Anda di halaman 1dari 22

PBL 1: dokter gigi primer

1. Konsep dari primary care dentist


 Promotive and preventive
 5 prinsip dasar primary health care
-Pemeratan upaya kesehatan
-Penekanan pada upaya preventif
-Penggunaan teknologi tepat guna
-Melibatkan peran serta masyarakat
-Melibatkan kerjasama di lintas sectoral

2. Perbedaan praktik dokter gigi biasa dengan dokter gigi layanan primer dan dokter gigi
keluarga
a) Dokter gigi biasa
Dokter gigi yang memiliki sistem pembayaran FFS sehingga masih
menggunakan paradigma sakit, semakin banyak pasien yg datang semakin banyak
pendapatan dokter. Dokter gigi biasa juga berperan sebagai gate keeper karena
nantinya jika trdpt pelayanan yang tidak dapat dilakukan maka akan dilakukan
rujukan.
b) Dokter gigi layanan primer
Dokter gigi layanan primer merupakan dokter gigi yang bekerja di fasilitas
kesehatan pertama baik pada puskesmas, klinik pratama, rumah sakit tipe D, maupun
praktik drg mandiri. Dokter gigi layanan primer berfungsi sebagai gate keeper pada
pemberi pelyanan kesehatan gigi dan mulut yang diharapkan dapat menerbitkan
sistem rujukan dalam sistem kesehatan nasional.
c) Dokter gigi keluarga
Dokter gigi keluarga meruapakan drg yang bekerjasama dengan BPJS sebagai
pemberi pelayanan kesehatan tingkat pertama. Sistem pembayaran pada drg keluarga
merupakan pembayaran prospektif berupa kapitasi sehingga paradigma drg keluarga
adlah paradigma sehat yang mana semakin sedikit pasien yang berobat maka
pendapatan dokter gigi akan semakin banyak oleh karena itu, nantinya drg akan
mengutamakan pelayanan promotive preventif.

3. pengertian dari dokter gigi keluarga dan pelayanan dokter gigi keluarga
 Dokter gigi keluarga menurut keputusan Menkes RI
No.039/Menkes/SKI/2007/Pedoman kedokteran gigi keluarga merupakan dokter
gigi yang mempunyai pengetahuan,sikap dan perilaku professional dalam menjaga
dan memelihara kesehatan gigi dari keluarga binaannya dengan menyelenggarakan
upaya pemeliharaan kesehatan gigi dasar yang paripurna dengan pendekatan holistik
dan kesisteman serta pro-aktif dalam antisipasi dan pemecahan masalah kesehatan
yang dihadapi keluarga yang memilihnya sebagai mitra utama sebagai kesehatan
gigi.
 Pelayanan kedokteran gigi keluarga adalah suatu upaya pelayayanan bidang
kesehatan gigi dan mulut yang secara paripurna memusatkan layanannya kepada
setiap individu dalam suatu keluarga binaan. Pendekatan pelayanan harus dilakukan
secara menyeluruh mulai dari promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dengan
memperhatikan faktor-faktor resiko pelayanan tidak dibatasi oleh golongan umur,
jenis kelamin, maupun sistem organ serta sistem rujukan.

4. tujuan dari pelayanan dokter gigi keluarga (KMK No.1415/2005)


 Agar tercapai kemandirian keluarga dalam memelihara dan menjaga kesehatan gigi
dan mulut
 Agar terpenuhi kebutuhan keluarga untuk memperoleh pelayanan kesehatan gigi
yang optimal,bermutu, terstruktur dan berkesinambungan
 Agar tertatanya pembiayaan
 Agar tertata manajemen dan administrasinya
 Agar dapat terbina professionalisme dokter gigi keluarga secara berkesinambungan

5. Prinsip dokter gigi keluarga: (KMK No.039/Menkes/SK/I/2007 Pedoman


penyelengaaran kedokteran gigi keluarga)
 Dokter gigi kontak pertama  dokter gigi sebagai penyedia layanan kesehatan
gigi dan mulut pertama kepada pasien dan sbg pemberi rujukan ke strata berikutnya.
 Layanan bersifat pribadi  dokter gigi keluarga memberikan pelayanan secara
personal dengan tetap memperhatikan anggota keluargannya sehingga dokter gigi
tersebut dapat memahami permasalahan pasien secara lebih luas, dan menciptakan
sambung rasa dengan pasien agar pasien lebih terbuka dan kooperatif.
 Pelayanan komprehensif  dokter gigi keluarga memberikan pelayanan secara
menyeluruh dari pemeliharaan, promotive, preventif, kuratif dan rehabilitatif sesuai
dengan kebutuhan pasien, selain itu dokter gigi juga memberikan perawatan tidak
hanya kepada pasiennya saja tetapi juga kepada keluarga pasien secara menyeluruh.
 Paradigma sehat  dokter gigi keluarga mendorong masyarakat untuk bersikap
mandiri dalam menjaga kesehatan diri mereka sendiri melalui upaya promotif dan
preventif.
 Pelayanan berkesinambungan  pelayanan dokter gigi harus melandasi prinsip
ini karena hubungan jangka panjang dokter gigi dan keluarga dengan pelayanan
kesehatan gigi dan mulut yang berkesinambungan dalam beberapa tahap kehidupan
maupun kesehatan dari manusia atau keluarga tersebut.
 Koordinasi dan kolaborasi  dalam mengatasi masalah pasiennya,dokter gigi
keluarga perlu berkonsultasi dengan disiplin lain dan merujuk ke spesialis serta
memberikan informasi yang jelas kepada pasien. Bila pasien membutuhkan
pelayanan yang beraada diluar kompetensi dokter gigi keluarga, dokter gigi keluarga
seharusnya bekerja sama dengan pihak lain contohnya dokter gigi/dokter spesialis
yang lebih kompeten dalam menangani kebutuhan pasiennya.
 Family and comunity oriented  Dokter gigi keluarga dalam mengatasi masalah
pasien mempertimbangkan kondisi pasien dan keluarganya tanpa mengesampingkan
pengaruh lingkungan,sosial budaya dan tempat tinggal pasien dan pekerjaan dari
pasien. Dokter gigi keluarga harus tetap memperhatikan dampak kondisi pasien dan
sebaliknya.

6. Upaya dan asas penyelenggaraan dokter gigi keluarga


a) Upaya ada dibagi 2 menurut Keputusan Menkes RI No.1415/Menkes/SK/X/2005
 Upaya pelayanan kedokteran gigi keluarga wajib  upaya yang harus
dilakukan untuk mengatasi kebutuhan kesehatan gigi dan mulut esential meliputi
kegawatdaruratan, pencegahan dan perawatan yang sederhana
 Upaya pelayanan kedokteran gigi keluarga pengembangan  upaya yang
dilakukan berdasarkan permasalahan kesgilut yang ditemukan dimasyarakat dan
disesuaikan kemampuan dokternya. Kemampuan spesialistik tertentu dengan
dukungan rujukan

b) Asas penyelenggaraan dibagi menjadi 3:


 Asas pertanggungjawaban wilayah  dokter gigi keluarga meningkatkan derajat
kesehtan gigi masyarakat diwilayah kerjanya, setiap dokter gigi keluarga membina
1800 kk/9000 penduduk. (Indikator derajat kesehatan Tahun 2010).
Berdasarkan KMK No. 1415.
Pada asas wilayah: pada setiap dokter gigi keluarga membina 1800 kk/9000
penduduk.
KMK 1415: Ada 2, asas pemertanggungjawaban wilayah dan pemberdayaan
masyarakat.
 Asas pemberdayaan masyarakat  peran aktif perorangan,keluarga dan masyarakat.
Pelayanan ada posyandu,UKGS,tokoh masyarakat,tokoh agama,kader posupaya
kesehatan kerja.

