Anda di halaman 1dari 69

ANDAL Pembangunan Jalan Angkut dan Dermaga Batubara

PT. Baramutiara Prima

BAB III
RONA LINGKUNGAN HIDUP

3.1. RONA LINGKUNGAN HIDUP DI WILAYAH STUDI


Rona lingkungan merupakan gambaran tentang keadaan lingkungan
dari lokasi rencana kegiatan pengangkutan batubara. Rona lingkungan ini
amat penting dikaji untuk mengukur perubahan yang akan terjadi akibat
rangkaian kegiatan pengangkutan batubara. Rona lingkungan yang akan
dikaji meliputi rona lingkungan fisika-kimia, biotik, sosial ekonomi dan sosial
budaya serta kesehatan masyarakat.

3.1.1. Lingkungan Fisika-Kimia


3.1.1.1. Iklim, Kualitas Udara dan Kebisingan
1. Iklim
Data iklim diperoleh dari hasil pengamatan Badan Meteorologi dan
Geofisika Stasiun Klimatologi Klas II Kenten Palembang. Data yang
tersedia meliputi anasir curah hujan, hari hujan, temperatur udara dan
kelembaban relatif udara.

a. Curah hujan
Data curah hujan dalam rentang waktu 10 tahun (1999 – 2008)
disajikan dalam Tabel III.1 dan data hari hujan untuk waktu yang
sama disajikan dalam Tabel III.2.
Curah hujan tertinggi sebesar 2.883 mm yang terjadi pada tahun
2001 dan terendah sebesar 1.841 mm yang terjadi pada tahun
2003. Curah hujan bulanan tertinggi adalah sebesar 459 mm pada
bulan Nopember 1999 dan curah hujan terendah sebesar 5 mm
pada bulan Agustus 2007.

Bab III. Rona Lingkungan Hidup III - 1


ANDAL Pembangunan Jalan Angkut dan Dermaga Batubara
PT. Baramutiara Prima

TABEL III.1
DATA CURAH HUJAN DI WILAYAH STUDI SELAMA 10 TAHUN (mm/bulan)
TAHUN JAN PEB MAR APR MEI JUN JUL AGST SEPT OKT NOP DES TOTAL RERATA

1999 249 205 314 206 73 172 153 81 37 230 459 205 2.384 199

2000 234 238 93 240 277 177 77 56 150 250 442 249 2.483 207

2001 254 256 324 328 87 237 74 259 170 368 283 243 2.883 240

2002 281 47 268 279 103 38 124 19 79 71 310 237 1.856 155

2003 169 285 247 35 80 44 177 33 85 208 171 307 1.841 153

2004 301 195 313 396 169 114 81 17 48 232 203 302 2.371 198

2005 134 239 361 192 210 111 205 149 180 291 302 197 2.571 214

2006 339 285 319 142 144 96 125 6 15 74 233 121 1.899 158

2007 297 141 220 257 96 104 77 5 156 156 200 327 2.036 170

2008 257 143 250 399 96 53 89 146 151 202 333 209 2.328 194

RATA 251,5 203,4 270,9 247,4 133,5 114,6 118,2 77,1 107,1 208,2 293,6 239,7 2.265,2

MIN. 134 47 93 35 73 38 74 5 15 71 171 121 1.841

MAKS. 339 285 361 399 277 237 205 259 180 368 459 327 2.883

Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun Klimatologi Palembang untuk Wilayah Sungai Lilin

Selanjutnya menyimak jumlah hari hujan dalam Tabel III.2,


diketahui bahwa jumlah hari hujan tahunan berkisar antara 100
sampai 164 hari. Jumlah hari hujan terendah terjadi pada bulan
Agustus tahun 2003 yaitu selama 1 hari, sedangkan jumlah hari
hujan tertinggi terjadi pada bulan Desember 2001 selama 21 hari.

TABEL III.2
DATA HARI HUJAN DI WILAYAH STUDI SELAMA 10 TAHUN (hari/bulan)
TAHUN JAN PEB MAR APR MEI JUN JUL AGST SEPT OKT NOP DES TOTAL RERATA

1999 13 10 13 11 9 6 4 3 9 9 12 17 116 10

2000 15 11 14 10 8 4 5 3 8 11 15 16 120 10

2001 18 15 13 17 13 9 3 5 11 20 19 21 164 14

2002 16 7 19 17 8 4 4 2 7 5 16 14 119 10

2003 12 18 13 15 6 5 6 1 5 18 15 16 130 11

2004 15 15 18 17 14 3 6 2 5 9 12 16 132 11

2005 10 9 18 12 11 13 5 9 10 12 17 10 136 11

2006 16 12 14 9 9 8 3 2 3 3 12 9 100 8

2007 18 13 16 15 8 11 7 2 10 10 14 15 139 12

2008 15 8 15 13 8 7 8 9 13 20 19 16 151 13

RATA 15 12 15 14 9 7 5 4 8 12 15 15 131

MIN. 10 7 13 9 6 3 3 1 3 3 12 9 100

MAKS. 18 18 19 17 14 13 8 9 13 20 19 21 164

Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun Klimatologi Palembang untuk Wilayah Sungai Lilin

Bab III. Rona Lingkungan Hidup III - 2


ANDAL Pembangunan Jalan Angkut dan Dermaga Batubara
PT. Baramutiara Prima

b. Temperatur udara
Di kawasan kegiatan dan sekitarnya memiliki temperatur udara
rata-rata bulanan berkisar antara 26,6 0
C hingga 27,5 0
C.
Temperatur udara maksimum antara 31,1 0C hingga 34,0 0C dan
temperatur udara minimum berkisar 21,9 0
C hingga 23,8 0
C.
Temperatur bulanan secara lengkap disajikan pada Tabel III.3.

TABEL III.3
DATA UNSUR IKLIM DI WILAYAH STUDI
BULAN
UNSUR IKLIM
JAN PEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOP DES
Curah Hujan (mm) 285 269 277 289 193 94 142 98 126 218 263 344
Hari Hujan (hari) 13 11 10 13 8 9 5 7 9 12 14 14
Rerata 26,9 27,3 27,0 26,8 27,2 27,2 27,0 27,5 27,5 27,2 26,6 26,8
Suhu Udara
Maks. 32,3 31,1 32,6 33,0 33,0 32,4 32,4 33,7 33,9 34,0 33,0 31,8
( 0C )
Min. 27,4 23,7 23,6 23,8 23,2 23,1 22,9 22,4 22,6 21,9 22,3 22,8
Kelembaban Udara ( % ) 87 87 92 89 89 82 82 74 76 77 84 86
Kecepatan Angin (Knot) 5 3 3 3 3 3 4 4 5 3 3 3
Arah Angin NW N E SE SE SE SE SE SE E NE W
Sumber : Stasiun Klimatologi Kenten Palembang

c. Kelembaban udara nisbi


Berdasarkan komposisi data klimatologi dari Stasiun Klimatologi
Kenten Palembang selama 10 tahun menunjukkan bahwa
kelembaban udara nisbi rata-rata berkisar antara 74% hingga
92%. Kelembaban udara tertinggi dicapai pada bulan Maret dan
terendah pada bulan Agustus.

d. Kecepatan dan arah angin


Kecepatan angin di kawasan kegiatan umumnya tergolong rendah
yaitu antara 2,25–3,91 km/jam dengan nilai rerata 2,53 km/jam.
Arah angin dominan adalah ke arah Tenggara serta Baratlaut dan
frekuensi 54,20% dengan kecepatan 2,5–3,5 km/jam. Arah angin
lainnya adalah dari Baratlaut dengan frekuensi sebesar 39,30%
dengan kecepatan antara 2,5–3,5 km/jam. Selebihnya rata-rata
angin bertiup dari arah Timur dengan frekuensi hanya sekitar
6,60% dengan kecepatan <2,5 km/jam (Tabel III.4).

Bab III. Rona Lingkungan Hidup III - 3


ANDAL Pembangunan Jalan Angkut dan Dermaga Batubara
PT. Baramutiara Prima

TABEL III.4
DATA ARAH ANGIN DOMINAN RATA-RATA
FREKUENSI (%) PADA KECEPATAN ANGIN
(km/jam) JUMLAH
ARAH ANGIN
(%)
<2,50 2,5 – 3,5 >3,5
Utara (U) - - - -
Timur Laut (TL) - - - -
Timur (T) 6,66 - - 6,60
Tenggara (TG) - 33,69 20,60 54,20
Selatan (S) - - - -
Barat Daya (BD) - - - -
Barat (B) - - - -
Bara Laut (BL) 7,00 32,30 - 39,30
JUMLAH 13,60 65,80 20,60 100,00
Sumber : Stasiun Klimatologi Kenten Palembang

2. Kualitas udara dan kebisingan


Dalam penyusunan Dokumen ANDAL ini data kualitas udara dan
kebisingan didapat dari pengukuran langsung (data primer) dan data
sekunder. Pengukuran langsung dilakukan pada saat musim
penghujan, sedangkan untuk kondisi kualitas udara dan kebisingan
pada musim kemarau digunakan data sekunder yang bersumber dari
data pengukuran dan sampling serta analisis pada wilayah PKP2B
PT. BMP yang ada di Wilayah Desa Cinta Damai Kecamatan Sungai
Lilin (Tabel III.5).

TABEL III.5
HASIL ANALISIS KUALITAS UDARA DAN KEBISINGAN (data sekunder)
N SATUA HASIL ANALISIS
PARAMETER BML*)
O N U1 U2 U3 U4 U5 U6
1 Temperatur 0
C - 31,5 32,2 33,5 33,8 32,8 31,7
Karbon Monoksida
2 g/Nm 3
30.000
(CO) 325 530 158 140 285 376
3 Sulfur Dioksida (SO2) g/Nm3 900 218 259 125 116 194 187
4 Oksida Nitrogen (NOx) g/Nm3 400 105 120 110 104 105 101
5 Kadar Debu g/Nm3 230 120 185 90 85 147 135
6 Kebisingan dBA 70**) 58 - 59 61 - 62 42 - 43 41 - 42 57 - 58 60 - 61
Keterangan :
*)
Baku Mutu Lingkungan PP RI Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara (Baku
Mutu Ambient Nasional)
**)
Baku Mutu Lingkungan Kepmen LH Nomor Kep-48/MENLH/II/1996 untuk kawasan industri
Sumber : Dokumen ANDAL PT. BMP
Lokasi :
U1 = Sebelah Timur Desa Cinta Damai U4 = Sebelah Timur Desa Tanjung Dalam
U2 = Sebelah Timur Desa Berlian Makmur U5 = Sebelah Barat Desa Cinta Damai
U3 = Sebelah Timur Desa Dawas U6 = Sebelah Barat Desa Berlian Makmur

Bab III. Rona Lingkungan Hidup III - 4


ANDAL Pembangunan Jalan Angkut dan Dermaga Batubara
PT. Baramutiara Prima

Untuk mengetahui rona awal kualitas udara ambient secara


kuantitatif, dilakukan pengukuran langsung di lapangan. Pengukuran
tersebut dilakukan pada 5 (lima) lokasi yang terdiri dari 2 titik
pengamatan di daerah permukiman (Desa Suka Damai dan Desa
Srigunung), 2 titik pengamatan di rencana jalan angkut serta 1 titik di
rencana dermaga. Peta lokasi titik pengamatan dan sampling
dilampirkan pada Lampiran D.
Hasil pengukuran dan analisis laboratorium yang telah dilakukan
disajikan pada Tabel III.6 dan sertifikat pengujian laboratorium
dilampirkan pada Lampiran K. Hasil pengukuran tersebut selanjutnya
dibandingkan dengan baku mutu kualitas udara ambient berdasarkan
Peraturan Gubernur Sumsel Nomor 17 Tahun 2005 tentang Baku
Mutu Ambien dan Baku Tingkat Kebisingan.

TABEL III.6
HASIL PENGUKURAN KUALITAS UDARA DAN KEBISINGAN (Data Primer)
LOKASI / HASIL PENGUKURAN
NO PARAMETER SATUAN BML*)
U-1 U-2 U-3 U-4 U-5
1 Temperatur O
C - 30,5 37,0 33,1 30,1 32,5
2 Karbon Monoksida (CO) g/Nm3 30.000 648 1430 1725 1369 630
3 Sulfur Dioksida (SO2) g/Nm3 900 130 162 214 148 95
4 Oksida Nitrogen (NO2) g/Nm3 400 92 104 139 116 112
5 Oksidan (O3) g/Nm3 235 tt tt tt tt tt
6 Timah Hitam (Pb) g/Nm3 2 tt tt tt tt tt
7 Kadar Debu g/Nm3 230 64 85 120 116 85
8 Kebisingan dBA 60 29 48 57 46 38
Sumber : Data Primer, Desember 2008
Keterangan :
BML*) : Peraturan Gubernur Sumatera Selatan Nomor 17 Tahun 2005
tt : tidak terdeteksi
U – 1 : Desa Suka Damai
U – 2 : Desa Srigunung
U – 3 : Rencana Jalan Angkut
U – 4 : Rencana Jalan Angkut
U – 5 : Rencana Dermaga Batubara

a. Temperatur
Temperatur (suhu udara) dalam pengukuran sangat diperlukan,
dimana kandungan gas yang ada di udara pada umumnya
berbanding terbalik. Pada suhu udara rendah, konsentrasi polutan
gas di udara diperkirakan tinggi (mengambang mendekati
Bab III. Rona Lingkungan Hidup III - 5
ANDAL Pembangunan Jalan Angkut dan Dermaga Batubara
PT. Baramutiara Prima

permukaan bumi), sedangkan pada saat suhu udara meningkat,


polutan gas di udara rendah (gas naik ke atmosfer). Hasil
pengukuran yang telah dilakukan pada lima lokasi seperti terlihat
pada Tabel III.6 di atas menunjukkan bahwa suhu udara
mempunyai perbedaan yang tidak signifikan, dimana pada saat
pengukuran berlangsung suhu udara cukup cerah.

b. Karbon monoksida (CO)


Gas karbon monoksida merupakan gas beracun yang tidak
berwarna, tidak berbau dan tidak mempunyai rasa yang terdapat
dalam bentuk gas pada suhu diatas -192 C. Komponen ini
o

mempunyai berat sebesar 96,5 % dari berat air dan tidak larut
dalam air. Senyawa hidrokarbon dan volatile organic compounds
(VOCs) berasal dari sisa senyawa hidrokarbon dalam bahan bakar
yang tidak ikut terbakar. Karbon monoksida yang terdapat di alam
terbentuk dari salah satu proses pembakaran tidak sempurna
terhadap karbon atau komponen yang mengandung karbon, reaksi
antara karbon dioksida dan komponen yang mengandung karbon
pada suhu tinggi, karbon dioksida terurai menjadi karbon
monoksida dan oksigen.
Pembebasan CO ke atmosfer sebagai akibat nyata dari rencana
kegiatan pengangkutan batubara, terutama diperkirakan
disebabkan oleh aktivitas transportasi yang dapat menghasilkan
gas CO dari pembakaran tidak sempurna kendaraan bermotor
yang akan dipergunakan.
Beberapa penelitian menunjukkan, pengaruh CO terhadap tanam-
tanaman biasanya tidak terlihat secara nyata. Pengaruh CO pada
manusia pada konsentrasi tinggi dapat menyebabkan kematian,
sedangkan kontak dengan CO pada konsentrasi yang relatif
rendah (100 ppm atau kurang) dapat menggangu kesehatan.
Pengaruh CO pada tubuh terutama disebabkan oleh reaksi antara
CO dengan haemoglobin (Hb) di dalam darah.

Bab III. Rona Lingkungan Hidup III - 6


ANDAL Pembangunan Jalan Angkut dan Dermaga Batubara
PT. Baramutiara Prima

Hasil pengukuran yang telah dilakukan pada 5 (lima) titik rencana


kegiatan pengangkutan batubara PT. BMP, kadar CO masih
berada dibawah baku mutu yang ditetapkan yaitu 30.000 g/Nm3.

c. Sulfur dioksida (SO2)


Pencemaran oleh sulfur oksida terutama disebabkan oleh dua
komponen sulfur bentuk gas yang tidak berwarna, yaitu sulfur
dioksida (SO2) dan Sulfur trioksida (SO3), dan keduanya disebut
sulfur oksida (SOx). Sulfur dioksida mempunyai karakteristik bau
yang tajam dan tidak mudah terbakar di udara, sedangkan sulfur
trioksida merupakan komponen yang tidak reaktif. Pembakaran
bahan-bahan yang mengandung sulfur akan menghasilkan kedua
bentuk sulfur oksida, tetapi jumlah relatif masing-masing tidak
dipengaruhi oleh jumlah oksigen yang tersedia. Di udara SO 2
selalu terbentuk dalam jumlah besar. Jumlah SO 3 yang terbentuk
bervariasi dari 1 sampai 10% dari total SO x. Mekanisme
pembentukan SOx dapat dituliskan dalam dua tahap reaksi
sebagai berikut :

S + O2 SO2
2 SO2 + O2 2 SO3

SO3 di udara dalam bentuk gas hanya mungkin ada jika


konsentrasi uap air sangat rendah. Jika uap air terdapat dalam
jumlah cukup, SO3 dan uap air akan segera bergabung
membentuk droplet asam sulfat (H 2SO4) dengan reaksi sebagai
berikut :

SO3 + H2O H2SO4

Komponen yang normal terdapat di udara bukan SO 3 melainkan


H2SO4. Tetapi jumlah H2SO4 di atmosfer lebih banyak dari pada
yang dihasilkan dari emisi SO3, hal ini menunjukkan bahwa
produksi H2SO4 juga berasal dari mekanisme lainnya. Setelah
berada di atmosfer sebagai SO2 akan diubah menjadi SO3
Bab III. Rona Lingkungan Hidup III - 7
ANDAL Pembangunan Jalan Angkut dan Dermaga Batubara
PT. Baramutiara Prima

(kemudian menjadi H2SO4) oleh proses-proses fotolitik dan


katalitik. Jumlah SO2 yang teroksidasi menjadi SO3 dipengaruhi
oleh beberapa faktor termasuk jumlah air yang tersedia, intensitas,
waktu dan distribusi spektrum sinar matahari. Jumlah bahan
katalik, bahan sorptif dan alkalin yang tersedia. Pada malam hari
atau kondisi lembab atau selama hujan SO 2 di udara diabsorbsi
oleh droplet air alkalin dan bereaksi pada kecepatan tertentu untuk
membentuk sulfat di dalam droplet. Sulfur dioksida mempunyai
karakteristik bau yang tajam dan tidak terbakar di udara,
sedangkan sulfur trioksida merupakan komponen yang tidak
reaktif.
Oleh karena itu komponen yang normal terdapat di dalam
atmosfer bukan SO3 melainkan H2SO4. Pengaruh SOx terhadap
tanaman dapat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu : pengaruh
konsentrasi SO2 dan waktu kontak. Kerusakan tiba-tiba (akut)
terjadi jika terjadi kontak dengan SO 2 pada konsentrasi tinggi
dalam waktu sebentar, dengan gejala beberapa bagian daun
menjadi kering serta mati, dan biasanya warnanya memucat.
Kontak dengan SO2 pada konsentrasi rendah dalam waktu lama
menyebabkan kerusakan kronis, yang ditandai dengan
menguningnya warna daun karena terhambatnya mekanisme
pembentukan klorofil.
Kerusakan akut pada tanaman disebabkan kemampuan tanaman
untuk mengubah SO2 yang diabsorbsi menjadi H 2SO4, kemudian
menjadi sulfat. Garam-garam tersebut terkumpul pada ujung atau
tepi daun. Sulfat yang terbentuk pada daun berkumpul dengan
sulfat yang diabsorbsi melalui akar dan jika akumulasi cukup tinggi
terjadi gejala kronis yang disertai dengan gugurnya daun.
Pengaruh terhadap manusia dan hewan, SOx pada konsentrasi
jauh lebih tinggi dari konsentrasi yang diperlukan adalah iritasi
sistim pernapasan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
iritasi tenggorokan terjadi pada SO 2 sebesar 5 ppm atau lebih,
bahkan ada beberapa individu yang sensitif iritasi terjadi pada

Bab III. Rona Lingkungan Hidup III - 8


ANDAL Pembangunan Jalan Angkut dan Dermaga Batubara
PT. Baramutiara Prima

konsentrasi 1 – 2 ppm. SO 2 dianggap polutan yang berbahaya


bagi kesehatan terutama terhadap orang tua dan penderita yang
mengalami penyakit kronis pada sistim pernapasan dan
kardiovaskular. Individu dengan gejala tersebut sangat sensitif
terhadap kontak dengan SO2, meskipun dengan konsentrasi yang
relatif rendah, misalnya 0,2 ppm atau lebih.
Hasil pengukuran SO2 yang telah dilakukan pada 5 (lima) titik
rencana kegiatan pengangkutan batubara PT. BMP menunjukkan
bahwa kadar SO2 masih berada dibawah baku mutu yang
ditetapkan yaitu 900 g/Nm3.

d. Nitrogen oksida (NOx)


Nitrogen oksida (NOx) adalah kelompok gas yang terdapat di
atmosfer yang terdiri dari gas nitrik oksida (NO) dan nitrogen
dioksida (NO2). Walaupun bentuk nitrogen oksida lainnya ada,
tetapi kedua gas ini yang paling banyak ditemui sebagai polutan
udara. Nitrogen oksida merupakan gas yang tidak berwarna dan
tidak berbau, sebaliknya nitrogen dioksida mempunyai warna
coklat kemerahan dan berbau tajam.
Jumlah NO yang terdapat di udara dalam keadaan equilibirium
dipengaruhi oleh temperatur pembakaran knalpot alat tranportasi,
dimana pada temperatur tinggi akan terdisosiasi kembali menjadi
N2 dan O2. Jika temperatur campuran tersebut mengalami
penurunan secara perlahan-lahan akan memberikan waktu yang
cukup bagi NO untuk terdisosiasi. Sinar matahari dapat
mengakibatkan senyawa bereaksi dengan oksida nitrogen yang
merusak lapisan ozon (O3), yaitu senyawa kimia yang berperan
dalam pembentukan smog. Adapun oksida nitrogen, baik dalam
bentuk gas nitrogen monoksida (NO) atau pun nitrogen dioksida
(NO2), berperan dalam pembentukan smog dan hujan asam.
Selain itu, oksida nitrogen juga dapat mengiritasi lapisan membran
manusia. Sinar matahari dapat mengakibatkan senyawa bereaksi
dengan oksida nitrogen yang merusak lapisan ozon (O 3).

