Bab 3 Ronal
Bab 3 Ronal
BAB III
RONA LINGKUNGAN HIDUP
a. Curah hujan
Data curah hujan dalam rentang waktu 10 tahun (1999 – 2008)
disajikan dalam Tabel III.1 dan data hari hujan untuk waktu yang
sama disajikan dalam Tabel III.2.
Curah hujan tertinggi sebesar 2.883 mm yang terjadi pada tahun
2001 dan terendah sebesar 1.841 mm yang terjadi pada tahun
2003. Curah hujan bulanan tertinggi adalah sebesar 459 mm pada
bulan Nopember 1999 dan curah hujan terendah sebesar 5 mm
pada bulan Agustus 2007.
TABEL III.1
DATA CURAH HUJAN DI WILAYAH STUDI SELAMA 10 TAHUN (mm/bulan)
TAHUN JAN PEB MAR APR MEI JUN JUL AGST SEPT OKT NOP DES TOTAL RERATA
1999 249 205 314 206 73 172 153 81 37 230 459 205 2.384 199
2000 234 238 93 240 277 177 77 56 150 250 442 249 2.483 207
2001 254 256 324 328 87 237 74 259 170 368 283 243 2.883 240
2002 281 47 268 279 103 38 124 19 79 71 310 237 1.856 155
2003 169 285 247 35 80 44 177 33 85 208 171 307 1.841 153
2004 301 195 313 396 169 114 81 17 48 232 203 302 2.371 198
2005 134 239 361 192 210 111 205 149 180 291 302 197 2.571 214
2006 339 285 319 142 144 96 125 6 15 74 233 121 1.899 158
2007 297 141 220 257 96 104 77 5 156 156 200 327 2.036 170
2008 257 143 250 399 96 53 89 146 151 202 333 209 2.328 194
RATA 251,5 203,4 270,9 247,4 133,5 114,6 118,2 77,1 107,1 208,2 293,6 239,7 2.265,2
MAKS. 339 285 361 399 277 237 205 259 180 368 459 327 2.883
Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun Klimatologi Palembang untuk Wilayah Sungai Lilin
TABEL III.2
DATA HARI HUJAN DI WILAYAH STUDI SELAMA 10 TAHUN (hari/bulan)
TAHUN JAN PEB MAR APR MEI JUN JUL AGST SEPT OKT NOP DES TOTAL RERATA
1999 13 10 13 11 9 6 4 3 9 9 12 17 116 10
2000 15 11 14 10 8 4 5 3 8 11 15 16 120 10
2001 18 15 13 17 13 9 3 5 11 20 19 21 164 14
2002 16 7 19 17 8 4 4 2 7 5 16 14 119 10
2003 12 18 13 15 6 5 6 1 5 18 15 16 130 11
2004 15 15 18 17 14 3 6 2 5 9 12 16 132 11
2005 10 9 18 12 11 13 5 9 10 12 17 10 136 11
2006 16 12 14 9 9 8 3 2 3 3 12 9 100 8
2007 18 13 16 15 8 11 7 2 10 10 14 15 139 12
2008 15 8 15 13 8 7 8 9 13 20 19 16 151 13
RATA 15 12 15 14 9 7 5 4 8 12 15 15 131
MIN. 10 7 13 9 6 3 3 1 3 3 12 9 100
MAKS. 18 18 19 17 14 13 8 9 13 20 19 21 164
Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun Klimatologi Palembang untuk Wilayah Sungai Lilin
b. Temperatur udara
Di kawasan kegiatan dan sekitarnya memiliki temperatur udara
rata-rata bulanan berkisar antara 26,6 0
C hingga 27,5 0
C.
Temperatur udara maksimum antara 31,1 0C hingga 34,0 0C dan
temperatur udara minimum berkisar 21,9 0
C hingga 23,8 0
C.
Temperatur bulanan secara lengkap disajikan pada Tabel III.3.
TABEL III.3
DATA UNSUR IKLIM DI WILAYAH STUDI
BULAN
UNSUR IKLIM
JAN PEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOP DES
Curah Hujan (mm) 285 269 277 289 193 94 142 98 126 218 263 344
Hari Hujan (hari) 13 11 10 13 8 9 5 7 9 12 14 14
Rerata 26,9 27,3 27,0 26,8 27,2 27,2 27,0 27,5 27,5 27,2 26,6 26,8
Suhu Udara
Maks. 32,3 31,1 32,6 33,0 33,0 32,4 32,4 33,7 33,9 34,0 33,0 31,8
( 0C )
Min. 27,4 23,7 23,6 23,8 23,2 23,1 22,9 22,4 22,6 21,9 22,3 22,8
Kelembaban Udara ( % ) 87 87 92 89 89 82 82 74 76 77 84 86
Kecepatan Angin (Knot) 5 3 3 3 3 3 4 4 5 3 3 3
Arah Angin NW N E SE SE SE SE SE SE E NE W
Sumber : Stasiun Klimatologi Kenten Palembang
TABEL III.4
DATA ARAH ANGIN DOMINAN RATA-RATA
FREKUENSI (%) PADA KECEPATAN ANGIN
(km/jam) JUMLAH
ARAH ANGIN
(%)
<2,50 2,5 – 3,5 >3,5
Utara (U) - - - -
Timur Laut (TL) - - - -
Timur (T) 6,66 - - 6,60
Tenggara (TG) - 33,69 20,60 54,20
Selatan (S) - - - -
Barat Daya (BD) - - - -
Barat (B) - - - -
Bara Laut (BL) 7,00 32,30 - 39,30
JUMLAH 13,60 65,80 20,60 100,00
Sumber : Stasiun Klimatologi Kenten Palembang
TABEL III.5
HASIL ANALISIS KUALITAS UDARA DAN KEBISINGAN (data sekunder)
N SATUA HASIL ANALISIS
PARAMETER BML*)
O N U1 U2 U3 U4 U5 U6
1 Temperatur 0
C - 31,5 32,2 33,5 33,8 32,8 31,7
Karbon Monoksida
2 g/Nm 3
30.000
(CO) 325 530 158 140 285 376
3 Sulfur Dioksida (SO2) g/Nm3 900 218 259 125 116 194 187
4 Oksida Nitrogen (NOx) g/Nm3 400 105 120 110 104 105 101
5 Kadar Debu g/Nm3 230 120 185 90 85 147 135
6 Kebisingan dBA 70**) 58 - 59 61 - 62 42 - 43 41 - 42 57 - 58 60 - 61
Keterangan :
*)
Baku Mutu Lingkungan PP RI Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara (Baku
Mutu Ambient Nasional)
**)
Baku Mutu Lingkungan Kepmen LH Nomor Kep-48/MENLH/II/1996 untuk kawasan industri
Sumber : Dokumen ANDAL PT. BMP
Lokasi :
U1 = Sebelah Timur Desa Cinta Damai U4 = Sebelah Timur Desa Tanjung Dalam
U2 = Sebelah Timur Desa Berlian Makmur U5 = Sebelah Barat Desa Cinta Damai
U3 = Sebelah Timur Desa Dawas U6 = Sebelah Barat Desa Berlian Makmur
TABEL III.6
HASIL PENGUKURAN KUALITAS UDARA DAN KEBISINGAN (Data Primer)
LOKASI / HASIL PENGUKURAN
NO PARAMETER SATUAN BML*)
U-1 U-2 U-3 U-4 U-5
1 Temperatur O
C - 30,5 37,0 33,1 30,1 32,5
2 Karbon Monoksida (CO) g/Nm3 30.000 648 1430 1725 1369 630
3 Sulfur Dioksida (SO2) g/Nm3 900 130 162 214 148 95
4 Oksida Nitrogen (NO2) g/Nm3 400 92 104 139 116 112
5 Oksidan (O3) g/Nm3 235 tt tt tt tt tt
6 Timah Hitam (Pb) g/Nm3 2 tt tt tt tt tt
7 Kadar Debu g/Nm3 230 64 85 120 116 85
8 Kebisingan dBA 60 29 48 57 46 38
Sumber : Data Primer, Desember 2008
Keterangan :
BML*) : Peraturan Gubernur Sumatera Selatan Nomor 17 Tahun 2005
tt : tidak terdeteksi
U – 1 : Desa Suka Damai
U – 2 : Desa Srigunung
U – 3 : Rencana Jalan Angkut
U – 4 : Rencana Jalan Angkut
U – 5 : Rencana Dermaga Batubara
a. Temperatur
Temperatur (suhu udara) dalam pengukuran sangat diperlukan,
dimana kandungan gas yang ada di udara pada umumnya
berbanding terbalik. Pada suhu udara rendah, konsentrasi polutan
gas di udara diperkirakan tinggi (mengambang mendekati
Bab III. Rona Lingkungan Hidup III - 5
ANDAL Pembangunan Jalan Angkut dan Dermaga Batubara
PT. Baramutiara Prima
mempunyai berat sebesar 96,5 % dari berat air dan tidak larut
dalam air. Senyawa hidrokarbon dan volatile organic compounds
(VOCs) berasal dari sisa senyawa hidrokarbon dalam bahan bakar
yang tidak ikut terbakar. Karbon monoksida yang terdapat di alam
terbentuk dari salah satu proses pembakaran tidak sempurna
terhadap karbon atau komponen yang mengandung karbon, reaksi
antara karbon dioksida dan komponen yang mengandung karbon
pada suhu tinggi, karbon dioksida terurai menjadi karbon
monoksida dan oksigen.