7. Sasaran pelayanan dokter gigi keluarga


a. Keluarga, merupakan kelompok utama untuk mencegah dan menjaga status
kesehatan keluarga, keluarga juga merupakan peran kunci untuk memberikan
perawatan kepada anggotanya.
b. Pada tahun 2010, jumlah keluarga yang dibina drg keluarga mencapai 28% dari
penduduk dengan ketentuan bahwa:
- 80% anggota binaan mampu mandiri menjaga dan memelihara kesgilut.
- 80% anggota binaan dengan keluhan sakit dan kelainan gigi memperoleh
pelayanan yang optimal termasuk rehabilitasi
80% anak usia dibawah 12 tahun memperoleh Tindakan pencegahan atau perlindungan
atau diagnosis dini dan terapi yang tepat

8. Ruang lingkup dokter gigi keluarga


a. Pelayanan darurat (Basic emergency care), pelayanan darurat dasar yang harus dapat
melayani siapasaja, kapansaja, dan dimanasaja. Contohnya: pertolongan pertama pada
keadaan darurat dan gawatdarurat yang selanjutnya dilakukan rujukan bila perlu.
Mengurangi rasa sakit atau mengeliminasi infeksi (Pertolongan pertama pada gigi dan
mulut karena penyakit atau cedera)
b. Pelayanan pencegahan (Preventive care), pelayanan yang terdiri dari pelayanan
pencegahan yang ditujukan kepada komunitas, kelompok, dan individu contohnya :
komunitas ( kampanye Kesehatan gigi melalui media massa utk memperbaiki
kesadaran, pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat) , kelompok ( promosi kesgilut
melalui program Pendidikan kepada kelompok tertentu ) individu ( pemeriksaan gigi
dan mulut pada pasien perorangan termasuk temuan2 penyakit gigi dan mulut serta
rujukan bila perlu. Menghilangkan kebiasaan buruk seperti abnormal swelling,
menggigit lidah bibir maupun jari.
c. Pelayanan medik gigi dasar (Simple care), pelayanan professional sederhana atau
pelayanan gigi medik dasar umum. Contohnya scaling, tumpatan gigi, perawatan pulpa
dan ekstraksi tanpa komplikasi. Perawatan abses, penanganan dry socket, pengelolaan
halitosis.
d. Pelayanan medik gigi khusus (Moderate care), pelayanan professional dibidang
kedokteran gigi yang advance atau pelayanan dokter gigi khusus seperti bidang
spesialistik. Contohnya konservasi gigi, periodonsi, Bedah mulut, Ortodonsia,
Prostodonsia. Pedodonsia dan oral medicine

9. Peran dari dokter gigi keluarga


 Pemberi layanan/ care provider, komitmen dalam menjaga mutu,memandang pasien
dan keluarga sebagai mitra.
 Sebagai mitra dalam mengambil keputusan medis berdasarkan evidance base
dentistry.
 Pengalang peran serta masyarakat.
 Sebagai ujung tombak layanan kesehatan dan sistem rujukan berjenjang yang mana
dokter gigi keluarga harus bisa memilih kasus mana yang harus dikerjakan sendiri
dan mana yang harus dirujuk sehingga tercipta sutau sistem rujukan yang berjenjang.
 Koordinator pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut keluarga.

10. karakteristik dari dokter gigi primer/dokter gigi keluarga (KMK RI


No.039/Menkes/SK/I/2007)
 Berorientasi pada pencegahan penyakit serta pemeliharaan kesehatan
 Pendekatan holistik baik pada pasien dan keluarga
 Mempunyai kemampuan dan keterambilan diagnosa serta kemampuan rujuk yang
handal serta mempunyai pengetahuan epidemiologi karena untuk menemukan pola
penyakit gigi dan mulut yang banyak diderita oleh masyarakat dan juga dapat
mengelola berbagai penyakit gigi dan mulut secara komprehensif.
 Dokter gigi keluarga menguasai teknik pemecahan masalah untuk mengatasi
berbagai penyakit gigi dan mulut.
 Dokter gigi keluarga memiliki pengetahuan tentang hubungan timbal balik faktor
biologis sosial dan emosional dengan penyakit yang dihadapi dan menguasai teknik
pemecahan masalah untuk mengatasi berbagai penyakit gigi dan mulut.

11. Perizinan praktik dan syarat dokter gigi keluarga


12. Perbedaan dari UKP dan UKM
a) UKM: program yaitu mencegah timbulnya maslah kesehatan seperti promosi
kesehatan, kesehatan lingkungan, pelayanan gigi dan pengeendalian penyakit. UKM
adlah kegiatan untuk memlihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan
menangulangi timbulnya masalah kesehatan dengan sasaran keluarga,kelompok dan
masyarakat. Terdapat 2 macam UKM:
 UKM essential: program yaitu mencegah timbulnya maslah kesehatan seperti
promosi kesehatan, kesehatan lingkungan, pelayanan gigi dan pengeendalian
penyakit
 UKM pengembangan: Kegiatan memerlukan upaya yang sifatnya inovatif
bersifat ekstensifikasi dan intensifikasi layanan yang disesuaikan dengan
prioritas masalah kesehatan, kekhususan wilayah kerja dan potensi sumber daya
yang tersedia. Permenkes RI No.75/2014
b) UKP: terkait dari penyembuhan penyakit dan kesehatan perseorangan, misalnya ada
rawat jalan, UGD, pelayanan 1 hari dan rawat inap. UKP adalah kegiatan dan atau
serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk peningkatan,
pencegahan penyembuhan penyakit pengurangan penderitaan akibat penyakit dan
memulihkan kesehatan perorangan. (Permenkes No.75/2004)

13. Sistem pembiayaan dokter gigi masa JKN


 Sistem pembayaran Dokter Gigi Keluarga salah satu model kapitasi yang relatif baru
bagi Dokter Gigi yang selama ini terbiasa dengan model pembayaran fee for service.
Pergeseran ke arah sistem pembayaran kapitasi didasarkan pada berbagai evaluasi
yang menunjukkan bahwa metode pembayaran berbasis FFS kepada provider
pelayanan kesehatan terbukti dapat menyebabkan inefisiensi dan peningkatan biaya
pelayanan kesehatan. Dalam model pembayaran (FFS), dokter tidak ikut
menanggung risiko keuangan, akibatnya sering terjadi over utilisasi dan supply
induced demand dalam pemberian pelayanan kesehatan. Sebaliknya dengan model
pembayaran kapitasi diharapkan dapat meningkatkan efisiensi biaya pelayanan
kesehatan dengan mengikutsertakan drg keluarga pada posisi ikut menanggung
sebagian atau seluruh risiko keuangan, terkait dengan penggunaan sumber daya
dalam pelayanan kesehatan. Sistem pembiayaan dokter gigi keluarga menggunakan
kapitasi drg keluarga harus mengupayakan upaya promotif dan preventif kepada
pasien agar pembiayaan treatment lebih rendah, karena jika terjadi maslah gilut dan
membuthkan perawatan yg lebih rumit maka yang merawat akan menjadi tugas
dokter gigi dilayanan sekunder sehingga dana yang dikeluarkan oleh pemerintah
akan semakin tinggi.
 Pembayaran kepada dokter gigi besaran kapitasi yang diterima oleh dokter gigi
sebnayak 2rb rupiah dikalikan dengan jumlah pasien yang tercover menjadi peserta
biasanya jumlahnya 8000-10000 peserta, dari dana kapitasi tsb drg harus bisa
memastikan cukup untuk pelayanan yang ditanggung drg tersebut. jika perawatan yg
dilakukan drg kuratif maka dana ini tidak akan cukup, drg keluarga diharapkan
mengurangi perawatan kuratif dengan memprioritaskan preventif dan promotif.
( Jurnal of Indonesia Dental Assotiation 2018)
PBL 2 Managed Care

