Anda di halaman 1dari 34

Mata Pelajaran :

Pemeliharaan Kelistrikan Kendaraan Ringan XII

Kompetensi Dasar :

3.17. Mendiagnosis Kerusakan Sistem Penerangan dan Panel Instrument


4.17. Memperbaiki Kerusakan Sistem Penerangan dan Panel Instrument

Tujuan Pembelajaran :

Mendiagnosis kerusakan Sistem Penerangan dan Panel Instrument


Merawat dan Memperbaiki Sistem Penerangan dan Panel Instrument

Oleh : Haris Purnawan, S.Pd.T

10.1. Pendahuluan
Penerangan yang digunakan di kendaraan diklasifikasikan berdasarkan tujuannya:
untuk penerangan, untuk tanda atau informasi. Contoh, lampu depan digunakan untuk
penerangan di malam hari, lampu tanda belok untuk memberitahukan kendaraan lain
atau pejalan kaki bahwa kendaraan akan membelok dan lampu belakang untuk informasi
posisi keberadaan mobil. Selain sistem penerangan secara umum, kendaraan dilengkapi
dengan berbagai macam fungsi tergantung kelas kendaraan dan di negara mana
kendaraan tersebut beroperasi.

Gambar 10.1. Lampu kepala

Sistem penerangan pada kendaraan dalam bekerjanya harus mengikuti peraturan


perundang-undangan yang berlaku terutama menyangkut kode warna lampu sistem
penerangan. Kode warna ini berlaku secara internasional. Berikut merupakan aturan
sistem penerangan pada kendaraan di Indonesia sesuai dengan Peraturan Pemerintah
No. 44 tahun 1993 tentang Kendaraan dan Pengemudi.

Tabel 10.1. Sistem penerangan menurut Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 1993

Sistem
Penerangan Keterangan
Lampu Lampu penunjuk arah berjumlah genap dan mempunyai sinar
tanda belok kelap-kelip berwarna kuning tua dan dapat dilihat pada waktu
siang atau malam hari oleh pemakai jalan lainnya
Lampu rem Lampu rem berjumlah dua buah dan berwarna merah dan
mempunyai kekuatan cahaya lebih besar dari lampu posisi
Belakang
Lampu Lampu posisi belakang berjumlah genap, berwarna merah dan
belakang dipasang pada bagian belakang kendaraan
Lampu Lampu mundur berwarna putih atau kuning muda dan tidak
mundur menyilaukan atau mengganggu pemakai jalan

