokoh Panutan
Kader PKK Senior ............................ 99
Tentang Penulis ............................................... 104

xii Inspirasi Naomi


Naomi Sampeangin bersama Kiki, ODGJ
yang diangkat tinggal bersamanya,
masuk dalam Kartu Keluarganya. ODGJ
yang ia rawat dan bimbing
hingga mandiri.
PROLOG:
MEMBACA ODGJ
DARI BERBAGAI PERSPEKTIF

Kisah inspiratif Ibu Naomi Sampeangin ini meng-


gugah hati nurani kita akan rasa kemanusiaan yang tanpa
batas, tanpa sekat dan bahkan melampaui rasionalitas.
Hal menarik yang dapat dilihat dalam konteks pelayanan
Ibu Naomi Sampeangin, ialah ketika tangan yang boleh
dikata sudah cukup renta itu tergerak diulurkan un-
tuk merangkul dan membimbing orang-orang terlantar,
khususnya Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ). Lan-
tas kita bertanya siapakah ODGJ ini sebenarnya di mata
Naomi Sampeangin, sehingga ia begitu gigih menin-
ggalkan segala kenyamanan hidup dan bahkan mau
mengambil langkah berani dan penuh tantangan mela-
wat mereka. Apa istimewanya para ODGJ ini bagi Naomi
Sampeangin? Sementara bagi kebanyakan orang, melin-
tas di depan ODGJ saja mungkin risih dan bahkan tidak
sedikit yang merasa terganggu dan jijik.
Pertanyaan penting dalam buku ini, siapakah
ODGJ itu? Ketika menyebut ODGJ, atau bahasa populer
masyarakat sering menyebutnya “orang gila”, kita perlu

Inspirasi Naomi 1
melihat seperti apa orang-orang yang masuk dalam
kategori ini. Ada beberapa batasan definisi yang dapat di-
lihat dalam uraian ini, yakni: Orang Dengan Masalah Ke-
jiwaan (ODMK) adalah orang yang mempunyai masalah
fisik, mental, gangguan sosial, gangguan pertumbuhan
dan perkembangan, dan/atau memiliki kendala/masalah
dalam kualitas hidup sehingga memiliki resiko menga-
lami gangguan jiwa. Orang Dengan Gangguan Jiwa yang
selanjutnya disingkat ODGJ adalah orang yang menga-
lami gangguan dalam pikiran, perilaku, dan perasaan
yang termanifestasi dalam bentuk aneka gejala dan/atau
perubahan perilaku yang bermakna, serta dapat menim-
bulkan penderitaan dan hambatan dalam menjalankan
fungsinya sebagai manusia normal dalam kehidupan se-
hari-hari.
ODMK merujuk pada orang-orang yang memiliki
potensi gangguan jiwa (bisa disebut orang yang men-
galami gangguan jiwa ringan), sedangkan ODGJ meru-
pakan orang-orang yang telah divonis mengalami gang-
guan jiwa, terutama gangguan jiwa berat. Setiap manusia
memiliki potensi gangguan jiwa, karena kehidupan manu-
sia selalu bersentuhan dengan masalah. Cara manusia
menghadapi, memahami dan atau mengelola dan me-
nyelesaikan masalah, turut menentukan kualitas ganguan
terhadap jiwanya.
Orang yang mengalami gangguan jiwa, secara
psikologis mengalami ketimpangan dalam berpikir ra-
sional, dalam konteks mengalami kendala untuk mem-

2 Inspirasi Naomi
pertanggungjawabkan setiap perkataan dan perbuatan-
nya. Sehingga ODGJ tidak termasuk dalam orang yang
wajib untuk taat hukum dan dibebaskan dari sanksi atas
setiap perbuatan dan ucapannya yang bertentangan
dengan hukum. Namun umumnya, tidak semua ODGJ itu
melanggar hukum; mereka hanya cenderung menyibuk-
kan diri dengan dirinya sendiri, tanpa peduli bahaya
atau ancaman terhadap hidupnya. Hampir semua ODGJ
bertahan hidup dari alam dimana mereka merasa nya-
man. Jika frame berpikir ini digunakan, maka ODGJ da-
pat dikategorikan adalah orang yang masih memiliki rasa
kemanusiaan, walaupun hal itu masih belum sempurna
disadari, sehingga memberikan perhatian kepada me-
reka, merupakan sesuatu yang memanusiawi.
Akronim lain yang disematkan bagi orang den-
gan gangguan kejiwaan yakni Orang Dengan Masalah
Kejiwaan (ODMK), yang digunakan untuk menyebut
orang-orang yang mengalami persoalan kejiwaan yang
membuatnya berpotensi untuk menjadi ODGJ, apabila ia
mengalami permasalahan yang amat berat, yang tidak
dapat dikendalikan di alam bawah sadarnya.
Gangguan jiwa berat merupakan ketidakmam-
puan seseorang memahami dan menilai realitas hidup-
nya yang terungkap dalam bentuk pola perilaku halu-
sinasi, depresi serta berperilaku aneh. Gangguan jiwa
berat termasuk jenis penyakit psikotik dan skizofrenia.
Dalam suatu penelitian tahun 2017 ditemukan sejumlah
gangguan kejiwaan pada masyarakat Indonesia yang

Inspirasi Naomi 3
terdiri dari gangguan depresi, cemas, skizofrenia, bipo-
lar, gangguan perilaku, autis, gangguan perilaku makan,
cacat intelektual, Attention Deficit Hyperactivity Disorder
(ADHD). Tahun 2018, terjadi peningkatan ODGJ di dalam
keluarga-keluarga di Indonesia yang diperkirakan men-
capai 450 ribu ODGJ berat (62,9%), dengan gangguan
terbesar dialami masyarakat pedesaan. Di antara jumlah
tersebut 14,0% mengalami dipasung seumur hidupnya.
Gejala ringan orang yang mengalami gangguan
jiwa ialah gangguan kecemasan atau ketakutan yang ber-
lebihan dan stresor psikososial (tekanan mental) yang
memaksa seseorang terpaksa harus menyesuaikan diri
dengan situasi yang dialaminya. Biasanya permasalahan
yang umum, menjadi pemicu orang mengalami gejala
tersebut meliputi sejumlah persoalan:
1. Masalah pernikahan; misalnya orang yang sudah
di penghujung persiapan akhirnya batal menikah;
orang yang sudah menikah, namun gagal mem-
bangun pernikahan.
2. Masalah orangtua; misalnya orangtua yang me-
maksakan obsesinya/keinginannya terhadap
anak-anaknya yang tidak sesuai dengan harapan
anak; atau kehilangan orangtua.
3. Masalah relasi sosial antarpribadi; misalnya per-
cekcokan antara teman baik di tempat kerja dan di
mana pun; kecemburuan dalam persahabatan;
4. Masalah ekonomi; misalnya terlalu banyak hutang,
sehingga dikejar-kejar penagih hutang; bangkrut

4 Inspirasi Naomi
dari usaha, dan sulit memenuhi kebutuhan ekono-
mi.
5. Lingkungan sosial; misalnya seperti perasaan
tidak puas terhadap perilaku masyarakat di ling-
kungannya; dimusuhi atau dijauhi oleh masyarakat
di lingkungan; mengalami tidak diterima dalam
masyarakat; pergaulan yang tidak sehat seperti
penyalahgunaan narkoba dan obat terlarang, seks
bebas.
6. Masalah hukum; kalang dalam sengketa hukum
perebutan jabatan, tanah, rumah dan sebagainya.
Terjerat masalah hukum.
7. Gangguan perkembangan biologis; misalnya
seperti bentuk tubuh yang tidak normal atau cacat
sehingga menimbulkan kesulitan menerima diri;
retardasi mental dan cerebral palsy;
8. Dampak penyakit; misalnya mengalami penyakit
permanen yang tidak dapat disembuhkan seh-
ingga sulit menerima kenyataan; sakit permanen
akibat kecelakaan;
9. Masalah keluarga; misalnya keluarga broken
home, pertengkaran dalam keluarga termasuk
kekerasan dalam rumah tangga (KDRT); menda-
patkan perlakuan yang tidak adil dalam keluarga.
Gangguan yang sering dialami pada hampir se-
tiap manusia ialah gangguan Skizofrenia. Gejala yang
sering timbul dalam orang yang mengalami gangguan
jiwa kategori Skizofrenia antara lain:

Inspirasi Naomi 5
1. Delusi/Waham: memiliki keyakinan yang tidak
masuk akal atau tidak rasional, tidak dapat diper-
tanggungjawabkan.
2. Halusinasi: Mengalami khayalan yang berlebihan
terhadap sesuatu yang tidak tampak (tidak rea-
listis), seperti pengalaman tanpa adanya obyek.
Misalnya orang yang suka mendengarkan bisikan-
bisikan halus, sementara ia sendiri tidak mampu
membuktikan sumber suara yang didengar. Kondisi
akan menjadi parah jika orang tersebut melakukan
kejahatan berdasarkan suara halus yang tercipta
di pikirannya. Orang yang mengalami gangguan
ini bisa saja tidak merasa bersalah jika melakukan
kejahatan, nyaris menjadi seorang psikopat.
3. Kekacauan nalar: orang yang mengalami konsep
berpikir yang kacau, tidak jelas apa yang dibicara-
kan.
4. Kecemasan dan kegelisahan yang berlebihan:
tidak bisa tenang pada satu tempat, suka mondar-
mandir, dan bersikap cenderung berlebihan, atau
suka membesar-besarkan sesuatu yang tidak
masuk akal atau yang belum tentu terjadi.
5. Suka menyembunyikan kekurangan dengan
melakukan hal-hal yang lebih besar melampaui
kemampuannya.
6. Diselimuti kecurigaan yang berlebihan: merasa diri
selalu terancam dan dalam bahaya. Umumnya di-
alami orang yang memiliki pengalaman masa lalu

6 Inspirasi Naomi
yang tidak menyenangkan, atau mengalami keja-
dian-kejadian traumatis.
7. Menyimpan perasaan dendam dan permusuhan
terhadap orang lain tanpa sebab yang jelas. Ter-
masuk di dalamnya orang yang sering melakukan
proyeksi
8. Hati nuraninya tumpul: tidak mampu bersikap sim-
pati dan empati terhadap situasi dan kondisi orang
lain.
9. Cenderung menarik diri atau mengasingkan diri
dari kehidupan sosial.
10. Sulit diajak komunikasi karena cenderung berdiam
diri.
11. Cenderung mengalami lupa ingatan, bahkan ter-
hadap dirinya dan keluarganya sendiri.
Orang-orang yang beresiko tinggi mengalami
gangguan kejiwaan Skizofrenia pada umumnya dialami
orang yang mengidap penyakit kronis dan paliatif (penya-
kit yang tingkat kesembuhannya sangat lama), orang
dari keluarga yang bermasalah (terutama broken home),
orang yang berasal dari keluarga yang mengalami
gangguan jiwa (orangtua atau saudara ODGJ), korban
kekerasan (terutama kekerasan seksual, KDRT), orang
yang tekanan beban pekerjaan yang tinggi (stres), pen-
derita disabilitas (retardasi mental, cerebral palsy), orang
yang memiliki obsesi yang tinggi akan sesuatu yang pada
kenyataannya tidak dapat dicapai (obsesif, termasuk
hayalan tingkat tinggi/berlebihan), orang yang mengalami

Inspirasi Naomi 7
kegagalan (khususnya yang mengalami depresi). Dalam
konteks yang lain, orang bisa saja mengalami gangguan
jiwa akibat mengalami bencana atau mengalami kejadian
traumatis.
Begitu kompleksnya permasalahan yang dapat
berdampak pada gangguan kejiwaan manusia, tentu
saja membuka hati kita untuk bisa menerima bahwa
situasi dan keadaan ODGJ tidak dapat dibebankan sep-
enuhnya kepada mereka sendiri untuk menanggung-
nya. Kenyataan permasalahan ODGJ harus menjadi
permasalahan bersama seluruh anggota keluarga dan
masyarakat terutama pemerintah yang memiliki tanggung
jawab besar terhadap kesejahteraan hidup masyarakat-
nya.

Parepare, Juni 2021

Antonius Primus

8 Inspirasi Naomi
NAOMI SAMPEANGIN,
WANITA INSPIRATIF

Naomi Sampeangin lahir pada 31 Desember tahun


1951 di sebuah desa di Kabupaten Mamasa. Ayahnya
bernama Alexander dan Ibunya Lebok, berasal dari ke-
luarga yang sederhana dan taat beribadah. Tidak banyak
kisah masa kecil yang dapat diingat oleh Naomi Sam-
peangin, namun beberapa peristiwa yang berkesan dia-
laminya dan membekas di dalam ingatannya.
Kabupaten Mamasa, Provinsi Sulawesi Barat, ta-
nah kelahiran Naomi Sampeangin, berbatasan dengan
Kabupaten Mamuju (Utara), Tana Toraja (Timur), dan Ka-
bupaten Polewali Mandar (Selatan). Dahulu kala Kabupa-
ten Mamasa masih disebut bersamaan dengan Polewali
sebagai satu kabupaten, yakni Polewali Mamasa (Pol-
Mas) dengan Bupati Pertamanya, Andi Hasan Mangga
(1961). Hingga tahun 1962, penduduk Mamasa menun-
tut untuk pembentukan kabupaten sendiri, yang mulai
dirintis dan diperjuangkan sejak masa kepemimpinan
Bupati Polmas Kapten Infantri Abdullah Madjid. Pemben-
tukan Kabupaten Mamasa akhirnya baru terwujud pada

Inspirasi Naomi 9
11 Maret 2002. Suku asli Mamasa disebut sebagai Suku
To Mamasa, yang secara adat istiadat merupakan rum-
pun dari suku Toraja. Sehingga adat istiadat budaya dan
bahasa Mamasa memiliki kemiripan dengan suku Toraja.
Dalam perkembangannya, orang sering menyebut suku
Mamasa dengan sebutan Toraja Mamasa.
Terlahir dari keluarga yang sederhana, Naomi
Sampeangin tumbuh dalam kehidupan keluarga yang
sangat mengedepankan rasa sosial dan kemanusiaan.
Kedua orangtuanya dikenal ramah dan suka membantu
masyarakat sekitar, terutama tetangga yang mengalami
kesulitan. Sejak kecil Naomi dididik dengan tingkat ke-
disiplinan yang boleh dikatakan cukup ketat dari kedua
orangtuanya. Meskipun demikian, kadang sebagai rem-
aja, Naomi Sampeangin kerap juga melanggar pesan
orangtuanya, seperti para remaja pada umumnya. Na-
mun siapa yang dapat mengira bahwa aksi Naomi ke-
cil, justeru menjadi embrio yang membentuk karakternya
di kemudian hari. Sifat ingin tahunya selalu memaksa
ia untuk berusaha dengan cara apapun agar memenuhi
rasa penasarannya. Baginya, untuk belajar banyak hal
tidak harus di sekolah, tetapi juga bisa melalui berba-
gai peristiwa di sekitar. Itu sebabnya, ia selalu mengisi
waktu di luar sekolah dengan petualangan ke mana saja
ia inginkan. Walaupun begitu, Naomi kecil tidak sekedar
pergi bersenang-senang, tetapi ia justeru lebih banyak
mengamat-amati apa saja yang dilakukan orang-orang
yang ditemuinya.

10 Inspirasi Naomi
Pernah suatu ketika saat sepulang dari sekolah,
ketika Naomi Sampeangin masih duduk di bangku SMP.
Saat itu, Naomi Sampeangin pernah bolos sekolah untuk
mengikuti kegiatan di sebuah Posyandu, yakni penyulu-
han kesehatan tentang KB (Keluarga Berencana). Di
Posyandu tersebut dipadati oleh kaum wanita, khusus-
nya para wanita muda, sebagian di antaranya datang
bersama suami dan juga ada yang sambil menggendong
bayi. Naomi tersenyum melihat wajah-wajah imut anak-
anak kecil yang dibawa ke posyandu. Memang Naomi
Sampeangin sangat menyukai anak kecil. Sering ia suka
memberikan makanan ringan kepada anak kecil.
Asik mengikuti kegiatan penyuluhan KB yang
sebenarnya tidak diperuntukkan bagi remaja, Naomi
Sampeangin akhirnya pulang terlambat dan dimarahi
oleh Ayahnya. Tidak ada upaya
sedikit pun untuk membantah sang
Ayah. Walaupun demikian, ha-
sratnya untuk mengikuti kegiatan-
kegiatan di Posyandu yang baru
dilihatnya itu terus membawa-
nya untuk sekedar mengintip
apa yang dilakukan orang di
sana. Di sela-sela jam seko-
lah, ia selalu berupaya me-
nyisihkan sedikit waktu untuk
sekedar singgah di Posyan-
du.

Inspirasi Naomi 11
Naomi yang terus beranjak dewasa kemudian ber-
jumpa dengan seorang pria tampan yang akhirnya men-
jadi suaminya. Pertemuan yang tidak terduga tersebut
membuka hati Naomi Sampeangin untuk mengenal lebih
dekat pria tersebut. Keduanya saling memandang dan
perlahan namun pasti, muncul benih-benih cinta di dalam
hati kedua sejoli tersebut. Siapakah pria tampan ini yang
mampu memukau seorang Naomi Sampeangin hingga
jatuhkan pilihan cintanya? Pria itu bernama Teopilus
Randan Sampeangin atau akrab disapa TR Sampeangin,
seorang guru SMA, pengajar mata pelajaran Matematika.
Lama menjalin hubungan, keduanya pun memutuskan
untuk merajut kehidupan bersama dalam ikatan pernika-
han yang suci.
Dari pernikahannya dengan Teopilus, Naomi
dikaruniai 5 orang anak, di antaranya 3 orang pria dan
2 orang wanita. Salah satu anaknya adalah seorang
dokter, yang berkarya di Kalimantan dan seorang Pu-
tera Pertamanya, Henrick Sampeangin adalah seorang
Dosen dengan latar belakang pendidikan Doktor Ilmu
Kesehatan Masyarakat, lulusan dari Universitas Hasa-
nuddin Makassar. Katakanlah kelima anaknya kini telah
sukses dan memiliki kehidupan masing-masing. Dari
anak-anaknya tersebut, saat ini, Naomi Sampeangin, te-
lah memiliki 12 cucu.
Kelima anaknya, memiliki kesan istimewa terh-
adap sang Ibu, terutama ketika mereka sendiri menjadi
saksi aksi sang ibunda yang tidak pernah menolak se-

12 Inspirasi Naomi
tiap kali orang datang dan meminta bantuan; misalnya
Henrick Sampeangin dan Else Sampeangin, yang se-
jak kecil selalu bersama dengan sang Ibunda, Naomi
Sampeangin. Di mata kedua anaknya tersebut sang
Ibunda merupakan sosok yang tidak mudah dimengerti
meskipun sebagaian besar aktifitas Naomi Sampeangin
tidak luput dari perhatian mereka. Kadang mereka me-
nyempatkan diri menemani Ibundanya untuk menolong
orang yang membutuhkan pertolongan.
Karakteristik pribadi yang solider dan kepeka-
an terhadap sesama yang mengental dalam diri Naomi
Sampeangin sangat kuat terkenang di hati putera per-

Naomi Sampeangin saat diminta Dinas Sosial Parepare men-


dampingi pasien ODGJ yang sudah sembuh asal Toraja yang
hendak pulang ke kampung halamannya.