1. Pengertian managed care


- System yang menyatukan pembayaran dan pelayanan yang sesuai dg
anggotanya.
- Pengaturan finansial dari pelayanan kesehatan yang terintegrasi dan
berkesinambungan.
- sistem pembiayaan kesehatan yang disusun berdasarkan anggota yang
terdaftar dengan kontrol mulai dari perencanaan pelayanan serta meliputi
kontrak dengan penyelenggaran kesehatan untuk pelayanan yang
komprehensif penekanan agar peserta tetap sehat sehingga utilisasi berkurang
unit layanan harus memenuhi standar yang telah ditetapkan.

2. Ciri-ciri managed care


 Terdapat kerjasama antara pemberi layanan jasa kesehatan (provider) dan lembaga
penyelenggara asuransi
 Terdapat monitoring dan kontrol pelayanan yang diberikan
 Terdapat pembatasan penyelenggaran pelayanan kesehatan (PPK) atau provider
 Menciptakan layanan kesehatan yang sesuai dengan standar yang ditetapkan
 Menekankan pada pemeliharaan peserta untuk meningkatkan utilitas pelayanan
 Program peningkatan mutu dan utilization review. Utilization review  ketat dan
sesuai mekanisme kontrak
 Sistem reimbursement yang membuat sarana pelkes (dokter, rs, puskesmas) dapat
mempertanggungjawabkan biaya dan pelayanan
 Menggunakan dokter umum dan tenaga medik lainnya untuk mengelola pasien

3. Tujuan managed care


 Untuk mengembangkan suatu metode/cara yang dapat menghasilkan pelkes yang
terjangkau dan komprehensif atau menyeluruh bagi pasien/anggota managed care
Menurut (green&rowel, 2011)
 Menjamin aksesibility masyarakat ke faskes yang memadai
 Mewujudkan pemerataan pelkes
 Mendorong efisiensi pembiayan pelkes
 Mendorong standar mutu pelayanan kesehatan

4. Elemen managed care


 Penyelenggaraan pelayanan kesehatan tertentu
 Adanya kriteria khusus untuk penetapan provider
 Mempunyai program pengawasan mutu dan utilisasi
 Penekanan pada upaya promotif dan prevetif
 Finansial intensive bagi peserta yang melaksanakan pelayan sesuai prosedur

5. Bentuk managed care


a. HMO (Health maintenance Organization). Ciri-ciri :
 Pembayaran premi berdasarkan perhitungan kapitasi

 Terikat pada lokasi tertentu

 Pembayaran out of pocket sangat minimal


 Terdapat 2 bentuk HMO :
 HMO merupakan badan penyelenggara merangkap sebagai pelayanan
kesehatan sehingga kontrol lebih baik, mengurangi utilisasi yang berlebihan
 HMO mengontrol penyelenggaran pelayanan kesehatan
 Pilihan PPK terbatas  Perlu waktu untuk menukar PPK
 Ada pembagian risiko dengan PPK
 Kendali biaya dan pemanfaatan tinggi
 Ada kemungkinan mutu pelayanan rendah
 Tipe HMO
 Staff model : dokter scr langsung menjadi pegawai HMO, diberi imbalan
dengan sistem gaji
 Group model : HMO mengontrak dokter scr kelompok, biasanya didasarkan
pd kapitasi
 Network model : HMO mengontrak lebih dari 1 grup dokter
 Individual Practice A : HMO mengontrak sejumlah dokter dr beberapa jenis
praktet  didasarkan pada fee for service

b. PPO (Preferred Provider Organization) dan POS (Point of Service) : memiliki ciri
yang sama  memberi pilihan PPK yang lebih luas kpd konsumen yaitu provider
yang termasuk dalam jaringan dan provider yang tidak termasuk dalam jaringan
pelayanan sehingga harus dibayar penuh. PPO memiliki kesamaan dengan IPA,
tetapi lebih memilih salah satu provider yang ada dan membuat persetujuan kontrak
yang terfokus pd harga. Ciri-ciri :

 Pelayanan bersifat komprehensif


 Kebebasan memilih PPK
 Intensif untuk menggunakan PPK lebih murah
 Pengeluaran out of pocket sedang
 Ada kendali utilitas dan mutu
 Inflasi biaya relatif tinggi
 Tumbuh paling cepat

Perbedaan : PPO  dokternya dibayar dengan fee for service melalui negosiasi
mengenai setiap pelayanan yang ditawarkan. POS  sistem kapitasi untuk setiap
pendaftar

c. POS  sering disebut HMO dengan tanpa pembatas. Kompensasi POS : pasien per
tahun

6. Jenis sitem pembayaran


a. Retrospektif  metode pembayaran yang dilakukan atas layanan kesehatan yang
diberikan kepada pasien berdasarkan setiap aktivitas layanan yang diberikan
sehingga semakin banyak pelayanan yang diberikan, semakin tinggi biaya yang
dibayarkan. Contoh : fee for service.

 Kelebihan:
 Pembayaran lebih adil sesuai dengan kompleksitas pelayanan

 Proses klaim lebih cepat


 Kualitas pelayanan baik

 Dapat memilih provider dengan pelayanan terbaik

 Terdapat pembagian risiko keuangan dengan provider

 Biaya administrasi lebih rendah

 Mendorong peningkatan sistem informasi

 Kekurangan
 Tidak ada insentif untuk yang memberikan preventive care
 Jumlah pasien banyak atau over crowded clinics
 Kualitas pelayanan kurang
 Meningkatkan risiko keuangan

b. Prospektif  metode pembayaran atas layanan kesehatan yang jumlahnya sudah


diketahui sebelum pelayanan kesehatan diberikan. Contoh : kapitasi, perdiem, global
budget, case based payment.

Kapitasi : dipengaruhi oleh jumlah peserta, utilisasi dan unit cost

Inacbgs dipengaruhi oleh clinical pathway

Di Indonesia, pembayaran prospektif dikenal dengan casemix atau case based


payment yang diterapkan di JKN Indonesia. Sistem casemix dikembangkan pertama
di tahun 2006 dinamai INA-DRG / Indonesia Diagnostic Related Group. tahun 2010
berubah menjadi INA-CBG / indonesian case based group. Pembayaran INA-CBGs
digunakan di faskes lanjutan / rumah sakit.