10.2. Nama dan Fungsi Komponen Sistem Penerangan

Gambar 10.2. Komponen lengkap sistem penerangan

Berikut ini merupakan komponen sistem penerangan yang lengkap termasuk


sistem utama yaitu lampu kepala, lampu kota, lampu tanda belok dan tanda bahaya.
Namun untuk pembahasan sistem di luar sistem utama akan dijelaskan pada bab
tersendiri yaitu Bab 13 tentang Sistem Kelistrikan Tambahan.
1. Lampu depan dan lampu kabut depan
2. Kombinasi lampu belakang (lampu kabut belakang)
3. Kontrol lampu dan saklar kombinasi (saklar lampu tanda belok, saklar lampu kabut
depan/belakang)
4. Lampu tanda belok dan lampu tanda bahaya
5. Saklar tanda bahaya
6. Flasher tanda belok untuk meneruskan arus ke lampu tanda belok dan tanda bahaya
secara terputus-putus
7. Sensor lampu mati untuk memberi tanda jika salah satu lampu putus
8. Relai gabungan
9. Sensor kontrol lampu otomatis untuk mendeteksi tingkat cahaya di sekitar kendaraan
agar lampu dinyalakan atau dimatikan secara otomatis
10. Saklar kontrol tingkat lampu jauh untuk mendeteksi jarak pancaran lampu
11. Penggerak kontrol tingkat lampu jauh
12. Lampu Interior
13. Saklar courtesy pintu
14. Penerangan kunci kontak
10.2.1. Lampu Kepala
1. Sistem lampu depan
Sistem lampu depan sering disebut dengan nama lain seperti lampu kepala atau
lampu besar. Lampu depan digunakan untuk penerangan pada malam hari atau kondisi
gelap. Sistem lampu depan terdiri dari sekering lampu kepala, saklar kontrol lampu, saklar
dim, indikator lampu jauh dan lampu-lampu besar. Beberapa tipe menggunakan relai
lampu kepala dan atau relai kombinasi. Relai lampu depan diaktifkan oleh saklar kontrol
lampu sedangkan relai kombinasi diaktifkan oleh saklar dim. Saklar kontrol lampu
memiliki posisi OFF, TAIL, HEAD. Saklar dim memiliki posisi LOW, HIGH dan FLASH.
Secara umum, lampu kepala diaktifkan dengan menyalakan saklar kontrol lampu pada
posisi HEAD. Khusus untuk FLASH dapat diaktifkan meskipun saklar kontrol lampu pada
posisi OFF. Lampu flash merupakan lampu kepala jauh yang diaktifkan tanpa melalui
saklar kontrol lampu. Lampu ini berfungsi untuk meminta perhatian pemakai jalan lain
yang berada di depan kendaran dengan arah berlawanan kita. Fungsi ini hampir
menyerupai klakson namun sedikit berbeda penggunaannya terutama menyangkut waktu
dimana klakson jarang digunakan pada malam hari demi etika di jalan raya dan sebagai
gantinya digunakan lampu flash.
Saklar kontrol lampu umumnya menggunakan model tuas atau saklar putar. Model
tuas letaknya berada pada sebelah kanan kemudi untuk kendaraan dengan kemudi
kanan dan sebaliknya untuk kendaraan dengan kemudi kiri maka saklar terletak di
sebelah kiri kemudi. Model saklar putar terletak pada dashboard.

Gambar 10.3. Saklar kontrol lampu dan saklar dim lampu kepala
Rangkaian lampu depan dibedakan menurut komponen kelistrikannya. Sistem
lampu depan terdiri dari tiga macam:
a. Tipe tanpa relai lampu depan atau relai kombinasi
b. Tipe dengan relai lampu depan dan tidak dengan relai kombinasi
c. Tipe relai lampu depan dengan relai kombinasi

Gambar 10.4. Rangkaian sistem lampu depan tanpa relai

Gambar 10.5. Rangkaian lampu depan dengan relai


Gambar 10.6. Rangkaian lampu depan dengan relai kombinasi

10.2.2. Lampu Kota


Lampu kota atau disebut juga lampu posisi depan dan belakang merupakan
lampu yang berfungsi untuk penerangan dalam kondisi senja atau fajar dimana kondisi
cahaya di sekitar kendaraan tidak begitu gelap. Lampu ini memberi peringatan
terhadap lingkungan sekitar akan keberadaan kendaraan. Lampu kota terdiri dari
komponen lampu posisi depan dan belakang dan saklar kontrol lampu. Saklar kontrol
lampu kota merupakan saklar yang sama untuk lampu kepala.
Lampu kota dapat diaktifkan dengan menyalakan saklar kontrol lampu pada
posisi TAIL yaitu dengan memutar saklar kontrol lampu satu step. Pada step kedua
baru digunakan untuk menyalakan lampu kepala. Beberapa model memiliki sistem
lampu belakang yang dilengkapi dengan indikator lampu belakang. Ada dua tipe
sistem lampu belakang:
a. Tipe terhubung langsung tanpa relai
b. Tipe relai lampu belakang

Gambar 10.7. Rangkaian lampu belakang


10.2.3. Lampu Tanda Belok dan Tanda Bahaya

Gambar 10.8. Komponen lampu tanda belok dan tanda bahaya

Lampu tanda belok memberitahukan kepada pengguna jalan lain di sekitar


kendaraan akan sinyal bahwa kendaraan akan membelok. Lampu akan berkedip saat
saklar tanda belok dinyalakan. Lampu tanda belok terdiri dari kunci kontak, saklar
tanda belok, flasher yang akan mengontrol arus yang menuju lampu secara terputus-
putus, buzzer untuk memberi tanda peringatan suara pada pengemudi saat lampu
tanda belok aktif, lampu tanda belok dan lampu peringatan tanda belok pada meter
kombinasi.

