Anda di halaman 1dari 61

ABSTRAK

ANALISIS PENERAPAN AKUNTANSI ASET TETAP PADA PT


NAGAMAS MITRA USAHA
Oleh
AMALIA HASIBUAN
185310682
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penerapan akuntansi
aset tetap PT Nagamas Mitra Usaha telah sesuai dengan Prinsip Akuntansi
Berterima Umum. Pembahasan pada penelitian ini mengenai bagaimana cara PT
Nagamas Mitra Usaha dalam menentukan harga perolehan aset tetap, penyusutan
aset tetap, pengeluaran setelah perolehan aset tetap, serta penyajian aset tetap
dalam laporan keuangan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analisis deskriptif dimana data-data yang telah diperoleh dianalisis
kemudian dibandingkan dengan teori-teori yang berhubungan dengan masalah
hingga diambil suatu kesimpulan dan saran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
PT Nagamas Mitra Usaha dalam penerapan akuntansi aset tetap masih belum
sesuai dengan Prinsip Akuntansi Berterima Umum.
Kata Kunci: Aset Tetap, Penentuan Harga Perolehan Aset Tetap, Penyusutan
Aset Tetap, Pengeluaran Setelah Perolehan Aset Tetap, Penyajian Aset Tetap,
Prinsip Akuntansi Berterima Umum.

i
ABSTRACT

ANALYSIS OF APPLICATION OF FIXED ASSETS ACCOUNTING IN PT


NAGAMAS MITRA USAHA
By
AMALIA HASIBUAN
185310682
This study aims to determine whether the application of fixed asset
accounting of PT Nagamas Mitra Usaha is in accordance with Generally
Accepted Accounting Principles. The discussion in this study is about how PT
Nagamas Mitra Usaha in determining the cost of fixed assets, depreciation of
fixed assets, expenses after the acquisition of fixed assets, and the presentation of
fixed assets in the financial statements. The research method used in this study is
descriptive analysis where the data that has been obtained are analyzed and then
compared with theories related to the problem to draw conclusions and
suggestions. The results showed that PT Nagamas Mitra Usaha in the application
of fixed asset accounting is still not in accordance with Generally Accepted
Accounting Principles.
Keywords: Fixed Assets, Determination of the Acquisition Price of Fixed Assets,
Depreciation of Fixed Assets, Expenditures After Acquisition of Fixed Assets,
Presentation of Fixed Assets, Generally Accepted Accounting Principles.

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Akuntansi merupakan salah satu sistem yang menghasilkan suatu

informasi berupa laporan kepada pemakai untuk pembuatan keputusan mengenai

kondisi suatu perusahaan. Dengan kata lain, akuntansi memberikan informasi

mengenai gambaran keuangan suatu perusahaan. Salah satu komponen akuntansi

yang sangat berpengaruh dalam menghasilkan laporan keuangan ialah aset. Aset

adalah suatu sumber daya yang dimiliki oleh suatu perusahaan yang memberikan

manfaat untuk kegiatan operasional perusahaan. Aset yang bersifat tahan lama

yang digunakan untuk operasi sehari-hari perusahaan biasa disebut dengan aset

tetap.

Menurut PSAK 16, aset tetap adalah aset berwujud yang dimiliki dan

digunakan dalam produksi atau penyediaan barang dan jasa, untuk direntalkan

kepada pihak lain atau untuk tujuan administratif dan diharapkan untuk digunakan

selama lebih dari satu periode. Dengan demikian, agar dapat diklasifikasikan

sebagai aset tetap, suatu aset harus memiliki karakteristik: aset tersebut digunakan

dalam operasi, aset tersebut memiliki masa (umur) manfaat yang panjang, dan aset

tersebut memiliki substansi fisik.

Aset tetap merupakan suatu komponen yang sangat penting di dalam suatu

perusahaan karena memerlukan dana yang cukup besar serta digunakan dalam

jangka waktu yang lama. Untuk itu, aset tetap harus mendapat perhatian khusus

serta segala perlakuan akuntansi terhadap aset tetap harus sesuai dengan

1
2

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan. PSAK merupakan suatu konsep dasar

yang menjadi pedoman dalam membuat laporan keuangan perusahaan.

Akuntansi aset tetap meliputi penentuan harga perolehan, pengeluaran

setelah perolehan, penyusutan, penghentian serta penyajian di dalam laporan

keuangan. Biaya perolehan aset tetap meliputi seluruh biaya yang dikeluarkan

untuk mendapatkan aset tersebut. Aset tetap akan dilaporkan dalam neraca tidak

hanya sebesar harga belinya, tetapi termasuk semua biaya yang dikeluarkan

sampai aset tetap tersebut siap untuk digunakan. Aset tetap dapat diperoleh

melalui pembelian tunai, pembelian kredit, sewa guna usaha, pertukaran aset

tetap, penerbitan sekuritas, konstruksi (bangun) sendiri, serta diperoleh dari

sumbangan.

Selama penggunaan aset tetap tentu akan terdapat pengeluaran-

pengeluaran sehubungan dengan pemeliharaan dan perawatan aset tetap, agar

terus memberikan manfaat yang berkelanjutan. Pengeluaran-pengeluaran setelah

perolehan aset tetap dapat dikategorikan menjadi pengeluaran modal (capital

expenditure) dan pengeluaran pendapatan (revenue expenditure). Pengeluaran

modal (capital expenditure) yaitu pengeluaran yang berhubungan dengan

kepemilikan dan pemakaian suatu aset tetap yang memiliki manfaat lebih dari satu

periode akuntansi. Sedangkan pengeluaran pendapatan (revenue expenditure)

yaitu meliputi pengeluaran-pengeluaran terkait dengan kepemilikan dan

pemakaian aset tetap yang memberikan manfaat dalam satu periode akuntansi atau

kurang.
3

Aset tetap kecuali tanah yang telah digunakan tentunya akan mengalami

penyusutan atau penurunan nilai. Penyusutan umumnya terjadi ketika masa

manfaat dan potensi aset tetap yang dimiliki semakin berkurang. Penyusutan

dihitung secara sistematis selama masa manfaat aset tersebut. Terdapat beberapa

metode dalam menentukan nilai penyusutan suatu aset tetap, beberapa metode

tersebut antara lain: metode garis lurus, metode unit produksi, metode jumlah

angka tahun dan sebagainya. Metode apapun yang dipilih oleh perusahaan harus

dapat diterapkan secara konsisten dari periode ke periode.

Aset tetap yang dimiliki perusahaan dapat dihentikan penggunaannya.

Penghentian aset tetap bisa diartikan dengan tidak ada lagi manfaat lanjutan yang

dapat diberikan oleh aset tersebut. Aset tetap yang tidak lagi berguna oleh

perusahaan dapat dibuang ataupun dijual.

Dalam penyajian aset tetap di laporan keuangan, aset tetap disajikan

sebesar harga perolehannya, begitu juga dengan penyusutan. Aset tetap dapat

ditampilkan dalam nilai buku (biaya dikurangi akumulasi penyusutan), yang juga

dapat dijelaskan sebagai nilai bersih. Jika ada banyak golongan aset tetap, jumlah

tunggal dapat disajikan di neraca, didukung oleh catatan dengan daftar terpisah.

PT Nagamas Mitra Usaha merupakan perusahaan kontraktor yang

bergerak dibidang jasa konstruksi jalan dan jembatan. Dalam kegiatan operasinya,

perusahaan menggunakan aset tetap. Aset tetap yang dimiliki oleh perusahaan

seperti tanah, bangunan, kendaraan, alat berat, peralatan, serta inventaris kantor.

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan bagian accounting, penulis

menemukan fenomena dimana sehubungan dengan perlakuan aset tetap dalam


4

penentuan harga perolehan. Pada tanggal 16 Oktober 2018 perusahaan membeli

mesin AMP seharga Rp 1.800.000.000,- (Lampiran 3) mesin tersebut dipasang

oleh karyawan perusahaan hingga siap untuk digunakan, perusahaan tidak

mengkapitalisasi upah pemasangan mesin AMP ke dalam harga perolehan AMP

sebesar Rp 28.000.000,- namun membebankan kedalam biaya gaji pada laporan

laba rugi tahun 2018. Dan pada tanggal 16 Januari 2020 perusahaan juga membeli

dump truck seharga Rp 380.000.000,- (Lampiran 4). Dalam pembelian dump truck

tersebut, perusahaan juga mengeluarkan biaya pengiriman dari Pekanbaru ke

Rengat dengan biaya sebesar Rp 5.500.000,- (Lampiran 4 dan 5). Biaya

pengiriman tersebut tidak dimasukkan perusahaan ke dalam harga perolehan

dump truck tetapi dibebankan sebagai biaya mobilisasi pada laporan laba rugi

tahun 2020.

Dalam menghitung besarnya beban penyusutan, perusahaan menggunakan

metode garis lurus dengan menggunakan tarif penyusutan. Tetapi dalam

penerapannya, terdapat beberapa transaksi yang tidak memperhatikan tanggal

perolehan aset tetap. Pada tanggal 16 Oktober 2018 perusahaan melakukan

pembelian AMP seharga Rp 1.800.000.000,- Perusahaan mencatat beban

penyusutan sebesar Rp 56.250.000 dimana besarnya penyusutan tersebut terhitung

3 bulan (Lampiran 3). Dan pada tanggal 16 Januari 2020 perusahaan membeli

dump truck seharga Rp 380.000.000,- Perusahaan mencatat beban penyusutan

untuk satu tahun penuh meskipun penggunaannya belum mencapai satu tahun

yaitu sebesar Rp 95.000.000,- (Lampiran 3).


5

Dalam kebijakan perusahaan terhadap pengeluaran setelah perolehan,

perusahaan tidak membedakan antara pengeluaran modal dengan pengeluaran

pendapatan. Oleh perusahaan semua pengeluaran setelah perolehan aset tetap

dikategorikan sebagai pengeluaran pendapatan. Pada tanggal 12 Juni 2020

perusahaan melakukan pembelian spare part untuk loader seharga Rp 25.960.000,-

(Lampiran 4 dan 5). Pengeluaran tersebut dapat menambah nilai manfaat dari aset

tetap tetapi perusahaan menyajikan pengeluaran tersebut ke dalam laporan laba

rugi sebagai biaya spare part untuk loader.

Pada penyajian aset tetap di neraca, perusahaan tidak merincikan setiap

golongan akumulasi penyusutan aset tetap (Lampiran 2) dan perusahaan masih

menggabungkan harga perolehan tanah ke dalam bangunan dan hanya dicatat

sebagai akun bangunan saja sebesar Rp 265.000.000,- (Lampiran 3). Berdasarkan

fenomena tersebut, penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul Analisis

Penerapan Akuntansi Aset Tetap pada PT Nagamas Mitra Usaha.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka perumusan

masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Apakah penerapan akuntansi

aset tetap pada PT Nagamas Mitra Usaha telah sesuai dengan Prinsip Akuntansi

Berterima Umum ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan dilakukannya

penelitian ini adalah untuk mengetahui kesesuaian penerapan akuntansi aset tetap

pada PT Nagamas Mitra Usaha dengan Prinsip Akuntansi Berterima Umum.