 Kelebihan:
 Risko keuangan sangat kecil
 Pendapatan rumah sakit tidak terbatas

 Waktu tunggu lebih singkat


 Lebih mudah mendpt pelayanan dengan teknologi terbaru
 Mudah mencapai kesepakatan dengan provider

 Kekurangan
 Kurangnya kualitas coding yang akan

 Pengurangan kualitas pelayanan

 Provider akan merujuk ke luar RS lain


 Memerlukan pemahaman konsep prospektif dalam implementasinya
 Memerlukan monitoring paska klaim
7. Perhitungan kapitasi, utilisasi, dan premi

a. Kapitasi terdapat beberapa komponen:


1) Jenis pelayanan kesehatan

2) Unit Cost dari tiap pelayanan kesehatan  unit cost didapat dari jumlah
pendapatan untuk setiap jumlah pelayanan dibagi jumlah kunjungan untuk
pelayanan tsb. Jumlah unit cost yang tinggi menunjukkan pelayanan yang tidak
efisien atau biaya yang tinggi (banyak penyakit degenerative)
3) Utilisasi dari tiap pelayanan kesehatan

b. Utilisasi dipengaruhi beberapa faktor:


1) Karakteristik populasi  adanya perbedaan karakteristik anatara masyarakat
pedesaan dan perkotaan yang akan mempengaruhi tingkat utilisasi
2) Sifat sistem pelayanan  seberapa jauh kecenderungan dokter gigi layanan
primer membuat rujukan dalam sistem kompensasi kapitasi
3) Manfaat yang ditawarkan  mengenai 8 paket
4) Kebijakan asuransi  pengendalian mutu dan biaya seperti pembatasan biaya
scaling, protesa gigi dikeluarkan dari sistem kapitasi dan dibayarkan dengan
sistem klaim.

 Menentukan utilisasi (tingkat pemanfaatan pelayanan)


Rumus = jumlah kasus / jumlah peserta x 100%

 Menetukan besaran kapitasi


Rumus = utilisasi x unit cost

 Rumus premi
 Kapitasi + margin + administrasi + profit

 Besar margin = 20%kapitasi


 Administrasi = 30%premi
 Profit = 10%premi

8. Dampak kapitasi

 Pada sistem pembayaran kapitasi dengan cara yang terpisah-pisah antara rawat jalan
dan rujukan tanpa diimbangi dengan insentif yang memadai akan terjadi angka
rujukan yang tinggi.
 Dokter bisa mengorbankan kualitas pelayanan dengan mempersingkat waktu
konsultasi dan/atau memberi obat yang kurang efektif.
 Mendorong pasien agar tidak sering konsultasi dengan berbagai cara. Meskipun
akan merugikan dokter dalam jangka panjang, tetapi pada tahap awal hal ini dapat
terjadi pada pembayaran besaran kapitasi yang kurang layak.
 Fasilitas kesehatan memberikan pelayanan yang berkualitas tinggi dengan
menegakkan diagnosis dan pengobatan yang tepat.
 Fasilitas kesehatan memberi pelayanan promotif preventif untuk mencegah insiden
kesakitan.
 Fasilitas kesehatan memberi pelayanan yang pas tidak lebih, tidak kurang untuk
mempertahankan efisiensi operasi dan tetap memegang jumlah pasien jaminan
kesehatan sebagai income security.

9. Kendali mutu dan biaya pada sistem managed care

 Terdapat proses kredensialing  bpjs akan mengawasi kinerja dokter/dokter gigi


agar pelaksanaan pelayanan terjamin mutunya
 Apabila dokter gigi pelayanan primer tidak menyediakan tempat praktik sesuai
kriteria maka dokter gigi tsb tidak akan dikontrak
 Apabila drg terlalu banyak merujuk ke pelayanan lanjutan yang tidak ada indikasi
medis yang tepat maka akan menjadi catatan oleh BPJS
 Bila jam pelayanan praktik tidak sesuai dengan kerja sama atau tempat praktik buka
tidak sesuai jadwal atau sering tutup maka drg dapat diputus kontrak dan tidak akan
dilakukan perpanjangan kontrak
 Patient safety, rekam medis, dan sterilisasi perlu ditingkatkan karena masih banyak
drg yang belum melaksanakan sesuai standar yang telah ditetapkan
 Dokter gigi diharuskan membuat jejaring dengan fasilitas kesehatan lain (apotek,
laboratorium) yang mendukung pelayanannya.
 Dilakukan dengan penyelenggara akan secara rutin melakukan pengawasan terhadap
mutu pelayanan yang diberikan oleh organisasi manage care. Pengukuran
disesuaikan dengan standar mutu pelayanan kesehatan. Contoh : pengawasan oleh
lembaga berwenang, survei kepuasan pasien, data keluhan pasien, dan penilaian oleh
lembaga independent
 Menerapkan management utilitas
 Di RS seringkali biaya perawatan riil melebihi perkiraan yang ada di INA-CBGs
sehingga salah satu instrumen untuk mengendalikan biaya yaitu dengan
menggunakan clinical pathways. Apabila ada perawatan operasi dengan
menggunakan clinical pathway bisa menghemat biaya riil.

Kendali mutu dan biaya pelayanan kesehatan dilakukan untuk menjamin agar
pelayanan kesehatan kepada peserta sesuai dengan mutu yang ditetapkan dan
diselenggaran secara efisien. system kendali mutu dan biaya pelayanan kesehatan
pada faskes dilakukan oleh faskes dan BPJS kesehatan berkoordinasi dengan
organisasi profesi, asosiasi faskes, dinas kesehatan kabupaten/kota, dinas provinsi,
dan kemenkes. penyelenggaran kendali mutu dan biaya pelayanan kesehatan
sebagaimana yang dimaksud pada ayat 1 oleh BPJS kesehatan dilakukan melalui
pemenuhan standar mutu yang meliputi:

a. Standar input pada faskes

b. Standar proses pelayanan kesehatan

c. Standar keluaran kualitaskesehatan peserta

Kendali biaya:

a. Metode pembayaran faskes, menggunakan pra-upaya


b. Utilisasi review, suatu metode untuk menjamin mutu pelayanan terkait
penghematan biaya

c. Standarisasi pelayanan

Menurut BPJS, penerapan kendali mutu JKN dilakukan secara menyeluruh,


meliputi:

a. Pemenuhan standar mutu faskes

b. Memastikan pelayanan kesehatan berjalan dengan standar

10. perbedaan asuransi konvensional dengan managed care


 Konvensional
 Menghindari kerugian
 Penentuan premi dengan experience setting yaitu risiko dihitung memakai data
biologis  orang yang berisiko membayar lebih mahal
 Tidak ada cost containment
 Tidak ada management utilisasi
 Risk transfer
 Risiko terpilih
 Bertanggung jawab memberikan reimbursement pada peserta atas biaya
pelayanan kesehatan

 Manage care
 Meningkatkan status kesehatan
 Menggunakan community rating : risiko dihitung berdasarkan data komunitas
 Terdapat cost containment
 Terdapat management utilisasi
 Risk sharing
 Komprehensif
 Merupakan kombinasi dari perusahan asuransi kesehatan dan sistem pemebri
pelayanan kesehatan, hal ini dikarenakan manage care memberi pelayanan
promotif preventif
 Bertanggung jawab memberi pelayan kpd pserta dengan konsekuensi harus
menjamin akses pelayan kesehatan, managemen kualitas, dan kesesuaian
pelayanan peserta