Gambar 10.9. Saklar lampu tanda belok

Saklar lampu tanda bahaya ditandai dengan sebuah lambang segitiga dengan
garis ganda dengan tombol berwarna merah dan terletak secara terpisah dengan
saklar lampu tanda belok. Meskipun saklarnya terpisah, lampu landa belok dan tanda
bahaya menggunakan satu flasher yang sama.
Gambar 10.10. Saklar lampu tanda bahaya

Sistem lampu tanda belok pada awalnya menggunakan flasher model gulung
dimana kemagnetan dimanfaatkan untuk menghubungkan dan memutuskan titik
kontak sehingga arus yang menuju ke lampu terputus-putus. Ada juga tipe yang
menggunakan bimetal dan kapasitor dimana kumparan pemanas dimanfaatkan untuk
membengkokkan bimetal sehingga titik kontak terhubung dan terlepas. Mengingat
kedua jenis flasher di atas masih mengandalkan sistem mekanis maka dalam
perkembangannya digunakan flasher semi transistor dan sirkuit terintegrasi (IC).

Gambar 10.11. Rangkaian lampu tanda belok dengan flasher tipe kontak

Gambar 10.12. Flasher lampu tanda belok


Gambar 10.13. Rangkaian lampu tanda belok dan tanda bahaya tipe semi transistor

Gambar 10.14. Rangkaian lampu tanda belok menggunakan flasher tipe IC

Pada lampu tanda belok juga terintegrasi sistem tanda bahaya (hazards)
dimana lampu tanda belok kanan dan kiri akan berkedip secara bersamaan jika saklar
tanda bahaya dinyalakan. Lampu ini berfungsi sebagai tanda akan adanya gangguan
pada kendaraan sehingga mobil tidak dapat berjalan atau meminta kepada pengguna
jalan lain untuk memberi jalan karena situasi darurat.

10.3. Cara Kerja Sistem Penerangan


10.3.1. Lampu Kepala
1. Tipe tanpa relai lampu depan atau relai kombinasi
Cara kerja lampu dekat (LO-beam)
Pada saat saklar kontrol lampu pada posisi HEAD dan saklar dim pada posisi
LOW, arus mengalir dari baterai menuju sekering lampu kepala, lampu kepala dekat,
saklar dim, saklar kontrol lampu dan menuju massa sehingga lampu depan (dekat)
akan menyala.
Cara kerja lampu jauh (HI-beam)
Pada saat saklar kontrol lampu pada posisi HEAD dan saklar dim pada posisi
HIGH, arus mengalir dari baterai menuju sekering lampu kepala, lampu kepala jauh,
saklar dim, saklar kontrol lampu dan menuju massa sehingga lampu depan (jauh)
akan menyala. Pada saat yang bersamaan arus dari baterai juga akan mengalir ke
lampu indikator jauh, saklar dim, saklar kontrol lampu dan menuju massa sehingga
indikator lampu jauh pada meter kombinasi akan menyala.

Gambar 10.15. Cara kerja lampu dekat tanpa relai

Gambar 10.16. Cara kerja lampu jauh tanpa relai


Cara kerja lampu FLASH
Pada saat saklar dim digerakkan ke posisi FLASH, arus mengalir dari baterai
menuju sekering lampu kepala, lampu kepala jauh, saklar dim dan menuju massa
sehingga lampu depan (jauh) akan menyala. Pada saat yang bersamaan arus dari
baterai juga mengalir ke lampu indikator jauh, saklar dim dan menuju massa sehingga
indikator lampu jauh pada meter kombinasi akan menyala. Terlihat di sini bahwa
lampu jauh akan menyala tanpa arus dilewatkan pada saklar kontrol lampu. Dengan
demikian lampu kepala dan indikator lampu kepala jauh akan tetap dapat dinyalakan
meskipun saklar kontrol lampu pada posisi OFF.