6

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu dan

wawasan mengenai pencatatan aset tetap yang sesuai dengan Prinsip

Akuntansi Berterima Umum.

2. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai

informasi dan masukan terhadap perusahaan dan juga dapat dijadikan

bahan pertimbangan dalam pengelolaan aset tetap sehingga dapat

memperbaiki pencatatan aset tetap dimasa yang akan datang.

3. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan

tambahan informasi dan bahan referensi bagi penelitian yang akan

datang.

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini terdiri dari lima bab yaitu:

BAB I : PENDAHULUAN

Merupakan Bab pendahuluan yang mengemukakan mengenai

latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB II : TELAAH PUSTAKA DAN HIPOTESIS

Merupakan Bab yang berisikan landasan teoritis yaitu pengertian

akuntansi, pengertian aset, pengertian aset tetap, karakteristik aset

tetap, klasifikasi aset tetap, pengakuan aset tetap, perolehan aset

tetap, penyusutan aset tetap, pengeluaran setelah perolehan aset


7

tetap, penghentian aset tetap serta penyajian aset tetap dalam

laporan keuangan.

BAB III : METODE PENELITIAN

Merupakan Bab yang berisikan Desain Penelitian, Lokasi

Penelitian, Jenis dan Sumber Data, Teknik Pengumpulan Data,

serta Teknik Analisis Data.

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Merupakan Bab yang berisikan pembahasan mengenai hasil

penelitian yang dilakukan serta analisis dari penerapan akuntansi

aset tetap pada PT Nagamas Mitra Usaha yang meliputi

pengakuan harga perolehan aset tetap, penyusutan aset tetap,

pengeluaran setelah perolehan aset tetap serta penyajian aset tetap

dalam laporan keuangan.

BAB V : SIMPULAN DAN SARAN

Merupakan Bab yang berisikan simpulan dan saran yang dapat

diberikan untuk perbaikan dimasa yang akan datang.


BAB II

TELAAH PUSTAKA DAN HIPOTESIS

2.1 Telaah Pustaka

2.1.1 Pengertian Akuntansi

Samryn (2015:3) menyatakan definisi akuntansi adalah sebagai berikut:

Akuntasi adalah suatu sistem informasi yang digunakan untuk mengubah


data dari transaksi menjadi informasi keuangan. Proses akuntansi meliputi
kegiatan mengidentifikasi, mencatat, dan menafsirkan, mengomunikasikan
peristiwa ekonomi dari sebuah organisasi kepada pemakai informasinya.

Hanafi (2018:4) menyatakan bahwa: “akuntansi didefinisikan sebagai


proses pengidentifikasi, pengukuran, pencatatan, dan pengkomunikasian
informasi ekonomi yang dipakai dalam penilaian dan pengambilan keputusan oleh
pemakai informasi tersebut.”

Kieso (2018:3) menyatakan bahwa: “akuntansi adalah suatu peristiwa


ekonomi yang memberikan kepada pihak yang berkepentingan setelah
melaksanakan tiga hal kegiatan dasar yang berupa mengidentifikasi, mencatat, dan
mengomunikasi”.

Sedangkan menurut Harrison (2012:3): “akuntansi merupakan suatu


sistem informasi yang mengukur aktivitas bisnis, memproses data menjadi
laporan, dan mengkomunikasikan hasilnya kepada pengambil keputusan.”

Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa definisi

akuntansi adalah suatu proses mengumpulkan, mengidentifikasi, mencatat,

menggolongkan atau mengklasifikasikan serta menyajikan informasi ekonomi

untuk memberikan gambaran mengenai kondisi suatu perusahaan.

8
9

2.1.2 Pengertian Aset

Setiap perusahaan menginvestasikan sebagian besar modalnya dalam

bentuk aset yang akan digunakan untuk menjalankan aktivitas operasionalnya.

Aset (assets) adalah sumber daya yang dimiliki oleh entitas bisnis. Sumber daya

tersebut dapat berupa benda yang mempunyai wujud fisik, seperti kas dan bahan

habis pakai, atau benda yang tidak berwujud tapi memiliki nilai, seperti hak paten,

hak cipta, dan merek dagang. Beberapa contoh aset meliputi piutang, beban

dibayar di muka (seperti asuransi), gedung, peralatan, dan tanah (Warren, 2017).

Menurut Iyoyo (2014:19): “harta (Assets) adalah semua hak milik


(kekayaan) perusahaan, baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud, yang
dapat dinilai dengan uang”.

Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa definisi aset

adalah suatu sumber daya yang dimiliki oleh suatu perusahaan yang memberikan

manfaat untuk kegiatan operasional perusahaan.

2.1.3 Pengertian Aset Tetap

Definisi aset tetap menurut PSAK 16 adalah aset berwujud yang dimiliki

untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk

direntalkan kepada pihak lain, atau untuk administratif; dan diharapkan untuk

digunakan selama lebih dari satu periode.

Menurut Mulyadi (2016:497): “aset tetap adalah aset perusahaan yang


memiliki wujud, mempunyai manfaat ekonomis lebih dari satu tahun, dan
diperoleh perusahaan untuk melaksanakan kegiatan perusahaan, bukan untuk
dijual kembali”.
10

Menurut Warren (2017:486): “aset tetap (fixed asset) adalah aset yang
bersifat jangka panjang atau secara relatif memiliki sifat permanen seperti
peralatan, mesin, gedung, dan tanah”.

Menurut Kieso (2018:631) aset tetap didefinisikan sebagai:

Aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam kegiatan produksi


atau penyediaan barang dan jasa, untuk disewakan kepada orang lain, atau
untuk tujuan administratif; aset-aset tersebut diharapkan dapat digunakan
selama lebih dari satu periode. Aset tetap termasuk tanah, struktur
bangunan (kantor, pabrik, gudang), dan peralatan (mesin, furnitur, dan
alat).

Purwaji (2016:185) menyatakan bahwa:

Aset tetap adalah aset berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai
atau dibangun terlebih dahulu, digunakan dalam operasional perusahaan,
dan tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal
perusahaan serta memiliki masa manfaat lebih dari satu tahun.

Dalam Lam (2014:46) menyatakan bahwa :

Aset tetap (property, plant and equipment) adalah aset berwujud yang
dimiliki untuk digunakan dalam proses produksi atau penyediaan barang
atau jasa; untuk penyewaan pada pihak lain; atau untuk tujuan-tujuan
administratif; dan diperkirakan akan digunakan selama lebih dari satu
periode (IAS 16.6).

Sedangkan Iyoyo (2014:20) menyatakan bahwa :

Harta tetap (fixed assets) adalah harta berwujud yang dipergunakan dalam
operasi perusahaan yang mempunyai umur ekonomis lebih dari satu tahun
atau yang bukan merupakan barang dagangan yang akan dijual.

Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa definisi aset tetap

adalah suatu sumber daya yang dimiliki perusahaan, memiliki wujud secara fisik,
11

digunakan dalam menunjang kegiatan suatu perusahaan, dan dapat dipakai lebih

dari satu periode akuntansi serta tidak untuk dijual.

2.1.4 Karakteristik Aset Tetap

Menurut Samryn (2015:162), aktiva tetap merupakan komponen aktiva


perusahaan yang memenuhi semua kriteria sebagai berikut:

1. Mempunyai masa manfaat, atau umur ekonomis lebih dari satu tahun.
2. Dimiliki dengan tujuan untuk digunakan dalam membantu aktivitas
perusahaan. Dalam pengertian dimiliki bukan untuk dijual atau digunakan
sebagai bahan untuk melengkapi produk.
3. Fisik barangnya dapat dilihat dan diraba, sehingga bisa juga disebut aktiva
tetap berwujud. Aktiva yang tidak memenuhi kriteria ini disebut aktiva
tetap tidak berwujud.
4. Biasanya mempunyai nilai perolehan yang relatif besar.

Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa karakteristik yang

harus dipenuhi oleh suatu aset yang akan digolongkan sebagai aset tetap adalah

sebagai berikut :

1. Memiliki wujud fisik.

2. Dimiliki suatu perusahaan.

3. Digunakan dalam operasi suatu perusahaan.

4. Digunakan lebih dari satu periode akuntansi atau memiliki umur manfaat

yang panjang.

5. Tidak untuk dijual kembali.


12

2.1.5 Klasifikasi Aset Tetap

Dalam PSAK 16 Revisi (IAI, 2015:16) klasifikasi aset tetap menurut


kelasnya dimana suatu kelas aset tetap adalah pengelompokkan aset yang
memiliki sifat dan kegunaan yang serupa dalam operasi entitas. Berikut adalah
contoh dari kelas tersendiri:

a. tanah;
b. tanah dan bangunan;
c. mesin;
d. kapal;
e. pesawat udara;
f. kendaraan bermotor;
g. perabotan; dan
h. peralatan kantor.

Menurut Mulyadi (2016:502), golongan aset tetap meliputi:

1. Tanah dan perbaikan tanah (land and land improvement)


2. Gedung dan perbaikan gedung (building and building improvement)
3. Mesin dan peralatan pabrik
4. Mesin dan peralatan kantor
5. Mebel
6. Kendaraan darat
7. Kendaraan air
8. Kendaraan udara
9. Aset tetap lain

Sedangkan menurut Harahap (2012:76), aset tetap dapat dikelompokkan


dalam berbagai sudut antara lain :

a. Sudut substansi, aset tetap dapat dibagi:


1. Tangible Assets atau aset berwujud seperti lahan, mesin, gedung, dan
peralatan.
13

2. Intangible Assets atau aset yang tidak berwujud seperti Goodwill, Patent,
Copyright, Hak Cipta, Franchise dan lain-lain.
b. Sudut disusutkan atau tidak:
1. Depreciated Plant Assets yaitu aset tetap yang disusutkan sepeti Building
(Bangunan), Equipment (Peralatan), Machinary (Mesin), Inventaris, Jalan
dan lain-lain.
2. Undepreciated Plant Assets yaitu aset yang tidak dapat disusutkan, seperti
Land (Tanah).
c. Aset Tetap Berdasarkan Jenisnya
1. Bangunan, gedung yang berdiri pencatatannya dipisah dari lahan yang
menjadi lokasinya.
2. Lahan, sebidang tanah kosong ataupun sudah ada bangunannya,
pencatatannya dipisah dengan bangunan.
3. Mesin, didalamnya termasuk peralatan yang menjadi komponen/bagian
dari mesin.
4. Kendaraan, semua jenis kendaraan seperti kendaraan bermotor, alat
pengangkut dan yang lainnya
5. Perabot, semua yang merupakan isi dari gedung. Misalnya perabotan
kantor, perabotan pabrik
6. Inventaris, peralatan yang digunakan seperti inventaris gudang, inventaris
kantor dan yang lainnya.
7. Prasarana, seperti jalan akses, pagar, jembatan dan lain sebagainya.