Bab III. Rona Lingkungan Hidup III - 9


ANDAL Pembangunan Jalan Angkut dan Dermaga Batubara
PT. Baramutiara Prima

Beberapa pengaruh merugikan yang ditimbulkan karena polusi


NOx bukan disebabkan oleh oksida tersebut, tetapi karena
peranannya dalam pembentukan oksidan fotokimia yang
merupakan komponen berbahaya di dalam asap.
Adanya NOx di atmosfer pada konsentrasi tinggi 3,5 ppm terjadi
nekrosis atau kerusakan tenunan daun (Stoker dan Seagar, 1972).
NO2 pada konsentrasi 5 ppm terhisap selama 10 menit oleh
manusia akan mengakibatkan sedikit kesukaran dalam bernapas.
Hasil pengukuran pada 5 (lima) titik rencana kegiatan
pengangkutan batubara PT. BMP, kandungan NO x masih dibawah
baku mutu yang ditetapkan yaitu 400 g/Nm3, seperti terlihat pada
Tabel III.6 di atas.

e. Oksidan (O3)
Ozon (O3) adalah gas yang secara alami terdapat di atmosfer
bumi, memiliki bau yang spesifik serta kuat dan merupakan bentuk
alotropik dari oksigen. Ozon merupakan oksidan yang jauh lebih
kuat dibanding oksigen, sehingga dapat mengoksidasi banyak
bahan yang inert terhadap oksigen pada kondisi normal. Adanya
oksidan di atmosfer terjadi karena reaksi fotokimia, oksida
nitrogen, gas organik, uap-uap dan radiasi matahari. Kelebihan
oksidan di udara akan mengkibatkan gangguan sensorik pada
pernapasan, pengurangan ketajaman penglihatan karena aerosol
fotokimia, penurunan daya tampung darah untuk oksigen serta
gangguan kesehatan lainnya. Sifat ozon merusak daun tumbuh-
tumbuhan, tekstil dan melunturkan warna. Reaksi pembentukan
ozon sebagai berikut :

ultra violet
NO2 NO + On
O2 + On O3
NO + On NO2

Proksil asetat nitrat merupakan reaksi NO 2 dalam fotosintesa yang


merusak tanaman.

Bab III. Rona Lingkungan Hidup III - 10


ANDAL Pembangunan Jalan Angkut dan Dermaga Batubara
PT. Baramutiara Prima

Dari hasil pengukuran O3 yang telah dilakukan pada 5 (lima) titik


rencana kegiatan pengangkutan batubara PT. BMP, kandungan
oksidan tidak terdeteksi.

f. Timah hitam
Partikel-partikel timah hitam (Pb) yang terdapat di udara umumnya
berasal dari kendaraan bermotor dengan bahan bakar petroleum.
Hasil pembakaran yang tidak sempurna menyebabkan partikel
timah hitam keluar dari sistem pembakaran kendaraan bermotor
melalui knalpot.
Pengaruh cemaran timah hitam di udara apabila terhisap oleh
manusia akan mengakibatkan gangguan jiwa/ perilaku,
kekurangan darah, muntah, kejang-kejang, gangguan fungsi ginjal,
gangguan sistem syaraf, gangguan otak, kelihatan lekas tua, berat
badan berkurang dan dapat menyebabkan kematian.
Dari hasil pengukuran yang telah dilakukan pada 5 (lima) titik
rencana kegiatan pengangkutan batubara PT. BMP, kandungan
timah hitam tidak terdeteksi.

g. Kadar debu
Partikulat debu melayang (Suspended Particulate Matter/ SPM)
merupakan campuran yang sangat rumit dari berbagai senyawa
organik dan anorganik yang terbesar di udara dengan diameter
yang sangat kecil, mulai dari <1 mikron sampai dengan
500 mikron. Partikulat debu tersebut akan berada di udara dalam
waktu yang relatif lama dalam keadaan melayang-layang di udara
dan masuk kedalam tubuh manusia melalui saluran pernapasan.
Selain dapat berpengaruh negatif terhadap kesehatan, partikel
debu juga dapat mengganggu daya tembus pandang mata dan
juga mengadakan berbagai reaksi kimia di udara. Partikel debu
SPM pada umumnya mengandung berbagai senyawa kimia yang
berbeda, dengan berbagai ukuran dan bentuk yang berbeda pula,
tergantung dari mana sumber emisinya. Karena komposisi
partikulat debu udara yang rumit dan pentingnya ukuran partikulat
Bab III. Rona Lingkungan Hidup III - 11
ANDAL Pembangunan Jalan Angkut dan Dermaga Batubara
PT. Baramutiara Prima

dalam menentukan pajanan, banyak istilah yang digunakan untuk


menyatakan partikulat debu di udara. Beberapa istilah digunakan
dengan mengacu pada metode pengambilan sampel udara,
seperti : Suspended Particulate Matter (SPM), Total Suspended
Particulate (TSP), balack smake. Istilah lainnya lagi lebih mengacu
pada tempat di saluran pernapasan dimana partikulat debu dapat
mengendap, seperti inhalable/ thoracic particulate yang terutama
mengendap di saluran pernapasan bagian bawah, yaitu di bawah
pangkal tenggorokan (larynx). Istilah lainnya yang juga digunakan
adalah PM-10 (partikulat debu dengan ukuran diameter
aerodinamik kurang dari 10 mikron), yang mengacu pada unsur
fisiologi maupun metode pengambilan sampel.
Secara alamiah partikulat debu dapat dihasilkan dari debu tanah
kering yang terbawa oleh angin atau berasal dari muntahan
letusan gunung berapi. Pembakaran yang tidak sempurna dari
bahan bakar yang mengandung senyawa karbon akan murni atau
bercampur dengan gas-gas organik seperti halnya penggunaan
mesin diesel yang tidak terpelihara dengan baik. Partikulat debu
melayang (SPM) juga dihasilkan dari pembakaran batubara yang
tidak sempurna sehingga terbentuk aerosol kompleks dari butir-
butiran tar. Dibandingkan dengan pembakaraan batubara,
pembakaran minyak dan gas pada umunya menghasilkan SPM
lebih sedikit. Kepadatan kendaraan bermotor dapat menambah
asap hitam pada total emisi partikulat debu.
Demikian juga pembakaran sampah domestik dan sampah
komersial bisa merupakan sumber SPM yang cukup penting.
Berbagai proses industri seperti proses penggilingan dan
penyemprotan, dapat menyebabkan abu beterbangan di udara,
seperti yang juga dihasilkan oleh emisi kendaraan bermotor.
Inhalasi merupakan satu-satunya rute pajanan yang menjadi
perhatian dalam hubungannya dengan dampak terhadap
kesehatan. Walau demikian ada juga beberapa senyawa lain yang
melekat bergabung pada partikulat, seperti timah hitam (Pb) dan

Bab III. Rona Lingkungan Hidup III - 12


ANDAL Pembangunan Jalan Angkut dan Dermaga Batubara
PT. Baramutiara Prima

senyawa beracun lainnya, yang dapat memajan tubuh melalui rute


lain. Pengaruh partikulat debu bentuk padat maupun cair yang
berada di udara sangat tergantung pada ukurannya. Ukuran
partikulat debu bentuk padat maupun cair yang berada di udara
sangat tergantung pada ukurannya. Ukuran partikulat debu yang
membahayakan kesehatan umumnya berkisar antara 0,1 mikron
sampai 10 mikron. Pada umunya ukuran partikulat debu sekitar
5 mikron merupakan partikulat udara yang dapat langsung masuk
ke dalam paru-paru dan mengendap di alveoli. Keadaan ini bukan
berarti bahwa ukuran partikulat yang lebih besar dari 5 mikron
tidak berbahaya, karena partikulat yang lebih besar dapat
mengganggu saluran pernapasan bagian atas dan menyebabkan
iritasi. Keadaan ini akan lebih bertambah parah apabila terjadi
reaksi sinergistik dengan gas SO 2 yang terdapat di udara juga.
Selain itu partikulat debu yang melayang dan beterbangan dibawa
angin akan menyebabkan iritasi pada mata dan dapat
menghalangi daya tembus pandang mata (visibility). Adanya
ceceran logam beracun yang terdapat dalam partikulat debu di
udara merupakan bahaya yang terbesar bagi kesehatan. Pada
umumnya udara yang tercemar hanya mengandung logam
berbahaya sekitar 0,01% sampai 3% dari seluruh partikulat debu
di udara. Akan tetapi logam tersebut dapat bersifat akumulatif dan
kemungkinan dapat terjadi reaksi sinergistik pada jaringan tubuh.
Selain itu diketahui pula bahwa logam yang terkandung di udara
yang dihirup mempunyai pengaruh yang lebih besar dibandingkan
dengan dosis sama yang besaral dari makanan atau air minum.
Oleh karena itu kadar logam di udara yang terikat pada partikulat
patut mendapat perhatian. Dampak lain yang ditimbulkan oleh
partikulat debu pada konsentrasi tinggi terhadap kesehatan
manusia terutama berupa gangguan pernapasan fibrosis,
abstraksi paru-paru, pengaruh terhadap kesehatan manusia
tergantung kepada komposisi kimia, ukuran partikel, konsentrasi
dan lama pemaparannya. Partikulat debu dengan ukuran antara

Bab III. Rona Lingkungan Hidup III - 13


ANDAL Pembangunan Jalan Angkut dan Dermaga Batubara
PT. Baramutiara Prima

0,2 – 2 mikron merupakan penyaring sinar matahari yang efisien,


sehingga akan menyebabkan berkurangnya sinar matahari di
permukaan bumi, kemudian ini akan mempengaruhi kehidupan di
permukaan bumi, karena kekurangan sinar ultraviolet yang
dibutuhkan untuk proses fotosintesis tumbuh-tumbuhan dan juga
sebagai salah satu faktor antirachitis. Selain itu sinar ultraviolet
dibutuhkan untuk membunuh mikroorganisme patogen di udara.
Dampak partikulat debu terhadap lingkungan diantaranya dapat
mengurangi jarak pandang/ penglihatan yaitu apabila
konsentrasinya tinggi dapat menimbulkan gangguan estetika dan
tertutupnya permukaan benda, bangunan gedung dan lain-lain.
Hasil pengukuran yang telah dilakukan pada 5 (lima) titik rencana
kegiatan pengangkutan batubara PT. BMP, kandungan partikulat
debu masih berada dibawah BML yang ditetapkan.

h. Tingkat kebisingan
Bising dalam kesehatan kerja diartikan sebagai suara yang dapat
menurunkan pendengaran baik secara kuantitatif (peningkatan
ambang pendengaran) maupun secara kualitatif (penyempitan
spectrum pendengaran), berkaitan dengan faktor intensitas,
frekuensi, durasi dan pola waktu. Kebisingan didefinisikan sebagai
suara yang tidak dikehendaki, misalnya yang merintangi
terdengarnya suara-suara, musik dan sebagainya, atau yang
menyebabkan rasa sakit atau yang menghalangi gaya hidup.
Kebisingan diukur dengan alat sound level meter. Dengan
mekanisme kerjanya SLM apabila ada benda bergetar, maka akan
menyebabkan terjadinya perubahan tekanan udara yang dapat
ditangkap oleh alat ini, selanjutnya akan menggerakkan meter
penunjuk.
Bising menyebabkan berbagai gangguan terhadap masyarakat,
tenaga kerja maupun hewan yang ada di sekitarnya. Bising dapat
menyebabkan gangguan, seperti gangguan fisiologis, psikologis,
gangguan komunikasi dan ketulian, atau ada yang

Bab III. Rona Lingkungan Hidup III - 14


ANDAL Pembangunan Jalan Angkut dan Dermaga Batubara
PT. Baramutiara Prima

menggolongkan gangguan berupa gangguan auditory, misalnya


gangguan terhadap pendengaran dan gangguan non auditory
seperti komunikasi terganggu, ancaman bahaya keselamatan,
menurunkan performance kerja, kelelahan dan stress.
Hasil pengukuran tingkat kebisingan yang dilakukan pada 5 (lima)
titik rencana kegiatan pengangkutan batubara PT. BMP, tingkat
kebisingan masih dibawah ambang batas yang ditetapkan seperti
terlihat pada Tabel III.6 di atas.

3.1.1.2. Hidrologi dan Kualitas Air


1. Hidrologi
Kondisi hidrologi suatu daerah dipengaruhi oleh 3 (tiga) aspek, yakni
posisi (geografi), iklim (curah hujan) dan geologi. Posisi suatu daerah
yang berada di tengah benua akan sangat berbeda dengan pulau
yang dikelilingi laut. Iklim menentukan kelembaban, curah hujan dan
tekanan udara (angin). Kondisi geologi meliputi jenis formasi batuan
(kedap atau penyimpan air), bentang alam (dataran, punggungan
atau pegunungan).
Kajian terhadap kondisi hidrologi daerah studi menyangkut pada
2 (dua) hal, yaitu : air permukaan (run off water) dan air tanah
(groundwater).

a. Pola aliran sungai


Pola aliran sungai yang berkembang adalah paralel yang
mempunyai tebing yang terjal dan merupakan sungai musiman
dimana hanya ada air pada musim penghujan.
Berdasarkan pengamatan di lapangan fluktuasi air di daerah
penelitian cukup tinggi, dimana pada saat hujan muka air sangat
cepat naik, kadang-kadang sampai terjadi banjir bila hujan sangat
deras dan bila tidak hujan muka air juga sama cepatnya akan
segera turun, tingginya fluktuasi permukaan air ini dimungkinkan
karena sifat batuan penyusun di permukaan mempunyai porositas
yang tinggi dan daerahnya mempunyai gradien yang tinggi.
Dengan gradien yang cukup tinggi ini memungkinkan air akan
Bab III. Rona Lingkungan Hidup III - 15
ANDAL Pembangunan Jalan Angkut dan Dermaga Batubara
PT. Baramutiara Prima

mengalir dengan cepat dan mengerosi batuan permukaan dengan


kuat dan hal ini terlihat pada sungai yang berkembang mempunyai
tebing yang cukup curam.
Di lapangan terlihat seluruh sungai yang ada di daerah penelitian
bermeander, hal ini dimungkinkan karena daerahnya cukup landai
dan mempunyai kekerasan batuan yang relatif sama, Sungai
Dawas dan Sungai Tungkal yang merupakan sungai utama di
daerah ini terbelokkan dengan tajam di bagian tengah yang
disebabkan oleh patahan yang berkembang.

b. Air permukaan
Penelitian air permukaan akan difokuskan pada Sungai Sawo dan
anak sungai percabangannya, Sungai Batang dan anak sungai
percabangannya, Sungai Lilin dan anak sungai percabangannya,
Sungai Punggur dan anak sungai percabangannya serta Sungai
Jering dan anak sungai percabangannya. Seluruh sungai tersebut
umumnya mengalir berarah Selatan – Tenggara dan bermura di
Sungai Dawas sebagai sungai utama di sekitar rencana kegiatan.
Khusus Sungai Jering dan percabangannya mengalir berarah
Selatan – Timur dan bermuara di Sungai Tungkal sebagai salah
satu sungai utama lainnya di daerah rencana.

c. Air tanah
Sebagian besar air tanah berasal dari permukaan (hujan dan air
sungai). Air permukaan tersebut masuk ke dalam tanah melalui
suatu kondisi geologi setempat yang mungkin air tersebut
meresap masuk ke bawah permukaan tanah sampai mencapai
daerah jenuh air (zone saturasi) yang merupakan bagian dari
peredaran air dalam siklus hidrologi.
Banyak sedikitnya air tanah pada suatu daerah tergantung pada :
1. iklim atau banyak sedikitnya curah hujan;
2. tumbuh-tumbuhan atau hutan;
3. topografi (terjal atau datar);
4. porositas dan permeabilitas tanah atau batuan.
Bab III. Rona Lingkungan Hidup III - 16
ANDAL Pembangunan Jalan Angkut dan Dermaga Batubara
PT. Baramutiara Prima

Pengaruh utama air tanah terhadap kegiatan jalur pengangkutan


adalah keberadaan air tanah akan mempengaruhi kestabilan jalur
jalan.

2. Kualitas air permukaan


Polusi air adalah penyimpangan sifat air dari keadaan normal, bukan
dari kemurniannya. Air yang tersebar di alam tidak pernah terdapat
dalam bentuk murni, tetapi bukan berarti semua air terpolusi. Sebagai
contoh, meskipun di daerah pegunungan atau hutan yang terpencil
dengan udara yang bersih dan bebas dari polusi, air hujan selalu
mengandung bahan-bahan terlarut seperti CO 2, O2 dan N2, serta
bahan-bahan tersuspensi seperti debu dan partikel-partikel lainnya
yang terbawa dari atmosfer. Air permukaan dan air sumur biasanya
mengandung bahan-bahan metal terlarut seperti Na, Mg, Ca dan Fe.
Air yang mengandung komponen-komponen tersebut dalam jumlah
tinggi disebut air sadah. Air minum pun bukan merupakan air murni.
Ciri-ciri air yang mengalami polusi sangat bervariasi tergantung dari
jenis air dan polutannya atau dari komponen yang mengakibatkan
polusi. Sebagai contoh, air minum yang terpolusi mungkin rasanya
akan berubah meskipun perubahan baunya sangat sukar dideteksi.
Tanda-tanda polusi air yang berbeda ini disebabkan oleh sumber dan
jenis polutan yang berbeda-beda.
Dalam penyusunan Dokumen ANDAL ini data kualitas air permukaan
didapat dari sampling langsung (data primer) dan data sekunder.
Sampling langsung dilakukan pada saat musim penghujan,
sedangkan untuk kondisi kualitas air permukaan pada musim
kemarau digunakan data sekunder yang bersumber dari Dokumen
AMDAL Penambangan Batubara PT. BMP di Wilayah Desa Cinta
Damai Kecamatan Sungai Lilin (Tabel III.7).