Gambar 10.17. Cara kerja lampu depan FLASH tanpa relai

2. Tipe dengan relai lampu depan dan tidak dengan relai kombinasi
Cara kerja lampu dekat (LO-beam)
Pada saat saklar kontrol lampu pada posisi HEAD dan saklar dim pada posisi
LOW, arus mengalir dari baterai menuju sekering lampu kepala, kumparan pada relai
lampu kepala, saklar kontrol lampu, saklar dim dan menuju massa sehingga relai
lampu depan akan bekerja.
Selanjutnya arus dari baterai mengalir ke sekering, relai lampu kepala, lampu kepala
dekat, saklar dim dan menuju ke massa sehingga lampu dekat menyala.

Cara kerja lampu jauh (HI-beam)


Pada saat saklar kontrol lampu pada posisi HEAD dan saklar dim pada posisi
HIGH, arus mengalir dari baterai menuju sekering lampu kepala, kumparan pada relai
lampu kepala, saklar kontrol lampu, saklar dim dan menuju massa sehingga relai
lampu depan akan bekerja.
Selanjutnya arus dari baterai mengalir ke sekering, relai lampu kepala, lampu kepala
jauh, saklar dim dan menuju ke massa sehingga lampu jauh menyala. Selain itu arus
yang menuju ke lampu kepala juga melalui lampu kepala dekat, indikator lampu
kepala jauh dan menuju ke massa. Dikarenakan lampu kepala jauh dan indikator
lampu jauh dirangkai seri dengan tahanan lampu jauh yang lebih tinggi maka lampu
kepala jauh tidak akan menyala sebaliknya lampu indikator jauh akan menyala terang.
Gambar 10.18. Cara kerja lampu dekat dengan relai

Cara kerja lampu depan FLASH


Pada saat saklar kontrol lampu pada posisi FLASH, arus mengalir dari baterai
menuju sekering lampu kepala, kumparan pada relai lampu kepala, saklar dim dan
menuju massa sehingga relai lampu depan akan bekerja. Selanjutnya arus dari baterai
mengalir ke sekering, relai lampu kepala, lampu kepala jauh, saklar dim dan menuju
ke massa sehingga lampu jauh menyala. Selain itu arus yang menuju ke lampu kepala
juga melalui lampu kepala dekat, indikator lampu kepala jauh dan menuju ke massa.
Dikarenakan lampu kepala dekat dan indikator lampu jauh dirangkai seri dengan
tahanan lampu dekat yang lebih tinggi maka lampu kepala dekat tidak akan menyala
sebaliknya lampu indikator jauh akan menyala terang.

Gambar 10.19. Cara kerja lampu jauh dengan relai


Gambar 10.20. Cara kerja lampu FLASH dengan relai

3. Tipe relai lampu depan dengan relai


kombinasi Cara kerja lampu dekat (LO-beam)
Pada saat saklar kontrol lampu pada posisi HEAD dan saklar dim pada posisi
LOW, arus mengalir dari baterai menuju sekering lampu kepala, kumparan pada relai
lampu kepala, saklar kontrol lampu, saklar dim dan menuju massa sehingga relai
lampu depan akan bekerja.
Selanjutnya arus dari baterai mengalir ke sekering, relai lampu kepala, relai dim
(kombinasi), lampu kepala dekat dan menuju ke massa sehingga lampu dekat
menyala.

Gambar 10.21. Cara kerja lampu dekat dengan relai kombinasi


Cara kerja lampu jauh (HI-beam)
Pada saat saklar kontrol lampu pada posisi HEAD dan saklar dim pada posisi
HIGH, arus mengalir dari baterai menuju sekering lampu kepala, relai lampu kepala,
saklar kontrol lampu, saklar dim dan menuju massa sehingga relai lampu depan akan
bekerja. Selain itu arus juga mengalir dari baterai menuju sekering lampu kepala, relai
lampu kepala, kumparan pada relai kombinasi, saklar dim dan menuju ke massa
sehingga relai kombinasi bekerja. Selanjutnya arus dari baterai mengalir ke sekering,
relai lampu kepala, relai dim (kombinasi), lampu kepala jauh dan lampu indikator jauh
menuju ke massa sehingga lampu kepala jauh dan indikator lampu kepala jauh
menyala.