2.1.6 Pengakuan Aset Tetap

PSAK 16 menyatakan bahwa aset tetap harus diakui jika dan hanya jika
(paragraf 7):
a. besar kemungkinan manfaat ekonomis yang berhubungan dengan aset
tersebut akan mengalir ke perusahaan; dan
b. biaya perolehan aset dapat diukur secara andal.
Suku cadang, peralatan siap pakai dan peralatan pemeliharaan diakui
sesuai dengan pernyataan ini ketika memenuhi definisi dari aset tetap. Namun jika
14

tidak, maka suku cadang peralatan siap pakai dan peralatan pemeliharaan
diklasifikasikan sebagai persediaan.
Sedangkan menurut Lam (2014:48), untuk mengakui aset tetap pada
neraca, kriteria pengakuan umum sesuai standar akuntansi harus dipenuhi. Sebuah
entitas diharuskan untuk mengakui aset tetap sebagai aset jika:
1. Kemungkinan terdapat keuntungan ekonomis masa depan yang terkait
dengan item tersebut yang akan mengalir ke entitas.
2. Biaya perolehannya dapat diukur secara andal (IAS 16.7).

Pengeluaran yang tidak memenuhi kriteria pengakuan di atas dibebankan


pada laporan laba rugi. Sebagai contoh: suka cadang dan peralatan servis tidak
diakui sebagai aset tetap, tapi sering diakui sebagai persediaan. Keduanya diakui
dalam laporan laba rugi seperti pada saat digunakan. Sebagian besar suku cadang
dan peralatan yang siap untuk digunakan lebih dari satu periode dapat diakui
sebagai aset tetap. Dan pengeluaran untuk melakukan servis sehari-hari atas aset
tetap dideskripsikan sebagai “perbaikan dan pemeliharaan” dan dibebankan pada
laporan laba rugi pada saat terjadinya.

2.1.7 Perolehan Aset Tetap

PSAK 16 menyatakan bahwa biaya perolehan awal aset tetap meliputi


(paragraf 16):

a. harga perolehannya;
b. biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk membawa aset
tersebut ke lokasi dan kondisi yang diinginkan agar aset siap digunakan
sesuai dengan keinginan dan maksud manajemen;
c. estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan aset tetap serta
restorasi lokasi aset; liabilitas atas biaya tersebut timbul ketika aset
diperoleh.

Harga perolehan aset tetap meliputi harga beli dan semua biaya yang
menjadi tanggungan perusahaan sampai aset yang bersangkutan siap untuk
digunakan. Cara perolehan aset tetap dapat berupa pembelian tunai, pembelian
15

kredit, pembelian dengan sistem angsuran, pembelian dengan sistem tukar tambah
dan aset tetap juga dapat diperoleh dengan leasing. Harga perolehan meliputi
harga kontrak ditambah pengangkutan, perakitan, instalasi, dan biaya-biaya
pengujian (Samryn, 2015).

Purwaji (2016:190), menyatakan ada beberapa cara perolehan aset tetap

yang mempengaruhi biaya perolehan. Cara tersebut yakni :

1. Pembelian Tunai

Aset tetap diperoleh dengan cara pembelian secara tunai terdiri atas harga

faktur tambahan dengan biaya-biaya yang berhubungan dengan perolehan aset

tetap tersebut. Apabila dalam pembelian tunai terdapat potongan, itu akan menjadi

pengurang terhadap biaya perolehan.

Jurnal untuk pembelian secara tunai:

Aset Tetap xxx

Kas xxx

2. Pembelian Kredit (Utang Wesel)

Pembelian aset tetap dapat diperoleh secara kredit, biasanya dengan

menandatangani wesel bayar (utang wesel) aset tetap yang diperoleh melalui

pembelian kredit, biaya perolehannya akan diakui sebesar biaya perolehan tunai.

Apabila terdapat selisih antara biaya perolehan tunai dan perolehan secara kredit,

maka selisih tersebut akan diakui sebagai beban bunga selama periode (kecuali

beban bunga tersebut dikapitalisasi sesuai PSAK 26: Biaya Pinjaman).

Jurnal untuk pembelian secara kredit:


16

Aset Tetap xxx

Utang xxx

3. Pembelian Gabungan (Lump-Sum)

Ada kalanya aset tetap diperoleh melalui pembelian secara paket atau

gabungan, pembelian beberapa aset tetap secara bersamaan dengan satu transaksi.

Pembelian secara paket biasanya dilakukan perusahaan karena alasan harganya

lebih murah apabila dibandingkan dengan membeli secara terpisah. Pada

dasarnya, perusahaan harus memisahkan dan menentukan biaya perolehan untuk

masing-masing aset tetap tersebut karena setiap aset tetap memiliki karakteristik

yang berbeda-beda. Apabila pembelian aset tetap dilakukan secara gabungan

(lump-sum), misalnya pembelian tanah, bangunan dan peralatan secara bersamaan,

biaya perolehan dialokasikan berdasarkan nilai atau harga wajar dari masing-

masing aset tersebut.

Jurnal untuk pembelian secara gabungan:

Aset 1 xxx

Aset 2 xxx

Aset 3 xxx

Kas xxx

4. Donasi (Hadiah)

Perolehan aset tetap dapat berasal dari sumbangan atau donasi seperti

menerima sumbangan dari lembaga pemerintahan atau lembaga-lembaga swadaya


17

masyarakat lainnya. Apabila perusahaan menerima hadiah meskipun tidak

mengorbankan sumber daya, aset tetap tersebut dinilai berdasarkan harga pasar

wajar (nilai wajar).

Jurnal untuk pendapatan aset tetap secara donasi:

Aset Tetap xxx

Pendapatan sumbangan xxx

Pendapatan sumbangan – tangguhan xxx

5. Membangun (konstruksi) sendiri

Perusahaan memperoleh aset tetapnya bukan dengan membeli (tunai atau

kredit) dari pihak ketiga, melainkan dengan cara membangunnya sendiri (misal,

gedung). Hal tersebut dilakukan untuk menghemat biaya, mendapatkan kualitas

yang lebih baik, memanfaatkan fasilitas yang tidak terpakai, dan sebagainya.

Biaya perolehan aset tetap dengan cara membangun sendiri mencakup seluruh

biaya pembangunan. Contoh biaya tersebut yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga

kerja, biaya-biaya tidak langsung lainnya. Demikian juga, beban bunga atas dana

pinjaman yang digunakan selama masa konstruksi harus dikapitalisasi ke dalam

biaya perolehan aset tetap.

Jurnal untuk aset tetap yang didapat secara membangun sendiri:

a. Pengeluaran-pengeluaran selama pembangunan aset tetap

Aset dalam pengerjaan xxx

Kas xxx
18

b. Aset tetap selesai dibangun

Aset tetap xxx

Aset tetap dalam pengerjaan xxx

6. Pertukaran aset tetap

Aset tetap mungkin saja diperoleh dalam pertukaran dengan aset moneter

atau aset nonmoneter atau kombinasi aset moneter dan nonmoneter. Pembahasan

berikut mengacu pada pertukaran suatu aset non moneter dengan aset nonmoneter

lainnya. Biaya pertukaran aset tetap tersebut diukur pada nilai wajar (aset yang

diterima atau aset yang diserahkan), kecuali:

a. Transkasi pertukaran tidak memiliki substansi komersial,

b. Nilai wajar aset yang diterima dan aset yang diserahkan tidak dapat diukur

secara andal.

Jika aset yang diperoleh tidak dapat diukur pada nilai wajar, maka biaya

perolehannya diukur pada jumlah tercatat aset yang diserahkan.

Jurnal untuk perolehan aset tetap melalui pertukaran:

a. Apabila pertukaran tersebut perusahaan mengalami laba/untung

Aset tetap (baru) xxx

Akumulasi penyusutan aset tetap xxx

Kas xxx

Aset tetap (lama) xxx

Laba pertukaran aset xxx

b. Apabila pertukaran tersebut perusahaan mengalami rugi


19

Aset tetap (baru) xxx

Akumulasi penyusutan aset tetap xxx

Rugi pertukaran aset tetap xxx

Kas xxx

Aset tetap (lama) xxx

2.1.8 Penyusutan Aset Tetap

Seluruh aset tetap kecuali tanah memiliki masa manfaat (kemampuan)

yang terbatas dalam mendukung kegiatan operasional perusahaan. Ada beberapa

faktor yang mempengaruhi menurunnya masa manfaat suatu aset tetap yaitu

pemakaian, keusangan, tidak seimbangnya antara kapasitas yang tersedia dengan

yang diminta dan keterbelakangan teknologi.

Definisi penyusutan menurut PSAK 17 adalah alokasi jumlah suatu aktiva


yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang diestimasi. Penyusutan untuk
periode akuntansi dibebankan ke pendapatan baik secara langsung maupun tidak
langsung.

PSAK 17 menyatakan aktiva yang dapat disusutkan adalah aktiva yang:

a. diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode akuntansi,


dan
b. memiliki suatu manfaat yang terbatas, dan
c. ditahan oleh suatu perusahaan untuk digunakan dalam produksi atau
memasok barang dan jasa, untuk disewakan atau untuk tujuan
administrasi.

Penyusutan merupakan istilah yang dapat ditemukan sehari-hari

sehubungan dengan penurunan nilai, manfaat, atau volume dari suatu aset atau
20

kekayaan yang dimiliki. Menurut Samryn (2015:185), penyusutan aktiva tetap

merupakan proses alokasi harga perolehan aktiva tetap selama taksiran umur

ekonomis aktiva yang bersangkutan. Bagian penyusutan yang diperhitungkan

untuk satu periode waktu tertentu, misalnya 1 bulan atau 1 tahun diberi nama

biaya penyusutan. Biaya tersebut tidak menimbulkan pengeluaran kas.

Sedangkan menurut Hery (2016:168), penyusutan adalah alokasi secara

periodik dan sistematis dari harga perolehan aset selama periode-periode berbeda

yang memperoleh manfaat dari penggunaan aset bersangkutan.

Kumpulan biaya-biaya penyusutan selama masa pemakaian aktiva tetap

disebut akumulasi penyusutan aktiva tetap. Rekening tersebut disajikan sebagai

pengurang harga perolehan aktiva tetap dalam neraca. Umur ekonomis (service

life) dari suatu aktiva merupakan ukuran satuan jasa yang diharapkan perusahaan

dari aktiva sebelum ditarik dari pemakaian normal. Umur aktiva dapat dibatasi

oleh faktor keusangan fisik atau penurunan fungsi. Nilai residu merupakan jumlah

bersih yang diharapkan dapat diperoleh perusahaan dari penarikan suatu aktiva

pada akhir umur pemakaiannya (Samryn, 2015).