Pembebasan CO ke atmosfer sebagai akibat nyata dari rencana
kegiatan pengangkutan batubara, terutama diperkirakan
disebabkan oleh aktivitas transportasi yang dapat menghasilkan
gas CO dari pembakaran tidak sempurna kendaraan bermotor
yang akan dipergunakan.
Beberapa penelitian menunjukkan, pengaruh CO terhadap tanam-
tanaman biasanya tidak terlihat secara nyata. Pengaruh CO pada
manusia pada konsentrasi tinggi dapat menyebabkan kematian,
sedangkan kontak dengan CO pada konsentrasi yang relatif
rendah (100 ppm atau kurang) dapat menggangu kesehatan.
Pengaruh CO pada tubuh terutama disebabkan oleh reaksi antara
CO dengan haemoglobin (Hb) di dalam darah.
S + O2 SO2
2 SO2 + O2 2 SO3
e. Oksidan (O3)
Ozon (O3) adalah gas yang secara alami terdapat di atmosfer
bumi, memiliki bau yang spesifik serta kuat dan merupakan bentuk
alotropik dari oksigen. Ozon merupakan oksidan yang jauh lebih
kuat dibanding oksigen, sehingga dapat mengoksidasi banyak
bahan yang inert terhadap oksigen pada kondisi normal. Adanya
oksidan di atmosfer terjadi karena reaksi fotokimia, oksida
nitrogen, gas organik, uap-uap dan radiasi matahari. Kelebihan
oksidan di udara akan mengkibatkan gangguan sensorik pada
pernapasan, pengurangan ketajaman penglihatan karena aerosol
fotokimia, penurunan daya tampung darah untuk oksigen serta
gangguan kesehatan lainnya. Sifat ozon merusak daun tumbuh-
tumbuhan, tekstil dan melunturkan warna. Reaksi pembentukan
ozon sebagai berikut :
ultra violet
NO2 NO + On
O2 + On O3
NO + On NO2
f. Timah hitam
Partikel-partikel timah hitam (Pb) yang terdapat di udara umumnya
berasal dari kendaraan bermotor dengan bahan bakar petroleum.
Hasil pembakaran yang tidak sempurna menyebabkan partikel
timah hitam keluar dari sistem pembakaran kendaraan bermotor
melalui knalpot.
Pengaruh cemaran timah hitam di udara apabila terhisap oleh
manusia akan mengakibatkan gangguan jiwa/ perilaku,
kekurangan darah, muntah, kejang-kejang, gangguan fungsi ginjal,
gangguan sistem syaraf, gangguan otak, kelihatan lekas tua, berat
badan berkurang dan dapat menyebabkan kematian.
Dari hasil pengukuran yang telah dilakukan pada 5 (lima) titik
rencana kegiatan pengangkutan batubara PT. BMP, kandungan
timah hitam tidak terdeteksi.
g. Kadar debu
Partikulat debu melayang (Suspended Particulate Matter/ SPM)
merupakan campuran yang sangat rumit dari berbagai senyawa
organik dan anorganik yang terbesar di udara dengan diameter
yang sangat kecil, mulai dari <1 mikron sampai dengan
500 mikron. Partikulat debu tersebut akan berada di udara dalam
waktu yang relatif lama dalam keadaan melayang-layang di udara
dan masuk kedalam tubuh manusia melalui saluran pernapasan.
Selain dapat berpengaruh negatif terhadap kesehatan, partikel
debu juga dapat mengganggu daya tembus pandang mata dan
juga mengadakan berbagai reaksi kimia di udara. Partikel debu
SPM pada umumnya mengandung berbagai senyawa kimia yang
berbeda, dengan berbagai ukuran dan bentuk yang berbeda pula,
tergantung dari mana sumber emisinya. Karena komposisi
partikulat debu udara yang rumit dan pentingnya ukuran partikulat
Bab III. Rona Lingkungan Hidup III - 11
ANDAL Pembangunan Jalan Angkut dan Dermaga Batubara
PT. Baramutiara Prima
h. Tingkat kebisingan
Bising dalam kesehatan kerja diartikan sebagai suara yang dapat
menurunkan pendengaran baik secara kuantitatif (peningkatan
ambang pendengaran) maupun secara kualitatif (penyempitan
spectrum pendengaran), berkaitan dengan faktor intensitas,
frekuensi, durasi dan pola waktu. Kebisingan didefinisikan sebagai
suara yang tidak dikehendaki, misalnya yang merintangi
terdengarnya suara-suara, musik dan sebagainya, atau yang
menyebabkan rasa sakit atau yang menghalangi gaya hidup.
Kebisingan diukur dengan alat sound level meter. Dengan
mekanisme kerjanya SLM apabila ada benda bergetar, maka akan
menyebabkan terjadinya perubahan tekanan udara yang dapat
ditangkap oleh alat ini, selanjutnya akan menggerakkan meter
penunjuk.
Bising menyebabkan berbagai gangguan terhadap masyarakat,
tenaga kerja maupun hewan yang ada di sekitarnya. Bising dapat
menyebabkan gangguan, seperti gangguan fisiologis, psikologis,
gangguan komunikasi dan ketulian, atau ada yang
b. Air permukaan
Penelitian air permukaan akan difokuskan pada Sungai Sawo dan
anak sungai percabangannya, Sungai Batang dan anak sungai
percabangannya, Sungai Lilin dan anak sungai percabangannya,
Sungai Punggur dan anak sungai percabangannya serta Sungai
Jering dan anak sungai percabangannya. Seluruh sungai tersebut
umumnya mengalir berarah Selatan – Tenggara dan bermura di
Sungai Dawas sebagai sungai utama di sekitar rencana kegiatan.
Khusus Sungai Jering dan percabangannya mengalir berarah
Selatan – Timur dan bermuara di Sungai Tungkal sebagai salah
satu sungai utama lainnya di daerah rencana.
c. Air tanah
Sebagian besar air tanah berasal dari permukaan (hujan dan air
sungai). Air permukaan tersebut masuk ke dalam tanah melalui
suatu kondisi geologi setempat yang mungkin air tersebut
meresap masuk ke bawah permukaan tanah sampai mencapai
daerah jenuh air (zone saturasi) yang merupakan bagian dari
peredaran air dalam siklus hidrologi.
Banyak sedikitnya air tanah pada suatu daerah tergantung pada :
1. iklim atau banyak sedikitnya curah hujan;
2. tumbuh-tumbuhan atau hutan;
3. topografi (terjal atau datar);
4. porositas dan permeabilitas tanah atau batuan.
Bab III. Rona Lingkungan Hidup III - 16
ANDAL Pembangunan Jalan Angkut dan Dermaga Batubara
PT. Baramutiara Prima
TABEL III.7
HASIL ANALISIS KUALITAS AIR PERMUKAAN (data sekunder)
HASIL ANALISIS
NO PARAMETER SATUAN BAKU MUTU*)
A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 A10 A11 A12
FISIK
1 Temperatur C
0
Deviasi 3 26 28 28 26 28 26 28 27 29 27 28 27
2 Kekeruhan NTU - 8 29 24 17 26 16 59 31 12 13 15 20
3 Zat padat tersuspensi mg/l 300**) 4.37 32.21 26.71 22.72 28.43 28.56 89.28 37.25 22.00 25.12 38.16 18.15
KIMIA
1 pH mg/l 6–9 6.69 7.02 6.41 6.84 7.11 6.81 6.57 6.76 6.81 6.95 6.87 6.75
2 Besi (Fe) mg/l 7**) 0.2 0.2 0.1 0.2 0.2 0.1 0.3 0.2 0.7 0.2 0.2 0.3
3 Mangaan mg/l 4**) ttd 0.03 ttd 0.06 Ttd 0.03 0.02 0.05 0.30 0.05 0.03 0.02
4 Timbal (Pb) mg/l 0,3 ttd ttd ttd 0.01 Ttd ttd ttd ttd ttd ttd 0.03 ttd
5 Sulfat mg/l 400 48 35 56 25 43 37 82 47 ttd 33 42 31
6 NH3-N mg/l 0,5 0.23 0.21 0.26 0.22 0.18 0.22 0.34 0.28 ttd 0.28 0.20 0.19
7 NO3-N mg/l 10 0.05 0.05 0.04 0.07 0.04 0.05 0.68 0.04 2.07 0.05 0.06 0.06
8 BOD mg/l 2 1.8 1.5 1.4 1.4 1.8 1.5 1.8 1.9 1.6 1.4 1.5 1.7
9 COD mg/l 10 7.1 6.8 6.5 6.5 7.2 6.4 7.6 7.0 6.3 6.8 6.7 7.4
10 DO mg/l 6 4.9 4.8 4.2 4.7 4.9 4.8 5.4 4.8 5.1 4.5 4.4 4.4
Keterangan : *) Peraturan Gubernur Sumatera Selatan Nomor 16 Tahun 2005 tentang Peruntukan Air dan Baku Mutu Air Sungai (Lampiran II)
**)
Peraturan Gubernur Sumatera Selatan Nomor 18 Tahun 2005 tentang Baku Mutu Limbah Cair (BMLC) bagi Kegiatan Industri, Hotel, Rumah Sakit, Domestik dan Pertambangan Batubara
(Lampiran I)
ttd : tidak terdeteksi (Sangat Kecil)
Sumber : Dokumen ANDAL PT. BMP
Lokasi :