Gambar 10.22. Cara kerja lampu jauh dengan relai kombinasi

Gambar 10.23. Cara kerja lampu FLASH dengan relai kombinasi


Cara kerja lampu depan FLASH
Pada saat saklar kontrol lampu pada posisi FLASH, arus mengalir dari baterai
menuju sekering lampu kepala, relai lampu kepala, saklar dim dan menuju massa
sehingga relai lampu depan akan bekerja. Selain itu arus juga mengalir dari baterai
menuju sekering lampu kepala, relai lampu kepala, kumparan pada relai kombinasi,
saklar dim dan menuju ke massa sehingga relai kombinasi bekerja. Selanjutnya arus
dari baterai mengalir ke sekering, relai lampu kepala, relai dim (kombinasi), lampu
kepala jauh dan lampu indikator jauh menuju ke massa sehingga lampu kepala jauh
dan indikator lampu kepala jauh menyala.

10.3.2. Lampu Kota


Cara kerja lampu belakang
a. Tipe terhubung langsung tanpa relai
Pada saat saklar kontrol lampu pindah ke posisi TAIL, arus mengalir dari baterai
menuju sekering, saklar kontrol lampu, lampu belakang dan menuju ke massa
sehingga lampu belakang menyala.

b. Tipe dengan relai lampu belakang


Pada saat saklar kontrol lampu pindah ke posisi TAIL, arus listrik mengalir dari
baterai, sekering, kumparan pada relai lampu belakang, saklar kontrol lampu dan
menuju ke massa sehingga relai lampu belakang bekerja. Akibatnya arus mengalir
dari baterai, sekering, lampu belakang dan menuju ke massa sehingga lampu
belakang menyala.

Gambar 10.24. Cara kerja lampu belakang


10.3.3. Lampu Tanda Belok dan Tanda Bahaya
1. Cara kerja lampu tanda belok
Pada saat saklar tanda belok diaktifkan, flasher tanda belok akan menyalakan
lampu tanda belok kiri atau kanan. Selama lampu menyala, buzzer juga akan berbunyi
sehingga pengendara akan mengetahui bahwa lampu tanda belok masih menyala.

Cara kerja lampu tanda belok dengan flasher tipe kontak


Saat kunci kontak posisi ON
Saat kunci kontak diputar ke ON, arus mengalir dari baterai menuju kunci
kontak, terminal B flasfer, titik kontak, kumparan L2 dan ke kapasitor untuk mengisi
kapasitor. Kapasitor terisi penuh ketika kunci kontak pada posisi ON.

Gambar 10.25. Kunci kontak ON dan pengisian kapasitor

Saklar tanda belok diposisikan ke kanan atau ke kiri


Saat saklar tanda belok diposisikan ke kanan atau ke kiri, arus mengalir dari
baterai menuju kunci kontak, terminal B flasher, titik kontak, kumparan L1, terminal L
flasher, saklar tanda belok, lampu-lampu tanda belok dan menuju ke massa. Lampu
tanda belok akan menyala. Saat yang sama kemagnetan terbentuk pada kumparan L1
dan menarik titik kontak terbuka.

Gambar 10.26. Saat saklar tanda belok ON dan lampu menyala


Bila titik kontak terbuka, pengeluaran (discharging) kapasitor dimulai sehingga
arus yang mengalir ke kumparan L1 dan L2 berkurang. Saat ini kemaganetan masih
dibangkitkan pada kedua kumparan dan tetap mempertahankan titik kontak terbuka.
Pada saat yang sama arus dari baterai mengalir ke kunci kontak, terminal B flasher,
resistor, kumparan L1, terminal L flasher, saklar tanda belok, ke lampu dan menuju
massa. Karena arus yang mengalir rendah maka saat ini lampu tanda belok tidak
menyala.

