PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Salah satu bentuk kelainan seksual yang ada di masyarakat adalah parafilia.
Parafilia merupakan gangguan seksual yang ditandai oleh khayalan seksual yang
khusus dan desakan dan praktek seksual yang kuat, yang biasanya berulang kali dan
menakutkan bagi seseorang. Kategori parafilia utama dalam Diagnostic and
1
Statistical Manual of Mental Disorders edisi keempat (DSM-IV) adalah
ekshibisionisme, fetihisme, frotteurisme, pedofilia, masokisme seksual, sadism
seksual, fetihisme transvestik, dan suatu kategori terpisah untuk parafilia lain yang
tidak ditentukan. Pada referat ini hanya akan membahas tentang pedofilia.(2)
PEMBAHASAN
DEFINISI
Pedofilia adalah kelainan seksual berupa hasrat ataupun fantasi impuls seksual
yang melibatkan anak di bawah umur, selama periode sekurangnya 6 bulan. Orang
dengan pedofilia sekurangnya berusia 16 tahun dan sekurangnya lima tahun lebih tua
dari korbannya, sedangkan anak-anak yang menjadi korban berumur 13 tahun atau
lebih muda (anak pre-pubertas). Dikatakan pedofilia jika seseorang memiliki
kecenderungan impuls seks terhadap anak dan fantasi maupun kelainan seks tersebut
mengganggu si anak.(2)
Jika pelaku adalah seorang remaja akhir yang terlibat dalam hubungan seksual
yang berkepanjangan dengan seseorang yang berusia 12 atau 13 tahun , diagnosis
tidak diperlukan. Sebagian besar penganiyaan anak melibatkan pemegangan genital
atau seks oral. Penetrasi vagina atau anal pada anak-anak adalah jarang terjadi kecuali
pada kasus incest. Incest adalah berhubungan dengan pedofilia karena seringnya
pemilihan anak yang belum dewasa sebagai objek seks, elemen paksaan yang jelas
atau tersembunyi, dan kadang-kadang, sifat istimewa dari hubungan orang dewasa
dengan anak-anak.(3)
Sejumlah aktivitas seks yang dilakukan oleh orang pedofilia sangat bervariasi,
mulai dari menelanjangi anak, memamerkan tubuh mereka pada anak, melakukan
masturbasi dengan anak, dan bersenggama dengan anak. Jenis aktivitas seksual lain
yang dilakukan juga bervariasi tingkatannya, termasuk stimulasi oral pada anak,
penetrasi pada mulut anak, vagina ataupun anus dengan jari, benda asing, atau penis.
2
Orang dengan pedofilia seringkali merasionalisasikan dan beralasan bahwa perilaku
mereka merupakan hal yang sifatnya mendidik, dan anak-anak itu sendiri yang
menggoda.(2)
Aktivitas seksual melibatkan anak dari anggota keluarga sendiri ataupun anak-
anak lain. Korban dari penganiyaan seks ini biasanya diancam untuk tidak
membeberkan rahasia. Seringkali orang dengan pedofilia sebelumnya melakukan
pendekatan terhadap anak, seperti melibatkan diri dengan wanita yang memiliki
anak-anak, menyediakan rumah yang terbuka pada anak-anak, sesame orang pedofilia
bertukar anak ataupun penculikan anak dengan tujuan untuk mendapatkan
kepercayaan, kesetiaan, maupun kasibh saying anak tersebut, sehingga anak tersebut
dapat menjamin rahasia.(2)
PREVALENSI
Di antara kasus parafili yang dikenali, pedofilia adalah jauh lebih sering
dibandingkan dengan yang lainnya. Pedofilia lebih banyak terjadi pada laki-laki,
tetapi tidak ada informasi yang pasti tentang prevalensinya. Adanya prostitusi
terhadap anak-anak di beberapa negara dan maraknya penjualan materi-materi
pornografi tentang anak-anak, menunjukkan bahwa tingkat ketertarikan seksual
terhadap anak tidak jarang. Meskipun demikian, pedofilia sebagai salah satu bentuk
perilaku seksual diperkirakan tidak secara umum terjadi.(2)
Walaupun sebagian besar korban anak yang menjadi perhatian publik adalah
anak perempuan, temuan tersebut tampaknya merupakan akibat dari proses rujukan.