A1 : Sungai Dawas (Hulu) A7 : Sungai Rumbia (Hulu)
A2 : Sungai Dawas (Hilir) A8 : Sungai Rumbia (Hilir)
A3 : Sungai Malabekan (Hulu) A9 : Sungai Tamiang (Hulu)
A4 : Sungai Malabekan (Hilir) A10 : Sungai Tamiang (Hilir)
A5 : Sungai Sawo (Hulu) A11 : Sungai Peninggalan (Hulu)
A6 : Sungai Sawo (Hilir) A12 : Sungai Peninggalan (Hilir)
TABEL III.8
HASIL ANALISIS KUALITAS AIR PERMUKAAN
LOKASI SAMPLING / HASIL ANALISIS
NO PARAMETER SATUAN BML*)
A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8
I FISIK
1 Temperatur 0
C Deviasi 3 28,7 28,4 27,9 27,6 25,1 25,6 26,0 26,7
2 Zat padat tersuspensi mg/l 300**) 12,6 95,7 16,1 32,4 15,2 33,8 16,1 25,2
3 Kekeruhan NTU # 73 62 56 55 41 50 37 32
II KIMIA
1 pH - 6–9 6,02 6,00 6,05 5,81 5,09 5,14 5,03 5,58
2 Besi terlarut mg/l 7**) 0,171 0,187 0,374 0,063 1,398 ttd 0,152 0,042
3 Mangan terlarut mg/l 4**) 0,016 0,016 0,057 ttd 0 0,03 0,076 ttd
4 Nitrat mg/l 10 1,071 0,980 0,085 0,112 0,08 1,48 0,05 0,07
5 Amonia bebas mg/l 0,5 0,416 0,472 0,017 0,122 0,05 0,28 0,03 0,45
6 BOD5 mg/l 2 1,67 1,75 1,29 1,03 1,25 1,81 1,18 1,02
7 COD mg/l 10 7,74 8,07 2,35 3,71 2,67 9,11 2,41 8,22
8 Timbal mg/l 0,3 ttd ttd 0 ttd 0 ttd 0 ttd
9 DO mg/l 6 6,59 6,48 6,13 6,03 6,22 6,01 6,27 6,05
10 Sulfat mg/l 400 40 40 3,465 10 6,017 0,45 3,502 14
Sumber : Data Primer, Desember 2008
Keterangan : *) Peraturan Gubernur Sumatera Selatan Nomor 16 Tahun 2005 tentang Peruntukan Air dan Baku Mutu
Air Sungai (Lampiran II)
**) Peraturan Gubernur Sumatera Selatan Nomor 18 Tahun 2005 tentang Baku Mutu Limbah Cair (BMLC)
bagi Kegiatan Industri, Hotel, Rumah Sakit, Domestik dan Pertambangan Batubara (Lampiran I)
# : tidak dipersyaratkan
Lokasi :
A1 : Sungai Dawas A5 : Sungai Batang
A2 : Sungai Tungkal (Hulu) A6 : Sungai Lilin
A3 : Sungai Tungkal (Hilir) A7 : Sungai Punggur
A4 : Sungai Sawo A8 : Sungai Jering
a. Temperatur
Air sering digunakan sebagai medium pendingin dalam berbagai
proses industri. Air pendingin tersebut setelah digunakan akan
mendapatkan panas dari bahan yang didinginkan, kemudian
dikembalikan ke tempat asalnya yaitu sungai atau sumber air
lainnya. Air buangan tersebut mungkin mempunyai suhu lebih
tinggi dari pada air asalnya. Baku mutu air permukaan (badan air)
ditetapkan pada suhu normal. Suhu air permukaan (badan air)
c. Kekeruhan
Kekeruhan akan menurunkan tingkat transparansi cahaya ke
dasar air sehingga menyebabkan terganggunya biota perairan
Bab III. Rona Lingkungan Hidup III - 20
ANDAL Pembangunan Jalan Angkut dan Dermaga Batubara
PT. Baramutiara Prima
untuk hidup di tempat itu. Bila skala ini luas akan menurunkan
produktivitas perairan sehingga menyebabkan penurunan aktivitas
mikroorganisme akuatik yang penting yang pada gilirannya
menurunkan populasi nekton yang diperlukan dalam ekosistem.
Dari hasil pengamatan dan analisis, pada semua lokasi sampling
tingkat kekeruhan relatif sedang. Batasan maksimum untuk
parameter kekeruhan air sungai tidak dipersyaratkan dalam
Peraturan Gubernur Sumatera Selatan Nomor 16 Tahun 2005.
rumah tangga dan industri. Kedua macam bahan ini berasal dari
larutan batuan yang mengandung senyawa mangaan dan besi
seperti pyrit dan hematit. Dalam badan air, besi berasal dari korosi
alat berat maupun pipa air, material logam sebagai reaksi elektro
kimia yang terjadi pada permukaan. Air yang mengandung
padatan larut mempunyai sifat mengantarkan listrik dengan
mempercepat terjadinya korosi.
3) Timbal (Pb)
Pada semua lokasi sampling menunjukkan nilai Pb yang
dibawah NAB yang ditentukan, dan ada beberapa titik
sampling yang tidak terdeteksi.
Pengelolaan Pb dilakukan dengan menyebarkan tumbuhan
akuatik (misalnya : eceng gondok dan bunga teratai) di kolam
pengendapan lumpur sebelum dibuang ke badan air.
Kemudian tumbuhan akuatik tersebut diambil untuk dijadikan
kompos.
f. Nitrat (NO3)
Tinggi rendahnya kandungan nitrat dalam air ditentukan oleh
senyawa nitrogen dan oksigen yang diuraikan oleh bakteri. Nitrat
dalam jumlah yang besar akan mengikat oksigen dalam air yang
mengakibatkan air kekurangan oksigen.
Hasil analisis kualitas air menunjukkan kadar Nitrat pada semua
lokasi pengamatan masih dibawah baku mutu yang ditetapkan.
k. Sulfat (SO4)
Sulfat dalam jumlah yang besar akan menaikkan keasaman air.
Ion sulfat dapat terjadi secara proses alamiah. Sulfur dioksida
dibutuhkan pada sintesa. Ion sulfat oleh bakteri direduksi menjadi
sulfida pada kondisi anaerob dan selanjutnya sulfida diubah
menjadi hidrogen sulfida. Dalam suasana aerob hidrogen sulfida
teroksidasi secara bakteriologis menjadi sulfat. Dalam bentuk H 2S
bersifat racun dan berbau busuk. Pada proses digester lumpur gas
H2S yang bercampur dengan metan CH 4 dan CO2 akan bersifat
korosif.
Kandungan sulfat yang diizinkan sesuai dengan Baku Mutu
Lingkungan Peraturan Gubernur Sumatera Selatan Nomor 16
Tahun 2005 untuk Baku Mutu Air Kelas I maksimum 400 mg/l.
Dari hasil analisis sample, semua lokasi sampling mempunyai
kandungan sulfat di bawah 400 mg/l. Dari parameter kandungan
sulfat, kondisi perairan tergolong baik.
TABEL III.9
HASIL ANALISIS KUALITAS AIR SUMUR PENDUDUK
HASIL
NO PARAMETER SATUAN BML*)
AM1 AM2
I FISIKA
1 Bau # - Tidak berbau Tidak berbau
2 Temperatur 0
C Deviasi 3 0C 25 25
3 Zat padat terlarut mg/l 1.500 7,6 6,6
4 Warna Skala TCU 50 13 9
II KIMIA
1 Besi mg/l 1,0 0,1575 0,1400
2 Mangan mg/l 0,5 0,2110 0
3 Fluorida mg/l 1,5 0 0
4 Nitrat sebagai N mg/l 10 0,03 0,03
5 Nitrit sebagai N mg/l 1,0 0,0345 0,0016
6 Amonia bebas mg/l **) 0,03 0,03
7 Sulfat mg/l 400 2,6751 4,498
8 pH mg/l 6,5 – 9,0 6,43 6,48
Keterangan :
*) : Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 907/MenKes/SK/VII/2002 tentang
Pengawasan Kualitas Air Minum
**) : tidak dipersyaratkan
# : tidak ada satuan
Lokasi : AM1 : air sumur warga Desa Suka Damai
AM2 : air sumur warga Desa Srigunung
a. Bau
Bau disebabkan karena adanya campuran dari nitrogen, fosfor,
protein, sulfur, amoniak, hidrogen sulfida, karbon disulfida dan zat
organik lain. Kecuali bau yang disebabkan bahan beracun, bau
jarang merusak kesehatan manusia tapi mengganggu ketenangan
b. Temperatur
Dari hasil pengukuran terhadap conto air sumur menunjukkan
bahwa temperatur 25 0C dan masih memenuhi baku mutu normal.
d. Warna
Warna timbul akibat suatu bahan terlarut atau tersuspensi dalam
air, di samping adanya bahan pewarna tertentu yang kemungkinan
mengandung logam berat. Hasil analisis warna untuk lokasi
sampling air sumur menunjukkan bahwa warna air sumur
penduduk mempunyai nilai 9 – 13 Skala NTU dan masih berada
dibawah baku mutu yang ditetapkan (50 Skala NTU).
2. Lahan
Kondisi saat ini, lahan jalan angkutan seluruhnya merupakan lahan
perkebunan masyarakat berupa kebun karet dan sawit, sebagian kecil
merupakan lahan perkebunan yang dikelola oleh perusahaaan
perkebunan PT. Hindoli berupa kebun kelapa sawit. Sedangkan lahan
yang menjadi lokasi rencana dermaga telah diusahakan masyarakat
sebagai ladang dan kebun, dengan cara membuat parit-parit di
sekeliling perladangan dan kebun tersebut, umumnya ditanami padi
dan kelapa sawit.