Menurut Warren (2017:492), ada tiga metode yang sering digunakan untuk
menghitung beban penyusutan sebagai berikut:

1. Metode Garis Lurus (straight-line-method)

Metode garis lurus (straight-line-method) menghasilkan jumlah beban


penyusutan yang sama untuk setiap tahun selama masa manfaat aset. Untuk
menghitung besarnya biaya penyusutan secara periodik, dilakukan dengan cara
membagi nilai dasar penyusutan dengan taksiran umur (masa) ekonomis aset
tetap.
21

Metode garis lurus menghasilkan pembebanan yang tetap selama umur


manfaat aset jika nilai residunya tidak berubah. Beban penyusutan dibagi sama
rata selama masa manfaat aset yang bersangkutan, setelah dikurangi dengan
estimasi nilai residu yang wajar sehingga jumlah penyusutan tiap tahun dihitung
sebagai berikut :

Biaya Perolehan−Nilai Residu


Penyusutan Tahunan=
Umur Manfaat

2. Metode Unit Produksi (units-of-production method)


Metode ini menghasilkan jumlah beban penyusutan yang sama untuk
setiap unit yang diproduksi atau setiap unit kapasitas yang digunakan oleh aset.
Tergantung dari jenis asetnya, metode ini dapat dinyatakan dalam jam, mil, atau
jumlah kuantitas produksi. Metode unit produksi ini diaplikasikan dalam dua
tahap.
Tahap 1. Menentukan penyusutan per unit:
Biaya−Nilai Residu
Penyusutan per Unit=
Total Unit Produksi
Tahap 2. Menghitung beban penyusutan:

Beban penyusutan = Penyusutan per Unit × Total Unit Produksi yang Digunakan

3. Metode Saldo Menurun Ganda (double-declining-balance-method)


Dalam penerapan metode menurun ganda (double declining balance
method), penyusutan tiap tahun penggunaan aset tetap ditentukan berdasarkan
persentase tertentu yang dihitung dari harga buku pada tahun yang bersangkutan.
Persentase penyusutan ditetapkan sebesar dua kali persentase penyusutan menurut
metode garis lurus.
Metode saldo menurun ganda menghasilkan beban periodik yang semakin
menurun selama estimasi masa manfaat aset, diaplikasikan dalam tiga tahap :
Tahap 1 : menentukan persentase garis lurus, menggunakan masa manfaat
yang diharapkan.
Tahap 2 : menentukan saldo menurun ganda dengan mengalikan tarif garis
lurus dari Tahap 1 dengan 2.
22

Tahap 3 : menghitung beban penyusutan dengan mengalikan tarif saldo


menurun ganda dari Tahap 2 dengan nilai buku aset.

Sedangkan menurut Samryn (2015:187), beberapa metode yang dapat


digunakan untuk mengalokasikan aktiva tetap pada laba rugi adalah:

1. Metode Garis Lurus


Metode ini merupakan cara yang paling sederhana dan mudah dipakai
karena dalam perhitungannya cukup membagikan taksiran umur aktiva
dari selisih harga perolehan dan taksiran nilai residu, atau nilai sisa. Jika
suatu aktiva ditaksir tidak mempunyai nilai residu, maka nilai penyusutan
cukup dihitung dengan membagikan taksiran umur dari harga perolehan
aktivanya.

Harga Perolehan−Nilai Residu


Biaya Penyusutan=
Taksiran Umur Ekonomis

2. Metode Saldo Menurun Ganda


Metode penyusutan ini menggunakan tarif penyusutan seperti metode
garis lurus. Perbedaannya; metode ini menggunakan nilai buku aktiva tetap
awal periode sebagai dasar penyusutannya. Nilai buku ini sama dengan
nilai buku aktiva tetap pada akhir periode sebelumnya. pada tahun pertama
nilai buku sama dengan harga perolehan. Perbedaan kedua, tarif
penyusutannya merupakan kelipatan dua dari tarif penyusutan garis lurus.
Karena penyusutan didasarkan pada nilai buku, maka biaya penyusutannya
secara periodik menurun sekaligus tarifnya tetap. Karena dalam metode ini
penyusutan didasarkan pada nilai buku, maka nilai buku aktiva tetap tidak
pernah habis.
Misalnya aktiva tetap ditaksir berumur 5 tahun dengan tarif
penyusutan garis lurus 20% per tahun. Jika menggunakan metode saldo
menurun ganda, maka tarif penyusutan menjadi 20% × 2 = 40%.

Penyusutan=Nilai buku awal periode ×Tarif Penyusutan


23

3. Metode Jumlah Angka Tahun


Metode ini juga merupakan metode penyusutan dipercepat.
Karakteristiknya dapat dilihat dalam hasil perhitungannya yang
menunjukkan nilai penyusutan yang jauh lebih besar pada tahun-tahun
pertama periode penyusutan dan angkanya menurun sejalan dengan umur
aktiva. Asumsinya, aktiva tetap yang baru dianggap lebih produktif
sehingga layak dibebani penyusutan yang lebih besar. Biaya penyusutan
dengan metode jumlah angka tahun dapat dihitung dengan menggunakan
formula:

Faktor Jumlah
Beban Penyusutan=Dasar Penyusutan ×
Angka Tahun

4. Metode Unit Produksi


Metode ini digunakan untuk aktiva tetap yang digunakan dalam proses
produksi, penyusutannya dapat dihitung berdasarkan estimasi volume
produksi yang dihasilkan. Metode penyusutan ini lebih realistis karena
lebih menggambarkan hubungan korelatif antara input dan output, maka
pada periode itu akan dibebani biaya penyusutan yang lebih besar. Pada
periode lain di mana volume output lebih kecil, maka pada periode
tersebut akan dibebani biaya penyusutan yang juga relatif lebih kecil.
Proporsi Output
Beban Penyusutan=Dasar Penyusutan ×
Total output
5. Metode Gabungan
Jika perusahaan memiliki banyak nama aktiva tetap dengan nilai yang
relatif tidak signifikan, maka perhitungan biaya penyusutan per item aktiva
tetap menjadi tidak praktis. Sebagai alternatif perusahaan dapat
menggabungkan semua kativa tersebut dalam satu kelompok dan
menghitung penyusutannya sekaligus.

2.1.9 Pengeluaran Setelah Perolehan Aset Tetap

Purwaji (2016:199), menyatakan selama pemakaian aset tetap dalam


operasional, perusahaan sering melakukan pengeluaran-pengeluaran yang
24

berhubungan dengan penggunaan aset tetap tersebut. Pengeluaran-pengeluaran


tersebut dapat bersifat pengeluaran sehari-hari (cost of day-to day servicing)
maupun pengeluaran yang memberikan manfaat ekonomi di masa yang akan
datang. Pengeluaran-pengeluaran tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua,
yaitu:

a. Pengeluaran modal (capital expenditure) yaitu pengeluaran yang


berhubungan dengan kepemilikan dan pemakaian suatu aset tetap yang
memiliki manfaat lebih dari satu periode akuntansi.
b. Pengeluaran pendapatan (revenue expenditure) yaitu meliputi
pengeluaran-pengeluaran terkait dengan kepemilikan dan pemakaian aset
tetap yang memberikan manfaat dalam satu periode akuntansi atau kurang.

Kieso (2018:655), menyatakan bahwa perusahaan mengakui biaya setelah


perolehan sebagai aset bila biaya tersebut dapat diukur secara andal dan besar
kemungkinan bahwa perusahaan akan mendapatkan manfaat ekonomik di masa
depan. Bukti dari manfaat ekonomik masa depan mencakup peningkatan (1) umur
manfaat, (2) kuantitas produk yang dihasilkan, dan (3) kualitas produk yang
dihasilkan. Empat jenis pengeluaran utama:

Jenis Pengeluaran Perlakuan Akuntansi Normal


Penambahan Mengapitalisasi biaya penambahan pada akun
aset.
Perbaikan dan penggantian 1. Menghapus biaya perolehan dan
akumulasi penyusutan aset tua,
2. Mengakui keuntungan atau kerugian,
3. Mengapitalisasi biaya perbaikan atau
penggantian.
Pengaturan ulang dan Membebankan biaya pengaturan ulang dan
reorganisasi reorganisasi sebagai beban.
Perbaikan kembali a. Biasa: membebankan biaya perbaikan
pada saat terjadinya.
25

b. Besar: menghapus biaya perolehan


dan akumulasi penyusutan aset tua,
mengakui keuntungan atau kerugian,
mengapitalisasi biaya perbaikan besar.

2.1.10 Penghentian Aset Tetap

Aset tetap dalam jangka waktu yang lama tentu akan mengalami

kerusakan, keusangan, ataupun ketertinggalan teknologi sehingga tidak dapat

digunakan lagi oleh perusahaan. Aset tetap yang tidak lagi memberikan manfaat

dapat dibuang dan dijual. Aset tetap tidak boleh dihapus dari akun hanya karena

aset tersebut sudah habis disusutkan. Saat aset tetap tersebut dihentikan

penggunaannya, semua rekening yang berhubungan dengan aset tetap tersebut

harus dihapuskan setelah adanya pertimbangan-pertimbangan yang telah

dilakukan oleh manajemen perusahaan (Warren, 2017). Ada beberapa cara

penghentian aset tetap:

1. Habis masa manfaatnya (dirongsokkan)

Apabila penghentian aset tetap dilakukan karena berakhir masa

manfaatnya, semua akun yang berhubungan dengan aset tetap harus

ditutup. Apabila aset tersebut masih ada nilai bukunya, nilai tersebut

diakui sebagai rugi penghentian aset tetap.

2. Penjualan aset tetap

Salah satu cara dalam penghentian aset tetap yang habis masa manfaatnya

adalah dengan dijual. Selisih antara harga jual dan nilai buku aset tetap

diakui sebagai laba atau rugi penghentian aset tetap. Nilai buku aset tetap
26

adalah selisih antara biaya perolehan aset tetap dengan akumulasi

penyusutan aset tetap.

3. Menukar aset tetap

Dapat dilakukan dengan aset yang sejenis ataupun tidak sejenis. Selisih

antara nilai tukar dan nilai buku dapat menimbulkan keuntungan atau

kerugian. Pada pertukaran sejenis, keuntungan yang diperoleh akan

dikurangkan pada harga aset yang baru. Sedangkan kerugian dibebankan

pada periode berjalan.

PSAK 16 menyatakan bahwa aset tetap dihentikan pengakuannya


(paragraf 67):

a. pada saat dilepaskan; atau


b. pada saat tidak ada manfaat ekonomis masa depan yang diharapkan dari
penggunaan atau pelepasannya.