Inspirasi Naomi 13
tamanya, Dr. Ns. Henrick Sampeangin, S.Kep.,M.Kes.
“Saya dibesarkan oleh nenek di Mamasa. Pada tahun
1984, saya pindah ke Parepare bersama Mama. Saat itu
mama sudah aktif kegiatan di Posyandu,” kenang Hen-
rick Sampeangin.
Sambil mengingat-ingat, Henrick Sampeangin
mengungkapkan keheranannya terhadap Sang Ibu,
yang kerap didapatinya sering membantu orang-orang
di sekitar rumahnya tanpa menunggu dimintai perto-
longan. Karena memang, tidak ada orang yang meminta
pertolongan ataupun yang menyuruhnya menolong, na-
mun seakan-akan ada perintah dari dalam dirinya untuk
melakukan sesuatu bagi orang yang ditemuinya, yang
menurutnya butuh ditolong. Hati nuraninya begitu tajam
membaca situasi dan kondisi orang yang membutuhkan
14 Inspirasi Naomi
bantuan. Ia tidak perduli apa kata orang, yang terpenting
ialah ia dapat berbuat sesuatu untuk orang lain.
“Saya masih ingat ada seorang yang mengalami
penyakit stroke, seorang pemain Band, Band Palapa,
yang mengalami sakit stroke hingga lumpuh. Ia sudah
tidak bisa bergerak. Orang itu tinggal di kolong rumah
pemilik band. Saya perhatikan mama itu sering mengan-
tar makanan ke orang itu. Saya lihat dan coba cari tahu,
Mama sering mengantar makanan. Selalu ada orang
yang sakit dan terlantar yang sering mama bantu. Itu
saat kami masih kecil. Biasanya selesai urusan rumah,
mama sudah mulai dengan kegiatan sosial,” ujar Henrick

Naomi Sampeangin aktif dalam penyaluran bantuan kebutuhan dasar


dari PT Pertamina bagi keluarga-keluarga ODGJ

Inspirasi Naomi 15
Sampeangin membenarkan bahwa di tengah kesibukan
menolong orang, sang Bunda tidak pernah meninggalkan
tugas pokoknya sebagai ibu rumah tangga.
“Setelah Bapa berpulang, Mama lebih banyak
membantu orang-orang sakit dan terlantar di sekitar ru-
mah atau wilayah di sini. Bahkan mama itu menyempat-
kan diri untuk mengantar sendiri orang sakit ke puskes-
mas atau rumah sakit di Makassar,” ingatnya.
Selain menolong orang di sekitarnya, Naomi Sam-
peangin juga aktif mengikuti berbagai kegiatan, termasuk

Salah seorang Lansia yang rajin datang ke rumah Naomi Sam-


peangin. Ia hanya sebatang kara dan mengalami gejala gang-
guan jiwa ringan. Baginya Ibu Naomi adalah teman curhatnya.

16 Inspirasi Naomi
pertemuan-pertemuan. Salah satu ciri khas Naomi Sam-
peangin, ialah ketepatannya dalam memenuhi janjinya.
Terutama ketika diundang dalam berbagai forum dan per-
temuan dengan siapa pun, ia selalu berusaha untuk hadir
lebih awal daripada kebanyakan orang. Bagi Naomi Sam-
peangin, “Jauh lebih baik jika saya sendiri yang menung-
gu orang daripada saya membuat orang lain menunggu
saya.” Karakteristik yang demikian sudah menjadi buah
bibir sejumlah kalangan yang kenal dekat dengan Naomi
Sampeangin. Bahkan sejumlah tokoh merasa termotivasi
dan terinspirasi untuk mencontohi Naomi Sampeangin
dengan selalu hadir tepat waktu, atau minimal tidak ter-
lambat dalam mengikuti pertemuan. Inilah yang membuat
Naomi Sampeangin menjadi tokoh panutan yang patut di-
tauladani. Ia tidak pernah menunda-nunda apa saja yang
sudah ia agendakan, jika tidak ada halangan yang sangat
berarti.
“Mama itu kalau sudah buat janji dengan orang itu,
selalu ia tepati. Biasanya kami juga mengerti, sehingga
kalau kami butuh Mama selalu kami harus menyampai-
kan jauh hari. Karena Mama itu tepat janji,” ungkap Hen-
rick Sampeangin. Bahkan anak-anaknya pun tidak kuasa
menghalanginya untuk memenuhi apa yang sudah ia
agendakan dengan orang lain.
“Biasanya kalau kami mau perlu atau adik-adik
saya dan anak-anaknya ingin perlu dengan Mama itu,
harus sudah melapor jauh sebelumnya. Seringkali Mama
itu pagi-pagi sudah mulai kegiatannya, mengantar pasien

Inspirasi Naomi 17
Naomi Sampeangin turut serta mengantar pasien TB paru dibantu
tenaga medis. Pasien binaan Naomi Sampeangin.

TBC atau lainnya. Apalagi kalau Beliau sudah janji


dengan orang lain untuk mengantarnya ke rumah sakit
atau puskesmas, ia harus segera menepati janjinya.” Hal
ini pun ia lakukan untuk para ODGJ yang ia temui.
“Perhatiannya terhadap ODGJ, kami tidak kuatir.
Awalnya kami malu-malu ketika tahu Mama selalu meno-
long ODGJ. Bahkan ia sendiri selalu rajin mengantar
ODGJ ke Rumah Sakit Jiwa (RSKD) di Dadi, Makassar.
Sering kalau kami ke RSKD, pernah ada petugas yang
menegur kami, dan menyapa kami demikian, ‘Oh ya....
ternyata banyak keluargamu yah yang gangguan jiwa
di’?’ Karena mereka selalu menerima ODGJ yang dian-
tar oleh Mama sendiri. Dan setiap kali antar ODGJ Mama
sering memberitahukan kalau itu keluarganya, biarpun

18 Inspirasi Naomi
yang dia antar itu ODGJ yang baru saja ditemukannya di
jalan.” Hal itu terus-menerus dilakukannya tanpa merasa
lelah sedikit pun. Padahal orang harus memiliki sesuatu
atau modal untuk bisa melakukan hal-hal tersebut,
seperti memberikan makan atau mengantar ODGJ sam-
pai rumah sakit tentu membutuhkan biaya.
“Sekarang karena usianya sudah mulai senja, se-
hingga kami hanya bisa berikan saran-saran untuk se-
lalu menjaga kesehatannya. Dulu itu, Mama sering antar
langsung ODGJ ke Makassar, tetapi sekarang sudah cu-
kup maju, jadi menggunakan ambulance untuk mengan-
tar ODGJ ke Makassar. Bahkan Mama itu beberapa kali
bermalam di IGD Rumah Sakit hanya untuk menunggu
penyelesaian administrasi ODGJ di RSKD Makassar.
Biasanya di sana sampai pagi, dia menunggu sampai
pasiennya sudah mendapatkan perawatan, baru dia pu-
lang.” Demikian Naomi Sampeangin, dengan kesadaran
tinggi merasa sangat bertanggung jawab terhadap jami-
nan layanan kesehatan para ODGJ yang ia dampingi.
Seperti ada beban moral yang ia harus tanggung jika
ODGJ yang ia antar belum mendapatkan pelayanan
yang layak dan pantas. Hati nuraninya sungguh terlibat
dalam merasakan situasi dan kondisi orang-orang terlan-
tar tersebut, tidak peduli dari mana pun asal mereka. Hati
kecilnya selalu memanggilnya kepada orang-orang ter-
lantar itu.
Naomi Sampeangin berkisah bahwa setiap kali
ia mengantar ODGJ ke Makassar, yang berjarak lebih

Inspirasi Naomi 19
Naomi Sampeangin saat mendampingi dan merawat salah satu
ODGJ yang melarikan diri dari rumah jompo.

kurang 150 KM tersebut dari Kota Parepare, ia selalu


menggunakan uang pribadi. Jika ia tidak memiliki uang,
biasanya ia meminjam dari anak-anaknya sendiri, dengan
janji akan segera mengembalikannya. “Uangnya, saya
pinjam dulu yah, nanti akan saya kembalikan sepulang
dari Makassar,” demikian ucap Naomi Sampeangin saat
hendak mengantar ODGJ berobat. Anak-anaknya tidak
pernah meragukan ucapan Sang Bunda, Naomi Sam-
peangin, bahkan meskipun mereka tidak pernah ber-
harap Ibunya mengembalikan uang yang dipinjam. Bagi
anak-anaknya, adalah hal yang wajar jika mereka mem-
bantu memfasilitasi Ibunya sebagai bentuk penghargaan
terhadap Kasih Sang Bunda sejak mereka masih kecil.
“Kadang saya carter mobil untuk PP, lebih kurang
500 ribu setiap kali berangkat,” ujarnya. “Kalau urusan
belum selesai di Rumah Sakit Dadi, saya kadang tidur di

20 Inspirasi Naomi
rumah sakit, tidur di atas kursi. Tetapi saya bilang sama
Satpam kalo-kalo ada orang yang mengganggu, tetapi
satpamnya bilang, ‘aman bu...,’” cerita Naomi. “Okelah
kalau begitu,” balas Naomi sambil merebahkan diri di atas
kursi tunggu di area IGD Rumah Sakit. Hari itu sudah ter-
lalu larut malam, dan tentunya tidak ada kendaraan yang
dapat mengantarnya pulang di tengah malam yang su-
nyi. Apalagi jarak tempuh dari Makassar ke Parepare bisa

Salah seorang lansia yang selalu datang dan meminta ban-


tuan Naomi Sampeangin. Baginya Naomi Sampeangin adalah
sahabatnya dalam bercerita dan teman curhat.

Inspirasi Naomi 21
mencapai 3 hingga 4 jam perjalanan dengan kendaraan.
Dingin angin malam hari tidak mengganggu niatnya un-
tuk menunggu hingga besok pagi. Ia begitu menikmati
tidur lelapnya, meski beralaskan besi yang keras. Bisa
saja badannya terasa sakit, tidur tanpa beralaskan ban-
tal dan kasur, namun hal itu pun tidak dihiraukannya.
Pikirannya hanya terlintas harapan agar orang-orang
yang ditemaninya, para ODGJ memperoleh pelayanan
kesehatan yang baik, layaknya manusia pada umumnya.
Pengorbanan Naomi Sampeangin yang demikian,
seakan-akan tidak disadarinya bahwa apa yang ia laku-
kan belum tentu dapat dilakukan oleh kebanyakan orang.
Jangankan menemani para ODGJ hingga rela tidur di
mana pun dan beralaskan apapun, menyempatkan diri
untuk memberi makan ODGJ di pinggiran jalan pun tidak
semua orang bisa atau mau lakukan. Ia tidak segan-se-
gan juga untuk terlibat dan hidup bersama orang terlan-
tar dan ODGJ. Beberapa kali Naomi Sampeangin mene-
mani ODGJ dan tidur beralaskan bekas kertas kardus di
emperan rumah sakit. Ia tidak pernah mengeluhkan sakit
atau tidak nyaman. Baginya, beginilah hidup yang harus
dijalani dan dinikmati dengan segala apa adanya. “Yah....
Disyukuri aja,” ungkapnya.
Apa yang dilakukan oleh Naomi Sampeangin ini
kemudian perlahan-lahan mulai dipahami oleh anak-anak
dan suaminya. Sang Suami sering juga menegur agar
Naomi Sampeangin tidak terlalu banyak aktifitas, dan
banyak konsentrasi di rumah. Tetapi ia selalu punya cara

22 Inspirasi Naomi
untuk membuat sang Suami tidak merasa kuatir dengan
kegiatan yang dilakukannya. Hal itu dibuktikan Naomi
Sampeangin dengan selalu tepat menyelesaikan semua
kebutuhan rumah tangga, baru ia mulai dengan kegia-
tan sosialnya. Tidak banyak pertengkaran yang terjadi
antara Naomi Sampeangin dengan sang Suami. Per-
bedaan pandangan dan pendapat di antara keduanya,
sering diselesaikan dengan saling mengimbangi dalam
menjalankan tugas pokok sebagai suami dan isteri. Tam-
paknya pasangan suami isteri ini sudah memiliki batasan
dan pembagian tugas yang telah tertata rapi, sehingga
masing-masing tidak memiliki cukup waktu untuk saling
mengoreksi atau sekedar menyampaikan protes. Dalam
segala kesibukan sosialnya, Naomi Sampeangin bahkan
tidak pernah absen dalam mengurus rumah tangga. Ia
wanita yang tidak hanya rajin tetapi juga terampil dan
cekatan dalam menyelesaikan apa yang perlu dikerja-
kannya.
Selalu saja ada kesempatan dan celah-celah bagi
Naomi Sampeangin untuk terlibat dalam aksi sosial. “Ini
terus-menerus terjadi, hingga lama-lama kami sudah
mulai berpikir yah...biarlah kalau orang mau bilang apa.
Kami perlahan belajar menerima karya sosial Mama
untuk menolong ODGJ dan orang-orang terlantar. Yang
penting dia bisa menolong orang lain,” ujar Henrick Sam-
peangin seakan-akan mengikhlaskan Ibundanya untuk
melayani orang-orang yang membutuhkan pertolongan.
Kisah yang sama dikenang oleh Else Sam-

Inspirasi Naomi 23
peangin, puteri keempat Naomi Sampeangin yang me-
nyadari bahwa kebiasaan Ibundanya itu sudah dialami
sebagai hal yang mengalir begitu saja. Bahkan wanita
ini sekali-kali selalu membantu Ibundanya, Naomi Sam-
peangin dengan menyisihkan sebagian rezekinya untuk
memfasilitasi aktifitas Ibunya dalam menolong orang-
orang terlantar, misalnya membelikan nasi kotak atau
nasi bungkus di momen tertentu.
“Sejak saya masih SD, Mama sudah sering keluar
dan membantu orang-orang terlantar. Biasanya ia selalu
antar makanan. Di samping itu ia juga aktif dalam pe-
layanan kesehatan. Sering orang sakit datang ke rumah
hanya untuk cari Mama: orang-orang TBC, Ibu hamil, dan
orang sakit lainnya. Kadang malam-malam Mama sering
mengantar orang untuk pergi melahirkan. Pernah ada
orang yang melahirkan dalam perjalanan. Begitu pun ke-
tika salah satu keluarga ada juga yang mengalami gang-
guan jiwa sehingga Mama selalu antar dan sampai nginap
di IGD rumah sakit di Makassar. Di situ ia hanya tidur di
atas kursi ruang tunggu pasien,” ujar Else Sampeangin.
Saking sering bersama sang Ibunda, Else Sampeangin
jadi terbiasa dengan aktifitas Ibunya, sehingga terkadang
ia secara spontan menolong kegiatan Ibu Naomi Sam-
peangin, minimal ia selalu mengingatkan Ibundanya un-
tuk tidak lupa beristirahat.
Else sangat mendukung semua aktifitas Ibun-
danya karena menurutnya, Ibunya justeru jauh lebih
baik kalau memiliki aktifitas sendiri sehingga tidak bo-

24 Inspirasi Naomi
san atau pusing di rumah terus. Bahkan ia menyimpul-
kan kurang lebih 70% kehidupan mamanya lebih banyak
dimanfaatkan untuk menolong orang-orang yang mem-
butuhkan bantuan. “Tetapi kalau saat ini, usia Mama su-
dah terlalu tua, hampir 70 tahun. Jadi kami selalu meng-
ingatkannya untuk banyak istirahat. Kalau kami ingatkan
Mama, selalu ia diam-diam saja. Meskipun demikian,
Mama hampir tidak pernah bisa menolak setiap ada
orang yang datang ke rumah dan meminta pertolongan-
nya,” jelas Else yang selalu menyempatkan waktu untuk
memberikan perhatian penuh kepada Ibundanya. Else
bahkan nyaris tidak pernah kuatir dengan aksi-aksi heroik
Ibundanya, yang dalam pandangan masyarakat umum
tentu sangat berbahaya. Terutama ketika Sang Ibunda
harus menyempatkan diri menemui ODGJ yang sedang
mengamuk. “Kadang Mama selalu dipanggil untuk me-
nenangkan ODGJ yang sedang memberontak atau melu-
kai orang,” kisah Else. Naomi Sampeangin tidak pernah
takut bahaya, karena ia memiliki caranya sendiri untuk
menyelesaikan permasalahan yang ia temui.
Satu kekaguman Henrick Sampeangin dan Else
terhadap Ibundanya ialah bahwa sang Ibunda hampir
selalu tidak pernah kuatir akan apa yang ia lakukan.
“Misalnya, kalau orang lain harus berpikir untuk memi-
liki dana jika hendak melaksanakan karya sosial, tetapi
Mama kerap tidak merasa kuatir. Selalu saja ada ban-
tuan yang datang untuk memfasilitasi kegiatannya. Yang
penting baginya ialah, melakukan saja apapun yang bisa