Penyerang melaporkan bahwa, jika mereka menyentuh seorang anak, sebagian besar
(60 persen) korban adalah anak laki-laki. Angka tersebut adalah sangat berlawanan
dengan korban anak-anak yang tidak disebtuh, seperti mengintip lewat jendela dan
ekshibisionisme, yang 99 persen kasus adalah pada anak perempuan. Selain itu, 95
persen dari mereka dengan pedofilia adalah heteroseksual dan 50 persen telah
3
mengkonsumsi alkohol secara berlebihan saat kejadian. Disamping pedofilianya,
sejumlah besar penyerang adalah secara bersamaan atau sebelumnya telah terlibat
dalam ekshibisionisme, veyourisme, atau pemerkosaan.(3)
ETIOLOGI
I. Kongruensi emosional
IV. Disinhibisi
Anak-anak memiliki beberapa kepentingan
emosional khusus kepada pedofil, misalnya Pedofil mempunyai gangguan impuls,
anak-anak tertarik karena pedofil tidak menggunakan alkohol atau obat-obat lain ,
mendominasi; pedofil dalam keadaan stres, atau memiliki masalah
perkembangan/imaturitasnya tertahan, toleransi budaya.
narsisisme atau kepercayaan dirinya rendah.
PELECEHAN
SEKSUAL
ANAK
4
1. Trauma
Pengalaman selama anak-anak sebagai korban pedofilia ditengarai sebagai
penyebab utama seseorang menjadi pedofilia. Mereka belajar dengan mengamati
bahwa kepuasan seksual dapat diperoleh dari anak-anak. Bisa jadi pula mereka
rendah diri menyadari dirinya adalah korban pedofilia. Akibatnya mereka
cenderung menutup diri dan pergaulan pun jadi terbatas.
2. Kurangnya kemampuan sosialisasi
Kurangnya keterampilan untuk membina hubungan akrab dengan orang lain juga
menjadi salah satu penyebab pedofilia. Mereka tidak dapat menjalin hubungan
intim dengan orang dewasa yang sebaya. Dalam kondisi ini, tidak ada yang lebih
nyaman selain berinteraksi dengan anak-anak, yang mudah didekati tanpa
melakukan perlawanan sebagaimana dahulu yanag terjadi pada mereka.
3. Merasa harga diri rendah
Harga diri yang rendah juga menjadi faktor penyebab. Mereka merasa tidak
memiliki kelebihan, atau merasa gagal dibandingkan pasangan atau teman-
temannya. Menguasai anak, mengancam, dan memanipulasinya, merupakan
suntikan bagi harga diri para pedofil. Orang yang merasa rendah diri juga mudah
mengalami depresi dan kecemasan. Dalam kondisi ini, melakukan pelecehan
seksual terhadap anak dijadikan cara melepaskan ketegangan.
4. Faktor ekonomi
Dari segi sosial ditemukan pelaku pedofilia kebanyakan berasal dari kalangan
sosial ekonomi rendah. Sebagian bahkan tidak memiliki pekerjaan. Ditambah
dengan tingkat pendidikan yang umumnya kurang memadai. Mereka sulit
menemukan cara penyelesaian masalah yang efektif. Akibatnya mereka mudah
terkena stres dan menggunakan anak untuk mengatasi rasa tertekan atau
ketegangannya akibat stres.
DIAGNOSIS
5
a. Selama waktu sekurangnya 6 bulan, terdapat khayalan merangsang secara
seksual, dorongan seksual, atau perilaku yang berulang dan kuat berupa
akivitas seksual dengan anak pre-pubertas atau anak-anak (biasanya berusia
13 tahun atau kurang).
b. Khayalan, dorongan seksual atau perilaku menyebabkan penderitaan yang
bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau
fungsi penting lainnya.
c. Orang sekurangnya berusia 16 tahun dan sekurangnya berusia 5 tahun lebih
tua dari anak-anak yang menjadi korban.
