Anda di halaman 1dari 13

 About

 Contact Us
 Privacy Policy
 Disclaimer





Banner Atas

Menu
Search... ?
Home » Laporan » Laporan Praktikum Kimia Koloid

Laporan Praktikum Kimia Koloid


Hasnan Thursday, April 20, 2017 Laporan
3 Maret 2016
17 Maret 2016

KIMIA KOLOID

Disusun Oleh :

Kelompok 3
Calvin Angel Mandas
Arif Eko
Gregi Septian
Handika
Fairuz Zabadi

TEKNIK ELEKTRO
UIN SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2016

KIMIA KOLOID

A.Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah :
1. Mempelajari sifat koloid.
2. Mengamati perubahan NaCl dan air susu dengan penyinaran senter.
3. Mengamati perubahan NaCl dan susu dengan perlakuan sentrifuge.
4. Mengamati perubahan NaCl dan susu dengan penambahan HCl pekat.
5. Mengamati perubahan NaCl dan susu dengan penambahan tawas.

B. Teori Dasar

a. Pengertian koloid.
Koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya terletak antara larutan dan campuran
kasar. Meskipun secara makrokopis koloid tampak homogen, tetapi koloid digolongkan ke dalam
campuran heterogen. Campuran koloid pada umumnya bersifat stabl dan tidak dapat disaring.
Ukuran partikel koloid terletak antara 1 nm – 100 nm. Sistem koloid terdiri atas terdispersi
dengan ukuran tertentu dalam medium pendispersi. Zat yang didispersikan disebut fase
terdispersi, sedangkan medium yang digunakan untuk mendispersikan disebut medium dispersi.
Fase terdispersi bersifat diskontinu (terputus-putus), sedangkan medium dispersi bersifat
kontinu. (Keenan, 1984)

Dalam campuran homogen dan stabil yang disebut larutan, molekul, atom, ataupun ion
disebarkan dalam suatu zat kedua. Dengan cara yang agak mirip, materi koloid dapat
dihamburkan atau disebarkan dalam suatu medium sinambung, sehingga dihasilkan suatu
disperse ( sebaran ) koloid atau sistem koloid. Selai, mayones, tinta cina, susu dan kabut
merupakan contoh yang dikenal. Dalam sistem-sistem semacam itu, partikel koloid dirujuk
sebagai zat terdispersi( tersebar ) dan materi kontinu dalam mana partikel itu tersebar disebut zat
pendispersi atau medium pendispersi. (Arsyad, 2001)

Sistem koloid terdiri atas fase terdispersi dengan ukuran tertentu dalam medium pendispersi.  Zat
yang didispersikan disebut fase terdispersi, sedangkan medium yang digunakan untuk
mendispersikan disebut medium pendispersi. Sol adalah system koloid yang fase tedispersinya
berupa zat padat dan medium pendispersinya berupa zat cair atau zat padat. Bila medium
pendispersinya berupa zat padat disebut sol padat. Sedangkan emulsi adalah system koloid yang
fase terdispersinya berupa zat cair dan medium pendispersinya berupa zat cair atau zat padat.
Bila medium pendispersinya berupa zat padat dikenal dengan emulsi padat. Beberapa emulsi
(fase terdispersi cair dan medium pendispersi cair) membentuk campuran yang kurang stabil.
Misalnya minyak dengan air, setelah dikocok akan diperoleh campuran yang segera memisah
jika didiamkan. Emulsi yang semacam itu memerlukan suatu zat pengemulsi (emulgator) untuk
membentuk suatu campuran yang stabil.

C. Sifat – Sifat Koloid

1. Efek Tyndall
Partikel debu, banyak diantaranya terlalu kecil untuk dilihat, akan nampak sebagai titik-titik
terang dalam suatu berkas cahaya. Bila partikel itu memang berukuran koloid, partikel itu sendiri
tidak nampak; yang terlihat ialah cahaya yang dihamburkan oleh mereka. Hamburan cahaya itu
disebut efek tyndall. Ini disebabkan  oleh fakta bahwa partikel kecil menghamburkan cahaya
dalam segala arah.