Gambar 10.27. Pengeluaran kapasitor

Bila pengeluaran kapasitor berakhir, maka kemagnetan pada kumparan L2


menghilang dan tidak mampu mempertahankan posisi titik kontak sehingga titik kontak
menutup lagi. Arus selanjutnya dari baterai mengalir ke kunci kontak, terminal B
flasher, titik kontak, kumparan L1, terminal L, saklar tanda belok, lampu tanda belok
dan menuju massa menyebabkan lampu tanda belok menyala kembali. Pada saat
yang sama arus dari baterai melakukan pengisian kapasitor melalui kumparan L2.
Karena kemagnetan yang terbentuk pada kedua kumparan arahnya berlawanan maka
saling meniadakan dan mempertahankan titik kontak tertutup sampai kapasitor terisi
penuh.
Bila kapasitor terisi penuh, arus yang mengalir ke kumparan L2 berhenti dan
kemagnetan pada kumparan L1 akan menarik titik kontak untuk membuka sehingga
lampu mati. Siklus yang berulang-ulang ini akan membuat lampu tanda belok
berkedip-kedip selama interval waktu tertentu.
Gambar 10.28. Lampu tanda belok menyala

Cara kerja lampu tanda belok dengan flasher tipe


IC Saat saklar tanda belok diposisikan ke kiri
Pada saat saklar tanda belok di posisi kiri, kondisi antara terminal EL dari
flasher lampu tanda belok dan massa akan berkelanjutan sehingga mengaktifkan
transistor dan relai sisi kiri. Selanjutnya arus dari baterai menuju sekering utama,
terminal +B flasher, kumparan relai kiri, transistor, massa. Sehingga relai kiri pada
flasher bekerja dan arus mengalir ke terminal LL menuju lampu indikator belok kiri.

Gambar 10.29. Cara kerja lampu tanda belok saat belok kiri
Saat saklar tanda belok diposisikan ke kanan
Pada saat saklar tanda belok di posisi kanan, kondisi antara terminal ER dari
flasher lampu tanda belok dan massa akan berkelanjutan sehingga mengaktifkan
transistor dan relai sisi kanan. Selanjutnya arus dari baterai menuju sekering utama,
terminal +B flasher, kumparan relai kanan, transistor, massa. Sehingga relai kanan
pada flasher bekerja dan arus mengalir ke terminal LR menuju lampu tanda belok dan
indikator tanda belok kanan.

Gambar 10.30. Cara kerja lampu tanda belok saat belok kanan

Jika lampu tanda belok mati, sejumlah arus listrik akan menurun. Penerangan
(kedipan lampu) jadi lebih cepat sebagai tanda kepada pengendara.

2. Cara kerja lampu tanda bahaya


Pada saat saklar lampu tanda bahaya di posisi ON, kondisi antara terminal
EHW dari flasher lampu tanda belok dan massa akan berkelanjutan sehingga
mengaktifkan transistor dan relai sisi kanan dan kiri. Selanjutnya arus dari baterai
menuju sekering utama, terminal +B flasher, kumparan relai kanan dan kiri, transistor,
massa. Sehingga relai kanan dan kiri pada flasher bekerja dan arus mengalir ke
terminal LR dan LL menuju lampu tanda belok dan indikator tanda belok kanan dan
kiri.
Gambar 10.31. Cara kerja lampu tanda bahaya

10.4. Pemeriksaan Sistem Penerangan


Pemeriksaan diawali dengan melepas terminal negatif baterai. Namun perlu
dicatat informasi yang berhubungan dengan memori yang disimpan dalam ECU
seperti stasiun radio, posisi tempat duduk, posisi roda kemudi dan sebagainya.

Gambar 10.32. Melepas terminal negatif baterai


Berikut ini merupakan contoh pemeriksaan sistem penerangan lampu kepala:
1. Periksa bohlam lampu besar

Gambar 10.33. Melepas konektor bohlam lampu kepala

Gambar 10.34. Melepas tutup karet soket bohlam lampu kepala


Gambar 10.35. Melepas bohlam lampu besar dari dudukannya

Lepas pegas yang menahan bohlam dan lepas bohlam. Hindarkan tangan agar tidak
menyentuh bohlam karena akan memperpendek umur bohlam. Soket dudukan
bohlam agar ditutup sehingga tidak memungkinkan benda-benda asing masuk ke
bagian dalam dan merusak lensa.