11. Pelaksanaan INA-CBG’s


Sistem INA-cbgs di Indonesia
a. Tahun 2006 mulai dikembangkan INA-DRG / Indonesian Diagnosis related
group
b. Tahun 2008 implementasi pembayaran pada 15 rumah sakit vertikal / INA-
DRGs
c. Tahun 2009, program jamkesmas di rumah sakit kerja sama  INA-DRGs
d. Tahun 2014, implementasi pada program JKN di rumah sakit  INA-CBGs
Pola pembayaran  sesuai dengan peraturan presiden No. 111 tahun 2013. Tarif telah
ditetapkan dalam peraturan PMK No. 69 tahun 2013

Struktur kode INA-CBGs (menurut PMK Np. 27 tahun 2014)


a. Terdapat 4 digit. Digit 1 : casemix main group , digit 2 : tipe kasus, digit 3 :
spesifik tipe kasus,
b. digit 4 : angka romawi (severity level), angka 0 artinya rawat jalan, I : rawat
inap ringan atau tanpa komplikasi, II : rawat inap sedang atau mild komplikasi,
III : rawat inap berat atau major komplikasi
Metode penentuan biaya INA cbgs didasarkan oleh bbrp hal:
a. Kode disease related group (DRG)
b. Diagnosis rawat jalan tanpa melibatkan jumlah hari, lenght of stay
c. Rumah sakit daerah
d. Rumah sakit yang memenuhi syarat.co :RS A sampai B

12. pilar JKN :


1. penerapan paradigm sehat
2. penguatan pelayanan kesehatan
3. pelaksanaan JKN

13. unsur – unsur JKN:


1. Regulator Yang meliputi berbagai kementerian/lembaga terkait antara lain
Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat, Kementerian Kesehatan,
Kementerian Keuangan, Kementerian Sosial, Kementerian Tenaga Kerja dan
Transmigrasi, Kementerian Dalam Negeri, dan Dewan Jaminan Sosial Nasional
(DJSN).
2. Peserta Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) adalah seluruh penduduk
Indonesia, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di
Indonesia, yang telah membayar iuran.
3. Pemberi Pelayanan Kesehatan adalah seluruh fasilitas layanan kesehatan primer
(Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama) dan rujukan (Fasilitas Kesehatan Rujukan
Tingkat Lanjut)
4. Badan Penyelenggara adalah badan hukum publik yang menyelenggarakan
program jaminan kesehatan
14. rumus dan pengertian :
a. kapitasi adalah sejumlah uang yang harus dibayarkan pihak ketiga ke pemberi pelayanan
kesehatan/provider. Rumus kapitasi = utilisasi x unit cost.
b. premi adalah sejumlah uang yang harus dibayarkan setiap bulannya sebagai kewajiban
dari tertanggung jawab atas keikutsertaannya dalam asuransi.
Rumus premi = kapitasi + margin + administrasi + profit
c. utilisasi adalah tingkat pemanfaatan fasilitas pelayanan yg dimiliki klinik atau praktik, bisa
menggambarkan ttg kualitas pelayanan dan resiko suatu populasi atau angka kesakitan.
Rumus utilisasi = jumlah kunjungan/jumlah peserta x 100%
d. unit cost adalah biaya rata-rata untuk setiap jenis pelayanan dalam kurun waktu tertentu
berdasarkan survey atau peraturan yg berlaku.
Rumus unit cost = total cost / jumlah produk atau jasa.
PBL 3 INA-CBG’s & CLINICAL PATHWAY

1. Pengertian INA-CBG’s dan tujuannya


a. INA-CBG’s:
- Pembayaran prospektif (karena diberikan rincian harga perawatan diawal)
tetapi dibayarkan diakhir bulan dengan klaim.
- INA CBGs mengadopsi pembayaran INA DRGs yang klaim nya sudah
habis sehingga diganti dg INA CBGs
- Sistem pembayaran yg berdasarkan diagnosis, RS dan pihak pembayar tdk
merinci tagihan berdasar rincian pelayanan yg diberikan tapi hanya dengan
menyampaikan diagnosis pasien dan kode DRG (disease related group)nya.
Ciri ciri setiap group:
o Penyakit yg memiliki gejala klinis yg sama
o Pemakaian sumber daya yg sama (biaya perawatan yg sama)

- Pasal 1 PMK no 59 tahun 2013: pembayaran yg didasarkan kpd pengelompokan


diagnosis penyakit, sistem ini dikembangkan dari casemix dengan
pengelompokan diagnosis dan prosedur dgn ciri klinis serta biaya yg sama,
pengelompokan dilakukan dgn grouper.

b. Tujuan INA-CBG’s:
- Untuk meningkatkan efisiensi pembiayaan:
o Menurunkan pelayanan yang tidak perlu
o Menurunkan lama hari rawat inap
o Menurunkan excess hospital capacity
- Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan:
o Mendorong standarisasi pelkes
o Memeperbaiki manajemen RS (RM dan sistem informasi yg lbh lengkap)

2. Prinsip tarif INA-CBG’s dalam program JKN?


- Pengelompokan tarif berdasarkan 7 klaster RS, yaitu tarif RS klas A, B, B
Pendidikan, C, D, RS khusus rujukan nasional, dan RS umum rujukan nasional.
Pengelompokan tarif berdasarkan kesesuian besaran hospital base rate (HBR) yg
didapatkan dari pengeluaran total RS. Apabila dalam 1 kelompok trdpt lbh dari 1 RS
maka digunakan mean base rate.
Ex : perawatan bedah mulut yangada di RS PKU gamping lebih murah (tipe C)
disbanding dengan RS PKU kota (tipe B).
- Tarif INA-CBG’s merupakan tarif paket yg meliputi seluruh sumber daya RS yg
digunakan dlm pelayanan baik medis maupun non-medis. Kalau mislakan ada RS yg
blm memiliki penetapan kelas maka tarif INA-CBG’s nya setara dengan tarif rumah
sakit kelas D. kemudian kelas D disesuaikan dgn regionalisasi masing masing.
Perhitungan tarif berdasarkan pada data costing dan data coding. Data costing
didapat dari RS sampel dan data coding dari RS PPK jamkesmas.
- Regionalisasi: tarif dibagi atas 5 regional yg didsarkan pada index harga konsumen
(IHK) dan tlh disepakati bersama antara BPJS kesehatan dgn asosiasi fasilitas
kesehatan tingkat lanjutan.
- Terdapat pembayaran tambahan atau top up dlm sistem INA-CBG’s versi 4.0 untuk
kasus tertentu yg masuk kedalam kasus special casemix main group (CMG) yg
meliputi special prosedur, special drugs, special investigation, special prosthetics,
dan special groups sub-acute dan kronis.