Efek tyndall dapat digunakan untuk membedakan dispersi koloid dan suatu larutan biasa, karena
atom, molekul, ataupun muaatan yang berbeda dalam suatu larutan tidak menghamburkan
cahaya secara jelas dalam contoh-contoh yang tebalnya tak seberapa. Penghamburan cahaya
tyndall dapat menjelaskan betapa buramnya dispersi koloid. Misalnya, meskipun baik minyak
zaitun maupun air itu tembus cahaya, dispersi koloid dari kedua zat ini nampak seperti susu.

2. Gerak Brown
Jika suatu mikroskop optis difokuska pada suatu dispersi koloid pada arah yang tegak lurus pada
berkas cahaya dan dengan latar belakang gelap, akan nampak partikel-partikel koloid, bukan
sebagai partikel dengan batas yang jelas, melainkan sebagai bintik yang berkilauan. Dengan
mengikuti bintik-bintik cahaya yang dipantulkan ini, orang dapat melihat bahwa partikel koloid
yang terdispersi ini bergerak terus-menerus secara acak menurut jalan yang berliku-liku. Gerakan
acak partikel koloid dalam suatu medium pendispersi ini disebut gerakan brown, menurut nama
seorang ahli botani Inggris, Robert Brown, yang mempelajarinya dalam tahun 1827.

3. Adsorpsi
 Adsorpsi  adalah peristiwa di mana suatu zat menempel pada permukaan zat lain, seperti ion H+
dan OH- dari medium pendispersi. Untuk berlangsungnya adsorpsi, minimum harus ada dua
macam zat, yaitu zat yang tertarik disebut adsorbat, dan zat yang menarik disebut  adsorban.
Apabila terjadi penyerapan ion ada permukaan partikel koloid maka partikel koloid dapat
bermuatan listrik yang muatannya ditentukan oleh muatan ion-ion yang mengelilinginya.

Partikel koloid mempunyai kemampuan menyerap ion atau muatan listrik pada
permukaannya.Oleh karena itu partikel koloid bermuatan listrik.Penyerapan pada permukaan ini
disebut dengan adsorpsi. Contohnya sol Fe(OH)3 dalam air mengadsorpsi ion positif sehingga
bermuatan positif dan sol As2S3 mengadsorpsi ion negatif sehingga bermuatan negatif.
Pemanfaatan sifat adsorpsi koloid dalam kehidupan antara lain dalam proses pemutihan gula
tebu, dalam pembuatan norit (tablet yang terbuat dari karbon aktif) dan dalam proses penjernihan
air dengan penambahan tawas.

4. Koagulasi
Koagulasi adalah peristiwa pengendapan atau penggumpalan koloid.Koloid distabilkan oleh
muatannya. Jika muatan koloid dilucuti atau dihilangkan, maka kestabilannya akan berkurang
sehingga dapat menyebabkan koagulasi atau penggumpalan. Pelucutan muatan koloid dapat
terjadi pada sel elektroforesis atau jika elektrolit ditambahakan ke dalam system koloid. Apabila
arus listrik dialirkan cukup lama kedalam sel elektroforesis, maka partikel koloid akan
digumpalkan ketika mencapai electrode. Koagulasi koloid karena penambahan elektrolit terjadi
karena koloid bermuatan positif menarik ion negative dan koloid bermuatan negative menarik
ion positif. Ion-ion tersebut akan membentuk selubung lapisan kedua. Jika selubung itu terlalu
dekat, maka selubung itu akan menetralkan koloid sehingga terjadi koagulasi.

System koloid dapat dibuat dengan menggabungkan ukuran partikel-partikel larutan sejati
menjadi berukuran partikel koloid atau dinamakan kondensasi. Selain itu juga dapat dibuat
dengan cara menghaluskan ukuran partikel suspense kasar menjadi berukuran partikel koloid,
cara ini dinamakan dispersi.

1. Cara Kondensasi
Dengan cara kondensasi, partikel-partikel fase terdispersi dalam larutan sejati yang berupa
molekul atom atau ion diubah menjadi partikel-partikel berukuran koloid. Pembuatan koloid
dengan cara kondensasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu cara kimia dan cara fisika.
Cara ini juga dapat dilakukan melalui reaksi – reaksi kimia, seperti reaksi redoks, hidrolisis, dan
dekomposisi rangkap atau dengan pergantian pelarut.