Sedangkan menurut Lam (2014:64), beberapa cara penghentian pengakuan


aset tetap adalah sebagai berikut:

1. Penghapusan
Penghapusan suatu aset dapat terjadi dalam berbagai cara (misalnya,
melalui penjualan, melalui sewa pembiayaan atau dengan memberikan donasi).
2. Penggantian
Jika entitas mengakui biaya penggantian untuk bagian dari aset dalam nilai
tercatat suatu aset tetap, maka entitas diharuskan untuk melakukan salah satu
dari hal berikut:
a. Menghentikan pengakuan nilai tercatat komponen yang diganti
terlepas dari apakah komponen yang diganti telah disusutkan secara
terpisah; atau
b. Menggunakan biaya penggantian, yaitu komponen yang baru, sebagai
indikasi dari beberapa besarnya biaya komponen yang diganti pada
27

saat yang diakuisisi atau dikonstruksi untuk memperkirakan jumlah


yang akan diakui, jika tidak praktis bagi entitas menentukan jumlah
tercatat komponen yang diganti.

2.1.11 Penyajian Aset Tetap dalam Laporan Keuangan

Perkembangan suatu perusahaan dapat dilihat dari laporan keuangannya,

salah satu bentuk informasi yang dihasilkan dari laporan keuangan adalah neraca.

Neraca merupakan suatu daftar yang menggambarkan komposisi harta, hutang

dan modal pada suatu periode tertentu. Setiap golongan utama aset tetap harus

diungkapkan dalam neraca atau catatan atas laporan keuangan di bagian aset tidak

lancar. Akumulasi penyusutan terkait juga perlu diungkapkan, baik menurut

golongan utama atau secara total. Aset tetap dapat ditampilkan dalam nilai buku

(biaya dikurangi akumulasi penyusutan), yang juga dapat dijelaskan sebagai nilai

bersih. Jika ada banyak golongan aset tetap, jumlah tunggal dapat disajikan di

neraca, didukung oleh catatan dengan daftar terpisah. Aset tetap dapat dilaporkan

dengan judul yang lebih deskriptif.

Menurut Samryn (2015:199), akun yang berhubungan dengan akuntansi


aktiva tetap dalam laporan keuangan terdiri dari biaya penyusutan, dan biaya
pemeliharaan dalam jumlah kecil dalam laporan laba rugi. Dalam neraca terdapat
harga perolehan aktiva tetap, akumulasi penyusutan dan nilai buku aktiva tetap.
Biaya pemeliharaan aktiva tetap dalam jumlah besar dan menambah umur aktiva
tetap disajikan sebagai penambah pada harga perolehan aktiva tetap.

PSAK 16 menyatakan bahwa laporan keuangan harus mengungkapkan


untuk setiap kelas aset tetap :

a. Dasar pengukuran yang digunakan dalam menentukan jumlah tercatat


bruto;
28

b. Metode penyusutan yang digunakan;


c. Umur manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan;
d. Jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan (digabungkan dengan
akumulasi rugi penurunan nilai) pada awal dan akhir periode; dan
e. Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode menunjukkan:
i. penambahan
ii. aset yang diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual atau
termasuk dalam kelompok lepasan yang sebagai untuk dijual sesuai
dengan PSAK 58: Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan
Operasi yang Dihentikan dan pelepasan lain;
iii. perolehan melalui kombinasi bisnis;
iv. peningkatan atau penurunan akibat dari revaluasi sesuai dengan
paragraf 31, 39, dan 40 serta dari rugi penurunan nilai yang diakui
25 atau dibalik dalam penghasilan komprehensif lain sesuai dengan
PSAK 48: Penurunan Nilai Aset;
v. rugi penurunan nilai yang diakui dalam laba rugi sesuai dengan
PSAK 48;
vi. pembalikan rugi penurunan nilai dalam laba rugi sesuai dengan
PSAK 48;
vii. penyusutan;
viii. selisih kurs neto yang timbul dalam penjabaran laporan keuangan
dari mata uang fungsional menjadi mata uang pelaporan yang
berbeda, termasuk penjabaran dari kegiatan usaha luar negeri
menjadi mata uang pelaporan dari entitas pelapor; dan
ix. perubahan lain. Menurut PSAK 16 laporan keuangan juga
mengungkapkan:
a. keberadaan dan jumlah pembatasan atas hak milik dan aset tetap
yang dijaminkan untuk liabilitas;
b. jumlah pengeluaran yang diakui dalam jumlah tercatat aset tetap
yang sedang dalam konstruksi;
c. jumlah komitmen kontraktual untuk memperoleh aset tetap; dan
29

d. jumlah kompensasi dari pihak ketiga untuk aset tetap yang


mengalami penurunan nilai, atau dihentikan yang termasuk dalam
laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain.

2.2 Hipotesis

Berdasarkan latar belakang masalah dan telaah pustaka yang telah

diuraikan diatas maka dapat dikemukakan hipotesis sebagai berikut: Diduga PT

Nagamas Mitra Usaha dalam penerapan akuntansi aset tetap belum sesuai dengan

Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU).


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, yaitu melakukan kegiatan

penelitian lapangan. Metode penelitian deskriptif adalah proses pemecahan

masalah yang diselidiki dengan menjabarkan atau menggambarkan kondisi objek

penelitian pada periode tertentu berdasarkan fakta-fakta yang ada. Menurut

Sugiyono (2016:213) metode penelitian kualitatif sebagai metode penelitian yang

berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi

objek yang alamiah dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik

pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat

induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari

pada generalisasi.

3.2 Objek Penelitian

PT Nagamas Mitra Usaha berlokasi di Jalan Tuanku Tambusai Komplek

Puri Nangka Indah Blok E 4 No. 74 Pekanbaru.

3.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Data primer, yaitu data yang berupa kebijakan-kebijakan yang

diterapkan oleh perusahaan mengenai perlakuan aset tetap. Sumber

data yang diperoleh adalah melalui wawancara.

30
31

2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari sumber dengan

mengumpulkan data yang sudah ada, seperti buku, jurnal serta literatur

berkaitan dengan penelitian.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang penulis pakai dalam penelitian ini adalah

dengan cara :

1. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data yang berupa tanya jawab

secara langsung dengan pihak-pihak yang berwenang di dalam

perusahaan berhubungan dengan masalah yang diteliti.

2. Dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data melalui dokumen-

dokumen milik perusahaan berupa laporan laba rugi, neraca, daftar aset

tetap dan sebagainya.

3.5 Teknik Analisis Data

Dalam mengkaji masalah-masalah yang ditemukan dalam penelitian ini,

maka penulis menggunakan analisis deskriptif yaitu data-data yang telah

terkumpul dianalisis secara benar, kemudian dibandingkan dengan teori-teori yang

berhubungan dengan permasalah yang telah diperoleh, serta pada akhirnya

mendapatkan suatu kesimpulan.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

PT Nagamas Mitra Usaha merupakan perusahaan yang bergerak dibidang

Jasa Konstruksi Jalan dan Jembatan. Berdasarkan Akta Nomor 31 tanggal 23 Mei

2015 yang dibuat oleh Notaris Megawati, SH., M.Kn. Perseroan Terbatas ini

diberi nama “PT Nagamas Mitra Usaha” yang berkedudukan di Jalan Tuanku

Tambusai Komplek Puri Nangka Indah Blok E 4 No. 74 Pekanbaru. Perusahaan

ini dipimpin oleh Bapak Ronald Simbolon sebagai Direktur.

4.1.1 Struktur Organisasi

Setiap perusahaan memiliki struktur organisasi yang berbeda-beda, hal ini

disebabkan karena kondisi dan tujuan dari pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang

tentunya berbeda pula. Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam

kegiatan usaha, maka perlu dibentuk sebuah struktur organisasi. Struktur

organisasi merupakan suatu kerangka yang memperlihatkan sejumlah tugas,

wewenang dan tanggung jawab tentang kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuan

organisasi yang telah ditetapkan. Struktur organisasi menggambarkan wadah

kegiatan usaha penempatan orang-orang dan pengaturan hubungan kerja, oleh

karena itu, struktur organisasi sangat penting dalam setiap perusahaan. Struktur

Organisasi PT Nagamas Mitra Usaha dapat dilihat pada Lampiran 7.

32
33

4.1.2 Deskripsi Jabatan

Berdasarkan struktur organisasi perusahaan, dapat diuraikan deskripsi

jabatan dari masing-masing bagian antara lain sebagai berikut :

a. Direktur

Tanggung Jawab :

1. Terselenggaranya kegiatan operasional perusahaan.

2. Pengkoordinasian pelaksanaan kegiatan.

3. Tersediannya dana untuk kegiatan operasional perusahaan.

Wewenang :

1. Merencanakan, memimpin, mengkoordinir dan mengendalikan

seluruh kegiatan perusahaan.

2. Menyusun strategi pengembangan perusahaan.

3. Melaksanakan evaluasi terhadap seluruh kegiatan perusahaan.

4. Menyusun program kerja dan anggaran.

5. Menyusun laporan bulanan/periodik/tahunan mengenai realisasi

program kerja dan anggaran untuk dipertanggungjawabkan kepada

pemegang saham.

b. General Manager

Tanggung Jawab :

1. Terselenggaranya kegiatan operasional perusahaan.

2. Pengkoordinasian pelaksanaan kegiatan.

3. Pelaksana kegiatan operasional perusahaan.

4. Pengembangan metoda-metoda kegiatan perusahaan.


34

Wewenang :

1. Merencanakan, memimpin, mengkoordinir dan mengendalikan seluruh

kegiatan perusahaan.

2. Menyusun strategi pengembangan perusahaan.

3. Melaksanakan evaluasi terhadap seluruh kegiatan perusahaan.

4. Menyusun program kerja dan anggaran.

5. Menyusun laporan bulanan/periodik/tahunan mengenai realisasi

program kerja dan anggaran untuk dipertanggung jawabkan kepada

direktur.

c. Wakil Manajemen Mutu

Tanggung Jawab :

1. Memastikan bahwa proses-proses yang dibutuhkan dalan Sistem

Manajemen Mutu dan lingkungan ditetapkan, diterapkan dan

dipelihara.

2. Memastikan kesadaran akan persyaratan pelanggan kepada seluruh

organisasi.

3. Melaporkan kepada Manajemen Puncak atas kinerja dari Sistem

Manajemen Mutu dan lingkungan serta kebutuhan untuk peningkatan.

4. Memastikan bahwa organisasi ISO 9001:2015 dan ISO 14001:2015

ditetapkan didokumentasikan dan dicapai secara efektif.

5. Mengorganisasikan Pelaksanaan Rapat Tinjauan Manajemen.

6. Mengorganisasikan Pelaksanaan Audit Internal.

7. Dapat mengomunikasikan kebijakan ke semua karyawan.


35

8. Menjamin dokumen yang terkendali didistribusikan ke personil yang

berwenang.

Wewenang :

1. Menunjuk Auditor Internal untuk melakukan Audit.

2. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Manajemen Puncak.

3. Meninjau, memeriksa atau menyetujui Pedoman Mutu, Prosedur Mutu,

Rencana Mutu, Sasaran Mutu dan Instruksi Kerja serta Job Desc yang

menjadi tanggung jawabnya (jika ada perubahan/revisi).

d. Pengendali Dokumen

Tanggung Jawab :

1. Memastikan bahwa proses-proses yang dibutuhkan dalam Sistem

Manajemen Mutu ditetapkan, diterapkan dan dipelihara.