Inspirasi Naomi 25
ia lakukan dengan ikhlas,” ungkap Henrick Sampeangin,
yang juga diakui oleh Else. “Tenang saja, nanti juga ada
solusi...” yakin Naomi Sampeangin.
Sampai akhirnya bantuan pun mulai perlahan
berdatangan, salah satunya berasal dari PT Pertamina
yang sampai saat ini selalu pro aktif memberikan perha-
tian kepada kegiatan Ibu dari 5 anak ini.
Sebagian besar kegiatan Naomi Sampeangin
banyak difasilitasi oleh PT Pertamina Fuel Terminal
Parepare, termasuk mempromosikan Naomi Sampeangin
di kancah Nasional dalam event “Local Hero” PT Pertam-
ina (Persero) melalui acara “Corporate Social Responsi-
bility ‘Local Hero, Shining to Inspire’” bekerja sama den-
gan PT Pertamina Training and Consulting di Yogyakarta,
pada 20-21 Desember 2018.
Salah satu kontribusi PT Pertamina Fuel Terminal
Parepare yang sangat membantu kegiatan Naomi Sam-
peangin bersama para tim kader ialah berdirinya yayasan
sosial kemanusiaan, yakni Yayasan Cahaya Pelita Se-
hati (YCPS) yang dipimpinnya sendiri. Yayasan ini me-
libatkan sejumlah kalangan dari akademisi, LSM hingga
para kader dan pemerhati masalah-masalah sosial dan
kesehatan. Yayasan yang telah berdiri sejak tahun 2019
tersebut telah memiliki sejumlah program secara berkala
yakni pendampingan masyarakat dan terutama pen-
dampingan ODGJ. Yayasan ini bahkan telah berhasil
mengumpulkan data ODGJ sekota Parepare yang ter-
diri atas sebanyak 70-an ODGJ dan tersebar di setiap

26 Inspirasi Naomi
Puskesmas di Kota Parepare. Dari sekian banyak ODGJ,
kurang lebih 28 ODGJ yang merupakan binaan YCPS,
beberapa di antaranya telah meninggal.
Karena tidak adanya fasilitas “Rumah Singgah
ODGJ”, maka pelayanan YCPS masih sangat terbatas,
hanya mampu memantau ODGJ dari rumah ke rumah,
di mana ODGJ tersebut ditempatkan oleh keluarganya.
Sebagian ODGJ masih tersebar di sejumlah lorong, dan
jalanan. Hal ini menjadi keprihatinan bersama, karena be-
lum ada kebijakan untuk merelokasi para ODGJ tersebut
ke dalam suatu tempat khusus sekelas Rumah Sakit Jiwa
atau sekedar rumah singgah ODGJ.
Apa yang dilakukan oleh Naomi Sampeangin ini
perlahan tersebar ke berbagai tempat, khususnya di
Kota parepare, hingga mendapatkan perhatian sejum-

Naomi Sampeangin dalam kesempatan penandatanganan pem-


berian bantuan dari Pertamina yang selalu memfasilitasi kegiatan-
kegiatan Ibu Naomi.

Inspirasi Naomi 27
Naomi Sampeangin melanjutkan bantuan sosial dari PT Pertamina
Peduli bagi keluarga-keluarga kurang mampu, termasuk keluarga
ODGJ dan penyandang TB Paru.
lah kalangan, tidak hanya masyarakat tetapi juga sam-
pai di kalangan pemerintahan, khususnya Pemerintah
Kota Parepare. Pada akhirnya ia diberikan kesempatan
untuk memperoleh penghargaan sebagai Wanita Inspi-
ratif oleh Pemerintah Kota Parepare dalam ajang peng-
hargaan “Wanita Inspiratif Kota Parepare”. Penghargaan
ini beberapa kali diterimanya dalam beberapa tahun.
Di samping itu ia juga menerima penghargaan dari
Pemerintah Kota Parepare sebagai kader PKK terlama,
yakni 40 tahun. Kurang lebih sudah 40 tahun lebih Naomi
Sampeangin melayani masyarakat dalam bidang kese-
hatan.
Baginya penghargaan itu bukanlah hal yang uta-
ma, karena yang lebih utama ialah suaranya untuk me-
nyuarakan perhatian dan harapan bagi orang-orang ter-
lantar dapat didengarkan oleh pemerintah. “Lebih bagus

28 Inspirasi Naomi
kalau Pemerintah mau bantu wujudkan rumah singgah
atau rumah bina atau bahkan Rumah Sakit Jiwa untuk
orang-orang terlantar, seperti ODGJ di Kota Parepare,”
harap Naomi Sampeangin dengan tatapan penuh keya-
kinan. “Saya yakin, suatu saat nanti, Pemerintah akan
memberikan perhatian yang penuh bagi ODGJ. Mungkin
saat ini belum sempat, tetapi nanti,” yakinnya.
“Rumah Singgah” bagi ODGJ merupakan harapan
terbesar dari Naomi Sampeangin. Bahkan ia bersama

Naomi Sampeangin dalam kesempatan menerima penghargaan


Wanita Inspiratif dari Pemerintah Kota Parepare pada event Hari
Ibu 2020.

Inspirasi Naomi 29
tim kadernya yang tergabung di Yayasan Cahaya Pelita
Sehati (YCPS) menyiapkan diri untuk mengelola fasili-
tas tersebut, jika ada orang yang berkenan membantu
mewujudkan “Rumah Singgah” bagi ODGJ di Kota Pare-
pare. Kesiapan Naomi Sampeangin dan Tim tidak dapat
diragukan lagi, sebab Naomi bersama tim kadernya terse-
but bahkan sudah memulai mewujudkan kerinduan ini
dengan menggunakan untuk sementara waktu rumahnya
sendiri sebagai rumah singgah ODGJ. Rumah tersebut
boleh dibilang “rumah serba guna” karena bukan hanya
digunakan sebagai persinggahan ODGJ, tetapi juga se-
bagai Posyandu dan pusat layanan bagi para lanjut usia
(Lansia) yang berada di sekitar lingkungan tempat Nao-
mi Sampeangin tinggal.
Hampir setiap hari, rumah wanita inspiratif ini se-
lalu didatangi oleh para lansia dan ODGJ, bahkan seke-
dar untuk nongrong. Beberapa ODGJ Lansia bahkan
sering datang dan curhat dengan Naomi Sampeangin,
selain ada yang datang untuk mendapatkan sebungkus
nasi. Sosok Naomi Sampeangin seperti sudah familiar di
kalangan lansia dan ODGJ, sehingga tidak jarang me-
reka menggantungkan harapannya kepada wanita yang
sudah mulai lanjut ini. Berharap ada orang lain seperti
Naomi Sampeangin, jika kelak wanita inspiratif ini sudah
tidak mampu lagi mengulurkan tangannya untuk merang-
kul orang-orang terlantar ini.

30 Inspirasi Naomi
SPIRITUALITAS HIDUP
NAOMI SAMPEANGIN

Keprihatinan dan rasa empati Naomi Sampeangin


terhadap sesama sudah tumbuh sejak ia masih remaja,
ketika rasa ingin tahunya terhadap situasi lingkungan
sekitarnya menggugah hati dan perasaan batinnya. Aksi
spontanitasnya kadang tanpa banyak berpikir panjang di
level pemikiran, karena apa yang dilakukannya merupa-
kan keputusan hati nuraninya dalam menjawabi kebutu-
han situasi sekitar. Yah.... Ia melakukan segala sesuatu
dengan dorongan dari kedalaman hatinya.
Tampak di dalam hati nuraninya bersinar semangat
untuk berempati terhadap sesama bukan melalui kata-
kata, tetapi terlebih melalui perbuatan nyata yang patut
ditauladani, khususnya bagi orang-orang yang terlantar,
sakit dan para ODGJ. Ia memiliki di dalam puri batinnya
suatu spiritualitas hidup yang bermuara pada pelayanan
kasih yang konkrit dipersembahkan bagi orang-orang
yang membutuhkan uluran tangannya. Spiritualitas hidup
pelayanan yang demikian dimiliki Naomi Sampeangin ini,
kemudian diperkuat oleh penghayatan iman Kristianinya

Inspirasi Naomi 31
yang selalu ia gali dan temukan melalui Kitab Suci.
Satu ayat Kitab Suci yang sangat kuat menggugah
perasaan hati Naomi Sampeangin hingga mendorongnya
untuk terlibat secara langsung dalam kehidupan orang-
orang kecil dan terlantar, terutama dalam kehidupan
Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) yakni, “Sesung-
guhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah
seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah
melakukannya untuk Aku,” (Mat 25:40). Suara itu sangat
lembut berbicara menyentuh di kedalaman batin Naomi
Sampeangin, seakan memerintahkan kepadanya untuk
melakukan sesuatu bagi orang-orang yang ditemuinya di
mana pun. “Ayat ini menyentuh sekali di dalam hati saya,
dan saya merasa seperti tergerak untuk menolong orang-
orang yang mungkin membutuhkan bantuan. Saya tidak
punya apa-apa yang bisa saya berikan, tetapi saya yakin
bahwa saya bisa berbuat sesuatu untuk mereka tanpa
harus menunggu memiliki apa-apa. Karena pemberian
yang terbaik, pertama-tama ialah diri kita, apa yang bisa
kita buat untuk mereka,” ujar Naomi Sampeangin sam-
bil menatap jauh, seperti ada sesuatu yang hadir mela-
lui penglihatannya yang menjadi impian atau lebih tepat
menjadi visi dari pelayanannya. Yah...ia sedang mena-
tap harapan-harapan yang mungkin masih tampak jauh,
dimana harapan itu adalah kerinduannya agar ODGJ ini
kelak dapat memiliki rumah singgah, tempat mereka bisa
dirawat dan diperhatikan layaknya manusia pada umum-
nya.

32 Inspirasi Naomi
Meskipun harapan-harapan itu belum menampak-
kan diri dengan jelas, namun tekadnya yang kuat dan
keyakinan yang besar, terus memberi semangat
baginya untuk tidak berhenti memperjuangkan hak-hak
dasar para ODGJ.
“Kita harus mencintai siapa yang paling hina. Ka-
rena kapan kita mencintai orang yang paling hina, sama
saja kita melayani Tuhan. Saya perhatikan orang gila ini
tidak ada yang memperhatikan atau peduli. Saya merasa
terpanggil untuk membantu mereka. Saat bertemu Di-
nas Kesehatan Ujung Pandang pernah saya minta kalau
bisa mereka dibuatkan rumah sakit, khususnya di Kota
Parepare,” usul Naomi Sampeangin. Namun harapannya
itu mustahil langsung terwujud. Sebab itu, ia tidak per-
lu menunggu sampai hal itu terwujud, tetapi ia memulai
melakukan sesuatu dengan kemampuannya yang mung-
kin masih tersisah. Dan...rumahnya sendiri ia gunakan
untuk tempat berteduh bagi para lansia dan ODGJ.
Dalam kesederhanaannya ia membuka pintu ru-
mahnya untuk mereka yang terbuang dari kehidupan
sosial. “Banyak orang takut mendekati ODGJ; mereka
berpikir bahwa ODGJ itu berbahaya dan bisa melukai.
Tetapi kalau saya tidak terlalu berpikir demikian. Kalau
bertemu ODGJ, Saya biasanya mengamat-amati dulu,
bagaimana orang ini, galak atau tidak, lalu saya pelan-
pelan mendekat dan menawarkan diri membantunya,”
ungkap Naomi mengenang. “Biasanya saya menawarkan
untuk memberi makan, ada juga yang saya bantu untuk

Inspirasi Naomi 33
memandikan, membersihkan luka-luka atau kotoran di
badannya,” ceritanya lagi. “Ayo...pergi mandi, biar saya
mandikan,” demikian ajak Naomi Sampeangin pada
ODGJ yang ditemuinya.
Naomi Sampeangin, akan terus mencari dan
menolong orang-orang terlantar, khususnya ODGJ. Ia
senantiasa menyusuri jalan-jalan, satu tempat ke tempat
lain mencari orang-orang terlantar, memberinya makan,
memandikannya, hingga membantu mencukur rambut-
nya, dan dibawa ke rumah sakit untuk ditangani lebih lan-
jut. “Mereka juga manusia sama seperti kita dan karena
itu, mereka juga memiliki hak-hak dasar untuk mendapat-
kan layanan kesehatan. Hanya karena keterbatasannya,
mereka tidak dapat mengakses layanan kesehatan.”
Apa yang dilakukan ini tentu saja bukanlah se-
suatu yang mudah dan bahkan lebih banyak menuai
kendala, mulai dari cemoohan dan ditertawai orang,
hingga anggapan yang mencibir Beliau. Namun bantu-
an dari orang-orang baik, senantiasa menyertai usaha
Naomi Sampeangin. Katakanlah dari PT Pertamina Fuel
Terminal Parepare yang antusias mengikuti jejak langkah
Naomi Sampeangin. “Pertamina banyak membantu pro-
gram yang saya jalankan, misalnya mereka terlibat da-
lam memberikan donasi berupa sembako, pakaian layak
pakai, hingga dukungan dana untuk orang-orang terlan-
tar,” beber Naomi Sampeangin.
Tidak semua bantuan dapat diterima Naomi Sam-
peangin, adakalanya ada bantuan yang tidak dapat ia

34 Inspirasi Naomi
terima, terutama ketika ia merasa tidak mampu memper-
tanggungjawabkannya, “kalau mau memberi makan, itu
lebih bagus. Karena ODGJ sangat butuh untuk makan,”
demikian harap Naomi Sampeangin.

Inspirasi Naomi 35
JALAN TERJAL
SANG “PAWANG” ODGJ

1. Melawan Stigma “Orang Gila”


Persoalan paling pelik dialami oleh ODGJ ialah
stigma yang disematkan oleh masyarakat terhadap
mereka yang populer disebut sebagai “Orang Gila”. Se-
bagian besar masyarakat masih menganggap bahwa
ODGJ identik dengan orang gila atau orang tidak waras
yang disebabkan oleh ilmu sihir. Namun pada hakikatnya
ada banyak faktor yang mengkondisikan ODGJ sulit
untuk sembuh, selain dari stigma tersebut. Masyarakat
sudah terbentuk persepsinya terhadap ODGJ bahwa
mereka tidak memiliki peluang untuk hidup normal. Di
samping itu, anggapan bahwa ODGJ itu berbahaya, juga
membuat ODGJ sulit mendapatkan perhatian yang serius
dan tempat dalam lingkungan sosial, baik dari pemerin-
tah dan masyarakat. Bahkan tidak jarang masyarakat
yang menganggap ODGJ sebagai “sampah masyarakat”,
sehingga tidak perlu diperhatikan. Pola hidup ODGJ yang
semrawut, tidak terurus membuat masyarakat merasa
tidak perlu mendekat, bahkan merasa jijik untuk me-

36 Inspirasi Naomi
ODGJ yang sering ditemui tidur di jalanan

nyentuhnya. termasuk di dalam lingkup keluarga sendi-


ri, ODGJ kurang mendapatkan perhatian. Tidak sedikit
ODGJ yang dipasung oleh keluarganya, dibiarkan melarat
dan bahkan dikucilkan. Ada juga keluarga-keluarga yang
pasrah dan membiarkan anggota keluarganya tidak
terurus, karena merasa putus asa dan sia-sia. Ini juga
dipengaruhi oleh pikiran yang menganggap bahwa ODGJ
tidak bisa disembuhkan.
Stigma-stigma yang disematkan terhadap ODGJ
tersebut mengganggu hati nuran Naomi Sampeangin,
sehingga ia berpikir harus mengulurkan tangan keriput-
nya untuk merangkul mereka yang “didiskriminasi” oleh
lingkungan sosial dan keluarga. Ia tidak membutuhkan

Inspirasi Naomi 37
banyak kesempatan untuk berdebat atau membangun
opini, tetapi ia justeru menunjukkan dengan perbuatan-
nya demi membuktikan bahwa ODGJ pantas menerima
perlakuan yang manusiawi. “Mereka juga manusia sep-
erti kita, mereka pantas untuk mendapatkan kembali
hak-hak hidup mereka yang hilang. Sudah terbuang oleh
keluarga, jangan kita menambah beban hidup mereka,”
pinta Naomi Sampeangin.
Melalui aksinya yang nyata dan konkrit dalam
melayani ODGJ, bersama tim yang selalu bersamanya,
Naomi Sampeangin menunjukkan bahwa ODGJ pantas
diperlakukan layaknya manusia pada umumnya. Stigma
“Orang Gila” tidak boleh menjadi penghalang untuk mem-
berikan pelayanan terbaik dalam memenuhi hak-hak
dasar para ODGJ dan orang terlantar, sebab mereka se-
cara hakiki juga merupakan manusia yang utuh.