3. Kelebihan dan kekurangan pembayaran sistem INA-CBG’s


a. Kelebihan
- Memudahkan administrasi pembiayan bagi RS dan pihak pembayar
- Memudahkan pasien memahami besaran tarif yg harus dibayar
- Memudahkan perhitungan pendapatan RS
- Memberikan intensif kepada RS dan tenaga kesehatan untuk menggunakan
sumber daya seefisien mungkin.
- Mendorong kerja tim RS yg berpotensi meningkatkan kualitas layanan dan
menurunkan risiko kesalahan medis.
b. Kekurangan
- Kurangnya kualitas coding IAN-CBG’s dapat menyebabkan ketidaksesuaian
kelompok kasus
- Dapat mengakibatkan pengurangan kuantitas pelayanan.
- Memerlukan monitoring pasca klaim.
- Provider merujuk pada provider atau RS lain.
- Penerapannya membutuhkan pembayar pihak ke 3 yg cukup dominan
- Penerapannya membutuhkan informasi kesehatan seperti teknologi, jaringan
computer dan RM.
- Membutuhkan komitmen yg kuat dri seluruh elemen RS

4. Manfaat dari sistem pembayaran INA-CBG’s


a. Bagi pasien:
o Adanya kepastian dalam pelayanan dengan prioritas pengobatan berdasar derajat
kesehatan
o Meminimalisir pemeriksaan dan penggunaan alat medis yg beerlebihan sehingga
mengurangi risiko
o Dgn adanya Batasan lama rawat atau LOS pasien mendapat perhatian lbh dalam
Tindakan medis dari petugas RS
b. Bagi RS:
o Dapat meningkatkan mutu dan efisiensi RS
o Mendapat pembiayaan berdasar beban kerja yg sebenarnya
o Tenaga medis dpt memberikan pengobatan yg tepat sehingga kualitas pelayanan
mjd baik
o Meningkatkan komunikasi antar multi disiplin shg perawatan mjd lbh
komprehensif dan dalam memonitor quality assessment dgn lebh efektif.
o Perencanaan budget anggaran baik pembiayaan ataupun belanja lbh akurat.
o Dapat mengevaluasi kualitas pelayanan yg diberikan oleh masing masing klinisi
o Keadilan yg lbh baik dlm pengalokasian budget anggaran
o Mendukung sistem perawtaan pasien dgn menrapkan clinical pathway.
c. Bagi provider (BPJS):
o Dp meningkatkan efisiensi dlm pengalokasian anggaran biaya kesehatan
o Dgn anggaran kesehatan yg efisien equity thdp masyarkat luas akan terjangkau
o Kualitas pelayanan yg diberikan akan lbh baik shg meningkatkan kepuasan
pasien dan provider
o Perhitungan tarif pelayanan lbh objektif dan berdasarkan biaya yg sebenarnya.

5. sistem regionalisasi tarif INA-CBG’s


Sistem yg dimaksudkan untuk mengakomodie perbedaan tarif distribusi obat dan
alat di Indonesia. Dasar penentuan menggunakan Indeks harga konsumen dari BPS dan
dikelompokkan mjd 5 regional. Kesepakatan mengenai pembagian regional
dilaksanakan oleh BPJS dgn perhimpunan RS seIndonesia dgn hasi regionalisasi
tingkat provinsi.
o Tarif regional pertama ada provinsi Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jateng, DIY,
dan Jatim
o Tarif regional kedua Provinsi Sumbar, Riau, Sumsel, Lampung, Bali, dan NTB.
o Tarif regional ketiga Provinsi NAD, Sumut, Jambi, Bengkulu, Bangka Belitung,
Kepri, Kalimantan Barat, Sulut, Sulwesi tengah, Sulawesi tenggara, Sulawesi bata,
Sulawesi selatan, Gorontalo.
o Tarif regional ke empat Kalimantan selatan, Kalimantan timur, Kalimantan tengah,
dan Kalimantan utara.
o Tarif regional kelima NTT, maluku, Maluku utara, Papua, dan Papua barat (PMK 52
tahun 2016)

6. struktur pengkodean dalam INA-CBG’s?


Kode INA-CBG’s terdiri dari 4 dijit: dijit pertama merupakan CMG (casemix main
group), dijit kedua tipe kasus, dijit ketiga merupakan spesifik CBG kasus, dijit keempat
merupakan severity level berupa angka romawi. Dasar pengelompokkan dalam INA
CBG’s berdasar ICD 10 (diagnosis) dan ICD 9 CM (prosedur tindakan).

- Casemix main group: dilabelkan menggunakan huruf alphabet dari A-Z yang
berhubungan dengan sistem organ tubuh dan disesuaikan dgn yg ada pada ICD 10
dan merupakan klasifikasi tahap pertama.
- Dijit kedua case group  subgroup kedua yg menunjukkan spesifikasi atau tipe
kelompok kasus yg dilabelkan dengan angka 1 hingga 9. Berfokus pada jenis
tindakan atau prosedur yang dijalani pasien, ex : kode 2 untuk prosedur besar rawat
jalan, kode 4 untuk rawat jalan bukan prosedur.
- Kode CBG merupakan sub-group ke 3 yg dilambangkan dengan numerik 1 hingga
99. Spesifik ke penyakitnya atau cbgs. Ex : untuk no 14 diagnosis system
pencernaan lain-lain (ringan), no 1 penyakit infeksi bakteri dan parasite.
- Berdasarkan severity level: merupakan pengkodean yg terakhir yang menunjukkan
tingkat keparahan kasus yg dipengaruhi adanya komorbit atau komplikasi dalam
masa perawatan. Severity level dibagi mjd 4:
o 0 untuk rawat jalan
o I ringan, rawat inap dgn tingkat keparahan 1 tanpa komplikasi atau komorbit
o II sedang, rawat inap dgn tingkat keparahan 2 dan komorbit sedang
o III berat, rawat inap keparahan tingakt 3 dengan major komplikasi dan komorbit.
- Coding: contohnya ada
o rawat inap dibagi menjadi 3 kode: 1) I – 4, 10-I artinya infark miocard akut
ringan, 2) I – 4, 10-II artinya infark miocard akut sedang, 3) I – 4, 10-III artinya
infark miocard akut berat.
o rawat jalan 1) Q-5-18-0 konsultasi atau pemerikasaan lain lain, 2) Q-5-35-0
infeksi akut
o U-1-14-I untuk operasi bibir sumbing dan langit langit mulut (ringan)
o U-1-14-II untuk operasi bibir sumbing dan langit langit mulut (sedang)

7. Perbedaan dari INA-CBG’s dan INA-DRG


Sebenarnya INA-CBG’s mengadopsi pembayaran DRG hanya saja pembayaran
DRG itu bukan dari Indonesia, dipakai Amerika sejak 1983 sedangkan pembayaran
INA-CBG’s diciptakan oleh Indonesia sejak tahun 2010 menggantikan sistem
pembayaran INA-DRG yang lisensinya habis di tahun 2010. Perbedaannya adalah
aplikasi INA-CBG’s dilihat lebih real dibanding sistem DRG karena menekankan
pendekatan prosedur dibandingkan diagnose kalau GRD menekankan diagnose
dibandingkan prosedur. Oleh karena itu di INA-CBG’s tdpt pengkodean ICD 10 dan
ICD 9 CM.
Dilihat dari groupernya untuk INA-CBG’s menggunakan grouper UNU (united
Nation University) kalau utnuk INA DRG mengguankan grouper yang dikembangkan
oleh 3M grouper. INA-DRG’s terdapat 23 MDC (Major diagnostic category) atau
mayor diagnostic kategori dengan label numerik dari 1 hingga 23, sedangkan untuk
INA-CBG’s terdapat 31 CMG atau casemix main group dengan label menggunakan
abjad A hingga Z. selain itu kode pada Ina-DRG meggunakan 6 dijit, sedangkan INA-
CBG’s itu 5 dijit alfanumerik.