Gambar 10.36. Mengukur kontinuitas pada terminal bohlam


a. Set tester kelistrikan pada rentang pengukuran tahanan
b. Hubungkan kawat timah tester kelistrikan pada bohlam dan periksa kontinuitas
Sisi lampu dekat:
Hubungkan tester antara terminal 1 dan terminal 3. Jika tidak ada kontinuitas berarti
lampu putus.

Sisi lampu jauh:


Hubungkan tester antara terminal 2 dan terminal 3. Jika tidak ada kontinuitas berarti
lampu putus.

2. Periksa tegangan baterai

Gambar 10.37. Mengukur tegangan baterai

a. Set tester kelistrikan pada rentang pengukuran tegangan DC.


b. Hubungkan kawat timah sisi negatif tester pada terminal negatif baterai dan kawat
timah sisi positif tester pada terminal positif baterai.
c. Periksa tegangan baterai. Tegangan baterai biasanya sekitar 12.6 V; akan tetapi,
tegangan aktual dapat berada di kisaran 10 - 14 V.
3. Periksa sirkuit lampu besar
Pemeriksaan sirkuit yang berhubungan dengan letak komponen, bentuk soket dan
warna kabel dapat dilihat pada buku pedoman reparasi masing-masing kendaraan.

Gambar 10.38. Memeriksa posisi konektor lampu kepala

Gambar 10.39. Memeriksa bentuk konektor lampu kepala


Gambar 10.40. Memeriksa warna kabel pada sirkuit

4. Periksa saklar kontrol lampu (light control switch)


Tekan cakar konektor dan tahan bodi konektor untuk melepas konektor.

Gambar 10.41. Melepas saklar kontrol lampu


Gambar 10.42. Memeriksa saklar kontrol lampu

5. Periksa konektor saklar kontrol lampu

Gambar 10.43. Memeriksa konektor saklar kontrol lampu


Gambar 10.44. Memeriksa warna kabel pada konektor saklar kontrol lampu

Gambar 10.45. Melepas tuas saklar kontrol lampu


Gambar 10.46. Memeriksa kontinuitas saklar kontrol lampu

Periksa kontinuitas saklar kontrol lampu


a. Set tester kelistrikan pada rentang pengukuran kontinuitas.
b. Periksa kontinuitas antara terminal-terminal saklar kontrol lampu sambil meng-
operasikan saklar kontrol lampu.

Gambar 10.47. Memeriksa kontinuitas saklar kontrol lampu posisi TAIL


• Posisi TAIL
Memutar saklar kontrol lampu ke posisi TAIL akan mengalirkan arus antara terminal
A dan terminal B sehingga lampu belakang akan menyala.

Gambar 10.48. Memeriksa kontinuitas saklar kontrol lampu posisi HEAD (LOW)

• Posisi HEAD (LOW)


Memutar saklar kontrol lampu ke posisi HEAD (LOW) akan mengalirkan arus antara
terminal C dan terminal E sehingga lampu kepala dekat akan menyala.

• Posisi HEAD (HIGH)


Memutar saklar kontrol lampu ke posisi HEAD (HIGH) akan mengalirkan arus
antara terminal D dan terminal E sehingga lampu kepala jauh akan menyala.
Gambar 10.49. Memeriksa kontinuitas saklar kontrol lampu posisi HEAD (HIGH)

6. Periksa tegangan sirkuit lampu besar


Pasang kembali terminal negatif baterai dengan hati-hati agar tidak merusak
terminal dan kembalikan informasi seperti yang tercatat pada memori di kendaraan.

Gambar 10.50. Memasang kembali terminal negatif baterai


Gambar 10.51. Memasang kembali soket saklar kontrol lampu

Periksa tegangan konektor lampu besar


a. Set tester kelistrikan pada rentang pengukuran tegangan.
b. Hubungkan kawat timah tester pada terminal-terminal seperti terlihat pada gambar
di bawah ini. Periksa tegangan dengan cara menghubungkan kawat timah tester
pada konektor lampu besar. Hindarkan menekan terminal dengan kuat karena
dapat menye-babkan kerusakan pada terminal.
c. Periksa apakah saklar kontrol lampu dan tegangan terminal yang diperiksa
berubah saat saklar kontrol lampu dioperasikan ke low dan high.