3. Tanah
Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan oleh Pusat Penelitian
Tanah (1992) yang dirangkum dalam bentuk peta tanah dan sistem
lahan pada Lembar Palembang, diketahui bahwa satuan lahan dan
jenis tanah di areal ini terdiri dari jenis tanah aluvial yang umumnya
dijumpai di sekitar bantaran sungai dan rawa lebak.
a. Aluvial
Alluvial atau fluvisols (FAO-Unesco, 1974) atau inceptisol (USDA,
1990) terdapat pada satuan lahan alluvial hidromorf dan alluvial
coklat kekeabuan. Jenis tanah ini berkembang dari bahan alluvium
b. Podsolik
Podsolik (yang berwarna merah kuning – coklat kekuningan)
setara dengan acrisol (FAO/ Unesco) atau ultisol (USDA). Tanah
ini dicirikan oleh adanya horizon B-argilik yang berkejenuhan-basa
kurang dari 50% (NH4OAc) sekurang-kurangnya pada beberapa
bagian horizon B di dalam penampang 125 cm dari permukaan
serta tanpa horizon albik (horizon eluvial berwarna pucat) yang
berbatasan langsung dengan horizon argilik atau fragipan (padas
gembur). Horizon argilik (argilic = liat putih) adalah horizon iluvial
(akumulasi) dengan penimbunan liat silikat berlempeng lapisan
yang berbeda nyata jika disbanding horizon eluviasi (tercuci) di
atasnya, sebagian besar hingga >20%.
Menurut Dudal dan Soepraptohardjo (1957), tanah podsolik merah
kuning merupakan tanah yang secara fisis dicirikan sangat tercuci,
lapisan atas berwarna abu-abu muda – kekuningan dan lapisan
bawah merah atau kuning, terjadi akumulasi liat sehingga
bertekstur relative berat, berstruktur gumpal, berpermeabilitas dan
berstabilitas agregat rendah, horizon eluviasi tidak selalu jelas dan
berbahan induk yang kadangkala berkaratan kuning, merah atau
4. Kualitas tanah
Dalam penyusunan Dokumen ANDAL ini data kualitas tanah didapat
dari sampling langsung (data primer) dan data sekunder. Sampling
dilakukan pada saat musim penghujan, sedangkan untuk kualitas
tanah pada musim kemarau digunakan data sekunder yang
bersumber dari Dokumen AMDAL Penambangan Batubara PT. BMP
di Wilayah Desa Cinta Damai Kecamatan Sungai Lilin (Tabel III.10,
Tabel III.11 dan Tabel III.12).
Metode analisis kesuburan kimia tanah menggunakan metode yang
telah dikemukakan oleh Pusat Penelitian Tanah Bogor. Hasil analisis
laboratorium dinilai berdasarkan kriteria sifat fisik dan kimia tanah
yang telah dibakukan oleh Pusat Penelitian Tanah tahun 1983.
TABEL III.10
HASIL ANALISIS TEKSTUR TANAH (data sekunder)
TEKSTUR ( % )
NO LOKASI
PASIR DEBU LIAT
1 Rencana Front 1 31,12 29,65 39,23
2 Rencana Front 2 22,05 23,48 54,47
3 Rencana Stockpile 33,83 21,68 44,49
4 Rencana Timbunan 36,26 38,31 25,43
5 Desa Cinta Damai 29.16 27.63 43.21
6 Desa Dawas 28.73 30.85 40.42
7 Desa Tanjung Dalam 31.25 29.67 39.08
Sumber : Dokumen ANDAL Penambangan Batubara PT. BMP
TABEL III.11
HASIL ANALISA KEASAMAN TANAH, Corganik, N DAN P (data sekunder)
pH (1 : 1) (me/100 gr) (%) Ptersedia
NO LOKASI
H2O KCl Aldd Hdd Corganik Ntotal C/N (gg-1)
4,38 4,65
2,64 0,30 8,8
1 Rencana Front 1 sangat 3,42 4,40 0,65 sangat
sedang sedang rendah
masam rendah
0,67 0,06 1,35
4,81 11,17
2 Rencana Front 2 3,54 4,52 0,61 sangat sangat sangat
masam sedang
rendah rendah rendah
4,28 0,08 2,25
1,01 12,62
3 Rencana Stockpile sangat 3,29 11,15 0,84 sangat sangat
rendah sedang
masam rendah rendah
7,15
Rencana Timbunan 5,23 1,35 0,12 11,25
4 4,22 1,04 0,31 sangat
Tanah Penutup masam rendah rendah sedang
rendah
6,18
4,93 2,78 0,28 11,64
5 Desa Cinta Damai 3,76 4.52 0,73 sangat
masam sedang sedang sedang
rendah
7,27
4,87 0,25 11,37
6 Desa Dawas 3,61 5,03 0,65 2,62 sangat
masam sedang sedang
rendah
7,13
Desa Tanjung 5,16 0,32 12,12
7 4,15 4,64 0,47 2,59 sangat
Dalam masam sedang sedang
rendah
Sumber : Dokumen ANDAL Penambangan Batubara PT. BMP
TABEL III.12
HASIL ANALISA KAPASITAS TUKAR KATION (KTK)
DAN BASA-BASA TANAH (data sekunder)
(Cmol + kg-1)
NO LOKASI
KTK K Na Ca Mg
0,76
17,50 0,32 0,44 0,52
1 Rencana Front 1 sangat
sedang sedang sedang rendah
rendah
0,51 0,09
21,75 0,26 0,44
2 Rencana Front 2 sangat sangat
sedang rendah sedang
rendah rendah
0,38 0,22
19,00 0,32 0,55
3 Rencana stockpile sangat sangat
sedang sedang rendah
rendah rendah
0,78 0,13
Rencana Timbunan Tanah 15,74 0,31 0,61
4 sangat sangat
Penutup rendah sedang sedang
rendah rendah
0,68
20,53 0,32 0,53 0,49
5 Desa Cinta Damai sangat
sedang sedang sedang rendah
rendah
0,59
22,37 0,33 0,62 0,47
6 Desa Dawas sangat
sedang sedang sedang rendah
rendah
19,37 0,31 0,56 0,63 0,50
7 Desa Tanjung Dalam
sedang sedang sedang sedang rendah
Sumber : Dokumen ANDAL Penambangan Batubara PT. BMP
a. Sifat fisika
Sifat fisika tanah dominan adalah tekstur tanah karena fraksi-fraksi
tanah mempengaruhi hampir semua sifat-sifat tanah lainnya.
Tekstur tanah didominasi oleh fraksi pasir berkisar 32,84% –
62,50%; debu berkisar 22,71% – 34,13% dan liat berkisar 13,20%
– 42,05% (Tabel III.13).
TABEL III.13
HASIL ANALISIS TEKSTUR TANAH
TEKSTUR ( % )
NO LOKASI
PASIR DEBU LIAT
1 Rencana Jalan Angkut 32,84 34,13 33,03
2 Rencana Dermaga 62,50 24,30 13,20
3 Pemukiman Penduduk Desa Suka Damai 35,24 22,71 42,05
Sumber : Data Primer, Desember 2008
b. Sifat kimia
Sifat kimia tanah yang akan dibahas adalah pH, C organik, Ntotal,
P-Bray I, Kapasitas Tukar Kation (KTK) dan basa-basa tanah
(K, Na, Ca dan Mg). Semua parameter kimia diukur, dievaluasi
menurut kriteria penilaian Pusat Penelitian Tanah (1983). Hasil
analisis kimia tanah tertera pada Tabel III.14 dan Tabel III.15.
Penilaian ini hanya didasarkan pada sifat umum tanah untuk
berbagai tujuan atau untuk kebutuhan tanaman secara spesifik.
TABEL III.14
HASIL ANALISIS KEASAMAN TANAH, Corganik, N DAN P
pH (1 : 1) (me/100 gr) (%) P-Bray
NO LOKASI
H2O KCl Aldd Hdd Corganik Ntotal I (ppm)
5,53 1,55 0,12 11,25
1 Rencana Jalan Angkut 3,82 0,89 0,25
masam rendah rendah rendah
4,96 1,92 0,19 11,85
2 Rencana Dermaga 4,28 Tu Tu
masam rendah rendah rendah
6,43
Pemukiman Penduduk Desa 2,15 0,24 17,50
3 agak 3,32 0,73 0,41
Suka Damai sedang sedang sedang
masam
Sumber : Data Primer, Desember 2008
TABEL III.15
HASIL ANALISIS KAPASITAS TUKAR KATION (KTK) DAN BASA-
BASA TANAH
(me/100 g)
NO LOKASI
KTK K-dd Na Ca Mg
1,38
16,14 0,23 0,22 0,82
1 Rencana Jalan Angkut sangat
sedang rendah rendah rendah
rendah
0,06 1,36
15,23 0,22 0,68
2 Rencana Dermaga sangat sangat
rendah rendah rendah
rendah rendah
Pemukiman Penduduk Desa Suka 18,49 0,26 0,33 3,30 0,99
3
Damai sedang rendah rendah rendah rendah
Sumber : Data Primer, Desember 2008
3) Kandungan P-Bray I
Kandungan P-Bray I cenderung mengikuti bahan yang
disedimentasikan, apabila bahan yang disedimentasikan tinggi
P maka tanah juga mengandung P yang tinggi. Pada lokasi
pengambilan sampel ternyata nilai P-Bray I bervariasi dari
rendah sampai sedang.