KLASIFIKASI
6
melibatkan anak tersebut dalam hubungan seksual, dan sifatnya tidak
memaksa. Seringkali mencumbu si anak atau meminta anak mencumbunya,
dan mungkin melakukan stimulasi oral, jarang bersetubuh.
4. Pedofilia sesama jenis
Orang dengan pedofilia jenis ini lebih suka berhubungan seks dengan anak
laki-laki ataupun anak perempuan disbanding orang dewasa. Anak-anak
tersebut berumur antara 10-12 tahun. Aktivitas seksnya berupa marturbasi
dengan cara stimulasi oral oleh anak-anak tersebut, dan berhubungan lewat
anus.
5. Pedofilia wanita
Meskipun pedofilia lebih banyak oleh laki-laki, tetapi juga dilakukan oleh
wanita, meskipun jarang dilaporkan. Hal ini mungkin disebabkan oleh adanya
perasaan keibuan pada wanita. Dan anak laki-laki tidak menganggap hal ini
sebagai sesuatu yang sifatnya negatif, karenanya insidennya kurang
dilaporkan. Biasanya melibatkan anak berumur 12 tahun atau lebih muda.
KARAKTER PEDOFILIA
7
Menganggap anak bersih, murni, tidak berdosa, dan sebagai objek
3. Memiliki teknik yang berkembang dengan baik dalam mendapatkan korban.
Terampil dalam mengidentifikasikan korban yang rapuh
Berhubungan baik dengan anak, tahu cara mendengarkan anak
Memiliki akses ke anak-anak
Lebih sering beraktifitas dengan anak-anak, seringkali tidak melibatkan orang
dewasa lain
Terampil dalam memanipulasi anak
Merayu dengan perhatian, kasih saying, dan hadiah
Memiliki hobi dan ketertarikan yang disukai anak
Memperlihatkan materi-materi seksual secara eksplisit kepada anak-anak
4. Fantasi seksual yang difokuskan pada anak-anak.
Dekorasi rumah yang berorientasi remaja
Memotret anak-anak
Mengoleksi pornografi anak atau erotika anak
BAHAYA PEDOFILIA
Anak sebagai korban dalam kasus pedofilia, secara jangka pendek dan jangka
panjang dapat mengakibatkan gangguan fisik dan mental. Gangguan fisik yang terjadi
adalah resiko gangguan kesehatan. Saat melakukan hubungan kelamin pun seringkali
masih belum bersifat sempurna karena organ vital dan perkembangan hormonal pada
anak belum sesempurna orang dewasa. Bila dipaksakan berhubungan suami istri akan
merupakan siksaan yang luar biasa, apalagi seringkali di bawah paksaan dan
ancaman. Belum lagi bahaya penularan penyakit kelamin maupun HIV dan AIDS,
karena penderita pedofilia kerap disertai gonta ganti pasangan atau korban. Bahaya
lain yang mengancam, apabila terjadi kehamilan. Beberapa penelitian menunjukkan
perempuan yang menikah di bawah umur 20 tahun, beresiko terkena kanker rahim.