2. Pawang ODGJ
Sebagian besar masyarakat setempat di sekitar
tempat tinggal Naomi Sampeangin mengenalnya se-
bagai seorang yang suka menolong dan terutama se-
bagai “pawang ODGJ”. Konon “gelar” ini disematkan ke-
pada Ibu yang akrab disapa “Oma” oleh masyarakat ini,
karena ia tidak pernah merasa ragu untuk mendekati dan
membujuk ODGJ, bahkan terhadap ODGJ yang diang-
gap sulit untuk diajak bicara. Dengan jiwa keibuannya,
Naomi Sampeangin perlahan-lahan mendekati dan mu-
lai menawarkan bantuan kepada ODGJ yang ditemui-

38 Inspirasi Naomi
nya. Oleh karena aksinya yang begitu berani mendekati
ODGJ dengan segala resiko, Naomi Sampeangin se-
ring dimintai bantuan untuk menangani ODGJ, ter-
utama yang sulit untuk diatur, karena ia sendiri dianggap
sebagai “Pawang ODGJ”.
Hampir sering masyarakat yang menemukan
ODGJ, memanggil Naomi Sampeangin untuk menangani.
Menurut masyarakat, Oma Naomi sendiri yang berani dan
mampu berkomunikasi langsung dengan ODGJ secara
baik-baik. Ia menyapa mereka dengan penuh kasih dan
perhatian, selayaknya ia sedang merangkul keluarganya
sendiri. Sungguh mengharukan ketika ia bahkan merawat
dan memandikan para ODGJ dengan ikhlas hati. Sung-
guh suatu pemandangan yang sangat menyentuh hati
sanubari setiap orang yang menyaksikannya.
Menurut Naomi Sampeangin, ODGJ itu tidak gila,
tetapi mereka hanya kurang perhatian. Banyak keluar-
ga-keluarga yang sudah menyerah dan tidak mampu
lagi merawat dan memperhatikan ODGJ, sehingga tidak
sedikit yang kita lihat terlantar di jalan, tidur di tempat-
tempat kumuh dan kotor serta tidak tahu perjalanannya
menuju ke mana. “Mereka tidak tahu, untuk apa mereka
hidup. Dalam keadaan yang demikian, mereka bingung
dan stres, sehingga tidak tahu apa yang bisa mereka
lakukan. Bahkan terhadap dirinya sendiri, mereka seperti
tidak mengenal siapa dirinya.”
Ada ODGJ yang ditemui sedang mengais sampah.
Tampaknya ia sedang mencari makanan di balik tum-

Inspirasi Naomi 39
pukan sampah tersebut. Saat itu, Naomi Sampeangin
sedang lewat tempat itu. Melihat ODGJ tersebut, ia ke-
mudian membeli nasi bungkus untuk ditawarkan kepada
ODGJ yang sibuk mengais-ngais sampah. “Ini makanan
untukmu,” tawar Naomi. ODGJ itu lantas memandangnya
dengan tatapan sedikit garang, dan tampaknya sedang
marah. “Ayo... makan ini, saya berikan untukmu,” lanjut
Naomi terus menawarkan makanan sambil mengulur-
kan tangannya yang memegang sebungkus nasi. ODGJ
itu kemudian mendorong tangan Naomi Sampeangin ke
samping, memberi isyarat menolak menerima makanan
itu.
Kemudian ODGJ ini kembali menyibukkan diri
dengan puing-puing sampah yang sedari tadi diobok-
oboknya. Tetapi Naomi tidak kehilangan akal. Ia kemu-
dian memerhatikan ODGJ tersebut dan berusaha untuk
memahaminya sejenak.
Aha....muncullah ide di pikirannya. Kemudian Nao-
mi Sampeangin merobek-robek bungkusan nasi yang
dibawanya, menjadi seperti sampah. Kini nasi bung-
kus yang dibawahnya berubah seperti sampah-sampah
tersebut. Ia lalu menawarkan nasi yang tampak seperti
tumpukan sampah itu kembali kepada ODGJ, dan ternya-
ta ODGJ tersebut mau menerimanya dan langsung me-
makan nasi tersebut. Naomi Sampeangin melihatnya dan
tersenyum puas. “Akhirnya mau juga dia makan, maka-
nan yang kubeli,” pungkas Naomi bahagia. “Dia punya
pandangannya sendiri, bahwa ‘saya makan hanya dari

40 Inspirasi Naomi
tempat sampah’; jadi kalau kita berikan makanan dari
bungkusan yang bersih, dia tidak akan mau terima un-
tuk memakannya,” kisah Naomi Sampeangin. “Menu-
rut mereka, jika kita memberikan makanan yang dalam
keadaan bersih, mereka tidak melihatnya sebagai ma-
kanan. Justeru yang terlihat seperti sampah itulah yang
dianggap makanan, sebab mereka sudah terbiasa makan
dari tempat sampah,” tambahnya.
Ada kalanya, Naomi Sampeangin meletakkan ma-
kanan tersebut di tempat sampah, lalu menjauh, sambil
memerhatikan ODGJ tersebut memakan makanan yang
diletakkan di tumpukan sampah. “Kalau diberikan bung-
kusan yang bersih, dia kira itu bukan makanan. Karena
makanan menurut mereka itu adalah sampah.”
Baginya ini suatu pelajaran yang berarti, bagaima-
na caranya mendekati dan bisa menyatu dengan ODGJ.
Artinya ODGJ itu memiliki lingkungan hidupnya sendiri.
Ia hanya dapat menerima seseorang jika orang itu bisa
masuk dan menyatu dengan lingkungannya. Misalnya
saja ada ODGJ yang suka melucu, sering tertawa. Untuk
mendekatinya, kita juga harus terlibat dalam leluconnya,
ikut tertawa bersama untuk bisa ia terima.
Naomi Sampeangin selalu memiliki aneka teknik
tersediri dan spontan setiap mendekati dan mengajak
ODGJ mendengarkan arahannya. Itulah sebabnya, tidak
salah jika ia kemudian dijuluki sebagai “Pawang ODGJ”.
Hampir setiap kali ada permasalahan ODGJ, naomi Sam-
peangin selalu diikutsertakan. Bahkan ia kerap terlihat

Inspirasi Naomi 41
Salah satu ODGJ yang sering
diantar makanan dan pakaian
oleh Naomi Sampeangin.
Ia sering tidur di bawah pohon,
sekitar pasar Senggol Parepare.
Ia selalu berpindah-pindah.
Naomi Sampeangin
adalah sahabatnya bercerita.

42 Inspirasi Naomi
mendampingin aparat Satpol PP dan aparat keamanan
di lokasi penemuan ODGJ. “Biar ada Satpol PP, saya
sering dipanggil untuk tangani ODGJ,” Bahkan ada petu-
gas yang takut kalau ODGJ mengamuk dan memberon-
tak, “Biasanya saya tidak takut. Saya dekati pelan-pelan
dan bicara baik-baik sampai ODGJ itu tenang baru di-
ajak ke rumah,” ceritanya. “Harus sabar jika menghadapi
mereka, jangan gegabah. Karena mereka butuh diperha-
tikan,” tegasnya.

3. ODGJ dan Persoalan Kemanusiaan
Persoalan ODGJ pada hakikatnya merupakan per-
soalan yang bersentuhan dengan “rasa kemanusiaan”
yang memiliki dampak terhadap tatanan kehidupan
sosial kemasyarakatan. Kerap relasi antara masalah
kemanusiaan dan kehidupan sosial sering tidak menda-
patkan perhatian yang serius. Sementara kedua aspek
tersebut memiliki hubungan yang erat, bahwa rasa ke-
manusiaan memiliki karakter sosial demikian pun seba-
liknya rasa sosialitas memiliki akarnya pada rasa kema-
nusiaan yang sama. Tidak sedikit masyarakat bahkan
pemerintah yang berhenti pada persepsi bahwa ODGJ
tidak perlu mendapatkan perhatian yang intensif karena
kondisi demikian adalah keniscayaan untuk menjadi nor-
mal kembali.
Perspektif yang demikian menciptakan pola peri-
laku “masa bodoh” masyarakat terhadap situasi dan kon-
disi ODGJ di sekitarnya. Kenyataan inilah yang meng-

Inspirasi Naomi 43
gugah keprihatinan seorang Naomi Sampeangin untuk
mempersembahkan dirinya demi merangkul dan bahkan
melayani kebutuhan ODGJ dan orang-orang terlantar.
Rasa Kemanusiaan Naomi Sampeangin memberontak
terhadap pola pikir dan sikap masyarakat yang acuh tak
acuh, bahkan lebih menyedihkan bahwa aparat pe-
merintah juga terbawa dalam arus pemikiran yang kurang
memberikan ruang bagi kehidupan ODGJ.
Rasa kemanusiaan dalam diri setiap pribadi ma-
nusia melekat erat dengan kodratnya sebagai makhluk
sosial yang dikenal dengan falsafah “Homo Homini So-
cius” atau “manusia dari kodratnya adalah sahabat bagi
sesamanya.” Dengan kata lain, masyarakat manusia dari
kodratnya terikat pada tanggung jawabnya terhadap
sesamanya. Artinya bahwa kodrat sosialitas manusia
mengalir dari rasa kemanusiaannya terhadap sesama-
nya, tanpa membeda-bedakan entah sesamanya adalah
ODGJ atau tidak.
Diskriminasi terhadap ODGJ sampai saat ini masih
terjadi di tengah masyarakat yang membuat ODGJ sulit
diterima oleh keluarga dan lingkungan masyarakat. Bah-
kan ODGJ kerap mendapatkan perlakuan yang tidak adil
seperti ditelantarkan dan tidak jarang kerap mendapat-
kan perlakuan kasar; sebagian ODGJ harus menghabis-
kan hidupnya di dalam pasungan dan ada ODGJ yang
tidak luput dari kekerasan seksual. Hal yang lebih mem-
prihatinkan ialah ketika para ODGJ ini sampai kesulitan
untuk mendapatkan akses layanan kesehatan. Dalam

44 Inspirasi Naomi
kondisi ini, tidak heran jika peluang untuk sembuh dan
menjalani kehidupan normal para ODGJ semakin kecil.

4. ODGJ dan Kebijakan Politis


Di sejumlah kalangan pemerintahan Kota Pare-
pare, Naomi Sampeangin sudah cukup terkenal. Per-
hatiannya pada bidang kesehatan hingga bidang sosial
kemanusiaan sudah tidak asing lagi dan namanya telah
menjadi bahan perbincangan di kalangan aparatur sipil
negara, khususnya di Kota Parepare. Popularitas Naomi
Sampeangin ini menempatkan dirinya kerap diundang
untuk hadir dan ikut serta dalam berbagai kegiatan yang
dicanangkan oleh pemerintah Kota Parepare. Bahkan ia
sering dilibatkan dalam program-program kegiatan Pe-
merintahan Kota Parepare, khususnya di bidang keseha-
tan dan sosial, baik oleh Dinas Kesehatan maupun Dinas
Sosial.
Hal unik, bahwa setiap kali dalam pertemuan atau
forum yang diadakan oleh pemerintah, Naomi Sam-
peangin selalu rajin tampil untuk bertanya dan bahkan
menyuarakan agar pemerintah proaktif memperhatikan
orang-orang kecil, yang terpinggirkan, terutama para
Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) yang tersebar di
sejumlah wilayah di Kota Parepare. Beberapa kesempa-
tan dalam penanganan ODGJ, Naomi Sampeangin ter-
libat aktif bersama aparat pemerintahan, seperti Satuan
Polisi Pamong Praja (Satpol PP), Dinas Kesehatan Kota
Parepare dan Dinas Sosial Kota Parepare. Naomi Sam-

Inspirasi Naomi 45
peangin turut turun ke jalan untuk mencari orang-orang
terlantar bersama pemerintah. Salah satu kegiatan yang
dilakukan bersama aparat pemerintah ialah ketika Nao-
mi Sampeangin diminta untuk memandikan sekitar 20
ODGJ yang diangkut oleh Satpol PP untuk segera diba-
wa ke RSKD Dadi Makassar. Penanganan ODGJ dan
masyarakat jalanan (terlantar) di Kota Parepare masih
bersifat aksidental, yakni hanya dalam situasi tertentu,
ketika sudah dianggap darurat. Umumnya para pasien
ODGJ langsung dibawa ke Makassar untuk segera ditan-
gani. Sementara di Kota Parepare sendiri, penanganan
ODGJ masih berbentuk rawat jalan baik di Puskesmas
maupun di rumah sakit, dimana ODGJ hanya menjalani
perawatan berkala. Itu pun belum maksimal, karena se-
jumlah ODGJ yang masih tidak intensif dilakukan pera-
watan, atau tidak rutin diperhatikan.
Sangat disayangkan bahwa pemerintah belum
optimal terlibat dalam memfasilitasi penanganan ODGJ
secara lebih terorganisir, termasuk hanya untuk mem-
fasilitasi kegiatan Naomi Sampeangin, khususnya yang
berhubungan dengan orang-orang terlantar seperti para
ODGJ. Dinas Sosial bahkan tidak memiliki anggaran
khusus untuk penanganan ODGJ secara intensif. “Me-
mang ada beberapa ODGJ yang diperhatikan, tetapi
tidak intensif. Jika ODGJ dianggap sudah sembuh atau
sehat, mereka dilepas kembali, entah ke keluarganya
atau bahkan ke jalan. Ini membuat mereka kembali men-
jadi ODGJ,” Bahkan pernah Naomi Sampeangin dititip-

46 Inspirasi Naomi
kan seorang ODGJ oleh Dinas Sosial karena dianggap
sudah sehat. ODGJ tersebut bahkan mau dikembalikan
ke jalanan, tempat diamana ia diambil oleh Dinas Sosial.
Karena keprihatinannya, Naomi Sampeangin menawar-
kan diri untuk merawat ODGJ tersebut di rumahnya.
Hal yang membuat pemerintah tidak ingin banyak
terlibat memberikan subsidi bagi orang gangguan jiwa,
karena beredar pandangan bahwa ODGJ yang ada di
Kota Parepare sebagian besar adalah kiriman atau titipan
dari daerah lain. Bahkan ada yang sengaja ditinggalkan
oleh keluarganya di jalan-jalan Kota Parepare dari luar
daerah. Bagi pemerintah, ODGJ ini tidak perlu diberikan
perhatian lebih. Jika diberikan perhatian, maka akan men-
imbulkan lebih banyak lagi ODGJ yang datang atau diti-
tipkan di Kota Parepare. Perspektif yang demikian men-
jadi tantangan bagi pemerintahan dalam mewujudkan

Inspirasi Naomi 47
masyarakat yang sejahtera. Namun ada hal yang luput
dari kesadaran pemerintah dan masyarakat, yakni bahwa
kehadiran ODGJ ini, meskipun bukan berasal dari Kota
Parepare telah menjadi masalah sosial-kemasyarakatan
di Kota Parepare. Di sinilah letak tanggung jawab Pemer-
intah juga masyarakat dalam konteks rasa kemanusiaan
dan dalam konteks menjaga tatanan sosial yang sudah
ada di Kota Parepare. Kenyataan adanya ODGJ di Kota
Parepare secara tidak langsung turut serta mewarnai
perwajahan Kota Parepare yang dikenal sebagai Kota
Bandar Madani, Kota Santri dan bahkan Kota Sehat ser-
ta Ramah Anak. Salah satu komitmen dalam mewujud-
kan sebuah kota yang sejahtera, termasuk di dalamnya
harus bisa menangani permasalahan sosial yang terjadi
di Kota ini seperti penanganan ODGJ yang berkeliaran di
sejumlah sudut kota. Jika Pemerintah mampu merelokasi
orang-orang terlantar tersebut dalam suatu sistem pe-
nanganan terpadu, maka akan memberikan nilai tambah
bagi Kota kelahiran Presiden ketiga BJ Habibie ini.
Tentu saja, semua orang tidak ingin menjadi ODGJ,
tetapi karena keterbatasan dalam mengelola permasala-
han hidup, membuat mereka tidak mampu mengenda-
likan situasinya hingga berujung pada gangguan jiwa.
Pemerintah harus bisa melihat dari berbagai perspektif,
tidak hanya pada kehadiran ODGJ sebagai bukan bagian
dari masyarakatnya. Apakah rasa kemanusiaan hanya
berlaku bagi sesama satu kota, suku atau ras? Tentu saja
tidak, sebab rasa kemanusiaan itu pada prinsipnya ber-

48 Inspirasi Naomi
sifat universal dan tanpa perlu pertimbangan apapun.
Terutama jika kita berbicara mengenai hak-hak dasar se-
tiap orang yang merupakan tanggung jawab dari setiap
pribadi.
Perspektif lain yang juga keliru dalam lingkungan
pemerintahan ialah ketika muncul pemikiran bahwa
apabila dibangun sebuah rumah khusus untuk ODGJ,
termasuk rumah sakit jiwa, maka akan meningkatkan
jumlah ODGJ di daerah tersebut, terutama jumlah ODGJ
dari luar daerah akan terus bertambah. Pandangan yang
demikian berdampak pada kebijakan yang akhirnya tidak
pro ODGJ. Sehingga tidak menutup kemungkinan, ang-
garan untuk penanganan ODGJ pun tidak akan maksimal,
karena tidak difasilitasi dengan ketersediaannya fasili-
tas khusus. Sementara itu, upaya ini sebenarnya bukan
sekedar menekan perkembangan ODGJ yang ada, tetapi
juga meningkatkan kewaspadaan dan upaya pencega-
han terhadap potensi meningkatnya ODGJ di masa yang
akan datang, mengingat setiap pribadi manusia berpo-
tensi untuk mengalami gangguan jiwa karena berbagai
permasalahan hidup. Dengan adanya Rumah Sakit Jiwa
dan atau Rumah Singgah ODGJ, bisa menjadi sarana
konseling bagi masyarakat yang berpotensi mengalami
gangguan kejiwaan.
ODGJ membutuhkan bukan hanya makanan dan
obat-obatan, tetapi terutama suasana yang membuat
mereka merasa seperti di rumah, merasa diterima oleh
lingkungannya. Jika saja pemerintah mampu menciptakan

Inspirasi Naomi 49
suatu suasana yang demikian, maka bukanlah suatu ken-
iscayaan bahwa para ODGJ akan dapat mengalami kes-
embuhan dan terutama merasa dimanusiawikan. Untuk
hal ini, telah dibuktikan sendiri oleh Naomi Sampeangin,
ketika ia memutuskan untuk hidup bersama ODGJ dengan
mengangkatnya sebagai salah satu bagian dari anggota
keluarga. Ia berhasil membangun suasana kekeluargaan
dengan para ODGJ dan orang-orang terlantar, sehingga
mereka mengalami sukacita dan kedamaian yang hakiki.
Pemerintah sebagai pelayan publik, perlu men-
gevaluasi kembali dan mencari metode-metode ter-
baik dalam penanganan orang-orang terlantar, terutama
ODGJ. Hal ini dapat dilakukan dengan melibatkan ber-
bagai elemen masyarakat, terutama LSM yang memiliki
perhatian terhadap karya sosial-kemanusiaan. Salah satu
yang dapat digandeng oleh Pemerintah ialah Yayasan
Cahaya Pelita Sehati yang memiliki konsentrasi selama
kurang lebih 3 tahun sejak berdirinya, terhadap pen-
dampingan ODGJ.