8. casemix di Indonesia dan apa jasa komponennya (nunggu mood nya ia )


Komponen casemix dibagi menjadi 4:
 Costing  biaya itu dapat dikelompokkan menjadi 2 sistem, 1) actual cost system,
merupakan sistem pembebanan harga pokok kpd produk yg dihasilkan sesuai dgn
harga pokok yg sesungguhnya. 2) standar cost system, sistem pembebanan harga
pokok pada produk yg dihasilkan sebesar harga pokok yg ditentukan sblm suatu
produk dikerjakan. Pendekatannya dalam menentukan biaya bustami 2009,
pendekatan full costing dan variable costing. Full costing penentuan harga pokok
dgn memerhitungkan seluruh biaya produksi dlm 1 waktu, variable cost menentukan
harga pook berdasar variabelnya saja.
 Codding  codding diagnose atau klasifikasi penyakit yg merupakan aktivitas
erhitungan porsi masing masing kode INA-CBG’s yg diformulasikan sedemikian
rupa sehingga informasi data pelayanan tsb dpt dimanfaatkan utnuk menetapkan cost
weight dan hospital base rate.
 Clinical pathway  cara untuk menstandarisasi praktik klinis, di RS harus ada
clinical pathway sebagai guideline, pelaksanaannya dibutuhkan multidisiplin yaitu
drg, dr, farmasi, perawat, pemeriksanaan penunjang. Format clinical pathway bisa
berbeda pada setiap RS.
 Teknologi dan infromasi  gabungan costing codding, dan clinical pathway yg
digabung dan menjadi suatu sistem, komponen terpentingnya pengajuan klaim,
pengelolaan data menggunakan sistem sehingga dibutuhkan hardware dan software
yg mendukung dlm melakukan INA-CBG’s sehingga mendapat data yg tepat dan
akurat. Berdasarkan permenken no 76 thn 2016 menjelaskan sistem TI mengadakan
aplikasi INA-CBG’s yg membentuk 1075 kelompok kasus yg terdiri dari 786
kelompok kasus rawat inap dan 289 kelompok kasus rawat jalan.

9. komponen utama dari clinical pathway dan faktor yang berhubungan dengan clinical
pathway
a. Komponen utama ada 4:
o Kerangka waktu  menggambarkan tahapan berdasarkan hari perawatan atau
tahapan pelayanan seperti fase preoperasi, intaoperasi dan pasca operasi.
o kategori asuhan  menggambarkan asuhan seluruh tim kesehatan yg diberikan
kpd pasien. Aktivitas diklasifikasikan berdasar jenis Tindakan pd jangka waktu
tertentu.
o Kriteria hasil  memuat hasil yg diharapkan dari standar asuhan yg diberikan
meliputi kriteria jangka panjang yaitu menggambarkan kriteria hasil dr
keseluruhan asuhan dan jangka pendek menggambarkan kriteria hasil pada setiap
pelayanan dalam jangka waktu tertentu.
o Pencatatan varian  lembaran varian mencatat dan menganalisis dari deviasi
standay yg ditetapkan dalam clinical pathway kondisi pasien yg tdk sesuai dgn
standar tdk dpt dilakukan atau dicatat dlm lembar varian.
b. Faktor yg berhubungan dgn clinical pathway:
o Kebijakan
o Sumber daya tenaga
o Sarana dan prasarana
o Pembentukan komitmen
o Kepemimpinan klinis
o Edukasi
o Motivasi
o Evaluasi pelaksanaan ada tiga hal, 1) evaluasi upaya kesiapan RS dlm
penyusunan dan penerpaan CP yaitu menyangkut dukungan organisasi
kesiapan sumber daya tenaga, fasilitas, proses manajemen, 2) evaluasi
penggunan ditujukan untuk melihat apakah CP sudah efektif dan efisien dlm
penggunaannya, 3) evaluasi outcome dilihat dari dampak dari CP bagi
individu maupun keluarga dan juga bagi penyandang asuransi dan bagi tenaga
medis.

10. Prinsip dalam penyusunan clinical pathway


 seluruh kegiatan pelayanan yg diberikan harus scr integrasi dan berorientasi focus
pada pasien (pasien focus care) serta berkesinambungan (continuing of care)
 dan elibatkan seluruh profesi yg terlibat dlm pelayanan RS thdp pasien
(firmanda,2005).
 Dalam Batasan waktu yg tlh ditentukan sesuai dgn keadaan yg tlh ditentukan dan
perjalanan penyakit pasien dicatat dlm periode harian utnuk kasus rawat inap,
kasus gawat darurat dgn periode perjam
 Pencatatan CP dalam bentuk dokumen yg mrpkn bag RM
 Setiap penyimpangan Langkah dlm penerapan CP dicatat sbg variansi dan
dilakukan kasjian analisis dlm bentuk audit
 Varian tsb tjd karena kondisi perjalanan penyakit, penyakit penyerta, atau
komplikasi maupun karena kesalahan medis, kesalahan ini dilakukan sbg
pearameter dari pelayanan yg dilakukan.

11. Langkah-langkah penyusunan clinical pathway


a. Menentukan topik  dipilih dri high volume, high cost, high risk, dan problem
prone. Bisa juga dlihat dari data klaim INA-CBG’s
b. Menunjuk koordinator  yg dpt menjadi coordinator adalah perwakilan dari
semua disiplin yg termasuk dalam pathway, semua level dari struktur organisasi,
semua pekerja shift, tugas tugas coordinator melakukan tahapan pengembangan CP,
memberi informasi ke tim profesi masing” terkait pengembangan CP, seperti alur
koordinasi, komunikasi, dan rekomendasi tim, melakukan pertemuan pertama tujuan
untuk menentukan pemain utama menjelaskan peran peran dan merencanakan
kegiatan berikutnya.
c. Menetapkan pemain kunci  mengidentifikasi siapa saja yg menguasai yg
nantinya akan dilibatkan dlm pengobatan pasien.
d. Kunjungan lapangan  dilakukan agar dapat menilai sejauh mana pelayanan yg
didapatkan oleh pasien dan menilai hambatan yang terjadi di bangsal dalam
menjalan SPO atau SPM sehingga dibuat rekomendasi dlm Menyusun CP.
e. Pencarian literature  dalam mencari literature dpt mencari base practice dlm
skala nasional yaitu PNPK ataupun jurnal penelitian internasional dan disesuaikan
dgn maisng masing RS, EBM diperlukan bila PNPK blm atau tidak dikeluarkan oleh
organisasi profesi YBS.
f. Melaksanaan customer focus group  bertujuan untuk mengidentifikasi
kebutuhan pelanggan yg disesuaikan dgn kemampuan RS sehingga kesenjangan
antara harapan dan pelayanan yg didapat pasien dpt diketahui dan diperbaiki.
g. Melakukan telaah pedoman praktik klinis/PPK  Langkah awal pd tahap ini
adalah melakukan revisi PPK, namun jika sebelumnya RS blm emmiliki PPK maka
PPk harus dibuat karena tdk ada CP tanpa PPK. Berdasar permenkes no 1438 thn
2010, CP bersifat sbg pelengkap PPK, menurut permenkes tsb PPk harus direview
setiap 2 tahun 1x sehingga scr tdk langsung pembuatan CP dapat meningkatkan
kepatuhan review PPK.
h. Melakukan analisis casemix  analisis casemix dalam pembuatan CP perlu
dilakukan pengumpulan aktivitas aktivitas dgn besarnya biaya, pengumpulan
aktivitas ini dilakukan untuk menghindari adanya kecurangan yg menguntungkan
diri sendiri dan juga perlu mengidentifikasi length of stay dri diagnosis, biaya per
kasus, dan mengidentifikasi penggunaan obat apakah sudah sesuai dengan
formularium nasional atau belum.
i. Menetapkan desain clinical pathway  menetapkan desain clinical pathway itu
paling penting pada kolom pencatatan tambahan, variasi, ttd, dan verifikasi RM
kemudian ditentukan item item dri maisng masing penyakit sesuai dengan literature
yg dipilih dan disesuaikan dengan keadaan RS.
j. Melakukan pengukuran proses dan outcome
k. Sosialisasi dan edukasi

12. manfaat dan tujuan dari clinical pathway


- Tujuan CP (departemen kesehatan RI, 2010)
o Dapat memilih case practice pada saat pola praktik itu berbeda
o Mengurangi beban dokumentasi klinik
o Memberikan peran kepada seluruh staf yg terlibat dalam pelayanan
- Manfaat CP
o Mengurangi cost pelayanan kesehatan
o Meningkatkan kepuasan pasien
o Memperpendek length of stay
o Mengurangi jumlah sumber daya manusia
o Menurunkan variasi pengobatan.