1. Flora
Sesuai dengan kondisi topografi lahan bergelombang dan berbukit
serta memiliki ketinggian sekitar 30 m hingga 60 m dpl dan terletak
sangat jauh (lebih dari 150 km) dari laut, sehingga corak vegetasi di
wilayah studi didominasi oleh vegetasi darat. Pada umumnya lahan
yang ada di seluruh wilayah studi telah digunakan sebagai daerah
pertanian, terutama perkebunan karet rakyat dan perkebunan kelapa
sawit serta daerah pemukiman penduduk. Dengan berbagai kegiatan
dalam penggunaan lahan sebagaimana disebutkan, maka
keanekaragaman jenis flora semakin didominasi oleh tanaman
introduksi dan bukan oleh jenis vegetasi asli yang ada sebelumnya.
Vegetasi lain yang ada di sekitarnya adalah tanaman kelapa sawit
yang berasosiasi dengan berbagai jenis tumbuhan paku hidup epifit
pada batang tanaman kelapa sawit. Jenis-jenis yang toleran terhadap
kondisi naungan ini antara lain krinyu, seduduk, seru, klidemia, paku
kawat dan blimbingan.
Vegetasi khas pada sebagai daerah sensitif seperti di daerah
sempadan sungai dijumpai antara lain : kayu rengas, leban, bungur,
bambu, kayu ara, saga dan awar-awar. Diantara jenis-jenis yang
disebutkan tersebut yang paling dominan adalah kayu rengas,
merupakan jenis tumbuhan yang tumbuh secara alami dan paling
adaptif diantara jenis-jenis vegetasi yang ada. Dengan demikian jenis
rengas ini harus dipertahankan di areal sempadan sungai karena
sistem perakarannya yang demikian kuat dapat menahan erosi dan
kerusakan bagian sempadan sungai yang ada.
Berdasarkan hasil pengamatan serta identifikasi oleh tim studi, maka
jenis-jenis tumbuhan yang ada sebagai rona lingkungan di sekitar
wilayah studi rencana pengangkutan batubara PT. BMP dan
sekitarnya disajikan pada Tabel III.16 berikut ini.
TABEL III.16
KOMPOSISI VEGETASI HUTAN SEKUNDER DAN PERKEBUNAN
DALAM WILAYAH STUDI PT. BMP
NO NAMA LOKAL NAMA ILMIAH (BOTANIS) STATUS VEGETASI
1. Akar serikan Spatholobus ferrugineus Liana
2. Alamanda Allamanda cathartica Perdu
3. Alang-alang Imperata cylindrica Herba
4. Albasia Albizzia falcata Pohon
5. Ara tanah Euphorbia hirta Herba
6. Awar-awar Ficus septica Perdu
7. Akasia daun lebar Acacia mangium Pohon
8. Akasia daun keriting Acacia auriculiformis Pohon
9. Balik angin Mallotus paniculatus Pohon
10. Bambu Bambusa vulgaris Pohon
11. Bandotan Ageratum conyzoides Herba
12. Belidang Fimbristylis annua Semak
13. Beringin Ficus benjamina Pohon
14. Blimbingan Oxalis barrelieri Herba
15. Buah kurung Talauma elegans Herba
16. Bungur Lagerstroemia speciosa Pohon
17. Buntut tikus Heliotropium indicum Herba
18. Cempedak Artocarpus champeden Pohon
19. Durian Durio zibethinus Pohon
20. Duku Lansium domseticum Pohon
21. Enau Arenga pinnata Pohon
22. Gadung liar Dioscorea hispida Semak
23. Gelang susu Euphorbia hirta Herba
24. Imbau Azadirachta indica Pohon
25. Jambu air Eugenia aquea Pohon
TABEL III.17
HASIL ANALISIS VEGETASI PADA HUTAN SEKUNDER DAN SEMAK
BELUKAR DI LOKASI RENCANA PENGANGKUTAN BATUBARA PT. BMP
HASIL ANALISIS
NO NAMA JENIS
K KR F FR D DR INP H
1. Alang-alang 1050 5,3 0,51 5,9 391 0,2 11,2 0,12
2. Belidang 5150 29,2 0,80 8,8 2740 1,3 39,2 0,27
3. Akasia Daun Lebar 380 1,8 0,60 6,9 43600 14,1 23,9 0,20
4. Mahang 140 0,8 0,40 2,9 30100 10,4 14,1 0,14
5. Kayu Tali 130 0,6 0,26 3,5 3360 1,1 5,2 0,07
6. Kucingan 350 1,8 0,40 3,8 1150 0,3 6,0 0,08
7. Krinyu 1350 7,3 0,86 8,4 17500 6,1 21,4 0,19
8. Leban 120 0,6 0,42 3,2 54250 19,1 22,9 0,20
9. Mampat Mrh 133 0,6 0,34 2,5 3750 1,3 4,5 0,06
10. Paku Kawat 4600 23,9 0,96 9,4 3610 1,3 34,6 0,25
11. Paku Resam 220 1,0 0,40 3,9 638 0,2 5,1 0,07
12. Laos Hutan 1650 8,8 0,52 5,3 21146 7,5 21,6 0,19
13. Pulai 35 0,2 0,34 2,4 24720 8,7 11,3 0,12
14. Keladi Liar 360 1,9 0,28 3,6 2540 0,9 6,5 0,08
15. Rengas 40 0,2 0,30 2,7 5240 2,8 4,9 0,07
16. Rumput Pait 890 4,5 0,44 4,3 1320 0,5 9,1 0,11
17. Senggani 820 4,3 0,70 7,8 16090 5,7 17,8 0,17
18. Sembung Rmbt 130 0,7 0,64 6,3 582 0,2 7,2 0,09
19. Seru 20 0,1 0,20 2,0 9072 3,2 5,3 0,07
20. Sikejut Perdu 1150 6,0 0,46 3,4 32400 11,0 20,5 0,18
21. Terap 32 0,2 0,36 2,5 10075 3,4 6,2 0,08
Jumlah 19450 100 10,18 100 283980 100 300 2,78
Sumber : Data Primer, Desember 2008
Keterangan : K = Kerapatan (individu/ha) D = Dominansi (m2)
KR = Kerapatan Relatif (%) DR = Dominan Relatif (%)
F = Frekuensi (kekerapan) INP = Indeks Nilai Penting = KR + FR + DR
FR = Frekuensi Relatif (%) H = Indeks Keanekaragaman
2. Fauna
Berdasarkan hasil pengamatan oleh tim studi di lapangan secara
langsung maupun hasil wawancara dengan penduduk desa terdekat,
maka dapat dikelompokkan satwa atau fauna darat menjadi satwa
ternak (domestik) dan satwa liar. Satwa domestik diusahakan oleh
masyarakat pada umumnya didasarkan pada nilai ekonomisnya,
yakni kelompok unggas seperti ayam, bebek dan angsa serta
kelompok mammalia seperti kambing, kerbau dan sapi. Sedangkan
jenis-jenis satwa liar dapat diidentifikasi berdasarkan hasil
pengamatan langsung di lapangan terhadap habitat maupun
perjumpaan serta didasarkan pada informasi dari masyarakat yang
mengenal kondisi wilayah sekitar rencana pengangkutan batubara
disajikan pada Tabel III.18.
TABEL III.18
HASIL INVENTARISASI SATWA LIAR
DI AREAL RENCANA PENGANGKUTAN BATUBARA PT. BMP
STATUS
NO NAMA LOKAL NAMA ILMIAH KELOMPOK KELIMPAHAN
SATWA
1. Katak ijo Rana pipiens Amphibia TDL +++
2. Katak pohon Hyla versicolor Amphibia TDL ++
3. Kodok Bufo melanoctictus Amphibia TDL +
4. Kadal Mabouya multifasciata Reptilia TDL ++++
5. Kura-kura Tertudo elegans Reptilia TDL +
6. Labi-labi Trionyx cartilagineus Reptilia TDL +
7. Ular sendok Naja sputatrix Reptilia TDL ++
8. Ular sawah Phyton reticulatus Reptilia TDL +
9. Ular daun Trimeresurus albolabris Reptilia TDL ++
10. Ular tikus Elaphe radiata Reptilia TDL ++
11. Biawak Varanus salvator Reptilia TDL +
12. Ayam Hutan Gallus gallus Aves TDL +
13. Ayaman Gallinula chloropus Aves TDL ++
14. Murai batu Trichixos pyrrhopygus Aves TDL +
15. Murai kampung Copsychus saularis Aves TDL +
16. Ruwak Amaurornis phoenicurus Aves TDL +
17. Burung but-but Centropus sinensis Aves TDL ++
18. Burung layang Dalichon dasypus Aves TDL ++
19. Puyuh tanah Turnix suscitator Aves TDL +
20. Pipit putih Lonchura striata Aves TDL +
21. Empirit Lonchura leucogastra Aves TDL ++
22. Pipit cokelat Anthus cervinus Aves TDL +++
23. Kapinis rumah Apus affinis Aves TDL +++
24. Elang merah Aquila chrysaetos Aves TDL +
25. Perenjak belukar Orthonomus atrogularis Aves TDL ++
26. Perkutut Geopelia striata Aves TDL +++
27. Punai Treron bicincta Aves TDL +
1. Plankton
Komunitas plankton secara garis besar dibedakan atas dua
kelompok, yaitu fitoplankton dan zooplankton. Fitoplankton
merupakan plankton yang bersifat produsen karena bersifat autotrof,
yakni berkemampuan mengolah makanan dari bahan-bahan
anorganik menjadi bahan-bahan organik via energi surya. Sedangkan
kelompok zooplankton memanfaatkan bahan-bahan organik yang
diproduksi oleh fitoplankton. Oleh karena itu kedua kelompok plankton
tersebut saling tergantung. Dalam hal ini zooplankton memanfaatkan
fitoplankton sebagai sumber energinya, sedangkan zooplankton
berguna menekan pertumbuhan fitoplankton agar kepadatan
populasinya di alam menjadi seimbang, sehingga tidak terjadi
blooming populasi.