50 Inspirasi Naomi
LEBIH DEKAT
DENGAN ODGJ

Adalah Kiki, salah seorang ODGJ yang dibina oleh


Naomi Sampeangin, bahkan si Kiki ini sudah masuk da-
lam bagian dari keluarga Naomi Sampeangin. Nama Kiki
tertera di dalam daftar nama pada Kartu Keluarga Naomi
Sampeangin. Bayangkan, di zaman sekarang, masih ada
sosok yang bukan sekedar hanya memberikan perha-
tian bagi orang dengan gangguan jiwa, tetapi sekaligus
mengambilnya masuk ke dalam bagian dari keluarganya,
hanya untuk membuatnya hidup lebih baik.
Mungkin tidak sedikit orang dapat berpikir,
“Apakah Naomi Sampeangin tidak keliru atau salah
membuat keputusan?” Bahkan sebagian orang bisa juga
berpikir ia tidak waras. Bagaimana mungkin seorang ter-
lantar, yang hidupnya di area kumuh, kotor dan bahkan
dicap “orang gila” dengan gangguan jiwa diambil Naomi
Sampeangin menjadi keluarga dan tinggal bersamanya.
Bagaimana dengan keluarganya yang lain? Bagaimana
tanggapan anak-anaknya? Tentu saja ini bisa menimbul-
kan persoalan tersendiri bagi Naomi Sampeangin. Belum

Inspirasi Naomi 51
lagi apa kata tetangga dan orang sekitar, terutama mere-
ka yang tidak berminat pada ODGJ? Naomi Sampeangin
tentu sudah memikirkan resiko yang dapat terjadi, na-
mun semua itu terkalahkan oleh keyakinan dan gerakan
hatinya yang begitu kuat untuk menyelamatkan orang-
orang terlantar ini.
Kisah Kiki sungguh mengharukan. Naomi Sam-
peangin menemukannya di jalanan, sekitar area pasar.
Si Kiki kerap terlihat tidur di bank sampah sekitar Pasar
Lakessi, Kota Parepare, dalam kondisi yang kumal dan
tangannya penuh dengan luka inveksi akibat menggu-
nakan cincin batu. “Dia tidur di bale-bale dekat penjual
pisang, di Pasar Lakessi.” Melihat kondisi Kiki yang mem-
prihatinkan, warga sekitar kemudian pergi melaporkan
kepada Naomi Sampeangin. “Tolong bu, ada orang gila
di Pasar.” Merespon laporan warga, Naomi Sampeangin
kemudian bergegas pergi menyambangi Kiki. Di sana,
Si Kiki awalnya mengamuk dan nyaris membahayakan
warga sekitar, sehingga dipanggilkan Sat Pol PP untuk
membantu. Hingga akhirnya Kiki berhasil ditaklukkan dan
segera di bawa ke Rumah Sakit Khusus Daerah (RSKD)
Dadi, Makassar, dengan didampingi oleh Naomi Sam-
peangin.
Di sana, Kiki dirawat selama kurang lebih 6 ta-
hun, hingga akhirnya dikembalikan ke Dinas Sosial Kota
Parepare. Namun setelah beberapa hari, Kiki dinyata-
kan sudah sehat, pihak Dinas Sosial kemudian berniat
mengembalikan Kiki ke tempat dimana ia ditemukan. Niat

52 Inspirasi Naomi
ini kemudian disampaikan kepada Naomi Sampeangin.
Ia menyarankan agar Dinas Sosial bantu mencarikan
keluarganya, namun hal itu dirasa sulit. Bahkan Dinas
Sosial menawarkan kepada Naomi Sampeangin untuk
mengurus ODGJ yang telah dianggap sembuh tersebut.
Naomi Sampeangin kemudian bertanya, “Kalau
orang seperti ini apakah ada jaminannya?” “Oh tidak ada
bu. Silahkan dibawa bu, Kalau mau rawat atau bisa juga
dikembalikan ke pasar bu,” jawab seorang dari Dinas So-
sial. Lalu Naomi Sampeangin terkejut, dan serentak hat-
inya tergerak oleh belas kasihan dan menyampaikan
untuk bersedia membawa Kiki ke rumahnya. “Biar saja
saya bawa. Kasihan orang ini kalau mau dibiarkan lagi
di jalanan. Yah, karena saya bukan orang ber-ada, jadi
apa yang saya makan, itulah juga yang dia makan,” jelas
Naomi Sampeangin kepada pejabat Dinas Sosial.
Naomi Sampeangin sempat mengalami rasa he-
ran, karena bagaimana bisa pemerintah menyerahkan
KIKI untuk ia rawat dan urus. Padahal ini adalah tugas pe-
merintah. khususnya Dinas Sosial. Namun hatinya yang
lapang rela membukakan pintu rumahnya bagi ODGJ
tersebut. Ia tidak hanya menyediakan tempat rumahnya
sebagai rumah bagi ODGJ, tetapi lebih dari itu ia menye-
diakan ruang di hatinya bagi ODGJ tersebut. “Jika hati
kita tertutup untuk menerima sesama yang terlantar, ten-
tu kita akan juga menutup pintu rumah kita bagi mereka,
yang sebenarnya menjadi tanggungjawab sosial kita,”
“Saya bilang ke Pemerintah kalau soal masalah

Inspirasi Naomi 53
ODGJ Kiki ketika masih tinggal di sekitar bank sampah, Pasar
Lakessi. Naomi Sampeangin sering memantau dan memberinya
makan dan minuman.

kesehatannya saya menyerah. Karena orang begini kalau


sakit, biayanya tidak sedikit. Obatnya saja mahal. Ini yang
saya kuatirkan,” ungkap Naomi. Meskipun demikian, hati
kecilnya tetap bertekad untuk merawat Kiki. Orang-orang
yang melihat keteguhan hati Naomi, merasa kuatir, kalau-
kalau ODGJ tersebut berbalik menyerang Naomi. “Kalau
diserang yah mati...” jawab Naomi sambil berceloteh,
disambut tawa dan senyum warga setempat.
Naomi Sampeangin kemudian berinisiatif untuk
membantu mencarikan sanak keluarga dari Si Kiki. Ber-

54 Inspirasi Naomi
Kiki setelah dirawat Naomi Sampeangin, dibawa ke tempat potong
rambut untuk dibersihkan rambutnya di Salon Viola Parepare.

bagai informasi ditelusuri oleh Naomi Sampeangin untuk


mencari tahu keberadaan sanak keluarga Kiki, hingga
akhirnya Naomi dan beberapa kader dari timnya men-
emukan lokasi yang diduga adalah keluarga Kiki yang
berada di Kabupaten Pinrang, sebuah Kabupaten yang
bertetangga dengan Kota Parepare.
Naomi dan tim kadernya kemudian mengatur
strategi untuk mengantarkan Kiki kepada keluarganya.
Namun sayangnya, setiba di lokasi keluarga yang diduga
sebagai sanak saudara Kiki, akhirnya keluarga tersebut

Inspirasi Naomi 55
tidak mau mengakui bahwa Kiki adalah bagian dari kelu-
arga mereka.
Naomi pun tertantang demi mencari jalan agar
Kiki bisa memperoleh tempat yang layak untuk tinggal.
Hingga suatu ketika, Naomi Sampeangin memutuskan
untuk mencari info melalui sejumlah media dan berdis-
kusi lama dengan sejumlah tokoh, namun jalan untuk
menemukan tempat yang pas untuk ODGJ Kiki tidak ber-
hasil. Akhirnya ia dengan besar hati membawa ODGJ
Kiki tinggal bersama di rumahnya yang sederhana.
Harapan besar Naomi, juga agar ia dapat meman-
tau situasi dan kondisi Kiki. Ia tidak lagi memikirkan akan
ancaman yang akan ia dapatkan jika seorang yang diberi
label ODGJ bertindak di luar rasa kemanusiaan, yang ter-
sisa di hatinya ialah rasa cinta yang besarnya terhadap
situasi dan kondisi ODGJ. Hati kecil Naomi Sampeangin
tidak sanggup melihat seorang ODGJ berada dalam
situasi terlantar dan luput dari perhatian masyarakat dan
pemerintah.
Kurang lebih 2 tahun sudah Kiki tinggal bersa-
ma dengan Naomi Sampeangin. Kiki menempati ruang
bagian belakang rumah Naomi Sampeangin. Di sekitar
ruang tersebut tersedia perlengkapan tidur sederhana
dan juga beberapa barang yang sering digunakan Kiki
untuk beraktifitas, seperti limbah berupa gelas dari sisa
minuman air mineral yang biasa dijual oleh para pemu-
lung untuk mendapatkan uang. Setiap hari Kiki diajari un-
tuk merawat dirinya sendiri, seperti mandi dan merapikan

56 Inspirasi Naomi
Naomi Sampeangin membantu Kiki mencarikan keluarga Kiki
dibantu oleh Dinas Sosial Pinrang, namun akhirnya dikembalikan
ke Naomi Sampeangin karena tidak ada yang mau menerima-
nya.

tempat tidurnya sendiri. Naomi Sampeangin juga mem-


bimbing Kiki untuk beraktifitas seperti menyiram bunga
serta membersihkan halaman rumah. Suasana keke-
luargaan tampak mewarnai kehidupan Kiki, sehingga
seluruh aktifitas itu kemudian menjadi biasa bagi Kiki.
Mengagumkan.... Dengan kebiasaan yang dibangun oleh
Naomi Sampeangin, Kiki pun dapat melakukan aktifitas
secara mandiri, seakan-akan kegiatan-kegiatan tersebut
menjadi bagian dari aktifitas hidupnya.
“Saya itu tidak pernah kuatir kalau ODGJ akan
mengamuk. Saya tahu. Singkatnya rumah yang ditempati
Kiki sebelumnya mau dipindahkan, dan mau dibongkar.
Saat itu Kiki juga memiliki luka yang terinfeksi, sehingga
Mama mengambilnya dan mengobati lukanya. Syukur

Inspirasi Naomi 57
bahwa ada tetangga samping rumah yang mau mem-
bantu menempatkan Kiki di gubuk kecil depan rumahnya
untuk sementara, milik Haji Bassir. Kiki menempati tem-
pat itu selama beberapa minggu. Sampai ketika rumah
itu akan dibongkar, Kiki kemudian diputuskan untuk me-
nempati rumah bagian belakang bersama Mama. Mama
bahkan menguruskan kartu BPJS Kesehatan untuk Kiki,”
cerita Henrick Sampeangin mengingat awal mula sebe-
lum Kiki ditempatkan di rumah Ibunya. “Bahkan kami
juga terkejut saat tahu kalau Mama memasukkan Kiki
ke dalam Kartu Keluarganya hanya untuk menolong Kiki
mendapatkan pelayanan dari pemerintah,” jelas Hen-
rick.
Demi memperjuangkan hak-hak dasar ODGJ ini,
Naomi Sampeangin tidak tanggung-tanggung memasu-
kan Kiki ke dalam daftar keluarganya. Alhasil, Kiki pun
mendapatkan Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Kartu
BPJS Kesehatan. Di sinilah seluruh perawatan dan ke-
butuhan Kiki mulai terpenuhi. Alangkah bahagianya Nao-
mi Sampeangin setelah Kiki mendapatkan kemudahan
dalam urusan kebutuhannya, terutama akses layanan
kesehatan melalui BPJS Kesehatan. Setidaknya, salah
satu beban pikirannya sudah teratasi.
Sehari-harinya, Naomi Sampeangin terus membi-
na Kiki untuk mampu hidup bukan hanya mandiri tetapi
juga produktif, misalnya ia mengajarinya cara mandi
dan membersihkan diri, menyiram bunga dan bahkan
Kiki juga diajari untuk membantu warga masyarakat

58 Inspirasi Naomi
sekitar, seperti angkat-angkat barang. Dengan rajin-
nya Kiki tersebut dalam bekerja dan membantu warga
masyarakat setempat, ia kemudian mendapatkan uang
sebagai upah dari kerjanya. Kadang ada warga yang
memberikannya uang, tanpa ia minta. Ia bahagia bisa
menerima uang. “Saya mengajarkannya untuk mena-
bung,” ujar Naomi Sampeangin. “Kalau ada uang yang
diberi, misalnya 10.000 rupiah, saya minta dia menabung
5.000 rupiah. dan itu dia lakukan. sampai sekarang uang-
nya sudah cukup banyak di tabungan,” kisahnya sambil
tersenyum haru.
Kini, Kiki akhirnya bisa mandiri dan mengurus di-
rinya sendiri. “Hanya kadang kalau saya keluar, biasanya
saya titip pesan di warung terdekat untuk berikan maka-
nan bagi Kiki, nanti saya pulang baru saya bayar. Tetapi
toh kadang dilupakan juga.”
Pengalaman hidup bersama ODGJ membuat Nao-
mi Sampeangin semakin memahami dan yakin bahwa,
ODGJ sebenarnya sangat membutuhkan suasana pen-
erimaan dalam keluarga. Beberapa ODGJ yang dijumpai
Naomi Sampeangin merupakan orang-orang yang be-
rasal dari keluarga-keluarga broken home. Bahkan ada
ODGJ yang ingin bunuh diri menyaksikan keluarganya,
orangtuanya dan isterinya selalu bertengkar, nyaris
setiap kali. ODGJ itu sering didampingi oleh Naomi
Sampeangin. Beberapa kali ia curhat pada Naomi Sam-
peangin, bahwa ia sungguh tidak kuat menyaksikan ke-
luarganya sering bertengkar. Hingga akhirnya ia menge-

Inspirasi Naomi 59
luarkan pernyataan bahwa jika keluarganya bertengkar
lagi di hadapannya, ia akan bunuh diri, sambil memera-
gakan dengan tangannya di leher memberi isyarat tinda-
kan bunuh diri yang akan ia lakukan yakni menggorok
lehernya. “Begini tanta, saya sebenarnya sudah sembuh.
tetapi kalau keluargaku bermasalah lagi, saya potong
leherku,” ucap ODGJ kepada Naomi Sampeangin. Saya
kemudian panggil keluarganya, dan terjadilah perteng-
karan di rumahku. Saya bilang, yah sudah...sudah...silah-
kan pulang ke rumah. ternyata besok-besoknya, ODGJ ini
sudah ditemukan gantung diri.” Naomi menyadari bahwa
ancaman itu bukan sekedar ucapan belaka, ODGJ terse-
but langsung bunuh diri, dengan cara gantung lehernya
di tali dan meninggal. Naomi Sampeangin mengaku me-
nyesal dan merasa sangat sedih bahwa ia tidak dapat
menyelamatkan ODGJ tersebut. Sebelumnya ia sudah
berusaha memberikan nasehat, namun tidak berhasil
baik. Karena ODGJ itu berhadapan langsung dengan
situasi keluarganya, sehingga tekanan dalam batinnya
semakin kuat, terutama menyaksikan orang-orang yang
ia sayangi hidup dalam pertengkaran.
Pihak keluarga ODGJ yang meninggal tersebut ke-
mudian mempersalahkan Naomi Sampeangin, “Padahal
mereka yang meminta tolong pada saya. ‘Silahkan bawa
mi ki...’ Yah saya bawa dan rawat ODGJ ini. Tapi saat ada
masalah, saya jadi dipersalahkan,” ungkapnya. “Yah...su-
dah resiko kan...!” serunya.
“Siapa namamu,” “Saya tidak punya nama,” “Lho

60 Inspirasi Naomi
kenapa tidak punya nama?” “Karena memang saya tidak
punya nama,” demikian percakapan Naomi Sampeangin
terhadap salah seorang ODGJ yang tidak pernah dike-
tahui siapa namanya, karena tidak ada identitas dan
keterangan yang bisa didapatkan tentang ODGJ ini.
Naomi Sampeangin menemukannya menempati sebuah
rumah yang kumuh dan memang dikhususkan untuk
ODGJ ini.
Ada juga ODGJ seorang wanita yang sudah
meninggal. Usianya masih terbilang muda, dan sering
terlihat tidur di emperan Panti Asuhan dekat rumah Nao-

ODGJ binaan Naomi Sampeangin

Inspirasi Naomi 61
mi Sampeangin. Kalau ada orang yang hendak melaku-
kan kegiatan di Panti, ia tidak mau bergeser dari tempat
itu. ODGJ wanita ini, katakanlah namanya Maria. Ia suka
pada pria. Mungkin karena hormonnya masih bekerja
baik, ia kerap menggoda pria yang mendekatinya. Peri-
lakunya yang demikian bisa saja membahayakan dirinya
sebagai wanita. Karena tidak ada yang mengawasinya,
sampai suatu ketika ODGJ ini pun dihamili oleh orang
tidak dikenal, dan sampai saat ini tidak pernah diketahui
siapa yang tengah menghamilinya.
“Beberapa ODGJ wanita muda yang mengalami
nasib buruk, dihamili orang tak dikenal. Bahkan ada
yang akhirnya terpaksa dipasung oleh keluarganya,
karena pihak keluarga kuatir dihamili jika dibiarkan di
jalan,” kata Naomi Sampeangin. “Kami selalu mengun-
jungi para ODGJ ini. Ada di antara mereka yang suka te-
lanjang, tidak pernah mau mengenakan baju. Itu sebab-
nya jika berkunjung, saya selalu larang agar jangan
difoto,” Naomi Sampeangin menyayangkan kondisi ODGJ
tersebut yang dalam kondisi dipasung. “Saya kira ada
itu peraturan pemerintah tentang bebas pasung, tetapi
kok tidak ada orang yang menindaklanjuti itu. Tidak ada
orang yang mau mencarikan jalan keluar agar ODGJ
mendapatkan tempat dan lingkungan yang layak,” pung-
kas Naomi lagi. “Saya sudah lapor itu beberapa kali ke
tenaga kesehatan, tetapi tidak ada yang gubris,” Naomi
prihatin.
“Pernah ada ODGJ yang mau dimandikan oleh