Bab III. Rona Lingkungan Hidup III - 17


ANDAL Pembangunan Jalan Angkut dan Dermaga Batubara
PT. Baramutiara Prima

TABEL III.7
HASIL ANALISIS KUALITAS AIR PERMUKAAN (data sekunder)
HASIL ANALISIS
NO PARAMETER SATUAN BAKU MUTU*)
A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 A10 A11 A12
FISIK
1 Temperatur C
0
Deviasi 3 26 28 28 26 28 26 28 27 29 27 28 27
2 Kekeruhan NTU - 8 29 24 17 26 16 59 31 12 13 15 20
3 Zat padat tersuspensi mg/l 300**) 4.37 32.21 26.71 22.72 28.43 28.56 89.28 37.25 22.00 25.12 38.16 18.15
                       
KIMIA                        
1 pH mg/l 6–9 6.69 7.02 6.41 6.84 7.11 6.81 6.57 6.76 6.81 6.95 6.87 6.75
2 Besi (Fe) mg/l 7**) 0.2 0.2 0.1 0.2 0.2 0.1 0.3 0.2 0.7 0.2 0.2 0.3
3 Mangaan mg/l 4**) ttd 0.03 ttd 0.06 Ttd 0.03 0.02 0.05 0.30 0.05 0.03 0.02
4 Timbal (Pb) mg/l 0,3 ttd ttd ttd 0.01 Ttd ttd ttd ttd ttd ttd 0.03 ttd
5 Sulfat mg/l 400 48 35 56 25 43 37 82 47 ttd 33 42 31
6 NH3-N mg/l 0,5 0.23 0.21 0.26 0.22 0.18 0.22 0.34 0.28 ttd 0.28 0.20 0.19
7 NO3-N mg/l 10 0.05 0.05 0.04 0.07 0.04 0.05 0.68 0.04 2.07 0.05 0.06 0.06
8 BOD mg/l 2 1.8 1.5 1.4 1.4 1.8 1.5 1.8 1.9 1.6 1.4 1.5 1.7
9 COD mg/l 10 7.1 6.8 6.5 6.5 7.2 6.4 7.6 7.0 6.3 6.8 6.7 7.4
10 DO mg/l 6 4.9 4.8 4.2 4.7 4.9 4.8 5.4 4.8 5.1 4.5 4.4 4.4
Keterangan : *) Peraturan Gubernur Sumatera Selatan Nomor 16 Tahun 2005 tentang Peruntukan Air dan Baku Mutu Air Sungai (Lampiran II)
**)
Peraturan Gubernur Sumatera Selatan Nomor 18 Tahun 2005 tentang Baku Mutu Limbah Cair (BMLC) bagi Kegiatan Industri, Hotel, Rumah Sakit, Domestik dan Pertambangan Batubara
(Lampiran I)
ttd : tidak terdeteksi (Sangat Kecil)
Sumber : Dokumen ANDAL PT. BMP
Lokasi :
A1 : Sungai Dawas (Hulu) A7 : Sungai Rumbia (Hulu)
A2 : Sungai Dawas (Hilir) A8 : Sungai Rumbia (Hilir)
A3 : Sungai Malabekan (Hulu) A9 : Sungai Tamiang (Hulu)
A4 : Sungai Malabekan (Hilir) A10 : Sungai Tamiang (Hilir)
A5 : Sungai Sawo (Hulu) A11 : Sungai Peninggalan (Hulu)
A6 : Sungai Sawo (Hilir) A12 : Sungai Peninggalan (Hilir)

Bab III. Rona Lingkungan Hidup III - 18


ANDAL Pembangunan Jalan Angkut dan Dermaga Batubara
PT. Baramutiara Prima

Untuk memudahkan pembahasan mengenai berbagai jenis polutan,


diambil conto air di sekitar rencana kegiatan pengangkutan batubara.
Hasil analisis conto air permukaan tersebut (Tabel III.8) dibandingkan
dengan Baku Mutu Kualitas Air yang ditetapkan berdasarkan
Peraturan Gubernur Provinsi Sumatera Selatan Nomor 16 Tahun
2005 tentang Peruntukan Air dan Baku Mutu Air Sungai.

TABEL III.8
HASIL ANALISIS KUALITAS AIR PERMUKAAN
LOKASI SAMPLING / HASIL ANALISIS
NO PARAMETER SATUAN BML*)
A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8
I FISIK
1 Temperatur 0
C Deviasi 3 28,7 28,4 27,9 27,6 25,1 25,6 26,0 26,7
2 Zat padat tersuspensi mg/l 300**) 12,6 95,7 16,1 32,4 15,2 33,8 16,1 25,2
3 Kekeruhan NTU # 73 62 56 55 41 50 37 32

II KIMIA
1 pH - 6–9 6,02 6,00 6,05 5,81 5,09 5,14 5,03 5,58
2 Besi terlarut mg/l 7**) 0,171 0,187 0,374 0,063 1,398 ttd 0,152 0,042
3 Mangan terlarut mg/l 4**) 0,016 0,016 0,057 ttd 0 0,03 0,076 ttd
4 Nitrat mg/l 10 1,071 0,980 0,085 0,112 0,08 1,48 0,05 0,07
5 Amonia bebas mg/l 0,5 0,416 0,472 0,017 0,122 0,05 0,28 0,03 0,45
6 BOD5 mg/l 2 1,67 1,75 1,29 1,03 1,25 1,81 1,18 1,02
7 COD mg/l 10 7,74 8,07 2,35 3,71 2,67 9,11 2,41 8,22
8 Timbal mg/l 0,3 ttd ttd 0 ttd 0 ttd 0 ttd
9 DO mg/l 6 6,59 6,48 6,13 6,03 6,22 6,01 6,27 6,05
10 Sulfat mg/l 400 40 40 3,465 10 6,017 0,45 3,502 14
Sumber : Data Primer, Desember 2008
Keterangan : *) Peraturan Gubernur Sumatera Selatan Nomor 16 Tahun 2005 tentang Peruntukan Air dan Baku Mutu
Air Sungai (Lampiran II)
**) Peraturan Gubernur Sumatera Selatan Nomor 18 Tahun 2005 tentang Baku Mutu Limbah Cair (BMLC)
bagi Kegiatan Industri, Hotel, Rumah Sakit, Domestik dan Pertambangan Batubara (Lampiran I)
# : tidak dipersyaratkan
Lokasi :
A1 : Sungai Dawas A5 : Sungai Batang
A2 : Sungai Tungkal (Hulu) A6 : Sungai Lilin
A3 : Sungai Tungkal (Hilir) A7 : Sungai Punggur
A4 : Sungai Sawo A8 : Sungai Jering

a. Temperatur
Air sering digunakan sebagai medium pendingin dalam berbagai
proses industri. Air pendingin tersebut setelah digunakan akan
mendapatkan panas dari bahan yang didinginkan, kemudian
dikembalikan ke tempat asalnya yaitu sungai atau sumber air
lainnya. Air buangan tersebut mungkin mempunyai suhu lebih
tinggi dari pada air asalnya. Baku mutu air permukaan (badan air)
ditetapkan pada suhu normal. Suhu air permukaan (badan air)

Bab III. Rona Lingkungan Hidup III - 19


ANDAL Pembangunan Jalan Angkut dan Dermaga Batubara
PT. Baramutiara Prima

yang tinggi (>45 0C) akan mempengaruhi kecepatan reaksi kimia


serta tata kehidupan dalam air. Perubahan suhu memperlihatkan
aktivitas kimia biologis pada benda padat dan gas dalam air.
Pembusukan yang terjadi pada suhu yang tinggi dan tingkatan
oksidasi zat organik jauh lebih besar pada suhu yang tinggi.
Temperatur/ suhu yang tinggi dapat menyebabkan kelarutan
oksigen dalam air permukaan (badan air) berkurang, sehingga
proses aerasi yang dibutuhkan untuk mendegradasi bahan organik
akan terhambat. Selanjutnya akan memberikan dampak yang
dapat mematikan biota air di dalam badan air dan mematikan
vegetasi yang terkena.
Data temperatur air pada semua lokasi berkisar 25,1 0C – 28,7 0C.
Hal ini menunjukkan keadaan yang normal pada badan air di
daerah tropis. Temperatur permukaan ini hampir sama dengan
temperatur udara pada saat yang sama. Kondisi seperti itu tidak
mengganggu aktivitas biologis bagi kehidupan akuatik.

b. Zat padat tersuspensi


Padatan ini terdiri dari senyawa-senyawa anorganik dan senyawa-
senyawa organik yang larut dalam air, mineral dan garam-
garamnya. Padatan terdiri dari bahan padat organik maupun
anorganik yang larut, mengendap maupun tersuspensi. Bahan ini
akan mengendap pada dasar air yang lama kelamaan
menimbulkan pendangkalan khususnya pada badan air. Akibat
lain dari padatan ini menimbulkan tumbuhnya tanaman air tertentu
dan dapat menjadi racun bagi makhluk lain. Banyak padatan
menunjukkan banyak lumpur terkandung dalam air.
Hasil analisis menunjukkan kandungan zat padat tersuspensi pada
semua titik pengamatan masih memenuhi baku mutu yang
ditetapkan.

c. Kekeruhan
Kekeruhan akan menurunkan tingkat transparansi cahaya ke
dasar air sehingga menyebabkan terganggunya biota perairan
Bab III. Rona Lingkungan Hidup III - 20
ANDAL Pembangunan Jalan Angkut dan Dermaga Batubara
PT. Baramutiara Prima

untuk hidup di tempat itu. Bila skala ini luas akan menurunkan
produktivitas perairan sehingga menyebabkan penurunan aktivitas
mikroorganisme akuatik yang penting yang pada gilirannya
menurunkan populasi nekton yang diperlukan dalam ekosistem.
Dari hasil pengamatan dan analisis, pada semua lokasi sampling
tingkat kekeruhan relatif sedang. Batasan maksimum untuk
parameter kekeruhan air sungai tidak dipersyaratkan dalam
Peraturan Gubernur Sumatera Selatan Nomor 16 Tahun 2005.

d. Tingkat keasaman (pH)


Nilai pH air yang normal adalah sekitar netral, yaitu antara 6 – 9.
Sedangkan pH air yang terpolusi, misalnya air buangan, berbeda-
beda tergantung dari jenis buangannya. Perubahan keasaman
pada air buangan, baik ke arah alkali (pH naik) maupun ke arah
asam (pH menurun) akan sangat mengganggu kehidupan ikan
dan hewan air di sekitarnya.
Baku mutu tingkat keasaman air sungai kelas I berdasarkan
Peraturan Gubernur Sumatera Selatan Nomor 16 Tahun 2005
adalah 6 – 9.
Berdasarkan hasil analisis kualitas conto air di sekitar rencana
lokasi pengangkutan batubara, kondisi pH air pada lokasi ada
yang masih memenuhi baku (Sungai Dawas dan Sungai Tungkal),
namun ada juga yang saat bersifat asam (Tabel III.8).

e. Logam berat dan beracun


Air sering tercemar oleh komponen-komponen anorganik,
diantaranya berbagai logam berat yang berbahaya. Berbagai
logam berat tersebut banyak digunakan dalam berbagai
keperluan, oleh karena itu diproduksi secara rutin dalam skala
industri. Logam berat pada umumnya seperti campuran besi (Fe),
mangaan (Mn), seng (Zn), tembaga (Cu) dan timbal (Pb).
Mangaan (Mn) dan besi (Fe) yang teroksidasi dalam air berwarna
kecoklatan dan tidak larut sehingga menyebabkan penggunaan air
menjadi terbatas. Air tidak dapat dipergunakan untuk keperluan
Bab III. Rona Lingkungan Hidup III - 21
ANDAL Pembangunan Jalan Angkut dan Dermaga Batubara
PT. Baramutiara Prima

rumah tangga dan industri. Kedua macam bahan ini berasal dari
larutan batuan yang mengandung senyawa mangaan dan besi
seperti pyrit dan hematit. Dalam badan air, besi berasal dari korosi
alat berat maupun pipa air, material logam sebagai reaksi elektro
kimia yang terjadi pada permukaan. Air yang mengandung
padatan larut mempunyai sifat mengantarkan listrik dengan
mempercepat terjadinya korosi.

1) Besi terlarut (Fe)


Kandungan zat besi (Fe), apakah dalam bentuk Fe 2+ atau Fe3+
dalam badan air pada sebagian besar lokasi sampling di
bawah baku mutu yang ditetapkan, yaitu 7 mg/l. Pada lokasi
Sungai Lilin (A6) kandungan Fe tidak terdeteksi.

2) Mangan terlarut (Mn)


Kandungan Mn pada semua lokasi sampling di bawah NAB
yang ditentukan 4 mg/l. Untuk mengatasi pencemaran ion Mn
dan Fe adalah dengan membuat tanggul berselang seling pada
kolam pengendapan.

3) Timbal (Pb)
Pada semua lokasi sampling menunjukkan nilai Pb yang
dibawah NAB yang ditentukan, dan ada beberapa titik
sampling yang tidak terdeteksi.
Pengelolaan Pb dilakukan dengan menyebarkan tumbuhan
akuatik (misalnya : eceng gondok dan bunga teratai) di kolam
pengendapan lumpur sebelum dibuang ke badan air.
Kemudian tumbuhan akuatik tersebut diambil untuk dijadikan
kompos.

f. Nitrat (NO3)
Tinggi rendahnya kandungan nitrat dalam air ditentukan oleh
senyawa nitrogen dan oksigen yang diuraikan oleh bakteri. Nitrat

Bab III. Rona Lingkungan Hidup III - 22


ANDAL Pembangunan Jalan Angkut dan Dermaga Batubara
PT. Baramutiara Prima

dalam jumlah yang besar akan mengikat oksigen dalam air yang
mengakibatkan air kekurangan oksigen.
Hasil analisis kualitas air menunjukkan kadar Nitrat pada semua
lokasi pengamatan masih dibawah baku mutu yang ditetapkan.

g. Amonia bebas (NH3)


Amonia dalam air permukaan (badan air) dapat berasal dari hasil
degradasi baik secara aerobik maupun anaerobik bahan yang
mengandung unsur nitrogen, seperti protein. Adanya amoniak
dalam air permukaan dapat menimbulkan bau.
Kandungan amonia bebas pada semua titik pengamatan di bawah
baku mutu yang ditetapkan. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas
perairan termasuk baik, jadi tidak terdapat pencemaran dalam
bentuk NH3.

h. Kebutuhan oksigen biokimia (BOD5)


Dalam air permukaan terdapat zat organik yang terdiri dari unsur
karbon, hidrogen dan oksigen dengan unsur tambahan yang lain
seperti nitrogen, belerang dan lain-lain yang cenderung menyerap
oksigen. Oksigen tersebut dipergunakan untuk menguraikan
senyawa organik. Nilai BOD menunjukkan kandungan bahan
organik yang dapat didegradasi, yang dinyatakan dengan jumlah
oksigen yang dibutuhkan untuk proses degradasinya. Makin tinggi
nilai BOD dari suatu air permukaan, maka kualitas air permukaan
tersebut makin buruk. BOD yang tinggi menggambarkan akibat
yang ditimbulkan yaitu akan terjadi defisit (berkurangnya) oksigen
terlarut, padahal komponen ini dibutuhkan oleh biota perairan
seperti nekton (ikan). Batas maksimum parameter BOD 5 yang
diizinkan adalah 2 mg/l.
Nilai BOD5 pada lokasi semua titik pengamatan masih dibawah
baku mutu yang ditetapkan. Ini menunjukkan tersedia cukup
kandungan oksigen yang diperlukan oleh mikroorganisme
terutama bakteri dalam merombak bahan-bahan organik yang
terdapat dalam badan air.
Bab III. Rona Lingkungan Hidup III - 23
ANDAL Pembangunan Jalan Angkut dan Dermaga Batubara
PT. Baramutiara Prima

i. Kebutuhan oksigen kimia (COD)


Nilai COD menunjukkan kandungan bahan organik dan anorganik
yang dapat didegradasi, yang dinyatakan dengan jumlah oksigen
yang dibutuhkan untuk proses degradasinya. Makin tinggi nilai
COD dari air permukaan, maka kualitas air permukaan tersebut
makin buruk. Sama halnya dengan BOD 5, COD yang tinggi akan
terjadi defisit (berkurangnya) oksigen terlarut dan selanjutnya
mengganggu kehidupan biota perairan seperti nekton (ikan). Batas
maksimum COD yang dibolehkan adalah 10 mg/l.
Kandungan COD pada semua titik sampling masih dibawah baku
mutu yang ditetapkan.

j. Oksigen terlarut (DO)


Oksigen terlarut merupakan kebutuhan dasar untuk kehidupan
tanaman dan hewan di dalam air. Kehidupan makhluk hidup di
dalam air tergantung dari kemampuan air untuk mempertahankan
konsentrasi oksigen minimal yang dibutuhkan untuk
kehidupannya. Ikan merupakan makhluk air yang memerlukan
oksigen tertinggi, kemudian invertebrata dan yang terkecil
kebutuhan oksigennya adalah bakteri. Biota air hangat
memerlukan oksigen terlarut minimal 5 ppm, sedangkan biota air
dingin memerlukan oksigen terlarut mendekati jenuh. Konsentrasi
oksigen terlarut minimal untuk kehidupan biota tidak boleh kurang
dari 6 ppm.
Oksigen terlarut dapat berasal dari proses fotosintesis tanaman
air, dimana jumlahnya tidak tetap tergantung dari jumlah
tanamannya, dan dari atmosfer (udara) yang masuk kedalam air
dengan kecepatan terbatas. Konsentrasi oksigen terlarut dalam
keadaan jenuh tergantung dari suhu dan tekanan atmosfer. Pada
suhu 20 0C dengan tekanan satu atmosfer konsentrasi oksigen
terlarut dalam keadaan jenuh 9,2 ppm, sedangkan pada suhu
50 0C dengan tekanan atmosfer yang sama tingkat kejenuhannya
5,6 ppm.

Bab III. Rona Lingkungan Hidup III - 24


ANDAL Pembangunan Jalan Angkut dan Dermaga Batubara
PT. Baramutiara Prima

Konsentrasi oksigen terlarut yang terlalu rendah akan


mengakibatkan ikan-ikan (nekton) dan binatang air lainnya yang
membutuhkan oksigen akan mati. Sebaliknya konsentrasi oksigen
terlarut yang terlalu tinggi juga mengakibatkan proses pengkaratan
semakin cepat karena oksigen akan mengikat hidrogen yang
melapisi permukaan logam.
Kandungan oksigen terlarut (dissolved oxygen, DO) dalam badan
air untuk lokasi sampling termasuk normal, semua di atas 6 mg/l.
Kondisi ini dapat ditolerir oleh berbagai organisme akuatik seperti
nekton, benthos dan plankton.

k. Sulfat (SO4)
Sulfat dalam jumlah yang besar akan menaikkan keasaman air.
Ion sulfat dapat terjadi secara proses alamiah. Sulfur dioksida
dibutuhkan pada sintesa. Ion sulfat oleh bakteri direduksi menjadi
sulfida pada kondisi anaerob dan selanjutnya sulfida diubah
menjadi hidrogen sulfida. Dalam suasana aerob hidrogen sulfida
teroksidasi secara bakteriologis menjadi sulfat. Dalam bentuk H 2S
bersifat racun dan berbau busuk. Pada proses digester lumpur gas
H2S yang bercampur dengan metan CH 4 dan CO2 akan bersifat
korosif.
Kandungan sulfat yang diizinkan sesuai dengan Baku Mutu
Lingkungan Peraturan Gubernur Sumatera Selatan Nomor 16
Tahun 2005 untuk Baku Mutu Air Kelas I maksimum 400 mg/l.
Dari hasil analisis sample, semua lokasi sampling mempunyai
kandungan sulfat di bawah 400 mg/l. Dari parameter kandungan
sulfat, kondisi perairan tergolong baik.

3. Kualitas air bersih


Selain air permukaan (air sungai), juga diambil conto air dari sumur
(drinking water) penduduk yang berada di sekitar rencana lokasi
kegiatan (Desa Suka Damai dan Desa Srigunung). Dasar
pertimbangannya adalah Desa Suka Damai dan Desa Srigunung
merupakan lokasi permukiman penduduk yang paling dekat dengan
Bab III. Rona Lingkungan Hidup III - 25
ANDAL Pembangunan Jalan Angkut dan Dermaga Batubara
PT. Baramutiara Prima

lokasi rencana kegiatan dan sarana prasarana penunjang. Jarak antar


sumur di desa tersebut relatif tidak terlalu jauh. Lokasi sampling air
bersih terletak dekat aliran sungai, sehingga apabila sungai kualitas
airnya terganggu maka air bersih (air sumur) tersebut akan
mengalami perubahan juga.
Dalam pembahasan kualitas air sumur digunakan baku mutu
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 907 Tahun 2002 tentang Baku
Mutu Air Minum (Tabel III.9).

TABEL III.9
HASIL ANALISIS KUALITAS AIR SUMUR PENDUDUK
HASIL
NO PARAMETER SATUAN BML*)
AM1 AM2
I FISIKA
1 Bau # - Tidak berbau Tidak berbau
2 Temperatur 0
C Deviasi 3 0C 25 25
3 Zat padat terlarut mg/l 1.500 7,6 6,6
4 Warna Skala TCU 50 13 9

II KIMIA
1 Besi mg/l 1,0 0,1575 0,1400
2 Mangan mg/l 0,5 0,2110 0
3 Fluorida mg/l 1,5 0 0
4 Nitrat sebagai N mg/l 10 0,03 0,03
5 Nitrit sebagai N mg/l 1,0 0,0345 0,0016
6 Amonia bebas mg/l **) 0,03 0,03
7 Sulfat mg/l 400 2,6751 4,498
8 pH mg/l 6,5 – 9,0 6,43 6,48
Keterangan :
*) : Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 907/MenKes/SK/VII/2002 tentang
Pengawasan Kualitas Air Minum
**) : tidak dipersyaratkan
# : tidak ada satuan
Lokasi : AM1 : air sumur warga Desa Suka Damai
AM2 : air sumur warga Desa Srigunung

a. Bau
Bau disebabkan karena adanya campuran dari nitrogen, fosfor,
protein, sulfur, amoniak, hidrogen sulfida, karbon disulfida dan zat
organik lain. Kecuali bau yang disebabkan bahan beracun, bau
jarang merusak kesehatan manusia tapi mengganggu ketenangan

Bab III. Rona Lingkungan Hidup III - 26


ANDAL Pembangunan Jalan Angkut dan Dermaga Batubara
PT. Baramutiara Prima

bekerja. Dari hasil pengamatan langsung, air sumur pada semua


lokasi sampling tidak berbau.

b. Temperatur
Dari hasil pengukuran terhadap conto air sumur menunjukkan
bahwa temperatur 25 0C dan masih memenuhi baku mutu normal.

c. Zat padat terlarut


Dari hasil analisis laboratorium terhadap conto air sumur
menunjukkan hasil analisa zat padat terlarut berkisar 6,6 mg/l –
7,6 mg/l. Hal ini masih jauh berada dibawah baku mutu yang
ditetapkan yaitu 1.500 mg/l.

d. Warna
Warna timbul akibat suatu bahan terlarut atau tersuspensi dalam
air, di samping adanya bahan pewarna tertentu yang kemungkinan
mengandung logam berat. Hasil analisis warna untuk lokasi
sampling air sumur menunjukkan bahwa warna air sumur
penduduk mempunyai nilai 9 – 13 Skala NTU dan masih berada
dibawah baku mutu yang ditetapkan (50 Skala NTU).

e. Logam berat dan beracun


Dari hasil pengukuran conto air sumur menunjukkan kandungan
logam yang ada masih berada dibawah baku mutu yang
ditetapkan.

f. Nitrat dan nitrit


Tinggi rendahnya nitrat dan nitrit dalam air ditentukan oleh
senyawa nitrogen dan oksigen yang diuraikan oleh bakteri. Nitrit
dalam jumlah yang besar akan mengikat oksigen dalam air yang
mengakibatkan air kekurangan oksigen, sehingga DO-nya rendah.
Dari conto pengukuran nitrat dan nitrit air sumur, kandungan nitrat
dan nitrit masih dibawah BML yang ditetapkan.