2. Cara Dispersi
Dengan cara dispersi, partikel kasar dipecah menjadi partikel koloid. Cara dispersi dapat
dilakukan secara mekanik, peptisasi atau dengan loncatan bunga listrik (cara busur bredig).

a. Cara Mekanik
Menurut cara ini butir – butir kasar digerus dengan lumping atau penggiling koloid sampai
diperoleh tingkat kehalusan tertentu, kemudian diaduk dengan medium dispersi.
Contoh: sol belerang dapat dibuat dengan menggerus serbuk belerang bersama-sama dengan
suatu zat inert (seperti gula pasir), kemudian mencampur serbuk halus itu dengan air.

b. Cara Peptisasi
Cara peptisasi adalah pembuatan koloid dari butir-butir kasar atau dari suatu endapan dengan
bantuan suatu zat pemeptasi (pemecah).Zat pemeptasi memecahkan butir-butir kasar menjadi
butir-butir koloid.
Contoh: agar-agar dipeptisasi oleh air, nitroselulosa oleh aseton, karet oleh bensin, dan lain-lain.

c.  Cara Busur Bredig


Cara busur Bredig digunakan untuk membuat sol – sol logam.

5. Koloid Pelindung
Pada beberapa proses, suatu koloid harus dipecahkan. Misalnya, koagulasi lateks. Dilain pihak,
koloid perlu dijaga supaya tidak rusak. Suatu koloid dapat distabilkan dengan mmenambahkan
koloid lain yang disebut koloid pelindung. Koloid pelindung akan membungkus partikel zat
terdispersi sehingga tidak dapat lagi mengelompok.

6. Dialisis
Pemisahan muatan dari koloid dengan difusi lewat pori-pori suatu selaput semipermeabel disebut
dialisis. Pori-pori itu biasanya berdiameterkurang dari 10 Å dan membiarkan lewatnya molekul
air dan muatan-muatan kecil. Selaput hewani alamiah, kertas perkamen, selofan dan beberapa
plastic sintetik merupakan bahan selaput yang sesuai. Partikel-partikel yang melewati membran
agaknya berlaku demikian tidak sekedar berdasarkan difusi acak. Mereka teradsorpsi pada
permukaan membran dan bergerak dari letak ( site ) adsorben yang satu ke yang lain pada waktu
mereka bergerak melewati pori-pori itu. ( Oxtoby, 2001)

D. Cara Pembuatan Koloid


1. Kondensasi
Kondensasi adalah penggabungan partikel – partikel halus ( molekuler ) menjadi partikel yang
lebih besar. Pembuatan koloid dengan cara ini dilakukan melalui :

a.Cara Kimia
Partikel koloid dibentuk melalui reaksi – reaksi kimia, seperti reaksi hidrolisis, reaksi reduksi
oksidasi, atau reaksi subtitusi.
-  Hidrolisis : Merupakan reaksi suatu zat dengan air
-  Reaksi Redoks : Merupakan reaksi yang disertai perubahan biloks
-  Reaksi Subtitusi : Merupakan reaksi penggantian

b. Cara Fisika
Dilakukan dengan jalan menurutkan kelarutan dari zat terlarut, yaitu dengan jalan pendinginan
atau mengubah pelarut sehingga terbentuk satu sol koloid.

2. Dispersi
Pembuatan koloid dengan cara dispersi merupakan pemecahan partikel – partikel kasar menjadi
partikel yang lebih halus/lebih kecil dapat dilakukan secara mekanik, peptisasi atau dengan
loncatan bunga listrik ( listrik busur breding ).

a.Cara Mekanik
Dengan cara ini butir – butir kasar digerus dengan lumpang atau penggiling koloid sampai
diperoleh tingkat kehalusan tertentu kemudian diaduk dengan medium dispersi.Contoh : Sol
belerang dibuat dengan menggerus serbuk belerang bersama – sama dengan suatu zat inert
(seperti gula pasir ) kemudian mencampur serbuk halus dengan air

b. Peptisasi
Pembuatan koloid dengan cara peptisasi adalah membuat koloid dari butir – butir kasar atau dari
suatu endapan dengan bantuan suatu zat pemeptisasi ( pemecahan ). Contoh : Agar – agar
dipeptisasi oleh air, nitroselulosa oleh aseton, karet oleh bensin dan lain – lain. (Oxtoby, 2001)