2. Memeliharan ‘materlist’ dokumen ISO 9001:2015 dan ISO

14001:2015 berupa Pedoman Mutu, Prosedur, Instruksi Kerja,

Formulir yang digunakan dan Standar lain yang digunakan.

3. Menjamin seluruh dokumen ISO 9001:2015 dan ISO 14001:2015

didistribusikan ke personil yang berwenang.

4. Memecahkan seluruh masalah dokumen ISO 9001:2015 dan

14001:2015 bersama dengan Wakil Manajemen.

5. Sebagai administrasi terhadap tinjauan seluruh dokumen, pengesahan

dan registrasi dokumen.


36

6. Melakukan pencatatan untuk setiap kegiatan Audit Internal, Hasil

Laporan Temuan Audit Internal, Pendaftaran Laporan Audit Internal,

Risalah Rapat Tinjauan Manajemen.

Wewenang :

1. Melaksanakan tugas sebagai pengendalian semua dokumen yang ada

diperusahaan.

2. Berwenang untuk menarik dan memusnahkan dokumen perusahaan

sesuai prosedur dan ketentuan yang telah ditetapkan.

e. Internal Auditor

Tanggung Jawab :

1. Memastikan bahwa proses-proses yang dibutuhkan dalam Sistem

Manajemen Mutu ditetapkan, diterapkan dan dipelihara.

2. Menjamin dan mengkoordinir pelaksanaan audit internal.

3. Membantu wakil manajemen dalam melaksanakan verifikasi tindakan

perbaikan dan pencegahan.

4. Menganalisa, merencanakan, melaksanakan dan mengawasi perbaikan

sistem manajemen mutu di perusahaan.

5. Membantu mengawasi pelaksanaan penerapan prosedur atau instruksi

kerja di lingkungan atau area yang diaudit.

6. Memberikan masukan-masukan (sehubungan dengan sistem mutu)

kepada wakil manajemen tentang hasil audit.

7. Melaporkan pelaksanaan audit internal kepada wakil manajemen.


37

Wewenang :

1. Melaksanakan tugas sebagai koordinator auditor atau auditor yang

diberikan oleh Wakil Manajemen.

2. Berhak mengeluarkan Permintaan Tindakan Perbaikan dan

Pencegahan (PTPP) hasil temuan ketidaksesuaian dalam Audit.

f. Kepala Divisi Produksi dan Peralatan

Tanggung Jawab :

1. Menjamin ketersediaan material dan peralatan produksi.

2. Menjamin kepastian perawatan peralatan dan kepastian kondisi

peralatan (kalibrasi) untuk menunjang pelaksaan proyek.

3. Menjamin tersedianya peralatan dan peralatan pendukung lainnya

berada lokasi pekerjaan.

4. Menyediakan base camp, pengawasan material dan bahan pendukung

lainnya serta status material yang masuk dan yang keluar.

5. Membuat laporan progress kerja (mingguan) tentang material,

peralatan, status peralatan terkalibrasi, realisasi pemakaian alat-alat

berat & hasil produksi pada proyek-proyek kepada Direktur.

Wewenang :

1. Memimpin dan mengkoordinir karyawan dalam pelaksanaan pekerjaan

di bagiannya.

2. Mengadakan semua permintaan kebutuhan material produksi,

perawatan peralatan, dan pengambilan keputusan terhadap peralatan,

base camp dan pengoperasian peralatan.


38

g. Kepala Divisi Konstruksi

Tanggung Jawab :

1. Menjamin pelaksanaan pada proyek-proyek agar tepat waktu, tepat

biaya dan tepat mutu.

2. Mengatur organisasi Divisinya agar efisien dan mempunyai daya

saing.

3. Membuat laporan progress/mingguan kerja, realisasi keuangan proyek-

proyek beserta evaluasinya kepada Direksi.

Wewenang :

Memimpin, mengkoordinir dan mengendalikan seluruh kegiatan

pelaksanaan-pelaksanaan proyek di perusahaan.

h. Kepala Bagian Keuangan dan Akunting

Tanggung Jawab :

1. Membuat Cashflow setiap proyek.

2. Melakukan pembayaran kepada suplayer atau sub kontraktor atas

persetujuan direksi.

3. Menyimpan dan mencatat dokumen-dokumen/surat berharga milik

perusahaan.

4. Menerima pembayaran dan menerima jasa perusahaan, baik dari divisi

konstruksi maupun divisi produksi & peralatan.

5. Mencatat dan membukukan lalu lintas keuangan perusahaan.

6. Membuat neraca bulanan.

Wewenang :
39

Memimpin, mengkoordinir pelaksanaan pekerjaan di bagiannya.

i. Kepala Bagian Pemasaran

Tanggung Jawab :

1. Mengkoordinir, memimpin dan mengatur kegiatan kerja para

karyawan dibawah bagian Pemasaran.

2. Membantu proyek-proyek dalam menentukan metode kerja dan

pelaksanaan.

3. Mencari, mengumpulkan informasi atau data tentang material, upah,

biaya dan sub kontraktor.

4. Membuat rencana dan rancangan kerja kegiatan Pemasaran dan Teknik

Perencanaan.

5. Mengadakan pengawasan terhadap kegiatan dibidang pelaksanaan

proyek-proyek, baik mengenai mutu, biaya, pengamanan konstruksi

dan keselematan kerja.

6. Mengadakan penelitian terhadap dokumen kontrak proyek-proyek

yang akan dilaksanakan.

7. Mengikuti dan menyelesaikan proses pelelangan atau proses

penunjukkan sampai dengan harga penawaran yang disetujui.

8. Membuat evaluasi hasil tender.

9. Meneliti kalkulasi proyek yang telah selesai.

10. Menyiapkan Kader Pemasaran dan Teknik Perencanaan.


40

Wewenang :

1. Bagian pemasaran merupakan bagian yang mempunyai wewenang

dalam melaksanakan tugas di lingkungan.

2. Mengatur jadwal untuk mencari informasi pasar ke pihak luar.

3. Meminta data-data/ informasi kepada pihak-pihak terkait.

j. Kepala Bagian Pengadaan

Tanggung Jawab :

1. Menyiapkan bahan pokok dan bahan bantu penunjang proyek.

2. Melaksanakan negosiasi harga dengan suplayer dan evaluasinya.

3. Memonitor permintaan dan pemakaian sparepart.

4. Melakukan monitoring stock pada camp-camp.

Wewenang :

Memimpin, mengkoordinir pelaksanaan pekerjaan dibagiannya.

k. Kepala Bagian Personalia

Tanggung Jawab :

1. Menjamin ketersediaan data karyawan.

2. Melakukan perencanaan pelatihan-pelatihan guna mengembangkan

kemampuan karyawan.

3. Melakukan hubungan dengan pihak-pihak luar tentang kepersonalian

(Pembayaran Jamsostek, Astek, Depnaker, dan lain-lain).

4. Melakukan proses perekrutan karyawan baru.

Wewenang :

Memimpin, mengkoordinir pelaksanaan pekerjaan di bagiannya.


41

l. Kepala Bagian Produksi dan Peralatan

Tanggung Jawab :

1. Membuat laporan progress/mingguan kerja, realisasi pemakaian alat-

alat berat & hasil produksi pada proyek-proyek kepada Ka Div.

Produksi dan Peralatan.

2. Mengkoordinir, memimpin dan mengatur kegiatan kerja para

karyawan dibawah seksi Workshop & Maintenace.

3. Membantu proyek untuk menentukan rencana pemakaian peralatan dan

kendaraan.

4. Membantu proyek untuk menentukan letak peralatan di lapangan.

5. Merencanakan kebutuhan suku cadang untuk peralatan dan kendaraan.

6. Membuat jadwal perawatan dan perbaikan peralatan dan kendaraan.

7. Melakukan penyimpanan barang dan peralatan secara baik dan benar

sesuai jenisnya.

8. Memisahkan barang/peralatan yang rusak untuk segera diperbaiki pada

saat penerimaan pengembalian dari proyek.

9. Membuat laporan jumlah dan kondisi barang/peralatan yang ada.

10. Tersusunnya rencana kerja dan realisasi kalibrasi alat.

Wewenang :

1. Memimpin, mengkoordinir pelaksanaan pekerjaan di bagiannya.

2. Berwenang terhadap pelaksanaan kegiatan Workshop & Maintenace.

3. Merekomendasikan pengadaan sparepart.

4. Merekomendasikan pemasok sewa alat.


42

5. Mengadakan pengecekkan terhadap penawaran yang diajukan oleh

pemasok sewa alat.

m. Koordinasi Operasi Peralatan

Tanggung Jawab :

1. Mengatur mobilisasi dan demolisasi alat di proyek.

2. Memastikan alat dalam kondisi baik dan menginformasikan kondisi

peralatan yang telah terpakai.

3. Bertanggung jawab terhadap peralatan-peralatan yang digunakan dan

operasional pemindahan peralatan.

4. Membuat laporan progress mingguan kerja, realisasi pemakaian

sparepart dan pelumas serta BBM pada proyek-proyek kepada Ka Div.

Produksi & Peralatan.

Wewenang :

Memimpin, mengkoordinir pelaksanaan pekerjaan di bagiannya.

n. Kepala Base Camp

Tanggung Jawab :

1. Pelaksanaan dan Pengendalian Base Camp.

2. Melayani dan menyediakan kebutuhan lapangan (alat, material dan

bahan-bahan pendukung pelaksanaan proyek).

3. Inventarisasi stock material, bahan-bahan pendukung dan pengaturan

pekerja Base Camp.

4. Mendata status material yang terpakai, material masuk dan material

yang keluar.
43

5. Bertanggung jawab terhadap keberadaan material dan bahan-bahan

pendukung serta peralatan lainnya yang ada di Base Camp.

Wewenang :

1. Memimpin dan mengkoordinir semua pekerja dan pelaksanaan

pekerjaan yang mencakup Base Camp.

2. Berwenang terhadap penganturan semua material dan peralatan di

Base Camp.

o. Kepala Bagian Anggaran dan Monitoring

Tanggung Jawab :

1. Membuat anggaran pelaksanaan proyek.

2. Menyiapkan anggaran proyek sesuai dengan progress pekerjaan.

3. Monitoring pengeluaran biaya proyek sesuai anatara anggaran biaya

terhadap aktual.

4. Monitoring tagihan proyek.

5. Pelaporan anggaran biaya dan pengeluaran aktual ke Kepala Divisi

Konstruksi.

Wewenang :

Terhadap pengaturan keuangan yang telah disetujui oleh Kepala Divisi

Konstruksi.

p. Para General Superintendent

Tanggung Jawab :

1. Kebutuhan semua administrasi proyek dan perencanaan anggaran

sesuai dengan progress pekerjaan.


44

2. Memantau dan melaporkan kemajuan proyek (progress actual),

membandingkan terhadap rencana dan mengambil tindakan untuk

memastikan tercapainya sasaran proyek.