Bab III. Rona Lingkungan Hidup III - 27


ANDAL Pembangunan Jalan Angkut dan Dermaga Batubara
PT. Baramutiara Prima

g. Tingkat keasaman (pH)


Dari hasil pengukuran terhadap conto air sumur penduduk seperti
terlihat pada Tabel III.9 bahwa nilai pH adalah 6,43 – 6,48. Ini
berarti air sumur di lokasi sampling bersifat asam.

3.1.1.3. Ruang, Lahan, Tanah dan Kualitas Tanah


1. Ruang
Lokasi daerah studi ini dapat dicapai dengan menggunakan
kendaraan roda empat dari Palembang maupun Jambi. Daerah studi
terletak 143 km dari Kota Palembang ke arah Utara dan 151 km dari
Kota Jambi ke arah Selatan. Jalan antara Palembang-Jambi
merupakan Jalan Nasional dengan kondisi aspal hotmix.

2. Lahan
Kondisi saat ini, lahan jalan angkutan seluruhnya merupakan lahan
perkebunan masyarakat berupa kebun karet dan sawit, sebagian kecil
merupakan lahan perkebunan yang dikelola oleh perusahaaan
perkebunan PT. Hindoli berupa kebun kelapa sawit. Sedangkan lahan
yang menjadi lokasi rencana dermaga telah diusahakan masyarakat
sebagai ladang dan kebun, dengan cara membuat parit-parit di
sekeliling perladangan dan kebun tersebut, umumnya ditanami padi
dan kelapa sawit.

3. Tanah
Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan oleh Pusat Penelitian
Tanah (1992) yang dirangkum dalam bentuk peta tanah dan sistem
lahan pada Lembar Palembang, diketahui bahwa satuan lahan dan
jenis tanah di areal ini terdiri dari jenis tanah aluvial yang umumnya
dijumpai di sekitar bantaran sungai dan rawa lebak.

a. Aluvial
Alluvial atau fluvisols (FAO-Unesco, 1974) atau inceptisol (USDA,
1990) terdapat pada satuan lahan alluvial hidromorf dan alluvial
coklat kekeabuan. Jenis tanah ini berkembang dari bahan alluvium

Bab III. Rona Lingkungan Hidup III - 28


ANDAL Pembangunan Jalan Angkut dan Dermaga Batubara
PT. Baramutiara Prima

muda (recent) dengan 3 penciri utama, yaitu mempunyai susunan


berlapis atau kadar C-organik tak teratur; tanpa horizon diagnostic
(kecuali jika tertimbun oleh minimal 50 cm bahan baru) selain
horizon A, horizon H histik atau sulfurik juga merupakan horizon
penciri. Horizon A okrik adalah horizon belum berkembang yang
berwarna sangat cerah/ pucat, berbahan organik rendah/ tipis,
yang jika kering keras dan mampat. Horizon H histik adalah
horizon bahan organic atau sulfuric (horizon kaya pirit FeS 2), dan
mempunyai kadar fraksi pasir kurang dari 60% pada kedalaman
25 – 100 cm dari permukaan tanah mineral. Umumnya tanah ini
secara alami merupakan tanah yang subur, namun karena
mengandung pirit maka akan dicirikan oleh pH sekitar 3 (sangat
masam).

b. Podsolik
Podsolik (yang berwarna merah kuning – coklat kekuningan)
setara dengan acrisol (FAO/ Unesco) atau ultisol (USDA). Tanah
ini dicirikan oleh adanya horizon B-argilik yang berkejenuhan-basa
kurang dari 50% (NH4OAc) sekurang-kurangnya pada beberapa
bagian horizon B di dalam penampang 125 cm dari permukaan
serta tanpa horizon albik (horizon eluvial berwarna pucat) yang
berbatasan langsung dengan horizon argilik atau fragipan (padas
gembur). Horizon argilik (argilic = liat putih) adalah horizon iluvial
(akumulasi) dengan penimbunan liat silikat berlempeng lapisan
yang berbeda nyata jika disbanding horizon eluviasi (tercuci) di
atasnya, sebagian besar hingga >20%.
Menurut Dudal dan Soepraptohardjo (1957), tanah podsolik merah
kuning merupakan tanah yang secara fisis dicirikan sangat tercuci,
lapisan atas berwarna abu-abu muda – kekuningan dan lapisan
bawah merah atau kuning, terjadi akumulasi liat sehingga
bertekstur relative berat, berstruktur gumpal, berpermeabilitas dan
berstabilitas agregat rendah, horizon eluviasi tidak selalu jelas dan
berbahan induk yang kadangkala berkaratan kuning, merah atau

Bab III. Rona Lingkungan Hidup III - 29


ANDAL Pembangunan Jalan Angkut dan Dermaga Batubara
PT. Baramutiara Prima

abu-abu, berbahan induk batuan endapan bersilika, napal, batu


pasir dan batu liat, dijumpai pada ketinggian 50 – 250 m dari
permukaan laut beriklim tropika basah dengan curah hujan
berkisar 2.500 – 3.500 mm/tahun; sedangkan secara biologis dan
kimiawi ditandai dengan berbahan organic, kejenuhan basa dan
pH (4,2 – 4,8) rendah.

4. Kualitas tanah
Dalam penyusunan Dokumen ANDAL ini data kualitas tanah didapat
dari sampling langsung (data primer) dan data sekunder. Sampling
dilakukan pada saat musim penghujan, sedangkan untuk kualitas
tanah pada musim kemarau digunakan data sekunder yang
bersumber dari Dokumen AMDAL Penambangan Batubara PT. BMP
di Wilayah Desa Cinta Damai Kecamatan Sungai Lilin (Tabel III.10,
Tabel III.11 dan Tabel III.12).
Metode analisis kesuburan kimia tanah menggunakan metode yang
telah dikemukakan oleh Pusat Penelitian Tanah Bogor. Hasil analisis
laboratorium dinilai berdasarkan kriteria sifat fisik dan kimia tanah
yang telah dibakukan oleh Pusat Penelitian Tanah tahun 1983.

TABEL III.10
HASIL ANALISIS TEKSTUR TANAH (data sekunder)
TEKSTUR ( % )
NO LOKASI
PASIR DEBU LIAT
1 Rencana Front 1 31,12 29,65 39,23
2 Rencana Front 2 22,05 23,48 54,47
3 Rencana Stockpile 33,83 21,68 44,49
4 Rencana Timbunan 36,26 38,31 25,43
5 Desa Cinta Damai 29.16 27.63 43.21
6 Desa Dawas 28.73 30.85 40.42
7 Desa Tanjung Dalam 31.25 29.67 39.08
Sumber : Dokumen ANDAL Penambangan Batubara PT. BMP

Bab III. Rona Lingkungan Hidup III - 30


ANDAL Pembangunan Jalan Angkut dan Dermaga Batubara
PT. Baramutiara Prima

TABEL III.11
HASIL ANALISA KEASAMAN TANAH, Corganik, N DAN P (data sekunder)
pH (1 : 1) (me/100 gr) (%) Ptersedia
NO LOKASI
H2O KCl Aldd Hdd Corganik Ntotal C/N (gg-1)
4,38 4,65
2,64 0,30 8,8
1 Rencana Front 1 sangat 3,42 4,40 0,65 sangat
sedang sedang rendah
masam rendah
0,67 0,06 1,35
4,81 11,17
2 Rencana Front 2 3,54 4,52 0,61 sangat sangat sangat
masam sedang
rendah rendah rendah
4,28 0,08 2,25
1,01 12,62
3 Rencana Stockpile sangat 3,29 11,15 0,84 sangat sangat
rendah sedang
masam rendah rendah
7,15
Rencana Timbunan 5,23 1,35 0,12 11,25
4 4,22 1,04 0,31 sangat
Tanah Penutup masam rendah rendah sedang
rendah
6,18
4,93 2,78 0,28 11,64
5 Desa Cinta Damai 3,76 4.52 0,73 sangat
masam sedang sedang sedang
rendah
7,27
4,87 0,25 11,37
6 Desa Dawas 3,61 5,03 0,65 2,62 sangat
masam sedang sedang
rendah
7,13
Desa Tanjung 5,16 0,32 12,12
7 4,15 4,64 0,47 2,59 sangat
Dalam masam sedang sedang
rendah
Sumber : Dokumen ANDAL Penambangan Batubara PT. BMP

TABEL III.12
HASIL ANALISA KAPASITAS TUKAR KATION (KTK)
DAN BASA-BASA TANAH (data sekunder)
(Cmol + kg-1)
NO LOKASI
KTK K Na Ca Mg
0,76
17,50 0,32 0,44 0,52
1 Rencana Front 1 sangat
sedang sedang sedang rendah
rendah
0,51 0,09
21,75 0,26 0,44
2 Rencana Front 2 sangat sangat
sedang rendah sedang
rendah rendah
0,38 0,22
19,00 0,32 0,55
3 Rencana stockpile sangat sangat
sedang sedang rendah
rendah rendah
0,78 0,13
Rencana Timbunan Tanah 15,74 0,31 0,61
4 sangat sangat
Penutup rendah sedang sedang
rendah rendah
0,68
20,53 0,32 0,53 0,49
5 Desa Cinta Damai sangat
sedang sedang sedang rendah
rendah
0,59
22,37 0,33 0,62 0,47
6 Desa Dawas sangat
sedang sedang sedang rendah
rendah
19,37 0,31 0,56 0,63 0,50
7 Desa Tanjung Dalam
sedang sedang sedang sedang rendah
Sumber : Dokumen ANDAL Penambangan Batubara PT. BMP

Bab III. Rona Lingkungan Hidup III - 31


ANDAL Pembangunan Jalan Angkut dan Dermaga Batubara
PT. Baramutiara Prima

Untuk menentukan kualitas tanah di sekitar rencana lokasi


pengangkutan batubara, telah dilakukan pengambilan 1 (dua) sampel
tanah di rencana lokasi jalan angkut, 1 (dua) sampel tanah di rencana
dermaga dan 1 (dua) sampel di permukiman penduduk. Lokasi
pengambilan conto tanah dipetakan pada Lampiran C2. Karakter
tanah yang akan dibahas mencakup sifat fisika dan sifat kimia tanah.

a. Sifat fisika
Sifat fisika tanah dominan adalah tekstur tanah karena fraksi-fraksi
tanah mempengaruhi hampir semua sifat-sifat tanah lainnya.
Tekstur tanah didominasi oleh fraksi pasir berkisar 32,84% –
62,50%; debu berkisar 22,71% – 34,13% dan liat berkisar 13,20%
– 42,05% (Tabel III.13).

TABEL III.13
HASIL ANALISIS TEKSTUR TANAH
TEKSTUR ( % )
NO LOKASI
PASIR DEBU LIAT
1 Rencana Jalan Angkut 32,84 34,13 33,03
2 Rencana Dermaga 62,50 24,30 13,20
3 Pemukiman Penduduk Desa Suka Damai 35,24 22,71 42,05
Sumber : Data Primer, Desember 2008

Karena komponen utama fraksi tanah adalah pasir, maka


kemampuan tanah untuk proses menahan, menyerap,
menyanggah dan mentransformasi limbah rendah.

b. Sifat kimia
Sifat kimia tanah yang akan dibahas adalah pH, C organik, Ntotal,
P-Bray I, Kapasitas Tukar Kation (KTK) dan basa-basa tanah
(K, Na, Ca dan Mg). Semua parameter kimia diukur, dievaluasi
menurut kriteria penilaian Pusat Penelitian Tanah (1983). Hasil
analisis kimia tanah tertera pada Tabel III.14 dan Tabel III.15.
Penilaian ini hanya didasarkan pada sifat umum tanah untuk
berbagai tujuan atau untuk kebutuhan tanaman secara spesifik.

Bab III. Rona Lingkungan Hidup III - 32


ANDAL Pembangunan Jalan Angkut dan Dermaga Batubara
PT. Baramutiara Prima

TABEL III.14
HASIL ANALISIS KEASAMAN TANAH, Corganik, N DAN P
pH (1 : 1) (me/100 gr) (%) P-Bray
NO LOKASI
H2O KCl Aldd Hdd Corganik Ntotal I (ppm)
5,53 1,55 0,12 11,25
1 Rencana Jalan Angkut 3,82 0,89 0,25
masam rendah rendah rendah
4,96 1,92 0,19 11,85
2 Rencana Dermaga 4,28 Tu Tu
masam rendah rendah rendah
6,43
Pemukiman Penduduk Desa 2,15 0,24 17,50
3 agak 3,32 0,73 0,41
Suka Damai sedang sedang sedang
masam
Sumber : Data Primer, Desember 2008

TABEL III.15
HASIL ANALISIS KAPASITAS TUKAR KATION (KTK) DAN BASA-
BASA TANAH
(me/100 g)
NO LOKASI
KTK K-dd Na Ca Mg
1,38
16,14 0,23 0,22 0,82
1 Rencana Jalan Angkut sangat
sedang rendah rendah rendah
rendah
0,06 1,36
15,23 0,22 0,68
2 Rencana Dermaga sangat sangat
rendah rendah rendah
rendah rendah
Pemukiman Penduduk Desa Suka 18,49 0,26 0,33 3,30 0,99
3
Damai sedang rendah rendah rendah rendah
Sumber : Data Primer, Desember 2008

1) Kemasaman tanah, Al dan H dapat ditukar


Pada titik lokasi sampling ternyata nilai pH H 2O tanah
bervariasi dari agak masam sampai masam. Dibandingkan
dengan tanah tropis yang tererosi berat dan dibentuk dari
batuan magmatit/ basalt (3,5 – 4,5), nilai pH di rencana lokasi
kegiatan masih lebih tinggi. pH KCl contoh tanah yang diamati
relatif homogen (3,32 - 4,28). Homogennya nilai pH tanah ini
dikarenakan semua lokasi memiliki bahan induk yang sama.
Pada umumnya apabila tanah terbentuk dari batuan primer
(batuan magmatit), maka hasil pelapukan akan menghasilkan
Aldd dan Hdd dalam jumlah yang cukup banyak.

Bab III. Rona Lingkungan Hidup III - 33


ANDAL Pembangunan Jalan Angkut dan Dermaga Batubara
PT. Baramutiara Prima

Bab III. Rona Lingkungan Hidup III - 34


ANDAL Pembangunan Jalan Angkut dan Dermaga Batubara
PT. Baramutiara Prima

2) Kandungan bahan organik tanah


Bahan-bahan organik tanah dicerminkan oleh kandungan
Corganik dan Ntotal. Kandungan bahan organik menggambarkan
dampak langsung dari proses sedimentasi dan pelapukan
tanah. Kandungan Corganik tanah bervariasi antara 1,55 % – 1,92
% (rendah sampai sedang). Meningkatnya oksidasi bahan
organik dan mineralisasi hara tanah yang lebih baik merupakan
faktor penyebab lokasi penelitian mengandung sedikit bahan
organik. Sehingga semakin tinggi tingkat humifikasi, maka
semakin banyak bahan organik yang dirombak.
Kandungan Ntotal berkisar antara 0,12 % – 0,24 % (rendah
sampai sedang). Terdapat hubungan erat antara jumlah C organik
dengan kandungan Ntotal.

3) Kandungan P-Bray I
Kandungan P-Bray I cenderung mengikuti bahan yang
disedimentasikan, apabila bahan yang disedimentasikan tinggi
P maka tanah juga mengandung P yang tinggi. Pada lokasi
pengambilan sampel ternyata nilai P-Bray I bervariasi dari
rendah sampai sedang.

4) Kapasitas tukar kation (KTK)


Nilai KTK dari lokasi titik yang diamati bervariasi, tergolong
rendah sampai sedang. Terdapat kecenderungan hubungan
antara bahan organik tanah. Jika KTK rendah, menyebabkan
kation-kation tanah lebih gampang tercuci, terutama basa-basa
K, Na, Ca dan Mg.

5) Basa-basa tertukar (K, Na, Ca dan Mg)


Basa-basa tertukar (K, Na, Ca dan Mg) relatif bervariasi,
dimana untuk K, Ca dan Na tergolong sangat rendah sampai
rendah, serta untuk Mg tergolong rendah.
Biasanya tanah tropis yang berkembang alamiah dan terletak
jauh dari pantai, maka kandungan Na mendekati nol. Akan

Bab III. Rona Lingkungan Hidup III - 35


ANDAL Pembangunan Jalan Angkut dan Dermaga Batubara
PT. Baramutiara Prima

tetapi pada semua lokasi pengambilan sampel nilai Na


tergolong rendah.

3.1.2. Lingkungan Biologi


3.1.2.1. Biota Darat
Biota darat meliputi semua makhluk hidup atau organisme yang
menghuni daratan pada permukaan tanah dan dalam tanah, baik yang
bersifat immobil meliputi semua vegetasi maupun yang bersifat mobil
meliputi semua fauna yang ada. Pada mulanya hutan alam yang terdapat
di kaki Pegunungan Bukit Barisan hingga ke daerah Pantai Timur
Sumatera Selatan adalah hutan primer dengan keanekaragaman yang
tinggi. Namun kemudian setelah masyarakat mengeksploitasi hasil-hasil
hutan baik yang berwujud kayu maupun nir/ non kayu, maka terjadilah
degenerasi terhadap hutan alam tersebut dari waktu ke waktu. Akibat
dari degenerasi ini, maka semakin hari semakin bertambah jumlah
spesies yang berkategori langka dalam hutan alam tersebut. Apalagi,
semakin hari hutan alam yang bersifat primer semakin tipis, maka
masalah kelangkaan jenis flora dan fauna semakin menjadi persoalan
yang serius.
Gambaran wilayah studi memperlihatkan bahwa areal rencana
pengangkutan batubara baik sebagai jalan angkut maupun untuk
dermaga batubara pada saat ini adalah berupa kebun penduduk yang
ditanami karet dan tanaman lainnya. Pada bagian yang belum digarap
masih dijumpai beberapa jenis vegetasi asli, seperti kayu seru (Schima
wallichii), kayu leban (Vitex pubescens), pulai (Alstonia scholaris), simpur
(Dillenia aurea), jelutung (Dyera costulata), seduduk (Melastoma
malabathricum) dan lainnya.
Beberapa jenis satwa liar yang masih dapat dijumpai pada habitat hutan
belukar alam dan kebun karet serta lahan pertanian lainnya antara lain :
babi hutan (Sus scrofa), kera cokelat (Macaca fascicularis), kera hitam
(Presbytis femoralis), but-but besar (Centropus sinensis), but-but kecil
(Centropus bengalensis), rangkok hitam (Anthracoceros malayanus),
rusa (Cervus unicolour), kancil (Tragulus javanicus), napu (Tragulus

Bab III. Rona Lingkungan Hidup III - 36


ANDAL Pembangunan Jalan Angkut dan Dermaga Batubara
PT. Baramutiara Prima

napu), trenggiling (Manis javanicus) dan kadal (Mabouya multifasciata).


Di antara jenis hewan tersebut yang paling adaptif adalah babi hutan,
karena sebagai hewan yang omnivora memiliki ketersediaan pakan alami
yang melimpah berupa jenis-jenis tanaman yang dibudidayakan dan jenis
tanam liar serta berbagai hewan-hewan avertebrata tanah. Oleh karena
itu jenis babi hutan ini meskipun tergolong satwa liar, namun bukan
hewan target dalam konservasi satwa liar. Rusa (Cervus unicolor),
sesungguhnya sudah termasuk hewan dilindungi dan terkategori langka,
namun sering diburu oleh manusia untuk dikonsumsi. Demikian halnya
dengan kancil (Tragulus javanicus), napu (Tragulus napu) dan trenggiling
(Manis javanicus). Pembakaran atau terbakarnya hutan dan belukar tidak
saja menghabiskan biomassa vegetasi, namun juga merusak habitat
satwa serta menghilangkan pakan alaminya. Semakin habisnya vegetasi
strata atas, menyebabkan antara lain hilangnya habitat rangkok
(Anthracoceros malayanus), termasuk unggas yang dilindungi undang-
undang. Berikut ini akan disajikan hasil pengamatan terhadap berbagai
jenis flora dan fauna di areal studi.