 7. Elektroforesis
Partikel koloid dapat bergerak dalam medan listrik karena partikel koloid bermuatan listrik.
Pergerakan partikel koloid dalam medan listrik ini disebut elektroforesis. Jika dua batang
elektrode dimasukkan kedalam sistem koloid dan kemudian dihubungkan dengan sumber arus
searah, maka partikel koloid akan bergerak kesalah satu elektrode tergantung pada jenis
muatannya. Koloid bermuatan negatif akan bergerak ke anode (elektrode positif) sedang koloid
bermuatan positif akan bergerak ke katode (elektrode negatif).

Elektroforesis dapat digunakan untuk mendeteksi muatan partikel koloid.Jika partikel koloid
berkumpul dielektrode positif berarti koloid bermuatan negatif, jika partikel koloid berkumpul
dielektrode negatif bearti koloid bermuatan positif. Peristiwa elektroforesis ini sering
dimanfaatkan kepolisian dalam identifikasi/tes DNA pada jenazah korban pembunuhan/ jenazah
tak dikenal

C. Alat dan bahan


Alat
No Nama Ukuran Jumlah
1. Gelas Kimia 500 ml 1 buah
2. Gelas Kimia 200 ml 2 buah
3. Tabung Sentrifuge 1 buah
4. Alat sentrifuge 1 buah
5. Kertas saring secukupnya
6. Lampu senter 1 buah
7. Corong 1 buah
8. Gelas ukur 20 ml 1 buah
9. Batang pengaduk 1 buah
10. pH meter 4 lembar

Bahan
No Nama Jumlah
.
1. Garam dapur 10 gr
2. HCl pekat Secukupnya
3. Tawar 2 gr
4. Air susu 100 mL
5. Aquades 100 mL
6. Kertas saring Secukupnya

D. Prosedur
Larutkan 10 gram garam dapur dengan 100 mL aquades yang telah disiapkan terlebih dahulu.
Campuran ini di misalkan sebagai campuran (A). Sinari campuran (A) dengan senter perhatikan
jalan sinar yang terjadi. Masukan 20 mL campuran(A) kedalam gelas ukur dan saring dengan
kertas saring yang telah disiapkan. Amati fitrat yang diperoleh. Masukan campurn(A) kedalam
tabung sentrifuge hingga terisi dua pertiganya. Sentrifuge selama 15 menit dengan kecepatan
2000 rpm. Amati perubahan yang terjadi pada campuran. Ukur pH campuran(A) sebanyak dua
satuan dengan cara menmbahkan HCl pekat. Amati hinggga terjadi perubahan. Masukan
Campuran (A) awal sebanyak 20 mL kedalam gelas kimia 200 mL dan tambahkan tawas satu
gram diamkan selama 20 menit. Amati perubahan yang terjadi
Siapkan 100 mL susu cair, campuran ini disebut sebagai campuran (B). Sinari
campuran(B) dengan lampu senter kemudian amati jalannya sinar. Masukan 20 mL
campuran(B) kedalam gelas ukur dan saring dengan kertas saring yang telah disiapkan.
Amati fitrat yang diperoleh. Masukan campurn(B) kedalam tabung sentrifuge hingga
terisi dua pertiganya. Sentrifuge selama 15 menit dengan kecepatan 2000 rpm. Amati
perubahan yang terjadi pada campuran. Ukur pH campuran(B) sebanyak dua satuan
dengan cara menmbahkan HCl pekat. Amati hinggga terjadi perubahan. Masukan
Campuran (B) awal sebanyak 20 mL kedalam gelas kimia 200 mL dan tambahkan tawas
satu gram diamkan selama 20 menit. Amati perubahan yang terjadi. Bandingkan
campuran (A) dan campuran (B) dalam setiap percobaan yang dilakukan.

