Anda di halaman 1dari 3

Pedofilia

Kasus dugaan kekerasan dan pelecehan seksual marak terjadi sepanjang 2021.
Kasus-kasus itu terjadi di berbagai tempat yang selama ini dianggap aman, seperti sekolah,
perguruan tinggi, hingga pesantren. Korbannya pun beragam, mulai dari santri, mahasiswa,
pegawai di lembaga negara, istri tahanan sampai difabel.
Yang paling sering terjadi akhir-akhir ini adalah banyaknya kasus pelecehan seksual
yang terjadi pada anak-anak dibawah umur yang pelakunya adalah orang-orang yang telah
dewasa yang tak jarang menyebabkan kematian pada korban ataupun banyaknya kasus
kasus pedofilia
Pedofilia adalah gangguan seksual yang berupa nafsu seksual terhadap remaja atau
anak-anak di bawah usia 14 tahun. Orang yang mengidap pedofilia disebut pedofil.
Seseorang bisa dianggap pedofil jika usianya minimal 16 tahun, setidaknya 5 tahun lebih tua
dari anak (atau anak-anak) di pusat fantasi seksual individu.

Umumnya, korban seorang pedofil adalah anak yang ia kenal, misalnya anak dari
tetangga atau anak dari kerabatnya. Pedofilia mungkin tertarik pada anak-anak dari satu
jenis kelamin atau kepada anak-anak dari kedua jenis kelamin

Pedofilia berbeda dengan kekerasan seksual terhadap anak. Namun Seorang individu
dengan gangguan pedofilia yang bertindak atas dorongannya umumnya melakukan
pelanggaran seksual yang serius, Pedofil memang memiliki ketertarikan seksual terhadap
anak-anak, tetapi kondisi ini tidak membuatnya selalu ingin melakukan pemaksaan kontak
seksual.

Pedofil umumnya akan mendekati seorang anak dengan memberikan iming-iming


hadiah atau perhatian dengan mengajaknya jalan-jalan. Setelah itu, barulah pedofil akan
melanjutkannya dengan percakapan intim dan sentuhan seksual.

Pada tahap ini, anak biasanya sudah merasa dekat dengan pedofil tersebut sehingga
merasa sungkan atau bahkan takut untuk menolak.

Anak-anak yang kesepian, tertekan, atau kurang mendapat perhatian dari orang
tuanya adalah kelompok anak yang paling rentan terhadap perhatian-perhatian khusus dari
pedofil ini. Perjumpaan seksual antara individu dengan gangguan pedofilia dan anak-anak
sering kali menimbulkan trauma bagi mereka, terutama jika melibatkan paksaan atau
kekerasan, atau ancaman pemaksaan atau kekerasan. Kebanyakan pedofil adalah laki-laki;
kondisi ini jarang terjadi pada wanita.

Meskipun kebanyakan pedofil tidak melakukan pemaksaan kontak seksual,


perilakunya tetap bisa membawa dampak buruk pada kesehatan mental korbannya. Anak
yang menjadi korban pedofil biasanya akan merasa terisolasi, frustrasi, mengalami
gangguan kecemasan, hingga depresi.

ciri-ciri pedofil terlebih dahulu. Berikut ini adalah beberapa di antaranya: sering
mengakrabkan diri dengan anak-anak, Sering memberikan hadiah atau mengajak anak jalan-
jalan, Sering mencari alasan untuk bisa berdua saja dengan korbannya, Kerap menonton
konten-konten pornografi anak, Senang melihat dan memperhatikan anak yang disukai,
Cenderung ingin menyentuh anggota tubuh anak, biasanya dimulai dari anggota tubuh yang
tidak privat, seperti merangkul, Jarang bergaul dan lebih suka menyendiri, Bisa mengakui
dan merasa bersalah atas nafsu seksualnya pada anak-anak, Bisa memiliki masalah
penyalahgunaan NAPZA

Penyebab seseorang menjadi pedofil belum diketahui secara pasti. Ada studi yang
menyebutkan bahwa gangguan ini bisa didapatkan dari keluarga. Namun, masih belum jelas
apakah ini terkait faktor genetik atau pola perilaku yang diturunkan. Selain itu, ada
beberapa hal yang bisa meningkatkan risiko seseorang menjadi pedofil, antara lain: Pernah
mengalami pelecehan seksual pada masa kanak-kanak, Pernah mengalami cedera kepala
pada masa kanak-kanak, Memiliki kelainan pada otakDilecehkan pada usia dini juga dapat
menjadi penyebabnya. Namun demikian, angka kasus ini tidak banyak, sehingga tidak pasti
menyebabkan pedofilia. beberapa penelitian tentang pedofilia dari faktor-faktor biologis
telah dilakukan. Beberapa faktor dan teori-teori dalam menentukan penyebab pedofilia,
seperti:, IQ rendah dan ingatan jangka pendek, Kurangnya white matter pada otak,
Kurangnya testosterone, Masalah-masalah otak, Masalah pada otak adalah penyebab yang
paling diterima di antara faktor-faktor tersebut. Pada orang normal, melihat anak-anak
membuat otak mereka secara spontan menghasilkan gelombang saraf untuk meningkatkan
insting-insting melindungi dan menyayangi; pada pedofil, gelombang saraf tersebut
terganggu dan berakibat meningkatnya gairah seksual.

Cara-cara mengobatinya, Terapi perilaku kognitif, Ini adalah terapi bicara yang
dilakukan untuk memodifikasi pikiran dan perasaan seorang pedofil terhadap anak-anak.
Terapi perilaku kognitif umumnya dilakukan dengan cara meningkatkan empati Si Pedofil
terhadap anak-anak korban kekerasan seksual, sehingga ia tidak terdorong untuk melakukan
tindakan yang sama. Obat-obatan, Selain psikoterapi, psikiater juga mungkin akan
meresepkan obat-obatan, seperti medroxyprogesterone acetate dan leuprolide acetate.
Pengobatan ini dilakukan untuk menekan produksi hormon testosteron, sehingga gairah
seksual Si Pedofil bisa menurun.

Anda mungkin juga menyukai