Gambar 10.52. Memeriksa tegangan sirkuit lampu dekat


Gambar 10.53. Memeriksa tegangan sirkuit lampu jauh

Setelah memeriksa tegangan sirkuit lampu kepala, maka selanjutnya adalah


pemeriksaan kerja sistem lampu besar pada kendaraan. Hal ini diawali dengan
pemasangan kembali bohlam lampu kepala denga hati-hati pada dudukan lampu.

Gambar 10.54. Memasang kembali bohlam lampu kepala


Gambar 10.55. Memasang penutup bohlam

Gambar 10.56. Memasang konektor bohlam lampu kepala


Gambar 10.57. Memeriksa kerja sistem lampu dekat setelah semua terpasang

Gambar 10.58. Memeriksa kerja sistem lampu jauh setelah semua terpasang

Periksa adanya kesalahan pada prosedur pemasangan perlengkapan


kelistrikan dan periksa bahwa lampu besar bekerja dengan baik. Operasikan saklar
kontrol lampu pada posisi OFF, TAIL dan HEAD dan saklar dim pada posisi LOW,
HIGH dan FLASH kemudian periksa bahwa lampu-lampu yang berhubungan menyala
pada setiap posisi saklar.
10.5. Gangguan dan Perbaikan Sistem Penerangan

Tabel 10.2 Gangguan, penyebab dan cara mengatasi pada sistem penerangan

Gangguan Kemungkinan Penyebab Cara Mengatasi


Hanya satu lampu Bohlam putus Ganti bohlam
tidak menyala (lampu Soket, rangakaian kabel atau Perbaiki seperlunya
luar) massa, rusak
Lampu besar tidak Sekering ”HEAD” putus Ganti sekering dan periksa
menyala hubungan singkat
Relai kontrol lampu besar rusak Periksa relai
Saklar kontrol lampu besar rusak Periksa saklar
Rangkaian kabel atau massa rusak Perbaiki seperlunya
Lampu besar jauh Saklar kontrol lampu, rusak Periksa saklar
atau kilatan lampu Rangkaian kabel rusak Perbaikai seperlunya
besar tidak menyala
Lampu belakang, Sekering ”TAIL” putus Ganti sekering dan periksa
lampu parkir dan hubungan singkat
lampu plat nomor Relai kontrol lampu kecil rusak Periksa relai
tidak menyala Saklar kontrol lampu rusak Periksa saklar
Rangkaian kabel atau massa rusak Perbaiki seperlunya
Lampu rem tidak Sekering ”STOP” putus Ganti sekering dan periksa
menyala hubungan singkat
Saklar lampu rem rusak Periksa saklar
Rangkaian kabel atau massa rusak Perbaiki seperlunya
Lampu rem tetap Saklar lampu rem rusak Stel atau ganti saklar
menyala
Lampu instrumen Rangkaian kabel atau massa rusak Perbaiki seperlunya
tidak menyala (lampu
belakang menyala)
Salah satu lampu Saklar lampu tanda belok rusak Periksa saklar
tanda belok tidak Rangkaian kabel atau massa rusak Perbaiki seperlunya
menyala
Lampu tanda belok Sekering ”ENGINE” putus Ganti sekering dan periksa
tidak bekerja hubungan singkat
Flasher rusak Periksa Flasher
Saklar lampu tanda belok rusak Periksa saklar
Rangkaian kabel atau massa rusak Perbaiki seperlunya
Lampu tanda bahaya Sekering ”HAZARD” putus Ganti sekering dan periksa
tidak bekerja hubungan singkat
Flasher rusak Periksa Flasher
Saklar lampu tanda bahaya rusak Periksa saklar
Rangkaian kabel atau massa rusak Perbaiki seperlunya

Anda mungkin juga menyukai