E. Hasil pengamatan
Perlakuan Campuran (A) Campuran (B)
Penyinaran dengan senter Partikel di teruskan Partikel di hamburkan
Air sedikit keruh Susu berwarna putih kental
Penyaringan (kertas Filtrat larutan jernih Filtrat larutan putih cair
saring) Terdapat residu pada kertas Residu menempel pada
saring kertas
Sentrifuge Terdapat sedikit gumpalan Terdapat sedikit gumpalan
Gumpalan berwarna keruh Gumpalan berwarna putih
pekat
Penambahan HCl pekat pH awal yaitu 6 pH awal yaitu 6
pH setelah penambahan 1 pH setelah penambahan 5
Penambahan tawas Sedikit lebih jernih Terdapat gumpalan susu
Tawas tidak larut sebagian

F. Pembahasan
Nama : Calvin Angel Mandas
Nim : 1157070022

Pada praktikum ini membahas beberapa sifat koloid. Percobaan pertama pada campuran A
partikel cahaya diteruskan sedangkan pada campuran B partikel di hamburkan, hal ini
dikarenakan campuran B merupakan larutan koloid yang partikelnya lebih besar sehingga
sinarnya memantulkan kesegala arah peristiwa ini dinamakan dengan efek tyndall.

Percobaan berikutnya yaitu pada campuran A terdapat sedikit residu warna filtrasi lebih jernih
dan pada campuran B terdapat residu yang lebih terlihat oleh kasat mata, filtrasi menjadi lebih.
Hal ini dikarenakan partikel campuran lebih cair dari sebelumnya dan volume pun lebih sedikit.
Pada penyaringan yang dilakukan, terlihat jelas bahwa campuran A lebih cepat tersaring dari
pada campuran B. Hal ini disebabkan karena adanya gaya berat partikel –partikel koloid yang
terdapat pada larutan susu tersebut. Pada larutan garam, terdapat sedikit residu ketika larutan
tersebut disaring dengan kertas saring. Hal ini disebabkan karena garam telah bercampur secara
homogen dengan pelarutnya yaitu aquades.

Selanjutnya percobaan dengan sentrifuge.Untuk campuran A tidak mengalami perubahan.


Sedangkan pada campuran B mengalami sedikit perubahan, supernatan terpisah dengan residu,
supernatan permukaannya diatas,  residu dibawah. Dalam pecobaan ini tidak terlalu baik karena
perubahan sangat kecil sehingga tidak dapat dinyatakan berhasil.

Kemudian percobaan dengan penambahan HCl pekat. Campuran A sebelum ditambah HCl
mempunyai kadar PH 6 setelah ditambah HCl pH campuran A menjadi 1. Sedangkan campuran
B sebelum ditambah HCl mempunyai kadar pH 6 juga setelah ditambah HCl pH menjadi 5.

Percobaan terakhir yaitu penambahan tawas. Untuk campuran A tidak terlalu banyak mengalami
perubahan, sedangkan untuk campuran B  terdapat gumpalan-gumpalan di dinding gelas kimia
dan campuran menjadi lebih kental. Hal ini disebabkan karena terjadinya sifat koagulasi atau
penggumpalan karena tawas menggumpalkan partikel dari susu.

G. Kesimpulan

Dari semua percobaan yang telah dicoba dapat diketahui bahwa campuran B (susu cair)
merupakan koloid sedangkan campuran A (garam dapur) bukan koloid. Kimia koloid /
system koloid adalah suatu bentuk campuran dua atau lebih zat yang bersifat homogen
namun memiliki ukuran partikel terdispersi yang cukup besar. Adapun koloid
mempunyai banyak sifat diantaranya efek tyndall, gerak brown, adsorpsi, elektroforesis,
koagulasi, koloid pelindung dan dialysis. Hasil dari percobaan yang telah diuji ada
beberapa yang mengalami perubaan sifat koloid dan dari sampel percobaan susu
merupakan koloid sedangkan garam dapur bukan koloid.