1. Flora
Sesuai dengan kondisi topografi lahan bergelombang dan berbukit
serta memiliki ketinggian sekitar 30 m hingga 60 m dpl dan terletak
sangat jauh (lebih dari 150 km) dari laut, sehingga corak vegetasi di
wilayah studi didominasi oleh vegetasi darat. Pada umumnya lahan
yang ada di seluruh wilayah studi telah digunakan sebagai daerah
pertanian, terutama perkebunan karet rakyat dan perkebunan kelapa
sawit serta daerah pemukiman penduduk. Dengan berbagai kegiatan
dalam penggunaan lahan sebagaimana disebutkan, maka
keanekaragaman jenis flora semakin didominasi oleh tanaman
introduksi dan bukan oleh jenis vegetasi asli yang ada sebelumnya.
Vegetasi lain yang ada di sekitarnya adalah tanaman kelapa sawit
yang berasosiasi dengan berbagai jenis tumbuhan paku hidup epifit
pada batang tanaman kelapa sawit. Jenis-jenis yang toleran terhadap

Bab III. Rona Lingkungan Hidup III - 37


ANDAL Pembangunan Jalan Angkut dan Dermaga Batubara
PT. Baramutiara Prima

kondisi naungan ini antara lain krinyu, seduduk, seru, klidemia, paku
kawat dan blimbingan.
Vegetasi khas pada sebagai daerah sensitif seperti di daerah
sempadan sungai dijumpai antara lain : kayu rengas, leban, bungur,
bambu, kayu ara, saga dan awar-awar. Diantara jenis-jenis yang
disebutkan tersebut yang paling dominan adalah kayu rengas,
merupakan jenis tumbuhan yang tumbuh secara alami dan paling
adaptif diantara jenis-jenis vegetasi yang ada. Dengan demikian jenis
rengas ini harus dipertahankan di areal sempadan sungai karena
sistem perakarannya yang demikian kuat dapat menahan erosi dan
kerusakan bagian sempadan sungai yang ada.
Berdasarkan hasil pengamatan serta identifikasi oleh tim studi, maka
jenis-jenis tumbuhan yang ada sebagai rona lingkungan di sekitar
wilayah studi rencana pengangkutan batubara PT. BMP dan
sekitarnya disajikan pada Tabel III.16 berikut ini.

TABEL III.16
KOMPOSISI VEGETASI HUTAN SEKUNDER DAN PERKEBUNAN
DALAM WILAYAH STUDI PT. BMP
NO NAMA LOKAL NAMA ILMIAH (BOTANIS) STATUS VEGETASI
1. Akar serikan Spatholobus ferrugineus Liana
2. Alamanda Allamanda cathartica Perdu
3. Alang-alang Imperata cylindrica Herba
4. Albasia Albizzia falcata Pohon
5. Ara tanah Euphorbia hirta Herba
6. Awar-awar Ficus septica Perdu
7. Akasia daun lebar Acacia mangium Pohon
8. Akasia daun keriting Acacia auriculiformis Pohon
9. Balik angin Mallotus paniculatus Pohon
10. Bambu Bambusa vulgaris Pohon
11. Bandotan Ageratum conyzoides Herba
12. Belidang Fimbristylis annua Semak
13. Beringin Ficus benjamina Pohon
14. Blimbingan Oxalis barrelieri Herba
15. Buah kurung Talauma elegans Herba
16. Bungur Lagerstroemia speciosa Pohon
17. Buntut tikus Heliotropium indicum Herba
18. Cempedak Artocarpus champeden Pohon
19. Durian Durio zibethinus Pohon
20. Duku Lansium domseticum Pohon
21. Enau Arenga pinnata Pohon
22. Gadung liar Dioscorea hispida Semak
23. Gelang susu Euphorbia hirta Herba
24. Imbau Azadirachta indica Pohon
25. Jambu air Eugenia aquea Pohon

Bab III. Rona Lingkungan Hidup III - 38


ANDAL Pembangunan Jalan Angkut dan Dermaga Batubara
PT. Baramutiara Prima

26. Jambu apokat Persea americana Pohon


27. Jambu biji Psidium guajava Pohon
28. Jambu mawar Eugenia pachyphylla Pohon
29. Jati Tectona grandis Pohon
30. Jelatang Fleurya interrupta Herba
31. Jengkol Pithecellobium lobatum Pohon
32. Jeruk nipis Citrus aurantium Pohon
33. Jeruk manis Citrus sinensis Pohon
34. Kayu duri Mimosa pigra Perdu
35. Kangkung laut Ipomoea crassicaulis Perdu
36. Kapuk Ceiba pentandra Pohon
37. Karet Hevea brasiliensis Pohon
38. Kayu ara Ficus bscortechinii Pohon
39. Keladi liar Colocasia esculenta Herba
40. Kelapa Cocos nucifera Pohon
41. Kelapa sawit Elaeis guineensis Pohon
42. Kembang sepatu Hibiscus rosa sinensis Perdu
43. Kemang Mangifera caesia Pohon
44. Kemiri Aleurites moluccana Pohon
45. Ketapang Terminalia catappa Pohon
46. Ketepeng Cassia alata Semak
47. Klidemia Clidemia hirta Semak
48. Krinyu Eupatorium odoratum Semak
49. Kucingan Mimosa invisa Semak
50. Kulim Scorodocarpus borneensis Pohon
51. Laos hutan Alpinia latilabris Herba
52. Leban Vitex pubescens Pohon
53. Lulangan Eleusine indica Herba
54. Maja Aegle marmelos Pohon
55. Mahang Macaranga triloba Pohon
56. Maman Cleoma viscosa Herba
57. Mampat merah Cratoxylon formosum Pohon
58. Mangga Mangifera indica Pohon
59. Manggis Garcinia mangostana Pohon
60. Mengkudu Morinda citrifolia Pohon
61. Merkisah burung Passiflora foetida Semak
62. Nangka Arocarpus integra Pohon
63. Paku kawat Lycopodium circinatum Herba
64. Paku tali 1 Lygodium flexuosum Herba
65. Paku tali 2 Lygodium circinatum Herba
66. Paku resam Gleichenia linearis Semak
67. Patikan mas Euphorbia heterophylla Herba
68. Pepaya Carica papaya Herba
69. Pinang Areca catechu Pohon
70. Pisang Musa paradisiacal Herba
71. Pulai Alstonia scholaris Pohon
72. Putri malu Mimosa pudica Herba
73. Rambutan Nephelium lappaceum Pohon
74. Rengas Gluta renghas Pohon
75. Rumput buluh Panicum sarmentosum Herba
76. Rumput pait Axonopus compressus Herba
77. Saga Adenanthera pavonina Pohon
78. Sawo Manilkara kauki Pohon
79. Sembung rambat Mikania micrantha Herba
80. Senggani Melastoma malabathricum Perdu
81. Serdang Pholidocarpus sumatrana Pohon
82. Seru Schima wallichii Pohon
83. Simpur hutan Dillenia aurea Pohon
84. Sungkai Peronema canescens Pohon

Bab III. Rona Lingkungan Hidup III - 39


ANDAL Pembangunan Jalan Angkut dan Dermaga Batubara
PT. Baramutiara Prima

85. Tali-tali Ipomoea triloba Herba


86. Talok Grewia excelsa Perdu
87. Tangkil Gnetum gnemon Pohon
88. Temblokan Lantana camara Perdu
89. Tembesu Fagraea fragrans Pohon
90. Teki gede Cyperus compressus Herba
91. Terap Artocarpus elasticus Pohon
92. Ubi kayu Manihot utilissima Perdu
93. Waru Hibiscus tiliaceus Pohon
94. Wedusan Ageratum conyzoides Herba
Sumber : Data Primer, Desember 2008

Berdasarkan hasil pengamatan dan identifikasi yang dilakukan paling


sedikit terdapat sekitar 94 jenis flora darat yang ada di wilayah studi.
Dari semua jenis flora darat yang dijumpai, tidak ada jenis yang
dilindungi undang-undang. Namun demikian jenis tanaman asli
penghuni hutan alam sebelumnya seperti seru (Schima wallichii),
pulai (Alstonia scholaris), tembesu (Fagraea fragrans), terap
(Artocarpus elasticus), kulim (Scorodocarpus borneensis), bungur
(Lagerstroemia speciosa), simpur hutan (Dillenia aurea), rengas
(Gluta renghas), sungkai (Peronema canescens) dan serdang
(Pholidocarpus sumatrana) perlu dilestarikan melalui penghutanan
kembali.

Vegetasi hutan sekunder


Hasil analisis vegetasi yang dilakukan pada areal hutan sekunder dan
semak belukar di lokasi rencana studi dapat dilihat seperti yang
disajikan pada Tabel III.17 berikut ini. Dari hasil analisis vegetasi yang
dilakukan, tampak struktur vegetasi yang ditunjukkan oleh nilai
kerapatan, frekuensi dan dominansi. Berdasarkan indeks nilai penting
(INP) dari tiap spesies tumbuhan alami tersebut memperlihatkan
bahwa tanaman belidang, paku kawat, akasia daun lebar dan leban
merupakan jenis yang dominan. Ke empat jenis tumbuhan tersebut
memiliki kepentingan yang tertinggi dalam struktur komunitas
tumbuhan yang dijumpai pada areal tersebut, masing-masing dengan
nilai 39,2%; 34,6%; 23,9% dan 22,9%.

Bab III. Rona Lingkungan Hidup III - 40


ANDAL Pembangunan Jalan Angkut dan Dermaga Batubara
PT. Baramutiara Prima

TABEL III.17
HASIL ANALISIS VEGETASI PADA HUTAN SEKUNDER DAN SEMAK
BELUKAR DI LOKASI RENCANA PENGANGKUTAN BATUBARA PT. BMP
HASIL ANALISIS
NO NAMA JENIS
K KR F FR D DR INP H
1. Alang-alang 1050 5,3 0,51 5,9 391 0,2 11,2 0,12
2. Belidang 5150 29,2 0,80 8,8 2740 1,3 39,2 0,27
3. Akasia Daun Lebar 380 1,8 0,60 6,9 43600 14,1 23,9 0,20
4. Mahang 140 0,8 0,40 2,9 30100 10,4 14,1 0,14
5. Kayu Tali 130 0,6 0,26 3,5 3360 1,1 5,2 0,07
6. Kucingan 350 1,8 0,40 3,8 1150 0,3 6,0 0,08
7. Krinyu 1350 7,3 0,86 8,4 17500 6,1 21,4 0,19
8. Leban 120 0,6 0,42 3,2 54250 19,1 22,9 0,20
9. Mampat Mrh 133 0,6 0,34 2,5 3750 1,3 4,5 0,06
10. Paku Kawat 4600 23,9 0,96 9,4 3610 1,3 34,6 0,25
11. Paku Resam 220 1,0 0,40 3,9 638 0,2 5,1 0,07
12. Laos Hutan 1650 8,8 0,52 5,3 21146 7,5 21,6 0,19
13. Pulai 35 0,2 0,34 2,4 24720 8,7 11,3 0,12
14. Keladi Liar 360 1,9 0,28 3,6 2540 0,9 6,5 0,08
15. Rengas 40 0,2 0,30 2,7 5240 2,8 4,9 0,07
16. Rumput Pait 890 4,5 0,44 4,3 1320 0,5 9,1 0,11
17. Senggani 820 4,3 0,70 7,8 16090 5,7 17,8 0,17
18. Sembung Rmbt 130 0,7 0,64 6,3 582 0,2 7,2 0,09
19. Seru 20 0,1 0,20 2,0 9072 3,2 5,3 0,07
20. Sikejut Perdu 1150 6,0 0,46 3,4 32400 11,0 20,5 0,18
21. Terap 32 0,2 0,36 2,5 10075 3,4 6,2 0,08
Jumlah 19450 100 10,18 100 283980 100 300 2,78
Sumber : Data Primer, Desember 2008
Keterangan : K = Kerapatan (individu/ha) D = Dominansi (m2)
KR = Kerapatan Relatif (%) DR = Dominan Relatif (%)
F = Frekuensi (kekerapan) INP = Indeks Nilai Penting = KR + FR + DR
FR = Frekuensi Relatif (%) H = Indeks Keanekaragaman

Dari hasil analisis yang dilakukan, ternyata indeks keanekaragaman


komunitas vegetasi adalah sebesar 2,81. Hal ini menunjukkan bahwa
komunitas tumbuhan yang ada dalam ekosistem tersebut tergolong
cukup mantap (>2,00). Namun demikian terdapat 10 spesies yang
mendominasi berdasarkan nilai pentingnya pada tiap spesies
berturut-turut adalah sebagai berikut : belidang (Fimbristylis annua)
39,2%, paku kawat (Lycopodium circinatum) 34,6%, akasia daun
lebar (Acacia mangium) 23,9%, leban (Vitex pubescens) 22,9%,
krinyu (Eupatorium odoratum) 21,8, laos hutan (Alpinia latilabris)
21,6%, sikejut perdu (Mimosa pigra) 20,5%, senggani (Melastoma
malabathricum) 17,8%, mahang (Macaranga triloba) 14,1% dan pulai
(Alstonia scholaris) 11,3%.

Bab III. Rona Lingkungan Hidup III - 41


ANDAL Pembangunan Jalan Angkut dan Dermaga Batubara
PT. Baramutiara Prima

2. Fauna
Berdasarkan hasil pengamatan oleh tim studi di lapangan secara
langsung maupun hasil wawancara dengan penduduk desa terdekat,
maka dapat dikelompokkan satwa atau fauna darat menjadi satwa
ternak (domestik) dan satwa liar. Satwa domestik diusahakan oleh
masyarakat pada umumnya didasarkan pada nilai ekonomisnya,
yakni kelompok unggas seperti ayam, bebek dan angsa serta
kelompok mammalia seperti kambing, kerbau dan sapi. Sedangkan
jenis-jenis satwa liar dapat diidentifikasi berdasarkan hasil
pengamatan langsung di lapangan terhadap habitat maupun
perjumpaan serta didasarkan pada informasi dari masyarakat yang
mengenal kondisi wilayah sekitar rencana pengangkutan batubara
disajikan pada Tabel III.18.

TABEL III.18
HASIL INVENTARISASI SATWA LIAR
DI AREAL RENCANA PENGANGKUTAN BATUBARA PT. BMP
STATUS
NO NAMA LOKAL NAMA ILMIAH KELOMPOK KELIMPAHAN
SATWA
1. Katak ijo Rana pipiens Amphibia TDL +++
2. Katak pohon Hyla versicolor Amphibia TDL ++
3. Kodok Bufo melanoctictus Amphibia TDL +
4. Kadal Mabouya multifasciata Reptilia TDL ++++
5. Kura-kura Tertudo elegans Reptilia TDL +
6. Labi-labi Trionyx cartilagineus Reptilia TDL +
7. Ular sendok Naja sputatrix Reptilia TDL ++
8. Ular sawah Phyton reticulatus Reptilia TDL +
9. Ular daun Trimeresurus albolabris Reptilia TDL ++
10. Ular tikus Elaphe radiata Reptilia TDL ++
11. Biawak Varanus salvator Reptilia TDL +
12. Ayam Hutan Gallus gallus Aves TDL +
13. Ayaman Gallinula chloropus Aves TDL ++
14. Murai batu Trichixos pyrrhopygus Aves TDL +
15. Murai kampung Copsychus saularis Aves TDL +
16. Ruwak Amaurornis phoenicurus Aves TDL +
17. Burung but-but Centropus sinensis Aves TDL ++
18. Burung layang Dalichon dasypus Aves TDL ++
19. Puyuh tanah Turnix suscitator Aves TDL +
20. Pipit putih Lonchura striata Aves TDL +
21. Empirit Lonchura leucogastra Aves TDL ++
22. Pipit cokelat Anthus cervinus Aves TDL +++
23. Kapinis rumah Apus affinis Aves TDL +++
24. Elang merah Aquila chrysaetos Aves TDL +
25. Perenjak belukar Orthonomus atrogularis Aves TDL ++
26. Perkutut Geopelia striata Aves TDL +++
27. Punai Treron bicincta Aves TDL +

Bab III. Rona Lingkungan Hidup III - 42


ANDAL Pembangunan Jalan Angkut dan Dermaga Batubara
PT. Baramutiara Prima

28. Pelatuk Dryocopus javensis Aves TDL +


29. Tekukur Streptopelia chinensis Aves TDL +++
30. Tikus tanah Rattus rattus Mammalia TDL +++
31. Tikus sawah Rattus argentiventer Mammalia TDL +
32. Musang Mustella hamakeri Mammalia TDL +
33. Babi hutan Sus scrofa Mammalia TDL +
34. Kera hitam Presbytis femoralis Mammalia TDL +
35. Kera cokelat Macaca fascicularis Mammalia TDL +
36. Landak Hystrix brachyura Mammalia DL +
37. Napu Tragulus napu Mammalia DL +
38. Kancil Tragulus javanicus Mammalia DL +
39. Sambar Cervus unicolor Mammalia DL +
40. Kijang Muntiacus muntjak Mammalia DL +
41. Trenggiling Manis javanica Mammalia DL +
Sumber : Data primer hasil pengamatan dan wawancara, Desember 2008
Keterangan : DL = dilindungi UU ; TDL = tidak dilindungi UU
++++ = banyak/ melimpah ; +++ = sedang ; ++ = sedikit ; + = jarang

Dari hasil identifikasi yang dilakukan, paling sedikit dapat dijumpai


sebanyak 41 jenis satwa liar yang terbagi menjadi amphibia
3 spesies, reptilia 8 spesies, unggas (aves) sebanyak 18 spesies dan
mammalia sebanyak 12 spesies. Diantara 41 spesies yang ada
diduga ada sebanyak 6 spesies yang dilindingi undang-undang.
Dengan terdapatnya sebanyak 6 spesies satwa liar yang dilindungi
yang semuanya tergolong mammalia, maka hendaknya aktivitas
perburuan yang dapat mengancam satwa langka itu harus
dihindarkan. Meskipun satwa itu sudah semakin kehilangan
habitatnya, namun hendaknya harus menyediakan sebagian areal
untuk mempertahankan kelangsungan spesies satwa langka tersebut.
Oleh sebab itu pihak masyarakat dan perusahaan yang ada di
wilayah studi harus berkoordinasi dengan pemerintah untuk
mengetahui seberapa besar populasi satwa yang masih ada di alam,
sehingga bagaimana melestarikannya satwa yang dilindungi undang-
undang dan dapat diupayakan pemantauan dan pengelolaan dengan
sebaik-baiknya.

3.1.2.2. Biota Air


Biota akuatik dapat dibedakan menjadi 3 kelompok umum, yaitu
plankton, benthos dan nekton. Penggolongan ini didasarkan pada
perilaku serta sifat yang mempengaruhi responnya terhadap habitat

Bab III. Rona Lingkungan Hidup III - 43


ANDAL Pembangunan Jalan Angkut dan Dermaga Batubara
PT. Baramutiara Prima

akuatik. Komunitas biotik baik plankton, benthos maupun nekton dapat


dijadikan sebagai indikator kondisi ekologis. Perubahan komunitas biotik
tersebut merupakan indikator perubahan ekosistem perairan (akuatik).
Ke tiga kelompok organisme tersebut saling terkait dalam menopang
rantai dan jaring makanan dalam ekosistem perairan seperti sungai.
Sementara sungai yang ada di sekitar lokasi mempunyai fungsi ganda
bagi masyarakat di sekitarnya, baik itu sebagai sumber penghasilan
tambahan berupa produksi ikan tangkapan, maupun pemanfaatan air
untuk keperluan domestik. Demikian halnya untuk kepentingan pihak
pemrakarsa, terutama untuk kepentingan domestik karyawan pada waktu
musim kemarau dimana debit air sangat rendah. Peranan sungai lainnya
yaitu untuk mengaliri areal di bagian hilir sehingga mempengaruhi
ekosistem di daerah hilir sungai.
Untuk penyediaan air secara kontinyu, maka pihak pemrakarsa nantinya
akan merencanakan penyediaan air untuk kebutuhan operasional dan
domestik perusahaan, yaitu yang bersumber dari air sungai yang berada
dekat wilayah tapak proyek. Besarnya kapasitas yang akan dibangun
disesuaikan dengan kebutuhan domestik karyawan yang ada.

1. Plankton
Komunitas plankton secara garis besar dibedakan atas dua
kelompok, yaitu fitoplankton dan zooplankton. Fitoplankton
merupakan plankton yang bersifat produsen karena bersifat autotrof,
yakni berkemampuan mengolah makanan dari bahan-bahan
anorganik menjadi bahan-bahan organik via energi surya. Sedangkan
kelompok zooplankton memanfaatkan bahan-bahan organik yang
diproduksi oleh fitoplankton. Oleh karena itu kedua kelompok plankton
tersebut saling tergantung. Dalam hal ini zooplankton memanfaatkan
fitoplankton sebagai sumber energinya, sedangkan zooplankton
berguna menekan pertumbuhan fitoplankton agar kepadatan
populasinya di alam menjadi seimbang, sehingga tidak terjadi
blooming populasi.