TABEL III.19
KEANEKARAGAMAN DAN KELIMPAHAN POPULASI SPESIES PLANKTON
DI AREAL RENCANA PENAMBANGAN BATUBARA PT. BMP (data sekunder)
KELIMPAHAN INDIVIDU / LITER
NO NAMA KELOMPOK DAN SPESIES
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
I PHYTOPLANKTON
A Cyanophyceae :
1. Anabaena catenula - - - - - - - - - 5
2. Anabaena menderi - - - - 1 - - 3 - -
3. Aphanizomenon flosaquae 2 - - - - - - - - -
4. Aphanizomenon holsaticum - - - - - - - - 1 -
5. Hapalosiphon hibernicus - - - - - - 2 - - -
6. Lyngbya contorta - - - - - 3 - - - 10
7. Lyngbya lymnetica - - - - - - - - - 11
8. Merismopedia convuluta - - - - - - - 10 - -
9. Oscillatoria agardhii - - - - - - - - - 4
10. Oscillatoria amphibian - - - 1 8 - - 4 - 20
11. Oscillatoria curviceps 8 - - - - - - - - -
12. Oscillatoria sancta - - - - 1 - - - - 4
13. Oscillatoria splendida 6 3 1 - - - - - - -
14. Oscillatoria tenuis - - - - 2 - - - 1 -
15. Phormidium tenue - - - - - - - - - 1
16. Spirulina albida - - - - - 10 - - - -
17. Spirulina laxissima 2 - - - - - - - - -
18. Wollea saccata - - - - - - - - 1 -
B Chlorophyceae :
1. Actinastrum hantzchii - - - - - - 3 - - -
2. Ankistrodesmus falcatus - - - 2 - - - - - -
3. Geminella interrupta - - - - 5 - - - - -
4. Microspora moena - - - - - - - 9 - -
5. Oedogonium angustum - - - 8 - - - - - -
6. Oedogonium crassiusculum - - - - - 10 - - - -
7. Oedogonium longiarculatun - - - - - 5 - - - -
8. Oedogonium varians 1 - - - - - - - - -
9. Oedogonium oblongum - 5 - - - - - - - -
10. Oocystis apiculata - - - - - 2 - - - -
11. Quadrigula chodatii 7 - 1 5 8 - 3 - - 2
12. Scenedesmus carinatus - - - - - - - 3 - -
13. Sphaerocystis schroeteri - - - - - - - - - 5
14. Spirogyra flagilis 11 - 5 - - - - - - -
15. Spirogyra majuscule - - - 15 - - - - - -
16. Spirogyra micropunctata - - - - - - - - 1 -
17. Spirogyra oblata - - - 5 11 - - - - -
18. Spirogyra varians 10 - 8 - - - - - - -
19. Stigeoclonium lubricum - - - - - 5 - - - -
20. Ulotrhrix aequalis - - 15 18 14 - - - - -
21. Ulotrhix zonata - - - - - - - 14 - -
22. Zygnema quadrangulatum - - 3 15 18 10 - 3 - 1
23. Zygnema fanicum - - - - - 3 - - - -
D Diatomae (Bacillariophyceae) :
1. Achnanthes microcephala - - - 1 - - - - - -
2. Amphora ovalis - - - - - 2 - - - -
3. Asterionella formosa 20 - 3 - 1 8 2 - 1 -
4. Asterionella gracillima 14 - - 1 5 - - 2 - -
5. Cyclotella stelligera - 1 - 1 - - - - - -
6. Cymbella cuspidata - - - 2 - - - - - -
7. Diatoma vulgare 5 5 2 12 4 - 4 3 - -
8. Epithemia zebra 1 - 1 - - - - - - -
9. Eunotia arcus 2 - 3 - - - - - - -
10. Eunotia gracilis - - - - - 7 - - - -
11. Eunotia suecica - 1 - - - - - - - -
12. Gyrosigma balticum - - - 2 - - - - - -
13. Navicula cari - - - - 3 4 - - - -
14. Navicula cryptocephala - - - 3 5 - - - - -
15. Navicula exigua - - - - - - - - 2 -
16. Navicula minima 4 2 - 3 2 - - - - -
17. Navicula pupula - - - 2 - - - - - -
18. Navicula radiosa - - - - - - 5 - - -
19. Navicula viridis - - - - - - 2 - - -
20. Nitzschia frustulum - 1 - - - - - - - -
21. Nitzschia scalaris - - - - - - - 3 - -
22. Pinnularia moralis - - - 1 - - - - - -
23. Pleurosigma fasciola - - - - - - - - 1 -
24. Stauroneis acuta 2 - - - - - - - - -
25. Surirella robusta - - 1 - - - - - 1 -
26. Synedra capitata - - - - - 9 - - - -
27. Tabellaria fenestrate 10 - - - - - - - - -
II ZOOPLANKTON
A Flagellata :
1. Carteria crucifera - - - - - - - - - 1
2. Chlamydomonas cingulata 4 2 3 12 9 2 5 5 1 -
3. Colacium vesiculosum - - - - - - - - - 1
4. Euglena acus 2 - - 3 - - - 2 - 5
5. Euglena deses - - - - - - - - - 1
6. Euglena viridis 1 1 - - - - - 2 -
7. Polytoma tetraolare 8 5 5 7 11 6 2 17 - -
8. Trachelomonas curta - - - - 2 - - - - -
9. Trachelomonas cervicula - - - - - - - - - 1
10. Trachelomonas volvocina - - - - 6 - - - - -
B Ciliata :
1. Coleps hirtus - 5 - - - - - - - -
2. Colpidium colpoda - - - - - - - - - 10
3. Colpoda cucullus - 7 - - - - - - - -
4. Homalozoon vermiculare - - - - - - - - - 2
5. Paramaecium caudatum - - - - - - - - - 1
6. Plagiophyla nasuta - - - - - - 5 - - -
C Rhizopoda :
1. Astramoeba radiosa - - 1 - 5 - - 2 3 -
2. Difflugia bacillifera 1 - - - - - - - - -
3. Difflugia urceolata - - 1 - - - - - - -
4. Nebela militaris - - - - - - - - - 1
5. Quadrulella symmetrica - - - - - - - 3 3 -
6. Sphenoderia lenta - - - - - - - 2 - -
E Ostracoda :
1. Entocythere humesi 2 1 - - - - - - - -
F Copepoda :
1. Cyclops strenuous - - - 1 - - - - - -
G Nematoda :
1. Chromogaster gracilis - - - 1 - - - - - -
2. Anaplectus granulosus - - - - - - 2 - - -
1. Populasi komunitas plankton per liter : 130 42 53 135 117 87 56 97 14 86
2 Populasi fitoplankton per liter : 112 18 43 101 83 70 41 64 9 63
3. Populasi zooplankton per liter : 18 24 10 24 34 17 15 33 5 23
4. Keanekaan spesies plankton : 25 14 15 27 21 16 15 19 11 19
5. Keanekaan spesies fitoplankton : 19 7 11 22 15 13 12 12 8 10
6. Keanekaan spesies zooplankton : 6 7 4 5 6 3 3 7 3 9
7. Indeks keanekaragaman : Shannon Index (H) 2,59 2,42 2,31 2,86 2,73 2,64 2,53 2,66 2,30 2,47
Sumber : Dokumen ANDAL Penambangan Batubara PT. BMP
Keterangan : P1 : Sungai Dawas (Hulu) P6 : Sungai Talang Parung (Hilir)
P2 : Sungai Dawas (Hilir) P7 : Sungai Rumbia (Hulu)
P3 : Sungai Sawo (Hulu) P8 : Sungai Rumbia (Hilir)
P4 : Sungai Sawo (Hilir) P9 : Sungai Muara Tungkal (Hulu)
P5 : Sungai Talang Parung (Hulu) P10 : Sungai Muara Tungkal (Hilir)
TABEL III.20
KEANEKARAGAMAN DAN KELIMPAHAN POPULASI SPESIES PLANKTON
DI AREAL STUDI RENCANA PENGANGKUTAN BATUBARA PT. BMP
KELIMPAHAN INDIVIDU/ LITER
NO NAMA KELOMPOK DAN SPESIES
P1 P2 P3
I PHYTOPLANKTON
A. Cyanophyceae:
1. Chroococcus minutus 5 - -
2. Nodularia spumigena - - 3
3. Oscillatoria splendida 3 - 5
B. Chlorophyceae:
1. Ankistrodesmus falcatus - 3 2
2. Chaetophora elegans 10 12 -
3. Chlorella vulgaris - 2 -
4. Oedogonium varians - 3 -
5. Quadrigula chodatii 5 2 1
6. Quadrigula recustris 4 - 5
7. Pachycladon umbrinus - 5 -
C. Desdmidiaceae:
1. Chlorella vulgaris 2 - -
2. Closterium intermedium 5 - -
3. Cosmarium lundellii 14 - -
4. Cosmarium viridis 8 - -
5. Euastrum ansatum 2 - -
6. Penium minutum 2 - -
D. Diatomae Bacillariophyceae):
1. Amphipleura pellucida 2 - 4
2. Asterionella formosa 2 5 3
3. Asterionella gracillima 2 1 1
4. Bacillaria paradoxa - 1 7
5. Diatoma elongatum 5 4 -
6. Diatoma vulgare 4 2 2
7. Eunotia gracilis - 1 5
8. Navicula minima 2 - -
9. Navicula spicula 2 - -
10. Pinnularia borealis 4 - -
11. Pinnularia microstauran 2 - -
12. Surirella robusta - - 3
13. Tabellaria fenestrata - 2 -
ZOOPLANKTON
II
Flagellata:
A.
