Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang Masalah

Setiap perusahaan dalam kegiatan operasionalnya memerlukan faktor-faktor

produksi. Faktor produksi yang dimiliki perusahaan digunakan untuk dapat menghasilkan

output baik berupa barang maupun jasa. Faktor produksi ini antara lain berupa aktiva tetap

yang nilainya cukup material dalam menunjang kelancaran kegiatan perusahaan guna

pencapaian tujuan.

Aktiva tetap adalah salah satu elemen utama dari kekayaan perusahaan yang

berjumlah besar dan mengalami penyusutan dalam satu periode. Penentuan besarnya

jumlah biaya penyusutan aktiva tetap ini merupakan masalah penting di dalam perusahaan,

karena besar kecilnya investasi yang tertanam didalam aktiva tetap mempengaruhi dan

efektifitas perusahaan yang pada akhirnya akan mempengaruhi pada laporan keuangan

perusahaan tersebut. Menurut Mulyadi (2002:179) Aktiva tetap adalah “kekayaan

perusahaan yang memiliki wujud, mempunyai manfaat ekonomis lebih dari satu tahun,

dan diperoleh perusahaan untuk melaksanakan kegiatan perusahaan, bukan untuk dijual

kembali”.

Laporan keuangan merupakan informasi yang penting bagi pengguna laporan

keuangan dalam rangka menilai kinerja keuangan perusahaan secara keseluruhan.

Informasi laporan keuangan dianggap memiliki nilai kualitas informasi jika memenuhi dua

unsur yaitu dapat diandalkan (reliable) dan (relevance) bagi pengguna laporan keuangan.

Uniknya pencatatan Akuntansi Indonesia menganut sistem akuntansi konvesional

dimana laporan keuangan disajikan berdasarkan nilai histories (Historical Cost) yang
mengasumsikan bahwa harga-harga (unit moneter) adalah stabil. Akuntansi konvensional

tidak mengakui adanya perubahan tingkat harga umum maupun perubahan tingkat harga

khusus. Sebagai konsekuensinya, jika terjadi perubahan daya beli seperti pada periode

inflasi, maka laporan keuangan jika kita kembali kepada penjelasan di paragrap

sebelumnya secara ekonomis tidaklah relevan.

Semua aktiva tetap yang dipergunakan dalam perusahaan baik yang masih baru

maupun yang lama memerlukan biaya perawatan dan pemeliharaan agar kegunaan aktiva

tetap tersebut sesuai dengan yang direncanakan perusahaan. Aktiva tetap yang

dipergunakan lama kelamaan mengalami kerusakan, kehausan dan susut, baik karena

dipakai maupun karena pengaruh lama kecuali tanah. Oleh karena itu maka terhadap aset

tetap tersebut harus diadakan penyusutan sesuai dengan umur dan masa manfaatnya. PT

PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara bergerak di bidang pelayanan jasa bagi

masyarakat dan perusahaan tentunya memerlukan Aktiva tetap untuk mendukung

operasinya.

Aktiva tetap PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara mempunyai batas waktu

tertentu untuk tetap beroperasi secara layak pakai. Oleh karena itu aktiva tetap

memerlukan perbaikan-perbaikan dan pemeliharaan yang membutuhkan dana yang tidak

sedikit. Dalam hal ini perlu suatu penetapan apakah pengeluaran-pengeluaran yang

berhubungan dengan aktiva tetap tersebut masuk kepada pengeluaran modal (Capital

Expenditure) atau pengeluaran pendapatan (Revenue Expenditure). Pengeluaran modal

yaitu bila manfaat yang diperoleh lebih dari satu periode akuntansi dan pengeluaran

pendapatan yaitu bila manfaat yang diperoleh hanya dalam periode akuntansi yang

bersangkutan.
Akuntansi aktiva tetap pada PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara itu sendiri

harus tepat dan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan, hal ini dibutuhkan untuk

menghindari salah saji dalam laporan keuangan. Aktiva tetap merupakan salah satu unsur

neraca yang mempunyai nilai yang material. Dalam laporan laba rugi biaya penyusutan

juga memberikan kontribusi biaya yang cukup besar.

Mengingat pentingnya peranan aktiva tetap dalam mencapai tujuan perusahaan dan

nilainya yang cukup materil maka sangat dibutuhkan suatu kebijakan terhadap aktiva tetap

yang meliputi penetapan harga perolehan, metode penyusutan, pengelompokan biaya,

pelepasan aktiva tetap serta bagaimana aktiva tetap tersebut berpengaruh dalam laporan

keuangan perusahaan tersebut sehingga penyajiannya di neraca telah sesuai dengan

peraturan yang berlaku.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk membahas masalah aktiva

tetap dengan judul “AKUNTANSI AKTIVA TETAP DAN PENGARUHNYA

TERHADAP LAPORAN KEUANGAN STUDI KASUS PT PLN (Persero)

WILAYAH SUMATERA UTARA”.

II. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dan penjelasan mengenai latar belakang masalah diatas maka

penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut

1. Bagaimana akuntansi aktiva tetap dan pengaruhnya terhadap laporan keuangan PT

PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara?

2. Apakah penerapan kebijakan akuntansi aktiva tetap PT PLN (Persero) Wilayah

Sumatera Utara sudah diterapkan dengan baik?


3. Apakah penyajian laporan keuangan di PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara

telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku?

III. Tujuan dan Manfaat Penelitian

A. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah akuntansi aktiva tetap

dan pengaruhnya terhadap laporan keuangan pada PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera

Utara telah diterapkan dengan baik dan benar sesuai dengan SAK.

B. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan atas penelitian ini adalah:

1. Bagi peneliti: memperoleh dan memberikan tambahan pengetahuan tentang

penerapan aktiva tetap dan pengaruhnya terhadap laporan keuangan.

2. Bagi manajemen: Sebagai bahan masukan bagi perusahaan mengenai hal-hal

yang berkaitan dengan penerapan aktiva tetap.

3. Bagi peneliti lain dapat dijadikan dasar perbandingan dalam meneliti

masalah yang sama

IV. Kerangka Konseptual

Untuk meneyelesaikan masalah yang tertuang dalam skripsi ini, penulis akan

menguraikan alur berfikir penulis dalam permasalahan sebagai berikut :


PT. PLN (PERSERO) WILAYAH SUMATERA UTARA

Perolehan Pengeluaran terhadap Penyusutan Aktiva Penarikan Aktiva


Aktiva Tetap Aktiva Tetap Tetap Tetap

Pengaruh Aktiva Tetap


dalam Laporan
Keuangan sesuai SAK

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual

akuntansi aktiva tetap yaitu pemilihan prinsip-prinsip, dasar-dasar, konvensi,

peraturan dan prosedur yang diterapkan oleh perusahaan untuk menentukan :

a. Cara perolehan Aktiva Tetap

b. Pengeluaran-pengeluaran selama masa penggunaan Aktiva Tetap

c. Metode penghitungan penyusutan aktiva tetap

d. Penarikan Aktiva Tetap

e. Penyajian Aktiva Tetap dalam Laporan Keuangan

Sehingga kebijakan ini sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yaitu PSAK

No.16.

Anda mungkin juga menyukai