Bab III. Rona Lingkungan Hidup III - 44


ANDAL Pembangunan Jalan Angkut dan Dermaga Batubara
PT. Baramutiara Prima

Sebagai pembanding komposisi, kelimpahan dan keanekaragaman


hewan plankton yang berada di dekat lokasi rencana kegiatan
digunakan data sekunder (Dokumen AMDAL Penambangan Batubara
PT. BMP di Wilayah Desa Cinta Damai Kecamatan Sungai Lilin)
seperti tertera pada Tabel III.19.

TABEL III.19
KEANEKARAGAMAN DAN KELIMPAHAN POPULASI SPESIES PLANKTON
DI AREAL RENCANA PENAMBANGAN BATUBARA PT. BMP (data sekunder)
KELIMPAHAN INDIVIDU / LITER
NO NAMA KELOMPOK DAN SPESIES
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
I PHYTOPLANKTON
A Cyanophyceae :
1. Anabaena catenula - - - - - - - - - 5
2. Anabaena menderi - - - - 1 - - 3 - -
3. Aphanizomenon flosaquae 2 - - - - - - - - -
4. Aphanizomenon holsaticum - - - - - - - - 1 -
5. Hapalosiphon hibernicus - - - - - - 2 - - -
6. Lyngbya contorta - - - - - 3 - - - 10
7. Lyngbya lymnetica - - - - - - - - - 11
8. Merismopedia convuluta - - - - - - - 10 - -
9. Oscillatoria agardhii - - - - - - - - - 4
10. Oscillatoria amphibian - - - 1 8 - - 4 - 20
11. Oscillatoria curviceps 8 - - - - - - - - -
12. Oscillatoria sancta - - - - 1 - - - - 4
13. Oscillatoria splendida 6 3 1 - - - - - - -
14. Oscillatoria tenuis - - - - 2 - - - 1 -
15. Phormidium tenue - - - - - - - - - 1
16. Spirulina albida - - - - - 10 - - - -
17. Spirulina laxissima 2 - - - - - - - - -
18. Wollea saccata - - - - - - - - 1 -

B Chlorophyceae :
1. Actinastrum hantzchii - - - - - - 3 - - -
2. Ankistrodesmus falcatus - - - 2 - - - - - -
3. Geminella interrupta - - - - 5 - - - - -
4. Microspora moena - - - - - - - 9 - -
5. Oedogonium angustum - - - 8 - - - - - -
6. Oedogonium crassiusculum - - - - - 10 - - - -
7. Oedogonium longiarculatun - - - - - 5 - - - -
8. Oedogonium varians 1 - - - - - - - - -
9. Oedogonium oblongum - 5 - - - - - - - -
10. Oocystis apiculata - - - - - 2 - - - -
11. Quadrigula chodatii 7 - 1 5 8 - 3 - - 2
12. Scenedesmus carinatus - - - - - - - 3 - -
13. Sphaerocystis schroeteri - - - - - - - - - 5
14. Spirogyra flagilis 11 - 5 - - - - - - -
15. Spirogyra majuscule - - - 15 - - - - - -
16. Spirogyra micropunctata - - - - - - - - 1 -
17. Spirogyra oblata - - - 5 11 - - - - -
18. Spirogyra varians 10 - 8 - - - - - - -
19. Stigeoclonium lubricum - - - - - 5 - - - -
20. Ulotrhrix aequalis - - 15 18 14 - - - - -
21. Ulotrhix zonata - - - - - - - 14 - -
22. Zygnema quadrangulatum - - 3 15 18 10 - 3 - 1
23. Zygnema fanicum - - - - - 3 - - - -

Bab III. Rona Lingkungan Hidup III - 45


ANDAL Pembangunan Jalan Angkut dan Dermaga Batubara
PT. Baramutiara Prima

Lanjutan Tabel III.19


1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
C Desmidiaceae :
1. Closterium leiblenii - - - - - - - - 1 -
2. Closterium parvulum 1 - - - - 1 - 3 - -
3. Cosmarium subcucumis - - - 6 - - - - - -
4. Desmidium grevilii - - - - - - - 7 - -
5. Gonatozyga moniliformis 1 - - - - - - - - -
6. Micrasterias cruxmelitensis 5 - - - - - - - - -
7. Micrasterias foliacea - - - 2 - - - - - -
8. Penium silvae - - - 5 - - - - - -
9. Pleurotaenium repandum - - - 1 - - - - - -
10. Spondylosium moniliforme - - - - - - 3 - - -

D Diatomae (Bacillariophyceae) :
1. Achnanthes microcephala - - - 1 - - - - - -
2. Amphora ovalis - - - - - 2 - - - -
3. Asterionella formosa 20 - 3 - 1 8 2 - 1 -
4. Asterionella gracillima 14 - - 1 5 - - 2 - -
5. Cyclotella stelligera - 1 - 1 - - - - - -
6. Cymbella cuspidata - - - 2 - - - - - -
7. Diatoma vulgare 5 5 2 12 4 - 4 3 - -
8. Epithemia zebra 1 - 1 - - - - - - -
9. Eunotia arcus 2 - 3 - - - - - - -
10. Eunotia gracilis - - - - - 7 - - - -
11. Eunotia suecica - 1 - - - - - - - -
12. Gyrosigma balticum - - - 2 - - - - - -
13. Navicula cari - - - - 3 4 - - - -
14. Navicula cryptocephala - - - 3 5 - - - - -
15. Navicula exigua - - - - - - - - 2 -
16. Navicula minima 4 2 - 3 2 - - - - -
17. Navicula pupula - - - 2 - - - - - -
18. Navicula radiosa - - - - - - 5 - - -
19. Navicula viridis - - - - - - 2 - - -
20. Nitzschia frustulum - 1 - - - - - - - -
21. Nitzschia scalaris - - - - - - - 3 - -
22. Pinnularia moralis - - - 1 - - - - - -
23. Pleurosigma fasciola - - - - - - - - 1 -
24. Stauroneis acuta 2 - - - - - - - - -
25. Surirella robusta - - 1 - - - - - 1 -
26. Synedra capitata - - - - - 9 - - - -
27. Tabellaria fenestrate 10 - - - - - - - - -

II ZOOPLANKTON
A Flagellata :
1. Carteria crucifera - - - - - - - - - 1
2. Chlamydomonas cingulata 4 2 3 12 9 2 5 5 1 -
3. Colacium vesiculosum - - - - - - - - - 1
4. Euglena acus 2 - - 3 - - - 2 - 5
5. Euglena deses - - - - - - - - - 1
6. Euglena viridis 1 1 - - - - - 2 -
7. Polytoma tetraolare 8 5 5 7 11 6 2 17 - -
8. Trachelomonas curta - - - - 2 - - - - -
9. Trachelomonas cervicula - - - - - - - - - 1
10. Trachelomonas volvocina - - - - 6 - - - - -
B Ciliata :
1. Coleps hirtus - 5 - - - - - - - -
2. Colpidium colpoda - - - - - - - - - 10
3. Colpoda cucullus - 7 - - - - - - - -
4. Homalozoon vermiculare - - - - - - - - - 2
5. Paramaecium caudatum - - - - - - - - - 1
6. Plagiophyla nasuta - - - - - - 5 - - -
C Rhizopoda :
1. Astramoeba radiosa - - 1 - 5 - - 2 3 -
2. Difflugia bacillifera 1 - - - - - - - - -
3. Difflugia urceolata - - 1 - - - - - - -
4. Nebela militaris - - - - - - - - - 1
5. Quadrulella symmetrica - - - - - - - 3 3 -
6. Sphenoderia lenta - - - - - - - 2 - -

Bab III. Rona Lingkungan Hidup III - 46


ANDAL Pembangunan Jalan Angkut dan Dermaga Batubara
PT. Baramutiara Prima

Lanjutan Tabel III.19


1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
D Rotifera :
1. Monostyla hamata - - - - 1 - - - - -

E Ostracoda :
1. Entocythere humesi 2 1 - - - - - - - -

F Copepoda :
1. Cyclops strenuous - - - 1 - - - - - -

G Nematoda :
1. Chromogaster gracilis - - - 1 - - - - - -
2. Anaplectus granulosus - - - - - - 2 - - -
1. Populasi komunitas plankton per liter : 130 42 53 135 117 87 56 97 14 86
2 Populasi fitoplankton per liter : 112 18 43 101 83 70 41 64 9 63
3. Populasi zooplankton per liter : 18 24 10 24 34 17 15 33 5 23
4. Keanekaan spesies plankton : 25 14 15 27 21 16 15 19 11 19
5. Keanekaan spesies fitoplankton : 19 7 11 22 15 13 12 12 8 10
6. Keanekaan spesies zooplankton : 6 7 4 5 6 3 3 7 3 9
7. Indeks keanekaragaman : Shannon Index (H) 2,59 2,42 2,31 2,86 2,73 2,64 2,53 2,66 2,30 2,47
Sumber : Dokumen ANDAL Penambangan Batubara PT. BMP
Keterangan : P1 : Sungai Dawas (Hulu) P6 : Sungai Talang Parung (Hilir)
P2 : Sungai Dawas (Hilir) P7 : Sungai Rumbia (Hulu)
P3 : Sungai Sawo (Hulu) P8 : Sungai Rumbia (Hilir)
P4 : Sungai Sawo (Hilir) P9 : Sungai Muara Tungkal (Hulu)
P5 : Sungai Talang Parung (Hulu) P10 : Sungai Muara Tungkal (Hilir)

Hasil analisis komunitas plankton pada lokasi rencana kegiatan


disajikan pada Tabel III.20.

TABEL III.20
KEANEKARAGAMAN DAN KELIMPAHAN POPULASI SPESIES PLANKTON
DI AREAL STUDI RENCANA PENGANGKUTAN BATUBARA PT. BMP
KELIMPAHAN INDIVIDU/ LITER
NO NAMA KELOMPOK DAN SPESIES
P1 P2 P3
I PHYTOPLANKTON
A. Cyanophyceae:
1. Chroococcus minutus 5 - -
2. Nodularia spumigena - - 3
3. Oscillatoria splendida 3 - 5
B. Chlorophyceae:
1. Ankistrodesmus falcatus - 3 2
2. Chaetophora elegans 10 12 -
3. Chlorella vulgaris - 2 -
4. Oedogonium varians - 3 -
5. Quadrigula chodatii 5 2 1
6. Quadrigula recustris 4 - 5
7. Pachycladon umbrinus - 5 -
C. Desdmidiaceae:
1. Chlorella vulgaris 2 - -
2. Closterium intermedium 5 - -
3. Cosmarium lundellii 14 - -
4. Cosmarium viridis 8 - -
5. Euastrum ansatum 2 - -
6. Penium minutum 2 - -

D. Diatomae Bacillariophyceae):

Bab III. Rona Lingkungan Hidup III - 47


ANDAL Pembangunan Jalan Angkut dan Dermaga Batubara
PT. Baramutiara Prima

1. Amphipleura pellucida 2 - 4
2. Asterionella formosa 2 5 3
3. Asterionella gracillima 2 1 1
4. Bacillaria paradoxa - 1 7
5. Diatoma elongatum 5 4 -
6. Diatoma vulgare 4 2 2
7. Eunotia gracilis - 1 5
8. Navicula minima 2 - -
9. Navicula spicula 2 - -
10. Pinnularia borealis 4 - -
11. Pinnularia microstauran 2 - -
12. Surirella robusta - - 3
13. Tabellaria fenestrata - 2 -
ZOOPLANKTON
II
Flagellata:
A.
1. Chlamydomonas cingulata 3 5 5
2. Colacium vesiculosum - - 1
3. Euglena acus 7 - -
4. Euglena deses 1 3 -
5. Oicomonas socialis - 2 4
6. Polytoma uvella 4 2 3
7. Trachelomonas curta 2 1 5
8. Trachelomonas volvocina - - 1
Rhizopoda:
B.
1. Astramoeba radiosa 3 1 2
2. Nebela dentistoma - - 1
3. Nebela militaris - 2 1
Ostracoda:
C.
1. Cypridopsis sp. - 1 1
1. Populasi Komunitas plankton/ lt air: 105 60 65
2. Populasi fitoplankton/lt air: 85 43 41
3. Populasi zooplankton/lt air: 20 17 24
4. Keanekaan spesies plankton: 26 21 22
5. Keanekaan spesies fitoplankton: 20 13 12
6. Keanekaan spesies zooplankton: 6 8 10
7. Indeks Keanekaragaman plankton (H) 3,05 2,77 2,9
Sumber : Data Primer, Desember 2008
Keterangan :
P1 : Sungai Tungkal
P2 : Sungai Dawas
P3 : Pertemuan Sungai Tungkal dan Sungai Dawas

Berdasarkan hasil analisis komunitas plankton, indeks


keanekaragaman komunitas plankton pada semua titik pengambilan
sample (musim hujan) ternyata menunjukkan kisaran nilai 2,77– 3,05,
berarti komunitas plankton berada pada kondisi yang lebih stabil
(>2,50) hingga tergolong sangat stabil (>3,00). Jumlah spesies
plankton berkitar 21 – 26 spesies, menunjukkan keanekaragaman
jenis yang sedang hingga cukup tinggi Dengan demikian kondisi
perairan pada studi ini tergolong cukup alami.
2. Benthos

Bab III. Rona Lingkungan Hidup III - 48


ANDAL Pembangunan Jalan Angkut dan Dermaga Batubara
PT. Baramutiara Prima

Komunitas benthos sebagai organisme penghuni bagian dasar


perairan memainkan suatu peran penting dalam memanfaatkan
bahan-bahan organik yang hanyut di dasar badan air seperti pada
anak sungai maupun sungai.
Sebagai pembanding komposisi, kelimpahan dan keanekaragaman
hewan benthos digunakan data sekunder (Dokumen AMDAL
Penambangan Batubara PT. BMP di Wilayah Desa Cinta Damai
Kecamatan Sungai Lilin) seperti tertera pada Tabel III.21.

TABEL III.21
JENIS-JENIS ORGANISME BENTHOS PADA BAGIAN DASAR AIR
DI AREAL RENCANA PENAMBANGAN BATUBARA PT. BMP (data sekunder)
KELOMPOK POPULASI/LITER LUMPUR
NO JENIS BENTHOS
TAKSON B1 B2 B3 B4 B5 B6 B7 B8 B9 B10
1 Chironomus tentans Diptera 4 3 1 2 4 30 - 15 15 30
2 Orconectes immunis Crustacea 1 1 1 3 - 45 15 15 45 -
3 Pplybius sp. Crustacea - - - - - - - - 30 -
4 Pilsbryoconcha exilis Bivalvia - - - 3 - - - - - -
5 Pila scutata Gastropoda - 1 3 1 - 15 - - - 15
6 Pleucera acuta Gastropoda - - - - - 75 15 - - -
7 Pleucera sp. Gastropoda - - - - - - - - - 15
8 Lacophilus terminalis Coleoptera 2 3 2 - 3 - - - - -
9 Ophiogomphus sp. Odonata 1 1 - 1 2 - - 15 45 -
10 Enallagma sp. Odonata - - 1 - 1 - - - - -
Kekayaan Jenis Komunitas Benthos : 4 5 5 5 4 4 2 3 4 3
Kelimpahan Benthos/ liter lumpur : 8 9 8 10 10 165 30 45 135 60
Indeks Keanekaragaman Benthos : 1,21 1,46 1,50 1,50 1,28 1,24 0,69 1,10 1,31 1,04
Sumber : Dokumen ANDAL Penambangan Batubara PT. BMP
Keterangan : B1 : Sungai Dawas (Hulu) B6 : Sungai Talang Parung (Hilir)
B2 : Sungai Dawas (Hilir) B7 : Sungai Rumbia (Hulu)
B3 : Sungai Sawo (Hulu) B8 : Sungai Rumbia (Hilir)
B4 : Sungai Sawo (Hilir) B9 : Sungai Muara Tungkal (Hulu)
B5 : Sungai Talang Parung (Hulu) B10 : Sungai Muara Tungkal (Hilir)

Berdasarkan hasil analisis komunitas benthos pada 3 (tiga) titik


stasiun pengamatan, ternyata dapat diidentifikasi spesies benthos
sebagaimana tertera pada Tabel III.22 berikut ini.

Bab III. Rona Lingkungan Hidup III - 49


ANDAL Pembangunan Jalan Angkut dan Dermaga Batubara
PT. Baramutiara Prima

TABEL III.22
JENIS-JENIS ORGANISME BENTHOS PADA PERAIRAN SUNGAI-SUNGAI
DI AREAL RENCANA PENGANGKUTAN BATUBARA PT. BMP
KELOMPOK POPULASI/L LUMPUR
NO JENIS BENTHOS
TAKSON B1 B2 B3
1. Chaetogaster limnaei Oligochaeta 3 - -
2. Chironomus tentans Diptera 2 4 3
3. Coenagrion sp. Odonata 1 - 3
4. Enallagma sp. Odonata - - 1
5. Ephemerella sp. Ephemeroptera - - 1
6. Gomphus sp. Odonata 2 1 1
7. Laccophilus terminalis Coleoptera 1 2 -
8. Orconectes immunis Decapoda - 2 1
Kekayaan Jenis Komunitas Benthos: 5 4 6
Kelimpahan Benthos/ liter lumpur: 9 9 10
Indeks Keanekaragaman Benthos: 1,52 1,27 1,64
Sumber : Data Primer, Desember 2008
Keterangan :
B1 : Sungai Tungkal
B2 : Sungai Dawas
B3 : Pertemuan Sungai Tungkal dan Sungai Dawas

Dengan demikian kekayaan jenis benthos tergolong sedang


(5 spesies) pada perairan studi, yaitu pada badan air sungai yang ada
di wilayah studi. Dengan terdapatnya beberapa jenis benthos dalam
substrat lumpur, maka dapat dikatakan bahwa kondisi badan air
masih tergolong baik untuk kehidupan organisme benthos.
Kelimpahan benthos berkisar 9 – 10 individu/liter lumpur, berarti
tergolong sedikit. Nilai indeks keanekaragaman benthos mendekati
1,5 hingga <2,0 menunjukkan kondisi benthos tidak mantap, artinya
tidak stabil oleh pengaruh perubahan faktor lingkungan lainnya seperti
perubahan debit sungai pada musim kemarau dan penghujan.

3. Nekton
Berbagai jenis nekton, terutama jenis-jenis ikan yang dijumpai pada
sungai-sungai di sekitar lokasi disajikan pada Tabel III.23.

Bab III. Rona Lingkungan Hidup III - 50


ANDAL Pembangunan Jalan Angkut dan Dermaga Batubara
PT. Baramutiara Prima

TABEL III.23
JENIS-JENIS NEKTON YANG DAPAT DIJUMPAI DI SUNGAI
SEKITAR AREAL RENCANA PENGANGKUTAN BATUBARA PT. BMP
NO NAMA LOKAL NAMA ILMIAH TAKSIRAN POPULASI
1. Baung Macrones nemurus +++
2. Belida Notopterus chitala +
3. Beringit Macrones nigriceps +++
4. Betok Anabas testudineus ++
5. Betutu Oxyeleotris marmorata ++
6. Bujuk Ophiocephalus melanopterus +
7. Gabus Ophiocephalus striatus ++
8. Kebarau Hampala macrolepidota ++
9. Kepras Dangila cuvieri ++
10. Lele hitam Clarias batrachus ++
11. Limbat Clarias nieuwhofi ++
12. Jelawat Leptobarbus hoevenii +
13. Julung-julung Tylosurus annulatus ++
14. Sepat siam Trichogaster pectoralis ++
15. Sepat mata merah Trichogaster trichopteru +++
16. Belut Monopterus albus ++
17. Palau Osteochilus hasselti ++
18. Piluk Macrognathus aculeatus ++
19. Putak Notopterus notopterus ++
20. Semah (wader) Labeobarbus douronensis +
21. Siluang batang Rasbora argyrotaenia ++++
22. Tapah Wallago leeri +
23. Tempale Betta taeniata ++
24. Toman Ophiocephalus micropeltes ++
25. Lemutih Puntius sunieri ++
26. Lampam (kepiat) Puntius schwanefeldi ++
27. Udang satang Macrobrachium resenbergii ++
Sumber : Data Primer, Desember 2008
Keterangan :
++++ = banyak/ melimpah ; +++ = sedang ; ++ = sedikit ; + = jarang

Dari hasil survey dan identifikasi yang dilakukan, terhadap jenis-jenis


nekton yang ada di perairan studi, ternyata paling sedikit ada
27 spesies nekton, yang terdiri dari 26 jenis yang tergolong ikan
(Pisces) dan 1 spesies termasuk dalam Crustacea. Dari jenis-jenis
tersebut, sebagian besar (18 spesies) dengan kelimpahan
populasinya tergolong sedikit. Dan 4 jenis, ikan tapah, belida, bujuk
dan jelawat memiliki kelimpahan popolasi yang tergolong jarang.
Dengan demikian kehidupan nekton untuk waktu yang akan datang
perlu dipertahankan keberadaannya agar dapat dilestarikan melalui
cara pemanfaatan dan pengelolaan yang berwawasan lingkungan.
Beberapa cara yang paling efektif adalah dengan sudah mulainya
kesadaran dengan tidak melakukan penangkapan yang merusak

Bab III. Rona Lingkungan Hidup III - 51


ANDAL Pembangunan Jalan Angkut dan Dermaga Batubara
PT. Baramutiara Prima

lingkungan seperti melakukan pemutasan, strom dan cara-cara yang


tidak ramah lingkungan.
Dengan cukup banyaknya jenis ikan lokal yang perlu dilestarikan,
maka diharapkan agar berbagai kegiatan perusahaan yang akan
dilakukan penting melakukan pencegahan terhadap gangguan habitat
perairan. Kegiatan-kegiatan yang dapat mengganggu habitat perairan
antara lain kerusakan vegetasi di daerah sempadan sungai, limbah
yang memasuki badan air serta penangkapan ikan yang tidak
berwawasan lingkungan seperti penangkapan ikan dengan strum dan
menggunakan putas harus dicegah sedini mungkin.