3. Mempimpin seluruh karyawan proyek yang berada dibawah

wewenangnya untuk bersama-sama mencapai keberhasilan proyek

sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan pelanggan.

4. Pengelolaan kegiatan operasional proyek.

5. Perencanaan dan pelaksanaan surveyor, laboratorium & pengujian, dan

jumlah pekerjaan proyek serta pembuatan Drafting.

6. Menjamin kesesuaian pekerjaan terhadap spesifikasi teknis yang

ditetapkan dan penanganan teknis keluhan pelanggan.

Wewenang :

1. Terhadap pelaksanaan proyek sesuai dengan rencana anggaran, waktu,

kualitas dan spesifikasi teknis yang ditetapkan.

2. Pengelolaan dan pengaturan semua karyawan pelaksanaan proyek.

4.2 Hasil Penelitian dan Pembahasan

Berikut ini uraian hasil penelitian dan pembahasan mengenai Penerapan

Akuntansi Aset Tetap pada PT Nagamas Mitra Usaha. Pada penelitian ini penulis

mencoba menganalisis kebijakan-kebijakan yang dilakukan oleh PT Nagamas

Mitra Usaha dalam menerapkan akuntansi aset tetapnya, dimana kebijakan-

kebijakan tersebut meliputi : Penentuan Harga Perolehan Aset Tetap, Penyusutan

Aset Tetap, Pengeluaran Setelah Perolehan Aset Tetap, serta Penyajian Aset Tetap

Dalam Laporan Keuangan.


45

4.2.1 Penentuan Harga Perolehan Aset Tetap

Pada tanggal 16 Oktober 2018 perusahaan membeli mesin AMP seharga

Rp 1.800.000.000,- (Lampiran 3) mesin tersebut dipasang oleh karyawan

perusahaan hingga siap untuk digunakan, perusahaan tidak mengkapitalisasi upah

pemasangan mesin AMP ke dalam harga perolehan AMP sebesar Rp 28.000.000,-

namun membebankan kedalam biaya gaji pada laporan laba rugi tahun 2018. Dan

pada tanggal 16 Januari 2020 perusahaan juga membeli dump truck seharga Rp

380.000.000,- (Lampiran 4). Dalam pembelian dump truck tersebut, perusahaan

juga mengeluarkan biaya pengiriman dari Pekanbaru ke Rengat dengan biaya

sebesar Rp 5.500.000,- (Lampiran 4 dan 5). Biaya pengiriman tersebut tidak

dimasukkan perusahaan ke dalam harga perolehan dump truck tetapi dibebankan

sebagai biaya mobilisasi pada laporan laba rugi tahun 2020.

Dalam kasus ini perusahaan tidak memasukkan seluruh biaya-biaya yang

menambah harga perolehan aset tetap, sehingga aset tetap yang disajikan di neraca

tidak mencerminkann harga perolehan yang wajar. Perusahaan hanya mencatat

harga perolehan AMP sebesar Rp 1.800.000.000,- tanpa menambahkan biaya

pemasangan sebesar Rp 28.000.000,- ke dalam harga perolehan AMP dan

perusahaan juga mencatat harga perolehan dump truck sebesar Rp 380.000.000,-

tanpa menambahkan biaya pengiriman dari Pekanbaru ke Rengat sebesar Rp

5.500.000,- ke dalam harga perolehan dump truck. Adapun jurnal yang dibuat

oleh perusahaan pada saat perolehan aset tetap adalah sebagai berikut :
46

Mesin AMP Rp 1.800.000.000

Kas Rp 1.800.000.000

Biaya Gaji Karyawan Rp 28.000.000

Kas Rp 28.000.000

Kendaraan Rp 380.000.000

Kas Rp 380.000.000

Biaya Mobilisasi Rp 5.500.000

Kas Rp 5.500.000

Hasil analisis yang ditemukan, perusahaan ini tidak memasukkan biaya

pemasangan dan biaya pengiriman ke dalam harga perolehan aset tetap,

seharusnya perusahaan memasukkan biaya-biaya tersebut ke dalam harga

perolehan aset tetap. Karena biaya tersebut merupakan biaya-biaya yang dapat

diatribusikan secara langsung kedalam harga perolehan aset tetap. Dengan

demikian, maka akan berdampak pada nilai aset tetap yang disajikan di neraca

lebih rendah dan biaya disajikan lebih tinggi, yang mana apabila biaya tinggi

maka laba yang diperhitungkan menjadi lebih rendah. Adapun jurnal yang

seharusnya dibuat oleh perusahaan untuk memasukkan biaya pemasangan dan

biaya pengiriman ke harga perolehan aset tetap adalah sebagai berikut :

Mesin AMP Rp 28.000.000

Kas Rp 28.000.000
47

Kendaraan Rp 5.500.000

Kas Rp 5.500.000

Setelah biaya upah pemasangan dan biaya pengiriman tersebut

dimasukkan kedalam harga perolehan aset tetap, maka harga perolehan AMP

tersebut menjadi Rp 1.828.000.000,- dan harga perolehan dump truck menjadi Rp

385.500.000,- Jurnal koreksi jika kesalahan ditemukan dalam tahun buku yang

bersangkutan adalah sebagai berikut :

Mesin AMP Rp 28.000.000

Biaya Gaji Karyawan Rp 28.000.000

Kendaraan Rp 5.500.000

Biaya Mobilisasi Rp 5.500.000

Jika kesalahan ini diketahui setelah tutup buku, maka jurnal koreksi yang

dibuat perusahaan adalah sebagai berikut :

Mesin AMP Rp 28.000.000

Saldo Laba Rp 28.000.000

Kendaraan Rp 5.500.000

Saldo Laba Rp 5.500.000

Setelah biaya upah pemasangan dan biaya pengiriman dimasukkan sebagai

penambah harga perolehan aset tetap, maka harga perolehan aset tetap di neraca
48

akan bertambah dan laba menjadi lebih tinggi. Bertambahnya harga perolehan aset

tetap akan berpengaruh pada perhitungan penyusutannya.

Permasalahan selanjutnya, PT Nagamas Mitra Usaha masih

menggabungkan harga perolehan tanah ke dalam bangunan dan hanya dicatat

sebagai akun bangunan saja sebesar Rp 265.000.000,- (Lampiran 3). Jurnal yang

dibuat perusahaan pada saat memperoleh tanah dan bangunan tersebut adalah

sebagai berikut :

Bangunan Rp 265.000.000

Kas Rp 265.000.000

Tanah dan bangunan merupakan aset yang perolehannya harus dicatat

terpisah, meskipun tanah dan bangunan tersebut diperoleh secara bersamaan.

Berdasarkan wawancara penulis dengan bagian accounting, harga perolehan tanah

adalah sebesar Rp 159.000.000,- sedangkan harga perolehan bangunan adalah

sebesar Rp 106.000.000,-. Dengan demikian, jurnal yang seharusnya dibuat oleh

perusahaan pada saat memperoleh tanah dan bangunan adalah sebagai berikut :

Tanah Rp 159.000.000

Bangunan Rp 106.000.000

Kas Rp 265.000.000

Jika perusahaan masih menggabungkan harga perolehan tanah dan

bangunan, maka akan memberikan dampak pada perhitungan penyusutan. Dimana

beban penyusutan yang diperhitungkan menjadi lebih besar sehingga laba menjadi
49

lebih kecil. Dengan demikian dapat disimpulkan, perusahaan masih menyajikan

informasi laba kurang wajar.

4.2.2 Penyusutan Aset Tetap

Sebagaimana dari permasalahan yang muncul sebelumnya, dalam

menghitung besarnya beban penyusutan perusahaan menggunakan metode garis

lurus dengan menggunakan tarif penyusutan. Dimana tarif untuk penyusutan

tersebut terdiri dari 25%, 12,5% dan 5%. Tetapi dalam penerapannya, terdapat

beberapa transaksi yang tidak memperhatikan tanggal perolehan aset tetap. Pada

tanggal 16 Oktober 2018 perusahaan melakukan pembelian AMP seharga Rp

1.800.000.000,- Perusahaan mencatat beban penyusutan sebesar Rp 56.250.000

dimana besarnya penyusutan tersebut terhitung 3 bulan (Lampiran 3). Dan pada

tanggal 16 Januari 2020 perusahaan membeli dump truck seharga Rp

380.000.000,- Perusahaan mencatat beban penyusutan untuk satu tahun penuh

meskipun penggunaannya belum mencapai satu tahun yaitu sebesar Rp

95.000.000,- (Lampiran 3). Seharusnya perusahaan menghitung beban penyusutan

dump truck tersebut hanya 11 bulan saja.

Adapun jurnal yang dibuat oleh perusahaan pada saat terjadinya

penyusutan terhadap aset tetap adalah sebagai berikut :

Biaya Penyusutan Mesin AMP Rp 56.250.000

Akumulasi Penyusutan Mesin AMP Rp 56.250.000

(Rp 1.800.000.000 × 12,5% × 3/12 = Rp 56.250.000)


50

Biaya Penyusutan Kendaraan Rp 95.000.000

Akumulasi Penyusutan Kendaraan Rp 95.000.000

(Rp 380.000.000× 25% = Rp 56.250.000)

Berdasarkan jurnal yang dibuat oleh perusahaan tersebut, dapat dilihat

bahwa harga perolehan mesin AMP yang disajikan seharusnya sebesar Rp

1.828.000.000,- dan harga perolehan dump truck seharusnya sebesar Rp

385.500.000,-. Hal ini tentunya akan berpengaruh terhadap perhitungan beban

penyusutannya. Perhitungan beban penyusutan yang seharusnya dibuat

perusahaan adalah sebagai berikut :

Perhitungan Beban Penyusutan Mesin AMP

Rp 1.828.000.000,- × 12,5% × 2/12 = Rp 38.083.333,-

Perhitungan Beban Penyusutan Dump Truck

Rp 385.500.000,- × 25% × 11/12 = Rp 88.343.750,-

Adapun jurnal yang seharusnya dibuat oleh perusahaan adalah sebagai

berikut :

Biaya Penyusutan Mesin AMP Rp 38.083.333

Akumulasi Penyusutan Mesin AMP Rp 38.083.333

Biaya Penyusutan Kendaraan Rp 88.343.750

Akumulasi Penyusutan Kendaraan Rp 88.343.750


51

Dengan demikian, perhitungan beban penyusutan yang dilakukan oleh

perusahaan terlalu besar sehingga harus dilakukan koreksi sebagai berikut :

Perhitungan untuk Mesin AMP

Perhitungan Perusahaan Rp 56.250.000

Seharusnya Rp 38.083.333

Koreksi Rp 18.166.667

Perhitungan untuk Dump Truck

Perhitungan Perusahaan Rp 95.000.000

Seharusnya Rp 88.343.750

Koreksi Rp 6.656.250

Adapun jurnal koreksi yang dibuat perusahaan adalah sebagai berikut :

Akumulasi Penyusutan Mesin AMP Rp 18.166.667

Biaya Penyusutan Mesin AMP Rp 18.166.667

Akumulasi Penyusutan Kendaraan Rp 6.656.250

Biaya Penyusutan Kendaraan Rp 6.656.250

Jika kesalahan ditemukan setelah tutup buku, maka jurnal koreksi yang

dibuat perusahaan adalah sebagai berikut :

Akumulasi Penyusutan Mesin AMP Rp 18.166.667

Saldo Laba Rp 18.166.667


52

Akumulasi Penyusutan Kendaraan Rp 6.656.250

Saldo Laba Rp 6.656.250

Dengan demikian, apabila perusahaan tidak memasukkan biaya

pemasangan dan biaya pengiriman kedalam harga perolehan aset tetap, maka nilai

aset tetap yang disajikan dineraca akan lebih kecil dari yang semestinya, sehingga

akan mempengaruhi perhitungan penyusutan.