1. Chlamydomonas cingulata 3 5 5
2. Colacium vesiculosum - - 1
3. Euglena acus 7 - -
4. Euglena deses 1 3 -
5. Oicomonas socialis - 2 4
6. Polytoma uvella 4 2 3
7. Trachelomonas curta 2 1 5
8. Trachelomonas volvocina - - 1
Rhizopoda:
B.
1. Astramoeba radiosa 3 1 2
2. Nebela dentistoma - - 1
3. Nebela militaris - 2 1
Ostracoda:
C.
1. Cypridopsis sp. - 1 1
1. Populasi Komunitas plankton/ lt air: 105 60 65
2. Populasi fitoplankton/lt air: 85 43 41
3. Populasi zooplankton/lt air: 20 17 24
4. Keanekaan spesies plankton: 26 21 22
5. Keanekaan spesies fitoplankton: 20 13 12
6. Keanekaan spesies zooplankton: 6 8 10
7. Indeks Keanekaragaman plankton (H) 3,05 2,77 2,9
Sumber : Data Primer, Desember 2008
Keterangan :
P1 : Sungai Tungkal
P2 : Sungai Dawas
P3 : Pertemuan Sungai Tungkal dan Sungai Dawas
TABEL III.21
JENIS-JENIS ORGANISME BENTHOS PADA BAGIAN DASAR AIR
DI AREAL RENCANA PENAMBANGAN BATUBARA PT. BMP (data sekunder)
KELOMPOK POPULASI/LITER LUMPUR
NO JENIS BENTHOS
TAKSON B1 B2 B3 B4 B5 B6 B7 B8 B9 B10
1 Chironomus tentans Diptera 4 3 1 2 4 30 - 15 15 30
2 Orconectes immunis Crustacea 1 1 1 3 - 45 15 15 45 -
3 Pplybius sp. Crustacea - - - - - - - - 30 -
4 Pilsbryoconcha exilis Bivalvia - - - 3 - - - - - -
5 Pila scutata Gastropoda - 1 3 1 - 15 - - - 15
6 Pleucera acuta Gastropoda - - - - - 75 15 - - -
7 Pleucera sp. Gastropoda - - - - - - - - - 15
8 Lacophilus terminalis Coleoptera 2 3 2 - 3 - - - - -
9 Ophiogomphus sp. Odonata 1 1 - 1 2 - - 15 45 -
10 Enallagma sp. Odonata - - 1 - 1 - - - - -
Kekayaan Jenis Komunitas Benthos : 4 5 5 5 4 4 2 3 4 3
Kelimpahan Benthos/ liter lumpur : 8 9 8 10 10 165 30 45 135 60
Indeks Keanekaragaman Benthos : 1,21 1,46 1,50 1,50 1,28 1,24 0,69 1,10 1,31 1,04
Sumber : Dokumen ANDAL Penambangan Batubara PT. BMP
Keterangan : B1 : Sungai Dawas (Hulu) B6 : Sungai Talang Parung (Hilir)
B2 : Sungai Dawas (Hilir) B7 : Sungai Rumbia (Hulu)
B3 : Sungai Sawo (Hulu) B8 : Sungai Rumbia (Hilir)
B4 : Sungai Sawo (Hilir) B9 : Sungai Muara Tungkal (Hulu)
B5 : Sungai Talang Parung (Hulu) B10 : Sungai Muara Tungkal (Hilir)
TABEL III.22
JENIS-JENIS ORGANISME BENTHOS PADA PERAIRAN SUNGAI-SUNGAI
DI AREAL RENCANA PENGANGKUTAN BATUBARA PT. BMP
KELOMPOK POPULASI/L LUMPUR
NO JENIS BENTHOS
TAKSON B1 B2 B3
1. Chaetogaster limnaei Oligochaeta 3 - -
2. Chironomus tentans Diptera 2 4 3
3. Coenagrion sp. Odonata 1 - 3
4. Enallagma sp. Odonata - - 1
5. Ephemerella sp. Ephemeroptera - - 1
6. Gomphus sp. Odonata 2 1 1
7. Laccophilus terminalis Coleoptera 1 2 -
8. Orconectes immunis Decapoda - 2 1
Kekayaan Jenis Komunitas Benthos: 5 4 6
Kelimpahan Benthos/ liter lumpur: 9 9 10
Indeks Keanekaragaman Benthos: 1,52 1,27 1,64
Sumber : Data Primer, Desember 2008
Keterangan :
B1 : Sungai Tungkal
B2 : Sungai Dawas
B3 : Pertemuan Sungai Tungkal dan Sungai Dawas
3. Nekton
Berbagai jenis nekton, terutama jenis-jenis ikan yang dijumpai pada
sungai-sungai di sekitar lokasi disajikan pada Tabel III.23.
TABEL III.23
JENIS-JENIS NEKTON YANG DAPAT DIJUMPAI DI SUNGAI
SEKITAR AREAL RENCANA PENGANGKUTAN BATUBARA PT. BMP
NO NAMA LOKAL NAMA ILMIAH TAKSIRAN POPULASI
1. Baung Macrones nemurus +++
2. Belida Notopterus chitala +
3. Beringit Macrones nigriceps +++
4. Betok Anabas testudineus ++
5. Betutu Oxyeleotris marmorata ++
6. Bujuk Ophiocephalus melanopterus +
7. Gabus Ophiocephalus striatus ++
8. Kebarau Hampala macrolepidota ++
9. Kepras Dangila cuvieri ++
10. Lele hitam Clarias batrachus ++
11. Limbat Clarias nieuwhofi ++
12. Jelawat Leptobarbus hoevenii +
13. Julung-julung Tylosurus annulatus ++
14. Sepat siam Trichogaster pectoralis ++
15. Sepat mata merah Trichogaster trichopteru +++
16. Belut Monopterus albus ++
17. Palau Osteochilus hasselti ++
18. Piluk Macrognathus aculeatus ++
19. Putak Notopterus notopterus ++
20. Semah (wader) Labeobarbus douronensis +
21. Siluang batang Rasbora argyrotaenia ++++
22. Tapah Wallago leeri +
23. Tempale Betta taeniata ++
24. Toman Ophiocephalus micropeltes ++
25. Lemutih Puntius sunieri ++
26. Lampam (kepiat) Puntius schwanefeldi ++
27. Udang satang Macrobrachium resenbergii ++
Sumber : Data Primer, Desember 2008
Keterangan :
++++ = banyak/ melimpah ; +++ = sedang ; ++ = sedikit ; + = jarang
3.1.3.2. Pendidikan
Tingkat pendidikan terbanyak adalah tamat SD, tidak tamat SD, tamat
SMP dan Tidak tamat SMP. Ada sebagian kecil (usia remaja), yang
sudah berhasil menyelesaikan SMU. Fasilitas pendidikan untuk jenjang
SD sudah hampir merata ada di setiap desa, tapi untuk SMP, lebih-lebih
untuk SMA, hanya terdapat di ibukota kecamatan saja.
3.1.3.3. Agama
Mayoritas penduduk di sekitar lokasi studi beragama Islam. Namun ada
juga penduduk yang beragama non Islam (Protestan, Katholik, Budha
dan Hindu). Sehubungan dengan agama Islam yang banyak dipeluk
masyarakat, maka banyak diantara adat-istiadat yang bernapaskan
Islam, misalnya : upacara kelahiran, sunatan, perkawinan, kematian,
“nunggu rumah”, membuka lahan untuk huma/ tegalan dan lain-lain. Di
setiap desa terdapat masjid atau mushola.
Hasil pengukuran SO2 yang telah dilakukan pada 5 (lima) titik rencana
kegiatan pengangkutan batubara PT. BMP menunjukkan bahwa kadar SO 2
masih berada dibawah baku mutu yang ditetapkan yaitu 900 g/Nm3.
Jumlah NO yang terdapat di udara dalam keadaan equilibirium dipengaruhi
oleh temperatur pembakaran knalpot alat tranportasi, dimana pada
temperatur tinggi akan terdisosiasi kembali menjadi N 2 dan O2. Jika
temperatur campuran tersebut mengalami penurunan secara perlahan-
lahan akan memberikan waktu yang cukup bagi NO untuk terdisosiasi.