3.1.3. Lingkungan Sosial Ekonomi dan Sosial Budaya


3.1.3.1. Kependudukan
Penduduk desa yang ada di sekitar wilayah studi sebagian berasal dari
Pulau Jawa yang keberadaannya melalui program transmigrasi pada
tahun 1982, penduduk lokal yang ada di desa ini berasal dari Desa
Dawas dan Desa Tanjung Dalam.
Secara umum jumlah dan kepadatan serta rasio jenis kelamin penduduk
di Kecamatan Sungai Lilin adalah :
a. Luas : 885,28 km2
b. Jumlah penduduk : 67.595 jiwa
c. Kepadatan : 76 jiwa/km2

Sedangkan sex ratio penduduk di Kecamatan Sungai Lilin adalah :


a. Penduduk laki-laki : 33.902 jiwa
b. Penduduk perempuan : 33.693 jiwa
c. Sex ratio : 1,006

3.1.3.2. Pendidikan
Tingkat pendidikan terbanyak adalah tamat SD, tidak tamat SD, tamat
SMP dan Tidak tamat SMP. Ada sebagian kecil (usia remaja), yang
sudah berhasil menyelesaikan SMU. Fasilitas pendidikan untuk jenjang
SD sudah hampir merata ada di setiap desa, tapi untuk SMP, lebih-lebih
untuk SMA, hanya terdapat di ibukota kecamatan saja.

Bab III. Rona Lingkungan Hidup III - 52


ANDAL Pembangunan Jalan Angkut dan Dermaga Batubara
PT. Baramutiara Prima

Jumlah murid sekolah yang ada di Kecamatan Sungai Lilin adalah :


a. SD : 10.499 siswa
b. SLTP : 4.257 siswa
c. SLTA : 891 siswa

3.1.3.3. Agama
Mayoritas penduduk di sekitar lokasi studi beragama Islam. Namun ada
juga penduduk yang beragama non Islam (Protestan, Katholik, Budha
dan Hindu). Sehubungan dengan agama Islam yang banyak dipeluk
masyarakat, maka banyak diantara adat-istiadat yang bernapaskan
Islam, misalnya : upacara kelahiran, sunatan, perkawinan, kematian,
“nunggu rumah”, membuka lahan untuk huma/ tegalan dan lain-lain. Di
setiap desa terdapat masjid atau mushola.

3.1.3.4. Mata Pencaharian


Warga masyarakat di wilayah studi sebagian besar adalah petani pemilik
kebun sawit, karet, dan tanaman sayur-sayuran. Jenis pekerjaan lainnya
buruh tani dan buruh bangunan/ harian. Dari kedua kegiatan ini
merupakan pekerjaan tambahan mereka bekerja pada perkebunan
swasta PT. Hindoli dan menjadi buruh bangunan, kegiatan ini mereka
lakukan jika di kebun mereka tidak ada kegiatan. Sebagian lagi warga
berusaha disektor swasta seperti buka warung dan sebagainya.
PNS yang ada umumnya tenaga pendidik, guru, penyuluh pertanian dan
bidan desa.
Jenis usaha yang berkembang di luar sektor perkebunan dan pertanian
adalah jenis usaha batubata/ genteng, kerajinan kayu/ meubel, bengkel
sepeda, bengkel motor, penjahit dan pandai besi. Dari jenis usaha yang
berkembang di masyarakat mencerminkan warga desa ini cukup tanggap
dalam membaca peluang berusaha dan mampu mengembangkan
potensi yang ada, sehingga kegiatan tersebut dapat menopang
perekonomian keluarga.
Tingkat kesejahteraan masyarakat di wilayah tersebut tercermin dari :
- perumahan
- jumlah pemilik sepeda motor
Bab III. Rona Lingkungan Hidup III - 53
ANDAL Pembangunan Jalan Angkut dan Dermaga Batubara
PT. Baramutiara Prima

- kemampuan biaya pendidikan anak


- kemampuan membangun (masjid/ musholah) dan sebagainya

3.1.3.5. Lembaga Kemasyarakatan


Lembaga kemasyarakatan atau pranata sosial merupakan tatanan sosial
dalam kehidupan masyarakat yang didalamnya terkandung hubungan
timbal balik antara status dan peranan dengan batas-batas perangkat
unsur-unsur yang menunjuk pada satu keteraturan perilaku sehingga
dapat memberikan bentuk sebagai masyarakat.
Pranata sosial yang ada di desa sekitar wilayah studi terdiri dari lembaga
formal dan non formal. Lembaga formal yang ada adalah lembaga yang
sudah diatur pemerintah untuk membantu kelancaran pembangunan
desa. Lembaga tersebut adalah BPRD, BPD dan PKK. Kegiatan lembaga
formal ini dipimpin oleh seorang Kepala Desa yang dibantu oleh aparat
pendukungnya.
Lembaga non formal terbentuk secara turun temurun berdasarkan
keadaan adat istiadat dan agama yang dianut penduduk desa. Aktivitas
lembaga non formal hanya terbatas pada kegiatan adat dan keagamaan.
Bentuk kegiatan yang umum dilakukan meliputi kegiatan gotong royong
untuk memelihara kebersihan, usaha tani dan kegiatan sosial
kemasyarakatan lainnya seperti membangun rumah, perkawinan,
khitanan, melahirkan anak dan kematian. Kegiatan yang bersifat non
formal terutama yang berkaitan dengan agama dan adat istiadat dipimpin
oleh tokoh adat yang sekaligus merupakan tokoh agama.

3.1.3.6. Adat Istiadat dan Pola Kebiasaan yang Berlaku


Dengan keterbukaan akibat adanya jalan darat yang relatif baik serta
adanya beberapa perusahaan eksplorasi dan produksi sumur minyak
mentah yang banyak menyerap pegawai yang berasal dari berbagai suku
bangsa, maka banyak warga pendatang yang menetap.
Kehidupan sehari-hari masyarakat yang berasal dari berbagai suku
tersebut dapat saling berdampingan secara harmonis. Pola kebiasaan
yang berlaku di masyarakat banyak dipengaruhi ajaran agama Islam,
sekalipun di wilayah ini terdapat agama lain.
Bab III. Rona Lingkungan Hidup III - 54
ANDAL Pembangunan Jalan Angkut dan Dermaga Batubara
PT. Baramutiara Prima

3.1.3.7. Interaksi Sosial


Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik antara individu-individu
dengan kelompok dan antar kelompok dengan kelompok. Interaksi yang
terjadi pada masing-masing kelompok memiliki status, peranan, kondisi
sosial, ekonomi dan tingkat pendidikan akan berbeda-beda. Interaksi ini
dapat berupa kerjasama, persaingan dan konflik.
Interaksi yang dilihat dalam studi ini terutama hubungan antara
masyarakat setempat dengan pendatang baru. Apakah mereka akan
menyambut baik atau tidak pendatang baru, apakah perbedaan suku,
agama/ kepercayaan mempengaruhi sikap mereka, dan lain-lain.

3.1.3.8. Persepsi Masyarakat


PT. BMP sebagai pemrakarsa telah mencari informasi mengenai sikap
masyarakat melalui kuisioner. Dari kuisioner ini akan diketahui
bagaimana sikap penduduk terhadap rencana kegiatan pemrakarsa.
Sikap penduduk dapat bervariasi, misalnya menerima dengan senang
hati, kurang senang, acuh tak acuh dan bahkan mungkin tidak setuju.
Sikap demikian tergantung kepada kepentingan yang bersangkutan.
Sikap senang mungkin disebabkan terbukanya peluang bekerja, daerah
menjadi ramai, kesempatan berusaha (warung-warung), dapat menjual
jasa, memperoleh ganti rugi lahan dan lain-lain.
Sikap tidak senang mungkin karena seseorang merasa lahan, kebun
akan diambil oleh pihak pemrakarsa dengan pola yang tidak sepakat.
Atau sungai-sungai tempat mereka mencari ikan akan dikuasai atau
tercemar oleh kegiatan pemrakarsa. Sedangkan sikap acuh tak acuh
mungkin dimiliki oleh mereka yang tidak berkepentingan apapun.

3.1.3.9. Kesehatan Masyarakat


Sanitasi adalah masalah yang berhubungan dengan kesehatan
lingkungan, menyangkut masalah penyediaan air bersih, masalah
sampah dan pembuangan tinja. Sanitasi yang akan diperhatikan dalam
studi ini adalah masalah permukiman, penggunaan air dan pembuangan
tinja. Penggunaan air dari berbagai sumber mempunyai hubungan yang

Bab III. Rona Lingkungan Hidup III - 55


ANDAL Pembangunan Jalan Angkut dan Dermaga Batubara
PT. Baramutiara Prima

erat dengan kesehatan. Keperluan akan air di pedesaan pada umumnya


dicukupi dari air sumur, air sungai dan hujan.
Untuk memperoleh gambaran awal tentang kondisi kesehatan
masyarakat berpedoman pada data 10 (sepuluh) macam jenis penyakit
yang terdata di petugas kesehatan Desa Sumber Rezeki Kecamatan
Sungaililin. Urutan tertinggi ditempati oleh jenis penyakit Infeksi Saluran
Pernafasan Akut (ISPA) sebanyak 1.428 penderita, penyakit lain-lain
(1.127 penderita), penyakit diare (747 penderita), inkesi usus/ gejala
thypus (415 penderita), penyakit kulit alergi (353 penderita), malaria klinis
(346 penderita), rheumatik/ sistem otot (288 penderita) dan penyakit
mata (197 penderita) serta asthma (167 penderita).

Sumber : Poskesdes Sumber Rezeki


GAMBAR 3.1
DIAGRAM BATANG 10 MACAM PENYAKIT TERBANYAK

3.2. KONDISI KUALITATIF DAN KUANTITATIF SUMBERDAYA ALAM


Sumberdaya alam yang terdapat di dalam wilayah jalur pengangkutan
batubara PT. BMP secara umum terdiri dari dua kelompok, yaitu
sumberdaya alam hayati dan sumberdaya alam non hayati.
Sumberdaya alam hayati terutama adalah perkebunan besar,
perkebunan rakyat dan tanaman pangan. Selain itu juga terdapat berbagai
jenis flora yang umum terdapat di daerah tropis. Uraian detail mengenai jenis
sumberdaya alam hayati yang ada di lokasi diuraikan dalam komponen
lingkungan Flora dan Fauna pada Sub Bab 3.1 di atas.
Bab III. Rona Lingkungan Hidup III - 56
ANDAL Pembangunan Jalan Angkut dan Dermaga Batubara
PT. Baramutiara Prima

3.3. DATA DAN INFORMASI RONA LINGKUNGAN HIDUP


Komponen lingkungan hidup di wilayah studi yang berpotensi terkena
dampak penting akibat kegiatan pengangkutan batubara PT. BMP adalah
sebagi berikut :

3.3.1. Kualitas Udara dan Kebisingan


Secara umum kualitas udara dan kebisingan di wilayah studi saat ini untuk
semua parameter pengukuran masih dibawah baku mutu yang ditetapkan
sesuai Peraturan Gubernur Sumatera Selatan Nomor 17 Tahun 2005
tentang Baku Mutu Ambien dan Baku Tingkat Kebisingan (Tabel III.6).
Temperatur (suhu udara) dalam pengukuran sangat diperlukan, dimana
kandungan gas yang ada di udara pada umumnya berbanding terbalik.
Pada suhu udara rendah, konsentrasi polutan gas di udara diperkirakan
tinggi (mengambang mendekati permukaan bumi), sedangkan pada saat
suhu udara meningkat, polutan gas di udara rendah (gas naik ke atmosfer).
Hasil pengukuran yang telah dilakukan pada lima lokasi seperti terlihat
pada Tabel III.6 menunjukkan bahwa suhu udara mempunyai perbedaan
yang tidak signifikan, dimana pada saat pengukuran berlangsung suhu
udara cukup cerah.
Untuk kadar CO, hasil pengukuran yang telah dilakukan pada 5 (lima) titik
rencana kegiatan pengangkutan batubara PT. BMP masih berada dibawah
baku mutu yang ditetapkan yaitu 30.000 g/Nm3.
Pengaruh terhadap manusia dan hewan, SO x pada konsentrasi jauh lebih
tinggi dari konsentrasi yang diperlukan adalah iritasi sistim pernapasan.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa iritasi tenggorokan terjadi pada
SO2 sebesar 5 ppm atau lebih, bahkan ada beberapa individu yang sensitif
iritasi terjadi pada konsentrasi 1 – 2 ppm. SO 2 dianggap polutan yang
berbahaya bagi kesehatan terutama terhadap orang tua dan penderita yang
mengalami penyakit kronis pada sistim pernapasan dan kardiovaskular.
Individu dengan gejala tersebut sangat sensitif terhadap kontak dengan
SO2, meskipun dengan konsentrasi yang relatif rendah, misalnya 0,2 ppm
atau lebih.

Bab III. Rona Lingkungan Hidup III - 57


ANDAL Pembangunan Jalan Angkut dan Dermaga Batubara
PT. Baramutiara Prima

Hasil pengukuran SO2 yang telah dilakukan pada 5 (lima) titik rencana
kegiatan pengangkutan batubara PT. BMP menunjukkan bahwa kadar SO 2
masih berada dibawah baku mutu yang ditetapkan yaitu 900 g/Nm3.
Jumlah NO yang terdapat di udara dalam keadaan equilibirium dipengaruhi
oleh temperatur pembakaran knalpot alat tranportasi, dimana pada
temperatur tinggi akan terdisosiasi kembali menjadi N 2 dan O2. Jika
temperatur campuran tersebut mengalami penurunan secara perlahan-
lahan akan memberikan waktu yang cukup bagi NO untuk terdisosiasi.
Sinar matahari dapat mengakibatkan senyawa bereaksi dengan oksida
nitrogen yang merusak lapisan ozon (O 3), yaitu senyawa kimia yang
berperan dalam pembentukan smog. Adapun oksida nitrogen, baik dalam
bentuk gas nitrogen monoksida (NO) atau pun nitrogen dioksida (NO 2),
berperan dalam pembentukan smog dan hujan asam. Selain itu, oksida
nitrogen juga dapat mengiritasi lapisan membran manusia. Sinar matahari
dapat mengakibatkan senyawa bereaksi dengan oksida nitrogen yang
merusak lapisan ozon (O3). Beberapa pengaruh merugikan yang
ditimbulkan karena polusi NOx bukan disebabkan oleh oksida tersebut,
tetapi karena peranannya dalam pembentukan oksidan fotokimia yang
merupakan komponen berbahaya di dalam asap.
Adanya NOx di atmosfer pada konsentrasi tinggi 3,5 ppm terjadi nekrosis
atau kerusakan tenunan daun (Stoker dan Seagar, 1972). NO 2 pada
konsentrasi 5 ppm terhisap selama 10 menit oleh manusia akan
mengakibatkan sedikit kesukaran dalam bernapas.
Hasil pengukuran pada 5 (lima) titik rencana kegiatan pengangkutan
batubara PT. BMP, kandungan NOx masih dibawah baku mutu yang
ditetapkan yaitu 400 g/Nm3, seperti terlihat pada Tabel III.6 di atas.
Dari hasil pengukuran O3 yang telah dilakukan pada 5 (lima) titik rencana
kegiatan pengangkutan batubara PT. BMP, kandungan oksidan tidak
terdeteksi.
Dari hasil pengukuran yang telah dilakukan pada 5 (lima) titik rencana
kegiatan pengangkutan batubara PT. BMP, kandungan timah hitam tidak
terdeteksi.

Bab III. Rona Lingkungan Hidup III - 58


ANDAL Pembangunan Jalan Angkut dan Dermaga Batubara
PT. Baramutiara Prima

Dampak partikulat debu terhadap lingkungan diantaranya dapat


mengurangi jarak pandang/ penglihatan yaitu apabila konsentrasinya tinggi
dapat menimbulkan gangguan estetika dan tertutupnya permukaan benda,
bangunan gedung dan lain-lain.
Hasil pengukuran yang telah dilakukan pada 5 (lima) titik rencana kegiatan
pengangkutan batubara PT. BMP, kandungan partikulat debu masih berada
dibawah BML yang ditetapkan.
Bising menyebabkan berbagai gangguan terhadap masyarakat, tenaga
kerja maupun hewan yang ada di sekitarnya. Bising dapat menyebabkan
gangguan, seperti gangguan fisiologis, psikologis, gangguan komunikasi
dan ketulian, atau ada yang menggolongkan gangguan berupa gangguan
auditory, misalnya gangguan terhadap pendengaran dan gangguan non
auditory seperti komunikasi terganggu, ancaman bahaya keselamatan,
menurunkan performance kerja, kelelahan dan stress.
Hasil pengukuran tingkat kebisingan yang dilakukan pada 5 (lima) titik
rencana kegiatan pengangkutan batubara PT. BMP, tingkat kebisingan
masih dibawah ambang batas yang ditetapkan (Tabel III.6).

3.3.2. Kualitas Air


3.3.2.1. Air Permukaan
Secara umum kualitas air permukaan di wilayah studi saat ini untuk
semua parameter pengukuran masih dibawah baku mutu yang
ditetapkan sesuai Peraturan Gubernur Sumatera Selatan Nomor 16
Tahun 2005 tentang Peruntukan Air dan Baku Mutu Air Sungai serta
Peraturan Gubernur Sumatera Selatan Nomor 16 Tahun 2005 tentang
Baku Mutu Limbah Cair (BMLC) bagi Kegiatan Industri, Hotel, Rumah
Sakit, Domestik dan Pertambangan Batubara (Tabel III.8).
Data temperatur air pada semua lokasi berkisar 25,1 0C – 28,7 0C. Hal ini
menunjukkan keadaan yang normal pada badan air di daerah tropis.
Temperatur permukaan ini hampir sama dengan temperatur udara pada
saat yang sama. Kondisi seperti itu tidak mengganggu aktivitas biologis
bagi kehidupan akuatik.

Bab III. Rona Lingkungan Hidup III - 59


ANDAL Pembangunan Jalan Angkut dan Dermaga Batubara
PT. Baramutiara Prima

Hasil analisis menunjukkan kandungan zat padat tersuspensi pada


semua titik pengamatan berkisar antara 12,6 mg/l – 95,7 mg/l dan masih
memenuhi baku mutu yang ditetapkan yaitu 300 mg/l.
Dari hasil pengamatan dan analisis, pada semua lokasi sampling tingkat
kekeruhan relatif sedang. Batasan maksimum untuk parameter
kekeruhan air sungai tidak dipersyaratkan dalam Peraturan Gubernur
Sumatera Selatan Nomor 16 Tahun 2005.
Berdasarkan hasil analisis kualitas conto air di sekitar rencana lokasi
kegiatan, kondisi pH air pada lokasi yang dipantau bervariasi dan
sebagian bersifat asam.
Untuk parameter logam berat dan beracun, kandungan zat besi (Fe)
apakah dalam bentuk Fe2+ atau Fe3+ dalam badan air pada semua lokasi
sampling dibawah baku mutu yang ditetapkan, yaitu 7 mg/l. Kandungan
Mn pada semua lokasi sampling di bawah NAB yang ditentukan 4 mg/l.
Untuk mengatasi pencemaran ion Mn dan Fe adalah dengan membuat
tanggul berselang seling pada kolam pengendapan. Pada semua lokasi
sampling menunjukkan nilai Pb yang dibawah NAB yang ditentukan, dan
ada beberapa titik sampling yang tidak terdeteksi. Pengelolaan Pb
dilakukan dengan menyebarkan tumbuhan akuatik (misalnya : eceng
gondok dan bunga teratai) di kolam pengendapan lumpur sebelum
dibuang ke badan air. Kemudian tumbuhan akuatik tersebut diambil
untuk dijadikan kompos.
Hasil analisis kualitas air menunjukkan kadar Nitrat pada semua lokasi
pengamatan masih memenuhi baku mutu yang ditetapkan (berkisar
antara 0,05 mg/l – 1,071 mg/l).
Kandungan amonia bebas pada semua titik pengamatan di bawah baku
mutu yang ditetapkan. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas perairan
termasuk baik, jadi tidak terdapat pencemaran dalam bentuk NH 3.
Nilai BOD5 pada lokasi semua titik pengamatan masih memenuhi baku
mutu yang ditetapkan. Ini menunjukkan tersedia cukup kandungan
oksigen yang diperlukan oleh mikroorganisme terutama bakteri dalam
merombak bahan-bahan organik yang terdapat dalam badan air.