62 Inspirasi Naomi
Dinas Sosial, pihak Dinas Sosial lalu memanggil saya un-
tuk memandikannya.”
“Dinas Sosial paling sering memanggil saya jika
ada ODGJ yang mau dimandikan,” aku, Naomi. Lebih
dari itu Naomi Sampeangin juga kerap mengurusi sam-
pai hal-hal yang tidak banyak orang bisa lakukan, seperti
membersihkan kotoran ODGJ yang berserakan.
“Ada itu ODGJ yang sering saya cebok....,” ung-
kapnya. “Waktu itu, saya sudah mengurus Kiki. Ada satu
ODGJ dari Dinas Sosial. Karena Dinas Sosial sudah tahu
kalau Ibu Naomi itu mau saja urus ODGJ, jadi saya di-
panggil. Sempat ODGJ itu dibawa ke saya. Lalu saya
bingung, mau ditaruh dimana, karena rumah saya hanya
cukup untuk Kiki. Usia ODGJ ini sekitar 50 tahun, dan
seorang wanita. Pihak keluarganya tidak berani untuk
menerimanya. Jadi saya ambil dan saya taruh di sebuah
rumah kosong. Untung juga masyarakat di sekitar rumah
itu baik-baik semua. Jadi selalu saya datang dan bawa
makanan untuknya.” Kadang ia dibantu oleh kader yang
selalu bersamanya. Uniknya, bahwa Kiki yang juga se-
orang ODGJ binaan Naomi Sampeangin pun turut mem-
bantu merawat ODGJ wanita tersebut. Ini terjadi secara
spontan.
“Itu mi, Kiki saya suruh bawakan makanan untuk
dia. ‘Kiki sini.... ini Mama, kasih yah,’” sambil menitipkan
makanan untuk ODGJ tersebut yang langsung disambul
oleh Kiki. Naomi mengajarkan Kiki untuk menyapa ODGJ
lanjut usia itu dengan sebutan “Mama”. Pada waktu hen-

Inspirasi Naomi 63
dak memandikan ODGJ tersebut, “‘Kiki sini, bawa selang.”
Kiki dengan spontan membawakan selang dan bantu me-
mandikan ODGJ ini. “Kiki yang semprotkan airnya, dan
saya yang menggosok serta membersihkan ODGJ ini.“
Kasihan... Tiap hari ODGJ ini selalu memakai Pampers.
“Jadi kami itu patungan, karena mahal kalau Pampers
untuk Orangtua. Orang-orang selalu melapor ke saya,
kalau ODGJ ini selalu buang air besar, katanya, ‘Bu berak
lagi...!” “Saya bilang, oh itu bukan balita, tiap kali harus
ganti pampersnya. mana uangnya.... Besok baru satu kali
saya urus,” ujar Naomi.
“Jadi setiap pagi kalau membersihkan saya pang-
gil Kiki untuk semprotkan air, dan saya yang membersih-
kan. Ada juga kadang dibantu oleh kader yang bersama
saya. Seperti Ribka dan Rosa, sering bantu memandikan
ODGJ.”
Banyak orang tidak suka mendekati ODGJ ini, kar-
ena kadang sering melawan setiap kali hendak dimandi-
kan atau diurus. “Jangan melawan!” Naomi menirukan
sikapnya saat menenangkan ODGJ. “Kita berkelahi dulu
dengan dia baru bisa dia tenang...” ucap Naomi. Kotoran-
nya banyak sekali, namun Naomi Sampeangin justeru
tidak merasa jijik sama sekali. Semua kotoran yang ber-
serakan dari ODGJ itu dibersihkan Naomi Sampeangin
dengan telaten penuh kesabaran. Sayangnya bahwa
ODGJ ini telah meninggal dunia, akibat penyakit AIDS
yang dideritanya. “Saya bilang, ‘Apa kerjamu dulu?’” ta-
nya Naomi pada ODGJ tersebut. “Di Pelanduk,” balas

64 Inspirasi Naomi
ODGJ tersebut menyebutkan tempat lokalisasi yang
cukup terkenal di Kota Parepare, dimana ODGJ ini men-
jajakan seks semasa mudanya. “Oh...berarti kamu orang
nakal?” tanya Naomi ingin tahu. “Iya!” jawab ODGJ se-
mangat. “Akhirnya dia kena penyakit AIDS hingga
meninggal dunia.”
Ada satu kenangan yang tidak bisa terlupakan
oleh Naomi Sampeangin tentang ODGJ ini. Hal itu ter-
jadi saat ODGJ ini sempat mau dibawa ke Dinas Sosial,
tetapi saat mau dinaikan ke mobil Ambulance, tiba-tiba ia
membuang kotorannya di dalam mobil tersebut. “Semua
petugas langsung lari berhamburan keluar dari mobil.....
takut kena tai, dan mereka juga tidak mampu menahan
bau kotorannya. Sopirnya mengaku, ‘Maaf bu yah..kalau
orang berak begini, saya nda bisa jalankan mobil....maaf
ya bu... “ jelas Naomi menirukan pengakuan jujur sopir
Ambulance. Naomi kemudian cekatan, tanpa banyak ko-
mentar, langsung pergi membelikan pampers untuk digu-
nakan oleh ODGJ tersebut. “Lalu saya bersihkan kotoran-
nya, dan memandikan ODGJ ini baru kembali menaiki
mobil menuju Rumah Sakit. Sopir itu mengeluh, “Sulit
konsentrasi ka bu, bau mi ini mobil,” “bagi saya yah, saya
merasa inilah Tuhan pakai saya, jadi saya tidak merasa
jijik atau merasa bau,” ungkap Naomi Sampeangin. “Jadi
semua urusan ODGJ, sampai pulang saya urus sendiri,
tanpa bantuan biaya Dinas Sosial. Termasuk mengguna-
kan uang pribadi,” ujar Naomi.
ODGJ ini dirawat Naomi Sampeangin hanya se-

Inspirasi Naomi 65
lama 1 minggu, hingga meninggalnya. Awal mulanya ia
ditemukan di jalanan oleh Dinas Sosial lalu dibawa ke-
pada Naomi Sampeangin.
Ada ODGJ yang dirawat Naomi Sampeangin,
hingga berjumpa kembali dengan keluarganya, yang
berasal dari Muna. “Terima kasih sudah memperhatikan.
Ini Saudara saya sudah 20 tahun hilang,” ucap keluarga
dari ODGJ itu saat datang dan mengambil ODGJ dan
membawanya pulang ke kampung halamannya. Kabar
terakhir, ODGJ ini akhirnya meninggal di tempat asal-
nya. “Saya bersyukur sempat menguruskan jenazahnya,”
kenang Naomi.
Sekilas terlintas dalam ingatan Naomi Sampeangin
pengalaman bersama ODGJ tersebut. “Adakah air, saya
mau minum,” tiru Naomi saat ODGJ itu beberapa kali
sering meminta air minum padanya. “Ada...tunggu saya
ambilkan,” jawab Naomi sambil mengambilkan air minum
untuk ODGJ. “Awal mula dia panggil saya Ibu, besok-
besok berubah lagi panggilannya. Saya kemudian di-
panggil ‘Mama’....hehehe,” cerita Naomi tertawa. “Ma....
Adakah teh panas!” begitu sapaannya pada Naomi Sam-
peangin. Ia pun terkejut dipanggil “Mama” oleh ODGJ.
Naluri keibuannya dibangkitkan. “Iya..tunggu... tunggu..
tunggu....” Naomi bergegas ke dapur membuatkan teh
panas untuk ODGJ itu. “Tetapi awas kamu kalau tidak
mau mandi yah...” tegas Naomi sembari memberikan
teh panas kepada ODGJ. “Iya..iya....saya mandi,” ODGJ
itu kemudian mengambil teh panas buatan Naomi Sam-

66 Inspirasi Naomi
peangin. Layaknya seorang yang kehausan, teh panas
itu pun dinikmatinya sampai habis.
Di kepala ODGJ tersebut bermuara benjolan yang
sudah membesar dan bernana, sejenis bisul. Naomi ke-
mudian berinisiatif memanggil mobil Ambulance Call
Center 112. “Maaf Bu Naomi, kalau orang gila kami tidak
layani,” jawab Petugas 112 dari balik telpon, saat dimintai
tolong oleh Naomi untuk menjemput ODGJ agar dibawa
ke rumah sakit berobat. “Eh...Bukan orang gila ini, datang
ke sini,” Naomi meyakinkan petugas Call Center 112.
“Baiklah bu kami segera ke situ....” Mobil ambulance Call
Center 112 pun segera meluncur ke lokasi.
“Mana orangnya bu...” tanya petugas di lokasi.
“Oh..itu sana, cepat ambil bawa ke rumah sakit,” minta
Naomi. “Uhhh....ini orang gila bu...” petugas sedikit terke-
jut dan tampak kecewa, karena pikirnya bukan ODGJ
yang dimaksudnya. Naomi Sampeangin menjawab, “Bu-
kan orang gilanya yang mau diurus, tapi ini ew...
kepalanya yang harus segera diobati...” jelas Naomi
pada petugas yang terkejut bahwa yang akan ditolong-
nya adalah ODGJ yang sedang terluka. “Siapa yang te-
mani ini..?” “Saya!” jawab Naomi. “Saya kemudian bawa
ke puskesmas untuk berobat ODGJ.”
“Di Puskesmas..... Orang puskesmas malah
cuekin....” “Aduh ini nanti kempes sendiri benjolannya.
Kalau bisulnya bisa pecah jika dipukulkan ke tembok...”
canda Petugas Puskesmas.
“Bagaimana mi ini, karena tidak ada KTP dan

Inspirasi Naomi 67
identitas lainnya,” “Ya sudah tulis saja namaku di situ.
Naomi, obatnya 3 x 1, dan 1 X 1. Langsung dibuatkan
obatnya dan gratis, karena saya kader kesehatan. Yang
lucunya, jangan sampai orang bilang obatnya milik Ibu
Naomi ini, obat orang gila karena atas namaku,” sambil
tersenyum.
Pas mau pulang, Ambulancenya sudah tidak ada.
“Yah...saya ajak ODGJ ini jalan kaki,” “Ayo...kita jalan
kaki saja...” ajak Naomi. “Iya bu....” turut ODGJ terse-
but. Saat melewati suatu jalan, ODGJ ini minta izin untuk
buang air besar, “Saya mau berak...” mintanya. Naomi
mulai cemas dan berusaha berpikir, bagaimana caranya,
“Pas ada pohon pisang di dekat jalan, saya lalu minta dia
untuk masuk di balik pohon pisang itu,” “Masuk mo ko di
situ ew....” menunjuk ke arah pohon pisang. Lalu ODGJ
itu segera menuju balik pohon pisang untuk buang air
besar. Tetapi Naomi dikejutkan oleh seorang wanita yang
melarang ODGJ untuk membuang air besar di balik po-
hon pisang, “Jangan di situ bu...!” cegah wanita itu. “Ka-
lau begitu mana WC mu, saya masukan dulu, minta to-
long,” Wanita itu kemudian kabur meninggalkan Naomi
Sampeangin dan ODGJ tersebut.
Dengan sabar, Naomi Sampeangin menunggui
ODGJ itu sampai selesai membuang air besar. Suasana
udara makin panas, karena situasi saat itu siang hari.
Sesudah sampai di rumah, Naomi Sampeangin meminta
ODGJ itu untuk segera menelan obatnya. “Iya...,” “Tahu ji
3 x 1?” tanya Naomi. “Tahu...” disusul jawaban ODGJ.

68 Inspirasi Naomi
Aksi Naomi mengurus ODGJ ini diperhatikan oleh
salah satu LSM di Kota Parepare, yang kemudian mem-
bantu mengupayakan untuk mendatangkan keluarganya
dengan berkoordinasi bersama Dinas Sosial dan DPRD
Kota Parepare. Upaya ini berhasil, hingga keluarga
ODGJ pun datang dan menjemputnya kembali ke kam-
pung halamannya.

Inspirasi Naomi 69
THE LOCAL HERO

Kedekatan Naomi Sampeangin dengan ODGJ dan


orang-orang kecil terus menyebar dari mulut ke mulut,
hingga akhirnya menarik perhatian Manajemen PT Per-
tamina (Persero) Fuel Terminal Parepare yang akhirnya
melakukan kunjungan untuk melihat lebih dekat kisah Ibu
Naomi Sampeangin.
Setelah menyaksikan dari dekat kehidupan Naomi
Sampeangin, Manajemen Pertamina kemudian tertarik
untuk mengangkat kisah Naomi Sampeangin di kancah
nasional. Hal itu dilakukan dengan mendaftarkan Naomi
Sampeangin agar terlibat dalam kompetisi bergengsi “Lo-
cal Hero” yang dilaksankan di Jakarta dan Yogyakarta,
oleh PT Pertamina Pusat.
Penghargaan “Local Hero” ditujukan kepada para
pelaku program CSR Pertamina yang dinilai memiliki
komitmen kuat terhadap program yang dibinanya, mem-
berikan dampak postif terhadap lingkungan, komunitas
lokal, dan masyarakat luas, serta menjadi inspirasi bagi
masyarakat di sekitarnya. Penghargaan program Local

70 Inspirasi Naomi
Hero tahun itu terbagi dalam lima kategori, yaitu kategori
berdikari, kategori sehat, kategori hijau, kategori cerdas
dan kategori kemitraan.
Pertamina meyakini, melangkah maju tak bisa
dilakukan sendiri. Seperti energi yang terus bergerak
membawa perubahan untuk sekitarnya, Pertamina pun
berkomitmen untuk melakukan perubahan yang lebih
baik bersama mereka, para pioneer, inisiator dan pem-
bawa perubahan di bidangnya masing-masing. Mereka-
lah para Local Hero.
Ada banyak Local Hero yang telah bergerak ber-
sama Pertamina dan membawa perubahan untuk seki-
tarnya. Namun ada beberapa yang istimewa karena
memberikan dampak yang luar biasa.

Naomi Sampeangin membantu mendampingi penyaluran bantu-


an sosial dari komunitas mahasiswa di Makassar bagi ODGJ

Inspirasi Naomi 71
PT Pertamina mengundang Naomi Sampeangin untuk mempre-
sentasikan kegiatannya dalam ajang “Local Hero” di Jakarta.

Naomi Sampeangin masuk dalam nominasi 5 be-


sar “Local Hero” bersaing dengan 4 tokoh lainnya dari
beberapa provinsi. “Saya kira waktu itu terkait dengan
Pertamina yang hendak memberikan bantuan serta
membina posyandu kami. Setelah beberapa kali per-
temuan akhirnya kami didaftar oleh pengurusnya yakni
Ibu Pia, sapaan akrab untuk salah satu inisiator Pertam-
ina Sitti Rafi’ah Darajat. Ada beberapa yang ikut, dari
berbagai bidang. Saya masuk dalam bidang kesehatan,”
ingatnya.
Pengalaman berkompetisi di Local Hero Pertamina
dikisahkan juga oleh Siti Rafi’ah Darajat. “Pertama kali
saya berjumpa Ibu Naomi itu ketika direkomendasikan
oleh atasan saya, di tahun 2018. Atasanku, Pak Faisal,
itu mengenal Ibu Naomi ketika Ibu Naomi menghadiri fo-

72 Inspirasi Naomi
rum yang dilakukan oleh CSR Pertamina, Ibu Naomi ini
sangat aktif ikut di Forum ini.”
Dari kegiatan forum ini Ibu Naomi berinisiatif untuk
bertanya pada Pak Faisal, “Bagaimana bisa dapat fasili-
tas untuk kegiatan-kegiatan posyandu?” Pak Faisal ke-
mudian melihat kegiatan-kegiatan Ibu Naomi dan mera-
sa tertarik. “Akhirnya Ibu Naomi sering sharing-sharing
kegiatannya. Itu sebelum saya bertugas di Parepare.”
kenang Siti.
“Ketika saya mulai bertugas di Parepare, saya
ditugaskan oleh Pak Faisal untuk menemui Ibu Naomi
dan mempelajari program-program kegiatannya. Saat
itu saya melihat kegiatannya secara umum konsen di bi-
dang kesehatan. Kegiatan ibu Naomi ini ternyata sejalan

Salah satu ODGJ yang dikunjungi oleh Naomi Sampeangin ber-


sama TIM Yayasan Cahaya Pelita Sehati dalam giat “Sweeping
ODGJ” didampingi oleh aparat keamanan.