Mengacu pada permasalahan sebelumnya, tanah dan bangunan yang masih

belum disajikan terpisah maka akan memberikan dampak pada perhitungan

penyusutan. Dimana dari data yang telah diperoleh, harga perolehan tanah adalah

sebesar Rp 159.000.000,- sedangkan harga perolehan bangunan adalah sebesar

Rp 106.000.000,-. Perhitungan penyusutan yang dibuat oleh perusahaan pada saat

perolehan bangunan tahun 2007 adalah (Rp 265.000.000 × 5% × 1/12 =

Rp 1.104.167) sedangkan perhitungan penyusutan pertahun yang dibuat oleh

perusahaan adalah (Rp 265.000.000 × 5% = Rp 13.250.000).

Seharusnya perhitungan penyusutan yang dibuat oleh perusahaan pada saat

perolehan bangunan pada tahun 2007 adalah (Rp 106.000.000 × 5% × 1/12 =

Rp 441.667) sedangkan untuk penyusutan pertahun adalah (Rp 106.000.000 × 5%

= Rp 5.300.000). Dari perhitungan diatas dapat dilihat bahwa dampak yang terjadi

jika perusahaan menggabungkan harga perolehan tanah dan bangunan menjadi

akun bangunan saja, maka beban penyusutan yang diperhitungkan menjadi lebih

besar, sehingga laba yang disajikan menjadi lebih rendah. Dengan demikian,

perusahaan masih menyajikan informasi laba kurang wajar.


53

4.2.3 Pengeluaran Setelah Perolehan Aset Tetap

Pada tanggal 12 Juni 2020 melakukan pembelian spare part untuk loader

sebesar Rp 25.960.000,- (Lampiran 4 dan 5). Pengeluaran tersebut dapat

menambah nilai manfaat dari aset tetap tetapi perusahaan menyajikan pengeluaran

tersebut kedalam laporan laba rugi sebagai biaya spare part untuk loader. Adapun

jurnal yang dibuat perusahaan adalah sebagai berikut :

Biaya Spare Part Rp 25.960.000

Kas Rp 25.960.000

Dalam kebijakan perusahaan terhadap pengeluaran setelah perolehan aset

tetap tersebut, perusahaan tidak membedakan antara pengeluaran modal dengan

pengeluaran pendapatan. Oleh perusahaan semua pengeluaran setelah perolehan

aset tetap dikategorikan sebagai pengeluaran pendapatan. Dengan melihat

materialitas biaya yang dikeluarkan dan pengeluaran tersebut diperkirakan dapat

menambah manfaat dari aset tetap, maka sebaiknya pengeluaran biaya spare part

sebesar Rp 25.960.000,- dikapitalisasi ke harga perolehan aset tetap yakni

dianggap sebagai pengeluaran modal. Adapun jurnal yang seharusnya dibuat

perusahaan adalah sebagai berikut :

Loader Rp 25.960.000

Kas Rp 25.960.000
54

Pengeluaran biaya spare part seharusnya dianggap sebagai pengeluaran

modal, sehingga seharusnya dilakukan koreksi terhadap pencatatan biaya spare

part tersebut, yakni sebagai berikut :

Loader Rp 25.960.000

Biaya Spare Part Rp 25.960.000

Jika kesalahan ditemukan setelah tutup buku, maka jurnal koreksi yang

dibuat oleh perusahaan adalah sebagai berikut :

Loader Rp 25.960.000

Saldo Laba Rp 25.960.000

Kesalahan dalam penentuan pengeluaran modal atau pengeluaran

pendapatan akan mempengaruhi laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan

yang dibuat akan memberikan informasi yang keliru. Kesalahan pencatatan

pengeluaran tersebut akan menyebabkan aset dinilai lebih rendah dari yang

semestinya dan berakibat ketidaktepatan dalam menghitung besarnya beban

penyusutan pada tahun berikutnya, sehingga akan mempengaruhi laba untuk

periode-periode mendatang.

4.2.4 Penyajian Aset Tetap Dalam Laporan Keuangan

Dalam hal penyajian aset tetap, perusahaan telah menyajikan komponen

aset tetapnya dengan benar pada neraca, tetapi penyajian akumulasi penyusutan

aset tetap tidak dilakukan secara terpisah melainkan digabungkan dalam satu nilai,

sehingga tidak dapat dilihat berapa akumulasi penyusutan untuk setiap jenis aset
55

tetap. Hal ini dapat menyulitkan pengguna laporan keuangan dalam membaca

laporan keuangan.

PSAK 16 menyatakan tanah dan bangunan merupakan aset yang dapat

dipisahkan dan harus dicatat terpisah meskipun keduanya diperoleh sekaligus.

Pada umumnya tanah memiliki umur manfaat yang tidak terbatas sehingga tidak

disusutkan. Dengan demikian, penyajian tanah dan bangunan masih belum sesuai.

Selanjutnya, aset tetap yang masa manfaatnya telah habis tetapi masih

digunakan, oleh perusahaan masih disajikan dengan nilai 0,- (nol), seharusnya aset

tetap yang masa manfaatnya telah habis tetapi masih digunakan harus disajikan

dengan nilai Rp 1,-.


BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

PT Nagamas Mitra Usaha merupakan perusahaan kontraktor yang

bergerak dibidang jasa konstruksi jalan dan jembatan. Dalam kegiatan operasinya,

perusahaan banyak menggunakan aset tetapnya, perusahaan memerlukan suatu

sistem penerapan akuntansi aset tetap sesuai dengan Prinsip Akuntansi Berterima

Umum.

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai penerapan

akuntansi aset tetap pada PT Nagamas Mitra Usaha yang telah diuraikan pada

bab-bab sebelumnya. Bab ini akan menguraikan beberapa simpulan, selanjutnya

dari hasil simpulan tersebut akan diuraikan beberapa saran yang kemungkinan

akan berguna bagi pihak perusahaan dalam menerapkan akuntansi aset tetapnya.

Beberapa simpulan tersebut antara lain :

1. Dalam penentuan harga perolehan aset tetap, PT Nagamas Mitra Usaha

tidak memasukkan biaya pemasangan AMP kedalam harga perolehan

AMP dan biaya pengiriman kedalam harga perolehan dump truck,

sehingga aset yang disajikan di neraca tidak mencerminkan harga

perolehan yang sebenarnya dan PT Nagamas Mitra Usaha tidak

memisahkan harga perolehan tanah dan bangunan dan hanya mencatat

sebagai akun bangunan saja, sehingga tidak sesuai dengan Prinsip

Akuntansi Berterima Umum.

56
57

2. Dalam menghitung besarnya beban penyusutan aset tetap, PT Nagamas

Mitra Usaha masih tidak memperhatikan tanggal perolehan aset tetap dan

tidak menghitung penyusutan setelah memasukkan biaya pemasangan

kedalam harga perolehan AMP dan biaya pengiriman kedalam harga

perolehan dump truck. Dan perusahaan juga tidak menghitung penyusutan

setelah memisahkan harga perolehan tanah dan bangunan, sehingga tidak

sesuai dengan Prinsip Akuntansi Berterima Umum.

3. Dalam pengeluaran setelah perolehan aset tetap, PT Nagamas Mitra Usaha

masih belum membedakan pengeluaran modal (capital expenditure) dan

pengeluaran pendapatan (revenue expenditure). Perusahaan mencatat

pengeluaran sebagai beban tanpa memperhatikan masa manfaat dan

jumlah pengeluarannya, sehingga tidak sesuai dengan Prinsip Akuntansi

Berterima Umum.

4. Dalam penyajian aset tetap, PT Nagamas Mitra Usaha tidak merincikan

setiap akumulasi penyusutan aset tetap dan masih menggabungkan harga

perolehan tanah dan bangunan. Untuk aset tetap yang masa manfaatnya

telah habis tetapi masih digunakan, perusahaan masih menyajikan dengan

nilai 0,- (nol), sehingga belum sesuai dengan Prinsip Akuntansi Berterima

Umum.

5.2 Saran

Berdasarkan simpulan yang telah diuraikan di atas, maka penulis dapat

mengemukakan beberapa saran sebagai bahan masukan bagi PT Nagamas Mitra

Usaha dalam perbaikan kedepannya. Adapun saran yang diberikan antara lain :
58

1. PT Nagamas Mitra Usaha sebaiknya memasukkan biaya pemasangan

AMP kedalam harga perolehan AMP dan biaya pengiriman kedalam harga

perolehan dump truck, agar aset yang disajikan di neraca mencerminkan

harga perolehan yang sebenarnya dan perusahaan seharusnya memisahkan

harga perolehan tanah dan bangunan, sehingga sesuai dengan Prinsip

Akuntansi Berterima Umum.

2. PT Nagamas Mitra Usaha sebaiknya memperhatikan tanggal perolehan

aset tetap dan menghitung penyusutan setelah memasukkan biaya

pemasangan kedalam harga perolehan AMP dan biaya pengiriman

kedalam harga perolehan dump truck. Dan perusahaan sebaiknya

menghitung penyusutan setelah memisahkan harga perolehan tanah dan

bangunan sesuai dengan Prinsip Akuntansi Berterima Umum.

3. PT Nagamas Mitra Usaha sebaiknya lebih teliti mengkategorikan biaya

apa saja yang dapat dikelompokkan sebagai pengeluaran modal (capital

expenditure) dan pengeluaran pendapatan (revenue expenditure),

perusahaan sebaiknya mencatat biaya spare part untuk loader sebagai

pengeluaran modal dengan membuat jurnal koreksi, sehingga sesuai

dengan Prinsip Akuntansi Berterima Umum.

4. PT Nagamas Mitra Usaha sebaiknya menyajikan aset tetap secara

terperinci dan memisahkan harga perolehan tanah dan bangunan sesuai

dengan Prinsip Akuntansi Berterima Umum. Dan untuk aset tetap yang

masa manfaat telah habis tetapi masih digunakan, perusahaan sebaiknya

menyajikan aset tersebut dengan nilai sebesar Rp 1,-.

Anda mungkin juga menyukai