Sinar matahari dapat mengakibatkan senyawa bereaksi dengan oksida
nitrogen yang merusak lapisan ozon (O 3), yaitu senyawa kimia yang
berperan dalam pembentukan smog. Adapun oksida nitrogen, baik dalam
bentuk gas nitrogen monoksida (NO) atau pun nitrogen dioksida (NO 2),
berperan dalam pembentukan smog dan hujan asam. Selain itu, oksida
nitrogen juga dapat mengiritasi lapisan membran manusia. Sinar matahari
dapat mengakibatkan senyawa bereaksi dengan oksida nitrogen yang
merusak lapisan ozon (O3). Beberapa pengaruh merugikan yang
ditimbulkan karena polusi NOx bukan disebabkan oleh oksida tersebut,
tetapi karena peranannya dalam pembentukan oksidan fotokimia yang
merupakan komponen berbahaya di dalam asap.
Adanya NOx di atmosfer pada konsentrasi tinggi 3,5 ppm terjadi nekrosis
atau kerusakan tenunan daun (Stoker dan Seagar, 1972). NO 2 pada
konsentrasi 5 ppm terhisap selama 10 menit oleh manusia akan
mengakibatkan sedikit kesukaran dalam bernapas.
Hasil pengukuran pada 5 (lima) titik rencana kegiatan pengangkutan
batubara PT. BMP, kandungan NOx masih dibawah baku mutu yang
ditetapkan yaitu 400 g/Nm3, seperti terlihat pada Tabel III.6 di atas.
Dari hasil pengukuran O3 yang telah dilakukan pada 5 (lima) titik rencana
kegiatan pengangkutan batubara PT. BMP, kandungan oksidan tidak
terdeteksi.
Dari hasil pengukuran yang telah dilakukan pada 5 (lima) titik rencana
kegiatan pengangkutan batubara PT. BMP, kandungan timah hitam tidak
terdeteksi.
Kandungan COD pada semua titik sampling masih memenuhi baku mutu
yang ditetapkan.
Kandungan oksigen terlarut (dissolved oxygen, DO) dalam badan air
untuk lokasi sampling termasuk normal, semua di atas 6 mg/l. Kondisi ini
dapat ditolerir oleh berbagai organisme akuatik seperti nekton, benthos
dan plankton.
Dari hasil analisis 8 (delapan) lokasi yang disampling, kandungan sulfat
masih di bawah 400 mg/l. Dari parameter kandungan sulfat, kondisi
perairan tergolong baik.
3.3.4. Biologi
3.3.4.1. Flora
Sesuai dengan kondisi topografi lahan bergelombang dan berbukit serta
memiliki ketinggian tempat sekitar 30 hingga 70 m dpl dan terletak sangat
jauh (lebih dari 150 km) dari laut Pantai Timur Sumatera, maka corak
vegetasi yang meliputi wilayah studi merupakan vegetasi darat. Sesuai
dengan penggunaan lahan oleh masyarakat sebelumnya, maka corak
vegetasi semakin beragam, yaitu jenis-jenis tanaman budidaya yang
diusahakan oleh penduduk serta berbagai jenis vegetasi liar. Sebagian
lahan yang belum dibuka tampak dengan vegetasi berupa hutan
sekunder, hal ini ditandai dengan terdapatnya dua strata vegetasi, yaitu
beberapa jenis pohon sebagai strata atas dan semak belukar sebagai
strata bawah. Selain itu masih terdapat lahan lainnya milik penduduk
setempat berupa kebun karet rakyat dengan komposisi vegetasi tidak
hanya tanaman karet namun juga jenis-jenis tanaman hortikultura dari
berbagai jenis tanaman buah-buahan serta vegetasi liar lainnya.
Vegetasi semak belukar tampaknya mendominasi sebagian areal yang
belum dibuka, yang tampaknya merupakan lahan pertanian penduduk
yang ditinggalkan. Vegetasi lainnya yang bersama alang-alang antara
lain : jenis-jenis perdu seperti seduduk, kerinyu, rumput tahi ayam,
belidang dan paku tali. Selain dari kawasan yang disebutkan itu,
berbatasan dengan kawasan rencana penambangan terdapat
perkebunan tradisional penduduk berupa kebun karet, kopi, serta
tanaman lainnya baik dekat dengan permukiman penduduk maupun yang
jauh dari permukiman. Pola penanaman yang dilakukan penduduk
selama ini, tampaknya masih tergolong tradisional. Hal ini tampak dari
pengaturan jarak tanam, pengelolaan lahan dan jenis-jenis tanaman yang
sesuai. Kehadiran perusahaan di wilayah ini dimungkinkan dapat
memacu untuk lebih memodernisasi sistem pertanian di wilayah
sekitarnya. Tanaman pertanian lainnya yang diusahakan penduduk
adalah kelompok palawija, sayuran dan tanaman tahunan lainnya.
Berdasarkan hasil pengamatan dan identifikasi terhadap
keanekaragaman vegetasi yang ada, diketahui paling sedikit ada
3.3.4.2. Fauna
Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan terhadap habitat satwa
liar serta haril survei yang dilakukan, maka dapat diidentifikasi paling
sedikit diketahui ada sebanyak 41 spesies atau jenis satwa liar. Dari
41 jenis satwa liar yang teridentifikasi tersebut, 3 jenis termasuk kedalam
kelas Amphibia (hewan dengan daur hidup di dua alam), 8 spesies
termasuk kedalam kelas Reptilia (binatang melata), 18 spesies termasuk
kedalam kelas Aves (unggas) dan 12 spesies tergolong kedalam kelas
Mammalia.
Dari kelompok Mammalia yang teridentifikasi, terdapat sebanyak
6 spesies yang dilindungi Undang-Undang. Dengan terdapatnya
6 spesies satwa liar dilindungi, maka hendaknya aktivitas perburuan yang
dapat mengancam satwa langka itu harus dihentikan, meskipun satwa itu
sudah semakin kehilangan habitatnya, namun hendaknya harus
menyediakan sebagian areal untuk mempertahankan kelangsungan
spesies satwa langka tersebut. Dengan demikian kepada pihak
masyarakat dan perusahaan lainnya harus berkoordinasi dengan
pemerintah untuk mengetahui seberapa besar populasi satwa dilindungi
yang masih ada di alam, sehingga bagaimana melaksanakan
pelestariannya dapat diupayakan dengan sebaik-baiknya. Perlu adanya
kerja sama yang baik antara masyarakat dan pihak perusahaan dengan
pihak Pemerintah untuk membina dan membangun areal konservasi
untuk kelestarian habitat dan jenis satwa liar sebagaimana diuraikan
sebelumnya.
3.3.4.3. Plankton
Berdasarkan hasil analisis komunitas plankton, indeks keanekaragaman
komunitas plankton pada semua stasiun (titik) pengambilan sample
(musim penghujan) ternyata menunjukkan nilai di atas 2,0; berarti
komunitas plankton berada pada kondisi yang stabil (mantap). Bahkan
berdasarkan hasil analisis yang dilakukan bahwa Indeks
Keanekaragaman plankton berkisar 2,77 – 3,05. Hal ini menunjukkan
kondisi komunitas plankton yang lebih mantap hingga sangat mantap.
Keadaan demikian menunjukkan bahwa rona awal kondisi perairan
masih berada pada kondisi alami. Pengukuran demikian menjadi optimal
karena kondisi badan air tidak dipengaruhi kekeruhan oleh hujan.
Biasanya pada waktu adanya hujan di daerah hulu sungai, maka
kekeruhan meningkat dan kelimpahan populasi serta keanekaragaman
plankton menjadi rendah.
3.3.4.4. Benthos
Secara keseluruhan pada perairan studi terdapat sebanyak 15 spesies
organisme benthos dengan kelimpahan berkisar 9 hingga
10 individu per liter substrat dasar air. Kekayaan spesies per stasiun
pengambilan sample berkisar 4 hingga 6 spesies. Kekayaan spesies ini
tergolong sedang untuk perairan yang mengalir dan kondisi ini cukup
baik sebagai indikator pencemaran lingkungan perairan untuk waktu
yang akan datang. Kelimpahan komunitas benthos sebesar 6 – 10
individu/liter substrat tergolong rendah hingga sedang untuk
makrobenthos yang dijumpai tersebut. Kondisi ini disebabkan oleh
perbedaan kondisi substrat, yaitu berkaitan dengan sifat fisik substrat
antara lain sifat partikelnya. Sifat partikel substrat berkaitan dengan
kemampuannya untuk mikrohabitat perifiton dan bahan organik yang
3.3.4.5. Nekton
Berdasarkan pengamatan dan wawancara yang dilakukan dengan
masyarakat lokal yang sering mencari ikan dari perairan studi, maka
dapat diperkirakan paling sedikit ada sebanyak 27 spesies nekton yang
Setiap desa di lokasi studi telah mempunyai balai pengobatan yang dikelola
oleh beberapa paramedis. Masyarakat tidak mengalami hambatan untuk
memenuhi kebutuhan akan obat dan pelayanan kesehatan yang lebih
intensif. Di ibukota Kabupaten Musi Banyuasin sendiri, yang dapat
ditempuh dengan kendaraan umum selama 1 jam, terdapat apotek dan
rumah obat. Rumah sakit umum yang ada di ibukota kabupaten juga dapat
memberikan pelayanan kesehatan dan dapat dijangkau dengan waktu yang
relatif singkat. Apabila memerlukan perawatan yang lebih intensif lagi yang
membutuhkan pelayanan dokter spesialis, penderita dapat dibawa ke
rumah-rumah sakit yang ada di Kota Palembang dan dengan kondisi jalan
yang cukup baik. Jarak ke ibukota provinsi ini dapat ditempuh selama
kurang lebih 3,5 jam.