Inspirasi Naomi 73
dengan program CSR Pertamina. Kemudian awalnya
kita fasilitasi dulu untuk kegiatan posyandu yang dikelola
Ibu Naomi, Posyandu Flamboyan 1. Kita fasilitasi untuk
pengembangan posyandunya.”
“Setelah di tahun kedua, ternyata ada potensi-po-
tensi lain dari kegiatan Ibu Naomi. Di situ kami melihat
Ibu Naomi memberikan perhatian kepada Orang Dengan
Gangguan Jiwa (ODGJ). Untuk mendorong kegiatan Ibu
Naomi ini, kami diskusi dengan teman-teman, hingga
akhirnya muncullah gagasan untuk mendirikan Yayasan.
Kami kemudian memfasilitasi pendirian Yayasan Caha-
ya Pelita Sehati, yang diketuai oleh Ibu Naomi dan ang-
gotanya dari para kader yang bekerja bersama Ibu Nao-
mi.” jelas Siti. Di dalam Yayasan ini juga didukung oleh

Naomi Sampeangin bersama Tim YCPS di bawah binaan PT Per-


tamina (Persero) Fuel Terminal Parepare

74 Inspirasi Naomi
sejumlah tokoh dari LSM, kesehatan dan akademisi.
Sebelum berdirinya Yayasan Cahaya Pelita Sehati,
kami usulkan dulu Ibu Naomi untuk ikut kompetisi Local
Hero Pertamina Pusat, yang dilaksankan di Jakarta. Da-
lam kompetisi ini Ibu Naomi diberi kesempatan untuk me-
nyampaikan presentasi kegiatannya. Akhirnya Ibu Naomi
lolos masuk 5 besar Local Hero Indonesia yang dilak-
sanakan oleh PT Pertamina pusat, dan ia juga mendap-
atkan tiket untuk jalan-jalan ke Yogyakarta bersama Local
Hero lainnya.
“Dalam bidang kesehatan, pertama saya terdaf-
tar sebagai pokja 4 di bidang PKK, se kecamatan Ujung
Lare. Seluruh kegiatan kesehatan saya ikuti, seperti
kesehatan masyarakat, promosi kesehatan, kesehatan
Lansia, dan KB, termasuk kesehatan lingkungan. Tiap
bulan kita lakukan kegiatan posyandu melayani orang
sakit, Lansia, ibu hamil dan hingga sekarang melayani
remaja melalui pemberian obat tambah darah.”
“Pernah saya hampir diisolasi gara-gara Corona,
ada keluarga pasien katakan bahwa pergi ke Ibu Naomi
untuk panggil 112, saya pikir kenapa tidak panggil sendiri
kan gampang sekali. Kenapa harus saya. Katanya kalau
mereka yang telpon susah masuk. Jadi kalo Ibu Naomi
yang hubungi 112 bisa langsung diterima. Oh kalau be-
gitu yah tunggu yah saya telpon dulu,” kenangnya.
“Akhirnya saya telpon dan pasien itu dapat terto-
long. Ini pasien Corona; Yah karena kita sudah tahu cara,
waktu itu saya di sana dan dia di sini, tetapi ada anaknya

Inspirasi Naomi 75
pasien yang tidak pakai masker. Saya suruh pakai
masker, ia tidak mau. Akhirnya datang 112 dan bawa ke
rumah sakit. Saya sempat ditanyai bagaimana kronolo-
ginya pasien tadi yang ternyata positif Corona. Saya
ceritakan kronologinya, saya sudah tahu awal mereka
datang sehingga saya atur jarak untuk tidak mendekat.
Akhirnya saya tidak jadi diisolasi mandiri,” ucap Naomi
Sampeangin.
Sebagai kader kesehatan, Naomi Sampeangin
berjalan keliling mendapati warga masyarakat untuk
mencari jika ada warga yang memiliki gejala penyakit.
Hal yang menarik bahwa Naomi Sampeangin bahkan
menyempatkan diri untuk mengambil dahak (Air liur)
warga masyarakat yang diduga mengalami sakit seperti
yang sedang mengidap penyakit TBC. “Saya bergabung
dengan kelompok kader TB, HIV dari Muhammadiyah,
meskipun saya non Islam. Karena saya senang, dari dulu
hampir semua bidang kita tangani, termasuk orang sakit,
bahkan sampai orang Lepra pun kita tangani. Kita door to
door mengunjungi rumah warga dan memeriksa sampai
ke wc masyarakat. Di sana kita periksa wc dan bak pe-
nampungan air menggunakan senter, mengecek air yang
digunakan di kamar mandi atau wc. Sehat atau tidak air
yang digunakan,” urainya.
“Sampai suatu ketika ada orang yang sedang
duduk-duduk di toilet tanpa tutup pintunya, kami masuk,
ehhh....ternyata ada orangnya yang sedang buang hajat,
tidak sengaja kami senter. Masa dia tidak tutup, jadi eeh-

76 Inspirasi Naomi
hhh...kok ada orangnya,’ yah ini pengalaman yang cukup
lucu. Tetapi itulah usaha yang bisa kami lakukan untuk
masyarakat. Yah itulah suka dan dukanya banyak seka-
li,”
Kalau mengambil dahak itu kami menggunakan
pot steril yang diberikan ke masyarakat untuk menyimpan
dahaknya, lalu besoknya baru kami datang ambil untuk
diperiksa di laboratorium. Di pot steril itu kami sudah tulis-
kan nama anggota masyarakatnya,” kisahnya. Pot Steril
itu sudah dilengkapi dengan nama, tanggal dan alamat.
“Biasanya saya langsung jemput pot sterilnya,
karena kalau menunggu nanti kelamaan. Saat laku-
kan survey terhadap masyarakat, kami temukan ada
masyarakat yang tertinggal dari kemajuan teknologi.”
Demikian Naomi, dari hari ke hari terus berupaya agar
semua hak-hak dasar dan perhatian dapat diberikan bagi
setiap keluarga. Ia begitu bahagia jika melihat orang lain
juga bahagia dan sejahtera, meskipun di tengah situasi
sulit.

Inspirasi Naomi 77
GERAKAN HATI NURANI
NAOMI SAMPEANGIN

Suatu waktu, Naomi bercerita tentang bagaimana


ia bisa mendekati orang-orang terlantar dan terutama
ODGJ, bahkan bisa hidup dan berdampingan akrab ber-
sama mereka. Tidak ada pemikiran yang brilian yang
melintas di pikirannya, tetapi justeru suatu ucapan seder-
hana yang keluar dari bibirnya, “Saya hanya yakin saja
dengan hati saya, ‘kan kasihan orang begitu. Kenapa kita
harus menunggu untuk menolong orang?” Penjelasan
yang sangat singkat, namun padat merangkum seluruh
niat mulia wanita yang sudah mulai renta ini.
Saat banyak orang berpikir tentang bagaimana
membangun usaha untuk mengumpulkan harta, saat
orang kebanyakan memikirkan untuk selalu hidup nya-
man dengan fasilitas yang menyenangkan, saat orang
berpikir tentang, “Untuk apa menyibukkan diri dengan
orang-orang di pinggir jalan?” Saat orang berpikir tentang
padatnya urusannya dan tidak ingin diganggu, Naomi
Sampeangin justeru memilih untuk berjalan menyusuri
lorong-lorong kumuh, menapaki jalan-jalan, mengham-

78 Inspirasi Naomi
piri dari rumah ke rumah hanya untuk memastikan kalau-
kalau ada orang yang perlu dibantu. Ia tidak ragu untuk
menyambangi lokasi yang dijauhi orang, tempat sampah
dan mendekati orang-orang terlantar seperti Orang Den-
gan gangguan Jiwa (ODGJ).
Pemandangan unik tampak di mata masyarakat,
rupanya wanita inspiratif ini malah mencari orang-orang
yang butuh bantuan, namun tanpa membawa banyak ba-
rang, harta atau kekayaan yang dapat dijadikan sebagai
modal untuk menolong. Ia seorang diri, dan tanpa keme-
wahan memikirkan untuk menyempatkan diri merangkul
orang-orang yang membutuhkan pertolongan.
“Banyak ODGJ sebenarnya tidak terlantar, tidak
juga mengalami gangguan jiwa, mereka hanya saja
kurang perhatian dari keluarga atau orang di sekitarnya,”
beber Naomi Sampeangin. “Yah.... Banyak ODGJ yang
saya temui, mereka bisa sembuh dan berangsur mem-
baik setelah diberikan perhatian,” tambahnya. Agar kita
memiliki kesempatan untuk memperhatikan orang lain
atau keluarga yang butuh perhatian, yang harus kita
miliki pertama-tama ialah bukan uang, harta kekayaan,
tetapi “hati” yang rela untuk berbaur dengan mereka.
“Saya punya keyakinan bahwa orang-orang yang dicap
gila itu sebenarnya tidak seperti yang dibilang, karena
ternyata mereka juga mengerti apa yang saya lakukan.
Saya memberi mereka makan, dan berkomunikasi den-
gan mereka.”
Hati Nurani Naomi Sampeangin selalu mengun-

Inspirasi Naomi 79
dangnya untuk menyapa dan merangkul orang-orang ter-
lantar. Gerakan hatinya begitu kuat membawanya mele-
wati sudut-sudut jalan hanya untuk menemui orang-orang
yang terlantar dan terbuang. Semua itu ia lakukan tanpa
banyak berkata-kata, karena baginya keteladanan yang
konkrit adalah pelajaran terbaik. Seperti dalam ungkapan
Latin “Verba movent, sed exempla trahunt” (atinya: “Kata-
kata memang dapat menggerakkan orang, tetapi teladan
hidup menarik hati”).
Apa yang dilakukan Naomi Sampeangin serentak
merupakan suatu upaya untuk membongkar kebiasaan
lama masyarakat bahwa untuk menolong orang lain kita
tidak harus menjadi kaya atau memiliki banyak harta. Aksi
Naomi Sampeangin menjadi salah satu resolusi yang
sangat revolusioner dalam membongkar sekat-sekat so-
sial yang memisahkan antara para ODGJ dari lingkun-
gan sosial masyarakat. Persepsi yang keliru di tengah
masyarakat membuat para ODGJ terkondisikan jauh
dari lingkungan keluarganya dan kehidupan yang layak.
Ditambah lagi dengan kebijakan yang tidak pro terhadap
situasi dan kondisi mereka, semakin membuat ODGJ su-
lit untuk memeluk kegembiraan layaknya manusia pada
umumnya.
Naomi Sampeangin menggugah hati kita bahwa
suatu revolusi sosial-kemanusiaan harus dilahirkan dari
hati yang berhasrat untuk melibatkan diri ke dalam ke-
hidupan yang konkret. Mungkin banyak orang bisa mem-
bangun ide, gagasan, opini, dan bahkan pemikiran yang

80 Inspirasi Naomi
brilian tentang bagaimana menangani ODGJ, tetapi tidak
banyak yang mau mempersembahkan diri untuk terli-
bat langsung di dalamnya. Naomi Sampeangin, dengan
caranya yang sederhana menyajikan fakta-fakta sosial-
kemanusiaan tentang penderitaan orang-orang terlantar
dan ODGJ yang seharusnya menjadi perhatian seluruh
masyarakat dan pemerintah. Diskriminasi dan ketidak-
adilan sosial dan termasuk kekerasan bias gender yang
dialami ODGJ menunjukkan bahwa rasa kemanusiaan
kita sedang tidak baik-baik saja, bahwa rasa kemanu-
siaan kita sedang sakit dan butuh suatu pergerakan,
suatu revolusi yang mengubah bukan hanya dalam skala
tatanan kehidupan sosial, tetapi juga perubahan di skala
yang lebih dalam, yakni perubahan mentalitas kemanu-
siaan.
Jika ditelusuri lebih dalam, aksi Naomi Sampeangin
menyentuh ruang yang sangat mendasar, yakni Hak
Asasi Manusia (HAM). Ada hak-hak dasar para ODGJ
yang hilang, dan merupakan panggilan setiap orang un-
tuk memperjuangkannya. Naomi Sampeangin telah me-
mulai gerakan perjuangan tersebut, meskipun dengan
keterbatasan fasilitas dan dukungan tim kader yang
sangat solid. Suatu gerakan yang menyentuh hati nurani
umat manusia.

Inspirasi Naomi 81
EPILOG:
NAOMI BUKAN HARAPAN TERAKHIR

Ada suatu kisah menarik tentang seorang pe-


merhati orang miskin dan terlantar. Ia adalah seorang
biarawati yang memilih meninggalkan hiruk pikuk dan
kesenangan hidup bergelimang harta untuk melayani
orang-orang sakit dan terlantar. Namanya Muder Theresa
dari Kalkuta, India.
Suatu ketika ada sekelompok orang datang dan
menyerang rumah asrama yang dikelola Muder Theresa.
Orang-orang itu ternyata mendesak seluruh penghuni
asrama mengembalikan beras yang diduga diambil oleh
anak-anak asrama karena pasokan beras di asrama ha-
bis. Sangat disayangkan bahwa orang-orang itu benar-
benar mengambil seluruh pasokan makanan yang ada di
dapur asrama sampai habis, tidak tersisa sedikit pun.
Tiba-tiba Muder Theresa saat itu baru tiba di as-
rama dan menyaksikan orang-orang tersebut mengam-
bil seluruh persediaan beras yang ada. Muder Theresa
memperhatikan dengan tenang dan bahkan mendekati
orang-orang tersebut sambil menanyakan, “Apakah

82 Inspirasi Naomi
semua barang milik mereka sudah diambil kembali?”
Orang-orang itu menjawab, “Sudah,” sambil berlalu.
Namun Muder Theresa kemudian mengucapkan terima
kasih dan mendoakan orang-orang tersebut. Sekejap
mereka terkejut dan heran melihat sikap Muder Theresa
yang tidak marah sekalipun terhadap mereka.
Lalu Muder Theresa mempersilahkan mereka per-
gi. Namun karena rasa herannya, salah seorang di antara
mereka pun bertanya, “Mengapa engkau tidak mengutuki
kami, sementara kami telah mengambil semua pasokan
beras dari rumahmu?” Muder Theresa membalas, “Ba-
gaimana aku bisa mengutuki engkau, sementara Allah
sangat mengasihimu.” Jawaban Muder Theresa yang
tidak disangka-sangka itu kemudian meluluhkan hati
orang-orang tersebut, sampai meneteskan air mata dan
memohon ampun.
Kisah yang sederhana, namun mengandung pe-
san yang sangat mendalam, bahwa untuk melakukan
sesuatu yang baik, ukurannya ialah mengasihi tanpa
ukuran. Di situlah kita dapat melakukan segala kebai-
kan yang mencerminkan kasih Allah bagi umat manu-
sia. Dengan kata lain, setiap umat manusia mengemban
dalam dirinya, tanggung jawab untuk mencitrakan Allah
sebagai Sang Pengasih, sebagai Sang Pengayom. Kita
tidak dapat menuntut orang lain untuk berbuat baik, untuk
menunjukkan Allah adalah Sang Pengasih, tetapi hal itu
haruslah mengalir dari hati masing-masing pribadi yang
bermuara dalam perbuatan konkrit.

Inspirasi Naomi 83
Satu hal yang penting, yang mau disampaikan oleh
kisah Muder Theresa ialah bahwa setiap orang dicipta-
kan oleh “Kasih” Allah tanpa terkecuali. Apapun status
dan kedudukan, bahkan orang cacat serta terlantar dan
ODGJ sekalipun, mencitrakan Kasih Allah; dan Kasih itu
teraktualisasi secara sempurna ketika kita berhadapan
dengan sesama, tanpa memandang latar belakang so-
sial dan keagamaan. Itulah sebabnya, ketika berhada-
pan dengan sesama, kita selalu merasa terpanggil untuk
berbuat sesuatu baginya, melampaui sekedar berelasi
sosial. Suatu tantangan yang sangat besar dalam kon-
teks ini, ketika kita berhadapan dengan orang-orang ter-
lantar, miskin dan mereka yang dijauhi oleh sesamanya,
seperti Orang Dengan Gangguan Jiwa. Dalam ajaran
agama-agama, ada ungkapan yang mengatakan bahwa
“Sebagian dari kekayaan, waktu dan kerja yang kita mi-
liki adalah milik orang-orang yang tidak sempat untuk
menikmatinya.” Orang-orang yang tidak sempat me-
nikmatinya itu adalah orang-orang sakit, miskin, terlantar
dan yang terbuang akibat cacat dan gangguan kejiwaan.
Segala sesuatu yang dilakukan oleh Naomi Sam-
peangin, mungkin saja yang tampak oleh mata kita
adalah sosok seorang ibu yang berusia lanjut dan
sederhana, yang sedang berjuang untuk memanusiakan
orang-orang yang terlantar dan menderita, tetapi di ba-
lik dari sosok itu, sesungguhnya Allah sedang hadir un-
tuk menaungi umat-Nya yang ditelantarkan oleh dunia.
Pekerjaan seperti ini, jika tanpa peran Allah di dalamnya,

84 Inspirasi Naomi
tentu saja tidak akan dapat tercapai. Bayangkan, seorang
yang sudah lanjut usia justeru mau menyempatkan diri
memberikan perhatiannya bagi orang-orang yang berada
dalam situasi yang sulit, terlantar dan bahkan dijauhi oleh
masyarakat.
Secara fisik, tentu saja tidak ada hal yang dapat
dibanggakan dari Naomi Sampeangin, namun secara ro-
hani, ia memiliki keyakinan yang besar dan kuat untuk
melakukan segala sesuatu yang baik bagi orang-orang
yang membutuhkan pertolongan. Seharusnya, apa yang
dilakukan oleh Naomi Sampeangin menjadi “pukulan dan
teguran yang keras” bagi kita semua, khususnya orang-
orang yang dengan kehidupan yang berkecukupan dan
bahkan lebih dari orang kebanyakan.
Untuk menyisihkan sebagian dari kekayaan yang
kita miliki saja mungkin masih sulit kita lakukan, apalagi
menyempatkan diri untuk sekedar duduk bersama dan
merawat orang-orang sakit, terlantar, terutama yang men-
galami gangguan jiwa. Menarik jika kita merenungkan
pengakuan puteri keempat Naomi Sampeangin, Elsye
Sampeangin, “Mungkin saya tidak punya banyak kesem-
patan untuk hadir dan merawat orang-orang terlantar ini,
tetapi untuk mengungkapkan itu semua, saya menitipkan
ke Mama sebagian dari rezeki saya untuk memberi ma-
kan orang-orang terlantar.”
Beberapa tahun lalu, saya kerap mendengarkan
cerita-cerita tentang Ibu Naomi Sampeangin, yang sering
disebut orang-orang sebagai “Pawang ODGJ”. Yah...

Inspirasi Naomi 85
saya hanya mendengar kabar itu sambil lalu. Saya tidak
menyangka bahwa suatu saat saya akhirnya bergabung
dengan yayasan yang dipimpin oleh Naomi Sampeangin,
dan bahkan saya juga mendapatkan banyak relasi, baik
dari para kader posyandu Flamboyan 1 besutan Ibu Nao-
mi, para akademisi, LSM dan bahkan saya bisa berelasi
dengan pihak PT Pertamina Fuel Terminal Parepare.
Saat itu, Putera Pertama Ibu naomi Sampeangin,
Henrick Sampeangin menawarkan kepada saya untuk
bergabung dalam pendirian Yayasan Cahaya Pelita Se-
hati (YCPS), dan pada saat pendirian yayasan tersebut,
saya mendapat kepercayaan untuk menguruskan legali-
tas pendirian yayasan yang disponsori oleh PT Pertamina
ini. Bukan hanya mengurus akta legalitas, saya bahkan
dipercayakan untuk merancang konsep arah pelayanan
dan karya yayasan ini.
Saya berupaya mencari titik temu berdirinya
Yayasan ini, yang ternyata berakar dari karya-karya
sosial kemanusiaan Naomi Sampeangin. Ini kemudian
mendorong saya untuk semakin mendalami seperti apa
yang dilakukan oleh Ibu yang telah lanjut usia ini. Saya
mulai belajar untuk menyusuri setiap lorong-lorong, me-
lewati rumah-rumah warga dan berjalan seharian untuk
menemui orang-orang terlantar dan ODGJ. Beberapa
kali berjumpa Ibu Naomi Sampeangin, di situ saya ber-
jumpa dengan orang-orang yang menggantungkan hidup-
nya pada uluran kasih Ibu Naomi Sampeangin, sebagian
besar di antaranya adalah sejumlah lansia dan ODGJ.