Bab III. Rona Lingkungan Hidup III - 60


ANDAL Pembangunan Jalan Angkut dan Dermaga Batubara
PT. Baramutiara Prima

Kandungan COD pada semua titik sampling masih memenuhi baku mutu
yang ditetapkan.
Kandungan oksigen terlarut (dissolved oxygen, DO) dalam badan air
untuk lokasi sampling termasuk normal, semua di atas 6 mg/l. Kondisi ini
dapat ditolerir oleh berbagai organisme akuatik seperti nekton, benthos
dan plankton.
Dari hasil analisis 8 (delapan) lokasi yang disampling, kandungan sulfat
masih di bawah 400 mg/l. Dari parameter kandungan sulfat, kondisi
perairan tergolong baik.

3.3.2.2. Air Bersih


Selain air permukaan (air sungai), juga diambil conto air bersih dari
sumur (drinking water) penduduk yang berada di sekitar rencana lokasi
kegiatan. Dalam pembahasan kualitas air bersih digunakan baku mutu
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 907 Tahun 2002 tentang Baku Mutu
Air Minum (Tabel III.9).
Dari hasil pengamatan langsung, air bersih pada lokasi sampling tidak
berbau.
Dari hasil pengukuran terhadap conto air bersih menunjukkan bahwa
temperatur 25 0C dan masih memenuhi baku mutu normal.
Dari hasil analisis laboratorium terhadap conto air bersih menunjukkan
hasil analisa zat padat terlarut berkisar antara 6,6 mg/l – 7,6 mg/l dan
masih jauh berada di bawah baku mutu yang ditetapkan yaitu 1.500 mg/l.
Hasil analisis warna untuk lokasi sampling air bersih menunjukkan bahwa
warna air bersih dari sumur penduduk mempunyai nilai 9 – 13 Skala NTU
dan masih berada dibawah baku mutu yang ditetapkan (50 Skala NTU).
Dari hasil pengukuran conto air bersih menunjukkan kandungan logam
yang ada masih berada dibawah baku mutu yang ditetapkan.
Dari conto pengukuran nitrat dan nitrit air bersih, kandungan nitrat dan
nitrit masih di bawah BML yang ditetapkan.
Dari hasil pengukuran terhadap conto air bersih penduduk seperti terlihat
pada Tabel III.9 bahwa nilai pH adalah 6,43 – 6,48 (bersifat asam).

Bab III. Rona Lingkungan Hidup III - 61


ANDAL Pembangunan Jalan Angkut dan Dermaga Batubara
PT. Baramutiara Prima

3.3.3. Kualitas Tanah


Metode analisis kesuburan kimia tanah menggunakan metode yang telah
dikemukakan oleh Pusat Penelitian Tanah Bogor. Hasil analisis
laboratorium dinilai berdasarkan kriteria sifat fisik dan kimia tanah yang
telah dibakukan oleh Pusat Penelitian Tanah tahun 1983. Untuk
menentukan kualitas tanah di sekitar rencana kegiatan, telah dilakukan
pengambilan tiga sampel tanah. Karakter tanah yang akan dibahas
mencakup sifat fisika dan sifat kimia tanah.
Sifat fisika tanah dominan adalah tekstur tanah karena fraksi-fraksi tanah
mempengaruhi hampir semua sifat-sifat tanah lainnya. Tekstur tanah
didominasi oleh fraksi pasir berkisar 32,84 % – 62,50 %; debu berkisar
22,71 % – 34,13 % dan liat berkisar 13,20 % – 42,05 % (Tabel III.13).
Karena komponen utama fraksi tanah adalah pasir, maka kemampuan
tanah untuk proses menahan, menyerap, menyanggah dan
mentransformasi limbah rendah.
Pada lokasi sampling ternyata nilai pH H 2O tanah bervariasi dari agak
masam sampai masam. Dibandingkan dengan tanah tropis yang tererosi
berat dan dibentuk dari batuan magmatit/ basalt (3,5 – 4,5), nilai pH di
rencana lokasi kegiatan masih lebih tinggi.
Kandungan Corganik tanah di lokasi studi bervariasi antara 1,55 % – 2,15 %
(rendah sampai sedang). Sedangkan kandungan N total berkisar antara
0,12 % – 0,24 % (rendah sampai sedang). Terdapat hubungan erat antara
jumlah Corganik dengan kandungan Ntotal.
Kandungan P-Bray I pada lokasi pengambilan sampel bervariasi, tergolong
rendah sampai sedang.
Nilai KTK dari lokasi titik yang diamati bervariasi, tergolong rendah sampai
sedang. Terdapat kecenderungan hubungan antara bahan organik tanah.
Jika KTK rendah, menyebabkan kation-kation tanah lebih gampang tercuci,
terutama basa-basa K, Na, Ca dan Mg.
Nilai basa-basa tertukar (K, Na, Ca dan Mg) bervariasi, tergolong sangat
rendah sampai rendah.

Bab III. Rona Lingkungan Hidup III - 62


ANDAL Pembangunan Jalan Angkut dan Dermaga Batubara
PT. Baramutiara Prima

3.3.4. Biologi
3.3.4.1. Flora
Sesuai dengan kondisi topografi lahan bergelombang dan berbukit serta
memiliki ketinggian tempat sekitar 30 hingga 70 m dpl dan terletak sangat
jauh (lebih dari 150 km) dari laut Pantai Timur Sumatera, maka corak
vegetasi yang meliputi wilayah studi merupakan vegetasi darat. Sesuai
dengan penggunaan lahan oleh masyarakat sebelumnya, maka corak
vegetasi semakin beragam, yaitu jenis-jenis tanaman budidaya yang
diusahakan oleh penduduk serta berbagai jenis vegetasi liar. Sebagian
lahan yang belum dibuka tampak dengan vegetasi berupa hutan
sekunder, hal ini ditandai dengan terdapatnya dua strata vegetasi, yaitu
beberapa jenis pohon sebagai strata atas dan semak belukar sebagai
strata bawah. Selain itu masih terdapat lahan lainnya milik penduduk
setempat berupa kebun karet rakyat dengan komposisi vegetasi tidak
hanya tanaman karet namun juga jenis-jenis tanaman hortikultura dari
berbagai jenis tanaman buah-buahan serta vegetasi liar lainnya.
Vegetasi semak belukar tampaknya mendominasi sebagian areal yang
belum dibuka, yang tampaknya merupakan lahan pertanian penduduk
yang ditinggalkan. Vegetasi lainnya yang bersama alang-alang antara
lain : jenis-jenis perdu seperti seduduk, kerinyu, rumput tahi ayam,
belidang dan paku tali. Selain dari kawasan yang disebutkan itu,
berbatasan dengan kawasan rencana penambangan terdapat
perkebunan tradisional penduduk berupa kebun karet, kopi, serta
tanaman lainnya baik dekat dengan permukiman penduduk maupun yang
jauh dari permukiman. Pola penanaman yang dilakukan penduduk
selama ini, tampaknya masih tergolong tradisional. Hal ini tampak dari
pengaturan jarak tanam, pengelolaan lahan dan jenis-jenis tanaman yang
sesuai. Kehadiran perusahaan di wilayah ini dimungkinkan dapat
memacu untuk lebih memodernisasi sistem pertanian di wilayah
sekitarnya. Tanaman pertanian lainnya yang diusahakan penduduk
adalah kelompok palawija, sayuran dan tanaman tahunan lainnya.
Berdasarkan hasil pengamatan dan identifikasi terhadap
keanekaragaman vegetasi yang ada, diketahui paling sedikit ada

Bab III. Rona Lingkungan Hidup III - 63


ANDAL Pembangunan Jalan Angkut dan Dermaga Batubara
PT. Baramutiara Prima

sebanyak 94 jenis vegetasi di wilayah studi baik dalam rencana studi


mapun di luar studi yang berdekatan dengan wilayah studi, termasuk di
sekitar permukiman desa terdekat. Fungsi hutan secara keseluruhan
perlu dipertahankan baik sebagai konservasi air tanah maupun sebagai
penyangga erosi tanah dan habitat bagi berbagai jenis satwa dilindungi
undang-undang maupun yang belum dilindungi. Jenis-jenis kayu
dominan sebagai vegetasi asli adalah : seru (Schima wallichii), leban
(Vitex pubescens), simpur hutan (Dillenia aurea), saga (Adenanthera
pavonina) dan pulai (Alstonia scholaris). Jenis perdu dominan meliputi :
alang-alang (Imperata cylindrica), seduduk (Melastoma malabathricum),
krinyu (Eupatorium odoratum), sikejut perdu (Mimosa pigra) dan mampat
merah (Cratoxylon formosum).

3.3.4.2. Fauna
Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan terhadap habitat satwa
liar serta haril survei yang dilakukan, maka dapat diidentifikasi paling
sedikit diketahui ada sebanyak 41 spesies atau jenis satwa liar. Dari
41 jenis satwa liar yang teridentifikasi tersebut, 3 jenis termasuk kedalam
kelas Amphibia (hewan dengan daur hidup di dua alam), 8 spesies
termasuk kedalam kelas Reptilia (binatang melata), 18 spesies termasuk
kedalam kelas Aves (unggas) dan 12 spesies tergolong kedalam kelas
Mammalia.
Dari kelompok Mammalia yang teridentifikasi, terdapat sebanyak
6 spesies yang dilindungi Undang-Undang. Dengan terdapatnya
6 spesies satwa liar dilindungi, maka hendaknya aktivitas perburuan yang
dapat mengancam satwa langka itu harus dihentikan, meskipun satwa itu
sudah semakin kehilangan habitatnya, namun hendaknya harus
menyediakan sebagian areal untuk mempertahankan kelangsungan
spesies satwa langka tersebut. Dengan demikian kepada pihak
masyarakat dan perusahaan lainnya harus berkoordinasi dengan
pemerintah untuk mengetahui seberapa besar populasi satwa dilindungi
yang masih ada di alam, sehingga bagaimana melaksanakan
pelestariannya dapat diupayakan dengan sebaik-baiknya. Perlu adanya

Bab III. Rona Lingkungan Hidup III - 64


ANDAL Pembangunan Jalan Angkut dan Dermaga Batubara
PT. Baramutiara Prima

kerja sama yang baik antara masyarakat dan pihak perusahaan dengan
pihak Pemerintah untuk membina dan membangun areal konservasi
untuk kelestarian habitat dan jenis satwa liar sebagaimana diuraikan
sebelumnya.

3.3.4.3. Plankton
Berdasarkan hasil analisis komunitas plankton, indeks keanekaragaman
komunitas plankton pada semua stasiun (titik) pengambilan sample
(musim penghujan) ternyata menunjukkan nilai di atas 2,0; berarti
komunitas plankton berada pada kondisi yang stabil (mantap). Bahkan
berdasarkan hasil analisis yang dilakukan bahwa Indeks
Keanekaragaman plankton berkisar 2,77 – 3,05. Hal ini menunjukkan
kondisi komunitas plankton yang lebih mantap hingga sangat mantap.
Keadaan demikian menunjukkan bahwa rona awal kondisi perairan
masih berada pada kondisi alami. Pengukuran demikian menjadi optimal
karena kondisi badan air tidak dipengaruhi kekeruhan oleh hujan.
Biasanya pada waktu adanya hujan di daerah hulu sungai, maka
kekeruhan meningkat dan kelimpahan populasi serta keanekaragaman
plankton menjadi rendah.

3.3.4.4. Benthos
Secara keseluruhan pada perairan studi terdapat sebanyak 15 spesies
organisme benthos dengan kelimpahan berkisar 9 hingga
10 individu per liter substrat dasar air. Kekayaan spesies per stasiun
pengambilan sample berkisar 4 hingga 6 spesies. Kekayaan spesies ini
tergolong sedang untuk perairan yang mengalir dan kondisi ini cukup
baik sebagai indikator pencemaran lingkungan perairan untuk waktu
yang akan datang. Kelimpahan komunitas benthos sebesar 6 – 10
individu/liter substrat tergolong rendah hingga sedang untuk
makrobenthos yang dijumpai tersebut. Kondisi ini disebabkan oleh
perbedaan kondisi substrat, yaitu berkaitan dengan sifat fisik substrat
antara lain sifat partikelnya. Sifat partikel substrat berkaitan dengan
kemampuannya untuk mikrohabitat perifiton dan bahan organik yang

Bab III. Rona Lingkungan Hidup III - 65


ANDAL Pembangunan Jalan Angkut dan Dermaga Batubara
PT. Baramutiara Prima

tertangkapnya untuk pakan alami makrozoobenthos (benthos) dalam


substrat dasar sungai tersebut.
Dengan nilai indeks keanekaragaman berkisar 1,20 – 1,85; yakni <2,0
menunjukkan bahwa kondisi komunitas benthos terkategori tidak mantap
(1,0 – <1,50) hingga agak mantap (>1,50 – <2,0). Dengan kondisi yang
tidak mantap ini, maka kondisi habitat benthos menjadi lebih rentan,
yakni akan mudah terganggu oleh adanya gangguan terhadap
mikrohabitatnya bagian dasar sungai. Dengan demikian perubahan sifat
substrat atau lumpur dasar badan air sangat berkaitan dengan adanya
polutan atau zat pencemar yang terintroduksi oleh suatu kegiatan
tertentu yang mengganggu lingkungan akuatik.
Bila dilihat dari data perstasiun pengambilan sample, maka tampak
kondisi substrat di sungai studi, memiliki indeks keanekaragaman
tertinggi, yaitu sebesar 1,64 (>1,50); berarti kondisi substrat di wilayah ini
agak mantap atau lebih baik dari pada di tempat lainnya. Kondisi ini
dimungkinkan karena aliran air di sini kurang terganggu oleh kegiatan
manusia yang mengambil koral dan pasir, lagi pula terlihat banyak
vegetasi alami sekitar sempadan sungai yang berbatasan dengan areal
pengambilan sample. Dengan demikian kekayaan jenis benthos pada
berbagai lokasi sungai tergolong cukup bervariasi yaitu berkisar 4 hingga
6 jenis. Namun secara keseluruhan jenis benthos pada kawasan studi
tergolong cukup baik yaitu mencapai 15 spesies. Secara keseluruhan
rendahnya populasi benthos diduga oleh kondisi nutrisi pada bagian
dasar sungai yang distudi adalah tergolong perairan yang oligotrofik,
yakni miskin nutrisi, dengan perkataan lain belum ada tanda-tanda
adanya pencemaran organik. Pakan utama benthos sungai tersebut
adalah komunitas perifiton. Organisme perifiton ini pada waktu dilakukan
pengambilan sample terlihat memang kurang melimpah.

3.3.4.5. Nekton
Berdasarkan pengamatan dan wawancara yang dilakukan dengan
masyarakat lokal yang sering mencari ikan dari perairan studi, maka
dapat diperkirakan paling sedikit ada sebanyak 27 spesies nekton yang

Bab III. Rona Lingkungan Hidup III - 66


ANDAL Pembangunan Jalan Angkut dan Dermaga Batubara
PT. Baramutiara Prima

terbagi menjadi 26 jenis tergolong ikan (Pisces) dan 1 jenis Crustacea


dalam habitat sungai-sungai yang ada dalam wilayah studi. Kehadiran
jenis-jenis ikan yang ada dalam habitat sungai adalah tersebar
berdasarkan relung habitat dalam badan air sungai tersebut.
Keanekagaman jenis atau spesies nekton yang ada tergolong masih
cukup tinggi, yaitu 27 jenis dengan taksiran populasi pada umumnya
berkisar antara jarang hingga banyak.
Beberapa jenis ikan yang tergolong banyak adalah baung (Macrones
nemurus), beringit (Macrones nigriceps), sepat mata merah (Trichogaster
trichopteru) dan siluang batang (Rasbora argyrotaenia). Jenis-jenis yang
disebutkan belakangan ini sering didapat ketika dilakukan penangkapan
dengan jaring. Beberapa jenis ikan yang tergolong langka baik yang
dilindungi undang-undang maupun belum dilindungi undang-undang
adalah perlu mendapat perhatian, antara lain : belida (Notopterus
chitala), putak (Notopterus notopterus) dan betutu (Oxyeleotris
marmorata). Jenis-jenis yang disebutkan belakangan ini penting untuk
dilestarikan, karena selain sebagai ikan lokal juga termasuk ikan bernilai
ekonomis tinggi.

3.3.5. Sosial Ekonomi, Budaya dan Kesehatan Masyarakat


Wilayah studi pengangkutan batubara PT. BMP mencakup beberapa
wilayah desa, yaitu Desa Suka Damai, Desa Sumber Rezeki, Desa
Srigunung dan Kelurahan Sungai Lilin Kecamatan Sungai Lilin Kabupaten
Musi Banyuasin. Sekalipun demikian wilayah studi tidak saja menyangkut
wilayah desa-desa tersebut namun juga meluas ke wilayah desa
sekitarnya. Hal ini menyangkut luasnya jangkauan sistem ekonomi dan
budaya masyarakat serta terjaminnya sarana transportasi antara desa-desa
sekitar kawasan studi. Kesemuanya itu telah menciptakan kawasan sekitar
studi menjadi satu-kesatuan sistem sosial ekonomi dan budaya yang tak
dapat dipisahkan. Dengan kata lain kegiatan pengangkutan batubara
memiliki jangkauan wilayah yang luas tidak terbatas pada satuan wilayah
yang terbatas. Karena itu analisis dampak tidak hanya dilakukan di
kawasan lokasi studi tetapi di wilayah yang diduga akan terkena dampak

Bab III. Rona Lingkungan Hidup III - 67


ANDAL Pembangunan Jalan Angkut dan Dermaga Batubara
PT. Baramutiara Prima

baik karena pengaruh perubahan lingkungan fisik maupun karena


perkembangan sistem infrastruktur perekonomian karena kegiatan
pembukaan lahan.
Wilayah jalur pengangkutan yang direncanakan tersebut tidak meliputi
kawasan permukiman melainkan kawasan perkebunan/ perladangan rakyat
yang ditinggalkan. Isu akan dibukanya jalur angkutan batubara mendorong
masyarakat membuka lagi lahan untuk pertanian guna mendapatkan
pengakuan hak atas lahan yang dimaksud. Sebagian mengatur kembali
batas-batas lahan yang dianggap masih menjadi hak keluarga secara
turun-temurun. Semua itu ditujukan guna mendapatkan ganti rugi jika
rencana pengangkutan batubara terealisasi. Sebagai implikasinya
meningkatnya spekulasi pembukaan lahan garapan hingga klaim milik
warga keturunan. Klaim itu ditandai dengan lajur tanaman pohon atau
tanaman buah pada perbatasan pemilikan.
Tingkat hidup masyarakat di desa-desa sekitar lokasi rencana kegiatan
relatif setaraf. Hal ini karena sepintas terdapat keseragaman dalam bentuk,
bahan baku serta ukuran dan pola penataan ruang rumah.
Potensi tenaga kerja menunjukkan cukup potensial di desa-desa di sekitar
studi. Dengan demikian tersedia cukup banyak tenaga kerja lokal yang
mungkin dapat dipekerjakan di PT. BMP pada saat kegiatan pengangkutan
batubara direalisasikan, tentunya perlu dipertimbangkan kualifikasinya.
Secara umum masyarakat di sekitar lokasi studi tidak tergolong kategori
miskin. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan penduduk bila
diukur dari kebutuhan fisik minimum tampak sudah cukup baik.
Status pengusahaan lahan di daerah sekitar lokasi studi telah mengalami
pergeseran secara dramatis pada tahun-tahun terakhir ini.
Masyarakat juga mendukung rencana pengangkutan batubara dengan
harapan adanya kesempatan kerja baru serta semakin terbukanya isolasi
wilayah.
Tingkat kesehatan penduduk di sekitar lokasi studi dapat ditinjau dari
keadaan kesehatan penduduk setempat dan pelayanan kesehatan yang
diterima oleh penduduk.

Bab III. Rona Lingkungan Hidup III - 68


ANDAL Pembangunan Jalan Angkut dan Dermaga Batubara
PT. Baramutiara Prima

Setiap desa di lokasi studi telah mempunyai balai pengobatan yang dikelola
oleh beberapa paramedis. Masyarakat tidak mengalami hambatan untuk
memenuhi kebutuhan akan obat dan pelayanan kesehatan yang lebih
intensif. Di ibukota Kabupaten Musi Banyuasin sendiri, yang dapat
ditempuh dengan kendaraan umum selama 1 jam, terdapat apotek dan
rumah obat. Rumah sakit umum yang ada di ibukota kabupaten juga dapat
memberikan pelayanan kesehatan dan dapat dijangkau dengan waktu yang
relatif singkat. Apabila memerlukan perawatan yang lebih intensif lagi yang
membutuhkan pelayanan dokter spesialis, penderita dapat dibawa ke
rumah-rumah sakit yang ada di Kota Palembang dan dengan kondisi jalan
yang cukup baik. Jarak ke ibukota provinsi ini dapat ditempuh selama
kurang lebih 3,5 jam.

Bab III. Rona Lingkungan Hidup III - 69

Anda mungkin juga menyukai