Daftar Pustaka

Tim.Lab Kimia DasarII. 2016. ModulPraktikum Kimia DasarII. Bandung :UIN SGD
Syukri.S. 1999.Kimia dasar 2. Bandung. ITB.
Keenan.C.W. 1984. Kimia UntukUniversitas. Jakarta. Erlangga.
www.academia.edu (akses 28 Februari 2016)
https://sifat-sifat-kimia-koloid.html?m=1 (akses 03 Maret 2016)

Subscribe to receive free email updates:

Subscribe
Related Posts :

 Laporan Rangkaian OP-AMPLAPORANPRAKTIKUM RANGKAIAN


ELEKTRIK MODUL : 4RANGKAIAN OP-AMP NAMA                          : Hasnan
Habib Jauhari, Hanif Mugi LaksonoNIM   … Read More...

 Laporan Praktikum Elektronika Rangkaian ParalelLAPORAN


PRAKTIKUMPRAKTIKUM ELEKTRONIKA 1MODUL : 3RANGKAIAN
PARALELNAMA                      : HANDIKA RIZKI, HANIF MUGI
LAKSONONIM          … Read More...

 Laporan Praktikum Kimia Koloid3 Maret 201617 Maret 2016KIMIA


KOLOIDDisusun Oleh :Kelompok 3Calvin Angel MandasArif EkoGregi
SeptianHandikaFairuz ZabadiTEKNIK ELEKTROUIN S… Read More...

 Laporan Praktikum Dioda Zener dan LEDLABORATORIUM TEKNIK


ELEKTROFAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGIUIN SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG2015Modul 5DIODA ZENER DAN LEDHandika Rizki (1157070035…
Read More...

 Laporan Praktikum Half Wave Rectifier                           LAPORAN


PRAKTIKUM                            PRAKTIKUM ELEKTRONIKA 1MODUL : 6HALF
WAVE RECTIFIERNAMA             … Read More...

0 Response to "Laporan Praktikum Kimia Koloid"


Post a Comment
Newer Post Older Post Home
Subscribe to: Post Comments (Atom)
 Last 7 days
 Form
 Archive

 Laporan Praktikum Kimia Koloid


 LAPORAN PRAKTIKUM PRAKTIKUM RANGKAIAN SERI
 Pembahasan Laporan Praktikum Kinetika Kimia
 MEMBUAT KALKULATOR SEDERHANA FULL LENGKAP DENGAN DEV C++
 Laporan Praktikum Elektronika Rangkaian Paralel
 Hubungan Al-Qur’an Dan Hadis
 Makalah Time Value of Money
 Laporan Praktikum Dioda Zener dan LED
 Laporan Praktikum Half Wave Rectifier
 Laporan Praktium HIGH PASS FILTER (HPF)

Labels
 Tugas
 Artikel Lingkungan
 Artikel Kesehatan
 Laporan
 Artikel Kebersihan
 Ujian Mandiri
 Review
 Artikel Anak
 Artikel Teknologi
 Artikel Mahasiswa

Popular Posts
 [DOWNLOAD] SOAL UJIAN MANDIRI UIN SGD BANDUNG 2016
 Laporan Praktikum Kimia Koloid
 Makalah Time Value of Money
 [DOWNLOAD] SOAL UJIAN MANDIRI UPI TAHUN 2015
 MEMBUAT KALKULATOR SEDERHANA FULL LENGKAP DENGAN DEV C++
 LAPORAN PRAKTIKUM PRAKTIKUM RANGKAIAN SERI
 Laporan Praktikum Elektronika Rangkaian Paralel
 [DOWNLOAD] SOAL UJIAN UMPTKIN TAHUN 2016

Pageviews
0 96
1 45
2 41
3 59
4 49
5 65
6 49
7 54
8 55
9 71
10 61
11 51
12 54
13 54
14 69
15 56
16 61
17 65
18 64
19 38
20 49
21 44
22 66
23 51
24 50
25 53
26 43
27 29
28 63
29 58
238,614
Labels
Artikel Anak (3) Artikel Kebersihan (6) Artikel Kesehatan (8) Artikel Lingkungan (9) Artikel
Mahasiswa (1) Artikel Teknologi (3) Laporan (8) Review (4) Tugas (10) Ujian Mandiri (6)
TRANSLATE
Powered by Translate
Copyright 2018 paduankuliah
Powered by Blogger.com

Anda mungkin juga menyukai