Pada usia anak atau remaja, sel-sel leher Rahim belum matang. Kalau terpapar human
papiloma virus atau HPV pertumbuhan sel akan menyimpang menjadi kanker. Usia
anak yang sedang tumbuh dan berkembang seharusnya memerlukan stimulasi asah,
asih, dan asuh yang berkualitas dan berkesinambungan. Bila periode anak
8
mendapatkan trauma sebagai korban pedofilia dapat dibayangkan akibat yang bisa
terjadi. Perkembangan moral, ji6wa, dan mental pada anak korban pedofilia
terganggu sangat bervariasi. Tergantung lama dan barat ringan trauma itu terjadi. Bila
kejadian tersebut disertai paksaan dan kekerasan maka tingkat trauma yang
ditimbulkan lebih berat.(2)
DIAGNOSIS BANDING
Perilaku seksual yang terbatas pada anak-anak saja tidak menjamin diagnosa
pedofilia. Perilaku tersebut mungkin terpresipitasi oleh perselisihan dalam
perkawinan, kehilangan yang terjadi dalam waktu dekat atau kesepian yang
berkepanjangan. Pada keadaan-keadaan tersebut, ketertarikan pada anak-anak
mungkin dapat dimengerti.(2)
Pada retardasi mental, sindrom perilaku organik dan hitoksikasi alkohol atau
skizofrenia, mungkin terjadi penurunan kemampuan daya nilai, kemampuan sosial
atau pengendalian impuls. Biasanya hal tersebut, walaupun jarang akan membuat
seseorang memiliki preferensi seksual yang terbatas pada anak-anak tetapi pada
kebanyakan kasus, umumnya aktivitas seksul dengan anak-anak bukan merupakan
hal yang mutlak untuk mendapatkan kepuasaan seksual.(2)
Pada ekshibisionisme, paparannya mungkin pada anak, tetapi hal ini bukan
merupakan suatu permulaan untuk melakukan aktivitas seksual pada anak-anak.
Sadisme seksual, walaupun jarang, mungkin dapat dihubungkan dengan pedofilia,
dimana pada kedua kasus ini, masing-masing diagnosa harus ditegakkan.(2)
TERAPI
1. Psikoterapi
9
Psikoterapi berorientasi tilikan adalah pendekatan yang paling sering
digunakan untuk mengobati pedodilia. Pasien memiliki kesempatan untuk
mengerti dinamikanya sendiri dan peristiwa-peristiwa yang menyebabkan
perkembangan penyakitnya. Psikoterapi juga memungkinkan pasien meraih
kembali harga dirinya dan memperbaiki kemampuan interpersonal dan
menemukan metode yang dapat diterima untuk mendapatkan kepuasan
seksual.(2)
2. Terapi seks
Pelengkap yang tepat untuk pengobatan pasien yang menderita pedofilia,
dimana mereka mencoba melakukan aktivitas seksual yang tidak menyimpang
dengan pasangannya. Terapi seks menggunakan teknik kejenuhan dan
keengganan untuk menekan gairah seksual kepada anak-anak, lalu
meningkatkan gairah seksual bagi orang dewasa.(5)
3. Terapi perilaku
Digunakan untuk memutuskan perilaku pedofilia. Stimuli yang menakutkan,
seperti kejutan listrik atau bau menyengat , telah dipasangkan dengan impuls
tersebut. Stimuli dapat diberikan oleh diri sendiri dan digunakan oleh pasien
bilamana mereka merasa bahwa mereka akan bertindak atas dasar impulsnya.
Electroshock adalah bentuk terapi yang melibatkan administrasi kejutan
dalam menanggapi gairah seksual pada respons terhadap stimulus yang
menyimpang, seperti penggambaran situasi seksual yang melibatkan anak.(5)(6)
4. Terapi obat
Termasuk medikasi antipsikotik dan antidepresan, adalah diindikasikan
sebagai pengobatan skizofrenia atau gangguan depresif, bila pedofilia disertai
dengan gangguan-gangguan tersebut.(2)
PROGNOSIS
Karena tidak adanya informasi yang dapat dipercaya dari berbagai studi
follow-up, maka prognosis tergantung dari riwayat pasien sendiri, lama
10
penyimpangan seks, adanya gejala penarian diri secara sosial maupun seksual dan
kekuatan serta kelemahan kepribadian pasien. Tetapi meskipun pasien sudah diterapi,
lalu tidak berhasil karena penderita pedofilia memiliki tingkat resividisme, yaitu
cenderung mengulangi tindakan dari waktu ke waktu.(2)
Prognosis baik, jika pasien memiliki riwayat koitus di samping pedofilia, jika
pasien memiliki motivasi tinggi untuk berubah, dan jika pasien datang berobat
sendiri, bukannya dikirim oleh badan hukum.(2)
RINGKASAN
11
DAFTAR PUSTAKA
12