CBL

1. Five star doctor

Konsep "dokter bintang lima" diusulkan sebagai profil ideal dari seorang dokter yang
memiliki bakat untuk melaksanakan berbagai layanan yang harus diberikan oleh
lingkungan kesehatan untuk memenuhi persyaratan relevansi, kualitas, efektivitas biaya
dan keadilan dalam kesehatan.

a. Care provider: mereka harus memastikan bahwa rangkaian perawatan dengan


cara yang gratis, terintegrasi, dan berkelanjutan. Harus memperlakukan pasien
secara holistik, memandang individu sebagai integral dari komunitas, dilandasi
hubungan jangka panjang dan saling percaya.
b. Decision maker: mereka harus mampu mengambil keputusan berdasarkan efikasi
dan efektivitas biaya. Agar dapat membagi manfaat secara adil kepada
masyarakat. Harus ditunjang secara etik.
c. Communicator: dokter harus menjadi komunikator yang baik untuk menjadi mitra
dalam komunitas kesehatan, harus bisa membujuk dan mengedukasi pasien, harus
bisa membuat keluarga dan komunitas yang mereka bertanggung jawabkan
pertanggung jawabkan untuk menerapkan gaya hidup sehat, dan partner di dunia
kesehatan.
d. Community leader: dokter tidak boleh merawat individu, menaruh perhatian pada
aktivitas kesehatan komunitas yang akan bermanfaat bagi banyak orang. Agar
dokter bisa menyesuaikan kebutuhan masyarakat dan melaksanakan program
yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
e. Manager: dokter yang dapat bekerja secara harmonis secara individu dan
organisasi tetapi berada di luar sistem kesehatan untuk memenuhi kebutuhan
individu pasien dan komunitas dan memanfaatkan data kesehatan yang tersedia
dengan tepat.

1. Definisi dan attribute dari 5 star doctors :

 Merupakan konsep profil ideal seorang dokter yang memiliki kemampuan


melaksanakan berbagai pelayanan dan pengaturan kesehatan yang memenuhi
relevansi, kualitas, efektivitas biaya dan ekuitas dibidang kesehatan.

 Care provider (Penyedia Pelayanan Kesehatan & Perawatan) : dokter


memandang pasien sebagai kesatuan utuh dan bagian dari keluarga,
memberikan pelayanan yang berkualitas, hubungan jangka panjang dan saling
mempercayai.

 Decision maker (pengambil keputusan) : memiliki kemampuan pengambilan


keputusan tentang teknologi yang digunakan yang mempertimbangkan
penghematan biaya dan perawatan terbaik bagi pasien.

 Communicator : dokter harus menjadi komunikator yang baik untuk mengajak


individu, keluarga dan masyarakat dalam menjalankan gaya hidup sehat dan
menjadi mitra dalam upaya kesehatan.

 Community leader : dokter harus mendapatkan kepercayaan masyarakat yang


mana dapat menasihati kelompok masyarakat dan memulai tindakan untuk
menyehatkan masyarakat.

 Manager : dokter dapat bekerja secara harmonis dengan individu dan


organisasi didalam atau diluar bidang kedokteran gigi untuk memenuhi
kebutuhan pasien dan komunitas dengan menggunakan data yang tersedia
dengan tepat.
2. Kadar maksimum dan hubungan kadar Mg, Sn, Zn, Fe dengan gejala

 Kadar maksimum : Mg (125 mg/L), Sn (100 mg/L), Zn (3 mg/L), Fe ( 0,3


mg/L)

 Kadar Mg yang tinggi akan mengikat Vit c  vit C tdk tersuplai dengan baik
 tidak terbentuknya kolagen  gangguan jaringan periodontal, gigi tanggal.
Tingginya Mg  pengerasan plak dan kalkulus  OHI buruk
Tingginya Mg  mempengaruhi asam askorbat pada gigi  gigi mudah
goyah.
3. Cara mengidentifikasi atau menemukan kemungkinan faktor risiko
a. Anamnesis ke pasien untuk menemukan riwayat gejala
b. Analisis fishbone
c. Analisis pohon
4. Tindakan promotif dan preventif yang dilakukan dokter dengan mengunjungi
lingkungan tempat tinggal pasien
Dokter datang ke lingkungan pasien untuk mengidentifikasi faktor resikonya
dengan melakukan pengujian terhadap kadar air minum yang dikonsumsi dan
menyuruh pasien untuk mengganti sumber air minumnya dengan air mineral kemasan
terlebih dulu. Selain itu dokter juga meminta ke pimpinan tempat tinggal pasien untuk
mengganti sumber air minum ke masyarakatnya karena berbahaya bagi kesehatan
mulut.
5. Apa yang dimaksud dengan perawatan holistik?

 Perawatan holistic adalah asuhan keperawatan yang menggunakan pendekatan


terintegrasi dengan konsep keperawatan komplementer yaitu asuhan
alternative dan spiritual.

 5 aspek perawatan holistic : physical, mental, spiritual, emotional dan social.

 Prinsip perawatan holistic :

a. Optimal health : tujuan utama dari perawatan holistic


b. The healing power of love : praktisi perawatan holistik berusaha
menemui pasien dengan kebaikan dan penerimaan.
c. A whole person: praktisi perawatan holistik memandang pasien
sebagai kesatuan tubuh, pikiran, jiwa dan system kehidupan mereka.
d. Promotif dan preventive : praktisi perawatan holistik mempromosikan
kesehatan, mencegah penyakit dan membantu meningkatkan kesadaran
akan penyakit.
e. Innate healing power: praktisi perawatan holistik membantu kekuatan
ini untuk mempengaruhi kesembuhan pasien.
f. Integration of healing system : praktisi perawatan holistic menjalani
pembelajaran seumur hidup tentang semua pilihan yang efektif dan
aman dalam diagnosis dan pengobatan.
g. Relationship centered care : hubungan praktisi dan pasien dengan
saling memahami kebutuhan dan wawasan kedua belah pihak.
h. Individuality : praktisi focus terhadap kebutuhan perawatan pasien
yang unik dan sifat orang yang sakit daripada penyakit yg diderita org
tersebut.
i. Teaching by example : praktisi terus bekerja untuk penggabungan
pribadi dan prinsip kesehatan holistic
j. Learning opportunities : semua pengalaman hidup sebagai kesempatan
belajar bagi pasien dan praktisi kesehatan.
2.

Anda mungkin juga menyukai