86 Inspirasi Naomi
Saya semakin penasaran dengan apa yang dilaku-
kan oleh Naomi Sampeangin terhadap ODGJ. Maka
berangkatlah saya menemani Ibu Naomi bersama kader-
kader kesehatannya mengunjungi sejumlah ODGJ. Dari
sinilah semakin kuat hati nurani dan rasa kemanusiaanku
memberontak. Ibu Naomi Sampeangin, dalam segala
kesederhanaannya begitu gigih memperjuangkan hak-
hak orang-orang terlantar. Ia sampai merelakan dirinya
menanggung segala kesusahan dari merawat orang-
orang ini. Mengharukan ketika para orang terlantar, teru-
tama ODGJ dan Lansia menganggapnya bahkan sebagai
“Ibunda” mereka dimana mereka dapat menggantung-
kan harapan hidupnya hari demi hari. Seakan-akan se-
hari tidak berjumpa Ibu Naomi Sampeangin, seperti
kehilangan harapan dan semangat hidup.
Kisah Naomi Sampeangin ini kemudian mem-
buka kawasan kesadaran kita, bahwa sampai kapan
Sang Wanita Inspiratif ini akan terus bertahan memper-
juangkan hak-hak orang-orang terlantar ini? Manusia,
seberapa pun hebatnya tentu memiliki keterbatasan da-
lam menjalani kehidupannya. Karena dunia hanyalah
tempat peziarahan. Usia dapat diukur dengan kematian,
berbuatlah kebaikan semaksimal mungkin selagi masih
hidup.
Kita berharap, Kisah Naomi, bukanlah kisah tera-
khir dalam sejarah kehidupan di zaman ini, karena Naomi
Sampeangin janganlah menjadi harapan terakhir. Sebab
apa yang dilakukannya adalah apa yang sesungguhnya

Inspirasi Naomi 87
tanggung jawab sosial setiap pribadi manusia. Hanya
saja tingkat kesadaran setiap pribadi akan hal ini tidak
selalu sama. Kesadaran itu baru akan dialami, justeru ke-
tika hati nurani tergerak untuk berempati terhadap sesa-
ma. Dengan kata lain, rasa kemanusiaan kita akan dapat
berfungsi secara maksimal jika ukuran untuk berbuat baik
bertumpu pada hati nurani dan diakhiri dengan tindakan
konkrit. Sehingga tidaklah penting membangun argumen,
menciptakan alasan yang pada akhirnya bermuara pada
kehilangan kesempatan untuk berbuat lebih baik selagi
hidup.
Naomi Sampeangin, bukanlah harapan terakhir,
karena aksi heroiknya sesungguhnya merupakan sem-
buran dari rasa kemanusiaan yang ada dalam batin setiap
pribadi manusia. Naomi Sampeangin telah mewakili
harapan kita semua, dan karena itu, semoga teladan
yang ditunjukkannya terus menghidupkan harapan-hara-
pan selanjutnya, bahkan melintasi generasi tanpa batas.
Ia telah menunjukkan bahwa teladan hidup konkrit jauh
lebih berdayaguna ketimbang argumentasi. “Longum iter
est per praecepta, breve et efficax exempla” (“Melalui pe-
rintah jalannya panjang, melalui teladan jalannya pendek
dan berdayaguna”).

Parepare, 16 Juli 2021


Antonius Primus

88 Inspirasi Naomi
NAOMI SAMPEANGIN
DI MATA KERABAT, SAHABAT
DAN KELUARGA
BU NAOMI DALAM PERJALANAN
BERSAMA TB CARE AISYIYAH
PAREPARE

Ibu Naomi bergabung di TB Care Aisyiyah Pare-


pare sejak 2016, direktrut melalui Pelatihan Kader Tuber-
culosis.
Dalam perjalanan Beliau merupakan kader yang
paling aktif menemukan kasus terduga TBC karena Be-
liaulah wanita yang paling berani menjumpai para
pasien secara door to door, termasuk aktif pergi me-
minta dahak para pasien di rumah masing-masing. Ia
juga sukses mendampingi pasien sampai berobat tun-
tas, setelah itu ibu Naomi juga gencar sosialisasi door to
door mengedukasi masyarakat terhadap bahaya TBC.
Kehadiran beliau sangat diterima oleh masyarakat dan
khususnya Aisyiyah yang bergerak di bidang kesehatan
dan sosial.
Tidak sampai di situ, Bu Naomi sering menda-
pat reward dan terpilih sebagai kader terbaik atau 10
kader yang aktif menemukan kasus TBC. Selain itu, ia
sering kali melaksanakan penyuluhan ke masyarakat.
Dan karena kegigihannya, Beliau membantu dan ter-

90 Inspirasi Naomi
us mengedukasi masyarakat yang Beliau temu-
kan; bahkan tak jarang Beliau mendampingi sam-
pai ke rumah sakit, membantu biaya pasien yang
kurang mampu, Beliau mengkomunikasikan dengan
pejabat yang berwenang agar dapat pelayanan dan per-
hatian kepada warga yang butuh pengobatan. Dalam
perjalanannya Beliau juga diberikan kepercayaan dari
BUMN PT Pertamina Parepare untuk mendampingi pro-
gram yang kaitannya dengan pasien Tuberkulosis, tidak
hanya termasuk perhatian beliau terhadap orang gila
(ODGJ), mengurus orang gila, dan sampai merawat.
Demikian, semoga ibu Naomi sehat-sehat men-
jalankan aktifitas sehari hari Beliau dan selalu pedu-
li dengan masyarakat serta selalu berjiwa sosial.

Muh. Kasman, S.Pd.


Koord. TB Care Aisyiyah Parepare
Ketua Yayasan Masyarakat Peduli Tuberkulosis Perwak-
ilan Parepare

Inspirasi Naomi 91
PRIBADI YANG OPTIMIS
DAN DISIPLIN WAKTU

Semasa masih kecil (SD), dan semasa Bapak


Sampeangin masih hidup, di rumah Ibu Naomi sudah
sering digunakan sebagai tempat pertemuan-pertemuan
tetapi sebatas pertemuan untuk urusan gereja, misalnya
kegiatan-kegiatan Sekolah Minggu. Ibu Naomi selalu
membantu memfasilitasi frater-frater atau suster-suster
biara untuk mengajar anak-anak Sekolah Minggu di ru-
mah. Terkadang Beliau juga biasa menyempatkan diri
mengajar anak-anak tari-tarian daerah dan drama untuk
kegiatan gereja.
Untuk kegiatan di luar rumah, Beliau selalu menda-
pat tugas sebagai seksi sosial di gereja. Kegiatan-kegia-
tan sosial yang sering ia laksankan seperti mengun-
jungi orang sakit dan membawakan bantuan-bantuan
bagi jemaat yang kehidupan ekonominya kurang mampu.
Setelah Bapak Sampeangin wafat, barulah Ibu
lebih banyak menghabiskan waktu untuk berkarya
bukan hanya bagi gereja tapi juga untuk masyarakat
umum, misalnya dengan menjadi kader kesehatan, dan

92 Inspirasi Naomi
menjadi relawan kegiatan sosial lainnya.
Hal yang paling bisa saya rasakan dan saya ke-
nang selama hidup bersama Beliau adalah bahwa Beliau
senantiasa semangat dan pantang menyerah; hampir
tidak pernah saya lihat Beliau merenung atau meng-
hayal, bahkan dalam keadaan sakit Beliau selalu opti-
mis.
Salah satu karakteristik yang tertanam dalam di-
rinya, yang bisa saya lihat adalah bahwa Beliau paling
tidak suka kalau terlambat dalam menghadiri acara-
acara atau pertemuan-pertemuan lainnya dimana ia di-
undang. Beliau biasanya sudah hadir 30 menit sebelum
acara dimulai.
Pengalaman lain yang bisa saya sharingkan ada-
lah sesuatu yang dapat disebut sebagai hal yang baik na-
mun sekaligus kelemahan Beliau, yakni kalau ada yang
kesulitan terutama soal uang, beliau biasanya tidak ragu-
ragu untuk membantu, terutama kalau pas lagi ada uang
ia akan membantu mereka yang datang minta pinjaman
tanpa memaksa atau memikirkan kapan orang itu bisa
mengembalikan uangnya, sehingga sampai sekarang
banyak yang berhutang dan belum dibayar, bahkan ada
yang sudah tahunan. Ibu Naomi adalah pribadi yang da-
lam banyak hal selalu ikhlas menolong siapapun tanpa
memikirkan balasan atas jasanya; dan masih banyak hal
positif yang bisa saya jadikan pelajaran bagi saya sendiri.
Kemudian pada masa-masa sekarang ini, mungkin
karena beliau sudah lanjut umur jadi sudah sering juga

Inspirasi Naomi 93
cepat emosi, pelupa dan lainnya. Namun terlepas dari itu
semangat dan optimismenya dalam setiap hal tidak per-
nah menjadi tua.

Efrin Hendra, S.Sos


Putera Ke-3 Naomi Sampeangin

94 Inspirasi Naomi
OMA NAOMI,
MEMBERI CAHAYA DENGAN HATI

Oma demikian panggilan akrab Ibu Naomi (72) di


kalangan para aktivis perempuan di Kota Parepare. Oma
Naomi sangat peduli dengan masyarakat khususnya mer-
eka yang miskin dan marginal atau warga yang kurang
memiliki akses terhadap kebijakan dan pembangunan.
Terutama ia sangat membantu banyak masyarakat yang
mengalami kesulitan mengakses layanan kesehatan, ter-
masuk ia memperjuangkan hak-hak para Orang Dengan
gangguan Jiwa.
Beragam peran sosial kemasyarakatan yang di-
lakukan Oma Naomi dalam kesehariannya, di antaranya
kader posyandu, bahkan rumahnya dijadikan sebagai
tempat posyandu yang diberi nama Posyandu Flam-
boyan 1 Kelurahan Ujung Lare. Oma Naomi juga aktif se-
bagai kader TB yang tugasnya mendampingi warga yang
telah terinfeksi TB dengan mendampinginya ke puskes-
mas untuk berobat dan memastikan pasien yang di-
dampinginya itu disiplin minum obat setap hari, karena
jika ada hari yang terlewatkan maka si pasien TB itu masa

Inspirasi Naomi 95
berobatnya akan bertambah waktunya. Oma Naomi juga
dipercaya sebagai koordinator Kelompok Konstituen
(KK) Flamboyan yang dibentuk oleh YLP2EM pada tahun
2015 melalui Program MAMPU/BaKTI; KK adalah suatu
kelompok yang berbasis komunitas yang anggotanya
umumnya perempuan; KK ini sebagai wadah belajar ber-
sama dan advokasi warga untuk mengakses layanan
dasar, misalnya ada warga miskin yang tidak punya
kartu BPJS pada saat sedang sakit atau ada perempuan
yang menjadi korban kekerasan, maka KK ini yang men-
dampingi korban ke P2TP2A (Pusat Pelayanan Terpadu
Perlindungan Perempuan dan Anak) di bawah koordinasi
DP3A (Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindun-
gan Anak).
Selain tiga peran sosial di atas, Oma Naomi juga
senang mendampingi ODGJ (Orang Dengan Gangguan
Jiwa). Dalam suatu kesempatan, ada yang bertanya,
apakah Oma tidak takut kepada ODGJ? dengan santai
Oma menjawab bahwa ODGJ itu juga punya hati. Suatu
jawaban polos dan singkat tetapi sarat makna. Bahkan
yang menarik, Oma sering menyampaikan fenomena
maraknya ODGJ yang belum mendapat perhatian pe-
merintah, suatu pemihakan yang tegas agar pemerintah
mengambil peran dengan solusi kebijakan, tetapi sayang
antar OPD saling tunjuk (Dinas Kesehatan dan Dinas So-
sial). Untuk alternatif solusi, Oma Naomi sering menge-
mukakan idenya di forum diskusi baik yang dilaksanakan
oleh organisasi non pemerintah maupun yang dilaksana-

96 Inspirasi Naomi
kan oleh Pemda, Oma mengusulkan suatu ide agar di
Parepare dibangun rumah sakit khusus untuk ODGJ
Aktifitas sosial Oma dijalaninya dengan senang,
semata-mata untuk membantu sesama tanpa membeda-
kan suku, agama dan status sosial, semua diperlakukan
sama. Jika Oma menghadiri undangan rapat atau forum
diskusi, setidaknya ada tiga ciri yang melekat pada di-
rinya yaitu datang tepat waktu, dan aktif bertanya atau
mengemukakan permasalahan sosial yang ditanganinya
serta selalu menyemangati-memberi inspirasi kepada au-
diens. Ketulusannya itu berbuah dukungan datang dari
mana-mana baik secara personal maupun institusi.
Dalam suatu forum diskusi publik tentang SDGs
(Sustenability Development Goal’s) pada tahun 2018 yang
diadakan oleh YLP2EM bekerja sama dengan Yayasan
BaKTI atas dukungan DFAT, YLP2EM sebuah organisasi
non pemerintah yang mendampngi 15 Kelompok Konstit-
uen (KK) di Parepare termasuk salah satunya KK Flam-
boyan yang dikoordinir oleh Oma Naomi. Acara diskusi
SDGs ini dihadiri oleh para pelaku pembangunan atau
multi pihak, ada unsur Pemda, BUMN, Ormas, media,
LSM dan kelompok masyarakat. Momen ini dimanfaatkan
dengan baik oleh Oma Naomi untuk melobi dengan utu-
san PT. Pertamina Depot Parepare, sambil memaparkan
aktivitas sosialnya, akhirnya gayung bersambut, Oma
Naomi diminta menuliskan proposal dan akhirya berhasil
mendapat dukungan dana CSR Pertamina sebesar Rp.
100.000.000 (seratus juta rupiah). Dana ini diperuntukkan

Inspirasi Naomi 97
bagi pelayanan Posyandu Flamboyan dan pendampi-
ngan ODGJ. Semakin tahun semakin banyak ODGJ yang
berkeliaran di jalanan, sebutlah ODGJ Magelhens, ting-
gal di Jalan Industri, selalu melempar rumah tetangganya
dan warga sudah resah atas kelakuan ODGJ tersebut.
Oma Naomi memberanikan diri untuk menangani ODGJ
tersebut.
Oma Naomi sudah tidak takut mendekati ODGJ.
Sentuhan hati Oma Naomi kepada ODGJ Ini sebuah
pembelajaraan yang sangat inspiratif bahwa manusia itu
meskipun mengalami gangguan jiwa tetap saja punya hati
nurani. Sukses melaksanakan program CSR Pertamina,
akhirnya Kelompok Konstiuen Flamboyan sekaligus Pos-
yandu Flamboyan 1 difasilitasi oleh PT Pertamina pada
tahun 2020 untuk dibiayai membuat yayasan yang diberi
nama Yayasan Cahaya Pelita Sehati. Semoga Yayasan
ini akan terus hadir secara berkelanjutan untuk menjadi
“penerang” di ruang gelap dengan memancarkan cahaya
untuk membela hak-hak masyarakat miskin, dan kelom-
pok yang tidak punya akses.

Ibrahim Fattah,
Direktur YLP2EM,
HP/WA 08124265292.

98 Inspirasi Naomi
IBU NAOMI, TOKOH PANUTAN
KADER PKK SENIOR

Ibu Naomi adalah salah seorang kader PKK yang


sangat aktif dalam berbagai kegiatan, khususnya dalam
bidang kesehatan, hingga ia dipercayakan untuk me-
ngelola Posyandu Flamboyan 1, yang selalu melak-
sankan kegiatan rutin dalam promosi kesehatan seperti
bagi Ibu Hamil dan anak-anak, bagi para lanjut usia (Lan-
sia) dan hingga saat ini, perhatiannya besar terhadap
orang-orang terlantar, khususnya orang-orang dengan
gangguan jiwa (ODGJ).
Kami bangga dengan Ibu Naomi, yang akrab di-
panggil Oma, Beliau adalah Ketua Pokja 4 PKK Kelura-
han Ujung Lare, Pahlawan bagi orang yang mengalami
gangguan jiwa (ODGJ).
Umurnya yang sudah separuh baya, hatinya yang
tergerak oleh rasa kemanusiaan untuk merawat pasien
ODGJ, bahkan memberanikan diri untuk tinggal bersama
ODGJ. Dari kesabarannya merawat dan mendampingi
ODGJ, Oma berhasil menyembuhkan pasien ODGJ,
sampai bisa mendidiknya mengolah sampah yang ber-

Inspirasi Naomi 99
nilai uang. Oma naomi berhasil membuktikan bahwa
ODGJ bisa disembuhkan jika kita mampu menciptakan
suasana yang membuat mereka merasa diterima.
Teruslah berjuang Oma, semoga selalu dalam
lindungan-Nya!

Haerana
Ketua Tim Penggerak PKK
Kelurahan Ujung Lare

100 Inspirasi Naomi


Karena keterbatasan fasilitas sarana prasarana, Naomi
Sampeangin merelakan rumahnya sebagai pusat kegiatan
baik posyandu maupun sebagai rumah singgah ODGJ dan
para Lansia

Inspirasi Naomi 101


Berbagai pertemuan juga dilaksankan di rumah yang
sederhana ini

102 Inspirasi Naomi


Dari rumah yang sederhana ini, banyak orang-orang miskin,
terlantar dan sakit serta ODGJ mengalami pertolongan

Inspirasi Naomi 103


TENTANG PENULIS

Antonius Primus, lahir di Maumere, 28 September 1983.


Penulis ini merupakan Sarjana Filsafat dan Teologi dari
Sekolah Tinggi Filsafat Teologi (STFT) Widya Sasana
Malang, Jawa Timur; menjadi penulis dan editor puluhan
buku, serta aktif memberikan edukasi terkait penulisan
dan publikasi buku.

Firman, lahir di Palopo, 27 Maret 1991; merupakan Com-


munity Development Officer PT Pertamina Fuel Terminal
Parepare. Aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial kemanu-
siaan.

Ketut Karno, lahir di Subur, 14 April 1993; merupakan


HSSE PT Pertamina Fuel Terminal Parepare; aktif dalam
kegiatan sosial dan kemanusiaan.

104 Inspirasi Naomi

Anda mungkin juga menyukai